• Tidak ada hasil yang ditemukan

Moderasi Beragama dalam Nilai-Nilai Toleransi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Moderasi Beragama dalam Nilai-Nilai Toleransi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODERASI BERAGAMA DALAM NILAI-NILAI TOLERANSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPMDI (Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam)

Dosen Pengampu : Dr. H. Dwi Surya Atmaja, MA

Wahyu Nugroho, MH

Disusun Oleh :

AYU ANGRAINI (12001029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2022/2023

(2)

Abstrak

Tujuan pembuatan artikel ini adalah untuk memahami pentingnya moderasi beragama dalam nilai-nilai toleransi, sedangkan tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk membahas moderasi beragama dalam nilai-nilai toleransi.

Tujuan dari ini adalah untuk memiliki pemahaman menyeluruh tentang apa yang sebenarnya diperlukan oleh toleransi dan moderasi beragama, bersama dengan keterbatasannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dapat menghasilkan informasi beserta catatan dan informasi deskriptif yang diperoleh dari teks yang diteliti. Penjelasan yang gamblang, teliti, dan kritis mengenai moderasi beragama dalam nilai-nilai toleransi diberikan melalui analisis deskriptif dalam penelitian kualitatif. Menurut kajian ini, kerukunan umat beragama harus dipraktikkan secara moderat agar dapat menumbuhkan kerukunan antar umat beragama atau berkeyakinan. Untuk mengelola situasi keagamaan di Indonesia yang sangat beragam, kita membutuhkan visi dan solusi yang dapat menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam menjalankan kehidupan keagamaan, yakni dengan mengedepankan moderasi beragama, menghormati keragaman, serta tidak terjebak pada Intoleransi, ekstremisme dan Radikalisme. Toleransi terhadap agama yang berbeda tidak berarti bahwa seseorang harus mengadopsi mereka. Bahkan tidak untuk membahas perbedaan ide-ide keagamaan. Di sini, toleransi mengacu pada interaksi sosial (muamalah), di mana ada batas-batas yang disepakati yang boleh dilanggar atau tidak.

.

Kata Kunci: moderasi; agama, nilai-nilai toleransi

PENDAULUAN

Tindakan yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah atau konflik di antara berbagai agama dalam masyarakat itu adalah moderasi beragama. Untuk memastikan bahwa semua kelompok agama dapat melakukan tindakan moderasi beragama tanpa menghadapi kendala apapun. karena moderasi beragama bertujuan untuk menjunjung tinggi keutuhan satu sama lain daripada merugikan atau mempermalukan pemeluk agama lain, daripada memecah belah orang menurut agamanya (Edy Sutrisno, 2019). Mengingat bahwa kelompok agama yang mewakili agama yang berbeda saat ini mempraktikkan perbedaan mereka (Edi Junaedi, 2019)

Negara Indonesia mengutamakan sikap toleran yang dapat menimbulkan kerukunan antar umat beragama, menjadikannya sebagai salah satu negara dengan konsentrasi umat Islam terbesar di dunia.

Akibatnya, sangat penting untuk memberikan prioritas utama pada

(3)

kehidupan beragama dan mempromosikan budaya toleransi. Adanya moderasi beragama menciptakan keharmonisan antar umat beragama itu sendiri, yang memunculkan perselisihan antar umat beragama.

Moderasi beragama sangat penting karena toleransinya, yang menjadikannya pendekatan yang bagus untuk menangani ancaman terhadap kehidupan beragama (Rahmat Hidayat, 2022)

Segala sesuatu di dunia ini diciptakan secara unik oleh Allah SWT, termasuk suku, agama, ras, adat istiadat, dan bahasa. Akibatnya, orang biasanya terjebak dalam segala hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Sebagai bangsa moderat yang tidak menonjolkan perbedaan tetapi lebih menonjolkan kesamaan antar individu, kita memiliki sesuatu yang bisa menjadi kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan kita yang membuat moderasi beragama menjadi subjek yang menarik untuk diteliti. Jadi, daripada malah memecah belah, itu lebih mempersatukan (Rahmat Hidayat, 2022)

Toleransi (tasamuh) adalah sikap membiarkan atau membiarkan perbedaan pendapat dan tidak menolak pandangan, sikap, atau cara hidup yang berbeda dengan diri sendiri. Sikap toleransi diterapkan tidak hanya pada persoalan-persoalan yang menyangkut berbagai dimensi spiritual dan moral, tetapi juga pada persoalan-persoalan yang lebih umum, seperti berbagai pandangan politik dan ideologis (Ali, 2003) Hasil atau buah dari hubungan sosial yang erat dalam masyarakat adalah toleransi. Manusia tidak dapat dipungkiri pergaulannya dalam kehidupan sosial keagamaan, baik dengan kelompoknya sendiri maupun dengan orang lain yang terkadang berbeda agama atau kepercayaan; Oleh karena itu, umat beragama harus bekerja untuk memajukan perdamaian dan ketenteraman satu sama lain dalam batas- batas toleransi untuk mencegah keresahan sosial dan gesekan ideologis antara pemeluk berbagai agama (Mhd Abror, 2020).

Pada kenyataannya, mempromosikan toleransi dan konformitas di tingkat lokal, nasional, dan internasional membutuhkan moderasi beragama. Kunci keseimbangan, untuk menjaga peradaban, dan memupuk perdamaian, adalah pilihan moderasi dengan menolak radikalisme dan liberalisme dalam beragama.(Kementerian Agama RI, 2019). Ajaran Islam menekankan toleransi tidak hanya untuk satu sama lain tetapi juga untuk kosmos, makhluk hidup, dan lingkungan. Dengan definisi toleransi yang begitu luas, kerukunan antar umat beragama dalam Islam mendapat perhatian yang signifikan dan serius (Hertina, 2009). Ketika sampai pada pertanyaan tentang kepercayaan manusia yang berkaitan dengan iman atau ketuhanan yang dianut orang, kami menyebutnya memiliki perspektif agama. Setiap orang harus dihargai karena hidup sesuai dengan ajaran yang dianut atau diyakininya dan harus memiliki kebebasan untuk memilih dan meyakini agama

(4)

(memiliki akidah) pilihannya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka fokus kajian artikel ini adalah untuk mendeskripsikan tentang betapa pentingnya moderasi beragama dalam nilai-nilai toleransi.

Adapun tujuan dari pembuatan artikel ini untuk memahami pentingnya moderasi beragama dalam nilai-nilai toleransi.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah jenis penelitian kualitatif, yang dapat menghasilkan informasi serta catatan dan data deskriptif yang diambil dari teks yang diteliti. Penjelasan yang jelas, sistematis, obyektif, dan kritis tentang moderasi beragama dalam nilai-nilai toleransi melalui analisis deskriptif dalam penelitian kualitatif. Kemudian buku dan jurnal yang mendukung penelitian dan memberikan data tambahan dianggap sebagai sumber data sekunder.

Hasil dan Pembahasan Moderasi Beragama

Kata Latin moderatio, yang berarti ada, adalah tempat asal kata moderasi (tidak berlebih dan tidak kekurangan). Ungkapan itu juga mengacu pada pengendalian diri (dari sikap kelebihan dan kekurangan).

Kata “moderasi” memiliki dua arti, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): 1. mengurangi kekerasan dan 2. menghindari ekstrim. Ketika seseorang digambarkan sebagai "moderat", itu menunjukkan bahwa mereka sedang berakal sehat, lumayan, dan tidak berlebihan. Kata "moderasi" sering digunakan dalam bahasa Inggris yang berarti "rata-rata", "inti", "standar", atau "tidak selaras". Secara umum, moderasi memerlukan penekanan pada keselarasan dalam hal nilai, prinsip, dan moralitas, baik saat berhubungan dengan orang lain sebagai individu maupun saat berinteraksi dengan organisasi negara (Kementerian Agama RI, 2019).

Moderasi adalah pola pikir meminimalkan atau menghindari ekstrem. Kata Arab untuk moderasi adalah "al-wasathiyyah," yang berasal dari kata "wasath," yang berarti berada di tengah-tengah dua ekstrim atau menjadi adil, rata-rata, atau biasa-biasa saja. Wasathiyyah adalah prinsip agama Islam yang memerintahkan pengikutnya untuk tidak memihak, masuk akal, biasa-biasa saja, membantu, dan profesional. (Rahmat Hidayat, 2022)

(5)

Kata moderasi dikatakan berasal dari kata bahasa Inggris

"moderasi", yang berarti masuk akal dan menahan diri dari melebih- lebihkan. Istilah "moderator" juga bisa merujuk pada ketua, perantara, atau mediator. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan moderasi sebagai menjauhi ekstrimitas atau tindakan kekerasan. Kata ini merupakan gabungan dari kata moderat, yang menunjukkan penghindaran yang konsisten terhadap perilaku ekstrim (Rahmat Hidayat, 2022)

Jadi istilah “Moderasi Beragama” mengacu pada sikap menghindari ekstrimitas dalam praktik keagamaan ketika kata

“moderasi” dan “agama” digabungkan. Yang dimaksud dengan

"Moderasi Beragama" adalah sikap dan upaya untuk menjadikan agama sebagai dasar dan prinsip untuk senantiasa menghindari perilaku ekstrim atau radikalisme dan selalu mencari jalan tengah untuk mendekatkan seluruh komponen masyarakat Indonesia, negara, dan negara. Definisi lain dari moderasi beragama adalah pandangan moderat tentang agama, yang mencakup penafsiran dan pengamalan ajaran agama secara tidak berlebihan dan tidak radikal. Radikalisme agama adalah keyakinan atau arus kuat yang bersumber dari doktrin agama dan menumbuhkan intoleransi. Moderasi beragama merupakan upaya atau sikap yang positif dan inovatif untuk menumbuhkan mentalitas berwawasan keberagamaan meskipun dengan berbagai keterbatasan. Dengan menahan diri untuk tidak inklusif, moderasi dapat dicapai. Beragam keyakinan, paham, dan pandangan Islam akan memiliki ruang untuk berkembang dalam pola pikir Islam yang inklusif (Rahmat Hidayat, 2022)

Menurut Fahrudin, 2019, Moderasi Beragama, atau sikap religius yang moderat, diperlukan untuk mencapai kerukunan nasional dan agama (Fahrudin, 2019)

Nilai moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari akan melahirkan agama yang benar-benar berfungsi untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Agar perbedaan dalam suatu umat beragama mencerminkan bahwa umat akan menjadi satu meskipun berbeda-beda, maka sikap moderasi adalah sikap tidak saling menyalahkan dan tidak merasa benar sendiri. Ada tiga alasan yang sangat signifikan untuk moderasi beragama dalam masyarakat, bangsa, dan negara: 1. Menjaga harkat manusia sebagai ciptaan Tuhan. 2.

Menghindari perselisihan. 3. Sebagai taktik budaya untuk melindungi negara dan negara (Rahmat Hidayat, 2022)

Maka dari penjelasan di atas bahwa kata “moderasi” berasal dari bahasa Latin, yang berarti pengendalian diri untuk menghindari sikap yang berlebihan atau kurang. Moderasi beragama mengacu pada sikap kita terhadap agama, praktik kita terhadapnya, dan pemahaman

(6)

kita terhadap ajarannya. Hal itu merupakan faktor utama dalam membina kerukunan dan toleransi beragama.

Nilai-nilai Toleransi

Kata "toleransi", yang menunjukkan pemberian kebebasan dan menunjukkan kesabaran ketika berhadapan dengan orang lain, berasal dari bahasa Inggris. Kata bahasa Arab untuk "toleransi" adalah

"tasamuh", yang berarti mentolerir, mengizinkan, atau saling membuat sederhana. Toleransi pada dasarnya adalah menerima keyakinan atau cita-cita yang dipegang atau dijunjung tinggi orang lain tanpa mengorbankan keyakinan atau cita-cita itu sendiri (Ali Anwar Yusuf, 2002)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan toleransi sebagai sifat atau sikap menghargai berbagai atau menentang pandangan, pendapat, keyakinan, dan perilaku. Toleransi dapat diartikan secara luas sebagai disposisi untuk memberikan kebebasan kepada setiap manusia dalam memegang teguh keyakinan dan mengarahkan kehidupannya, yang terwujud dalam sikap dan perilaku tanpa paksaan. Dengan kata lain, itu adalah disposisi untuk merangkul nilai-nilai orang lain dengan anggun. Bukan berarti perilaku toleran merusak kepercayaan (M Thoriqul Huda dan Uly Dina, 2019).

Padahal, toleransi tumbuh dari keragaman, khususnya keragaman agama dan budaya yang mencakup tradisi, adat istiadat, atau praktik yang sejalan dengannya. Oleh karena itu, kebutuhan untuk menumbuhkan nilai-nilai toleransi baik dalam kehidupan masyarakat maupun individu semakin tumbuh seiring dengan semakin beragamnya bangsa atau masyarakat. Hal ini akan memungkinkan terwujudnya keharmonisan dan keselarasan dalam hidup, bebas dari konflik dan ketegangan sosial. selain itu, ada konflik interpersonal dan antagonisme dalam masyarakat (Endang Purwaningsih, 2015)

Wikipedia Ensiklopedia, mengutip Perez Zagorin, menjelaskan dalam bidang ilmu sosial, budaya, dan agama, istilah “toleransi”

mengacu pada sikap dan perilaku yang melarang diskriminasi terhadap kelompok lain atau dianggap tidak menyenangkan oleh mayoritas masyarakat (H Bahari, 2010)

Toleransi merupakan salah satu sifat yang diajarkan oleh pemeluk agama di Indonesia, termasuk Islam. Toleransi merupakan salah satu prinsip yang diajarkan kepada umat Islam dalam ajaran Islam. Toleransi disamakan dalam ajaran Islam dengan prinsip inti lainnya seperti keadilan, hikmah (ilmu), al-maslahah al-ammah (manfaat universal), dan rahmah (kasih sayang) (Amirulloh Syarbini, 2011)

(7)

Islam adalah agama damai yang mempromosikan koeksistensi dengan orang-orang dari agama lain serta dengan umat Islam lainnya.

Dalam hal interaksi sosial, Al-Qur'an memberikan petunjuk agar umatnya memiliki kecintaan terhadap semua makhluk hidup dan menjadikan kasih sayang dan kasih sayang ini sebagai sifat umat Islam dalam menciptakan peran sosial mereka di wilayah kehidupan komunal (Somad dkk, 2007). Toleransi dalam konteks agama dan kepercayaan berarti menghormati, menerima, dan membiarkan agama dan kepercayaan yang berbeda dengan agama dan kepercayaannya sendiri.

John Locke adalah orang pertama yang mengeksplorasi toleransi beragama dalam konteks hubungan antara gereja dan negara Inggris. Di sini, toleransi diartikan sebagai keinginan untuk menghargai pendapat, sikap, dan perilaku orang lain, meskipun Anda tidak setuju dengan mereka. Toleransi dalam masyarakat Muslim mengacu pada pandangan dan perilaku Muslim terhadap non-Muslim, dan sebaliknya..

Keutamaan toleransi adalah tindakan mendidik diri sendiri untuk senantiasa berpikiran terbuka, menerima, memahami, dan membiarkan orang lain menganut keyakinan yang berbeda dengan diri sendiri, termasuk yang berbeda dalam hal agama, budaya, suku, posisi, pandangan, dan kategori lainnya. kita. Nilai: Dalam pembelajaran, kebutuhan akan toleransi sangat ditonjolkan. Beberapa ciri karakter yang terdapat dalam toleransi antara lain rasa hormat, persaudaraan, kebebasan, kerjasama, tolong-menolong, dan berbagi (Muhammad Usman dan Anton Widyanto, 2019) Penting untuk menetapkan cita-cita pada orang untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial mereka dan menumbuhkan rasa kebersamaan dan koherensi dalam interaksi mereka (Qiqil Yuliati Zakiyah dan Rusdiyana, 2014)

Penerapan nilai toleransi bertujuan untuk membantu seseorang memutuskan, meningkatkan kebersamaan, dan kekompakan dalam interaksi interpersonal dengan tidak mengutamakan ego dalam arti memiliki kesabaran, pengertian yang luas, hati yang besar, mampu menahan diri, memberikan kebebasan kepada orang lain. kemauan, dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan pendapatnya. meskipun bertentangan dengan keyakinan pribadi seseorang, demi memupuk toleransi dan keharmonisan dalam interaksi sosial (Jirhanudin, 2010). Secara umum, kita bisa mulai dengan memikirkan bagaimana kita mampu menyikapi perbedaan (pendapat) yang mungkin ada dalam keluarga kita ketika membangun cita-cita toleransi. Bangun persatuan atau kerukunan dan sadar akan perbedaan agar semua saudara sebangsa dapat mulai bertoleransi satu sama lain (Dwi Ananta Devi, 2009).

Jadi, toleransi dapat dipahami sebagai watak kesabaran dan penolakan untuk mencampuri pandangan sendiri atau keyakinan orang

(8)

yang beragama lain. Untuk membangun rasa persatuan dan persaudaraan serta menjalani kehidupan yang damai dan sejahtera, toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati di antara orang-orang dari berbagai kondisi dan latar belakang. Toleransi dalam konteks agama dan kepercayaan berarti menghormati, menerima, dan membiarkan agama dan kepercayaan yang berbeda dengan agama dan kepercayaannya sendiri.

Pentingnya Moderasi Beragama Dalam Nilai Toleransi

Ketika sampai pada pertanyaan tentang kepercayaan manusia yang berkaitan dengan iman atau ketuhanan yang dianut orang, maka menyebutnya memiliki perspektif agama. Setiap individu harus diberikan kebebasan untuk memilih dan menjalankan agama (memiliki akidah) pilihannya dan menerima penghormatan untuk melakukannya (Mhd Abror, 2020). Hasil atau buah dari hubungan sosial yang erat dalam masyarakat adalah toleransi (Mhd Abror, 2020).

Manusia tidak dapat memungkiri pergaulan dalam kehidupan sosial keagamaan, baik dengan kelompoknya sendiri maupun dengan orang lain yang terkadang berbeda agama atau kepercayaan. Melihat kenyataan ini, umat beragama harus berupaya memajukan perdamaian dan ketenteraman satu sama lain dalam batas-batas toleransi untuk mencegah keresahan sosial dan konflik ideologis antar pemeluk agama yang berbeda (Mhd Abror, 2020).

Terlepas dari kenyataan bahwa ada banyak organisasi atau faksi, toleransi adalah perilaku yang melarang prasangka. Toleransi beragama merupakan salah satu bentuk toleransi. Adanya toleransi beragama menumbuhkan sikap saling menghargai antar pemeluk agama lain, atau dengan kata lain pentingnya toleransi terletak pada kemampuan menumbuhkan sikap saling menghormati. Konflik dapat dikurangi dengan mentalitas berbasis toleransi, dan hubungan antar kelompok agama akan jauh lebih baik dan lebih damai sebagai hasilnya.Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan pola pikir toleran ke depan karena akan bermanfaat bagi kualitas hidup kita.

Karena komitmen utamanya pada toleransi, moderasi beragama merupakan strategi yang sangat efektif untuk memerangi radikalisme agama, yang mengancam kehidupan beragama dan menciptakan persatuan atau persatuan yang sangat kuat. Namun yang pasti, di masa sekarang, khususnya di kalangan anak muda, jarang ditemukan sikap toleransi antar umat beragama (Rahmat Hidayat, 2022).

Pengeboman gereja Medan adalah salah satu contoh intoleransi antar umat beragama; kejadian ini menunjukkan bahwa tidak ada rasa hormat di antara kelompok agama yang berpartisipasi dalam ibadah.

Dari kasus ini, kita bisa mengambil pelajaran tentang bagaimana

(9)

menumbuhkan semangat toleransi. Di mana pun kita berada, kita tidak boleh melupakan apa itu toleransi dan betapa pentingnya bagi keberadaan kita sebagai umat beragama.

Ajaran Islam menekankan toleransi tidak hanya untuk satu sama lain tetapi juga untuk kosmos, makhluk hidup, dan lingkungan. Karena toleransi beragama merupakan persoalan yang berkaitan dengan eksistensi keimanan manusia kepada Allah SWT, maka toleransi antar umat beragama dalam Islam patut mendapat perhatian penting dan serius dengan pengertian toleransi yang luas tersebut. Dia sangat rentan, primal, dan cenderung memulai perkelahian yang mungkin menarik banyak perhatian dari Islam. Islam secara total mengamanatkan toleransi dalam hal doktrin. Islam ditandai dengan definisinya sebagai "aman", "damai", dan "menyerah".Ungkapan

"Islam adalah agama rahmatal lil'lamîn" sering digunakan untuk menggambarkan Islam (agama yang rahmat bagi seluruh alam). Hal ini memperjelas bahwa masuknya Islam tidak bertujuan untuk menggantikan agama lain; sebaliknya, Islam mempromosikan percakapan, toleransi, dan menghormati orang lain. Islam telah memahami dengan jelas bahwa kehendak Tuhan bagi keragaman manusia dalam keyakinan dan agama tidak memungkinkan untuk menjadi setara atau bersatu (Mhd Abror, 2020).

Dijunjung tinggi, toleransi adalah dasar perdamaian yang diperlukan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Menurut Michael Walzer, toleransi merupakan prasyarat bagi seseorang atau suatu masyarakat untuk mewujudkan tujuannya, yaitu hidup damai meskipun ada perbedaan sejarah, agama, ras, dan budaya (Zulkipli Lessy, 2022).

Sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an surat Al-Hujarat:13 yang dimulai dengan, “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah membentuk kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dari laki-laki dan perempuan agar kamu saling mengenal di sisi Allah, Yang Maha Penyayang di antara kamu sekalian," toleransi jelas ditekankan dalam firman Allah.

Prinsip-prinsip inti ayat tentang hubungan manusia, fakta bahwa orang adalah satu kesatuan, dan gagasan bahwa meskipun berbeda, orang harus mengenal satu sama lain secara pribadi sebelum menjalin keintiman, kerja sama, dan saling membantu adalah beberapa nilai yang dapat dirujuk. Toleransi merupakan syarat bagi setiap orang yang menginginkan visi kehidupan yang aman dan saling menghargai dalam dunia moderasi Islam. Moderasi Islam juga mengajarkan nilai toleransi dalam menghadapi berbagai contoh perilaku, karena pluralitas manusia adalah kehendak Tuhan (Zulkipli Lessy, 2022)

Maka dapat disimpulkan karena menyangkut persoalan keyakinan manusia dalam kaitannya dengan keyakinan atau tuhan yang

(10)

diyakininya, moderasi beragama dalam cita-cita toleransi menjadi sangat penting. Toleransi dan kerukunan harus dipromosikan melalui moderasi beragama pada skala lokal, nasional, dan internasional.

Kebajikan yang mempromosikan kedamaian dan keseimbangan masyarakat dalam keluarga, komunitas, dan kehidupan pribadi adalah moderasi. Dengan menjalin kerjasama dan mengedepankan perdamaian dan toleransi dalam masyarakat, gerakan untuk memupuk toleransi dan menghargai keberagaman harus terus tumbuh. Kecenderungan ajaran agama untuk berlebihan atau melampaui batas sering mengakibatkan klaim kebenaran sepihak yang merasa dirinya paling benar sedangkan yang lain salah, karenanya moderasi dalam olahraga sangat penting.

Kesimpulan

Menghindari ekstrem dalam aktivitas keagamaan inilah yang dimaksud dengan moderasi beragama. Yang dimaksud dengan

"Moderasi Beragama" adalah sikap dan upaya untuk menjadikan agama sebagai dasar dan prinsip untuk senantiasa menghindari perilaku ekstrim atau radikalisme dan selalu mencari jalan tengah untuk mendekatkan seluruh komponen masyarakat Indonesia, negara, dan negara. Kualitas atau sikap toleransi adalah penghargaan terhadap berbagai atau sudut pandang yang berlawanan. Toleransi dapat diartikan secara luas sebagai disposisi untuk memberikan kebebasan kepada setiap manusia dalam memegang teguh keyakinan dan mengarahkan kehidupannya, yang terwujud dalam sikap dan perilaku tanpa paksaan. Pada kenyataannya, toleransi tumbuh dari keragaman, terutama dalam hal agama dan budaya, bersama dengan tradisi atau praktik apa pun yang terkait. Oleh karena itu, tuntutan akan pentingnya memupuk cita-cita toleransi baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun pribadi tumbuh seiring dengan semakin beragamnya bangsa atau masyarakat. Dalam pendidikan, kebutuhan toleransi sangat ditekankan. Beberapa ciri karakter yang terdapat dalam toleransi antara lain rasa hormat, persaudaraan, kebebasan, kerjasama, tolong- menolong, dan berbagi.

Karena toleransi beragama merupakan persoalan yang berkaitan dengan eksistensi keimanan manusia kepada Allah SWT, maka toleransi antar umat beragama dalam Islam mendapat perhatian yang signifikan dan serius. Dijunjung tinggi, toleransi adalah dasar perdamaian yang diperlukan untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Karena menyangkut persoalan keyakinan manusia dalam kaitannya dengan keyakinan atau Tuhan yang diyakininya, moderasi beragama dalam cita-cita toleransi menjadi sangat penting. Toleransi dan

(11)

kerukunan harus dipromosikan melalui moderasi beragama pada skala lokal, nasional, dan internasional. Kebajikan yang mempromosikan kedamaian dan keseimbangan masyarakat dalam keluarga, komunitas, dan kehidupan pribadi adalah moderasi. Dengan menjalin kerjasama dan mengedepankan perdamaian dan toleransi dalam masyarakat, gerakan untuk memupuk toleransi dan menghargai keberagaman harus terus tumbuh.

Daftar Pustaka

Ali Anwar Yusuf. (2002). Wawasan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ali, M. (2003). Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Kompas.

Amirulloh Syarbini, dkk. (2011). Al-Qur’an dan Kerukunan Hidup Umat Beragama. Bandung: Quanta.

Dwi Ananta Devi. (2009). Toleransi Beragama. Semarang: Pamularsih.

Edi Junaedi. (2019). Inilah Moderasi Beragama Perspektif Kemeng.

Jurnal: HARMONI, vol 18.

Edy Sutrisno. (2019). Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan. Jurnal: Bimas Islam, Vol 12.

Endang Purwaningsih. (2015). Mengmbangkan Sikap Toleransi dan Kebersamaan di Kalangan Siswa. Jurnal: Visi ILmu Pendidikan, Vol 7.

Fahrudin. (2019). Pentingnya Moderasi Beragama Bagi Penyuluhan Agama. Jakarta: Republika.

H Bahari. (2010). Toleransi Beragama Mahasiswa. Jakarta: Maloho Abadi Press.

Hertina. (2009). Toleransi. Jurnal: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, Vol 1.

Jirhanudin. (2010). Perbandingan Agama Pengantar Studi Memahami

(12)

Agama-agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Agama RI. (2019). Moderasi Beragama. Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

M Thoriqul Huda dan Uly Dina. (2019). Urgensi Toleransi Antar Agama Dalam Perspektif Tafsir al-Syaarawi. Jurnal: Pendidikan Dan Keislaman, Vol 8.

Mhd Abror. (2020). Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi.

Jurnal: Pemikiran Islam, Vol 1.

Muhammad Usman dan Anton Widyanto. (2019). Internalisasi nilai- nilai Toleransi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Lhokseumawe, Aceh, Indonesia. Jurnal: Of Islamic Education, Vol 2.

Qiqil Yuliati Zakiyah dan Rusdiyana. (2014). Pendidikan Nilai Kajian, Teori, dan Praktik di Sekolah. Bandung: Pustaka Setia.

Rahmat Hidayat. (2022). Toleransi dan Moderasi Beragama. Jurnal:

Pendidikan Profesi Guru Agama Islam, Vol 2.

Somad dkk. (2007). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Trisakti.

Zulkipli Lessy. (2022). Implementasi Moderasi Beragama di Lingkungan Sekolah Dasar. Jurnal: Paedagogie, Vol 3.

Referensi

Dokumen terkait

Karena disana pun ada yang berdakwah kepada Allah dan menyeru kepada Aqidah ini, akan tetapi itu adalah perjuangan perorangan, berbeda dengan perjuangan disini

Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati dan belajar dari orang

Nilai-nilai keagamaan dalam aspek akidah siswa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, begitu tertanamkan dengan sangat baik, sikap yang mengarah kepada toleransi beragama

Dengan menggunakan tingkat kemiskinan sebagai target intervensi dan angka partisipasi murni (APM) sebagai salah satu indikator utama dibidang pendidikan pada jenjang

Sing-masing sehingga tempat diam & “orang Belanda jang akan toeroet memilih itoe terlaloe terpentjil | “dan berdjaoeh djaoehan, dan lagi kareha berhoeboeng

Waktu pengaliran dapat diperoleh sebagai pendekatan dengan membagi panjang aliran maksimum dari saluran samping dengan kecepatan rata-rata aliran pada saluran tersebut..

Pelaku yang dibekuk aparat Polsek sawah besar merupakan warga Kebay- oran baru, Jaksel yang selama ini kerap mengedarkan shabu di sejumlah wilayah di Jakarta.. Kapolsek sawah