ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR SENI SUKAWATI SESUDAH BERKEMBANGNYA PASAR SENI MODERN
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH GEDE ITA WULANDARI NIM : 1206105060
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
i
ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR SENI SUKAWATI SESUDAH BERKEMBANGNYA PASAR SENI MODERN
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH GEDE ITA WULANDARI NIM : 1206105060
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
ii
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 08 April 2016
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : Prof. Dr. I K. G. Bendesa, M.A.D.E ...
2. Sekretaris : Luh Gede Meydianawathi, SE., M.Si ...
3. Anggota : Drs. Dewa Nyoman Budiana, M.Si ...
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 26 Januari 2016 Mahasiswa,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Pedagang Di Pasar Seni Sukawati Sesudah Berkembangnya Pasar Seni Modern” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 4. Bapak Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE., ME., selaku Sekretaris
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Bapak Prof. Dr. I K. G. Bendesa, M.A.D.E selaku ketua penguji atas waktu yang telah diberikan, masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Dewa Nyoman Budiana, M.Si selaku penguji atas waktu yang telah diberikan, masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Luh Gede Meydianawathi, SE., M.Si selaku dosen pembimbing atas waktu yang telah diberikan, bimbingan, masukan, kesabaran serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Dosen-dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan dan jurusan lain yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala ilmu, pengalaman, masukan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
v
10. Keluarga tercinta Ayah I Made Suada dan Ibu Ni Ketut Suarniti atas dukungan, materi, masukan, bantuan, kasih sayang dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
11. Sahabat-sahabatku Ni Made Winny Dwi Kusumarini, I Nyoman Wahyu Widiana, Ni Luh Yuni Wulandari, I Gusti Ayu Padma Dewi, Mayun Karina Dewi, Riko Zaeroni, Emmie dan A.A. Dima Sitara Dewi atas dukungan, bantuan, dan semangatnya.
12. Pegawai-pegawai yang bertugas di ruang baca dan bursa fotocopy atas bantuannya selama saya belajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, 25 Januari 2016
vi
Keberadaan pasar seni modern dapat menjadi dilema bagi pedagang yang memiliki modal dengan skala kecil serta dapat berpotensi sebagai penyebab penurunan pedapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati. Apabila eksistensi pasar seni tradisional tidak dapat dipertahankan, maka nasib para pedagang yang bernaung di pasar seni tradisional akan terancam. Untuk itu maka perlu dilakukan kajian apakah terdapat perbedaan jumlah pendapatan yang diterima oleh pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara simultan terhadap pendapatan pedagang di pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern dan untuk menganalisis pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara parsial terhadap pendapatan pedagang di pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
Sampel dalam penelitian adalah responden pedagang yang sekaligus pemilik usaha yang berlokasi di Pasar Seni Sukawati sebanyak 89 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, kuesioner, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah Binary Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probability menurunnya pendapatan pedaganf di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern adalah sebesar 71,9 persen dan probability yang memperoleh pendapatan tetap adalah 29,1 persen. Variabel volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati pada tingkat signifikasi 0,000, dengan nilai negelkerke’s (R2) = 0,534 menunjukkan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen adalah sebesar 53,4 persen.
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... . iii
KATA PENGANTAR ... ... iv
1.5Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 13
2.1.1 Konsep Pendapatan di Sektor Informal ... 13
2.1.2 Teori Permintaan dan Penawaran... 14
2.1.3 Tinjauan Tentang Pasar Tradisional... 18
2.1.4 Tinjauan Tentang Pasar Seni Modern ... 20
2.1.5 Tinjauan Tentang Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang ... 22
2.1.5.1 Volume Penjualan ... 22
2.1.5.2 Lokasi Usaha... ... 25
2.1.5.3 Jam Operasional ... 26
2.1.6 Hubungan Antara Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang………. 28
2.1.6.1 Hubungan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang ... 28
2.1.6.2 Hubungan Lokasi Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang ... 29
2.1.6.3 Hubungan Jam Operasional Terhadap Pendapatan Pedagang ... 29
2.2 Rumusan Hipotesis... 30
viii
3.2Lokasi Penelitian atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 32
3.3Obyek Penelitian ... 32
3.4Identifikasi Variabel ... 32
3.5Definisi Operasional Variabel ... 33
3.6Jenis dan Sumber Data ... 34
3.6.1Jenis data menurut sifatnya ... 34
3.6.2Jenis data menurut sumbernya ... 34
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 35
3.7.1 Populasi ... 35
3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 35
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 37
3.9.4 Uji chi-square (Uji Pengaruh Serempak) ... 42
3.9.5 Uji parsial ... 44
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 48
4.2 Karakteristik Responden ... 50
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ... 51
4.4 Pendapatan Pedagang Di Pasar Seni Sukawati Sesudah Berkembangnya Pasar Seni Modern ... 53
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
4.5.1 Hasil Uji Ekonometrika... 54
4.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 55
4.5.3 Pengujian Model Fit ... 56
4.5.4 Uji chi-square (Uji Pengaruh Serempak) ... 58
4.5.5 Uji parsial ... 60
4.5.6 Interpretasi Persamaan Regresi Logistik ... 64
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 66
4.6.1 Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Seni Sukawati……….………. 66 4.6.2 Pengaruh Lokasi Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Seni Sukawati………..……… 67
4.6.3 Pengaruh Jam Operasional Terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Seni Sukawati……… 69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 72
ix
x
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Tahun 2012 ... 4
3.1 Jumlah Pedagang di Pasar Seni Sukawati Berdasarkan Tempat... 36
4.1 Karakteristik Responden Penelitian Menurut Jenis Kelamin, Umur, dan Tingkat Pendidikan ... 50
4.2 Deskripsi Variabel Penelitian Meliputi Volume Penjualan (X1), Lokasi Usaha (X2), dan Jam Operasional Pedagang (X3) ... 53
4.3 Variables in the Equations ... 54
4.4 Correlation Matrix ... 55
4.5 Hasil Uji Heteroskedastitas (Classification Tablea) ... 56
4.6 Hosmer and Lemeshow’s Test untuk pengujian Model fit ... 57
4.7 Hasil Uji -2 Log Likelihood Awal (Iteration Historya,b,c) ... 57
4.8 Hasil Uji -2 Log Likelihood Kedua (Iteration Historya,b,c) ... 58
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
3.1 Desain Penelitian ... 31
3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho dengan uji Chi-Square .. . 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Gambar Halaman
1 Kuesioner Penelitian ... 77
2 Rekapitulasi Tabulasi Data ... 82
3 Hasil Binary Logistik ... 84
4 Uji Multikolinearitas ... 88
5 Uji Heteroskedastitas ... 89
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor dalam bidang ekonomi yang mendapat perhatian dari pemerintah sebagai titik berat dalam pengembangan
usaha mandiri. Pola usaha ini diarahkan untuk meningkatkan usaha kecil dan menengah yang bergerak di segala bidang. Berdasarkan kajian Badan Pusat
Statistika (BPS) Provinsi Bali (2014), diantara 9 sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor perdagangan, hotel, dan rumah makan
(PHR) memberikan kontribusi tertinggi pada PDRB Provinsi Bali pada kurun waktu 15 tahun terakhir. Sektor PHR mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun 2000 hingga tahun 2014, dimana nilai tambah bruto sektor PHR tahun
2000 sebesar Rp. 2.337.97 miliar, tahun 2004 sebesar Rp. 2.516.24 miliar, tahun 2009 sebesar Rp. 8.479.55 miliar dan tahun 2014 meningkat sebesar Rp. 10.687.10 miliar. Salah satu pusat perdagangan yang memberikan kontribusi
terhadap peningkatan perekonomian daerah Bali adalah pasar seni tradisional. Pasar seni tradisional di Bali merupakan tempat belanja oleh-oleh bagi
para wisatawan, baik asing maupun nusantara. Beragam jenis oleh-oleh khas Bali seperti makanan, pakaian maupun aksesoris-aksesoris khas lainnya dengan mudah didapatkan seiring dengan menjamurnya pasar oleh-oleh tradisional Bali di
2
menghasilkan berbagai karya seni yang dijual kepada wisatawan di pasar seni
tradisional, sehingga pasar seni tradisional tetap terjaga eksistensinya.
Seiring berkembangnya arus globalisasi, mulai banyak bermunculan pusat
oleh-oleh khas Bali di pasar modern yang menawarkan produk hampir serupa dengan pasar seni tradisional. Selain komoditi yang sama, harga yang ditawarkan oleh pasar seni modern tidak kalah bersaing dengan pasar seni tradisional. Hal
tersebut memunculkan fenomena antara persaingan pasar tradisional dengan pasar modern. Perkembangan pasar seni tradisional dapat sebagai tolak ukur
perekonomian suatu daerah. Menurut Bintoro dalam Utomo (2013), pasar tradisional mempunyai fungsi dan peranan tidak hanya sebagai tempat
perdagangan tetapi juga sebagai tempat peninggalan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Berkembangnya pasar modern telah memberikan dampak terhadap eksistensi pasar tradisional. Berdasarkan data Nielsen (2003), pasar modern telah
tumbuh sebesar 31,4 persen dan sejalan dengan itu, pasar tradisional telah tumbuh secara negatif sebesar 8 persen.
Berkaitan dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, kini keberadaan
pasar seni tradisional telah tersaingi oleh pasar modern yang banyak dibangun di berbagai tempat wisata. Pasar seni modern memiliki berbagai kelebihan
dibandingkan dengan pasar seni tradisional. Dimulai dari segi keamanan, kenyamanan, dan tentunya kualitas barang belanjaan. Sehingga pasar seni tradisional kini memiliki pesaing kuat dan berdampak pada menurunnya omzet
3
Pasar Seni Sukawati merupakan pasar seni yang pertama berdiri di Bali
sejak tanggal 25 Mei 1985, sehingga telah menjadi makna dari perkembangan pasar seni lainnya. Pasar Seni Sukawati terletak di Desa Sukawati, Kecamatan
Sukawati Kabupaten Gianyar. Hadirnya pasar Seni Sukawati dilatar belakangi oleh pemikiran tokoh masyarakat dan para seniman di Kabupaten Gianyar. Para seniman memandang perlu adanya tempat untuk menampung hasil karya seni para
pengrajin yang dapat dijual kepada wisatawan dengan konsep art center. Konsep art center telah dikenal oleh negara yang memiliki peradaban kebudayaan dan
kesenian seperti Inggris, Perancis, dan Italia, sehingga Pasar Seni Sukawati hadir dengan memiliki tujuan untuk menampung hasil produksi para pengrajin dan
sebagai tempat untuk memasarkan produk seni di Kabupaten Gianyar (Kepala PD Pasar Seni Sukawati, 2015).
Keadaan Pasar Seni Sukawati yang sederhana dan bersifat tradisional,
namun menyajikan barang- barang kesenian yang menarik minat para wisatawan mancanegara dan domestik datang untuk membeli berbagai hasil karya yang diperdagangkan antara lain seni ukir, seni lukis maupun seni keterampilan.
Berbagai macam kreatifitas seni dan kerajinan tangan penduduk lokal dapat menjadikan Pasar Seni Sukawati sebagai objek wisata budaya oleh para
wisatawan.
Seiring perkembangan era global, pada awal tahun 2002 mulai banyak bermunculan pasar seni modern di Kabupaten Gianyar yang menyebabkan
4
pasar seni Sukawati yaitu I Ketut Yudiana (45 tahun) menyatakan bahwa sebelum
berkembangnya pasar seni modern (sebelum tahun 2002) pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati rata-rata berkisar antara Rp. 1.500.000 dengan omzet
penjualan barang kerajinan mencapai angka tertinggi Rp. 5.000.000 karena pada saat itu belum memiliki kompetitor dari pasar modern. Namun, setelah berkembangnya pasar seni modern omzet penjualan pedagang pasar seni Sukawati
menurun drastis dengan omzet penjualan tertinggi hanya mencapai angka Rp. 2.000.000. Kepala PD Pasar Seni Sukawati telah merangkum beberapa data yang
mencakup pendapatan para pedagang Pasar Seni Sukawati tahun 2012 seperti yang diuraikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Tahun 2012
No. Bulan Dalam 1 Januari 25.592.500 3.998.500 29.591.000 296.568.800 2 Februari 39.220.500 7.704.500 46.925.000 296.568.800 3 Maret 47.919.500 11.591.500 59.511.000 296.568.800 4 April 59.794.000 16.497.500 76.291.500 296.568.800 5 Mei 71.851.000 21.141.500 92.992.500 296.568.800 6 Juni 82.742.000 25.615.000 108.357.000 296.568.800 7 Juli 98.035.000 30.330.500 128.365.500 296.568.800 8 Agustus 112.787.000 34.287.500 147.074.500 296.568.800 9 September 131.147.300 37.928.500 169.075.800 296.568.800 10 Oktober 141.941.000 41.887.000 183.828.000 296.568.800 11 November 159.207.500 46.407.000 205.614.500 296.568.800 12 Desember 159.207.500 46.407.000 205.614.500 296.568.800
Total 1.129.444.800 323.796.000 1.453.240.800 Sumber: Kantor PD Pasar Seni Sukawati (2013)
Kolom target pada Tabel 1.1 menjelaskan tentang rencana capaian
5
Perkembangan dari bulan Januari hingga Desember pendapatan pasar seni
sukawati belum dapat mencapai target sebesar Rp. 296.568.800. Apabila target tidak tercapai maka hasil penjualan dalam pasar kurang optimal yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kunjungan belanja para wisatawan yang menurun, strategi penawaran produk oleh pedagang yang kurang tepat dan barang dagangan yang kurang diminati. Total pendapatan dalam gedung dan luar gedung
tertinggi yaitu pada bulan November dan Desember sebesar Rp. 205.614.500 dikarenakan pada bulan tersebut jumlah kunjungan wisatawan meningkat akan
menjelang pergantian tahun.
Informan Anak Agung Gede Raka Wibawa Putra, SH (Kepala PD Pasar
Seni Sukawati periode 2012 hingga saat ini) memberikan pendapatnya menyangkut terjadinya penurunan jumlah pengunjung dan penurunan jumlah pendapatan yang dialami oleh pasar seni tradisional. Terjadi pengurangan yang
cukup signifikan baik dari segi pendapatan maupun jumlah pengunjung karena dengan berkembangnya pasar seni modern banyak wisatawan lokal maupun mancanegara mengalihkan tempat perbelanjaan mereka.
Perkembangan globalisasi dan perekonomian mengurangi potensi ekonomis yang dimiliki Pasar Seni Sukawati, yang awalnya merupakan
primadona wisata belanja bagi wisatawan berangsur-angsur mengalami kelesuan dan mulai ditinggalkan oleh pelanggannya. Tumbuh pesatnya pasar seni modern di Bali terlebih di Kabupaten Gianyar memberikan dampak buruk bagi pedagang
6
rendah, banyaknya bermunculan pasar seni modern yang dimiliki oleh pemodal
besar sehingga sangat mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sukawati
Zahratain dan Lukytawati (2014), menyebutkan selama dekade terakhir toko modern mulai hadir dengan memanfaatkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional seperti kebersihan, kenyamanan, keamanan, kualitas produk
serta sarana dan prasarana yang memadai. Studi empiris yang dilakukan oleh Reardon dan Hopkins (2006) menjelaskan bahwa permasalahan mengenai
persaingan dalam bisnis ritel antara pasar tradisional dan toko modern telah terjadi hampir di semua negara selama bertahun-tahun dalam beberapa hal seperti harga,
kenyamanan, kualitas produk dan keamanan. Seperti halnya di Kabupaten Gianyar, pada awal tahun 2002 telah berkembang 8 pasar oleh-oleh modern yang menjual produk yang hampir sama seperti ditawarkan oleh Pasar Seni Sukawati.
Berbagai macam kelebihan dan kemudahan yang ditawarkan kepada konsumen oleh pasar seni modern seperti kenyamanan dalam berbelanja, harga yang lebih murah, kemasan yang menarik, dan bahkan pelayanan yang buka
hingga 24 jam. Selain itu, kerjasama yang dijalin para pemilik pasar seni modern dengan para pengusaha travel agen dengan pembagian komisi yang menggiurkan,
maka travel agen pun mengarahkan tamu-tamu mereka ke pasar seni modern yang menjalin kerjasama dengannya. Maka dari itu, tidak sedikit konsumen yang mengalihkan belanja mereka pada pasar seni modern.
7
yang menjadi keprihatinan adalah nasib para pedagang bermodal kecil yang
nantinya pasti akan kalah bersaing dengan pemodal besar. Keunggulan dari pasar seni modern yang mengalahkan pasar seni tradisional Sukawati meyebabkan
omzet penjualan Pasar Seni Sukawati menurun dan tidak sedikit pedagang dalam Pasar Seni Sukawati mengeluhkan hal tersebut. Salah seorang pedagang di pasar Seni Sukawati yang bernama Ni Made Nerti pada tanggal 1 Oktober 2015
menyampaikan keluhannya mengenai penurunan omzet penjualan yang mengatakan bahwa:
“Banyaknya pasar seni modern yang ada di Bali dan terutama di
Kabupaten Gianyar membuat pasar seni sepi pengunjung dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum ada pasar seni modern, selama 20 tahun sudah membuka usaha di pasar seni saya sangat merasakan penjualan atas barang kesenian menurun derastis, dimana biasanya pakaian oleh-oleh laku hingga 20 baju setiap harinya, kini hanya terjual paling banyak 10
baju itu pun jarang”
Hasil wawancara tersebut menyatakan bahwa perkembangan dan
kelebihan dari pasar seni modern dapat mematikan pasar Seni Sukawati terutama pedagang-pedagang yang membuka usaha dalam pasar seni. Usaha-usaha yang dilakukan pedagang dalam meningkatkan pendapatan sebagai akibat adanya
persaingan yang ketat diperlukan meningkatkan efisiensi.
Ditinjau dari ketersediaan atau komoditi barang yang diperdagangkan oleh
pedagang Pasar Seni Sukawati lebih spesifik dibandingkan dengan pasar seni modern yang lebih beragam atau serba ada, dikarenakan pedagang dalam Pasar Seni Sukawati menjual barang yang berbeda antar pedagangnya. Namun, pasar
8
penjualan pasar seni modern yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang
Pasar Seni Sukawati.
Volume penjualan barang dagangan dalam pasar dapat menentukan
besarnya pendapatan diterima oleh pedagang. Volume penjualan adalah jumlah barang yang dapat terjual dari proses transaksi yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli dalam pasar. Semakin banyak barang yang dapat terjual, maka semakin
besar jumlah keuntungan yang diterima sehingga pendapatan akan meningkat. Menurut Astuti (2005), volume penjualan adalah jumlah barang atau jasa
yang terjual dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan unit atau rupiah. Semakin besar volume penjualan, semakin besar pula pendapatan yang
diperoleh. Dengan meningkatnya volume penjualan maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi laba yang diperoleh pengusaha.
Hal lain yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang yaitu
lokasi pedagang yang strategis dari tempat parkir, karena umumnya lokasi yang berdekatan dengan pintu masuk atau lokasi parkir akan memberikan kemudahan wisatawan untuk berbelanja dibandingkan dengan lokasi pedagang yang berada di
pojok atau tengah pasar. Lokasi parkir pasar modern dengan pasar tradisional sangat berbeda. Pasar modern memberikan kemudahan dengan memberikan
tempat parkir yang lebih luas dibandingkan dengan pasar tradisional yang memberikan kemudahan dan kenyamanan parkir, hal ini yang dapat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan untuk berbelanja oleh-oleh.
9
pasar tradisional, lokasi pedagang yang dianggap strategis ialah lokasi yang
berada di dekat pintu masuk pasar. Hal ini karena pembeli tidak perlu jauh-jauh masuk ke bagian dalam pasar untuk berbelanja kebutuhannya dan pembeli akan
merasa lebih efisien. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin dekat lokasi pedagang dengan pintu masuk pasar, maka pendapatan yang akan diterima akan semakin besar daripada lokasi pedagang yang berada masuk di dalam pasar.
Ditinjau dari jam operasional Pasar Seni Sukawati berbeda dengan pasar seni modern yang memberikan fasilitas buka hingga 24 jam. Pasar Seni Sukawati
di buka mulai pukul 09.00 WITA dan tutup pada pukul 17.00 WITA. Jika dilihat dari waktu buka dan tutupnya kios, lama jam operasional para pedagang kios di
pasar Seni Sukawati adalah sekitar 8 jam, sehingga menyebabkan pengunjung yang ingin berbelanja oleh-oleh pada malam hari hanya bisa berbelanja pada pasar modern. Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan pedagang pasar seni tradisional.
Hal ini sesuai dengan penelitian Priyandikha (2015) yang menyatakan bahwa jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kota Semarang.
Menurut Jafar dalam Firdausa (2012), suatu usaha agar dapat berjalan lancar dan berkembang membutuhkan pengelolaan waktu yang baik melalui
pengaturan jam operasional. Jam operasional adalah banyaknya lama waktu kerja dalam sehari. Semua kios pada pasar tradisional memiliki jam operasional yang belum tentu sama. Jika ingin memperoleh pendapatan yang tinggi maka
10
sebuah kios di pasar maka akan semakin besar pula kesempatan untuk
memperoleh pendapatan yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa keberadaan pasar
seni modern dapat menjadi dilema bagi pedagang yang memiliki modal dengan skala kecil serta dapat berpotensi sebagai penyebab penurunan pedapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati. Apabila eksistensi pasar seni tradisional tidak
dapat dipertahankan, maka nasib para pedagang yang bernaung di pasar seni tradisional akan terancam, sehingga kajian mengenai pendapatan pedagang di
Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern penting untuk diteliti.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini :
1) bagaimanakah pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara simultan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern?
2) bagaimanakah pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah
berkembangnya pasar seni modern?
1.3 Tujuan Penelitian
11
1) untuk menganalisis pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam
operasional secara simultan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
2) untuk menganalisis pengaruh volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kegunaan seperti dijabarkan berikut ini : 1) Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, baik itu untuk menambah dan memperkaya bahan pustaka yang sudah ada, baik sebagai pelengkap maupun bahan perbandingan. Disamping itu penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan sektor informal pada dunia pariwisata.
2) Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan masukan terhadap masyarakat kabupaten Gianyar secara umum. Selain itu diharapkan dapat
memberi masukan kepada pemerintah Provinsi Bali mengenai kebijakan-kebijakan yang terkait dengan sektor informal pada dunia pariwisata.
1.5 Sistematika penulisan
12 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam
laporan ini. Dalam bab ini juga disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan
landasan teori yang ada. Dalam kajian pustaka akan dibahas mengenai tinjauan tentang pendapatan di sektor informal, tinjauan tentang pasar
tradisional, tinjauan tentang pasar modern, tinjauan tentang volume penjualan, tinjauan tentang lokasi usaha, tinjauan tentang jam operasional, pembahasan hasil penelitian sebelumnya, serta hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup
wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel,
metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini diawali dengan menguraikan gambaran umum daerah atau lokasi
13 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Merupakan penutup yang terdiri atas keseimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang dipandang perlu berdasarkan
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Konsep Pendapatan di Sektor Informal
Pendapatan adalah penghasilan yang diterima oleh seseorang dari usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa
barang dan jasa. Pendapatan atau income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang memilikinya kepada sektor
produksi. Sektor produksi membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input produksi dengan harga yang berlaku di pasar produksi ditentukan oleh kekuatan tarik-menarik antara penawaran dan permintaan
(Samuelson dan Nordhaus, 1994).
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001), pendapatan menunjukkan
jumlah uang yang diterima oleh rumah tangga selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan tersebut terdiri dari penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan dan penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan
sosial. Menurut Asianto (2014), pendapatan yang akan diperoleh di sektor informal sangat ditentukan oleh berbagai faktor, diduga yang mempengaruhi
pendapatan tersebut antara lain adalah modal kerja, jam usaha dan pengalaman berdagang serta jenis barang dagangan (produk). Pendapatan yang diterima di
15
(lamanya berdagang) dan berbeda banyaknya jenis barang dagangan (produk)
yang digelarkannya.
Hafsah (2003; 70), dalam bukunya menyatakan yang dimaksud dengan
pendapatan usaha yaitu semua output yang dihasilkan dari suatu kegiatan tertentu, dalam prakteknya, mengusahakan pekerjaan tertentu menggunakan berbagai macam cara dengan demikian maka hasil usaha yang di peroleh juga merupakan
penjumlahan dari seluruh output yang dihasilkan. Sedangkan Nasution (2002: 216), memberikan batasan bahwa pendapatan usaha dinilai dari besarnya volume
usaha (omzet) yang di indikasikan dari nilai tambah bagi usahawan sebagai keikutsertaan dalam suatu kegiatan usaha atau pekerjaan tertentu.
2.1.2 Teori Permintaan dan Penawaran
Menurut Nopirin (dalam Sri Pramana, 2013), dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya perdagangan, yakni faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran, adapun aktivitas tersebut terjadi di dalam negeri dan di luar negeri. Permintaan dan penawaran merupakan suatu kekuatan yang membuat ekonomi pasar bekerja dengan baik. Dalam hal ini, permintaan dan
penawaran menentukan jumlah barang yang akan diproduksi dan harga jual dari barang tersebut.
2.1.2.1 Teori Permintaan
Jumlah permintaan dari suatu barang merupakan jumlah barang atau komoditi yang rela dan mampu dibayar oleh konsumen untuk memenuhi
16
akan dipasarkan. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu
produsen karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh produsen dari penjualan produknya. Perubahan dari harga akan
mempengaruhi permintaan suatu komoditi (Chhapra, 2013). Hubungan antara harga dan jumlah permintaan berlaku untuk kebanyakan jenis barang dalam perekonomian, faktanya hal ini begitu umum sehingga para ekonom menyebutnya
sebagai hukum permintaan (law of demand): jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah permintaannya akan menurun,
dan ketika harganya turun, maka jumlah permintaannya akan naik (Mankiw, 2006:80).
Sumber : Sugiyanto, 2008
Kurva permintaan menunjukkan jumlah suatu barang yang diminta
bergantung pada harganya. Menurut hukum permintaan (law of demand), apabila harga barang turun, maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, kurva permintaan semakin ke kanan
semakin turun. Selain harga, faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap
P
Po
P1
O Qo Q1 Q
A
B
17
suatu barang diantaranya pendapatan, harga barang-barang substitusi dan
komplementer, selera, harapan, dan jumlah konsumen.
2.1.2.2 Teori Penawaran
Penawaran merupakan jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu atau jumlah barang yang mampu dijual atau dipasarkan oleh produsen. Jumlah penawaran suatu barang
akan mengalami peningkatan dan penurunan yang dipengaruhi secara positif dengan harga. Menurut Mankiw (2006 : 87), hubungan antara harga dan jumlah
penawaran ini berlaku untuk kebanyakan jenis barang di dalam perekonomian sehingga disebut hukum penawaran (law of supply): jika semua hal dibiarkan sama, ketika suatu barang meningkat, maka jumlah penawarannya akan
meningkat, dan ketika harganya turun maka jumlah penawarannya ikut menurun.
Sumber : Sugiyanto, 2008
Kurva penawaran menunjukkan jumlah suatu barang yang ditawarkan bergantung pada harganya. Menurut hukum penawawaran (law of supply), jika
suatu harga barang yang ditawarkan mengalami peningkatan, maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat, dan jika harga suatu barang mengalami
PA
Po
P1
O Qo Q1 QA
18
penurunan maka jumlah barang yang ditawarkan akan menurun. Oleh karena itu,
kurva penawaran semakin ke kanan akan semakin naik. Rahardja (2010 : 28) berpendapat bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah :
1) Harga barang itu sendiri
Jika suatu barang naik maka produsen akan cenderung menambah jumlah barang yang akan diproduksi.
2) Harga barang lain yang terkait
Barang-barang substitusi dapat berpengaruh terhadap penawaran suatu
barang. Misalkan, kenaikan biaya produksi di luar negeri atau kenaikan tarif impor, baju yang diimpor akan mengalami kenaikan harga, jadi para
konsumen akan beralih pada baju buatan dalam negeri, sehingga permintaan terhadap baju produksi dalam negeri akan mengalami peningkatan. Kenaikan permintaan ini akan mendorong para produsen
dalam negeri untuk meningkatkan hasil produksinya, sehingga penawaran baju akan meningkat.
3) Harga faktor produksi
Kenaikan harga faktor produksi seperti tingkat upah yang lebih tinggi, kenaikan harga barang baku, atau tingkat bunga modal meningkat akan
menyebabkan produsen akan memproduksi barang lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap.
4) Biaya produksi
19 5) Teknologi produksi
Kemajuan teknologi akan menyebabkan penurunan pada biaya produksi dan menciptakan barang-barang baru. Dengan kemajuan teknologi akan
menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang. 6) Jumlah pedagang atau penjual
Jika jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka
penawaran akan bertambah. 7) Tujuan perusahaan
Meningkatkan laba dan bukan memaksimumkan hasil produksi merupakan tujuan dari perusahaan. Produsen tidak akan berusaha untuk
memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum, namun akan menggunakannya pada tingkat produksi yang memberikan keuntungan maksimum.
8) Kebijakan pemerintah
Hal ini dapat mempengaruhi penawaran suatu barang. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor beras dan meningkatkan produksi
dalam negeri untuk mencapai swasembada beras, menyebabkan para petani menanam padi tertentu yang dapat memberikan hasil yang banyak
setiap panennya.
2.1.3 Tinjauan Tentang Pasar Tradisional
20
bahwa pasar adalah jumlah seluruh permintaan barang atau jasa oleh
pembeli-pembeli potensial. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung
dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Berbeda dengan pasar modern, pasar tradisional sejatinya
memiliki keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang
yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli merupakan keunggulan yang dimiliki oleh
pasar tradisional.
Pasar tradisional memiliki berbagai kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit diubah. Faktor desain dan tampilan pasar,
atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan
dengan pasar modern.
Pasar tradisional adalah khasanah publik (public sphere) yang melukiskan
adanya gagasan dan konsep abstrak budaya. Di dalamnya terjadi interaksi antara pembeli dan penjual melalui transaksi tawar-menawar untuk menentukan harga. Model transaksi yang dilakukan juga menggunakan komunikasi lokal dengan
21
pasar tradisional memiliki memorable experience yang sangat demokratis dan
kedekatan secara emosional, sehingga mudah terwujudnya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi sesama pelaku pasar tradisional.
Sangatlah penting untuk mengembalikan kebijakan ekonomi pada pasar tradisional yang telah terbukti mampu menjadi penyangga (buffer) terhadap perekonomian nasional. Dalam posisi seperti itu, pasar tradisional secara kultural
mampu menjadi ruang publik yang mendekatkan secara informal bahkan secara progresif mampu memperkuat kemandirian ekonomi dan menghindari eksploitasi
ketergantungan.
2.1.4 Tinjauan Tentang Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dibangun dalam bentuknya berupa pusat
perbelanjaan, seperti mall, plaza, dan shopping centre serta sejenisnya dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan
kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti. Menurut Sinaga (2004), pasar modern adalah pasar yang dikelola dikelola oleh manajemen modern yang
umumnya terdapat diperkotaan, dimana sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu pelayanan yang baik kepada konsumen pada umumnya anggota masyarakat
kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shoppingcentre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba
ada dan sebagainya.
22
impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena
melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern
umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, penataan barang perkategori mudah dicapai
dan relatif lengkap, informasi produk tersedia melalui mesin pembaca, adanya keranjang belanja atau keranjang dorong serta ditunjang adanya kasir dan
pramuniaga yang bekerja secara professional. Rantai distribusi pada pasar ini adalah produsen – distributor – pengecer/konsumen (Sinaga, 2008:4).
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada
dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya
yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Keunggulan dari pasar modern ini adalah memiliki sirkulasi pengunjung yang teratur,ventilasi dan
sanitasi yang baik, kapasitas parkir yang memadai dan keamanan yang terjamin. Pasar modern ini juga menyediakan fasilitas penunjang aktivitas pasar seperti mushola, ATM center, toilet, tempat cuci dan pemotongan
23
Amin (2012), hypermarket merupakan peritel dengan tingkat pertumbuhan paling
tinggi (25 persen), koperasi (14.2 persen), minimarket/convenience stores (12,5 persen), independent grocers (8.5 persen), dan supermarket (3.5persen). Selain
mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah dan angka penjualan, peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2.4 persen pertahun terhadap pasar tradisional.
Keberadaan pasar modern di Indonesia akan berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus menekan keberadaan
pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang. Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan
menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil dan sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.
2.1.5 Tinjauan Tentang Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang
2.1.5.1 Volume Penjualan
Secara sederhana, penjualan adalah proses perpindahan hak milik akan suatu barang atau jasa dari tangan pemiliknya kepada calon pemilik baru
(pembeli) dengan suatu harga tertentu, dan harga tersebut diukur dengan satuan uang. Tujuan penjualan oleh suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan volume penjualan sehingga dapat diperoleh laba yang maksimal. Dengan keuntungan
yang diperoleh maka suatu perusahaan dapat menjalankan operasional perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai yang diharapkan. Total penjualan
24
Basu dan Irawan (2009), menyatakan bahwa volume penjualan merupakan
penjulan bersih dari laporan laba perusahaan. Penjulan bersih diperoleh dari hasil penjulan seluruh produk (produk lain) selama jangka waktu tertentu, dan hasil
penjualan yang dicapai dari market share (pangsa pasar) yang merupakan penjulan potensial, yang dapat terdiri dari kelompok territorial dan kelompok pembeli selama jangka waktu tertentu.
Menurut Kotler (2000) volume penjualan adalah barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan didalamnya mempunyai strategi
pelayanan yang baik. Ada beberapa usaha untuk meningkatkan volume penjualan, diantaranya adalah :
1) Menjajakan produk dengan sedemikian rupa sehingga konsumen melihatnya. 2) Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk tersebut akan
menarik perhatian konsumen.
3) Mengadakan analisa pasar.
4) Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial. 5) Mengadakan pameran.
6) Mengadakan discount atau potongan harga.
Volume penjualan adalah pendapatan yang diterima oleh para penjual dari
pembayaran atas barang yang dibeli konsumen. Nilainya adalah sama dengan harga dikalikan dengan jumlah barang yang dibeli oleh pembeli. Kalau harga berubah maka otomatis volume penjualan dengan sendirinya akan berubah
25
Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari
hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Volume penjualan tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi dihitung secara
keseluruhan dari total yang dicapai. Seandainya volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun maka pencapaian laba
perusahaan juga menurun.
Volume penjualan digunakan untuk mengukur efektifitas penjualan,
menilai biaya, kontribusi keuntungan, tingkat pengembalian modal, dan sisa dari keuntungan. Volume penjualan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan
terutama manajer pemasaran dalam hal pemasaran produknya. Selain itu meningkatnya volume penjualan bisa menandakan bahwa kebutuhan masyarakat akan produk tersebut meningkat. Menurut Swasta (2005), beberapa tahapan
penjualan untuk memperoleh hasil penjualan yang maksimal antara lain: 1) persiapan sebelum penjualan.
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga
penjual dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik penjualan yang harus dilakukan.
2) penentuan lokasi pembeli potensial.
Penentuan lokasi merupakan langkah awal untuk membuat daftar tentang orang-orang atau perusahaan yang secara logis merupakan
26
berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung
penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan
sebagai pendekatan pendahuluan terhadap pasarnya. 4) melakukan penjualan.
penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian
calon pembeli, kemudian diusahakan untuk menarik daya tarik mereka, sehingga pada akhirnya penjual melakukan penjualan produknya
kepada pembeli.
5) pelayanan sesudah penjualan
pada tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai mavam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada
pembeli bahwa keputusan yang diambilnya tepat dan barang-barang yang dibelinya bermanfaat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan proses
penjualan bermula dari persiapan sebelum penjualan, penentuan lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan, melakukan penjualan, dan berakhir pada
pelayanan sesudah penjualan.
2.1.5.2 Lokasi Usaha
Merencanakan suatu usaha perlu memilih lokasi usaha yang strategis,
27
lokasi usaha adalah tempat dimana suatu usaha atau aktivitas usaha dilakukan.
Faktor penting dalam pengembangan suatu usaha adalah letak lokasi terhadap daerah perkotaan, cara pencapaian, dan waktu tempuh lokasi ke tujuan. Faktor
lokasi yang baik adalah relatif untuk setiap jenis usaha yang berbeda.
Menurut Kotler (2008:51), salah satu kunci suksesnya usaha adalah lokasi yang dimulai dengan memilih komunitas. Lamb et al.,(2001:63) menyatakan
bahwa memilih tempat atau lokasi yang baik merupakan keputusan penting, karena :
1) tempat merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan usaha.
2) lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area yang dipiluh haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan kelangsungan hidup usaha.
3) lingkungan setempat dapat saja berubah setiap waktu, jika nilai lokasi memburuk maka lokasi usaha harus dipindahkan atau ditutup.
Oleh karena itu, lokasi menentukan pendapatan para pedagang itu sendiri,
baik pedagang di dalam pasar maupun pedagang yang ada di pelataran pasar. Sehingga para pedagang harus pintar dalam memilih lokasi yang strategis untuk
berdagang.
2.1.5.3 Jam Operasional
28
adalah banyaknya lama waktu kerja dalam sehari. Satuan variabel jam operasional
adalah jam per hari. Jam operasional merupakan lama waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha, yang dimulai sejak persiapan sampai usaha tutup.
Setiap penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang bagi bagi bertambahnya omzet penjualan.
Jam operasional pedagang pasar tradisional sangat bervariasi. Setiap kios
atau lapak pada pasar tradisional memiliki jam operasional yang tidak sama. Jika ingin memperoleh pendapatan yang tinggi maka diperlukan jam operasional yang
tinggi pula. Pada daerah pedesaan, khususnya pulau Jawa, pedagang pasar beroperasi menurut hari pasaran Jawa seperti Kliwon, Pahing, dan seterusnya,
sedangkan di daerah perkotaan tidak dikenal adanya hari pasaran dan jam operasional pedagang pasar relatif cukup panjang antara 12 – 15 jam per hari (Asmie,2008 dalam Wicaksono, 2014). Analisis jam operasional merupakan
bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk bekerja dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan pengahasilan
yang seharusnya ia dapatkan. Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam operasional panjang atau pendek adalah merupakan keputusan individu Nicholson
29
2.1.6 Hubungan Antara Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Pedagang
2.1.6.1 Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang
Menurut Astuti (2005), menyatakan bahwa semakin besar volume penjualan suatu produk, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh
pedagang. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Pengaruh volume penjualan dengan pendapatan pedagang telah dibuktikan dalam penelitian Rasyid
(2012), dengan hasil penelitian nilai koefisien regresi untuk variabel volume penjualan (X2) sebesar 14563,925. Artinya bahwa volume penjualan memberikan
pengaruh yang searah, dimana jika volume penjualan bertambah 1 ekor maka
pendapatan pendapatan pedagang pengumpul meningkat Rp. 14.563,925 per bulan dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai koefisien korelasi (r) variabel volume
penjualan (X2) sebesar 0,947 menunjukkan bahwa volume penjualan memiliki
keeratan hubungan yang sangat kuat dan positif terhadap variabel pendapatan pedagang pengumpul (Y). Nilai koefisien determinannya (r2) yaitu sebesar 0,896
yang berarti bahwa parsial kontribusi variabel volume penjualan (X2) sebesar 89,6
persen terhadap naik turunnya pendapatan pedagang pengumpul. Nilai thitung
variabel volume penjualan (X2) yaitu sebesar 18,833 dan nilai ttabel sebesar 1,680.
Karena thitung > t tabel (18,833 > 1,680), maka variabel volume penjualan ayam
potong memberi pengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang pengumpul di
30
2.1.6.2 Pengaruh Lokasi Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang
Pengaruh lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang telah dibuktikan dalam penelitian Chintya dan Darsana (2013) meneliti tentang “Analisis
Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran”. Dalam hasil
penelitian ini di dapat bahwa lokasi usaha secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di pasar Jimbaran. Hasil uji t
menghasilkan nilai thitung sama dengan 3,257 dan ttabel dengan tingkat keyakinan 10
persen sebesar 1,671, dikarenakan thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Menurut Alcacer (2003), dengan lokasi yang berdekatan
dengan pesaing usaha, perusahaan dapat melakukan strategi kompetisi total baik
dalam kepemimpinan harga atau jasa lain yang diberikan. Seorang pengusaha harus mengenali jumlah dan ukuran usaha lain serta situasi persaingan yang ada di daerah tersebut.
2.1.6.3 Jam operasional Terhadap Pendapatan Pedagang
Menurut Wicaksono (2011), jam operasional memiliki hubungan langsung dengan pendapatan pedagang, dimana setiap penambahan waktu operasional yang
dipengaruhi jumlah hasil produksi, akan semakin membuka peluang bagi bertambahnya pendapatan dari hasil penjualan. Hasil penelitian Jafar dan
Tjiptoroso dalam Firdausa (2012), telah membuktikan adanya hubungan langsung antara jam operasional pedagang dengan tingkat pendapatan. Setiap penambahan
31
Pendapatan Pedagang Di Pasar Jimbaran, Kelurahan Jimbaran” dengan hasil
penelitian jam operasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Analisis dengan uji t menghasilkan nilai thitung sebesar 8,221
dan ttabel pada tingkat keyakinan 5 persen sebesar 1,671. Hasil ini memperlihatkan
bahwa thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
2.2 Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan permasalahan, tujuan
penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian yang sebelumnya (Sugiyono, 2008), maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) diduga bahwa modal volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pendapatan pedagang di
Pasar Seni Sukawati sesudah berkembangnya pasar seni modern.
2) diduga bahwa volume penjualan, lokasi usaha, dan jam operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan pedagang di Pasar