commit to user
I
PERAN FOTOGRAFI
DALAM MENUNJANG PEMBERITAAN DI HARIAN SUARA MERDEKA BIRO SOLO
Disusun Oleh:
Nama : ADI CAHYONO
NIM : D 1308080
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
sebutan Ahli Madya bidang Komunikasi Terapan
PROGRAM DIPLOMA III KOMUNIKASI TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
IV
Motto
Sesungguhnya ada kesulitan itu ada juga kemudahan, maka apabila kamu
telah seleseai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendak-Nya kamu
berharap (Q.S Allam Nasryah 6-7)
“Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.
(Ibu Kartini )
Tiada doa yg lebih indah selain doa agar skripsi ini cepat selesai”
“Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam
bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima,
orangtua,calon istri/suami dan calon mertua pun bahagia”
“Wisuda setelah 14 semester adalah kesuksesan yang tertunda”
“Lebih baik terlambat daripada tidak wisuda sama sekali”
“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya
commit to user
V
Persembahan
Untuk Sang Pencipta Allah SWT
Untuk Nabi ku Muhammad SAW
Untuk yang telah merawatku Ayah dan Ibu
Untuk para Saudara ku dan Sahabat ku
commit to user
VI
Kata Pengantar
Syukur, alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
yang telah penulis dapatkan, rahmat, kesempatan, ridho, dan anugerah, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Media dengan tepat waktu.
Laporan kuliah kerja media ini untuk memperoleh gelar profesi Ahli Madya (A.
Md) di bidang komunikasi terapan pada program Diploma III jurusan Periklanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebuah bentuk tanggung jawab penulis
yang telah melakukan Kuliah Kerja Media di Harian Suara Merdeka.
Adapun judul yang kami pilih dalam laporan kerja media ini adalah
PERAN FOTOGRAFI DALAM MENUNJANG PEMBERITAAN DI
HARIAN SUARA MERDEKA BIRO SOLO
Judul ini kami fokuskan pada bidang kerja penulis ketika melaksanakan
Kuliah Kerja Media di Harian Suara Merdeka, adapun pelaksanaan Kuliah Kerja
Media dilakukan selama 1 bulan dari tanggal 11 April 2011 sampai dengan 1 Mei
commit to user
VII
Keberhasilan penulis dalam penyusunan laporan Kuliah Kerja Media juga
atas bantuan, petunjuk, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Maka dari itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
2. Prof. Drs. Pawito, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Aryanto Budhy S, M.Si selaku Ketua Program D III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Haryanto, M. Lib selaku Dosen Penguji.
5. Diah Kusumawati, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing. 6. Drs, Nuryanto, M.Si Selaku Pembimbing Akademik. 7. Ayah dan Ibu yang telah Merawatku.
8. Kakak Perempuanku
9. Budi Santoso, M.Si Selaku Pimpinan Redaksi Harian Suara Merdeka Solo
10.Para Teman-teman Advertising 2008
11.Sahabat-sahabat ku
commit to user
VIII
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik serta saran agar bisa
menjadikan pelajaran yang baik bagi penulis.
Akhirnya, penulis berharap semoga laporan Kuliah Kerja Media ini dapat
bermanfaat buat kita semua.
Surakarta, 2012
Adi Cahyono
commit to user
IX DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Persetujuan ... ii
Pengesahan ... iii
Motto ... iv
Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vi
Daftar Isi ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penulisan ... 2
C. Manfaat Penulisan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Komunikasi dan Jurnalistik ... 5
B. Fotografi ... 12
C. Fotografi Jurnalistik ... 24
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA ... 32
A. Latar Belakang Perusahaan ... 32
B. Visi dan Misi Suara Merdeka ... 37
C. Struktur Organisasi Suara Merdeka ... 38
D. Proses Produks ... 46
commit to user
X
BAB IV PELAKSANAAN MAGANG ... 52
A. Pelaksanaan Magang ... 52
B. Aktifitas Selama Pelaksanaan KKM 2011 ... 53
BAB V PENUTUP ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran – saran ... 61
Daftar Pustaka ... 63
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa sekarang, media massa baik cetak maupun elektronik makin
bersaing dalam mencapai khalayaknya serta berebut dalam menyampaikan
informasi. Surat kabar sebagai media cetak, dinilai memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi opini khalayak dan mampu menjadi wahana informasi bagi
khalayak luas. Oleh karena itu penting bagi media cetak untuk menentukan
strategi dan perencanaan komunikasi guna mengantisipasi perkembangan
informasi yang semakin maju. Kini informasi bukan lagi suatu kebutuhan,
namun sudah menjasi komoditas bagi masyarakat luas, maka dari itu
diperlukan sikap kritis dari masyarakat terhadap informasi yang begitu
melimpah sehingga bisa memilah antara informasi yang positif dan negatif.
Dalam suatu surat kabar, fotografi merupakan salah satu penguat
suatu iklan di media cetak agar menarik. Oleh karena itu fotografi sangat
penting bagi berlangsungnya pemasaran dari surat kabar itu sendiri.
Fotografi biasanya menjadi salah satu hal yang penting dalam
kegiatan pemberitaan. Hal tersebut benar adanya karena fotografi
mempertegas berita yang ada di suatu surat kabar. Apabila suatu berita hanya
sekedar tulisan yang disusun, tanpa adanya tambahan typografi foto akan
commit to user
2 B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat laporan ini adalah untuk mengetahui dan
mengerti tentang fotografi dalam jurnalistik atau pemberitaan di media massa,
selain itu ada tujuan lain yaitu :
1. Mempelajari praktek perencanaan dan pelaksanaan kerja dalam dunia
yaitu Fotografi Jurnalistik
2. Memperoleh pengalaman baru dan memperluas wawasan serta
pengetahuan baru dalam dunia yaitu Fotografi Jurnalistik
3. Mengetahui dan memahami proses kerja Fotografi
4. Melatih menjadi seorang pekerja profesional dan dapat bekerja maksimal
sesuai dengan keahliannya.
5. Mempraktekkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang di dapat selama
perkuliahan.
6. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar professional Ahli Madya
(A. Md) di bidang komunikasi terapan FISIP UNS SURAKARTA.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Wacana Keilmuan
Menambah pengetahuan bagi mahasiswa periklanan mengenai
peran fotografi dalam suatu perusahaan surat kabar.
2. Manfaat Bagi Penulis
- Membuat penulis lebih memahami tentang teknik-teknik, manfaat,
commit to user
3
- Membuat penulis mengetahui tentang peran dan tugas seorang
fotografer sebagai ujung tombak bagi perusahaan dan dalam
menunjang kegiatan jurnalistik.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan mengenai proses kegiatan fotografi
dalam surat kabar.
4. Bagi Lembaga Pendidikan
KKM yang dilakukan oleh mahasiswa ini merupakan salah satu
cara evaluasi pencapaian teori baik secara lisan maupun praktek yang telah
dikuasai oleh mahasiswa selama pendidikan di kampus selain itu dengan
KKM ini akan menjadi suatu kebanggan tersendiri, dikarenakan para
didikannya mampu memberikan kontribusi melalui ide-ide dan kreatifitas
bagi perusahaan yang ditempati. Sehingga adanya KKM itulah, instansi
pendidikan merasa tidak sia-sia telah memberikan ilmu kepada mahasiswa,
karena satu hal yang pasti yaitu tuntunan yang harus dimiliki oleh
mahasiswa yang merupakan salah satu kunci pokok berhasilnya suatu
akademi, yaitu tanggung jawab, kerja keras, dan juga dedikasi yang tinggi.
5. Bagi Perusahaan
Dengan adanya KKM, perusahaan tentunya juga mempunyai
keuntungan yaitu akan mendapatkan ide-ide yang segar dan baru dari
desain mahasiswa yang melaksanakan KKM, juga perusahaan bisa
memperoleh sumber daya manusia yang terdidik untuk dilibatkan dalam
commit to user
4
dalam suatu perencanaan media yang akan dikerjakan sehingga
menguntungkan kedua belah pihak yang mengakibatkan adanya kemajuan
commit to user
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi dan Jurnalistik
Sebelum masuk pada pembahasan tentang jurnalistik, saya akan
menjelaskan tentang komunikasi. Dimana komunikasi merupakan salah satu
unsur di dalam jurnalistik. Karena sama dengan prinsip komunikasi yang
memiliki komunikator, pesan dan komunikan sebagai syarat terjadinya
komunikasi, jurnalistik juga harus memiliki unsur-unsur tersebut, yaitu
adanya jurnalis / wartawan (komunikator) dan informasi sebagai produknya
(pesan) kepada target audience / konsumen (komunikan).
Banyak sekali definisi tentang komunikasi oleh para ahli yang
sebenarnya memiliki arti yang hampir sama, tetapi diungkapkan dengan
bahasa yang berbeda menurut gaya dan disiplin ilmu mereka masing-masing.
Seperti dinyatakan Kathrine Miller bahwa “terdapat begitu banyak
konseptualisasi mengenai komunikasi, dan konseptualisasi ini telah
mengalami banyak perubahan dalam tahun-tahun terakhir ini” (Katherine
Miller, 2005 : 3).
Beberapa kutipan tentang definisi komunikasi dari para ahli akan
saya kemukakan, antara lain seperti “Komunikasi (communication) adalah
proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk
menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka”
commit to user
6
adalah proses di mana pemikiran dan pemahaman disampaikan antarindividu
atau antara organisasi dengan individu” (Terence A. Shimp, 2003 : 4).
Dari dua definisi yang saya paparkan diatas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses interaksi yang
terjadi di dalam lingkungan sosial yang melibatkan manusia sebagai
pelakunya.
Namun agar lebih memudahkan kita untuk memahami istilah
komunikasi, berdasarkan definisi komunikasi yang dikemukakan oleh
Richard West & Lynn H. Turner, kita dapat mengambil beberapa kata kunci,
yaitu : sosial, proses, simbol, makna, dan lingkungan. Berdasarkan kaitannya
dengan komunikasi, Richard West & Lynn H. Turner telah memberikan
penjelasan untuk setiap kata kunci yang terdapat di dalam definisinya tentang
komunikasi. Sosial dijelaskan sebagai “suatu konsep bahwa manusia dan
interaksi adalah bagian dari proses komunikasi”. Kemudian juga proses
dijelaskan sebagai “suatu kejadian yang berkesinambungan, dinamis dan
tidak memiliki akhir” (Richard West & Lynn H. Turner, 2008 : 6). Kata kunci
selanjutnya yang kita ambil ialah simbol yang diartikan “sebuah label arbitrer
atau representasi dari fenomena”. Kemudian kata makna diartikan sebagai
“sesuatu yang diambil orang dari suatu pesan. Dalam episode-episode
komunikasi, pesan dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan
berlapis-lapis makna” (Richard West & Lynn H. Turner, 2008 : 7). Kemudian yang
terakhir ialah lingkungan yang dijelaskan sebagai “situasi atau konteks di
commit to user
7
Setelah definisi-definisi tentang komunikasi, saya akan memberi
sedikit gambaran terjadinya proses komunikasi. Mari kita lihat gambar Model
[image:17.612.153.511.181.458.2]Komunikasi oleh Harold Lasswell berikut ini:
Gambar 2.1 Model Komunikasi Harold Lasswell
Gambar di atas menjelaskan tentang proses komunikasi yang terjadi
melalui beberapa tahap. Tahap pertama ialah “dari siapa” ini berarti siapa
yang menjadi subyek komunikasi (komunikator) atau pihak yang ingin
menyampaikan pesan.
Kemudian tahap “mengatakan apa” merupakan isi pesan yang ingin
disampaikan oleh komunikator. Selanjutnya tahap “melalui apa” ialah tentang
pemilihan media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan.
Selanjutnya “kepada siapa” ialah siapa target audience (komunikan) yang
dituju. Selanjutnya sampai pada tahap terakhir yaitu “efek” merupakan
rangkaian feedback dari penerima pesan (komunikan) yang secara langsung
maupun tidak langsung akan dirasakan oleh pengirim pesan (komunikator).
Jika tahapan-tahapan di atas mampu berjalan dengan baik, maka dapat
dipastikan bahwa proses komunikasi akan berjalan dengan baik pula.
Setelah sedikit penjelasan tentang komunikasi di atas, sebenarnya
sudah sangat terlihat jelas di mana peran komunikasi sangat vital di dalam
commit to user
8
Selanjutnya saya akan memberikan gambaran tentang jutnalistik:
Jurnalistik selalu diidentikkan dengan wartawan. Wartawan selalu identik
dengan berita. Berita selalu disamakan artinya dengan informasi. Bicara
tentang jurnalistik berarti bicara tentang informasi.
Meski demikian, hal tersebut tak sepenuhnya benar. Jika jurnalistik
hanya disejajarkan dengan informasi saja, maka sesungguhnya kinerja
jurnalistik tidaklah maksimal karena informasi saja tidak dapat disebut
sebagai karya jurnalistik. Selain itu, sesungguhnya kinerja jurnalistik sangat
berkaitan dengan proses penyampaian informasi dari media kepada khalayak.
Menurut Suhandang, jurnalistik adalah seni dan ketrampilan
mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita
tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari dalam rangka memenuhi kebutuhan
nurani khalayak sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat dan
perilaku khalayak sesuai kehendak jurnalisnya. Jadi, secara garis besar, dalam
proses jurnalistik, ada proses informasi yang disampaikan kepada khalayak
melalui media. (Suhandang, Kustadi, 2004 : 21)
Jurnalistik berasal dari kata journal (bahasa Inggris) atau de jour
(Perancis) yang berarti catatan sehari-hari. Kedua kata itu sendiri berakar dari
kata Acta Diurna yakni sebuah papan pengumuman yang diletakkan di
tengah-tengah kota Roma pada masa pemerintahan Julius Caesar. Para
bangsawan dan pedagang memiliki budak untuk diperintah membaca
commit to user
9
Sejak saat itu, jurnalistik berkembang menjadi profesi. Orang yang
menguasai dunia adalah mereka yang menguasai informasi.
Secara tidak sadar, setiap hari pun kita melakukan kegiatan
jurnalistik. Sebagian besar dari kita memiliki accoount pada Facebook
maupun Twitter, juga beberapa media sosial lain seperti Plurk, Kaskus dan
sebagainya. Tak jarang kita menuliskan ’apa yang ada dalam pikiran kita’
maupun ’apa yang terjadi’ pada dinding media sosial tersebut. Dengan
menuliskan apa yang ada dalam pikiran kita maupun apa yang terjadi pada
kita, secara tidak langsung kita sudah melaporkan sebuah informasi kepada
orang-orang yang dapat melihat dinding kita.
Beberapa bentuk komunikasi meliputi: Komunikasi Interpersonal,
Komunikasi Organisasi serta Komunikasi Massa. Selain itu, ada juga
Komunikasi Intrapersona dan Komunikasi Publik. Jurnalistik termasuk di
dalam ranah komunikasi massa, karena komunikasi massa merupakan bentuk
komunikasi yang menggunakan media massa sebagai sarana penyampaian
informasi. Di sisi lain, jurnalistik menggunakan media massa sebagai saluran
untuk penyampaian informasinya.
Yang dimaksud dengan media massa bisa dibagi menjadi media
cetak, media online dan media elektronik (televisi dan radio). Media massa
lainnya bisa berupa buku maupun film. Proses atau kinerja jurnalistik berada
pada media cetak, media online maupun media elektronik.
Orang yang bekerja di bidang jurnalistik disebut jurnalis. Ada juga
commit to user
10
sebagai jurnalis memiliki beberapa karakteristik mendasar. Tidak semua
orang bisa menjadi jurnalis apalagi menjadi jurnalis yang handal. Ilmu
jurnalistik merupakan bagian dari ilmu komunikasi dan ilmu jurnalistik
merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial manusia saat ini.
Ciri-ciri seorang jurnalis:
a) Memiliki rasa ingin tahu
Ini syarat mutlak seorang jurnalis. Tanpa rasa ingin tahu, mustahil
seorang jurnalis akan mendapatkan peristiwa yang menarik. Seorang
jurnalis diperintahkan untuk meliput sebuah pertunjukan opera. Tiba di
gedung pertunjukan, ternyata pertunjukan dibatalkan lantaran sang
penyanyi opera ditemukan meninggal dunia. Jurnalis ini pulang karena
merasa tidak ada hal yang perlu diberitakan. Padahal, jurnalis seharusnya
mencari tahu penyebab kematian penyanyi opera tersebut untuk
menggantikan berita tentang pertunjukan opera.
b) Skeptis
Keraguan sepatutnya menjadi hal yang sangat penting bagi
jurnalis. Sangat berbahaya jika jurnalis tidak ragu-ragu ketika mendapat
sebuah informasi. Banyak informasi keliru yang kemudian disampaikan
kepada masyarakat yang berakibat pada tidak dipercayanya sebuah media.
c) Keyakinan kebenaran bersifat sementara
Kebenaran tidak bersifat mutlak karena peristiwa terus bergulir.
commit to user
11
seorang jurnalis tidak pernah boleh berhenti mencari tahu hal-hal yang
terbaru terkait sebuah peristiwa.
Menjadi wartawan atau jurnalis adalah hal yang menarik. mencari
dan mengumpulkan berita bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan
tapi hal itu membuat jurnalis dapat lebih berkembang, baik dalam
pemikiran maupun dalam pengalaman.
a. Jurnalistis
Yang dimaksud dengan karya jurnalistik adalah produk yang
dihasilkan dari kinerja jurnalistik. Secara ringkas, karya jurnalistik dapat
disebutkan sebagai karya sebagai hasil dari proses pengamatan ataupun
wawancara yang dilakukan di lapangan terhadap sebuah peristiwa. Hasil dari
pengamatan maupun wawancara tersebut mengalami proses penulisan serta
penyuntingan, kemudian disebarkan melalui media massa. (Ishwara, Luwi.
2005. Kompas : 1)
Karena itu, sebuah karya jurnalistik tidak terlepas dari proses
pengumpulan data di lapangan, proses penulisan berita di newsroom, proses
penyuntingan berita di newsroom, proses penyampaian berita serta proses
analisis berita.
Karya jurnalistik tidak hanya berupa tulisan, melainkan juga gambar,
foto maupun video. Dalam pertemuan mendatang, kita akan melihat beberapa
commit to user
12 b. Arti Foto Dalam Media Cetak
Arti foto dalam sebuah media sangatlah besar, terutama media cetak.
Selain membuat media cetak. Selain membuat media cetak tersebut tampak
lebih menarik dan tidak membosankan, foto juga dapat membuat pembaca
lebih bisa membayangkan apa yang terdapat dalam koran tersebut, apalagi
jika disertai dengan layout yang menarik dan caption yang berbobot. Itulah
sebabnya mengapa foto sangat dibutuhkan di hampir seluruh artikel dalam
koran. Seperti yang dikatakan oleh Ardianto, “Foto-foto yang ditampilkan
koran memiliki daya tarik tersendiri, apalagi apabila foto tersebut sifatnya
eksklusif (Ardianto,2004: 114)
B. Fotografi
1. Pengertian Fotografi
Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau
proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran
dari fotografi itu tak lain berarti “menulis atau melukis dengan cahaya”.
Tentunya hal tersebut berasal dari arti kata fotografi itu sendiri yaitu berasal
dari bahasa Yunani, photos (cahaya) dan graphos yang berarti tulisan.
Melihat pengertian tersebut terlihat ada persamaan antara fotografi
dan karya seni lukis atau menggambar. Yang jelas perbedaannya terletak pada
media yang digunakannya.
Bila dalam seni lukis yang dipakai gambar dengan menggunakan
commit to user
13
cahaya yang dihasilkan lewat kamera. Tanpa adanya cahaya yang masuk dan
terekam di dalam kamera, sebuah karya seni fotografi tidak akan tercipta.
Selain itu, adanya film yang terletak di dalam kamera menjadi
media penyimpan cahaya tersebut. Film yang berfungsi untuk merekam
gambar tersebut terdiri dari sebuah lapisan tipis. Lapisan itu mengandung
emulsi peka di atas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi mengandung
zat perak halida, yaitu suatu senyawa kimia yang peka cahaya yang
menjadi gelap jika terekspos oleh cahaya. Ketika film secara selektif terkena
cahaya yang cukup maka sebuah gambar tersembunyi akan terbentuk.
Tentunya gambar tersebut akan terlihat jika film yang telah digulung ke dalam
selongsongnya kemudian dicuci dengan proses khusus.
Aktivitas berkreasi dengan cahaya tersebut tentunya sangat
berhubungan dengan pelakunya (subjek) dan objek yang akan direkam. Setiap
pemotret mempunyai cara pandang yang berbeda tentang kondisi cuaca,
pemandangan alam, tumbuhan, kehidupan hewan serta aktivitas manusia
ketika melihatnya di balik lensa kamera. Cara memandang atau persepsi inilah
yang kemudian direfleksikan lewat bidikan kamera. Hasilnya sebuah karya
foto yang merupakan hasil ide atau konsep dari si pembuat foto.
Andreas Feininger (1955) pernah menyatakan bahwa “kamera
hanyalah sebuah alat untuk menghasilkan “karya seni”. Nilai lebih dari karya
seni itu dapat tergantung dari orang yang mengoperasikan kamera
commit to user
14
Tampaknya ungkapan Feininger ada benarnya. Bila kamera
diumpamakan sebagai gitar, tentunya setiap orang bisa memetik dawai gitar
tersebut. Tapi belum tentu mampu memainkan lagu yang indah dan enak
didengar. Begitu halnya dengan kamera, setiap orang dapat saja
menjeprat-jepret dengan kamera untuk menghasilkan sebuah objek foto. Tapi tidak
semua orang yang mampu memotret itu menghasilkan karya imaji yang
mengesankan. Sebuah foto yang sarat akan nilai di balik guratan warna dan
komposisi gambarnya.
Bila sebuah karya foto adalah hasil kreativitas dari si pemotret, tentu
saja ada respon dari orang yang memandangnya. Almarhum Kartono
Ryadi, fotografer kawakan di negeri ini pernah berkomentar, bahwa foto yang
bagus adalah foto yang mempunyai daya kejut dari yang lain. Pandangan
tentang bagaimana nilai foto yang bagus itu juga dikemukakan oleh seorang
fotografer professional, Ferry Ardianto.
Menurut Ferry Ardianto foto yang bagus adalah foto yang informatif
yang mencakup konteks, konten, dan komposisi (tata letak dan pencahayaan).
Maksud Ferry Aridianto, konteks berarti ada hal yang ingin divisualkan
dengan jelas, misalnya tentang pemandangan. Di sisi lain, istilah content
maksudnya apa yang ingin ditampilkan untuk memenuhi konteks gambar
commit to user
15 2. Elemen dasar fotografi
Sebelum memotret seorang fotografer harus cukup bekal dalam teknis
memotret. Elemen – elemen dasar fotografi sebagagi berikut :
a. Aperture / Diafragma
Untuk menambah atau mengurangi cahaya yang melewati lensa, dapat
mengatur ukuran bukaan lensa / aperture. Sistem kerja bukaan lensa
mirip sekali dengan bukaan pada retina mata manusia atau disebut iris.
Bukaan lensa pada sistem kamera terdiri dari beberapa metal tipis yang
saling ditumpuk hingga memebentuk bukaan yang dapat diatur
ukurannya. Bukaan lubang cahaya tersebut dapat merapat maupun
melebar dengan ukuran diameter tertentu. Saat lubang dibuka
lebar-lebar, cahaya akan lebih banyak masuk ke dalam kamera. Demikian
sebaliknya, jika bukaan lensa itu dikecilkan, maka cahaya yang masuk
akan semakin sedikit. Saat melihat objek melalui viewfinder pada
kamera SLR, aperture pada lensa akan terbuka secara penuh sehingga
image objek akan mudah terlihat dan diatur fokusnya, baik oleh sistem
kamera maupun secara manual oleh penggunanya. Pengaturan bukaan
lensa atau aperture stop itu akan dikombinasikan dengan kecepatan
rana atau shutter speed agar menghasilkan tingkat penyinaran yang
tepat untuk mencapai sensor kanera.
b. Shutter / Shutter speed
Shutter atau shutter speed digunakan untuk mengatur durasi sinar yang
commit to user
16
diatur dengan menggunakan bukaan diafragma. Bukaan diafragma atau
aperture akan menghasilkan depth of field objek, sedangkan shutter
akan menghasilkan efek gerak atau menangkap pergerakan objek yang
terekam di sensor. Tidak seperti pada aperture yang selalu ada dalam
keadaan terbuka, shutter selalu dalam keadaan tertutup. Setiap
tingkatan kecepatan shutter disebut step. Sebagai contoh, jika shutter
speed diposisikan pada angka 2, atau 1/2, berarti ada 2 step. Sebagai
tambahan, terdapat shutter indikator yang berupa huruf, biasanya T, B,
atau X.
a. T (Time)
Tirai depan akan terbuka saat tombol shutter ditekan dan akan tetap
terbuka meskipun tombol shutter dibiarkan lepas. Saat menekan
kembali shutter kedua, tirai kedua akan menutup shutter. Teknik
tersebut digunakan dalam pencahayaan yang membutuhkan waktu
hingga beberapa menit.
b. B (Bulb)
Shutter akan tetap terbuka saat tombol shutter ditekan. Saat tombol
shutter dilepaskan, shutter akan tertutup kembali. Fitur tersebut
juga digunakan dalam teknik pencahayaan yang lama meskipun
commit to user
17 c. X (Sinkronisasi lampu kilat)
X merupakan kecepatan shutter optimal saat menggunakan lampu
kilat (flash). Sinkronisasi maksimal shutter speed itu bervariasi
tergantung pada mekanisme shutter dari setiap kamera.
Kecepatan shutter yang rendah memungkinkan sensor kamera
digital disinari dengan waktu yang lama. Jika sensor terkena sinar
dengan jumlah yang banyak, maka kecerahan gambar akan semakin
bertambah pula. Sifat seperti itu memungkinkan pengambilan gambar
dengan keadaan lingkungan yang gelap seperti malam dapat dilakukan
dengan cara melambatkan shutter speed. Pengambilan gambar dapat
dilakukan dengan keadaan lingkungan yang minim cahaya, atau
dengan terpaksa menggunakan lampu kilat. Tentu saja lampu kilat
tidak akan menangkap warna-warna lampu alami pada malam hari.
Ada bebereapa kondisi yang menjadi syarat untuk melakukan
pengambilan gambar di malam hari, yaitu objek yang tentunya dalam
keadaan diam, tidak bergerak. Kamera harus dalam keadaan yang
stabil dan diam sehingga penggunaan penopang atau monopod/tripod
memang disarankan. Terakhir, dapat menggunakan fungsi self-timer
atau remote untuk menekan tombol shutter.
c. ISO/ASA
commit to user
18
tinggi nilainya, maka akan semakin tingkat sensitifitasnya. Artinya,
apabila kita merubah nilai ISO atau ASA ini menjadi lebih tinggi,
sedangkan aperture dan speednya tidak diubah, maka medium akan
menerima cahaya lebih banyak. ISO adalah tingkat sensitifitas sensor
(medium), sedangkan ASA adalah tingkat sensitifitas film (medium),
jadi perbedaannya hanya dimediumnya saja. Tapi logikanya sama.
Kecuali efek sampingnya. Dimana apabila menggunakan film ASA
tinggi, maka gambar akan terlihat grainy (berbentuk titik kecil namun
banyak). Sedangkan penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise
(seperti bentuk cacing namun banyak). Nilai ISO pada kamera pada
umumnya adalah 100,200,400,800,1600,3200 . Kamera DSLR
profesional , NIKON D3 , bahkan mampu mencapai ISO hingga
6400,12800 dan 25600 dengan noise yang sangat rendah . Seiring
perkembangan teknologi jangan heran kalau beberapa tahun kedepan
sensor digital akan lebih baik , mampu mendukung ISO tinggi tapi
dengan noise minimal.
3. Aspek Teknis Fotografi a. Exposure / Pencahayaan
Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting
kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan
pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter
commit to user
19
Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat
sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai.
Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung
memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority
(S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P)
mode atau scene modes seperti landscape mode atau portrait mode?
Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami
pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi
mode-mode tersebut.
b. Exposur Compensation / Kompensasi
Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi
commit to user
20
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu
diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari
pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan
banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk
mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD
atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih
banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah
menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa
mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur
cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba
saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.
Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto
berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data
commit to user
21
c. Mencegah Foto Kabur / Goyang
Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau
shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan
mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu.
Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto
focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci,
bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya
berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek
yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh:
minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto
akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah
menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
Foto #2
Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai
commit to user
22
cepat. Juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga mengunakan kompensasi
ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture
priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.
d. Depth Of Field / Kedalaman Fokus
Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih
menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Dalam foto ini mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis,
latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu,
lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200
e. White Balance
commit to user
23
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting
WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin
dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto
White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan
kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka
pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah
bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang
lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya
seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga),
maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin
/ kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur
warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru,
makin tinggi makin kekuningan.
f. Komposisi
Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata
elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup
garis, bentuk, warna, terang dan gelap. Yang paling utama dari
aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact (sebuah
kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda
commit to user
24
foto akan tampak lebih menarik dan enak dipandang dengan
pengaturan letak dan perbandaingan objek-objek yang
mendukung dalam suatu foto. Dengan demikian perlu menata
sedemikian rupa agar tujuan dapat tercapai, apakah itu untuk
menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatu
mengejutkan. Dalam komposisi selalu ada satu titik perhatian
yang pertama menarik perhatian.
C. Fotografi Jurnalistik
1. Pengertian Foto Jurnalistik
Terdapat beberapa pengertian mengenai fotografi jurnalistik yang
dikemukakan oleh para ahli fotografi. Menurut Hanapi yang dimaksud dengan
fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal
peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson Hick dalam bukunya
Word and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media
komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan. Sedangkan Soelarko
mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut
sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto. Sementara itu Oscar
Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta menyebut foto
jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam bukti visual
atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan hingga
kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang
commit to user
25
Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat
disebut sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang
terjadi, di mana peristiea tersebut berkaitan dendan apek kehidupan manusia
dan disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia
dalam hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga beita yang terjadi di
seluruh belahan bumi ini.
Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah:
a) Memiliki pengetahuan konspesional / mempersoalkan isi (picture content,
news content)
b) Memiliki keterampilan teknis: mempersoalkan penyajian teknis yang
matang secara fotografi.
Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar memang tidak selalu
menggambarkan suatu peristiwa atau berita (newsphoto), melainkan bisa juga
bersifat ilustratif, yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel,
termasuk di dalamnya adalah foto-foto yang bersifat ‘human interest’
(menarik perhatian dan membangkitkan kesan). Foto-foto yang dimuat dalam
surat kabar itu secara ‘salah kaprah’ biasa disebut sebagai foto jurnalistik,
artinya foto yang dihasilkan oleh kerja jurnalis (wartawan) di lapangan.
Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan
verbal yang diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan
visualisasi yang disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan
mata yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Berbeda dengan berita tulis
commit to user
26
bisa memengaruhi opini. Dengan foto akan memperkecil subjektivitas
tersebut.Kepada pembaca disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan
memberi penafsiran terhadap foto tersebut; yang tentu saja satu dengan
lainnya bisa berbeda. Maka tidaklah salah ungkapan “one picture is worth one
thousand words”
2. Sekilas sejarah Foto Jurnalistik
Sudah sejak lama, setelah media massa cetak yang berbentuk
suratkabar muncul, orang memimpikan bagaimana bisa melihat
peristiwa/kejadian secara visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu
menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis pada 19 Agustus mengumumkan
penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat
temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan
dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu.
Alat itu disebut ‘camera obscura’ atau kamar gelap, yang kemudian secara
umum disebut kamera.
Orang pun masih kesulitan memerolah jalan atau cara bagaimana
memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam
surat kabar.
Setelah direkayasa maka muncullah jurnalistik foto pertama kali yaitu ketika
“The Illustrated London News” untuk pertama kalinya 30 Mei 1842 memuat
commit to user
27
sebuah foto yang dihasilkan oleh kamera daguerrotype. Gambar tersebut
merupakan spotnews atau peristiwa langsung yang menggambarkan saat
terjadi pembunuhan (penembakan) dengan pistol atas diri Ratu Victoria di
dalam keretanya.
Dalam sejarah tercatat dua wartawan foto perintis yang sangat terkenal, yaitu
Roger Fenton (Inggris) yang meliput Perang Krim (1853-1856) dan Mattew
Brady (AS) yang meliput American Civil War (perang Abolisi) tahun
1861-1865. Brady membawa peralatan lengkap ke garis depan. Perlenggkapan itu
dimuat dalam satu wagon (kereta kuda) sendiri, di mana di dalamnya terdapat
laboratorium dan kamar gelapnya.
Karena belum ditemukannya cara membuat nada warna abu-abu atau
’halftones’ dalam surat kabar, maka sampai tahun 1897 gambar yang dimuat
masih saja dibuat dari cukilan kayu. Baru 21 januari 1897 koran ”Tribune”
New York benar-benar memuat foto di dalamnya. Ini dimungkinkan berkat
ditemukan sistem penggunaan titik-titik (dots) yang kita kenal sekarang
dengan sebutan ’raster’ untuk membuat nada-nada warna ’halftones’ tadi.
3. Foto Jurnalistik Yang Menarik
Sejak itulah pemuatan gambar di surat kabar menjadi semakin tambah banyak
dan mulailah redaksi mempertimbangkan perlunya mangadakan tugas khusus
bagi wartawannya hanya untuk pekerjaan memotret saja, artinya hanya
mencari gambar melulu. Spesialisasi mulai diberlakukan di dunia
commit to user
28
jurnalis mulai memerhatikan apa sebenarnya yang sangat menarik dari sebuah
foto yang patut untuk dimuat di surat kabar.
Dari hasil pengamatan mereka, disimpulkan bahwa gambar/foto jurnalistik
yang menarik itu harus mempunyai tiga aspek utama : daya tarik visual (eye
catching), isi atau arti (meaning) dan daya tarik emosional (impact).
Namanya saja foto berita maka norma-norma atau nilai-nilai yang disandang
suatu berita (tulis) yang menarikpun juga dituntut bagi sebuah newsphoto;
seperti faktor-faktor yang menambah nilai/bobot foto tersebut, antara lain :
sifatnya menarik (interesting), lain dari biasanya (different), satu-satunya
(exlusive), peristiwanya dekat dengan pembaca (close to the readers),
akibatnya luas, mengandung ketegangan (suspense) dan menyangkut masalah
sex, humor, konflik dll.
Dari batasan-batasan foto jurnalistik itulah maka kemudian para jurnalis
foto memfokuskan perhatinnya pada hal-hal yang tersirat di dalam kriteria itu.
Untuk menjadikan diri sebagai jurnalis foto profesional maka seorang
wartawan perlu memerhatikan hal-hal tersebut, disamping mesti
memperdalam pengetahuan dan memperbanyak pengalaman. Seorang
wartawan foto dituntut tahu benar tentang kamera dan proses fotografi, tahu
pula memanfaatkan kesempatan yang baik untuk kameranya serta harus
cekatan agar tidak tertinggal oleh peristiwa. Wartawan foto mesti mampu
mengkombinasikan kerja mata, otak dan hati dalam tugasnya. Sebagaimana
tujuan surat kabar yaitu memberikan kepada pembacanya informasi, edukasi,
commit to user
29
sangatlah tidak terbatas. Apa saja yang bisa memenuhi salah satu saja dari
keempat kriteria tersebut dapat disajikan. Jadi dalam hal ini si wartawan-lah
yang memegang peranan penting. Ada ungkapan ’the singer is not the song’
atau ’the man behind the gun’. Bukan objek fotonya yang menarik tapi
bagaimana kemampuan si wartawan mengungkapkan dalam foto. Bukan
kameranya yang hebat, tapi bagaimana kepiawaian sang wartawan foto
menghasilkan gambar yang memenuhi banyak kriteria tersebut di atas.
4. Kategori dan Bidang-bidang Foto Jurnalistik
Kategori Foto jurnalistik meliputi :Spot News, Feature, General News, Tokoh,
Keseharian, Seni budaya dan Fashion, Alam dan Lingkungan, IPTEK, dan
Olahraga.Sedangkan bidang-bidang yan ada dlam foto jurnalistik di antaranya
adalah : War Correspondent ( Wartawan Perang ), Wartawan Foto Olah raga,
Glamour dan Pin –Up Fotografi, Fashion Fotografer, wartawan Foto Majalah,
General Interest.
5. Makna dan Peranan Foto Jurnalistik
Ruang lingkup foto jurnalistik adalah manusia, dan karena itu kehadiran foto
jurnalistik memiliki beberapa makna yang berperan dalam kehidupan manusia,
diantaranya yaitu : foto jurnalistik sebagai saksi mata, fotografi jurnalistik
sebagai lambang, foto jurnalistik sebagai himbauan dan foto jurnalistik
commit to user
30
6. Perbedaan Foto Jurnalistik dengan Foto Dokumentasi
Kehadiran foto jurnalistik tak lain merupakan wujud dan perkembangan foto
dokumentasi, oleh karena itu foto dokumentasi merupakan dasar dari foto
jurnalistik yang ada pada saat ini. Foto dokumentasi adalah sebutan untuk foto
berita dan foto sejarah, karena tujuannya merekam suatu peristiwa untuk
disimpan bergantung pada urgensitas peristiwa dan subjek foto yang
diabadikan.
Antara foto jurnlistik dengan foto dokumentasi memiliki perbedaan dan
batasan yang sangat tipis. Nilai berita pada sebuah foto biasanya terletak pada
sejauh mana foto itu dapat menggugah perhatian dari khalayak umum, bukan
hanya orang atau kelomppok masyarakatyang bersngkutan. Nilai tersebut bisa
disebut sebagai publik interest, maka semakin tinggi nilai beritanya. Foto
jurnalsitik memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena dapatr
menmbiu[ulkan perhatian perasaan bahkan reaksi tertentu pada semua khalyak
umum secara luas.
Berbeda pada foto dokumentasi, arti kata dokumentasi mengandung konotasi
yang lunak dalam hal nilai beritanya. Selain perbedaan, di antaranya foto
jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki persamaan yaitu dari segi tujuan
foto terserbut. Tujuan kedua foto jurnalistik dan foto dokumentasi merekam
suatu peristiwa untuk disimpan sebagai arsip.
Menurut Hermanus Priatna ( Editor Foto di Biro Foto LKBN Antar 0
menyatakan bahwa foto jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki perbedaan.
commit to user
31
disampaikan kepada khalayak melalui media massa, sedangkan foto
dokumentasi mengabadikan peristiwa untuk kepentingan pribadi, misalnya
commit to user
32 BAB III
DESKRIPSI LEMBAGA
A. Latar Belakang Perusahaan
Surat Kabar Suara Merdeka pertama kali terbit pada tanggal 11
Februari 1950 di Semarang. Ketika itu masih suasana kemerdekaan. Sehingga
kelahiran Suara Merdeka juga didasari dengan semangat perjuangan.
Surat Kabar Suara Merdeka pada awalnya diberi nama ”Mimbar
Merdeka”. Karena jumlah hurufnya tiga belas (13) yang dipercayai sebagai
angka pembawa sial, maka kemudian nama itu tudak jadi di pakai. H. Hetami
selaku pendiri surat kabar ini memerintahkan untuk mencari nama lain, namun
tetap menggunakan kata “Merdeka”. Akhirnya dipilih nama “Suara Merdeka “
dengan jumlah huruf genap yaitu dua belas (12) huruf.
H. Hetami yang pada saat itu bertindak sebagai pemimpin umum dan
sekaligus pemimpin redaksi. H. Hetami adalah putera dari pengusaha batik di
Surakarta. Dia mengenal dunia persuratkabaran sejak masih menjadi
Mahasiswa. Dia aktif menulis dan pernah menjadi pengasuh majalah kampus
yang bernama “Recht Hogeschool” (Fakultas Hukum pada zaman Belanda) di
Jakarta dan beberaoa media lainya.
Pada awal berdirinya Surat Kabar Suara Merdeka. H. Hetami hanya
bermodal dua mesin ketik dan dua meja tulis yang ditangani oleh HR.
Wahyoedi dan Moch. Soelaiman, serta tiga tenaga tata usaha. Tempat
commit to user
33
berada di jalan Kepodang Semarang. Pada saat itu Surat Kabar Suara Merdeka
terbit pada sore hari, dengan jumlah empat halaman dan oplahnya baru 5000
eksemplar. Meskipun terbit dengan kondisi terbatas, ada satu prestasi
tersendiri bagi Surat Kabar Suara Merdeka yang mendapat Kehormatan dan
Kepercayaan dari bagian kesejahteraan Terr-IV (sekarang Kodam IV
Diponegoro) yaitu adanya kepercayaan sebagai satu-satunya harian di Jawa
Tengah yang diambil langganan secara kolektif. Jumlah yang diambil adalah
1/5 dari jumlah oplah keseluruhan yaitu 1000 eksemplar.
Perkembangan Suara Merdeka tidak berjalan mulus begitu saja.
Hambatan pertama dialami Surat Kabar Suara Merdeka adalah adanya
pukulan di bidang moneter dengan adanya peristiwa “gunting Syafrudin” yang
memotong nilai mata uang menjadi setengahnya. Pemotongan ini dalam arti
yang sebenarnya pada saat itu. Hambatan yang lain adalah pemogokan
dipercetakan “De Locomotif”. Sehingga penerbitan Surat Kabar Suara
Merdeka terhenti selama satu bulan. Untuk mengatasi masalah itu selama
sebulan berikutnya Surat Kabar Suara Merdeka melakukan percetakan di
Yogyakarta.
Kemajuan yang mulai dicapai Surat Kabar Suara Merdeka pada saat
bergabungnya beberapa tenaga redaksi seperti Soewarno, SH, Mochtar
Hidayat, Drs. Soetrisno, Tjan Thwan Soen, Soejono Said, L. Poejisriono,
Hanapi, Moelyono, Soehadi, dan H. Amir A.R di bagian tata usaha.
Waktu terbit Surat Kabar Suara Merdeka juga berubah yang semula
commit to user
34
Perubahan ini terjadi pada tahun 1956. Pada tahun yang sama Suara Merdeka
menambah terbitan edisi khusus “Minggu Ini” (sekarang Cempaka Minggu
Ini), peningkatan oplah pun mulai dirasakan oleh perusahaan pers ini. Hal
yang membanggakan, yaitu pada tahun 1960 Surat Kabar Suara Merdeka
mencapai oplah puluhan ribu eksemplar, sehingga menyandang gelar Koran
terbesar di Jawa Tengah.
Seiring dengan peningkatan yang cukup pesat ini Surat Kabar Suara
Merdeka telah memiliki percetakan sendiri yang di beri nama percetakan
“Semarang” dan menggunakan mesin duplek dan sejumlah mesin penyusun
huruf inter type dan lino type.
Pada tanggal 28 Mei 1976, Surat Kabar Suara Merdeka mendapat ijin
terbit di nomor 377/DPHN/1976. Dua tahun kemudian H. Hetami digantikan
Ir. Budi Santoso sebagai pengelola baru hingga sekarang. Di bawah
kepemimpinan Ir. Budi Santoso perombakan nampak terlihat. Semua
perangkat penyusun huruf, lay out, dan semua unsur media pra cetak
mengalami penyesuaian. Mesin Duplek diganti officer Pucer. Dengan kata lain
Surat Kabar Suara Merdeka memulai babak baru dalam cetak offset. Langkah
awal ini sebagai awal pertumbuhan dan perkembangan Surat Kabar Suara
Merdeka hingga saat ini, dimana Surat Kabar Suara Merdeka kemudian
tumbuh menjadi salah satu media cetak daerah yang memiliki sirkulasi
terbesar di tanah air.
Pada tahun 1991 oplah Surat Kabar Suara Merdeka sudah melebihi
commit to user
35
Suara Merdeka untuk semankin memperluas pangsa pasarnya. Dari oplah
yang telah mencapai ratusan ribu tersebut, didistribusikannya kepada para
pembacanya di daerah Jawa Tengah dan DIY sebanyak 80% ke dua daerah
tersebut dianggap potensial sebagai daerah pemasaran Surat Kabar Suara
Merdeka. Sedangkan 20% sisanya ditujukan bagi pembaca di luar kedua
daerah tersebut.
Kantor perwakilan Suara Merdeka Surakarta pada awalnya terletak
di Jalan Ronggowarsito No. 78 Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjar sari,
Surakarta. Kantor perwakilan Suara Merdeka Surakarta secara resmi dibuka
oleh almarhum H. Hetami. Kemudian pada tanggal 19 November 2008 Kantor
perwakilan Suara Merdeka pindah di Jalan Dr. Wahidin No. 19 Kelurahan
Penumping, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Pindahnya kantor ini
dikarenakan kantor yang lama bertempat di rumah saudara almarhum H.
Hetami selain itu pindahnya kantor Suara Merdeka karena di tempat yang baru
lebih strategis.
Salah satu alasan mengapa didirikan Kantor perwakilan Suara
Merdeka di Surakarta, karena kota Surakarta merupakan pasar keuntungan
kedua setelah Kota Semarang, karena kota Surakarta mempunyai nilai history
yaitu kota kelahiran almarhum H. Hetami.
Didirikanya suatu kantor cabang perwakilan bagi sebuah
perusahaan merupakan langkah maju untuk lebih menunjukan suatu tingkat
kredibilitas perusahaan tersebut, juga bisa sebagai langkah pengembangan
commit to user
36
Perluasan pengembangan sayap bagi perusahaan bisa dimulai
dengan mendirikan kantor cabang perwakilan, itu dapat menunjukan bahwa
perusahaan ingin menggali potensi yang ada di suatu daerah guna
meningkatkan keuntungan dan produksi perusahaan. Demikian pula yang
sedang dilakukan perusahaan Harian Umum Suara Merdeka ini. Karena
melihat adanya potensi yang cukup besar dari masyarakat pembaca di
Surakarta, maka pemasaran perusahaan perlu ditingkatkan agar dapat
bersaing. Untuk mendukung hal itu maka diperlukan sarana dan prasarana
yang cukup memadai.
Oleh karena itu perusahaan memberikan tugas dan wewenang
kepada kantor cabang perwakilan di daerah. Agar dapat mengembangkan dan
menggali potensi di daerahnya masing-masing yang dapat menunjang
perkembangan perusahaan secara keseluruhan.
B. Visi Dan Misi Suara Merdeka Visi Suara Merdeka
“Menjadi perusahaan pelopor industri informasi yang diakui
masyarakat dan merupakan pilihan pelanggan karena bermutu serta menjadi
commit to user
37 Misi Suara Merdeka
1. Mengabdi kepada masyarakat dalam peningkatan kecerdasan bangsa.
2. Memasarkan informasi informasi yang akurat, terkini, dan bertanggung
jawab melalui media cetak dan elektronik dengan memberikan layanan
pelanggan yang baik.
3. Menghasilkan keuntungan yang optimal agar :
¾ Perusahaan makin tumbuh dan berkembang
¾ Kesejahteraaan dan profesionalisme karyawan dapat ditingkatkan ¾ Berperan serta secara aktif didalam arus utama (mainstream)kehidupan
sosial masyarakat. Sehingga PT Suara Merdeka Press memiliki
keunggulan kompetitif dan berkesinambungan.
“SEMAR”
Melintas generasi
Mengemas informasi
Sahaja : Semua tindakan, sikap dan penampilan selalu mengacu terhadap perilaku kesahajaan, rendah hati, saling menghormati mampu
menempatka diri secara tepat, efektif dan efisien.
Etika : Menjadikan prinsip moral dan agama sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari baik kegiatan bisnins maupun masyarakat.
Mutu : Memastikan semua proses yang dikelola dan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan lalu mematuhi dan memenuhi
commit to user
38
Akuntabel : Melaksanakan tugas dan wewenang dengan sepenuh hati dedikasi tinggi dan bertanggung jawab atas proses sesuai dengan
prisnsip-prinsip yang baik (good corporate govermence)
Responsif : Cepat tanggap, poduktif dan segera dalam semua tindakan dengan mengedepankan pertimbangan bisnis.
C. Struktur Organisasi Suara Merdeka
Untuk mendapatkan struktur organisasi perusahaan yang tepat agar
perusahaan berjalan dengan lancar, efektif dan efisien tidaklah mudah. Maka
untuk menetapkan struktur organisasi banyak yang harus dipertimbangkan
dengan baik dan juga disesuaikan dengan kebutuhan dan juga masalah yang
dihadapi perusahaan yang bersangkutan tersebut.
Untuk itu struktur organisasi yang digunakan oleh kantor cabang
perwakilan Suara Merdeka Surakarta adalah struktur organisasi fungsional
dimana pimpinan dapat memerintahkan kepada setiap pegawai yang
kedudukannya setingkat lebih rendah di bawahnya, dan seorang bawahan
dapat berhadapan langsung kepada atasannya sesuai dengan kedudukan dan
fungsinya.
Fungsi utama kantor cabang perwakilan Suara Merdeka Surakarta
adalah mengambil alih sebagian tugas dan pekerjaan kantor pusat Semarang,
khusus untuk surakarta meliputi bidang keuangan, keredaksian, pemasaran
commit to user
39
Untuk mengetahui hubungan kerja antara satu bidang tugas dengan
bidang yang lain, dapat dilihat pada bagan struktur organisasi perushaan
sebagai berikut :
Struktur Organisasi PT. Suara Merdeka
Sumber : Kantor perwakilan Suara Merdeka Surakarta
Susunan Organisasi PT Suara Merdeka Press :
Pendiri : H. Hetami
Komisaris Utama : Budi Santoso, M.Si
Pemimpin Umum : Kukrit Suryo Wicaksono
Pemimpin Redaksi : Hendro Basuki
Direktur Bisnis : Poerwono
commit to user
40 Direktur SDM : Sara Ariana fiestri
Sumber : Kantri perwakilan Suara Merdeka Surakarta
Tugas dan tanggung jawab dari setiap bagian adlah sebagai berikut :
a. Kepala Perwakilan
Kepala perwakilan bertanggung jawab kepada kantor pusat
dan segala kegiatan yang berlangsung pada kantor perwakilan,
mewakili kantor pusat dalam kegiatan di daerah tersebut, mengangkat
dan memberhentikan karyawan atas sepengetahuan pihak yang terlibat,
melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan serta menerima
laporan dari bidang yang di bawahinya.
b. Sekertaris
Tugas seorang sekertaris tentunya sama dengan tugas
kesekertarisan antara lain membuat bermacam-macam jenis surat,
menerima surat masuk dan keluar. Selain hal tersebut tugas seorang
sekertaris juga mengagendakan pengiriman berita ke redaksi di
Semarang. Apabila suatu berita dimuat, maka tugas sekertaris
selanjutnya adalah mencatat berita yang dimuat, sesuai dengan kode
wartawan yang meliput atau membuat berita tersebut.
c. Bidang Pemasaran
Fungsi dan tugas bidang pemasaran yaitu memasarkan dan
mengembangkan harian Suara Merdeka agar dapat diperoleh
commit to user
41
dan periklanan. Berikut adalah tugas dari masing-masing bagian agar
dapat saling menunjang :
1) Keuangan
Tugas dari bagian keuangan ini adalah menerima pemasukan dan
pengeluaaran uang yang ada hubungannya dengan aktifitas kantor
perwakilan. Berikut ini adalah secara rinci tugas bagian keuangan :
1. Menerima setoran pembayaran langganan dan agen dari bagian
administrasi.
2. Memenuhi biaya pembayaran iklan dan pemasangan iklan
3. Memenuhi kebutuhan administrasi kantor
4. Melakukan pembukuan keuangan sebagai pertanggungjawaban
kepada perwakilan.
2) Bagian Sirkulasi meliputi :
1. Ekspedisi
Tugas bagian ini adalah menerima kiriman koran dari pusat di
Semarang setiap hari. Selanjutnya setelah mendapatkan kiriman
koran dari pusat, koran langsung dibagikan kepada para agen
dan setelah itu keapada para tukang loper koran. Bagian
ekspedisi ini juga bertanggung jawab atas pengiriman koran
commit to user
42 2. Administrasi dan umum
Tugas bagian ini erat hubungannya langsung dengan para
langganan. Kemudian setelah itu menghubungi bagian
ekspedisi untuk segera mengirimkan korannya. Selain itu tugas
bagian administrasi dan umum juga dapat menerima pengaduan
dan keluhan dari para pelanggan jika ada suatu hal yang ingin
disampaikan. Bagian administrasi dan umum ini juga
mempunyai kewajibanuntuk menerima setoran uang pelanggan
baik dari agen maupun pembaca langganan, serta wajib
melakukan tugas penagihan.
3. Periklanan
Untuk saat ini bagian iklan sementara masih dirangkap oleh
bagian keuangan. Dibukanya iklan di koran ini untuk
mengimbangi besarnya oplah Harian Suara Merdeka di
Surakarta, selain itu juga dapat menerima dan melayani
pemasangan iklan secara langsung dan beberapa biro iklan
yang ada di Surakarta.
4. Keredaksian
Di bidang ini merupakan kegiatan untuk koordinasi antara
wartawan yang bertugas menggali, mencari dan
mengembangkan berita-berita yang aktual dan terpercaya dari
commit to user
43
mengirimkan berita tersebut secepatnya ke bagian kantor pusat
di Semarang.
d. Personalia
1) Jumlah Tenaga Kerja
Dalam hal untuk menangani tugas sehari-hari, kantor cabang
perwakilan Harian Suara Merdeka di Surakarta memperkerjakan
lebih dari 59 karyawan. Selanjutnya dari 59 karyawan tersebut
masing-masing terbagi dalam berbagai jabatan dan bidangnya
masing-masing. Hal tersebut dimaksudkan agar masing-masing
karyawan dapat melakasanakan tugas dan tanggung jawab
pekerjaannya dengan baik.
2) Sistem Pengupahan
Untuk sistem pengupahan gaji dan upah yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan kantor cabang perwakilan ini ada dua
macam sistem penggajian yaitu :
a. Sistem penggajian Bulanan
Seorang karyawan mendapat penghasilan tetap setap bulanya.
Sistem ini berlaku untuk karyawan kantor dan wartawan tetap
perusahaan.
b. Sistem Penggajian Basis dan Produktifitas
Untuk sistem ini penggajian wartawan adalah dimana seorang
wartawan menerima gaji basis atau bisa disebut gaji pokok
commit to user
44
sejumlah upah tertentu jika wartawan tersebut memasukan
karangan atau cerita yang telah dimuat.
e. Keredaksian
Sebenarnya mengapa didirikan kantor cabang perwakilan
salah satu tujuannya adalah berfungsi mewakilkan sebagian tugas
kantor pusat. Dan salah satu tugasnya yang diwakili yaitu bidang
keredaksian yangbertugas menggali, mencari dan mengembangkan
berita-berita dan peristiwa yang terjadi di daerah Surakarta dan
sekitarnya. Selain hal itu bidang kerdaksian juga bertugas setelah
mendapat berita segera mengirimkannya secepat mungkin ke kantor
redaksi pusat Semarang, dengan prinsip berita yang didapat segera
dibaca esok harinya.
Selanjutnya untuk tugas menggali, mencari dan
mengembangkan berita ditugaskan lima orang wartawan yang bergerak
dan berdomisili di Surakarta termasuk koordinator wartawan. Dalam
setiap tugasnya tiap wartawan mempunyai bidang berita sendiri,
pembagian tugas tersebut dimaksudkan untuk menjuruskan pada
spesialisasi berita yang dicari dengan disesuaikan kepada kemampuan
wartawan tersebut dalam menangani bidang berita tersebut agar berita
dapat segera cepat terkumpul dan menjaga efisiensi kerja.
Meskipun demikian spesialisasi yang dimaksud tidak berarti
seorang wartawan hanya menangani satu berita saja. Hal tersebut
commit to user
45
Surakarta, pembagian bidang tugas tersebut dimaksudkan untuk
membagikan tanggung jawab kepada masing-masing wartawan agar
kerja mereka tepat dan efisien.
Perkecualian untuk kasus tertentu, seorang wartawan dapat
mengerjakan suatu peliputan berita atau peristiwa di luar bidang yang
menjadi tanggung jawabnya. Ini dapat terjadi apabila ada suatu
kejadian penting yang harus segera diliput, misalnya seperti terjadi
peristiwa kriminal, perampokan, pembunuhan, kebakaran, banjir, dan
lain sebagainya yang dimana kejadian peristiwa tersebut terjadi secara
mendadak. Dan untuk peliputan yang sifatnya pada spesialisasi
tanggung jawab tugas seorang wartawan baru dilaksanakan pada
follow up berita selanjutnya. Dalam hal ini seorang wartawan haruslah
mampu untuk dapat menjaring koneksi dengan berbagai pihak yang
terkait dengan bidang spesialisasinya, agar peliputan berita yang
sedang dikerjakan dan menjadi tanggung jawab dapat berjalan dengan
lancar. Untuk itu ada beberapa pihak yang dimaksud perlu ada koneksi
yaitu seperti pihak di bidang perekonomian, pemerintahan , kriminal,
ABRI, dan lain sebagainya yang dapat memperlancar dalam hal
commit to user
46 D. Proses Produksi
Proses produksi pembuatan harian Surat Kabar Suara Merdeka
secara singkat dapatdijelaskan sebagai berikut :
[image:56.612.178.509.189.461.2]a. Tahap pertama yaitu, setelah mendapatkan berita-berita dan
gambar yang diperoleh dari kantor berita dalam dan luar negeri
seperti dari radio, fax, televisi, dan wartawan dari perushaan
diterima bagian redaksi berita-berita tersebut dipilih dan disunting
mana yang layak di muat dan tidak oleh tiap bagian. Selanjutnya
dibuatkan bagian lay out halaman depan dan halaman selanjutnya
oleh masing-masing penanggung jawab, setelah otu copy berita
dan tata muka halaman depan dan seterusnya diserahkan kepada
bagian percetakan.
b. Tahap kedua adalah tahap copy berita dari bagian redaksi
kemudian masuk ke bagian setting atau photo setting. Di bagian ini
berita disusun hurufnya atau photo type setting, kemudian direkam
ke dalam media rekam yang disebut diskets yang di dalamnya telah
terisi susunan copy berita ke mesin out put melalui mesin edit
wrinter.
c. Tahap ke tiga yaitu pengolahan bagian setting, copy berita
diserahkan bagian koreksi atau kolektor. Selanjutnya setelah
dikoreksi, kemudian diserahkan ke bagian paste up.
d. Tahap ke empat adalah bagian paste up yang menjalankan
commit to user
47
tinggal menempelkan saja lembaran-lembaran akta, ektik yang
berisi susunan-susunan berita tadi sesuai dengan skema tersebut.
Selanjutnya setelah semua lay out selesai di flat, maka hasil lay out
dikirm ke bagian reproduksi.
e. Tahap ke lima yaitu bagian reproduksi yang dimana menerima
bahan-bahan berupa :
3) Gambar-gambar dari bagian redaksi
4) Halaman koran yang telah jadi dari bagian paste up
5) Gambar-gambar atau model dari bagian iklan
6) Setelah bahan-bahan tersebut diterima lalu dikerjakan
pemotretannya, setelah pembuatan negatif film selesai.
Tahap ke enam adalah pembukaan plate yang ada klisenya dan
negatif film.
Alat-alat yang digunakan di bagian ini yaitu :
¾ Mesing Plate Maker
¾ Alat-alat pencuci / pemroses plate, lalu hasil produksi
ditempelkan diatas plate (lembar seng alumunium). Setelah
itu tiap lembar-lembar film dicetak pada suatu plate.
Tahap ke tujuh plate-plate yang diterima dan bagian plate maker
yang dimasukan/dipasang di mesin cetak, dihasilkan surat kabar
commit to user
48 E. Pemasaran Suara Merdeka
Untuk bidang daerah pemasaran ini mulai dikembangkan dikantor
perwakilan Surakarta sekitar pada tahun 1983. Dalam usahanya untuk
meningkatkan oplah dan penjualan koran langganan pada tahun tersebut,
diadakanlah suatu pendataan penduduk di daerah Surakarta yang belum
berlangganan Surat Kabar Suara Merdeka. Kegiatan pendataan ini
dimaksudkan untuk melihat seberapa besar pangsa pasar yang belum
terjangkau dan kemungkinannya untuk dijajaki pengembangannya agar mau
berlangganan koran Suara Merdeka. Selanjutnya kegiatan pemasaran
perusahaan diarahkan pada usaha-usaha untuk memasuki pasar, dengan
melakukan promosi dan iklan secara gencar. Salah satu kegiatan periklanan
yang dilakukan kantor cabang perwakilan Surakarta yaitu melalui Slide Show
(sorotan iklan di layar bioskop sebelum film mulai), iklan di radio (melalui
jingle lagu), pemasaran Billboard dijalan-jalan besar dan strategis, disamping
itu juga pemasangan spanduk saat perusahaan mensponsori suatu kegiatan
tertentu dan juga memberikan block note atau kartu pengenal. Sedangkan
untuk kegiatan promosinya kantor cabang perwakilan Suara Merdeka
Surakarta yaitu memberikan koran gratis selama seminggu di lokasi tertentu
yang sudah ditentukan, kemudian perusahaan mencoba menawarkan kepada
konsumen yang telah di beru sample Koran Suara Merdeka. Selain itu ada
keuntungan tersendiri yang diberikan oleh perusahaan kepada agen dan
commit to user
49
diskon bagi mereka, yang dimana juga termasuk salah satu contoh kebijakan
kegiatan promosi oenjualaan yang dilakukan oleh perusahaan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapat
kepercayaan dan menambah pembacaca maupun pelanggan tetap yaitu dengan
selalu memberikan pelayanan dan kenyamanan yang baik kepada pelanggan
maupun konsumen baru. Antara lain hal yang dilakukan ialah dengan jalan
mengontrol ketepatan pengiriman surat kabar sampai di tangan pelanggan.
Pengontrolan ini juga dilakukan terhadap potongan harga yang akan
perusahaan berikan kepada para agen, sub agen, pengecer, dan tukang loper
koran yang masing-masing harganya sudah ditentukan oleh perusahaan agar
mereka mendapatkan keuntungan sendiri-sendiri.
Agar hal yang dijelaskan diatas dapat berjalan secara lancar untuk itu
diperlukan adannya saluran distribusi yang barik, Harian Suara Merdeka yang
produsen dan pusatnya berada di Semarang dalam hal pemasarannya kepada
konsumen di Surakarta, saluran distibusinya dapat digambarkan sebagai
commit to user
50
Bentuk Saluran Distribusi Surat Kabar Suara Merdeka
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kantor perwakilan di
Surakarta dalam menyalurkan surat kabar Suara Merdeka kepada konsumen
menggunakan empat cara penyaluran yaitu sebagai berikut :
Perwakilan-Konsumen
Untuk fungsi penyaluran ini konsumen dapat berlangganan langsung
melalui kantor perwakilan.
Perwakilan-Pengecer-Konsumen
Dalam hal ini pengecer yang langsung membeli kantor perwakilan lalu
kaoran itu dijual kepada konsumen.
Perwakilan-Agen-Konsumen
Dari fungsi agen yang menjadi perantara dan mendapat barang dari kantor
commit to user
51
barang/surat Kabar Suara Merdeka kepada pelanggannya atau
konsumennya.
Perwakilan-Agen-Pengecer-Konsumen
Cara penyaluran fungsi ini yaitu agen mendistribusikan korannya kepada
sub agen atau pengecer yang kemudian menjualnya langsung kepada
ko