• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI AKTIFITAS PEDAGANG TERHADAP PENCEMARAN KANAL YANG BERLOKASI DI SEKITAR KANAL PANAMPU PASAR TERONG KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STRATEGI AKTIFITAS PEDAGANG TERHADAP PENCEMARAN KANAL YANG BERLOKASI DI SEKITAR KANAL PANAMPU PASAR TERONG KOTA MAKASSAR"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI AKTIFITAS PEDAGANG TERHADAP PENCEMARAN KANAL YANG BERLOKASI DI SEKITAR KANAL PANAMPU PASAR TERONG KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

REGIL INDRI RAHAYU NIM 45 16 042 054

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2020

(2)

STRATEGI AKTIFITAS PEDAGANG TERHADAP PENCEMARAN KANAL YANG BERLOKASI DI SEKITAR KANAL PANAMPU PASAR TERONG KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T)

Oleh

REGIL INDRI RAHAYU

NIM 45 16 042 054

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2020

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Regil Indri Rahayu, 2020 “Strategi Aktifitas Pedagang Terhadap Pencemaran Kanal Yang Berlokasi Di Sekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kota Makassar”. Di bimbing oleh Rudi Latief dan Jufriadi.

Aktivitas pedagang di sekitar Kanal Panampu memberikan dampak terhadap pencemaran kanal. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi aktifitas pedagang Pasar Terong yang menyebabkan pencemaran berupa buangan sampah pada Kanal Panampu Pasar Terong. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Bontoala dengan berfokus lokasi di sekitar kanal Panampu pasar terong yang terletak di Kelurahan Tompo Balang.

Penelitian ini menggunakan variabel pengetahuan lingkungan, pengetahuan kebijakan pemerintah, pengetahuan penerapan teknologi, sikap dan niat. Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualititatif.

Dalam penelitian ini menggunakan Alat Analisis Chi-Kuadrat, Untuk menjawab rumusan masalah penyebab aktifitas pedagang Pasar Terong Terhadap Pencemaran Kanal yang berlokasi disekitar Kanal Panampu Pasar Terong. Adapun Strategi Perubahan Perilaku Masyarakat terhadap Peningkatan kualitas lingkungan di Sekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kota Makassar sesuai dengan hasil analisis SWOT, berada di kuadran I yaitu Strategi SO. Kedepannya Pemerintah ataupun petugas Pasar Terong perlu lebih banyak lagi mensosialisaikan kepada Masyarakat terkait pentingnya menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kanal.

Kata Kunci : Aktifitas Pedagang, Pencemaran Kanal

(7)

i KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberikan rahmat, Nikmat dan hidayah- Nyalah kepada saya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Strategi Aktifitas Pedagang Terhadap Pencemaran Kanal Yang Berlokasi di Sekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kota Makassar”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana STRATA SATU (S-1) pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

Penulis menyadari telah mengerahkan segala kemampuan dan usaha, namun sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah maupun dosa serta ketebatasan pengetahuan yang penulis miliki, masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dari tugas akhir ini.

Oleh karenanya, dengan rasa tulus dan ikhlas, selaknyalah penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pemberi segalanya atas rahmat, karunia dan kemudahan yang diberikan kepada penyusun.

2. Kedua orang tua saya, Ibunda Dirgahayu dan Ayahanda Suwardi Mappewa yang sangat luar biasa dalam membesarkan dan mendidik penulis serta kepada kakak-adikku yang telah memberikan semangat dan motivasi selama penyusunan skirpsi dan penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga yang suda senantiasa mendokan.

3. Ir. Rudi Latief, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Jufriadi, ST.,

(8)

ii M.SP. selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.

4. Dr. Ridwan ST, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa;

5. Bapak Ir. Rudi Latief, M.Si selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

6. Ucapan terima kasih yang tak terhingga khusus kepada seluruh Dosen Prodi Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar yang tidak saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan ilmu dan pengatahuan selama duduk di bangku perkuliahan sejak awal sampai selesai.

7. Seluruh staf tata usaha Fakultas Teknik dan tata usaha Program studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Terutama bapak Yasan jurusan dan Bapak Patta Haji fakultas, terima kasih atas pelayanan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Bosowa.

8. Pihak Instansi pemerintah Kecamatan Bontoala dan Kelurahan Tompo Balang yang telah memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman Seperjuangan Fakultas Teknik Jurusan Perencaanan Wilayah Dan Kota Universitas Bosowa Makassar, tekhusus teman- teman Jurusan Planologi angkatan 2016 (SPACE), Yang senantiasa membantu penulis dalam penyusunan skripsi. Tak lupa pula terimakasih kepada masyarakat Kelurahan Bontoala RW 1 dan 4, terutama pedagang Pasar Terong yang telah meluangkan waktu , tenaga dan pikirannya untuk membantu penulis dalam pengambilan data.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

(9)

iii yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan Rahmat-Nya kepada mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, Amin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,

Makassar, Oktober 2020

Regil Indri Rahayu

(10)

iv DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENERIMAAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Batasan Masalah ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku ... 10

1. Teori Munculnya Perilaku... 12

a. Teori Perilaku Model Motivasi Mc.Schane dan Von Glinow... 12

b. Theory of Reason Action (TRA) Ajzen ... 15

c. Theory of Planned Behavior (TPB) Ajzen ... 16

d. Teori Perilaku Pro-Linngkungan Kollmuss & Agyeman... 17

e. Teori Model Pro-Lingkungan Fietkau & Kessel ... 19

f. Teori Model Pro- Lingkungan Bamberg & Moser ... 21

g. Teori Arsitektur Perilaku ... 23

2. Bentuk Perilaku ... 24

B. Pengertian Sikap ... 24

C. Perkembangan Teknologi dalam Pengelolaan Sampah ... 25

D. Kerangka Pikir ... 27

(11)

v BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Jenis dan Sumber Data ... 30

D. Teknik Pengambilan Data ... 31

E. Variabel Penelitian ... 32

F. Metode Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Makassar ... 41

1. Aspek Fisik Dasar ... 42

a. Letak Geografis ... 42

b. Topografi ... 45

c. Hidrologi ... 45

d. Klimatologi ... 46

e. Geologi ... 47

2. Aspek Kependudukan ... 48

B. Gambaran Umum Kecamatan Bontoala ... 50

1. Aspek Fisik Dasar ... 50

a. Letak Geografis ... 50

b. Luas Wilayah ... 50

2. Aspek Kependudukan ... 53

a. Jumlah Penduduk ... 53

b. Kepadatan Penduduk ... 53

C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 54

1. Rekapitulasi Hasil Kuesioner ... 59

a. Pengetahuan Lingkungan ... 60

b. Pengetahuan Kebijakan Pemerintah... 60

c. Pengetahuan Penerapan Teknologi... 61

d. Sikap ... 61

e. Niat ... 61

f. Perilaku Masyarakat ... 62

(12)

vi D. Analisis Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pencemaran Kanal di Sekitar Kanal Panampu Pasar Terong ... 62 E. Analisis Strategi Aktifitas Pedagang terhadap Pencemaran Kanal yang Berlokasi di Sekitar Kanal Panampu

Pasar Terong ... 68 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitan ... 32

Tabel 3.3 Internal Strategy Factor Analysis (IFAS) ... 38

Tabel 3.4 Nilai Skor IFAS ... 38

Tabel 3.5 External Strategy Factor Analysis (EFAS) ... 39

Tabel 3.6 Nilai Skor EFAS ... 39

Tabel 3.7 Matriks Strategi SWOT ... 40

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2019 ... 42

Tabel 4.2 Distribusi dan Tingkat Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2017 ... 49

Tabel 4.3 Luas Wilayah Menurut Kelurahan di Kecamatan Bontoala Tahun 2018 ... 51

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Bontoala menurut Kelurahan Tahun 2018... 53

Tabel 4.5 Tingkat Kepadatan Penduduk menurut Kelurahan di Kecamatan Bontoala Tahun 2018 ... 54

Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Penelitian ... 59

Tabel 4.7 Analisis Pengaruh Pengetahuan Lingkungan (X1) terhadap Perilaku Masyarakat (Y) ... 62

Tabel 4.8 Analisis Pengaruh Pengetahuan Kebijakan Pemerintah (X2) terhadap Perilaku Masyarakat (Y) ... 64

Tabel 4.9 Analisis Pengaruh Penerapan Teknologi (X3) terhadap Perilaku Masyarakat (Y) ... 65

Tabel 4.10 Analisis Pengaruh Sikap (X4) terhadap Perilaku Masyarakat (Y) ... 66

Tabel 4.11 Analisis Pengaruh Niat (X5) terhadap Perilaku Masyarakat (Y) ... 67

Tabel 4.12 Rangkuman Analisis Chi-Square antara Variabel X dan Y ... 68

(14)

viii Tabel 4.13 Matriks Internal Strategy Factor Analysis (IFAS) ... 68 Tabel 4.14 Matriks Nilai Skor Internal Strategy Factor

Analysis (IFAS) ... 69 Tabel 4.15 Matriks Eksternal Strategy Factor Analysis (EFAS) ... 70 Tabel 4.16 Matriks Nilai Skor Eksternal Strategy Factor

Analysis (EFAS) ... 70 Tabel 4.17 Startegi Aktifitas Pedagang Terhadap Pencemaran Kanal

yang Berlokasi di Sekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kota

Makassar ... 73

(15)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perilaku Individu sebagai Model MARS (2010) ... 12

Gambar 2.2 Model Theory Reaction Acton (Ajzen, 1975) ... 16

Gambar 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku (Clayton dan Yers, 2009) ... 19

Gambar 2.4 Model of Ecological Behavior (Fietkau & Kessel, 1981) ... 20

Gambar 2.5 Triandis Theory of Interpersonal Behaviour (Jackson, 2005) ... 22

Gambar 2.6 Kerangka Pikir ... 27

Gambar 3.1 Kuadran SWOT ... 40

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Makassar ... 44

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kecamatan Bontoala ... 52

Gambar 4.3 Pencemaran terhadap Kanal Panampu Pasar Terong ... 56

Gambar 4.4 Peta Lokasi Penelitian ... 57

Gambar 4.5 Peta Lokasi Penelitian ... 58

Gambar 4.6 Kuadran Hasil Analisis SWOT ... 72

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar adalah salah satu kegiatan perdagangan yang tidak bisa terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia. Dengan semakin pesatnya perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan akan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas.

Keberadaan pasar tradisional dan pasar modern sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam kehidupan masyarakat perkotaan.

Beberapa pendapat mengungkapkan bahwa dengan semakin berkembangnya pasar modern, mengakibatkan pasar tradisional menjadi semakin terpinggirkan keberadaannya (Djau, 2009). Setiyanto (dalam Djau, 2009) mengemukakan bahwa pasar tradisional memiliki potensi sebagai ikon daerah. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya pasar modern, pasar tradisional menjadi semakin terpinggirkan keberadaannya. Hal ini diperparah oleh kondisi pasar tradisional yang tidak tertata dengan baik, misalnya banyak terdapat pasar tumpah yang menjalar di sekeliling pasar, dan banyaknya tumpukan sampah yang berserakan. (Andriani & Ali, 2013).

Sebagai upaya untuk menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu motor penggerak dinamika perkembangan perekonomian suatu kota, maka diperlukan adanya pasar yang dapat beroperasi

(17)

2

(18)

2 secara optimal dan efisien serta dapat melayani kebutuhan masyarakat. Efisiensi dan optimasi pelayanan suatu pasar di antaranya dapat dilihat dari pola penyebaran sarana perdagangan, waktu pelayanan pasar, kondisi fisik pasar, jenis dan variasi barang yang diperdagangkan, dan sistem pengelolaan pasar (kelembagaan) pasar itu sendiri. (Sulistyowati, 1999). (Andriani & Ali, 2013)

Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan.

Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa secara regional yang kemudian membangkitkan berbagai aktivitas di dalam kota. Disini, saat orang melakukan jual dan beli bukan sekadar barang dan jasa yang dipertukarkan, tetapi juga informasi dan pengetahuan. Pasar tradisional telah menjadi ruang publik perkotaan, tempat dimana masyarakat kota berkumpul dan membangun relasi sosial di antara mereka. Meski secara esensial pasar memegang peran penting bagi masyarakat kota, namun saat ini kondisi pasar tradisional di Indonesia menunjukkan penurunan peran secara tajam. Secara fisik, kemunduran ini dicitrakan oleh kondisi pasar tradisional yang kumuh dan kotor, dan menjadi tempat yang tidak aman dan nyaman untuk aktivitas. Secara ekonomi, penurunan ini juga ditunjukkan dengan semakin enggannya masyarakat kota memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja. Jika kemunduran pasar tradisional ini terus berlanjut, diperkirakan fungsi pasar sebagai

(19)

3 ruang sosial perkotaan akan segera menjadi masa lalu (Cahyono, 2006). (Ekomadyo, 2012).

Pedagang adalah orang ayang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan. (Sujatmiko, 2014:231). Sedangkan pengertian pedagang menurut Pasal 1 Angka 2 UU Nomor 29 1948 Tentang Pemberantasan Penimbunann Barang Penting adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untukk dijual, diserahkan atau dikirim kepada orang atau badan lain baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain. (Cici Cweety Chaniago, 2016).

Indonesia saat ini sedang diterpa isu penurunan kualitas lingkungan hidup yang semakin hari tampak nyata. Penurunan kualitas lingkungan hidup ini terjadi di daerah-daerah atau kota-kota yang sedang berkembang. Kegiatan pembangunan dengan berbagai aktivitas masyarakat mempunyai pengaruh langsung terhadap daya dukung lingkungan sehingga terjadi pergeseran keseimbangan lingkungan yang tidak proporsional, tidak efisien dan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan hidup yang cukup serius.

Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

(20)

4 Lingkungan Hidup, Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupannya dan kesejahteraan manusia maupun makhluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya. (Lestari, 2016).

Kerusakan lingkungan dapat terjadi karena adanya kegiatan (aktifitas) yang dilakukan oleh menusia maupun karena pengaruh alam. Salah satu akibat samping dari kegiatan pembangunan di berbagai sektor dan daerah adalah di hasilkannya limbah yang semakin banyak, baik jumlah maupun jenisnya. Limbah tersebut telah menimbulkan pencemaran yang merusak fungsi lingkungan hidup (Tandjung, 1991 dalam Pagoray, 2003). (Dewi, 2012)

Menurut R.T.M Sutamihardja Pencemaran lingkungan adalah penambahan bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan itu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kanal dapat diartikan sebagai terusan atau saluran. Kanal adalah saluran air buatan manusia yang dibuat untuk berbagai keperluan yang membantu kehidupan manusia. Kanal sudah dibuat manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Kanal tertua ditemukan di Mesopotamia, sekitar tahun 4000 SM. Walaupun bentuk kanal hampir tidak berubah, teknologi

(21)

5 pembangunan kanal makin berkembang.

Berdasarkan kondisi eksisting, kebersihan kanal di Kota Makassar sangat memprihatinkan. Hampir seluruh permukaan kanal tertutup dengan sampah plastik maupun tumbuhan liar seperti eceng gondok. Dari sekitar 30 km panjang delapan ruas kanal yang ada di Makassar , tak satupun bebas dari sampah. Seperti Kanal Sinrijala, Panampu, dan Jongaya yang sudah menjadi tempat pembuangan sampah sebagian masyarakat yang tinggal di bantaran kanal.

Tumpukan sampah pada Kanal Panampu terjadi disamping Pasar Terong dan Sungai Saddang Baru, karena pedagang Pasar terong yang berlokasi disekitar Kanal Panampu sebagian besar memanfaatkan kanal tersebut untuk membuang sampah sehingga terjadi pencemaran kanal. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya banjir ketika curah hujan yang tinggi.

Dari ulasan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti penyebab pedagang yang berlokasi disekitar Kanal Panampu Pasar Terong melakukan pencemaran berupa buangan sampah pada kanal tersebut dan bagaimana konsep arahan atau strategi aktifitas pedagang terhadap pencemaran kanal berupa buangan sampah pada Kanal Panampu Pasar Terong. Untuk itu penulis mengangkat judul :

“Strategi Aktifitas Pedagang Terhadap Pencemaran Kanal yang Berlokasi di Sekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kota

(22)

6 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Apa yang menyebabkan sehingga aktifitas pedagang yang berlokasi di sekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kota Makassar menimbulkan pencemaran kanal berupa buangan sampah?

2. Bagaimana arahan strategi aktifitas pedagang terhadap pencemaran kanal yang berlokasi disekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kota Makassar?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

Ada pun tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu:

a. Untuk mengidentifikasi aktifitas pedagang Pasar Terong yang menyebabkan pencemaran berupa buangan sampah pada Kanal Panampu Pasar Terong di Kecamatan Bontoala Kota Makassar

b. Untuk memberikan arahan strategi terhadap aktifitas pedagang yang menyebabkan pencemaran berupa buangan

(23)

7 sampah pada Kanal Panampu Pasar Terong di Kecamatan Bontoala Kota Makassar

2. Manfaat

Ada pun manfaat dari penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui penyebab pencemaran berupa buangan sampah dari aktifitas pedagang di sekitar Kanal Panampu Pasar Terong Kecamatan Bontoala Kota Makassar

b. Untuk mengetahui strategi terhadap aktifitas pedagang yang menyebabkan pencemaran berupa buangan sampah pada Kanal Panampu Pasar Terong di Kecamatan Bontoala Kota Makassar

c. Terkait dengan bidang akademik perencanaan wilayah dan kota, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam pemahaman mengenai strategi aktifitas pedagang terhadap pencemaran kanal yang berlokasi di Kanal Panampu Pasar Terong Kota Makassar.

d. Bagi Pemerintah Kota Makassar, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi penetapan kebijakan perbaikan lingkungan di Pasar Terong, khususnya di sekitar Kanal Panampu.

(24)

8 e. Bagi kelompok padagang atau masyarakat yang bermukim di sekitar Kanal Panampu, dengan mempertimbangkan persepsi dan preferensi agar kebijakan yang diimplementasikan dapat diwujudkan secara optimal.

D. Batasan Masalah

Pembatasan masalah penelitian aktivitas pedagang Pasar Terong yang berlokasi di sekitar Kanal Panampu Pasar Terong menyebabkan pencemaran berupa buangan sampah pada Kanal Pannampu perlu dilakukan agar lebih fokus dan spesifik berdasarkan variabel penelitian untuk menjawab faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pedagang Pasar Terong menyebabkan pencemaran berupa buangan sampah pada Kanal Panampu sebagai berikut:

1. Perilaku Masyarakat 2. Pengetahuan Lingkungan

3. Pengetahuian Kebijakan Pemerintah 4. Pengetahuan Penerapan Teknologi 5. Sikap

6. Niat

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat berdasarkan tahapan-tahapan proses penelitian yang dimuat dalam beberapa bagian bab agar pembaca dapat mudah mengenal dan memahami subtansi penelitian

(25)

9 ini. Ada pun sistematika penulisan yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian, rumusalan masalah, tujuan, kegunaan, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang tinjauan terhadap literatur dan landasan teori yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang digunakan sebagai dasar pemahaman penulis guna mencapai tujuan penelitian.

BABA III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode dalam melakukan penelitian berupa lokasi penelitian, variable penelitian, teknik pengumpulan data, teknik dalam menganalisis data, populasi dan sampel, jenis dan sumber data serta kerangka pemikiran dalam proses penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang gambaran umum Kelurahan Bontoala dan spesifik lokasi penelitian, analisis partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kualitas lingkungan serta analisis strategi peningkatan partisipasi masyarakat

(26)

10 dalam peningkatan kualitas lingkungan

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan penutup penulisan menguraikan

kesimpulan dan saran.

(27)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perilaku

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.

Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yakni : bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). (Fitri, 2018)

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. (Sholikhah, 2014)

Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan psikologis. (Kast dan Rosenweig, 1995)

Perilaku manusia pada hakekatnya berorientasi pada tujuan, dengan kata lain perilaku seseorang dirangsang oleh keinginan untuk

(28)

11

mencapai beberapa tujuan. Selanjutnya defenisi perilaku yaitu suatu

(29)

11 hasil perbuatan dari seseorang yang dilakukan secara kontinyu dan mempunyai kecenderungan yang terus menerus yang dilakukan pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Lebih lanjut lagi menjelaskan bahwa ada tiga bentuk perilaku yaitu : (1) perilaku sebagai bentuk pengetahuan dalam kaitannya dengan situasi atau rangsangan dari luar, (2) perilaku sebagai bentuk sikap terhadap rangsangan dari luar, dan (3) perilaku sebagai bentuk tindakan yang konkrit berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar. (Mulyadi, 2011)

Selain itu, perilaku dapat disebut sebagai tingkah laku atau aktifitas-aktifitas. Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, juga berpengaruh terhadap lingkungan. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bhkan sering kekuatan lebih besar dari faktor individu. Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku tertentu pula. (Walgito, 2003)

Menurut Tyas Palupi dan Ratna Sawitri (2017), Sikap yang positif terhadap perilaku pro-lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang menjadi lebih peduli terhadap lingkungannya. Hal tersebut menjadi penting dalam rangka mengurangi dampak negatif dari kerusakan lingkungan. Perilaku pro lingkungan merupakan perilaku

(30)

12 yang merugikan lingkungan sedikit mungkin tetapi memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan (Steg & Vlek, 2009).

1. Teori Munculnya Perilaku

a. Teori Perilaku Model Motivasi Mc.Schane dan Von Glinow

Mc.Schane dan Von Glinow., (2010), merumuskan perilaku individu sebagai Model MARS dan digambarkan seperti dibawah ini

Gambar 2.1 Perilaku Individu sebagai Model MARS (Sumber : Mc.Schane dan Von Glinow., 2010)

Motivation mencerminkan kekuatan dalam diri orang yang mempengaruhi direction (arah), intensity (intensitas), dan persistence (ketekunan) orang tersebut dalam perilaku sukarela.

Direction menunjukkan jalan yang diikuti orang yang terkait pada usahanya. Sebenarnya orang mempunyai pilihan kemana menempatkan usahanya. Dengan demikian motivasi diarahkan oleh tujuan, atau gold-directed. Sedangkan intensity adalah

(31)

13 tentang seberapa besar orang mendorong dirinya untuk menyelesaikan tugas. Sementara, persistence menunjukan usaha berkelanjutan selama waktu tertentu (Mc Schane dan Van Glinow, 2010).

Ability atau kemampuan merupakan natural attitudes, kecerdasan alamiah dan learned capabilities, kapabilitas yang dipelajari, yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas. Attitudes adalah bakat alamiah yang membantu pekerja mempelajari tugas spesifik lebih cepat dan mengerjakannya dengan lebih baik. Terdapat banyak kecerdasan fisik dan mental, dan kemampuan kita memperoleh keterampilan dipengaruhi oleh kecerdasan ini. Sedangkan learned capabilities adalah keterampilan dan pengetahuan yang telah kita peroleh.

Kapabilitas ini termasuk keterampilan dan pengetahuan fisik dan mental yang telah diperoleh. Learned capabilities cenderung berkurang selama berjalannya waktu apabila tidak dipergunakan.

Aptitudes dan learned capabilities sangat berhubungan dengan kompetensi. Kompetensi adalah karakteristik orang yang menghasilkan kenerja unggul. (Mc Schane dan Van Glinow, 2010).

Role perceptions atau persepsi terhadap peran diperlukan untuk mewujudkan pekerjaan dengan baik. Persepsi

(32)

14 peran merupakan tingkat dimana orang memahami tugas pekerjaan atau peran yang ditugaskan kepada mereka atau diharapkan dari mereka. Persepsi ini sangat penting karena mereka membimbing arah usaha pekerjaan dan memperbaiki koordinasi dengan teman kerja, pemasok, dan stakeholder atau pemangku kepentingan. (Mc Schane dan Van Glinow., 2010).

Situational factors atau faktor situasi merupakan kondisi diluar kontrol langsung pekerja yang membatasi atau memfasilitasi perilaku dan kinerja. Beberapa karakteristik situasional, seperti preferensi konsumen dan kondisi ekonomi, bermula dari lingkungan eksternal dan konsekuensinya, berada diluar kontrol pekerja dan organisasi. Tetapi faktor situasional lain seperti waktu, orang, anggaran dan fasilitas kerja fisik, dikendalikan oleh orang didalam organisasi. Karenanya, pemimpin korporasi perlu secara berhati-hati mengatur kondisi ini, sehingga pekerja dapat mencapai potensi kinerjanya. (Mc Schane dan Van Glinow., 2010). Keempat elemen model MARS tersebut yaitu motivation, ability, role perceptions dan situational factors mempengaruhi secara sukarela semua perilaku ditempat pekerjaan dan hasil kinerja mereka. Elemen ini dengan sendirinya dipengaruhi oleh perbedaan individual lainnya (McShane dan Von Glinow, 2010).

(33)

15 b. Theory Of Reason Action (TRA) Ajzen

Teori yang sangat terkenal yang menjelaskan tentang mengapa seseorang berperilaku, adalah teori yang dikemukakan oleh Icek Ajzen., (1980). Teori ini dikenal dengan TRA, yang merupakan singkatan dari Theory of Reason Action. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya, manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan dengan mempertimbangkan semua informasi yang diperolehnya mengenai tujuan dari perilakunya.

Ada hal menarik dari teori ini, yaitu bahwa seseorang yang akan berperilaku, sangat tergantung dari niat (intention) yang dimilikinya. Niat (intention) untuk berperilaku menurut Ajzen, ditentukan oleh dua faktor. Pertama, sesuatu yang berhubungan dengan sikap individu seseorang (attitude towards behavior), dan kedua sesuatu yang berhubungan dengan pengaruh kehidupan sosial seseorang (subjective norms). Kedua faktor ini, menurut Ajzen, didorong oleh adanya keyakinan (belief) yang dianut oleh seseorang yang akan berperilaku. Model dari TRA, dapat dilihat

pada Gambar 2, seperti berikut:

(34)

16 Gambar 2.2 Model Theory Reaction Action

(Sumber : Ajzen, 1975) c. Theory of Planned Behavior (TPB) Ajzen

Teori kedua yang dikemukakan oleh Ajzen (1988), adalah teori perilaku yang direncanakan (Theory of Planned Behavior) yang disingkat TPB. Teori ini merupakan pengembangan dari TRA, dimana dalam TPB, ditambahkan satu faktor yang dapat mempengaruhi niat seseorang dalam berperilaku. Faktor itu adalah perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control) yang dipengaruhi oleh kontrol yang bersumber dari keyakinannya (control beliefs). Selanjutnya, Ajzen (2005), melengkapi teorinya dengan menambahkan faktor-faktor yang dianggap dapat melatar belakangi individu dalam berperilaku (background factors).

Dalam teori TPB dari Ajzen, ada tiga faktor utama yang melatar belakangi perilaku seseorang yaitu: faktor personal, faktor sosial, dan faktor informasi. Faktor personal dapat dipengaruhi oleh sikap, sifat/karakter, nilai-nilai, emosi, dan intelegensia

(35)

17 seseorang. Faktor sosial, dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras/suku, bangsa, kesukuan (etnik), pendidikan, pendapatan/penghasilan, dan agama, sedangkan faktor informasi dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan media. (Ajzen, 2005)

d. Teori Perilaku Pro-Lingkungan Kollmuss & Agyeman

Salah satu bentuk khusus dari perilaku prososial adalah perilaku pro-lingkungan (Pro-environmental Behavior). Kollmuss dan Agyeman (2002), mendefinisikan bahwa perilaku pro- lingkungan adalah tindakan sadar yang dilakukan oleh individu sehingga dapat meminimalkan dampak negatif dari kegiatannya terhadap lingkungan dan pembangunan. Contoh tindakan pro- lingkungan seperti meminimalkan penggunaan sumber daya alam dan konsumsi energi, penggunakan zat non-toksik, mengurangi produksi sampah, dan meminimalkan penggunaan air bersih.

Selanjutnya Kollmuss dan Agyeman menemukan tiga faktor utama yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku pro-lingkungan, yaitu faktor demografi, faktor-faktor eksternal (seperti institusi, sosial ekonomi, dan budaya), dan faktor-faktor internal (seperti, motivasi, pengetahuan lingkungan, kesadaran, nilai-nilai, sikap, emosi, locus of control, tanggung jawab, dan prioritas). (Kollmuss dan Agyeman, 2002)

(36)

18 Hines, at al.,(1986) dalam Kollmuss dan Agyeman., (2002) mengemukakan bahwa ada beberapa variabel yang berhubungan dengan perilaku pro-lingkungan individu, yaitu:

1) Knowledge of issues: orang yang familiar dengan masalah- masalah dan kasus-kasus mengenai lingkungan.

2) Knowledge of action strategies: orang yang tahu bagaimana seharusnya ia bertindak agar memberi dampak yang kecil terhadap lingkungan.

3) Locus of control: persepsi individu terhadap kemampuannya dalam mengubah lingkungan kearah yang lebih baik .

4) Attitudes: orang-orang dengan sikap pro-lingkungan yang kuat, akan lebih mungkin untuk berperilaku pro-lingkungan.

5) Verbal commitment: komitmen seseorang untuk terlibat dalam perilaku pro-lingkungan.

6) Individual sense of responsibility: orang-orang yang memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi, lebih mungkin memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan juga lebih tinggi.

Selanjutnya Clayton & Myers., (2009) dalam Kollmuss dan Agyeman., (2002), mengemukakan bahwa ada faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal yang berkontribusi terhadap perilaku pro-lingkungan. Faktor-faktor eksternal dapat berupa

(37)

19 kemampuan (affordance), norma-norma sosial (social norms), kemungkinan-kemungkinan penguatan (reinforcement contingencies), dorongan-dorongan (promts), umpan balik (feedback), dan tujuan-tujuan (goals). Faktor-faktor internal berupa pengetahuan, sikap, nilai-nilai, emosi, self efficacy, dan tanggung jawab. (Clayton dan Yers, 2009)

Gambar 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku (Sumber : Clayton dan Yers, 2009)

e. Teori Model Pro-Lingkungan Fietkau & Kessel

Fietkau dan Kessel (1981), menggunakan faktor-faktor psikologis untuk menjelaskan perilaku pro-lingkungan. Mereka mengatakan bahwa ada empat variabel yang dapat mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku pro-lingkungan. Keempat variabel ini dapat saling mempengaruhi satu sama lain dan mengubahmya. Keempat

(38)

20 variabel itu adalah sebagai berikut:

1) Possibilities to act ecologically: faktor eksternal, infrastruktur dan ekonomi yang memungkinkan atau menghalangi orang untuk bertindak ekologis.

2) Behavioral incentives: faktor internal yang dapat memperkuat dan mendukung perilaku ekologi (misalnya: keinginan sosial , kualitas hidup, tabungan moneter).

3) Perceived feedback about ecological behaviour, orang yang memperoleh dampak positif akibat dari perilaku ekologisnya (misalnya kepuasan pribadi atau keuntungan finansial).

4) Knowledge: dalam model Fietkau, pengetahuan tidak secara langsung mempengaruhi perilaku tetapi bertindak sebagai modifikator terhadap sikap dan nilai-nilai.

Gambar 2.4 Model of Ecological Behavior (Sumber : Fietkau & Kessel, 1981)

(39)

21 f. Teori Model Pro-Lingkungan Bamberg & Moser

Bamberg & Moser, (2006), dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor psiko-sosial yang menentukan perilaku pro-lingkungan, menyatakan bahwa niat (intention) untuk berperilaku pro-lingkungan merupakan mediator dari semua variabel yang berhubungan dengan perilaku pro-lingkungan.

Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa disamping sikap dan perilaku yang terkontrol, norma moral juga turut andil dalam membangun niat untuk berperilaku pro-lingkungan. (Bamberg dan Moser, 2006)

Bentuk lain dari model perilaku pro-lingkungan dapat dilihat dari laporan Smart Australia (Smart Water Report) yang mengadopsi Teori Triandis (Triandis’ Theory) tentang perilaku interpersonal, dan kemudian dijelaskan oleh Jackson (2005).

Selanjutnya dikatakan bahwa niat sebelum berperilaku dipengaruhi oleh sikap, faktor-faktor sosial dan emosional.

Disamping niat, kebiasaan (habits) juga merupakan mediator sebelum berperilaku.

(40)

22 Gambar 2.5 Triandis’ theory of interpersonal behaviour, Jackson

(Sumber : Jackson, 2005)

Berdasarkan beberapa uraian tentang perilaku tersebut diatas, maka dapat disintesa bahwa, perilaku prolingkungan dapat berupa pemikiran, perkataan dan atau tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang.

Kaitannya dengan penelitian ini mengenai perilaku karyawan dalam peningkatan kualitas lingkungan, maka hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengarahan, petunjuk atau instruksi serta dorongan atau stimulus kepada seluruh karyawan pada kawasan industri, sebab perilaku merupakan respon atau jawaban terhadap berbagai hal yang berasal dari internal dan eksternal seseorang, dengan demikian maka perilaku dapat diubah melalui proses pendidikan, perubahan pola pikir, motivasi, sikap dan presepsi serta keinginan atau kesadaran untuk mengaplikasinya. Selanjutnya perilaku pada dasarnya suatu tindakan yang tidak muncul dengan sendirinya, melainkan karena adanya stimulus yang diterima dari luar maupun dari

(41)

23 dalam diri seseorang, kemudian perilaku mengarah pada tujuan tertentu, oleh karena itu perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive), daya (energy), kebiasaan (habit) dan arah tindakan (direction) yang dapat berlangsung secara terus menerus sebagai bentuk respon individu atau sekelompok orang terhadap lingkungan (Mulyadi, 2011).

g. Teori Arsitektur Perilaku

Perilaku manusia yang dipahami sebagai pembentuk arsitektur tapi juga arsitektur dapat membentuk perilaku manusia. Seperti yang telah dikemukakan oleh Winston Churchill (1943) dalam Laurens (2004) “We shape our buildings; then they shape us”.

Arsitektur membentuk perilaku manusia. Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan pengguna, yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna yang hidup dalam bangunan tersebut.

Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhannya sendiri, kemudian bangunan itu membentuk perilaku manusia yang hidup dalam bangunan tersebut.

Bangunan yang didesain oleh manusia yang pada awalnya dibangun untuk pemenuhan kebutuhan manusia tersebut mempengaruhi cara manusia itu dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai yang ada dalam hidup

(42)

24 2. Bentuk Perilaku

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dantindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan,motivasi dan persepsi. Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Cognitive, Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.

B. Pengertian Sikap

Aspek penting lain dari sikap adalah hubungannya dengan pengambilan keputusan dan perilaku. Sikap memungkinkan kita mengakses informasi yang relevan dengan cepat, sebab sikap memberikan link yang penting keinformasi- informasi yang tersimpan didalam memori (Judd et al., 1991). Konsekuensinya, sikap memampukan orang untuk mengambil keputusan dengan cepat karena sikap memberi informasi untuk mengambil keputusan (Sanbonmatsu &

Fazio, 1990) dalam E.Taylor, at. al., (2009).

Menurut Kreitner dan Kinicki (2010) dalam Wibowo (2013), bahwa sikap atau attitude didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan atau tidak

(43)

25 menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu.

Apabila kita mempunyai sikap positif mengenai pekerjaaan itu, maka kita akan bekerja lebih lama dan lebih keras. Artinya sikap dapat mempengaruhi perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda. (Wibowo, 2013)

C. Perkembangan Teknologi dalam Pengelolaan Sampah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tantang Pengelolaan Sampah, dijelaskan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari oleh manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Kemudian pada pasal 13 dalam Undang- Undang tersebut, ditegaskan bahwa setiap pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilihan sampah. Berikut inovasi teknologi pengelolaan sampah buatan Indonesia :

1. Mallsampah, merupakan startup asal Makassar yang berdiri sejak 2015 dan kini sudah menjadi perseroan terbatas.

2. Dispenser Mas Eco, merupakan dispenser pintar yang telah dirancang dengan memiliki sistem komputerisasi.

3. TOSS Listrik Kerakyatan, merupakan Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Listrik Kerakyatan merupakan program pengolahan limbah organik, seperti dedaunan, rumput, dan

(44)

26 pepohonan yang kemudian akan dijadikan sumber energi ekonomi alternatif.

4. Gringgo, yang telah berdiri sejak 2014 dan berbasis di Bali ini merupakan platform yang dapat menghubungkan masyarakat ke tempat pembuangan sampah terdekat agar mudah didaur ulang.

5. Angkuts, dengan nama Angkuts, startup asal Pontianak ini berfungsi untuk menyediakan layanan jasa pengangkutan sampah yang ditargetkan agar memudahkan masyarakat membuat sampah.

6. Sampah Muda, merupakan inovasi untuk menanggulangi sampah lainnya dalam bentuk startup. Prinsip kerja startup ini adalah menghubungkan pemilik sampah dengan pendaur ulang.

7. Mobil Bahan Bakar Limbah Plastik, merupakan inovasi teknologi yang diciptakan oleh mahasiswa UGM Yogyakarta dan menjadi juara dunia lomba inovasi teknologi yang diselenggarakan di London, Inggris.

(45)

27

Strategi Aktifitas Pedagang Terhadap Pencemaran Kanal yang Berlokasi di Sekitar Kanal Panampu

Pasar Terong Kota Makassar

Pengetahuan Lingkungan

Pengetahuan Kebijakann Pemerintah

Pengetahuan Penerapan

Teknologi Sikap

Pengetahuan dalam menjaga kebersihan kanal

Pengetahuan terkait aturan dan sanksi terhadap pembuangan sampah ke kanal

Pengetahuan tentang teknologi pengelolaan sampah

Sikap peduli terhadap kebersihan kanal

ANALISIS Chi-Square SWOT

Isu Penelitian

D. Kerangka Pikir

Gambar 2.7 Kerangka Pikir

Niat

Mengatur Memelihara Membiarkan

(46)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekitar Kanal Pannampu Pasar Terong, Kelurahan Tompo Balang, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah terhitung dari bulan juni sampai bulan agustus tahun 2020. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian dibawah ini :

Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan

Waktu

Mei Juni Juli Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan

Sinopsis

2 Penyusunan Bab I, II dan III 3 Asistensi

4

Survey dan Pengambilan

Data

5 Penyusunan Bab IV dan V 6 Asistensi

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

(47)

29 yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2018). Dalam memecahkan masalah, langkah yang penting adalah menentukan populasi karena menjadi sumber data sekaligus sebagai objek penelitian. Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian, yang padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang Pasar Terong yang beraktifitas di pinggir Kanal Panampu 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga untuk pegambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan- pertimbangan yang ada. (Sugiyono, 2011:81). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara multi stage sampling yaitu sampel yang diambil dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa metode diantaranya metode proportional sampling dan purposive sampling.

Purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan.

Menurut Sugiono (2009), dalam menentukan jumlah sampel,

(48)

30 peneliti menggunakan rumus slovin yaitu sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah sampel minimal, apabila sebuah populasi diketahui jumlahnya sebagai berikut :

n =

=

=

=

= 96 Dimana :

n= Jumlah sampel yang diambil

N=jumlah KK atau pengunjung dilokasi penelitian E= Tingkat kesalahan (10%)

Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan ialah 96 sampel.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data kualitatif, yaitu data non parametris yang berbentuk bukan angka. Data yang merupakan hasil wawancara dengan penyebaran kuesioner yang telah disiapkan kepada responden.

Adapun data yang dimaksud meliputi kondisi lokasi penelitian secara umum, Pengetahuan Sosial Seseorang, Sikap Individu

(49)

31 Seseorang, Kehidupan Sosial Seseorang, dan Niat untuk Perilaku.

b. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka. Adapun jenis data yang dimaksud ialah jumlah pedagang Pasar Terong, jumlah penduduk, luas wilayah dan data pendukung lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer yaitu, data lapangan berupa data yang di dapatkan melalui tinjauan langsung ke lapangan/ lokasi penelitian, berupa data perkembangan aktivitas masyarakat pada wilayah penelitian tersebut.

b. Data Sekunder yaitu, data yang diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, RTRW, dan sebagainya.

D. Teknik Pengambilan Data

Untuk dapat memperoleh data yang diharapkan agar dapat menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan, maka harus melakukan pengumpulan data dengan teknik sebagai berikut :

1. Metode Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Kuesioner yang digunakan oleh

(50)

32 peneliti sebagai instrumen penelitian, metode yang digunakan adalah dengan kuesioner tertutup. (Ekhomawaty, 2012)

2. Survei Lapangan

Teknik survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih mendetail, aktual dan langsung untuk mendapatkan data primer dari objek penelitian. Data primer didapatkan dengan tinjauan langsung di lokasi penelitian dengan cara melakukan pengambilan data langsung di lapangan. Salah satu bentuk dan cara mendapatkan data primer berupa penyebaran kuesioner kepada masyarakat untuk data-data yang dibutuhkan dari lokasi penelitian untuk mendapatkan data secara detail, aktual dan langsung.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada kajian teori tentang Munculnya Perilaku atau Theory Of Reason Action (TRA) Ajzen adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Indikator

Y = Perilaku Masyarakat

 Selalu

 Tidak

 Kadang-kadang X1 = Pengetahuan

Lingkungan

 Ya

 Kurang Tau

 Tidak Tau Sama Sekali X2 = Pengetahuan Kebijakan  Ya

(51)

33

Variabel Indikator

Pemerintah  Kurang Tau

 Tidak Tau Sama Sekali X3 = Pengetahuan

Penerapan Teknologi

 Ya

 Kurang Tau

 Tidak Tau Sama Sekali X4 = Sikap

 Peduli

 Kurang Peduli

 Tidak Peduli X5 = Niat

 Mengatur

 Memelihara

 Membiarkan

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan 2 Alat Analisis Data yaitu Chi-Square dan Analisis SWOT.

1. Untuk menjawab Rumusan Masalah pertama yaitu apa yang menyebabkan sehingga aktivitas pedagang Pasar Terong yang berlokasi disekitar kanal pannampu Pasar Terong menyebabkan pencemaran berupa buangan sampah pada kanal tersebut, digunakan Metode Analsis Chi-Square.

2. Untuk menjawab Rumusan Masalah kedua yaitu Bagaimana arahan atau strategi terhadap aktivitas pedagang Pasar Terong yang berlokasi disekitar Kanal Panampu Pasar Terong yang menyebabkan pencemaran berupa buangan sampah pada kanal tersebut digunakan Analisis SWOT.

a. Analisis Chi-Square

(52)

34 Chi-Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang terendah).

Analisis Chi-Square atau uji Chi-Square berguna untuk menguji pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). (Husaini &

Purnomo, 2008:227)

Analisis Chi-Square memiliki karakteristik : 1) Nilai Chi-Square selalu positif.

2) Terdapat beberapa keluarga distribusi Chi-Square, yaitu distribusi Chi-Square dengan DK=1, 2, 3, dan seterusnya.

3) Bentuk Distribusi Chi-Square adalah menjulur positif Masing-masing frekuensi menurut baris dan kolom, jumlah masing-masing sub bagian dan jumlah keseluruhan.

Selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:

[ ]

Dimana :

(53)

35 Fh = Frekuensi yang diharapkan

nfb = Jumlah frekuensi masing-masing baris nfk = Jumlah frekuensi masing-masing kolom N = Total Keseluruhan

Adapun rumus dari analisis Chi-Square adalah : X2 = [ ]

Dimana :

X2 : Nilai Chi-kuadrat

Fh : Frekuensi yang diharapkan F0 : Frekuensi yang diperoleh/diamati b. Analisis SWOT

Cara membuat Personal SWOT Analisis :

1) Tentukan indikator-indikator kekuatan, caranya adalah dengan mengidentifikasi semua indikator yang dapat kita kendalikan sendiri. Semua indikator yang mendukung tujuan kita merupakan indikator-indikator kekuatan. Sebaliknya, indikator yang menghambat atau mengganggutujuan kita merupakan indikator kelemahan.

2) Tentukan indikator-indikator kelemahan yang kita miliki.

Tujuan kita menentukan indikator ini adalah untuk meningkatkan kinerja kita. Dengan mengidentifikasi kelemahan, kita dapat memperbaiki diri.

(54)

36 3) Tentukan indikator–indikator peluang

4) Menentukan indikator ancaman. Tentukan faktor-faktor apa saja yang dianggap dapat mengancam.

5) Membuat Strategi SO, WO, ST, dan WT

Setelah masing-masing indikator SWOT ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat formulasi strategi dengan menggabungkan S dengan O, W dengan O, S dengan T, dan W dengan T. Cara ini dilakukan sesuai dengan tujuan kita melakukan analisis SWOT.

Sebelum melakukan pilihan strategi , kita perlu megetahui pengertian masing-masing kuadran dari hasil penggabungan, yaitu SO strategi, WO strategi, ST strategi, dan WT strategi.

a) Kuadran S-O : Strategi yang menggunakan seluruh kekuatan yang kita miliki untuk merebut peluang;

b) Kuadran W-O : Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk merebut peluang. Artinya banyak peluang yang dapat diraih, tetapi tidak ditunjang dengan kekuatan yang memadai (lebih banyak kelemahannya) sehingga kelemahan tersebut perlu diminimalisasi sehingga kelemahan tersebut perlu diminimalisasi terlebih dahulu;

(55)

37 c) KuadranS-T : Strategi yang disusun dengan menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang akan terjadi;

d) Kuadran W-T : Strategi yang disusun dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.

1) Model Analisis SWOT

Beberapa penyesuaian dalam pembentukan model analisis SWOT, yaitu:

a) Pembobotan tetap menggunakan skala 1 (sangat penting) hingga 0 (tidak penting), akan tetapi penentuan nilai skala untuk masing-masing situasi total berjumlah 1 dengan cara:

 Urutkan faktor situasi berdasarkan Skala Prioritas

(SP) (tertinggi nilainya 16 dari 4 x 4, urutan 2 nilainya 3 x 4 = 12 dan terendah nilai dari 4 dari 1 x 4) lalu dikalikan dengan konstanta (K) nilai tertinggi yaitu 4;

 Masing-masing nilai situasi tersebut dibagi dengan

total nilai SP x K.

b) Peringkat tetap menggunakan skala 1 (rendah) – 4 (tinggi) untuk kekuatan dan peluang. Sedangkan skala 4 (rendah) – 1 (tinggi) untuk kelemahan dan ancaman.

Namun jika tidak ada pembanding, maka nilai skala

(56)

38 ditentukan berdasarkan prioritas dari masing-masing situasi (misalnya skala 4 untuk peluang yang paling utama);

c) Nilai tertinggi untuk bobot X peringkat adalah 1 – 2 (kuat) dan terendah adalah 0 -1 (lemah).

Tabel 3.3 Internal Strategy Factor Analysis (IFAS)

No Kekuatan SP K SP x K Bobot

Jumlah

No Kelemahan SP K SP x K Bobot

Jumlah Sumber: Hasil Analisis

Tabel 3.4 Nilai Skor IFAS

No Kekuatan Bobot Rating

(1-4) Skor

Jumlah

(57)

39

No Kelemahan Bobot Rating

(4-1) Skor

Jumlah Sumber: Hasil Analisis

Tabel 3.5 External Strategi Factor Analysis (EFAS)

No Peluang SP K SP x K Bobot

Jumlah

No Ancaman SP K SP x K Bobot

Jumlah Sumber: Hasil Analisis

Tabel 3.6 Nilai Skor EFAS

No Peluang Bobot Rating

(1-4) Skor

Jumlah

No Ancaman Bobot Rating

(4-1) Skor

(58)

40 Jumlah

Sumber : Hasil Analisis

Kesimpulan :

1. Penentuan titik koordinat X, (IFAS) hasil KEKUATAN – KELEMAHAN 2. Penentuan titik koordinat Y, (EFAS) hasil PELUANG – ANCAMAN

Gambar 3.1 Kuadran SWOT

Tabel 3.7 Matriks Strategi SWOT

KELEMAHAN/

WEAKNESSES (W)

KEKUATAN/

STRENGTHS (S)

Susunan daftar kelemehan Susunan daftar kekuatan

PELUANG/

OPURTUNITY (O)

STRATEGI (WO)

STRATEGI (SO)

Susunan daftar peluang

Strategi yang

meminimalkann kelemahan dan memanfaatkan peluang

Strategi yang

menggunakan seluruh kekuatan yang kita miliki untuk merebut peluang

IFAS

EFAS

(59)

41 ANCAMAN/

TREAHTS(T)

STRATEGI (WT)

STRATEGI (ST)

Susunan daftar ancaman

Strategi yang

meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang

Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

(60)

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Makassar 1. Aspek Fisik Dasar

a. Letak Geografis

Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119°4’29,038”– 119°32’35,781” Bujur Timur dan 4°58’30,052”-5°14’0,146” Lintang Selatan dengan luasan 17.577 Ha. Menurut Permendagri Nomor 56 tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Adminitrasi Pemerintahan, luas Kota Makassar tercantum 199,26 km2. Dengan batas-batas wilayah adminstratif sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Maros

 Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

 Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros

 Sebelah Barat : Selat Makassar

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 15 Kecamatan dan 153 Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Kepulauan Sangkarrang. Di bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate

(61)

42 dan Kecamatan Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan Kecamatan Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo, Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun 2019

No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)

1. Mariso 1,82 1,04

2. Mamajang 2,25 1,28

3. Tamalate 20,21 11,50

4. Rappocini 9,23 5,25

5. Makassar 2,52 1,43

6. Ujung Pandang 2,63 1,50

7. Wajo 1,99 1,13

8. Bontoala 2,10 1,19

9. Ujung Tanah 4,40 2,50

10. Kep. Sangkarang 1,54 0,88

11. Tallo 5,83 3,32

12. Panakkukang 17,05 9,70

13. Manggala 24,14 13,73

14. Biringkanaya 48,22 27,43

15. Tamalanrea 31,85 18,11

Kota Makassar 175,77 100

Sumber : Kota Makassar Dalam Angka Tahun 2020

Berdasarkan tabel di atas Kecamatan Biringkanya merupakan kecamatan terluas di Kota Makassar. Luas wilayahnya kurang lebih mencapai 48,22 km2 atau sama dengan

(62)

43

27,43% dari total

(63)

43 luas Kota Makassar. Sedangkan, kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Kepulauan Sangkarang dengan luas sebesar 1,54 km2 atau 0,88% dari keseluruhan total luas wilayah Kota Makassar dan yang paling besar adalah Kecamatan Biringkanaya denagn luas 48,22 Km2 atau 27.43% dari total luas keseluruhan Kota Makassar.

(64)

44 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Makassar

(65)

45 b. Topografi

Topografi Kota Makassar dicirikan dengan keadaan dan kondisi sebagai berikut: tanah relatif datar, bergelombang, dan berbukit serta berada pada ketinggian 0-25 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan tingkat kemiringan lereng (elevasi) 0-15%. Sementara itu, dilihat dari klasifikasi kelerengannya, sebagian besar berada pada kemiringan 0-5%. Ini menunjukkan bahwa untuk kondisi ruang seperti ini Kota Makassar sangat berpotensi untuk pengembangan kegiatan permukiman, perdagangan, jasa, industri, rekreasi, pelabuhan laut dan fasilitas penunjang lainnya.

c. Hidrologi

Kota Makassar memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 32 km dengan kondisi hidrologi Kota Makassar dipengaruhi oleh 2 sungai besar yang bermuara di pantai sebelah barat kota.

Kedua sungai tersebut ialah Sungai Jene’berang yang bermuara di sebelah selatan dan Sungai Tallo yang bermuara di sebelah utara. Sungai Je’neberang misalnya, mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara di bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit air 1-2 m3 /detik). Sedangkan Sungai Tallo dan Pampang yang bermuara di bagian utara Kota Makassar adalah sungai dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini dilakukan pemilihan bahan untuk pembuatan sari jahe, sari kacang hijau, dan sari kacang kedelai dan dilakukan uji protein dengan metode Kjeldahl

Pada pengujian terhadap tabung kolimasi diperoleh hasil yang sesuai, sementara untuk pengujian generator dan tabung pesawat sinar-x pada umumnya memberikan performa

Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia dari kerangka acuan pelaku, yakni bagaimana pelaku (pengelola Lembaga Zakat) memandang dan menafsirkan

Dalam penelitian Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Adminsitrasi Kependudukan (Studi Pada Pelaksanaan Pelayanan

Melihat kepada perubahan struktur umur penduduk sekarang ini, terlihat bahwa jumlah perempuan lansia yang memiliki usia harapan hidup tinggi dan masih bekerja di usia

Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa produksi gas metana antara rumput Kumpai Tembaga dengan Jerami Padi tidak terlalu jauh berbeda hanya 2.26mM meskipun

Merupakan suatu kehormatan dan kebanggan bagi Politeknik Negeri Jember, sebagai salah satu perguruan tinggi vokasi untuk dapatnya menyelenggarakan suatu kegiatan

Harga gula dunia yang diperkirakan akan tinggi, peluang pasar domestik dan internasional yang masih terbuka, serta kebijakan pemerintah yang relatif kondusif untuk