• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH APLIKASI PUPUK BOKASHI TERHADAP PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KERING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH APLIKASI PUPUK BOKASHI TERHADAP PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KERING"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH APLIKASI PUPUK BOKASHI TERHADAP PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA LAHAN KERING

The Effect of Bokashi on Corn Plants Productions (Zea mays L.) at Dry Land

WA ODE SUMIATI1), NINI MILA RAHNI1), dan ZULFIKAR2*)

1)Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo,

2)Jurusan Ilmu tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo

*Penulis Korespondensi, E-mail: zulfikar@uho.ac.id

ABSTRACT

This study aims to knowing the effect of bokashi on corn plants productions and determine corn productivity (Zea mays L.) at dry land. This research was carried in Lakalamba Village, Sawerigadi District, West Muna Regency and the Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, Halu Oleo University, from July to November 2021. This study used a Randomized Block Design (RBD) consist of 5 treatment levels, B0: No fertilizer; B1: 5 t ha-1 (6 kg per plot); B2: 10 t ha-1 (12 kg per plot); B3: 15 t ha-1 (18 kg per plot); B4: 20 t ha-

1 (24 kg per plot). Each treatment was repeated 3 times to obtain 15 experimental units. Each treatment was repeated 3 times to obtain 15 experimental units. Variables was observed included yield components, namely cob weight per plant, length of ear, diameter of ear, number of rows per ear, weight of seed per ear, weight of 100 seeds and yields of cob weight per plot, weight of seed per plot and productivity. The results showed that there was an effect of bokashi fertilizer on maize yields, namely cob weight per plant, cob length, cob diameter, seed weight per plant, seed weight per plot, cob weight per plot and productivity.

The 5 t ha-1 treatment was the optimal and efficient dose of bokashi fertilizer and significantly increased the nutrient contribution to dry land and supported maize yields with productivity reaching 3,75-4,40 t ha-1. Keywords: bokashi fertilizer; corn plants; dry land; yield components

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk bokashi terhadap komponen hasil dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.) pada lahan kering. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lakalamba Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat dan Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Univesitas Halu Oleo. Penelitian berlangsu ng dari Bulan Juli sampai November 2021. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 5 taraf perlakuan yaitu B0: Tanpa pupuk; B1: 5 t ha-1 (6 kg per petak ); B2: 10 t ha-1 ( 12 kg per petak ); B3: 15 t ha-1 (18 kg per petak ); B4:

20 t ha-1 (24 kg per petak ). Setiap perlakuan masing-masing diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh sebanyak 15 unit percobaan. Variabel yang diamati meliputi komponen hasil yaitu bobot tongkol per tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot biji per tongkol, bobot 100 biji dan hasil yaitu bobot tongkol per petak, bobot biji per petak dan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pupuk bokashi terhadap hasil tanaman jagung yaitu bobot tongkol per tanaman panjang tongkol, diameter tongkol, bobot biji per tanaman, bobot biji per petak, bobot tongkol per petak dan produktivitas. Perlakuan 5 t ha-1 merupakan dosis pupuk bokahsi yang optimal dan efisien dan secara nyata meningkatkan sumbangan hara pada lahan kering dan mendukung hasil tanaman jagung dengan produkstivitas mencapai 3,75 – 4,40 t ha-1.

Kata Kunci: Jagung; komponen hasil; lahan kering; pupuk bokashi

Sitasi: Sumiati, W.O., Rahni, N.M., & Zulfikar. (2022). Pengaruh Aplikasi Pupuk Bokashi Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Lahan Kering. Berkala Ilmu-Ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, 2(4), 203-210.

(2)

Hal. 204 PENDAHULUAN

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi.

Jagung juga memiliki peranan besar di Indonesia, kandungan nutrisi jagung hampir sebanding dengan beras sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan jagung sebagai sumber pangan utama selain beras, selain itu jagung berfungsi sebagai makanan pokok dan pakan ternak serta bahan baku industri.

Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman jagung (Anwar et al., 2020). Produksi jagung pada periode I (Januari- April) 2017 mencapai 105.373 ton pada luasan 28.259 ha sementara pada periode II (Mei- Agustus) mengalami penurunan dengan produksi 58.066 ton pada luasan panen 14.020 ha (BPS, 2018).

Produksi jagung pada tahun 2019 mencapai 221.498,5 ton pada luasan panen 54.635,1 ha dengan produktivitas 40,5 t ha-1 (BPS Sultra, 2019). Sementara produksi nasional pada tahun 2019 sebesar 30.055,63 ton pada luas panen 5.734,33 ha dengan produktivitas 52,41 t ha-1.

Berdasarkan Data BPS (2016) luas lahan kering Sulawesi Tenggara seluas 214.175 ha dan yang belum termanfaatkan seluas 190,680 ha. Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Abdurachman et al., 2008). Lebih lanjut, Asyura et al. (2018) menambahkan bahwa lahan kering terjadi sebagai akibat dari curah hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu udara tinggi dan kelembabanya rendah.

Salah satu upaya yang diharapkan dapat memperbaiki atau meningkatkan produktivitas lahan yaitu dengan pemberian bahan organik, hal ini disebabkan bahan organik memiliki kemampuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Rajiman et al., 2008).

Salah satu bahan organik yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan hasil tanaman adalah bokashi (Setiani, 2014).

Bokashi adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses fermentasi/peragian dengan teknologi Effective Microorganisme 4 (EM4) (Nurcaya et al., 2022). Selain itu, pupuk bokashi dapat menggantikan peran pupuk kimia untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus memperbaiki kerusakan sifat fisika tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara

berlebihan (Tufaila et al., 2014). Pemberian pupuk bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Ramadan dan Prastia, 2021), meningkatkan petumbuhan hasil tanaman (Nurcaya et al., 2022), masa pertumbuhan tanaman relatif cepat (Meriyanto et al., 2021), dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan (Roidah, 2013). Selain itu, penambahan bokashi dapat meningkatkan unsur hara serta memperbaiki aerase dan drainase tanah (Dharmawan et al., 2015).

Pentingnya pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan jagung maka perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas pupuk bokashi terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays L.) pada lahan kering.

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lakalamba Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna Barat. Analisis sampel tanah dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Univesitas Halu Oleo.

Penelitian berlangsung dari Bulan Juli sampai November 2021.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan pembuatan bokashi yaitu komba-komba (350 kg), gamal (250 kg), jerami (350 kg), kotoran ayam (120 kg), EM4, air, gula pasir dan benih jagung (golden premium 21).

Alat yang digunakan yaitu mistar ukur, jangka sorong, parang, cangkul, tembilang, tali raffia, patok, timbangan analitik, plastik sampel, paku, papan perlakuan, terpal, alat tulis-menulis, dan kamera.

Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dengan menggunakkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 5 taraf perlakuan yaitu B0: Tanpa pupuk; B1: 5 t ha-1 (6 kg per petak);

B2: 10 t ha-1 (12 kg per petak); B3: 15 t ha-1 (18 kg per petak); B4: 20 t ha-1 (24 kg per petak). Setiap perlakuan masing-masing diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 15 unit percobaan. Penelitian ini dilakukan atas beberapa tahap yaitu:

Persiapan lahan meliputi pembersihan gulma pada lahan penelitian. Setelah lahan tersebut dibersihkan maka dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali yaitu pengolahan menggunakan traktor untuk membalikkan

(3)

Hal. 205 tanah. Setelah dilakukan pembalikan, maka

langkah kedua adalah menggemburkan tanah dengan menggunakan cangkul. Setelah digembur membuat petakan dengan ukuran 4 m x 3 m, dengan jumlah petakan sebanyak 15 petak percobaan, jarak antar petak dalam satu kelompok 30 cm dan jarak antara kelompok 50 cm.

Pembuatan pupuk bokashi. Pupuk yang digunakan dalam pembuatan bokashi tersebut terdiri dari : komba-komba (daun dan batang), gamal, jerami, kotoran ayam, larutan EM4, gula pasir dan air. Sebelum dicampur dengan kotoran ayam, komba-komba dan gamal dipotong/dicacah menjadi ukuran yang kecil/halus. Komba-komba dan gamal yang telah dicacah dicampur jerami dan kotoran ayam. Kegiatan berikutnya adalah menyiramkan EM4 dan gula pasir yang terlebih dahulu telah dilarutkan ke dalam air ke campuran komba-komba, gamal, jerami dan kotoran ayam. Campuran terus diaduk sampai benar-benar rata. Campuran dianggap siap difermentasi apabila dikepal airnya tidak menetes dan jika kepalan tersebut dilepas masih tetap utuh serta tidak terhambur.

Campuran tersebut ditutup terpal dan dibolak- balik setiap hari (pagi hari). Setelah 2 minggu pupuk bokashi siap untuk diaplikasikan.

Aplikasi pupuk bokashi. Pupuk bokashi yang telah berhasil dibuat diaplikasikan pada petakan 2 minggu sebelum penanaman benih jagung. Pengaplikasian pupuk bokashi dilakukan sebelum penanaman agar pupuk dapat terdekomposisi terlebih dahulu sehingga dapat tersedia dan diserap oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Penanaman. Pemilihan benih jagung yang ditanam berasal dari benih jagung unggul.

Jagung ditanam dengan jarak tanam 70 cm x 40 cm dengan cara ditugal pada kedalaman 3 cm.

Jumlah lubang dalam setiap perlakuan yaitu 42 lubang tanam dan setiap lubang tanam dimasukan sebanyak 2 benih jagung.

Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyiraman, penyiangan dan penjarangan. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari, disesuaikan dengan keadaan cuaca. Apabila hujan turun maka penyiraman tidak perlu dilakukan dengan catatan air yang tersedia mencukupi kebutuhan tanaman. Penyiangan meliputi pembersihan gulma di sekitar tanaman. Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu dengan cara memilih tanaman yang tumbuhnya baik.

Pemanenan. Pemanenan dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 105 HST.

Panen dilakukan pada saat tanaman matang fisiologis dengan ciri klobot telah berwarna kuning, biji jagung telah mengeras, mengkilat bila ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas dan ada tanda hitam (black layer) pada pangkal dudukan biji.

Variabel pengamatan. Variabel yang diamati yaitu: (1) Bobot tongkol per tanaman (g), dihitung dengan menimbang tongkol jagung yang telah diovenkan dengan suhu 80° C.

Pengovenan dilakukan selama 2 x 24 jam pada tiga sampel yang telah diamati, setelah proses pengovenan tongkol jagung dikeluarkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik. Hasil dari penimbangan dirata-ratakan.

(2) Panjang tongkol (cm), diukur pada semua bulir yang terbentuk dari tiga tanaman sampel.

Pengukuran panjang tongkol dilakukan dengan cara mengukur masing-masing tongkol dari pangkal sampai ujung tongkol menggunakan mistar. Hasil dari pengukuran dirata-ratakan. (3) Diameter tongkol (cm), pengukuran diameter tongkol dilakukan pada semua tongkol yang terbentuk dari tiga tanaman sampel.

Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur masing-masing tongkol secara melingkar menggunakan alat jangka sorong, cara pengukuran diameter jagung adalah dengan mengukur lingkaran tongkol jagung yang diameternya besar. Hasil dari pengukuran dirata-ratakan. (4) Jumlah baris per tongkol (baris), diperoleh dengan cara menghitung barisan biji yang terdapat pada setiap tongkol tanaman sebanyak tiga sampel kemudian dirata-ratakan. (5) Bobot biji per tongkol (g), bobot biji jagung dihitung dengan menimbang biji jagung yang telah diovenkan dengan suhu 80° C. Pengovenan dilakukan selama 2 x 24 jam pada tiga sampel yang telah diamati, setelah proses pengovenan biji jagung dikeluarkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik. Hasil dari penimbangan dirata-ratakan. (6) Bobot 100 biji (g), bobot 100 biji dihitung dengan menimbang 100 biji jagung yang telah diovenkan dengan suhu 800C.

Pengovenan dilakukan selama 2 x 24 jam pada setiap petak perlakuan yang telah diamati, setelah proses pengovenan biji jagung dikeluarkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Produksi tanaman. Variabel yang diamati yaitu (1) bobot tongkol per petak (g), bobot tongkol jagung dihitung dengan menimbang tongkol jagung yang telah diovenkan dengan suhu 800C. Pengovenan dilakukan selama 2 x 24 jam pada setiap petak perlakuan yang telah diamati, setelah proses pengovenan tongkol jagung dikeluarkan kemudian ditimbang

(4)

Hal. 206 menggunakan timbangan analitik. Hasil dari

penimbangan dirata-ratakan. (2) Bobot biji per petak (g), bobot biji jagung dihitung dengan menimbang biji jagung yang telah diovenkan dengan suhu 80°C. Pengovenan dilakukan selama 2 x 24 jam pada setiap petak perlakuan yang telah diamati, setelah proses pengovenan biji jagung dikeluarkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik. Hasil dari penimbangan dirata-ratakan. (3) Produktivitas (t ha-1), Produktivitas tanaman jagung (t ha-1) dihitung dengan rumus:

Produktivitas = Petak ubinanLuas 1 Ha x Produksi ubinan 1.000.000

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan metode sidik ragam berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Apabila F hitung lebih besar dari F tabel, maka dilanjutkan dengan Uji BNT pada taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot tongkol per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan B4 yaitu 99,19 g dan perlakuan yang terendah diperoleh pada perlakuan B0 yaitu 56,12 g. Perlakuan B4 berbeda nyata dengan perlakuan lainya (Tabel 1). Terhadap panjang tongkol tertinggi diperoleh pada perlakuan B3 yaitu 14,14 cm dan perlakuan yang terendah diperoleh pada perlakuan B0 yaitu 9,81 cm.

Perlakuan B3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan B4, perlakuan B1 dan perlakuan B2, namun berbeda nyata dengan perlakuan B0 (Tabel 2). Bobot tongkol per petak tertinggi diperoleh pada perlakuan B3 yaitu seberat 1.478,98 g per petak dan perlakuan yang terendah diperoleh pada perlakuan B0 yaitu seberat 1.002,99 g per petak. Perlakuan B3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan B4, perlakuan B2 dan perlakuan B1, namun berbeda nyata dengan perlakuan B0 (Tabel 3).

Produktivitas tertinggi diperoleh pada perlakuan B3 yaitu 4,40 t ha-1 dan perlakuan yang terendah diperoleh pada perlakuan B0 yaitu 2,99 t ha-1. Perlakuan B3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan B4, perlakuan B2 dan perlakuan B1, namun berbeda nyata dengan perlakuan B0 (Tabel 4).

Tabel 1. Pengaruh aplikasi pupuk bokashi terhadap bobot tongkol per tanaman jagung

Perlakuan Bobot tongkol per tanaman (g) BNT 0,05

Tanpa pupuk (B0) 56,12c

5 t ha-1 setara 6 kg per petak (B1)

10 t ha-1 setara 12 kg per petak (B2) 82,79b 18,72

15 t ha-1 setara 18 kg per petak (B3) 88,79ab 20 t ha-1 setara 24 kg per petak (B4) 99,19a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama, dinyatakan berbeda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil α = 0,05.

Tabel 2. Pengaruh aplikasi pupuk bokashi terhadap panjang tongkol tanaman jagung

Perlakuan Panjang tongkol (cm) BNT 0,05

Tanpa pupuk (B0) 9,81b

5 t ha-1 setara 6 kg per petak (B1) 13,83a

10 t ha-1 setara 12 kg per petak (B2) 13,64a 2,24

15 t ha-1 setara 18 kg per petak (B3) 14,14a

20 t ha-1 setara 24 kg per petak (B4) 13,88a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama, dinyatakan berbeda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil α = 0,05.

(5)

Hal. 207 Tabel 3. Pengaruh aplikasi pupuk bokashi terhadap bobot tongkol per petak tanaman jagung

Perlakuan Bobot tongkol per petak (g) BNT 0,05

Tanpa pupuk (B0) 1.002,99b

5 t ha-1 setara 6 kg per petak (B1) 1.261,37a

10 t ha-1 setara 12 kg per petak (B2) 1.353,62a 223,16 15 t ha-1 setara 18 kg per petak (B3) 1.478,98a

20 t ha-1 setara 24 kg per petak (B4) 1.397,24a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama, dinyatakan berbeda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil α = 0,05.

Tabel 4. Pengaruh aplikasi pupuk bokashi terhadap produktivitastanaman jagung

Perlakuan Produktivitas (t ha -1) BNT 0,05

Tanpa pupuk (B0) 2,99b

5 t ha-1 setara 6 kg per petak (B1) 3,75a

10 t ha-1 setara 12 kg per petak (B2) 4,03a 0,66

15 t ha-1 setara 18 kg per petak (B3) 4,40a 20 t ha-1 setara 24 kg per petak (B4) 4,16a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama, dinyatakan berbeda nyata berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil α = 0,05.

Pembahasan

Perlakuan 15 t ha-1 (B3) menunjukan hasil tertinggi untuk variabel panjang tongkol, bobot tongkol per petak dan produktivitas tanaman jagung bila dibandingkan dengan perlakuan lainya dan kontrol. Namun secara statistik kedua perlakuan tersebut (perlakuan B3 dan B4) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 t ha-1 (B1) maupun 10 t ha-1 (B2) pada semua parameter yang diamati, kenyataan ini menunjukkan bahwa dengan dosis 5 t ha-1 bokashi telah mampu memenuhi kebutuhan tanaman jagung pada lahan kering untuk berproduksi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk bokashi dengan optimal dan efisien (perlakuan 5 t ha-1) secara nyata meningkatkan sumbangan hara pada lahan kering dalam mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.

Memasuki fase generatif awal, bahan kering tanaman berupa hasil fotosintesis akan lebih banyak ditranslokasikan ke bagian penyimpanan dari tanaman berupa buah atau biji. Pembentukan biji bagi tanaman memerlukan unsur hara P dan K, unsur ini merupakan penunjang pertumbuhan generatif tanaman terutama dalam pembentukan biji.

Tersedianya unsur hara akan menjadi dasar penyusunan karbohidrat dan protein yang

disimpan dalam biji (Auliani et al., 2021), ditranslokasikan pada tongkol menyebabkan ukuran tongkol bertambah yang dicirikan dengan meningkatnya diameter tongkol (Ningrum et al., 2017) dimana bobot tongkol yang hasilkan dapat mencapai 1.261,37 g sampai 1.397,24 g tongkol per petak.

Pembentukan tongkol sangat dipengaruhi ketersediaan unsur hara P, dimana P berfungsi dalam transfer energi dan proses fotosintesis.

Menurut Isrun (2010), hasil jagung dipengaruhi oleh unsur hara P, yaitu 85% bobot tongkol jagung. Hal itu sejalan dengan penelitian Ayunda (2014), unsur hara P dapat memperbesar pembentukan buah. Unsur hara P sangat mempengaruhi pembentukan tongkol.

Hal ini menyebabkan tongkol yang dihasilkan berdiameter besar. P berperan penting pada penyempurnaan tongkol, serta unsur hara K juga penting untuk pengisian tongkol yaitu menjadikan tongkol berisi penuh oleh biji.

Selain unsur makro P ternyata unsur K dalam bokashi kotoran ayam sebanyak 1,39%

lebih tinggi dibandingkan dengan bokashi kotoran kambing dan sapi (Hartatik dan Widowati, 2006). Fungsi utama K adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. K pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gabesius et al.,

(6)

Hal. 208 (2012); Karimuna et al., (2017); Yuliati (2020);

bahwa aplikasi pupuk bokashi pada tanah erat kaitannya dengan peningkatan ketersediaan unsur hara K bagi tanaman. Unsur K berfungsi mempercepat reaksi laju fotosintesis dan translokasi dalam meningkatkan bobot tongkol tanaman jagung.

Menurut Suntoro (2001) mengemukakan bahwa bokashi dengan bahan utama komba- komba atau kirinyuh mengandung 7,76% N, 1,10% P dan 5,79% K, sehingga dengan unsur hara yang ada pada pupuk bokashi tersebut mampu menyuplai kadar N, P dan K untuk memberikan hasil yang lebih tinggi seperti pada panjang tongkol. Panjang tongkol jagung lebih dipengaruhi oleh unsur hara yang diterima.

Pembesaran tongkol berjalan perlahan dimana pemanjangan tongkol lebih dahulu memberikan respon.

Aplikasi bahan organik (bokashi) ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara tanah (Djunaedy, 2009).

Menurut Maulana (2015), tongkol terbentuk dari penumpukan senyawa organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis dan penyerapan unsur hara dalam tanah, kemampuan tanaman tersebut untuk mentranslokasikan fotosintat ke dalam tongkol akan mempengaruhi ukuran dan berat tongkol tersebut. Unsur hara yang paling dibutuhkan untuk meningkatkan berat tongkol tersebut adalah unsur P, dimana unsur tersebut akan meningkatkan proses fotosintesis dan menghasilkan fotosintat yang dapat meningkatkan berat tongkol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk bokashi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap produktivitas tanaman jagung. Hal ini diduga bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman yang bersumber dari pupuk bokashi telah mencukupi kebutuhan tanaman untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi mencapai 3,75–4,40 t ha-1. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk bokashi dari berbagai sumber bahan organik baik itu kotoran ayam, komba-komba, daun gamal dan jerami padi mampu meningkatkan perbaikan sifat kimia tanah karena bahan organik membantu akar tanaman menembus tanah lebih dalam sehingga lebih mampu menyerap unsur hara dan air dalam jumlah banyak, memperbaiki rhizosfer yang dapat menjaga siklus hara, memperbaiki eksudasi oleh akar tanaman yang dapat meningkatkan degradasi bahan organik tanah dan mineralisasi N (Morgan et al., 2005), menyuplai unsur hara P dan K (Isrun, 2006). Menurut Mustari (2004), pemberian pupuk bokashi dapat meningkatkan kadar hara tanah dan memperbaiki pH tanah.

Pemberian pupuk bokashi dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman jagung.

Secara keseluruhan dari variabel hasil yang diamati dan produksitvitas jagung pada lahan kering menunjukan bahwa tanaman yang diberikan perlakuan pupuk bokashi kotoran ayam, komba-komba, daun gamal dan jerami padi hasil yang ditunjuukan jauh lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan pupuk bokashi (perlakuan B0).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pupuk bokashi terhadap hasil tanaman jagung yaitu bobot tongkol per tanaman panjang tongkol, diameter tongkol, bobot biji per tanaman, bobot biji per petak, bobot tongkol per petak dan produktivitas. Perlakuan 5 t ha-1 merupakan dosis pupuk bokahsi yang optimal dan efisien dan secara nyata meningkatkan sumbangan hara pada lahan kering dan mendukung hasil tanaman jagung dengan produkstivitas mencapai 3,75 – 4,40 t ha-1.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., Dariah, A., & Mulyani, A.

(2008). Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Litbang Pert. 27(2): 43-49.

Anwar, L.O., Sari, S.F., Mustam, & Fekri, L.

(2020). Pendampingan Masyarakat Dalam Upaya Pengembangan Sentra Produksi Jagung Hibrida di Desa Morome, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 6(3), 222-228.

Asyura, L.A.G., Hasanah, Y., & Irmansyah, T.

(2018). Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Terhadap Perlakuan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Antioksidan Asam Salisilat dan Asam Askorbat.

Jurnal Agroekoteknologi FP USU, 6(1), 174-179.

Auliani, N.H., Langai, B.F., & Nisa, C. (2021).

Pengaruh Pemberian Pupuk N dan Bokashi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt L.) Agroekotek View, 4(1), 1-12.

Ayunda, N. (2014). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada Beberapa

(7)

Hal. 209 Konsentrasi Sea Minerals. Skripsi.

Fakultas Pertanian, Universitas Tamansiswa, Padang.

Badan Pusat Statistik. (2019). Sulawesi Tenggara dalam Angka 2018. Kendari.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara.

Badan Pusat Statisitik. (2018). Sulawesi Tenggara dalam Angka 2017. Kendari.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara.

BPS Sultra. (2016). Sulawesi Tenggara dalam Angka 2016. Kendari. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara.

Dharmawan, M.R., Jamilah, & Mariani. (2015).

Characteristics of Several Physical, Chemical, and Biological Properties of Soil in Organic Farming.

Agroekoteknologi Journal, 3, 717-723.

Djunaedy, A. (2009). Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Bokashi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). J. Agrovigor, 2(1), 42-46.

Gabesius, Y.O., Siregar L.A.M., & Husni, Y.

(2012). Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) terhadap Pemberian Pupuk Bokashi. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(1), 220-236.

Hartatik, W., & Widowati, L.R. (2006). Pupuk Kandang. hal 59-82. Dalam R.D.M.

Simanugkalit, D. A. Suriadikarta, R.

Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatik (Eds). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber daya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pegembangan Pertanian, Bogor.

Isrun. (2006). Pengaruh Dosis Pupuk P dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Kimia tanah, Serapan P dan Hasil Jagung Manis (Zea mays var.

Saccharata Sturt) pada Inceptisols Jatinangor. J. Agrisains, 7(1), 9-17.

Karimuna, L., Halim, Resman, Rufendi, M., &

Marfi, W.E. (2017). Hasil dan Nilai Gizi Berbagai Ekotipe Kacang Tanah pada Pertanaman Agroforestry yang Diberi Berbagai Dosis Pupuk Bokashi Plus. Prosiding Seminar Nasional Fkpt- Tpi 2017.

Maulana, R., Yetti, H., & Yoseva, S. (2015).

Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi dan NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays Var saccharata Sturt). Jom Faperta, 2(2), 1-13.

Meriyanto, Trinawaty, M., Grahana, L.G. (2021).

Aplikasi Pupuk Bokashi Kotoran Ayam pada Tanaman Jagung Ketan (Zea mays ceratina). Jurnal Agroekotek, 13(1), 74-81.

Morgan, J.A.W., Bending, G.D., & White, P.J.

(2005). Biological costs and benefits to plantmicrobe interactions in the rhizosphere. J. Exp. Bot, 56, 1729-1739.

Mustari, K. (2004). Penggunaan Pupuk Bokasi pada Tanaman Jagung dalam Rangka Mengembangkan Usahatani Ramah Lingkungan. Jurnal Agrivigor, 4(1), 7481.

Ningrum, A.A., Mutakim, J., & Zakiah, K. (2017).

Pengaruh Berbagai Dosis Bokashi dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Kirinyuh (Chromolaena odorata) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Kultivar pioneer. Jurnal Agronomi dan Sains, 1(2), 102-110.

Nurcaya, Karimuna, L., Subair, I., Sabaruddin, L., Rahni, N.M., & Arsyad, M.A. (2022).

Pengaruh Dosis Pupuk Bokasi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Lokal Muna Pada Lahan Marginal. Jurnal Agroteknos, 12(3), 85- 94.

Rajiman, Yudono, P., Sulistyaningsih, E., &

Hanudin, E. (2008). Pengaruh Pembenah Tanah Terhadap Sifat Fisika Tanah dan Hasil Bawang Merah pada Lahan Pasir Pantai Bugel Kabupaten Kulon Progo. Agrin, 12(1), April 2008.

ISSN: 1410-0029.

Ramadan, F., & Prastia, B. (2021). Pengaruh Pemberian Beberapa Jenis Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.). Jurnal Sains Agro, 6(1), 79-89.

Roidah, I.S. (2013). Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah. Bonorowo, 1(1), 1-9.

Setiani, W. (2014). Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Bokashi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.) Saccharata sturt) Varietas Super Sweet.

Jurnal Agrifor, 13(2),

Suntoro, Syekhfani, Handayanto, E., &

Sumarno. (2001). Penggunaan bahan pangkasan ‘Krinyu’ (Chromolaena odorata) dan ‘Gamal’ (Gliricidia sepium) untuk meningkatkan ketersediaan P, K, Ca dan Mg pada Ozic Dystrudept.

Agrivita, 23(1), 20-26.

(8)

Hal. 210 Tufaila, M., Yusrina, & Alam, S. (2014).

Pengaruh Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah pada Ultisol Puosu Jaya Kecamatan Konda, Konawe Selatan.

Jurnal Agroteknos, 4(1), 18-25.

Yuliati, R. (2020). Pengaruh Pupuk Bokashi Plus terhadap Komponen Hasil dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Lahan Kering.

Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo. Kendari.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Huda mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti Jawa yang merupakan akumulasi dari cipta-rasa- karsa yang dilandasi kegiatan berpikir atau olah

KESIMPULAN DAN SARAN Ukuran Glass eel sidat di Muara Sungai Poigar dengan rata-rata ukuran panjang total dari bulan April sampai bulan Juli 49,3 ±2,9 cm.. Kelimpahan

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literature yang terkait dengan proses pencucian bijih timah menggunakan shaking table serta melakukan pengumpulan data

Penelitian ini membahas tentang pengaruh edukasi, sosialisasi, dan himbauan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan di KPP

Sedangkan upaya Rumpita dalam meningkatkan budaya literasi, denganmelakukan pembinaan terhadap komunitas, diantaranya komunitas Educare , Rumah Baca Mentari dan Agent Of

Judul Tugas Akir : Perancangan Iklan Souvenir Khas Semarang Gambpang Sembarangan ( Inggris : Advertisement Design of Semarang's Unique Souvenir Gambpang Sembarangan). Ketua

“Larangan Gratifikasi Dalam Rangka Good Corporate Governance Di BUMN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),