(B. Kesehatan)
Transmisi Budaya Tepa Sarira dalam Mewujudkan Harmoni Sosial (Strategi Mengurai Rantai
Kekerasan Remaja di Sekolah Berbasis pada Kearifan Lokal)
Kata kunci: tepa sarira, empati, bullying, remaja
Andayani, Tri Rejeki; Hardjono; Karyanta, Nugraha Arif
Fakultas Kedokteran UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Fundamental, 2012
Kekerasan remaja di sekolah (school bullying) merupakan perilaku agresif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan terjadi secara berulang-ulang dari waktu ke waktu. Pada perkembangannya, ketimpangan kelas sosial yang memicu bullying tidak hanya terkait dengan stratifikasi sosial ekonomi, budaya, suku, dan ras suatu bangsa. Melainkan juga bersumber dari kelas-kelas sosial yang sengaja diciptakan dalam lingkungan sekolah, seperti siswa yunior dan senior, ingroup dan outgroup, keterbatasan/perbedaan fisik, acapkali memicu ejekan/merendahkan martabat siswa lain. Kenyataan ini tentu saja mencerminkan ketiadaan rasa peduli dan tenggang rasa dengan sesama. Tenggang rasa (tepa sarira) merupakan bagian penting dalam upaya mewujudkan harmoni sosial. Melalui tenggang rasa seseorang akan menaruh rasa kepedulian pada sesama, memahami dan menerima perbedaan sebagai suatu bagian dari kehidupannya. Tujuan tahun pertama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan fenomena bullying yang terjadi di kalangan remaja, dan mengetahui peluang budaya tepa sarira menjadi salah satu strategi dalam mengurai rantai kekerasan remaja di sekolah. Pada penelitian selanjutnya akan mengetahui peran budaya tepa sarira dalam membangun empati dan kepedulian yang dapat menurunkan tingkat bullying dan mewujudkan harmoni sosial di kalangan remaja, generasi muda penerus bangsa.
Metode penelitian pada tahun pertama ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif pada 349 siswa sekolah menengah, terdiri dari 176 siswa SMP dan 173 siswa SMA di Surakarta. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner bullying dan kuesioner tepa sarira. Analisis data kualitatif deskriptif.