• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER

PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN

SKRIPSI

Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi

Oleh :

Lely Kurniawati 0613010052/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

iii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSAKA 2.1. HasilPenelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 15

2.2.1. Kinerja Manajer ... 15

2.2.1.1.Pengertian Kinerja Manajer ... 15

2.2.1.2.Pengukuran Kinerja ... . 17

2.2.2. Gaya Kepemimpinan ... 18

(3)

iv

Kerja Terhadap Kinerja Manajer ... 24

2.2.4. Motivasi Kerja ... 25

2.2.4.1.Teori-teori Tentang Motivasi Kerja ... 27

2.2.4.2.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajer .. 32

2.2.4.3.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajer .. 33

2.3. Kerangka Pikir ... 34

2.4. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan pengukuranVariabel ... 37

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.2.1. Obyek Penelitian ... 40

3.2.2. Populasi dan Sampel ... 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.3.1. Jenis Data ... 41

3.3.2. Sumber Data ... 42

3.3.3. Pengumpulan Data ... 42

3.4. Uji Validitas ... 42

(4)

v

3.8. Uji Analisis dan Hipotesis ... 47

3.8.1. Teknik Analisis ... 47

3.8.2. Uji Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 49

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 49

4.1.2. Sejarah Berdirinya PT. Pos Indonesia Surabaya Selatan ... 50

4.1.3. Visi, Misi, Kebijakan Mutu ... 51

4.1.4. Struktur Organisasi ... 52

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

4.2.1. Gambaran Umum Penelitian ... 56

4.2.2. Deskripsi Variabel Gaya Kepemimpinan (X1) ... 58

4.2.3. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja (X2) ... 59

4.2.4. Deskripsi Variabel Motivasi Kerja (X3) ... 60

4.2.5. Deskripsi Variabel Kinerja Manajer (Y) ... 62

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 63

4.3.1. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 63

4.3.1.1.Pengujian Validitas ... 63

4.3.1.2.Pengujian Reliabilitas ... 66

(5)

vi

4.3.2.2.Uji Heteroskedastisitas ... 68 4.3.2.3.Uji Autokorelasi ... 70 4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 71 4.3.4. Pengujian Hipotesis Pengaruh Partisipasi Gaya

Kepemimpinan (X1), Kepuasan Kerja (X2) dan

Motivasi Kerja (X3) Terhadap Kinerja Manajer (Y) 73

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 78 5.2. Saran ... 79

(6)

vii

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 57

Tabel 4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Gaya Kepemimpinan (X1) ... 58

Tabel 4.5. Rekapitulasi Jaw aban Responden Variabel Kepuasan Kerja (X2) ... 59

Tabel 4.6. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Motivasi Kerja (X3) . 60 Tabel 4.7. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Kinerja Manajer (Y) 62

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas P ertany aan Variabel Gaya Kepemimpinan (X1) ... 63

Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Kepuasan Kerja (X2) ... 64

Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Motivasi Kerja (X3) .... 64

Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Pertanyaan Variabel Kinerja Manajer (Y) ... 65

Tabel 4.12. Hasil Uji Reliabilitas ... 66

Tabel 4.13. Hasil Pengujian Normalitas ... 67

Tabel 4.14. Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 68

(7)
(8)

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MANAJER

PADA PT POS INDONESIA SURABAYA SELATAN

Lely Kurniawati

ABSTRAKSI

PT. Pos Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa. Akhir-akhir ini kinerja manajer mengalami penurunan yang ditunjukkan oleh menurunnya kualitas dan kuantitas serta menurunnya kemampuan kerja sama antar manajer. Menurunnya kuantitas dan kualitas hasil kerja ini ditunjukkan oleh meningkatnya teguran dari atasan yaitu pada tahun 2009 terjadi peningkatan teguran dibandingkan pada tahun sebelumnya (PT. Pos Indonesia, 2009). Selain itu penurunan kinerja manajer tercermin dari kinerja keuangan perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajer pada PT POS INDONESIA di Surabaya Selatan

Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sensus dimana setiap elemen-elemen relatif sedikit mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi dari penelitian ini sebanyak 11 orang yang meliputi manajer dari PT. Pos Indonesia di Surabaya Selatan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yaitu untuk menggambarkan pengaruh linier antara variabel bebas dan variabel terikat.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel gaya kepemimpinan (X1), kepuasan kerja (X2)

dan motivasi kerja (X3) berpengaruh terhadap kinerja manajer (Y). Hal ini dapat

dilihat dari dari hasil pengujian diperoleh besarnya nilai F hitung adalah sebesar 35,438 dengan taraf signifikansi sebesar 0,001 dimana taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. dan model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu : Y= -20,690 + 0,538 X1 + 0,297 X2 + 0,263 X3, telah cocok digunakan dalam

untuk menguji hipotesis yang diajukan.

(9)

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur THE INFLUENCE OF LEADERSHIP, JOB

SATISFACTION AND MOTIVATION INWORK ON THE PERFORMANCE MANAGER SOUTH PT POS INDONESIA

SURABAYA

Lely Kurniawati

ABSTRACTION

PT. Pos Indonesia is a State-Owned Enterprises (SOEs) which is engaged in. Recently the performance of manager has decreased as shown by the declining quality and quantity as well as decreasing the ability of cooperation among managers. The reduced quantity and quality of the work is demonstrated by the increasedreprimand from his superior in 2009, namely an increase in rowing than in the previousyear (PT Pos Indonesia, 2009). In addition, decline in performance reflected the manager of the company’s financial performance. The purpose of this study is to investigate and test the leadership style, job satisfaction and work motivation has positive influence on the performance of manager in PT Pos Indonesia in South Surabaya.

Sampling technique used in this research is census technique in which each of the element are relatively few have the same opportunity to become members of the sample. The sample used in this study were all members of the population of this study were 11 people that includes the manager of PT Pos Indonesia in South Surabaya. The analysis used in this study is the multiple linier regression analysis to describe the linear influence between independent variables and the dependent variable.

Based on the result of research and testing has been done can be concluded that leadership style variable (X1), job satisfaction (X2) and work motivation (X3) affect the performance of managers (Y). this can be seen from the result obtained by testing the value of Fcount was at 35,438 with a significant level of 0,001 where

a smaller significance level of 0,05, and regression models generated in this study are : Y = -20.690 + 0.538 X1 + 0.297 X2+ 0.263 X3, was suitable for use in testing the hypothesis proposed.

Keywords : leadership style, job satisfaction, work motivation and performance manager.

(10)

1 1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan pada suatu kondisi persaingan yang semakin ketat antar perusahaan. Timbulnya persaingan antar perusahaan tersebut mendorong pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas perusahaan untuk melakukan berbagai perbaikan dan perubahan-perubahan yang mengarah pada efisiensi usaha dan penciptaan daya saing untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Dengan kondisi perekonomian di era perdagangan bebas maka perusahaan dituntut untuk memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin agar unggul dalam persaingan, oleh karena itu perusahaan harus memiliki manajemen yang baik dan tangguh sehingga dapat melihat dan menggunakan peluang yang ada serta dapat mengidentifikasi masalah dan menyeleksi serta mengimplementasikannya dengan tepat. Untuk dapat meningkatkan kinerjanya maka manajer harus dapat menjalankan fungsi manajemen dengan baik yaitu perencanaan, koordinasi, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.

(11)

keputusan strategis perusahaan adalah dengan melalui peningkatan kinerja manajer.

Untuk mencapai keselarasan tujuan, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi anggota organisasinya agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri. Selain itu motivasi kerja yang tinggi turut mempengaruhi pencapaian keselarasan tujuan. Kepuasan kerja merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Dan kinerja manajer akan terlihat seiring dengan kepuasan yang diterimanya.

(12)

Selain gaya kepemimpinan, penelitian ini ingin membuktikan apakah motivation merupakan indikator yang mempengaruhi kepuasan kerja manajer sehingga meningkatkan kinerjanya. Sikap seorang manajer terhadap pekerjaan yang ditekuninya, secara potensial juga dipengaruhi oleh bagaimana persepsi manajer tersebut terhadap pekerjaannya. Robbins (2008:222) mendefinisikan motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Dengan adanya motivasi dalam bekerja, maka para manajer diharapkan lebih memiliki intensitas, arah dan ketekunan sehingga tujuan organisasi pun lebih mudah tercapai. Hubungan antara gayakepemimpinan situasional, kepuasan kerja dan motivasi pada kinerja manajer ialah bagaimana ketiga variabel bebas tersebut memberikan pengaruh pada hasil kinerja manajer tersebut.

(13)

Data Perolehan Laba PT. Pos Indonesia Tahun 2007-2009 adalah sebagai berikut :

Tahun Target Laba Realisasi Selisih % Tercapai

2007 28,9 M 18,1 M 10,8 M 63 %

2008 23 M 19 M 4 M 83 %

2009 45,8 M 26,3 M 19,5 M 57 %

Ada beberapa hal yang menyebabkan PT. Pos Indonesia mengalami penurunan sebesar itu, disebabkan oleh menurunnya kualitas dan kuantitas serta menurunnya kemampuan kerja sama antar manajer.

(14)

memotivasi semangat kerja bawahan akan mampu meningkatkan kinerja manajer.

Persaingan dalam dunia bisnis itu mengharuskan perusahaan menata kembali manajerial organisasinya. Organisasi yang baik memiliki tujuan dan perusahaan yang ditetapkan ketika perusahaan berdiri digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Hal tersebut tidak berarti hanya untuk perusahaan yang besar saja namun tetap berpengaruh bagi perusahaan yang masih kecil.

(15)

Kinerja manajer dalam suatu perusahaan sangatlah penting karena apabila kinerja manajernya kurang baik, maka dapat dipastikan perusahaan tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Dengan kinerja manajer yang baik diharapkan perusahaan akan mampu bersaing dengan perusahaan lain. Untuk itu ada beberapa faktor yang menyebabkan kinerja manajer tersebut tinggi atau rendah dimana dalam penelitian ini peneliti ingin membahas dua faktor yang mungkin dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja manajer suatu perusahaan tersebut.

Alasan dipilihnya analisis pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja, untuk mengetahui apakah gaya kepemimpinan tersebut dapat mempengaruhi kepuasan kerja dalam perusahaan dan agar dapat melaksanakan kinerja manajer dalam perusahaan secara keseluruhan dengan baik.

(16)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan ”Apakah gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajer pada PT POS INDONESIA di Surabaya Selatan ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajer pada PT POS INDONESIA di Surabaya Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi pihak peneliti

(17)

2. Bagi Universitas Pembangunan ”Veteran” Jawa Timur

Informasi yang diharapkan dapat menambah wawasan pemikiran dan meningkatkan pengetahuan. Bagi peneliti yang akan datang, diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi perusahaan

(18)

9

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan permasalahan

dalam penelitian ini.

Diantaranya pernah dilakukan oleh :

1. Cahyono Dwi dan Ghozali Imam (2002)

Judul Penelitian :

“Pengaruh Jabatan, Budaya Organisasional dan Konflik Peran

Terhadap Kepuasan Kerja dengan Komitmen Organisasi”.

Perumusan Masalah :

a. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kepuasan

kerja.

b. Apakah jabatan berpengaruh terhadap komitmen organisasi.

c. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap komitmen

organisasi.

d. Apakah koflik peran berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan

(19)

Hasil Penelitian :

a. Komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa komitmen

organisasi menjadi pertanda awal kepuasan kerja.

b. Hasil penelitian ini mendukung hipotesa tersebut bahwa budaya

organisasi berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi.

c. Demikian pula konflik peran berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap komitmen organisasi. Konflik peran di suatu organisasi

berpengaruh negatif terhadap perilaku karyawan seperti timbulnya

ketegangan, peningkatan perputaran kerja dan penurunan kepuasan

kerja, penurunan komitmen organisasi serta penurunan kinerja

secara keseluruhan.

2. Riyadi Slamet (2000)

Judul Penelitian :

“Motivasi dan Pelimpahan Wewenang sebagai Variabel Moderating

dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja

Manajerial”.

Perumusan Masalah :

Apakah motivasi dan derajat pelimpahan wewenang dalam organisasi

yang berfungsi sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan

(20)

Hasil Penelitian :

Hasil pengujian menunjukkan bahwa interaksi antara partisipasi

penyusunan anggaran dengan motivasi tidak signifikan. Hal ini berarti

bahwa motivasi para manajer tidak mempengaruhi hubungan antara

partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial, sedangkan

interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dengan pelimpahan

wewenang yang terdesentralisasi secara signifikan mempengaruhi

kinerja manajerial dengan tingkat signifikansi pada p < 0.05.

3. Koesmono Teman (2006)

Judul Penelitian :

“Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Serta Pengembangan Karir

Terhadap OCB Melalui Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja

Pada Manajer Perusahaan Swasta di Surabaya”.

Perumusan Masalah :

a. Apakah motivasi, kepemimpinan serta pengembangan karir

berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi.

b. Apakah motivasi, kepemimpinan serta pengembangan karir

berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.

c. Apakah kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen

(21)

d. Apakah motivasi, kepemimpinan, pengembangan karir, kepuasan

kerja dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap

organizational citizenship behavior (OCB).

Hasil Penelitian :

Berdasarkan latar belakang masalah yang diutarakan dalam

pendahuluan dan hasil analisis dari data penelitian ini, ternyata yang

diutarakan dalam hipotesis dapat diterima. Gaya kepemimpinan

seseorang mempunyai peran untuk meningkatkan komitmen organisasi

dan OCB, hal ini wajar sekali karena kepemimpinan seseorang yang

smart tentunya akan berdampak kepada bawahan, semakin loyal pada

organisasi/perusahaan. Motivasi dan pengembangan karir berpengaruh

secara positif terhadap komitmen organisasi dan OCB.

4. Wijayanto Heri (2005)

Judul Penelitian :

“Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan

Motivasi Terhadap Kinerja Manajer PT. Swadaya Graha Gresik”.

Perumusan Masalah :

a. Apakah gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi kerja

berpengaruh secara parsial terhadap kinerja manajer pada

(22)

b. Apakah kepuasan kerja berpengaruh secara dominan terhadap

kinerja manajer pada perusahaan jasa kontruksi PT. Swadaya

Graha di Gresik.

Hasil Penelitian :

a. Terdapat pengaruh secara simultan antara variabel gaya

kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi terhadap kinerja

manajer.

b. Sedangkan dari pengujian hipotesis secara parsial, diperoleh

variabel gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja

manajer.

c. Variabel kepuasan kerja berpengaruh nyata terhadap kinerja

manajer.

(23)

Tabel 1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang.

Variabel Sampel Cahyono dan Ghozali

(JIRAI Vol.5, No.3, September, 2002, 341-364)

X1 = Jabatan

X2 = Budaya Organisasional X3 = Konflik Peran

Y1 = Kepuasan Kerja Y2

Staf Akuntan Publik

= Komitmen Organisasi Riyadi (JIRAI Vol.3,

No.2, Juli, 2000, 134-150)

X1 = Motivasi

X2 = Pelimpahan Wewenang Y1 = Partisipasi Penyusunan Anggaran

Y2

Manajer di Perusahaan Manufaktur

= Kinerja Manajerial Koesmono (Jurnal

Manajemen dan Bisnis Vol.5, No.1, Maret, 2006)

X1 = Motivasi X2 = Kepemimpinan X3 = Pengembangan Karir Y1 = Komitmen Organisasi Y2

Manajer

Perusahaan Swasta di Surabaya.

= Kepuasan Kerja Wijayanto (2005) X1 = Gaya Kepemimpinan

X2 = Kepuasan Kerja X3 = Motivasi Y

Manajer PT. Swadaya Graha

Gresik. = Kinerja Manajer

Kurniawati (2010) X1 = Gaya Kepemimpinan X2 = Kepuasan Kerja X3 = Motivasi Kerja Y

Manajer PT. Pos Indonesia Surabaya Selatan

(24)

2.2. Landasan Teori

Dalam landasan teori akan disajikan beberapa teori yang relevan

dengan permasalahan yang dibahas. Teori-teori tersebut disajikan dalam

sub-sub bab, meliputi gaya kepemimpinan, kepuasan kerja, motivasi dan

kinerja manajerial.

2.2.1. Kinerja Manajer

2.2.1.1. Pengertian Kinerja Manajer

Kinerja manajer adalah kemampuan manajer dalam melaksanakan

tanggung jawabnya terhadap kualitas produk, kuantitas produk, ketepatan

waktu produk, pengembangan produk baru, pengembangan personil,

pencapaian anggaran, pengurangan biaya (peningkatan pendapatan), dan

urusan publik (Govidarajat & Gupta 1985 ; Nouri & Parker, 1998 dalam

Supriono & Syakhroza,2003).

Kinerja manajer yang dimaksud disini berhubungan pencapaian

serangkaian tugas-tugas atau kinerja yang dilakukan oleh sekelompok

individu dalam kegiatan manajer.

Sedangkan kinerja merupakan hal yang sangat penting untuk

mendapatkan perhatian di dalam suatu perusahaan dalam upaya untuk

mencapai tujuan perusahaan dan peningkatan daya saing. Salah satu faktor

yang menunjang tercapainya tujuan perusahaan adalah kinerja yang baik

(25)

Banyak definisi atau pengertian kinerja yang dikemukakan oleh

para ahli, seperti Sedarmayanti (2001:50), “Kinerja adalah hasil atau

keluaran dari suatu proses”. Menurut As’ad (1999:46), kinerja atau job

performance didefinisikan sebagai “kesuksesan seseorang dalam

melaksanakan pekerjaan atau successfull role achievement yang diperoleh

seseorang dari perbuatan-perbuatannya”. Menurut Prawirosentono

(1999:2), “Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang

atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang

dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

moral maupun etika.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja

adalah kesuksesan seorang manajer dalam melakukan suatu pekerjaan

selama periode waktu tertentu sesuai dengan standar,

target/sasaran/kriteria yang berlaku untuk pekerjaan tersebut.

Menurut Wilson et.al. (1995:122), kinerja dapat dibagi ke dalam 2

(dua) aspek, yaitu:

1. Kecepatan

Kecepatan mengacu pada waktu terhadap suatu tugas, penyelesaian

(26)

2. Ketepatan

Ketepatan didefinisikan sebagai koreksi, pembetulan atau

kesesuaian terhadap standar. Oleh karena itu, bila tidak ada standar

maka perusahaan tidak dapat mengukur ketepatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan

dalam melakukan suatu pekerjaan dapat mengacu pada suatu tugas

penyelesaian jumlah produksi pada periode waktu tertentu, di dalam

melakukan koreksi pembetulan terhadap standar maka diperlukan

ketepatan.

2.2.1.2. Pengukuran Kinerja

Penggambaran penilaian kinerja mempunyai peranan penting di

dalam pengambilan keputusan mengenai sumber daya manusia. Menurut

Prawirosentono (1999:216), “Penilaian kinerja adalah proses penilaian

hasil kerja yang akan digunakan oleh manajemen untuk memberi

informasi kepada para manajer secara individual, tentang mutu hasil

pekerjaannya dipandang dari sudut pandang kepentingan perusahaan.”

Untuk mengukur kinerja, masalah yang paling penting adalah

menentukan kriterianya. Menurut Belows seperti dikutip As’ad (1999:61)

syarat kriteria yang baik adalah reliable, realistis, representatif, dan bisa

memprediksi (predictable). Kalau kriteria untuk suatu pekerjaan sudah

ditentukan, maka langkah berikutnya dalam mengukur job performance

(27)

dari seorang manajer. Dengan membandingkan hasil ini dengan standar

yang dibuat oleh perusahaan untuk mengukur tingkat prestasi, maka akan

didapatkan level of performance seseorang.

Untuk keperluan mengukur kinerja, pekerjaan dibagi menjadi dua,

seperti direkomendasikan oleh As’ad (1999:87), yaitu:

1. Pekerjaan produksi, dimana secara kuantitatif dapat dibuat standar

yang obyektif.

2. Pekerjaan non produksi, dimana penentuan sukses tidaknya

seseorang di dalam menjalankan tugas didapat melalui human

judgement atau pertimbangan subyektif.

Untuk pekerjaan produksi, hasil produksi seseorang langsung bisa

dihitung dan mutunya dapat diketahui dengan pengujian hasil. Sedangkan

untuk pekerjaan non produksi, cara yang lazim ditempuh adalah penilaian

oleh atasan, penilaian oleh teman (per rating), dan juga selfrating. Karena

metode-metode tersebut cenderung subyektif, maka untuk mengurangi

subyektifitas sedapat mungkin diciptakan standar yang obyektif.

Kesimpulannya adalah bahwa pengukuran kinerja berbeda-beda

tergantung dari jenis dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

2.2.2. Gaya Kepemimpinan

Pemimpin sebagai orang yang bertangung jawab terhadap jalannya

organisasi, mestinya telah mempunyai banyak strategi dalam

(28)

mereka harapkan agar tujuan oeganisasi dapat tercapai dengan sempurna.

Banyak hal yang dituntut kepada seorang pemimpin dalam melaksanakan

tugasnya, namun pada hakekatnya perlu memperoleh gambaran yang jelas

tentang diri seorang pemimpin. Sering terjadi salah persepsi tentang istilah

pemimpin karena tidak semua orang dapat dikatakan sebagai pemimpin

kelompok, karena seorang pemimpin memiliki ciri-ciri yang berbeda

dengan yang bukan pemimpin. Menurut Hersey dan Blanchard (1992:99)

yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi

aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam

situasi tertentu.

Tanpa bawahan, kualitas kepemimpinan seorang manajer akan

menjadi tidak relevan. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian

kekuasaan yang tidak seimbang diantara pimpinan dan anggota kelompok.

Para pimpinan mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai

kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat

mengarahkan kegiatan-kegiatan pimpinan secara langsung, meskipun

dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.

Ada lima kepemimpinan : Tjiptono dan Diana (1995:61)

1. Kepemimpinan otokratis. Kepemimpinan ini disebut juga

kepemimpinan diktator atau direktif. Orang yang menganut

pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para

karyawan yang harus melaksanakan atau karyawan dipengaruhi

(29)

2. Kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan ini dikenal pula dengan

istilah kepemimpinan konsultatif atau konsesus. Orang yang menganut

pendekatan ini melibatkan para karyawan yang harus melaksanakan

keputusan dalam proses pembuatannya.

3. Kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan ini juga dikenal dengan

istilah kepemimpinan terbuka, bebas atau non directive. Orang yang

menganut pendekatan ini hanya sedikit memegang kendali dalam

proses pengambilan keputusan.

4. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan. Kepemimpinan ini dikenal

dengan kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran. Orang yang

menganut pendekatan ini meminta anggota tim untuk memusatkan

perhatiannya hanya pada tujuan yang ada.

5. Kepemimpinan situasional. Kepemimpinan ini dikenal pula sebagai

kepemimpinan tetap atau kontijensi. Asumsi yang digunakan dalam

gaya ini adalah bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang

tetap bagi setiap manajer dalam semua kondisi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan: Handoko

(1986:307):

1. Pemimpin

2. Pengikut

(30)

2.2.2.1. Teori Yang Melandasi Hubungan Gaya Kepemimpinan Terhadap

Kinerja Manajer

Dalam gaya kepemimpinan seorang manajer memiliki kelebihan

untuk mempengaruhi kebiasaan bawahan ke arah tujuan yang spesifik

force dan memiliki tanggung jawab to teach kepada para bawahan.

1. Teori Dimensi Reddin

Dalam Teori Reddin menggunakan campuran atau bauran gaya

dalam empat jenis situasi pokok yang tergabung dalam dimensi

orientasi hubungan yang meliputi.

a. Manajer dapat menjadi terpisah baik dari

pertimbangan-pertimbangan kamanusiaan maupun tugas, yaitu yang

orientasinya lebih diarahkan untuk membantu manusia

mengembangkan keterampilan yang akan berguna dalam

penyelesaian tugas.

b. Manajer bisa menjadi sangat mengutamakan tugas dan kurang

memperhatikan pada manusia.

c. Manajer dapat menjadi sangat memperhatikan manusia dengan

perhatian yang terbatas pada tugas.

d. Manajer dapat menjadi sangat memperhatikan pemaduan antara

tugas dan sasaran kemanusiaan.

(31)

2. Teori Kontijensi Fiedler

Teori kontijensi atau bersyarat merupakan suatu pendekatan

situasional. Menurut Fiedler ada 3 unsur utama yang melandasi gaya

kepemimpinan:

a. Hubungan pemimpin-anggota dimana pengukuran hubungan

pemimpin-anggota dilakukan pada suatu skala suasana kelompok

yang menunjukkan kadar pengakuan bawahan terhadap

pimpinan. Suasananya mungkin bersahabat atau tidak bersahabat,

santai atau tagang, dan bersifat mengancam atau mendukung.

b. Struktur tugas diukur dengan mengevaluasi kejelasan tujuan,

daya uji dari keputusan-keputusan yang diambil, ketegasan

pemecahan, dan banyaknya pilihan yang tersedia untuk

pemecahan masalah.

c. Kekuatan posisi pemimpin ditentukan oleh kadar pengaruhnya

terhadap ganjaran dan hukuman, demikian juga oleh jumlah

kewenangan resmi.

(Fiedler dan Edwin B.Flippo,1987:125)

3. Teori Kepemimpinan Jejak – Tujuan (Path Goal Theory Of

Leadership)

Menurut R.J mengemukakan bahwa campuran yang tepat dari

pertimbangan dan penganjuran pemimpin itu akan berbeda-beda sesuai

dengan jelasnya jejak yang membimbing sesuai dengan tercapainya

(32)

bawahan, menguraikan jejak-jejak untuk mencapai tujuan dan

memudahkan ganjaran-ganjaran intrinsik dan ekstrinsik untuk prestasi

yang pantas. Perilaku yang sesuai akan mengutamakan pertimbangan

guna megurangi kekecewaan bawahan dan membantu mengimbangi

hakikat tugas yang tersusun yang cenderung membosankan. (R.J

House dalam Edwin B.Flippo,1987:126).

Kepuasan Kerja

Pekerjaan menuntun interaksi dengan rekan sekerja dan atasan,

mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja,

hidup pada kondisi kerja yang sering kurang dari ideal, dan yang serupa.

Ini berarti penilaian (assesment) seorang manajer terhadap betapa puas

atau tak puas akan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari

sejumlah unsur pekerjaan yang diskrit (terbedakan dan terpisahkan satu

sama lain).

Menurut Robbins (1996:179), ada dua pendekatan yang sering

dipakai untuk mengukur tingkat kepuasan kerja seseorang, yaitu:

a. Pendekatan nilai global tunggal (single global rating), tidak lebih dari

meminta individu-individu untuk menjawab satu pertanyaan, yaitu

menanyakan sebuah pertanyaan kepada individu yang ingin diukur

kepuasannya. Pertanyaan tersebut contohnya, jika semua hal

dipertimbangkan, seberapa puas anda terhadap pekerjaan anda

(33)

pilihan yang tersedia, yaitu sangat puas, memuaskan, tidak dapat

diputuskan, tidak puas, dan sangat tidak puas.

b. Pendekatan dengan skor penjumlahan (summation score), mengenali

elemen-elemen utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan

perasaan manajer mengenai masing-masing elemen. Pengukuran

kepuasan kerja dengan menggunakan pendekatan skor penjumlahan

(summation score), secara intuitif nampak bahwa menjumlahkan

respon-respon terhadap sejumlah faktor pekerjaan akan mencapai

evaluasi yang lebih akurat dari kepuasan kerja.

2.2.3.1. Teori Yang Melandasi Hubungan Kepuasan Kerja Terhadap

Kinerja Manajer

Kepuasan kerja dan kinerja manajer adalah dua hal yang dapat

dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan pengkajian terhadap

proses pengembangan sumber daya manusia pada suatu organisasi.

Kepuasan kerja akan meningkatkan semangat manajer dalam bekerja yang

pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajer. Menurut Robbins

(1998: 149), faktor-faktor yang penting yang mendorong kepuasan kerja

adalah kerja yang secara mental manantang, ganjaran yang pantas, kondisi

kerja yang mendukung, dan rekan sekerja yang mendukung. Menurut

Nitisemito (2000:108), sebab turunnya kinerja pada umumnya disebabkan

oleh ketidakpuasan manajer, baik secara materi maupun non materi. Untuk

(34)

memperhatikan kebutuhan rohani, memberikan kesempatan untuk maju,

dan sebagainya.

Menurut Kreitner dan Kinicki seperti dikutip Panggabean

(2002:129), mengemukakan bahwa aspek-aspek kepuasan kerja yang

relevan terdiri atas kepuasan terhadap pekerjaan, gaji, promosi, rekan

kerja, dan penyelia. Sementara itu, menurut Blau dalam kutipan

Panggabean (2002:129) mengemukakan bahwa selain terhadap hal-hal

tersebut di atas, kepuasan kerja juga relevan terhadap penilaian prestasi.

Ini berarti bahwa:

1) Kepuasan kerja adalah kepuasan terhadap setiap perlakuan yang

mereka terima di tempat kerja, termasuk kepuasan terhadap evaluasi

pekerjaan, seleksi, pemberian fasilitas dan tunjangan (benefits),

insentif, atau pemberhentian, dan

2) Kepuasan kerja bukan merupakan konsep yang berdimensi tunggal,

melainkan berdimensi jamak. Seseorang bisa saja merasa puas dengan

dimensi yang satu, namun tidak puas dengan dimensinya yang lain.

Motivasi Kerja

Tingkah laku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya

motivasi. Motivasi sering juga disebut motif (motive), kebutuhan (need),

desakan (wish), dan dorongan (drive). Motivasi mempunyai arti, yaitu

keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu

(35)

Motivasi (motivation) diartikan sebagai keadaan dalam pribadi

seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu dalam pencapaian tujuan. Motivasi yang ada pada

seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu

perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya (Handoko, 1986:252).

Menurut Sanyoto (2001:323) motivasi adalah suatu proses dimana

kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian

kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Dapat disimpilkan

bahwa motif adalah yang melatarbelakangi individu berbuat untuk

mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang dikemukakan adalah pemberian

atau penimbulan motif atau keadaan menjadi motif. Jadi motivasi adalah

keadaan yang menimbulkan semangat dan dorongan. Kuat atau lemahnya

motivasi seseorang, ikut menentukan besar kecilnya prestasi seseorang.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah bentuk atau konstruksi dorongan yang merangsang individu untuk

melakukan tindakan atau perilaku yang digunakan untuk menentukan

pilihan yang sesuai dengan harapan dan memberi hasil sangat memuaskan.

Motivasi juga dapat diartikan dorongan yang ada dalam diri individu untuk

berperilaku sehinnga individu berusaha untuk mencapai tujuan yang

(36)

2.2.4.1. Teori-teori Tentang Motivasi Kerja

Banyak teori yang membahas tentang motivasi, tetapi yang lebih

menonjol adalah pendapat-pendapat dari:

a. Teori Motivasi dari Mc. Clelland

Menurut teori Motivasi dari Mc. Clelland sebagaimana dikutip

oleh Mangkunegara (2002:8-9), tingkah laku dipengaruhi oleh

kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam konsepnya tentang

dalam diri manusia terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong

tingkah laku manusia yang dikenal dengan social motives theory yaitu:

1) Need for achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang

merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk

pemecahan masalah. Seorang yang kebutuhan berprestasinya tinggi

cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk

berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih

baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi

yang lebih tinggi.

2) Need for affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang

merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada

bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan

orang lain.

3) Need for power, yaitu kebutuhan akan kekuasaan yang merupakan

refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas, untuk memliki

(37)

b. Teori A. H. Maslow

Inti dari teori Maslow adalah kebutuhan itu tersusun dalam

suatu hirarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan

fisiologis dan tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan untuk

merealisasikan diri (self actualization needs). Menurut teori Maslow

sebagaimana dikutip oleh Asnawi (2003:93-100), dipergunakan untuk

menjadi titik pangkal landasan teori. Maslow membuat piramida

kebutuhan manusia yang terdiri atas:

1) Tingkat kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan untuk

mempertahankan hidup (physiolocal need)

Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang sangat pokok,

bahkan makin rendah taraf kehidupan ekonomi seseorang semakin

menjadi sangat utama. Kebutuhan mempertahankan meliputi

kebutuhan akan sandang, pangan, dan kebutuhan akan papan.

Apabila kebutuhan ini secara relatif dapat terpenuhi, maka

kebutuhan yang lainnya akan menyusul. Apabila kebutuhan seperti

lapar dan haus tidak dipenuhi secara memadai maka kebutuhan

diatasnya untuk sementara ditekan dalam arti untuk pengendalian

perilaku. Oleh karena itu Maslow merasa ketika kebutuhan itu

muncul maka kebutuhan itu menjadi faktor dominan yang mampu

(38)

2) Tingkat kebutuhan akan rasa aman (safety and seurity)

Kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan yang lebih

tinggi dan menjadi lebih penting daripada kebutuhan fisiologis.

Oleh karena itu dalam perilaku tercermin upaya kita untuk tetap

berada dalam situasi yang nyaman. Kebutuhan rasa aman juga

nampak pada anak-anak dimana anak tiba-tiba menangis karena

jatuh, dikagetkan oleh suara keras, orang asing yang tak dikenal

masuk ruangannya, binatang buas mendekatinya, dan sebagainya.

Analogi dengan teori Maslow tersebut kita meyakini bahwa

sebagian besar masyarakat kita dewasa ini perilakunya sedang di

dominasi oleh kebutuhan atau motivasi rasa aman. Baik rasa aman

dari kejahatan di jalan maupun dari pekerjaan (PHK), aman dari

pencurian, perampokan dan sebagainya.

3) Tingkat kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk

diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi dan kebutuhan

untuk mencintai dan dicintai (belongingness)

Ketika kebutuhan akan keamanan terpenuhi secara

memadai, maka kebutuhan itu kemudian menjadi tidak penting

bagi perilaku selanjutnya hal tersebut karena sudah ada kebutuhan

lebih lanjut yang dianggapnya lebih penting lagi yaitu kebutuhan

akan diterima oleh kelompok, berinteraksi dengan orang lain,

kebutuhan yang merasa tak terpisah dari kelompok. Kebutuhan

(39)

Kebutuhan akan kasih sayang tidak saja dalam arti menerima,

tetapi juga dalam arti memberi kasih sayang kepada orang lain,

misalnya menikah, bekerja, memasuki kelompok tertentu seperti

organisasi pertemanan, persaudaraan atau sosial tertentu. Pada

hakekatnya manusia itu adalah makhluk sosial, ia tak dapat hidup

sendirian tanpa adanya orang lain, oleh karena itu ia pun ada

keinginan untuk dapat diterima orang lain menjadi anggota

kelompok masyarakat baik hal itu terjadi di lingkungan sekolah,

lingkungan kerja, atau pun di lingkungan organisasi maupun

masyarakat luas.

4) Tingkat kebutuhan penghargaan / harga diri (esteem self and peer

value)

Apabila kebutuhan untuk merasa memiliki / kebutuhan

untuk diterima telah diperolehnya memadai maka kebutuhan itu

pun akan menghilang atau melemah, bersamaan munculnya

kebutuhan baru yaitu kebutuhan akan penghaegaan akan harga diri.

Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan penilaian yang positif atas

diri seseorang itu. Penilaian ini dapat dibedakan atas dua kategori

yaitu kebutuhan penghargaan di dalam diri dan kebutuhan

penghargaan dari orang lain. Kebutuhan penghargaan diri

memotivasi seseorang untuk berusaha keras mencapai cita-cita,

(40)

Kebutuhan penghargaan ini nampak merupakan keinginan kuat

untuk merasa diri sendiri menjadi lebih bernilai.

Kebutuhan penghargaan terkait dengan orang lain dalam

melibatkan keinginan atas reputasi, status, pengakuan, penghargaan

oleh orang lain atas kemampuannya. Ketika kebutuhan

penghargaan ini terpenuhi, maka orang cenderung memiliki rasa

percaya diri, berharga dan melihat dirinya sendiri sebagai obyek

yang paling penting di dunia ini. Demikian pula sebaliknya ketika

kebutuhan ini tidak terpenuhi dapat terjadi sikap yang sebaliknya

dimana yang bersangkutan berhubungan tidak baik dengan orang

lain, lemah, tidak percaya diri dan putus asa.

Dalam hubungan kebutuhan ini manusia sangat cenderung

menginginkan dimilikinya kekuasaan atas orang lain ataupun

lingkungan, oleh karena itu untuk memperolehnya ia berupaya

untuk melakukan sesuatu prestasi yang dapat diakui orang lain agar

penguasaan yang diinginkannya itu dapat tercapai sehingga

diperolehlah kepuasan dari kebutuhan tingkat ini.

5) Tingkat kebutuhan aktualisasi diri (self actualization)

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat tertinggi

dalam teori Maslow. Ia merupakan kebutuhan untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Ketika

orang dapat memenuhi keempat kebutuhan yang pertama, maka

(41)

diri menjadi lebih penting. Pada tingkat ini perilaku orang

dimotivasi oleh kondisi yang berbeda dari pada empat tingkat yang

lebih rendah terdahulu. Individu yang teraktualisasi diri termotivasi

oleh kebutuhan-kebutuhan baru, yang diistilahkan Maslow dengan

kebutuhan sekarang (being needs) seperti kepercayaan, kejujuran,

kecantikan dan kebaikan yang semuanya itu dapat memberikan arti

kepada kehidupan individu yang teraktualisasi tersebut.

2.2.4.2.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Motivasi Kerja Terhadap

Kinerja Manajerial

Teori motivasi pemeliharaan dari Herzberg dalam buku

(Handoko,1986:259). Pada umumnya, para karyawan baru cenderung

memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan lebih rendah

dalam pekerjaan pertama mereka, terutama keamanan. Tetapi setelah hal

itu terpuaskan, mereka akan berusaha untuk memenuhi tingkatan-tingkatan

kebutuhan yang lebih tinggi, seperti kebutuhan inisiatif, kreatif dan

tanggung jawab.

Berdasarkan penelitiannya, yang dilakukan dengan wawancara

terhadap lebih dari 200 insinyur dan akuntan. Herzberg dan

kawan-kawannya telah menemukan dua kelompok faktor-faktor yang

mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi. Faktor-faktor penyebab

kepuasan kerja (Job satisfaction) mempunyai pengaruh pendorong bagi

(42)

kerja mempunyai pengaruh negatif. Faktor-faktor pemeliharaan mencegah

merosotnya semangat kerja atau efisien, dan meskipun faktor-faktor

initidak dapat memotivasi, tetapi dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja

menurunkan produktivitas. Perbaikan terhadap faktor-faktor pemeliharaan

akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan kerja, tetapi tidak

dapat digunakan sebagai sumber kepuasan kerja.

Penemuan penting dari penelitian Herzberg dan kawan-kawannya

adalah bahwa manajer perlu memahami faktor-faktor yang dapat

digunakan untuk memotivasi para karyawan. Faktor-faktor pemeliharaan

sebagai faktor negatif (yang intrinsik), yang dapat memotivasi para

karyawan untuk melaksanakan keinginan para manajer.

2.2.4.3.Teori Yang Melandasi Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan,

Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajer.

Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral

dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama

tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan

kritis dalam membantu kelompok, organisasi, atau masyarakat untuk

mencapai tujuan mereka. Bagaimanapun juga, kemampuan dan

ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting

efektifitas manajer yang dapat meningkatkan kinerja manajer.

(43)

Kepuasan kerja akan meningkatkan semangat manajer dalam

bekerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja manajer.

Nitisemito (2000:108), sebab turunnya kinerja pada umumnya disebabkan

oleh ketidakpuasan manajer, baik secara materi maupun non materi. Untuk

meningkatkan kinerja dapat dilakukan dengan pemberian gaji yang cukup,

memperhatikan kebutuhan rohani, memberikan kesempatan untuk maju,

dan sebagainya.

Teori motivasi pemeliharaan dari Herzberg dalam buku

(Handoko,1986:259). Pada umumnya, para karyawan baru cenderung

memusatkan perhatiannya pada pemuasan tingkat kebutuhan lebih rendah

dalam pekerjaan pertama mereka, terutama keamanan. Penemuan penting

dari penelitian Herzberg dan kawan-kawannya adalah bahwa manajer

perlu memahami faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memotivasi

para karyawan.

2.3. Kerangka Pikir

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan sekarang ini merupakan

pengembangan terhadap teori-teori dan penelitian yang pernah dilakukan,

hal ini dapat dilihat pada premis-premis sebagai berikut:

a. Premis 1: Interaksi antara partisipasi penyusunan anggaran dengan

motivasi tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa motivasi

(44)

partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial

(Riyadi, 2000:138)

b. Premis 2: Hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja manajer

berpengaruh secara negatif, yang ditunjukkan oleh

kepuasan kerja yang kurang baik dapat mengakibatkan

menurunnya kinerja secara keseluruhan (Cahyono dan

Ghozali, 2002:352)

c. Premis 3: Pengaruh gaya Kepemimpinan dan motivasi seseorang akan

mencapai keberhasilan, yang menyebabkan kepuasan kerja

(Koesmono, 2006)

Berdasarkan premis-premis di atas, dapat digambarkan 2.1.

kerangka pikir sebagai berikut :

Uji Regresi Linier Berganda Gaya Kepemimpinan

(X1)

Kinerja Manajer (Y)

Motivasi Kerja (X3)

(45)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan premis-premis yang telah diuraikan diatas, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai gaya

kepemimpinan situasional, kepuasan kerja, motivasi kerja dan kinerja

manajer adalah “Diduga gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja manajer pada PT. Pos Indonesia

(46)

37

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang

pernyataan pengoperasionalan dan atau pendefinisian konsep-konsep

penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penerapan cara

dan satuan pengukuran variabelnya (Anonim,2003:10).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Variabel Terikat :

Y : Kinerja Manajer

Kinerja manajer yang dimaksud disini berhubungan

pencapaian serangkaian tugas-tugas atau kinerja yang dilakukan

oleh sekelompok individu dalam kegiatan manajer. Kinerja

manajer diukur dengan daftar pertanyaan yang dikembangkan oleh

Wijayanto. Skala pengukuran yang digunakan adalah semantic

differential dengan 5 item pernyataan. Adapun teknik

pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan skala 7

poin sebagai berikut :

Sangat Setuju 7 6 5 4 3 2 1 Sangat Tidak Setuju

Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan

(47)

2. Variabel Bebas :

X1 : Gaya Kepemimpinan

Pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap

jalannya organisasi, mestinya telah mempunyai banyak strategi

dalam melaksanakan tugasnya antara lain dengan

mensosialisasikan apa yang mereka harapkan agar tujuan

organisasi dapat tercapai dengan sempurna. Banyak hal yang

dituntut kepada seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya,

namun pada hakekatnya perlu memperoleh gambaran yang jelas

tentang diri seorang pemimpin. Kepemimpinan ini mengarah pada

kepemimpinan situasional yang berarti tidak ada satupun gaya

kepemimpinan yang tetap bagi setiap manajer dalam semua

kondisi. Menurut Hersey dan Blanchard (1992:99) yang dimaksud

dengan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas

seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam

situasi tertentu. Juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari

bawahannya, sehingga dapat menggerakkan bawahan ke arah

pencapaian tujuan tertentu. Skala pengukuran yang digunakan

adalah semantic differential dengan 5 item pernyataan. Adapun

teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan

skala 7 poin sebagai berikut :

(48)

Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan

tingginya kinerja manajer.

X2 : Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingkan apa yang diharapkan dengan kenyataan yang

diterima. Menurut Robbins (1996:179), kepuasan kerja

berhubungan dengan perasaan manajer mengenai pekerjaan dan

atasannya, lebih tegasnya kepuasan kerja adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau positif sebagai akibat dari

pengalaman kerjanya. Indikator pengukuran variabel ini persepsi

manajerial pada kondisi lingkungan kerja, hubungan kerja, dan

imbalan jasa. Skala pengukuran yang digunakan adalah semantic

differential dengan 8 item pernyataan. Adapun teknik

pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan skala 7

poin sebagai berikut :

Sangat Setuju 7 6 5 4 3 2 1 Sangat Tidak Setuju

Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan

tingginya kinerja manajer.

X3 : Motivasi Kerja

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatanntertentu guna mencapai suatu tujuan (Handoko,

(49)

pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai

tujuan kepuasan dirinya. Skala pengukuran yang digunakan adalah

semantic differential dengan 14 item pernyataan. Adapun teknik

pengukurannya menggunakan semantik diferensial dengan skala 7

poin sebagai berikut :

Sangat Setuju 7 6 5 4 3 2 1 Sangat Tidak Setuju

Semakin tinggi skor yang dihasilkan menunjukkan

tingginya kinerja manajer.

Teknik Penentuan Sampel

Obyek Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Pos Indonesia yang berada di jalan

Jemur Andayani no.75 Surabaya Selatan.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi menurut Sumarsono (2002 : 44) adalah kelompok subyek

atau obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu

yang berbeda dengan yang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah data

tentang kinerja manajer melalui media kuesioner terhadap responden

(50)

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Teknik pemilihan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sensus dimana setiap

elemen-elemen relatif sedikit mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan

anggota sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

semua anggota populasi dari penelitian ini sebanyak 11 orang yang

meliputi manajer dari PT. Pos Indonesia di Surabaya Selatan.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data

Untuk memperoleh data secara akurat yang akan dibahas dalam

penelitian ini, maka jenis data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder (Nazir, 2003:58)

a. Data Primer

Data yang utama yang diambil langsung dari hasil kuesioner yang diisi

oleh responden.

b. Data Sekunder

Data yang diambil dari buku-buku, literature dan dokumentasi yang

dimiliki oleh perusahaan. Kegunaan data ini untuk melengkapi data

(51)

Sumber Data

Sumber data yang diambil peneliti dalam penelitian ini diperoleh

dari para manajer pada perusahaan yang menjadi obyek penelitian yaitu

PT. Pos Indonesia di Surabaya Selatan.

Pengumpulan Data

a. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan

dengan pihak perusahaan guna melengkapi data dalam penelitian ini.

b. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data.

c. Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencetak data yang

diperlukan yang berasal dari dokumentasi di perusahaan.

d. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian

langsung pada obyek yang akan diteliti.

Uji Validitas

“Menurut Sumarsono (2002 : 31), apabila korelasi antara skor total

dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan, maka dikatakan bahwa

(52)

untuk mengukur kualitas kuesioner. Pengujian valid tidaknya alat ukur

tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor masing-masing

pertanyaan dengan skor total dari penjumlahan seluruh pertanyaan.

Apabila korelasi antar skor masing-masing pertanyaan signifikan, maka

dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas suatu

butir pertanyaan yang dinyatakan valid dengan nilai signifikansinya lebih

kecil dari 5% atau 0,05.

Uji Reliabilitas

“Menurut Sumarsono (2002 : 34) Uji reliabilitas dimaksudkan

untuk mengetahui konsistensi instrumen yang digunakan jika dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

menggunakan alat ukur yang sama”. Uji reliabilitas dapat dilihat dari error

yang dibuat, makin besar error yang terjadi, maka makin kecil reliabilitas

pengukuran dan sebaliknya. Suatu pertanyaan dikatakan reliabel apabila

memiliki koefisien korelasi (r) ≥ 0,6. Dengan rumusan sebagai berikut:

r = Vs

Vp

(Nazir, 1998 : 164)

Keterangan :

r = Koefisien reliabilitas

Vs = Varians sebenarnya

(53)

Uji Normalitas

“Menurut Sumarsono (2002 : 40) Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak”.

Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat

dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Metode

Kolmogorov Smirnov dan Metode Shapiro Wilk merupakan pedoman

dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti

distribusi normal, berikut ini adalah pedomannya :

1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%,

maka distribusinya adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%,

maka distribusinya adalah normal.

Sedangkan uji normalitas dengan Metode Skewness dan Kurtosis

ini nilainya berada diantara 2 sampai dengan +2, maka distribusi data

adalah normal.

Uji Asumsi Klasik

Setelah dilakukan uji reliabilitas dan validitas terhadap data yang

diperoleh dari jawaban responden, maka langkah selanjutnya akan

dilakukan uji terhadap asumsi klasik. Berikut ini adalah uji asumsi klasik

(54)

1. Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti bahwa adanya hubungan linier yang

“sempurna” atau pasti diantaranya beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan dari model regresi. Hubungan antara variabel bebas yang

dikatakan memiliki nilai multikolinieritas jika memiliki nilai VIF

(Variance Inflation Factor) tidak disekitar angka 1 dan angka tolerance tidak mendekati angka 1 serta memiliki nilai koefisien korelasi diatas

0,5. Pada model regresi linier yang baik tidak boleh terdapat

multikolinieritas, syarat suatu model regresi linier yang tidak terdapat

multikolinieritas adalah VIF di sekitar angka 1 dan angka tolerance

mendekati angka 1 serta koefisien korelasi antara variabel bebas

dibawah nilai 0,5 (Imam Ghozali, 2002 : 57).

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dalam analisis regresi untuk mendapatkan

hasil yang baik, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah

homogenitas varians yang ditimbulkan oleh koefisien pengganggu.

Perhitungan ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan cara menentukan formulasi regresi linier berganda dengan

menggunakan residual sebagai indikator terikat (Algifary, 2000 : 87).

Menurut Santoso (2001:210) deteksi adanya heteroskedastisitas

adalah:

1. Nilai Probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas

(55)

3. Autokorelasi

Uji korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,

2002 : 61). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat

dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes) dengan

persamaan :

t = N

∑ ( et -et-1 ) 2

d = t = 2_________ ... ( Gujarati, 1988 :215 ) t = N

∑ et 2

t = 1 Keterangan :

D = nilai Durbin Watson

et = residual pada waktu ke t

et-1

• Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif = residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya)

N = banyaknya data

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi

(Santoso, 2001: 218). Autokorelasi dapat dideteksi dengan

menggunakan besaran D-W (Durbin-Watson) yang secara umum

mempunyai ketentuan :

• Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi

(56)

Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Teknik Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda yaitu untuk menggambarkan pengaruh linier antara

variabel bebas dan variabel terikat. Model regresi linier berganda dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Y = bi + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei (Anonim,2003:L-21)

Dimana :

Y = Kinerja Manajer

bi = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3

X1 = Gaya Kepemimpinan Situasional

X2 = Kepuasan Kerja

X3 = Motivasi Kerja

ei

Uji Hipotesis

= Kesalahan baku

Untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan

untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan motivasi

kerja terhadap kinerja manajer digunakan uji F dengan prosedur sebagai

berikut :

1. Hipotesis

(57)

Hi : bi

2. Ketentuan pengujian

≠ 0 (Model regresi yang dihasilkan cocok)

a. Jika tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka Ho diterima dan

Hi

b. Jika tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H ditolak.

o ditolak dan Hi

(58)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Sejarah terbentuknya Pos di Indonesia dimulai sejak jaman Belanda, pada

tahun 1596 Cornelis De Houtman pada saat kedatangan membawa surat-surat

untuk raja-raja di Banten dan Jakarta. Berkembang seiring kebutuhan gagasan

untuk memperlancar surat-menyurat selama era kolonial Belanda telah

diwujudkan oleh Gubernur Jendral G.W. Baron Van Imhoff dengan mendirikan

kantor pos yang pertama di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1746.

Peran kantor pos semakin penting dan berkembang setelah penemuan

teknologi telegraf dan telepon, sehingga dibentuk Jawatan Pos, telegram dan

telepon (Jawatan PPT) berdasarkan Staatblaad Nomer 395 tahun 1906. jawatan

PPT Republik Indonesia secara resmi didirikan pada tanggal 27 September 1945

setelah dilakukan pengambil alihan kantor pusat PPT di Bandung oleh Angkatan

Muda PPT (AM PPT) yang menelan korban gugurnya sekelompok pemuda AM

PPT sehingga peristiwa ini sebagai tonggak sejarah berdirinya Jawatan PTT

Republik Indonesia dan diperingati sebagai Hari Bakti Parpostel. Jawatan PTT

IBW ternyata telah memenuhi syarat untuk dijadikan sebuah perusahaan negara,

maka pada tahun 1961 dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.240 dimana

Jawatan PTT diubah menjadi perusahaan Pos dan Telekomunikasi (PN Postel)

(59)

No.9 tahun 1978. Sehubungan dengan terjadinya perubahan dalam iklim usaha

menyangkut tata cara pembinaan dan pengawasan berdasarkan PP No. 24 tahun

1984. dan Perum Pos dan Giro dirubah statusnya menjadi PT Pos Indonesia

(Persero) berdasarkan PP No 5 tahun 1995.

4.1.2. Sejarah Berdirinya PT Pos Indonesia Surabaya Selatan

Lokasi PT. Pos Indionesia Surabaya Selatan tepatnya berada di Jl. Jemur

Andayani No 75. Surabaya, sementara sebelah timur terdapat Industrial Estate

Rungkut (SIER) sebelah barat menuju daerah Ahmad Yani dan sebelah utara

daerah Panjang Jiwo.

Kantor Pos Surabaya Selatan ini diresmikan Menteri Pariwisata Pos dan

Telekomunikasi pada tanggal 6 November 1986 dan dengan keputusan Direksi

Perum Pos dan Giro tertanggal 12 Juli 1991 No. 101/Dirut Pos/1991 yang

menetapkan peningkatan kelas dari kantor pos kelas I menjadi kantor pos besar

dalam kurun waktu lima tahun ini merupakan akibat dari perkembangan produksi

maupun pendapatan terus menerus meningkat dan semakin bertambah.

Dengan perubahan status Perum Pos dan Giro manjadi PT. Pos Indonesia

(Persero) tanggal 20 Juni 1995 maka terjadilah perubahan strukktur organisasi

organisasi pada seluruh jajaran Pos Indonesia seperti kantor pos Besar yang

sekarang menjadi Kantor Pos kelas III Surabaya Selatan. Dengan

mengrespondenkan pelayanan yang memuaskan pelanggan maka PT. Pos

Indonesia Kantor Pos Surabaya Selatan berpijak pada PP.No. 37/1985 tentang

(60)

a. Pelayanan pokok mencakup pengiriman paket pos, wesel pos, pelayanan

giro dan cek pos.

b. Pelayanan tambahan yang secara khusus diberikan pelayanan pokok atas

permintaan pengiriman maupun penerimaan.

c. Pelayanan khusus yang secara khusus diberikan pelayanan pokok atas

permintaan pengiriman maupun penerimaan.

d. Pelayanan keagenan yang diselenggarakan PT. Pos Indonesia untuk

pihak yang tertentu dengan menerima sejumlah upah atau provisi

tertentu.

4.1.3. Visi, Misi Kebijakan Mutu

1. Visi Perusahaan

Dalam usahanya sebagai pusat layanan jasa pos, PT Pos Indonesia

senantiasa berupaya untuk menjadi sarana komunikasi kelas dunia, yang

peduli lingkungan, dikelola oleh sumber daya manusia yang profesional,

sehingga mampu memberikan layanan terbaik bagi masyarakat serta

tumbuh dan berkembang sesuai dengan konsep bisnis yang sehat.

2. Misi Perusahaan

Menyediakan sarana komunikasi yang handal dan terpercaya bagi

masyarakat dan pemerintah guna menunjang pembangunan nasional

serta memperkuat kesatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

Mengembangkan usaha yang bertumpu pada peningkatkan mutu

pelayanan melalui penerapan IPTEK yang tepat guna untuk mencapai

kepuasan pelanggan serta memberikan nilai tambah yang optimal bagi

(61)

3. Kebijakan Mutu

PT. Pos Indonesia (Persero) bertekad menyelanggarakan pelayanan yang

berkualitas tinggi dengan penerapan sistem manajemen yang handal.

Mutu pelayanan jasa PT. Pos Indonesia merupakan perwujudan budaya

kerja perusahaan dan tingkat kedisiplinan dalam usaha menjaga

kesinambungan upaya-upaya meningkatkan kepuasan total kepada

pelanggan, karyawan dan pemilik perusahaan sehingga menjadi

perusahaan berkelas dunia dengan melibatkan karyawan secara aktif.

4.1.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dibuat agar semua aktivitas dan pecapaian tujuan dari

suatu perusahaan dapat lebih mudah dicapai atau dengan kata lain semua kegiatan

lebih terstruktur, efisien, dan efektif.

Dibawah ini uraian tugas di Kantor Pos Surabaya Selatan sebagai berikut :

1. Manajer Sarana dan Sumber Daya Manusia, tugasnya yaitu :

a. Mencatat agenda rahasia

b. Mengetik konsep, notulen, serta pengiriman surat rahasia

c. Mengamati agenda surat-surat masuk serta rahasianya

d. Menentukan bendel tunda dan simpan

2. Manajer Quality Control / BML, tugasnya yaitu :

a. Mengatur pembagian kerja di bagiannya

b. Mengawasi penyusunan jadwal pemeriksaan periodik dan mengatur

pelaksanaannya.

(62)

d. Membuat laporan bulanan meliputi laporan periodik, lap zerro

defeect.

e. Mengevaluasi hasil pengolahan data irregularitas.

3. Manajer Keuangan, tugasnya yaitu :

a. Mengamati dan bertanggung jawab atas keuangan kantor

b. Memegang dan mengamati keuangan kas

c. Mengecek ketersediaan BPN, benda UTA Akte Agraria

d. Membuat laporan mingguan saldo kas pada hari jumat

4. Manajer Akuntasi, tugasnya Yaitu :

a. Bertangung jawab atas kelancaran di bagian Akutansi

b. Mengamati dan memeriksa pembukuan perhitungan pemeriksaan dan

pengeluaran serta buku bantuannya.

c. Pelaporan JMT dan JMK 1-2 ke veripos dan wilpos

d. Pelaporan bulanan akutansi beserta laporan ke veripos dan wilpos

5. Manajer Biskugen, tugasnya yaitu :

a. Mengawasi pengisian absensi seluruh pegawai bagian biskugen dan

memimpin refleksi pagi

b. Membuka apilkasi manajer dan mengaktifkan aplikasi loket SOPP

c. Membuka email dan merespon email yang masuk

d. Melakukan uji petik atas layanan biskugen

6. Manajer Bisreg, tugasnya yaitu :

(63)

b. Menyelesaikan komplain yang tidak tertangani oleh CS perihal

kiriman surat pos dan paket pos

c. Melakukan pengawasan terhadap kelancaran pelayanan kepada

publik loket

7. Manajer UPL, tugasnya yaitu :

a. Melakukan pengawasan kebenaran terhadap register berharga yang

dikirim Kp. Cabang dan Agenpos dengan cara mencocokkan nomor

urut register yang bertalian.

b. Membuat buku rekening koran panjar-panjar yang ditahan di Kp

Cabang meliputi panjar biasa, panjar pensiun Taspen / Asabri.

c. Memeriksa dan memastikan kebenaran atas naskah-naskah dan buku

perhitungan rekapitulasi N-2 yang dibuat oleh Asman UPL.

d. Melakukan pemeriksaan atas semua pekerjaan yang dilakukan di

bagian UPL dan membuat buku pemeriksaan.

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Kantor

8. Manajer Sentral Layanan Pelanggan Koporat (SLPK), tugasnya yaitu :

a. Pada awal dinas dan akhir dinas wajib melaksanakan absensi dengan

menggunakan system sidik jari pada alat monitor

b. Mengawasi penjemputan setoran pajak

c. Mengawasi penjemputan dokumen paket pos

d. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan kiriman korporat dan ritel

(64)

9. Manajer Giro, tugasnya yaitu :

a. Memeriksa ulang dan menandatangani tagihan-tagihan bea giro

pos/divisi yang telah dibuat oleh Asisten Manajer Giro

b. Menerima dan mengawasi saldo rekening giro bank, bilyet saldo, dan

rekening koran

c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengawasan tugas di

loket giro

10.Manajer Pemasaran, tugasnya yaitu :

a. Membuat program aksi pemasaran dengan sasaran utama pengguna

jas pos

b. Membuat analisa kuantitatif/kualitatif pelaksanaan pemasaran

c. Melaksanakan kegiatan kehumasan dan pemasaran

d. Membuat laporan kegiatan kehumasan/pemasaran

11.Manajer Operasi, tugasnya yaitu :

a. Mengawasi dan membantu bongkar muat Sb-ml dan ML-Sb dan

mencocokkan dengan R7-R6

b. Membuat neraca kirim-terima kirpos

yang bersangkutan

c. Membuat 1-10 tentang kegiatan di bagian operasi

d. Membuat serta terima barang yang ada atau sisa dengan manajer

pengganti

e. Memeriksa buku pengawasan cap tanggal

(65)

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Umum Penelitian

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diperoleh gambaran responden

berdasarkan pendidikan sebagai berikut :

1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diperoleh gambaran

[image:65.595.174.511.314.404.2]

responden berdasarkan umur sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah %

1 25-34 1 9,1

2 35-44 6 54,5

3 45-54 4 36,4

Total 11 100

Gambar

Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan, motivasi, dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan PT Tritunggal Mulia Wisesa Surakarta. Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan,stress kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan PT.POS INDONESIA kantor pos

Skripsi berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif dan Disiplin Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Study Pada Pegawai PT. Pos Indonesia kab. Banyuwangi), telah

1) Gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills. 2) Motivasi kerja memiliki pengaruh yang

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gaya kepemimpinan, disiplin kerja, motivasi kerja merupakan faktor yang dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Pengujian hipotesis dalam penelitian bertujuan untuk membuktikan pengaruh kompensasi, kepuasan kerja, motivasi kerja, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan

Model hubungan antar variabel yang diteliti menghasilkan budaya organisasi, motivasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan Laksmi Islamic

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, gaya kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh kepuasan kerja pada PT Bank Rakyat