BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan MandiriDalam rangka menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi
modern seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menunjukkan kemampuan yang
terbaik dalam pembangunan bangsa dan negara ini. Universitas Sumatera Utara
sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri di bawah naungan Departemen
Pendidikan Nasional telah banyak menghasilkan generasi muda yang berbakat di
bidangnya masing-masing bagi pengembangan ilmu. Salah satunya ada pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
yang mewajibkan mahasiswa agar melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
yang merupakan salah satu kegiatan intra kurikuler untuk memperoleh pengalaman
baru serta mempraktikkan apa yang sudah dipelajari di bangku perkulihan dalam
bentuk teori maupun praktik. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan dapat
meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam menghadapi dunia kerja
yang sesungguhnya, melatih diri dan mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaan
yang diberikan, terutama dalam hal pelaksanaan pembayaran pajak.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat padat.
Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk
membayar pajak, tentunya akan semakin besar pula pendapatan yang masuk dari
sektor pajak karena sumber pendapatan terbesar Indonesia berasal dari sektor pajak.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pajak merupakan sumber pendapatan yang
paling besar bagi negara. Hal ini berhubungan dengan ketentuan kewajiban
perpajakan dimana wajib pajak harus melakukan kewajiban perpajakannya dengan
melapor, membayar dan mempertanggung jawabkan perhitungan pajaknya. Sejak
berlakunya ketentuan perundang-undangan perpajakan yang baru “Tax Reform”
tahun 1983 yaitu berlakunya sistem pemungutan pajak “Self Assessment System”
dimana wajib pajak diberikan kewenangan menghitung, membayar dan melaporkan
sendiri pajak terutang. Oleh sebab itu didalam hal wajib pajak harus melakukan
sendiri pengambilan formulir SPT Pajak Restoran dan mengisi SPT tersebut.
Dalam kedudukannya, Pajak mempunyai 2 fungsi antara lain yaitu fungsi
budgeter (penerimaan) dan fungsi reguler (mengatur). Menurut sifat, pajak juga
dikelompokkan menjadi 2 yaitu pajak subjektif dan pajak objektif. Sedangkan
menurut lembaga pemungut, pajak dikelompokkan menjadi 2 yaitu pajak pusat dan
pajak daerah. Yang di pungut pemerintah daerah ada beberapa salah satunya adalah
pajak restoran. Maka dari itu penulis membahas pajak restoran dalam tugas akhirnya
dan penulis lebih mengarah ke SPT pajak restoran.
Pada Peraturan Daerah yaitu Nomor 5 Tahun 2011 dijelaskan bahwa Pajak
Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Salah satu dari jenis pajak daerah yang dimaksud adalah pajak restoran yang
dipungut oleh Pemerintah Daerah di tingkat Kabupaten/Kota. Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk
jasa boga/catering. Sedangkan Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh restoran.
Pemungutan pajak yang adil itu ukurannya adalah meliputi seluruh wajib pajak,
besarnya beban pajak sesuai dengan objek yang sesuai dengan objek yang semestinya
dan pemungutannya tepat pada waktunya. Salah satu sarana yang digunakan antara
wajib pajak kepada Dinas Pendapatan Kota Medan (DISPENDA) adalah SPT Pajak
Restoran yang merupakan pendapatan daerah dan digunakan untuk pembangunan
daerah.
Masalah yang dihadapi dalam tata cara pengisian SPT Pajak Restoran adalah
kurangnya sosialisasi antara pihak fiskus dengan wajib pajak sehingga terjadi kesalah
pahaman, dan Wajib Pajak merasa tidak adil atas pengenaan tarif pajak restoran
sehingga mereka menganggap pajak itu sebagai beban bukan sebagai kewajiban.
Dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak khususnya pajak daerah maka
wajib pajak terhadap Dispenda Kota Medan melakukan kegiatan perpajakannya
dengan menyampaikan SPT Pajak Restoran, yang mana wajib pajak terlebih dahulu
Pajak Restoran maka daerah telah mendapatkan dana yang diperoleh atas pembayaran
pajak daerah, karena apabila SPT Pajak Restoran tersebut diisi maka otomatis wajib
pajak akan membayar pajaknya. Oleh sebab itu, dalam pengisian SPT pajak restoran
masih ditemukan kendala-kendala dalam pengisian SPT tersebut.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Tata Cara Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan PKLM
Adapun tujuan dari PKLM ini adalah sebagai berikut :
1.1 Untuk mengetahui tata cara pengisian SPT Pajak Restoran di Dinas
Pendapatan Kota Medan.
1.2 Untuk mengetahui bagaimana kesadaran wajib pajak dalam pengisian
SPT Pajak Restoran.
1.3 Untuk mengetahui langkah apa saja yang dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Kota Medan dalam pelaksanaan pengisian SPT Pajak
Restoran.
2. Manfaat PKLM 2.1 Bagi Mahasiswa
a) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi
b) Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di perkulihan
khususnya dalam pengisian SPT Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan
Kota Medan.
c) Mempelajari keahlian dan perilaku baru yang meningkatkan komunikasi
dan pendekatan.
d) Mempelajari bentuk kerja sama tim yang baik.
2.2Bagi PRODIP III Administrasi Perpajakan USU
a) Meningkatkan hubungan kerja sama antara pihak Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Dinas Pendapatan Kota
Medan.
b) Menyediakan test dunia pekerjaan yang nyata bagi para lulusan.
c) Memberi bukti nyata atas disiplin ilmu yang diterapkan.
d) Mempromosikan kualitas dan potensi program studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fisip Usu
2.3Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
a) Membina hubungan kerja sama yang baik antara Universitas Sumatera
Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.
b) Meningkatkan hubungan kerja sama lembaga pendidikan dalam
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Pajak
Sebelum kita membahas mengenai gambaran pajak restoran, maka kita harus
terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak.
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani (Zain,2004:10) Pajak adalah iuran masyarakat
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.
Selanjutnya Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. (Suandy,2008:10) menyatakan
bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Selain itu, Dr.Soeparman Soemahamidjaja (Waluyo,2010:3) Pajak adalah iuran
wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum.
Dari defenisi-defenisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pajak dipungut
berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
diwajibkan undang-undang untuk mematuhi, namun tidak dilaksanakan ada sanksi
atau hukuman. Ada pendapat yang menyatakan bahwa pajak yang tidak berdasarkan
undang-undang sama halnya dengan perampokan. Karena undang-undang dibuat atas
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. Dengan kata lain tidak
ada balas jasa langsung kepada pembayar pajak karena kalau ada balas jasa
(pembayaran) langsung namanya bukan pajak tapi pembelian ataupun retribusi.
a. Fungsi Pajak
Dalam kedudukannya, Pajak mempunyai fungsi antara lain:
a) Fungsi Budgeter (sumber keuangan negara/penerimaan)
Yaitu pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
b) Fungsi Reguler (pengatur)
Yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan
tertentu di luar bidang keuangan.
b. Jenis-Jenis Pajak
Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis-jenis yang pembagiannya
dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain:
a) Menurut golongan
1. Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain
atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang dapat dibebankan atau di limpahkan
kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
b) Menurut sifat
Pajak menurut sifat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c) Menurut pemungut dan pengelolaannya
1. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN,
PPnBM, Bea materai.
2. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: pajak restoran,
pajak reklame, pajak hiburan, pajak hotel dan sebagainya.
Dalam UU No. 28 Tahun 2009, Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara
Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah
Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan. Pajak Daerah yang
diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, terdiri dari 5 jenis pajak daerah provinsi dan 11 jenis pajak daerah
kabupaten/kota yaitu :
Pajak Provinsi
1.Pajak Kendaraan Bermotor
2.Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3.Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
4.Pajak Air Permukaan
5.Pajak Rokok
5.Pajak Penerangan Jalan
6.Pajak Parkir
7.Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
8.Pajak Air Tanah
9.Pajak Sarang Burung Walet
10.Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan
11.Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
2. Definisi Pajak Restoran
Pajak restoran menurut UU No.28 Tahun 2009 pasal 37 ayat (1) adalah pajak
yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Pelayanan pajak
restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi
oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain.
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat
menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran
(Darwin,2010:120)
Objek Pajak Restoran menurut UU No.28 Tahun 2009 pasal 37 ayat (1) adalah
pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Yang termasuk dalam objek pajak restoran
adalah rumah makan, cafe, bar dan sejenisnya.
Subjek Pajak Restoran menurut UU No.28 Tahun 2009 pasal 38 ayat (1) adalah
orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran.
Wajib Pajak Restoran menurut UU No.28 Tahun 2009 pasal 38 ayat (2) adalah
orang pribadi atau badan yang mengusahakan Restoran.
Dasar pengenaan Pajak Restoran menurut UU No.28 Tahun 2009 pasal 39 adalah
jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.
Tarif Pajak Restoran menurut UU No.28 Tahun 2009 pasal 40 ayat (1) ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1.Tata cara pengisian SPT Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan.
2.Bagaimana kesadaran wajib pajak dalam hal pengisian SPT Pajak Restoran.
3.Langkah-langkah yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
hal pengisian SPT Pajak Restoran.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam PKLM ini adalah penulis akan
berusaha semaksimal mungkin dalam menggeluti hal-hal yang berkaitan dengan
“Tata Cara Pengisian SPT Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan”.
E.METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi yang sesuai maka
metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari penentuan tempat Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk pembuatan proposal, sehingga ada
konsultasi dengan pihak Ketua Jurusan PRODIP III Administrasi Perpajakan.
2. Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber-sumber, seperti buku-buku, Undang-Undang
maupun bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan objek PKLM.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan observasi lapangan di Dinas Pendapatan Kota Medan. Dalam
observasi ini penulis memberikan surat untuk melaksanakan PKLM dan melakukan
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik
yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari Dinas Pendapatan Kota Medan.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Penulis menganalisis dan mengevaluasi data mengenai “tata cara pengisian SPT
Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan”
F. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data, yaitu berupa:
1. Metode Wawancara
Yaitu melakukan wawancara langsung kepada Kepala Dinas Pendapatan Kota
Medan yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi yang
bermanfaat bagi penyusunan laporan.
2. Metode Observasi
Yaitu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan untuk melihat dan mengetahui
berbagai fenomena yang akan dihadapi dalam melaksanakan PKLM.
3. Daftar Dokumentasi
Daftar dokumentasi dapat berupa struktur organisasi Dinas Pendapatan Kota
menggunakan dokumen-dokumen resmi dan arsip-arsip penting mengenai Pajak
Restoran di Dispenda Kota Medan.
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan PKLM, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang yang menjadi dasar pemikiran
dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang
lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan laporan.
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum lokasi praktik,
dalam hal ini penulis melakukannya pada Dinas Pendapatan Kota
Medan.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK
Pada bab ini penulis menguraikan pengertian-pengertian secara
teoritis dan teori-teori yang berkaitan dengan SPT Pajak Restoran di
Dinas Pendapatan Kota Medan.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang analisa dan evaluasi
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan
dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN