• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fotografi

Dalam dokumen ADI CAHYONO D 1308080 (Halaman 22-34)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Fotografi

1. Pengertian Fotografi

Dalam kamus bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Pendek kata, penjabaran dari fotografi itu tak lain berarti “menulis atau melukis dengan cahaya”. Tentunya hal tersebut berasal dari arti kata fotografi itu sendiri yaitu berasal dari bahasa Yunani, photos (cahaya) dan graphos yang berarti tulisan.

Melihat pengertian tersebut terlihat ada persamaan antara fotografi dan karya seni lukis atau menggambar. Yang jelas perbedaannya terletak pada media yang digunakannya.

Bila dalam seni lukis yang dipakai gambar dengan menggunakan media warna (cat), kuas dan kanvas. Sedangkan dalam fotografi menggunakan

commit to user

13

cahaya yang dihasilkan lewat kamera. Tanpa adanya cahaya yang masuk dan terekam di dalam kamera, sebuah karya seni fotografi tidak akan tercipta.

Selain itu, adanya film yang terletak di dalam kamera menjadi media penyimpan cahaya tersebut. Film yang berfungsi untuk merekam gambar tersebut terdiri dari sebuah lapisan tipis. Lapisan itu mengandung emulsi peka di atas dasar yang fleksibel dan transparan. Emulsi mengandung zat perak halida, yaitu suatu senyawa kimia yang peka cahaya yang menjadi gelap jika terekspos oleh cahaya. Ketika film secara selektif terkena cahaya yang cukup maka sebuah gambar tersembunyi akan terbentuk. Tentunya gambar tersebut akan terlihat jika film yang telah digulung ke dalam selongsongnya kemudian dicuci dengan proses khusus.

Aktivitas berkreasi dengan cahaya tersebut tentunya sangat berhubungan dengan pelakunya (subjek) dan objek yang akan direkam. Setiap pemotret mempunyai cara pandang yang berbeda tentang kondisi cuaca, pemandangan alam, tumbuhan, kehidupan hewan serta aktivitas manusia ketika melihatnya di balik lensa kamera. Cara memandang atau persepsi inilah yang kemudian direfleksikan lewat bidikan kamera. Hasilnya sebuah karya foto yang merupakan hasil ide atau konsep dari si pembuat foto.

Andreas Feininger (1955) pernah menyatakan bahwa “kamera hanyalah sebuah alat untuk menghasilkan “karya seni”. Nilai lebih dari karya seni itu dapat tergantung dari orang yang mengoperasikan kamera tersebut.

commit to user

14

Tampaknya ungkapan Feininger ada benarnya. Bila kamera diumpamakan sebagai gitar, tentunya setiap orang bisa memetik dawai gitar tersebut. Tapi belum tentu mampu memainkan lagu yang indah dan enak didengar. Begitu halnya dengan kamera, setiap orang dapat saja menjeprat-jepret dengan kamera untuk menghasilkan sebuah objek foto. Tapi tidak semua orang yang mampu memotret itu menghasilkan karya imaji yang mengesankan. Sebuah foto yang sarat akan nilai di balik guratan warna dan komposisi gambarnya.

Bila sebuah karya foto adalah hasil kreativitas dari si pemotret, tentu saja ada respon dari orang yang memandangnya. Almarhum Kartono Ryadi, fotografer kawakan di negeri ini pernah berkomentar, bahwa foto yang bagus adalah foto yang mempunyai daya kejut dari yang lain. Pandangan tentang bagaimana nilai foto yang bagus itu juga dikemukakan oleh seorang fotografer professional, Ferry Ardianto.

Menurut Ferry Ardianto foto yang bagus adalah foto yang informatif yang mencakup konteks, konten, dan komposisi (tata letak dan pencahayaan). Maksud Ferry Aridianto, konteks berarti ada hal yang ingin divisualkan dengan jelas, misalnya tentang pemandangan. Di sisi lain, istilah content maksudnya apa yang ingin ditampilkan untuk memenuhi konteks gambar tersebut.

commit to user

15 2. Elemen dasar fotografi

Sebelum memotret seorang fotografer harus cukup bekal dalam teknis memotret. Elemen – elemen dasar fotografi sebagagi berikut :

a. Aperture / Diafragma

Untuk menambah atau mengurangi cahaya yang melewati lensa, dapat mengatur ukuran bukaan lensa / aperture. Sistem kerja bukaan lensa mirip sekali dengan bukaan pada retina mata manusia atau disebut iris. Bukaan lensa pada sistem kamera terdiri dari beberapa metal tipis yang saling ditumpuk hingga memebentuk bukaan yang dapat diatur ukurannya. Bukaan lubang cahaya tersebut dapat merapat maupun melebar dengan ukuran diameter tertentu. Saat lubang dibuka lebar-lebar, cahaya akan lebih banyak masuk ke dalam kamera. Demikian sebaliknya, jika bukaan lensa itu dikecilkan, maka cahaya yang masuk akan semakin sedikit. Saat melihat objek melalui viewfinder pada kamera SLR, aperture pada lensa akan terbuka secara penuh sehingga image objek akan mudah terlihat dan diatur fokusnya, baik oleh sistem kamera maupun secara manual oleh penggunanya. Pengaturan bukaan lensa atau aperture stop itu akan dikombinasikan dengan kecepatan rana atau shutter speed agar menghasilkan tingkat penyinaran yang tepat untuk mencapai sensor kanera.

b. Shutter / Shutter speed

Shutter atau shutter speed digunakan untuk mengatur durasi sinar yang mengenai sensor setelah melalui lensa yang intensitas sinarnya telah

commit to user

16

diatur dengan menggunakan bukaan diafragma. Bukaan diafragma atau aperture akan menghasilkan depth of field objek, sedangkan shutter akan menghasilkan efek gerak atau menangkap pergerakan objek yang terekam di sensor. Tidak seperti pada aperture yang selalu ada dalam keadaan terbuka, shutter selalu dalam keadaan tertutup. Setiap tingkatan kecepatan shutter disebut step. Sebagai contoh, jika shutter speed diposisikan pada angka 2, atau 1/2, berarti ada 2 step. Sebagai tambahan, terdapat shutter indikator yang berupa huruf, biasanya T, B, atau X.

a. T (Time)

Tirai depan akan terbuka saat tombol shutter ditekan dan akan tetap terbuka meskipun tombol shutter dibiarkan lepas. Saat menekan kembali shutter kedua, tirai kedua akan menutup shutter. Teknik tersebut digunakan dalam pencahayaan yang membutuhkan waktu hingga beberapa menit.

b. B (Bulb)

Shutter akan tetap terbuka saat tombol shutter ditekan. Saat tombol shutter dilepaskan, shutter akan tertutup kembali. Fitur tersebut juga digunakan dalam teknik pencahayaan yang lama meskipun hanya beberapa detik saja.

commit to user

17 c. X (Sinkronisasi lampu kilat)

X merupakan kecepatan shutter optimal saat menggunakan lampu kilat (flash). Sinkronisasi maksimal shutter speed itu bervariasi tergantung pada mekanisme shutter dari setiap kamera.

Kecepatan shutter yang rendah memungkinkan sensor kamera digital disinari dengan waktu yang lama. Jika sensor terkena sinar dengan jumlah yang banyak, maka kecerahan gambar akan semakin bertambah pula. Sifat seperti itu memungkinkan pengambilan gambar dengan keadaan lingkungan yang gelap seperti malam dapat dilakukan dengan cara melambatkan shutter speed. Pengambilan gambar dapat dilakukan dengan keadaan lingkungan yang minim cahaya, atau dengan terpaksa menggunakan lampu kilat. Tentu saja lampu kilat tidak akan menangkap warna-warna lampu alami pada malam hari. Ada bebereapa kondisi yang menjadi syarat untuk melakukan pengambilan gambar di malam hari, yaitu objek yang tentunya dalam keadaan diam, tidak bergerak. Kamera harus dalam keadaan yang stabil dan diam sehingga penggunaan penopang atau monopod/tripod memang disarankan. Terakhir, dapat menggunakan fungsi self-timer atau remote untuk menekan tombol shutter.

c. ISO/ASA

commit to user

18

tinggi nilainya, maka akan semakin tingkat sensitifitasnya. Artinya, apabila kita merubah nilai ISO atau ASA ini menjadi lebih tinggi, sedangkan aperture dan speednya tidak diubah, maka medium akan menerima cahaya lebih banyak. ISO adalah tingkat sensitifitas sensor (medium), sedangkan ASA adalah tingkat sensitifitas film (medium), jadi perbedaannya hanya dimediumnya saja. Tapi logikanya sama. Kecuali efek sampingnya. Dimana apabila menggunakan film ASA tinggi, maka gambar akan terlihat grainy (berbentuk titik kecil namun banyak). Sedangkan penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise (seperti bentuk cacing namun banyak). Nilai ISO pada kamera pada umumnya adalah 100,200,400,800,1600,3200 . Kamera DSLR profesional , NIKON D3 , bahkan mampu mencapai ISO hingga 6400,12800 dan 25600 dengan noise yang sangat rendah . Seiring perkembangan teknologi jangan heran kalau beberapa tahun kedepan sensor digital akan lebih baik , mampu mendukung ISO tinggi tapi dengan noise minimal.

3. Aspek Teknis Fotografi a. Exposure / Pencahayaan

Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).

commit to user

19

Jenis mode kamera yang bisa dipilih

Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).

Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P)

mode atau scene modes seperti landscape mode atau portrait mode?

Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami

pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi

mode-mode tersebut.

b. Exposur Compensation / Kompensasi

Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan

commit to user

20

Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu

diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari

pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan

banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk

mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD

atau histogram.

Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih

banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.

Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur

cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba

saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.

Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data

commit to user

21

c. Mencegah Foto Kabur / Goyang

Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau

shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan

mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu.

Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto

focus bisa mengikuti subjek.

Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci,

bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya

berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.

Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek

yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh:

minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto

akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah

menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.

Foto #2

Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai Servo (Canon) supaya auto fokusnya tetap terkunci pada penari tersebut meski bergerak dengan

commit to user

22

cepat. Juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga mengunakan kompensasi ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.

d. Depth Of Field / Kedalaman Fokus

Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih

menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.

Dalam foto ini mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu,

lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200 e. White Balance

commit to user

23

Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting

WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin

dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto

White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan

kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.

Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka

pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah

bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang

lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya

seperti bola lampu).

Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga),

maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin

/ kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.

Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur

warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru,

makin tinggi makin kekuningan.

f. Komposisi

Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, bentuk, warna, terang dan gelap. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact (sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto). Dengan komposisi,

commit to user

24

foto akan tampak lebih menarik dan enak dipandang dengan pengaturan letak dan perbandaingan objek-objek yang mendukung dalam suatu foto. Dengan demikian perlu menata sedemikian rupa agar tujuan dapat tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatu mengejutkan. Dalam komposisi selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian.

Dalam dokumen ADI CAHYONO D 1308080 (Halaman 22-34)

Dokumen terkait