• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua: studi kasus siswa SMA N Megang Sakti.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua: studi kasus siswa SMA N Megang Sakti."

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN

TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus pada Siswa SMA N Megang Sakti

Lilik Adi Septo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa; (2) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau daari jenis pekerjaan orang tua; (3) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMU N Megang Sakti, Jalan Kebun Kulim Megang Sakti, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, waktu penelitian adalah 1 Februari sampai 30 Maret 2011. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS sebanyak 154 dengan jumlah sampel 105 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan analisis chi kuadrat.

(2)

ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THE STUDENTS’ LEARNING

ACHIEVEMENT, PARENTS’ OCCUPATION, AND LEVEL OF PARENTS’ EDUCATION

A Case Study on the Students State Senior High School in Megang Sakti Lilik Adi Septo

Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

This research intends to know whether there is different perception between the students’ perception and the profession of teacher perceived from : (1) the students’ learning achievement; (2) the type of parents’ occupation; (3) the level of education of students’ parents’.

This research was conducted in Megang Sakti State Senior High School, Kebun Kulim Street, Megang Sakti, Megang Sakti Subdistrict, Musirawas Regency, South Sumatra Province. The research was conducted from February 1st to March 30th, of 2011. The population of this research was 105 students of XI grade of Social Science. The technique of gathering samples in this research was proportional random sample. The techniques of data collection were statistic descriptive and chi-square analysis.

(3)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN

TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus Siswa SMA N Megang Sakti

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Lilik Adi Septo NIM : 051334073

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN

TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus Siswa SMA N Megang Sakti

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Lilik Adi Septo NIM : 051334073

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :

BAPAK TERCINTA SLAMET

IBU TERCINTA SUPARMI

SAUDARA – SAUDARAKU RINA,

RISKA, AGUNG, ADI, ARI, DARTO ,

(8)

MOTTO

sesunggunya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan, maka apabila kamu selesaikan (dari

suatu urusan) kerjakan dengan sunguh – sunguh

urusan yang lain, dan hanya kepada Allalah

kehendaknya kamu berharap.

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,

kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juni 2011

Penulis

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma :

Nama : Lilik Adi Septo Nomor Mahasiswa : 051334073

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG JTUA.

. Beserta pangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis tampa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian penyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 10 Juni 2011 Yang menyatakan

(11)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN

TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus pada Siswa SMA N Megang Sakti

Lilik Adi Septo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa; (2) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau daari jenis pekerjaan orang tua; (3) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMU N Megang Sakti, Jalan Kebun Kulim Megang Sakti, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, waktu penelitian adalah 1 Februari sampai 30 Maret 2011. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS sebanyak 154 dengan jumlah sampel 105 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan analisis chi kuadrat.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa mempengaruhi persepsi siswa terhadap profesi guru (χ2hitung = 5,525 > χ2tabel = 3,84); (2) tidak ada

perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (χ2hitung = 0,02 < χ2tabel =3,84); (3) ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi

guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa (χ2hitung = 5.1777 > l χ2tabel =

(12)

ABSTRACT

STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THE STUDENTS’ LEARNING

ACHIEVEMENT, PARENTS’ OCCUPATION, AND LEVEL OF PARENTS’ EDUCATION

A Case Study on the Students State Senior High School in Megang Sakti

Lilik Adi Septo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

This research intends to know whether there is different perception between the students’ perception and the profession of teacher perceived from : (1) the students’ learning achievement; (2) the type of parents’ occupation; (3) the level of education of students’ parents’.

This research was conducted in Megang Sakti State Senior High School, Kebun Kulim Street, Megang Sakti, Megang Sakti Subdistrict, Musirawas Regency, South Sumatra Province. The research was conducted from February 1st to March 30th, of 2011. The population of this research was 105 students of XI grade of Social Science. The technique of gathering samples in this research was proportional random sample. The techniques of data collection were statistic descriptive and chi-square analysis.

The result of this research shows: (1) there is difference between the students’ perception and teachers’ profession pareceived from the students’ learning achievement (χ2 count = 5.525 > χ2 table = 3.84); (2) There is different

between the students’ perception and the profession of teacher perceived from the type of parents’ occupation (χ2count = 0.02 < χ2table =3.84); (3) There is differerent

(13)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

karunianya dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI

PRESTASI BELAJAR, PENDIDIKAN ORANG TUA, DAN TINGKAT

PENDIDIKAN ORANG TUA di SMA Megang Sakti.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak. oleh karena itu penulis mengucapkan

terimakasih yang terhingga kepada :

a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk

belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis

b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma

d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

(14)

e. Bapak Drs. Fx. Muhadi, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah bersedia

menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti

dalam membimbing penyelesaian skripsi.

f. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. dan Ibu Rita Eni Purwanti,

S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan, memberi kritik, dan saran untuk kesempurnaan

skripsi ini.

g. Segenap staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi atas ilmu

yang telah diberikan melalui perkuliahan

h. Dosen-dosen pengampu mata kuliah Program Pendidikan Akuntansi yang

telah memberikan bayak pengetahuan dalam proses perkuliahan.

i. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

membantu proses kelancaran dalam proses belajar selama ini.

j. Kepala sekolah dan para guru di SMA Megang Sakti atas bantuan dan

keramahtamaan selama melakukan penelitian

k. Seluruh keluargaku : bapak, ibu atas segala dukungan doanya dan

kesabaran sampai sekarang, adikku Rina, Riska ( santai bae aku lulus

tahun ini )

l. Saudara-saudaraku tercinta Rina, Riska, Agong, Adi, Ari, Darto, Darti

terimakasih atas dukungannya dan doanya sehingga skripsi ini dapat

(15)

m. Teman-teman seperjuangan waktu pendadaran : okta, ela, eka, budiman,

wawan, vina, terimakasih atas dukungannya sehingga kita bisa lulus

sama-sama

n. Teman-teman PAK’A dan PAK’B 05 Pendidikan Akuntansi yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungannya dan

kebersamaanya

o. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

HALAMANA JUDUL

……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

………. ii

HALAMAN PENGESAHAN

……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

………... iv

MOTTO

………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

……… vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

……… vii

ABSTRAK

………. viii

ABSTRACT

……… ix

KATA PENGANTAR

………... x

DAFTAR ISI

……….. xiii

DAFTAR TABEL

……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN

………. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B.

Rumusan Masalah………. 8

C.

Tujuan Penelitian………... 8

(17)

A. Kajian Teoritik……….

10

1.

persepsi………...

10

2.

Profesi guru………..

16

3.

Prestasi belajar………..

27

4.

Pekerjaan orang tua………... 31

5.

Tingkat pendidikan orang tua……… 33

B.

Kerangka Berpikir……… 36

1.

persepsi terhadap profesi guru ditinjau

dari prestasi belajar siswa……….. 36

2.

persepsi terhadap profesi guru ditinjau dari

jenis pekerjaan orang tua………... 38

3.

persepsi terhadap profesi guru ditinjau dari

tingkat pendidikan orang tau……….. 41

C.

Hipotesis………... 43

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian……… 44

B.

Tempat dan Waktu Penelitian………. 44

C.

Populasi dan Sempel……… 45

D.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya……….. 46

E.

TeknikPengumpulanData………. 50

(18)

G.

Teknik Analisis Data……... ……… 56

BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN

A.

Gambaran Umum Sekolah ……….. 60

1.

Data kelembagaan sekolah………... 60

2.

Sejarah singkat SMA N Megang Sakti………. 60

3.

Personalia dan Tugasnya……….. 61

4.

Sarana Sekolah………. 74

BAB V ANALISIS DATA DAN PERSEMBAHAN

A.

Diskripsi Data ……….. 77

1.

Data persepsi responden terhadap profesi guru ………... 77

2.

persentase persepsi siswa terhadap profesi guru ………. 83

B.

Uji Hipotesis ……… 89

1.

Perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau

dari prestasi belajar siswa ………... 89

2.

perbedaan persepsi siswa tehadap profesi guru ditinjau

dari jenis pekerjaan orang tua………... 94

3.

perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau

dari tingkat pendidikan ……… 96

C.

Pembahasan ………. 103

(19)

2.

perbedaan persepsi siswa tehadap profesi guru ditinjau

dari jenis pekerjaan orang tua………... 102

3.

perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau

dari tingkat pendidikan………. 104

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan……….. 107

B.

Keterbatasan Penelitian ……….. 108

C.

Saran ……….... 108

DAFTAR PUSTAKA

………... 110

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru……….. 48

Tabel 3.2 Uji Validitas Untuk Persepsi Siswa Terhadap Peofesi Guru……… 53

Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Guru……….. 63

Tabel 4.2 Daftar Nama Wali Kelas……….. 65

Tabel 4.3 Jumlah Siswa……… 68

Table 5.1 Data Responden Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari

Prestasi belajar siswa……… 79

Tabel 5.2 Data Responden Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari

Jenis Pekerjaan Orang Tua……… 80

Tabel 5.3 Data Responden Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari

Tingkat Pendidikan Orang Tua………. 82

Tabel 5.4 Persentase persepsi responden terhadap profesi guru……….. 84

Tabel 5.5 Persentase persepsi responden terhadap profesi guru

Ditinjau Dari Prestasi belaja Siswa………...…………. 85

Tabel 5.6 Persentase persepsi responden terhadap profesi guru

Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan Orang Tua………...…… 87

(21)

Tabel 5.9 Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari

Prestasi Belajar siswa………... 92

Tabel 5.10 Daftar Interprestasi Nilai C………. 95

Tabel 5.11 Daftar Kontigensi ditinjau Dari Perbedaan Pekerjaan Orang Tua..…… 96

Tabel 5.12 Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari

Pekerjaan Orang Tua…..……… 97

Tabel 5.13 Daftar Kontigensi ditinjau Dari Perbedaan Tingkat

Pendidikan Orang Tua………....…… 99

Tabel 5.14 Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari

Pendidikan Orang Tua...……… 100

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 112

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas………... 117

Lampiran 3 Daftar Responden SMA Megang Sakti……… 121

Lampiran 4 Data Induk Penelitian……….. 125

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian………. 132

Lampiran 6 Nilai r product moment……… 133

Lampiran 7 Nilai Chi kuadrat………. 134

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan yang penting bagi

peningkatan sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi

mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan yang rendah di

Indonesia membuat pembangunan suatu bangsa menjadi terganggu.

Bidang pendidikan menempati posisi paling tinggi bagi pembangunan

suatu bangsa dibandingkan bidang – bidang lain.

Salah satu faktor yang dianggap cukup signifikan dalam

mendongkrak mutu pendidikan adalah menigkatkan kualitas guru.

Kualitas guru pada kenyataannya sangat bervariasi. Guru yang

berkualitas akan mempertinggi kinerja sebagai seorang guru yang

berprofisional. Kinerja guru yang baik tentu saja harus dihargai dengan

memperhatikan kesejahtreaan guru.

Kondisi yang nyata terjadi dilapangan memperlihatkan bahwa

penghargaan terhadap jabatan profesi guru belum sejajar dengan profesi

lain seperti notaries, dokter, pengacara dll. Untuk itu banyak guru yang

kurang banga dengan predikat mereka, sebab penghargaan terhadap

profesi kini secara ekonomi tergolong kecil sehingga banyak yang tidak

mau menjadi guru. Jika pemikiran opini ini berkembang dalam

(24)

tidak terlalu cerdas karena orang – orang yang cerdas lebih memilih

profesi lain yang menurut opini masyarakat cukup menjanjikan. Padahal

peran guru menentukan perjalanan bangsa kita. Guru tak bisa lagi

dihibur dengan gelar ‘ pahlawan tanpa tanda jasa ‘ yang identik dengan

keperhatinan. Keperhatinan ini juga berkaitan dengan minimnya gaji

yang diterima oleh guru, yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup

minimum.

Pada jaman pra – kemerdekaan RI status profesi guru sangat tinggi

dan sangat dihormati. Guru dipandang sebagai pemimpin masyarakat

yang disegani dan mempunyai status ekonomi yang relatif tinggi, baik

pada jaman penjajahan Belanda maupun pada jaman penjajahan Jepang.

Dalam masa awal kemerdekaan, para guru dihormati bukan saja

berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi karena ikut

menjadi tentara rakyat dan berperang mengusir penjajah. Paska

kemerdekaan, sampai awal tahun 1950-an, citra dan status profesi guru

dalam masyarakat juga masih tinggi. Para guru masih dilahat dan

diperlakukan bukan hanya sebagai pendidik yang pantas digugu dan

ditiru, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang terhormat.

(Sudarminto, Basisn No 01-02, 19988).

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya

membentuk watak bangsa melalui pengembangan nilai – nilai dan

kepribadian. Hal itu menunjukan bahwa guru mempunyai peranan yang

(25)

atau bangsa. Dari segi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat

Indonesia tetap dominan dan tidak dapat digantikan sekalipun teknologi

yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sangat pesat

berkembang. Hal ini disebabkan karena proses pendidikan atau proses

pembelajaran yang diperankan oleh guru yang menyagkut pembinaan

sifat mental manusia yang menyagkut pembinaan sifat mental manusia

yang bersifat unik.

Dipedesaan guru merupakan sumber ,,segalanya,, Mereka bukan

hanya guru di sekolah melainkan guru masyarakat. Guru memegang

peranan kepoloporan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Apapun yang

dilakukan melalui dari PPK, koperasi desa, pemilihan kades sampai

pemilu hampir dipastikan guru yang lebih dulu tampil. Kepercayaan

masyarakat dan pemerintah sangat tinggi terhadap guru terbukti dari

dijadikannya guru sebagai mitra dalam berbagai kegiatan di pedesaan

dan kecamatan.

Guru tidak hanya diperlakukan oleh para murid di ruang kelas, tetapi

juga diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka

permasalahan yang dihadapi. Masyarakat menepatkan guru pada

kedudukan yang tinggi, yaitu didepan memberi teladan, ditengah -tengah

membangun serta dibelakang memberikan dorongan dan motivasi. Ing

ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa tut wuri handayani.

Kedudukan seperti ini merupakan penghargaan masyarakat yang tidak

(26)

mengembangkan prestasi bukan saja didepan kelas, tidak saja

dibatas-batas pagar sekolah, tetapi juga ditengah –tengah masyarakat (Nani

Soedarsono, Suara Daerah, No. 185. 1986 )

Pada saat para guru memperbaiki citra profesinya yang semakin

terpuruk, ada sebagian oknum guru yang melanggar atau menyimpang

dari kode etikanya. Masyarakat tidak dapat membenarkan

pelangaran-pelangaran seperti berjudi, mabuk – mabukan, pelangaran-pelangaran seks, korupsi

dll, namun kalau guru yang melakukan maka dianggap sangat serius.

Aneh kesalahan kecil apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi

yang begitu hebat dimasyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan

adanya sikap demikian menunjukan bahwa guru saharusnya menjadi

panutan bagi masyarakat disekitarnya. Dimana dan kapan saja ia akan

selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan

yang dapat ditiru oleh masyarakat.

Prefesi guru pada saat ini banyak dibicarakan orang, hampir dalam

setiap hari dalam media masa cetak maupun elektronik memuat berita

tentang guru. Ironisnya berita – berita yang dimuat tersebut banyak yang

cendrung melecehkan posisi guru dan cendrung kehal – hal negatip

seperti keluh kesah, ketidakmampuan atau ketidak berdayaan, hal seperti

ini lambat laun menumbuhkan citra bahwa guru itu identik dengan

kesengsaraan, kelemahan, kekurangan, ketidakmampuan dan

(27)

Pandangan tentang citra guru sebagai orang yang wajib digugu

(dipatuhi) dan ditiru (diteladani) tampa reserve perlu diragukan

ketepatannya. Konsep keguruan yang klasik tersebut mengandaikan

pribadi guru serta perbuatan keguruanya adalah tampa cela, sehinga

pantas hadir sebagai manusia model yang ideal. Hal ini tidak sesuia

dengan kennyataan. Jadi citra guru wajib digugu dan ditiru tampa

reserve tersebut perlu disikapi secara kritis dan realitas. Benarkah bahwa

guru dituntut menjadi teladan bagi siswa dan orang – orang

sekelilingnya, tetapi guru adalah orang yang tidak bebas dari cela dan

kelemahan. Citra guru sempurna dan ideal, selama merupakan cita – cita

(A.Samana, 1994 : 25 ).

Tinggi rendahnya citra suatu profesi biasanya berkait erat dengan

status sosial ekonomi pemegang profesi yang bersangkutan. Pada saat

pra-kemerdekaan, status sosial ekonomi profesi guru cukup tinggi.

Mereka mendapat imbalan jasa yang memadai untuk hidup sejahatra

bersama keluarganya. Pada ini rendanya status ekonomi profesi guru

ikut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan merosotnya citra

profesi guru di Indonesia.

Namun dibalik keteladan yan diberikan guru kepada masyarakat,

terdapat keperhatinan yang menimpa para guru yang relatif rendah.

Masalah ekonomi tersebut mempengaruhi para guru dalam menjalankan

tugas pokoknya. Secara sederhana kita dapat memperkirakan bahwa

(28)

bila beban ekonomi keluarganya secara minimal sudah terpenuhi.

Sebaliknya bila beban itu tidak dipenuhi, kosentrasi dalam menjalankan

tugas biasa terganggu. Jadi tingkat kesejahatraan para guru memberikan

dampak secara sosial-psokologis pada mereka.

Merebaknya sikap meterialisme dan konsumerisme yang cendrung

menghargai orang berdasarkan kekutan ikut memperparah keadaan.

Masyarakat menilai suatu suatu profesi dari imbal jasa yang diterima.

Akibatnya kewibawaan para pendidik dimata masyarakat merosot. Para

murid dan orang tua mereka juga terhinggapi sikap materialisme dan

konsumerisme. Mereka cendrung kurang menghargai dan menghormati

sungguh – sungguh para guru. Sehinga hubungan antara guru dan murid

semakin kurang menampakan hubungan antar pribadi antara pendidik

dan peserta didik, tetapi digantikan hubungan fugsional antara orang

yang menjual jasa dan membelinya.

Selain itu, dampak secara tidak langsung ialah profesi keguruan

tidak cukup diminati dan menarik bagi generasi muda mulai dari SMA

sampai alumni yang secara intelektual unggul dan berasal dari status

ekonomi yang tinggi. Generasi muda yang berintelegensi unggul lebih

memilih bidang-bidang lain selain guru, karena profesi tidak banyak

menjajikan dilihat dari ekonomi maupun gegsi. Banyak generasi muda

yang menganggap dengan menjadi guru maka masa depan tidak cerah,

akibatnya sedikit siswa yang berprestasi tinggi mau menjadi guru.

(29)

sedang bahkan kurang. Sebagai konsekuensi logisnya kualitas guru

sedang bahkan diragukan keprofesionalismenya karena guru kurang

menguasai materi dengan bidang.

Setelah fenomena diatas, maka penulis merasa tertarik untuk

mengetahui secara nyata, jelas dan secara dekat kenyataan sebenarnya

mengenai presepsi siswa terhadap profesi guru. Dari persepsi siswa baik

yang positif dan negatif terhadap profesi guru akan berpengaruh pada

diri siswa yaitu akan mengakibatkan atau justru melemahkan tugas

mulianya dalam dunia pendidikan.

Berawal dari posisi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan

siswa lebih termotivasi untuk menjadi seorang guru, sikap positif siswa

terhadap profesi guru akan mempengaruhi sikap siswa terhadap profesi

guru. Ini merupakan peluang besar terciptanya proses belajar-mengajar

yang berhasil dan pada akhirnya akan tercipta hasil pendidikan yang

berkualitas tinggi.

Sedangkan dari persepsi negatif siswa terhadap profesi guru yang

akan berpengaruh pada tidak termotivasinya untuk tidak menjadi

seorang guru yang baik bahkan tidak berkeinginan untuk menjadi guru.

Oleh karena hal – hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

(30)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru antara

siswa yang mempunyai prestasi belajar tinggi dengan dengan

mempunya prestasi belajar rendah ?

2. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru antara

siswa yang orang tuanya berprofesi guru dan orang tuanya berprofesi

bukan sebagai guru ?

3. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru antara

siswa yang orang tuanya pendidikan tinggi dan pendidikan rendah ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan

tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu :

1. Untuk megetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru

antara siswa yang mempunyai prestasi belajar yang tinggi dengan

mempunyai prestasi belajar rendah.

2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru

antara siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai guru dan orang

(31)

3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru

antara siswa yang mempunyai orang tua yang pendidikan tinggi dan

berpendidikan rendah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang

berkepentingan dengan hasil penelitian antara lain.

1. Bagi Guru dan Siswa

Untuk memberikan gambaran yang konkret mengenai persepsi siswa

terhadap guru. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukan untuk memperbaiki citra guru dan menumbuhkan minat

siswa untuk menjadi guru.

2. Bagi Pemerintah

Untuk memberikan masukan bagi pemerintah supaya lebih

memperhatikan profesi Guru

3. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis tentang profesi guru.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Untuk menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik 1. Persepsi

Sejak dilahirkan, manusia secara langsung telah berhubungan

dengan dunia luar. Sejak itu pula seseorang akan menerima stimulus atau

rancangan dari luar di samping dari diri sendiri. Proses terjadinya persepsi

adalah adanya obyek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan

tersebut berhubungan dengan alat indera. Rangsangan atau stimulus yang

diterima oleh alat indera dilanjutkan ke syaraf otak, kemudian terjadilah

suatu proses di otak sehingga individu dapat menyadari apa yang dia

terima.

Menurut Ign. Masidjo (1995:96) tingkah laku dalam tingkatan

persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang

tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara

ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini

dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan

hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang

ada.

Menurut Thoha (1983:138), persepsi adalah proses pemahaman

yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang

(33)

pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik

terhadap situasi. Sejalan dengan pendapat ini, Davidoff (1981:232)

menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai proses pemahaman yang

terorganisir dan menggabungkan data-data indera untuk dikembangkan

sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita. Dalam

pengantar psikologi umum, Walgino (1994) menyebutkan bahwa bahwa

sekalipun stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman berbeda

maka ada kemungkinan hasil persepsi akan tidak sama. Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:675), persepsi adalah

tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui

beberapa hal melalui panca inderanya.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah pemahaman, menerima, pengorganisasian dan

menginterpretasikan rangsangan dari lingkungan melalui panca indera

sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.

Dalam kennyataannya setiap orang dihadapkan pada sejumlah

besar objek dan pristiwa. Objek dan peristiwa itu tidak mempunyai arti

apa-apa jika orang yang tidak menginterprestasikan atau menafsirkannya.

Persepsi terhadap suatu abjek dan peristiwa belum tentu sama antara satu

individu dengan individu yang lain. Walaupun objek dan peristiwa itu

sama dan disampaikan oleh orang yang sama pula, tetapi hal ini tidak

berarti persepsi orang yang satu dengan yang lainnya tidak mugkin terjadi

(34)

positif atau negatif tergantung dari cara ia memandang atau

mempersepsikan profesi guru.

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tetapi ada

faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor – faktor-faktor inilah yang menyebabkan

mengapa dua orang yang melihat suatu objek atau peristiwa mugkin

memberi interprestasi yang berbeda tentang yang lainnya.

Faktor-faktor yang mempengauhi persepsi, menurut Sheldon

S.dan Timoti W. Cestella (Via Thoha, 1983 : 158). Ada dua hal yang

mempengaruhi persepsi :

1. Orang yang melihat atau dinilai dalam hal ini siswa (perceiver)

a. Belajar atau pemahaman dalam pesepsi

Faktor – faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian

kepada suatu objek sehinga menimbulakan adanya persepsi adalah

didasarkan dari kekomlekan kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan ini

selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivsi yang

dipinya pleh masing – masing orang. Misalnya seorang anak muslim

yang semenjak kecil telah diajari oleh orang tuanya untuk mengenal

bahwa daging babi itu haram dimakan, maka sampai tersebut sampai

dewasa akan mempunyai persepsi bahwa daging babi itu perlu

dijauhi. Persepsi seperti ini dibentuk dari proses pemahaman atau

belajar, tetapi berbeda dengan anak kristen yang tidak menajiskan

(35)

b. Motivasi dan persepsi

Motivasi merupakan sebab – sebab yang menjadi dorongan

atau tindakan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka

memenuhi kebutuhan yang dirasakan (Muhyadi, 1989 : 248).

Biasanya orang yang mempunyai keinginan untuk memperoleh

sesuatu, didalam dirinya akan terdapat suatu dorongan yang kuat

untuk mencapai keinginan itu. Motivasi dan kepribadian pada

dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya

juga mempunyai dampak yang sangat penting dalam pemilihan

persepsi. Misalnya, seseorang sudah sangat lapar akan kurang

memperhitungkan apakah makanan yang tersedia dihadapannya enak

atau tidak, yang penting baginya ialah kesempatan untuk

menghilangkan rasa laparnya. Sebaliknya orang yang tidak lapar,

karena baru makan beberapa waktu yang lalu akan

mempertimbangkan lain. Jelaslah bahwa kedua orang yang melihat

benda yang sama, mempunya persepsi yang berbeda tentang

makanan.

c. Kepribadian dan persepsi

Kepribadian adalah kumpulan dari sejumlah karakteristik,

sifat, sikap dan nilai – nilai yang dianut seseorang yang

membedakannya dengan orang lain (Muhyadi, 1989 : 245). Apabila

seseorang melihat suatu dan berusaha memberikan interprestasi

(36)

sifat, sikap dan nilai yang dianut oleh individu yang bersangkutan.

Misalnya seseorang mahasiswa yang ingin memperoleh sebanyak

mugkin materi pelajaran dari perkulian akan merasa senang

mengajukan banyak pertannyaan kepada dosen pada waktu kuliah

berlangsung. Untuk memudahkanya melakukan hal itu mahasiswa

tersebut berusaha menempati kursi yang sedekat mugkin dengan

tempat dimana dosen berada karena dengan demikian apabila ia

mengacungkan tangan untuk bertanya, dosen akan mudah melihatnya

dan mempeberikan kesempatan kepadanya untuk mengajukan

pertanyaannya. Sebalinya, Seseorang mahasiswa lain yang pemalu

akan segan bertannya dan segan pula ditannya. Dengan karakteristik

demikian, mahasiswa yang bersangkutan akan berusaha memilih

tempat duduk sejauh mugkin dari tempat duduk dosen sehingga ia

merasa tidak perlu bertannya dan baginya tidak menjadi soal, bahkan

akan senag apabila ia tidak pernah ditannya.

2. Karakteristik orang yang dilihat atau dinilai (perceived) yang

dimaksud adalah guru :

a. Artibulasi

Artibulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang

mencari kejelasan sebab – sebab dari prilaku yang lain. Seseorang

tersebut tidak hanya tertarik mengamati prilaku dalam organisasi saja,

(37)

oleh persepsi mereka bahwa orang lain itu bertanggung jwab atas

prilakunya. Contoh perbuatan artubulasi adalah seseorang juru rawat

yang memecahkan botol- botol obat yang dibawa, karena terpeleset

lantai licin yang baru dipel bisa dimaafkan dan barang kali dia bisa

dipecat jika pecahnya botol karena kesengajaan. Proses artibulasi ini

sangat bermanfaat karena meneliti sebab – sebab terjadinya suatu

prilaku yang diharapkan persepsi terhadap orang lain sesuai.

b. Stereotype(meniru)

Strereotype adalah suatu proses yang cendrung melihat orang

lain sebagai suatu bagian dari suatu kelas/kategori. Selain itu didalam

stereotype ini terdapat suatu persetujuan umum atas sifat-sifat yang

disandang dan timbulnya suatu perbedaan antara sifat yang disandang

dengan sifat yang senyatanya. Hal ini mengakibatkan suatu kenyataan

bahwa suatu stereotype bisa bersifat menyenangkan dan bisa tidak

menyenangkan. Seseorang yang pernah sekolah tentu mempunyai

gambaran tentang profesi guru. Ternyata banyak kesamaan mengenai

gambaran orang pada umumnya tentang guru sehingga terbentuklah

stereotype guru. Walaupun gambaran tentang guru itu tidak lengkap

dan mugkin juga tidak benar seluruhnya, namun orang akan

berinteraksi dengan guru berdasarkan stereotype guru itu, misalnya

guru wanita, bersifat lebih serius, bepakaian selalu sama, dan eggan

mengikuti mode, walaupun pada kenyataannya banyak berpendapat

(38)

dengan sifat senyatannya, tetapi proses semacam ini berlagsung

didalamnya menimbulkan persepsi. Sehingga proses stereotype ini

sangat besar pengaruhnya didalam menimbulkan suatu persepsi

seseorang.

c. Hallo effect

Hallo effect dipergunakan untuk menilai seseorang

berdasarkan atas salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai.

Misalnya kerajinan, kecerdasan, penampilan, kerjasama dan lain

sebagainya. Satu sifat yang kebetulan dilihat oleh penilai dapat

menutupi sifat – sifat lainya. Hello effect ini mempunyai pengaruh

yang besar sekali terhadap persepsi.

2. Profesi Guru.

Guru adalah salah satu bagian dalam kegiatan belajar mengajar

dan memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran,

sebab fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan,

dan mengevaluasi pembelajaran. Guru merupakan profesi yang

jabatannya atau pekerjaan yang memerlukan keahlihan khusus sebagai

guru (Uzer Usman).Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan

anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.

(39)

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan

pendidikan profesi. Menurut Susanto (2002:28), profesional adalah

pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan

khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut dan guru profesional adalah

orang yang memiliki kemampun khusus dalam bidang keguruan sehingga

guru mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampun yang

maksimal.

a. Hak dan Kewajiban Guru

Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai

pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:

1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan

memadai

2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja

3) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas

4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual

5) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas

(40)

Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru

sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk:

1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis dan dialogis.

2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan

mutu pendidikan.

3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

b. Peranan guru

Menurut Peter F. Oliver dalam Piet A Sahertian (1990:36),

guru mempunyai peranan sebagai berikut:

1) Guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai

penyampai informasi disebut juga sebagai penceramah pada

zaman itu

2) Guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap

sebagai manusia sumber. Melalui guru dan dari guru

pengetahuan disampaikan kepada anak didik.

3) Guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai

lingkungan untuk belajar, memperlengkapi berbagai sumber

yang membantu siswa untuk dapat belajar.

4) Guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi

(41)

5) Guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru

berperan sebagai master ceremony, pemimpin dalam

kelompok, yang menstimulir gejala-gejala untuk belajar

bersama dalam kelompok belajar, memandang gejala-gejala

sehingga semua berpartisipasi bersama.

6) Guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang

dengan bermacam cara.

7) Guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media

belajar yang disediakan.

8) Guru sebagai pembina laboratorium. Guru meletakkan

berbagai pendekatan dalam menyajikan pelayanan.

Maksudnya eksperimen dalam proses mengajar menyusun

berbagai kegiatan penelitian oleh siswa melalui observasi dan

mencatat hasil observasi dengan demikian anak ikut aktif

memecahkan.

c. Kode etik guru

Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam

menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan

profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru

yang berisi sebagai berikut (Samana, 1994:117):

1) Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk

manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

(42)

3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik

sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang

menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa

tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7) Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan

dan kesetiakawanan sosial.

8) Guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan

mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan

pengabdian.

9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam

bidang pendidikan.

d. Prinsip guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005

tentang guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan

bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip

sebagai berikut:

(43)

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia

3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan

sesuai dengan bidang tugas

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang

tugas

5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan

prestasi kerja

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan

guru.

Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara

demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

(44)

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menurut

keahlian yang khas dari para anggotanya. Keahlian yang khas tersebut

tentunya tidak memilki oleh anggota profesi lain, sebab keahlian dan

keterampilan yang dimiliki oleh suatu profesi merupakan hasil pendidikan

dan pelatihan atau melalui suatu proses profesionalisasi dalam program

pendidikan dan pelatihan yang terancana, begitu pula dengan profesi

kependidikan.

B.J Chandler menegaskan bahwa profesi mengajar adalah suatu

jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan itu memerlukan

kelengkapan mengajar dan keterampilan yang menggambarkan bahwa

seseorang melakukan tugas mengajar yaitu membibing manusia.(Piet

Sahertian, 1994: 96).

Apabila dilihat dari ciri – ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri –

ciri (Dedi Supriadi, 1999 : 96) sebagai berikut :

a. Pekerjaan itu lebih mementingkan pelayanan kemanusian dalam

mengapdi kemasyarakat

b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat

pendidikan, latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam

lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggug jawabkan

c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu

d. Ada kode etik yang menjadi pedoman prilaku anggotanya beserta

(45)

e. Anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh

imbalan finansial atau materiil

Sebagai bahan pembandingan, berikut ini disajikan pula ciri ciri

profesi yang dikemukakan oleh Robert W. Richey. (Suharsimi Arikunto,

1990: 235) yaitu sebagai berikut :

a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusian yanfg ideal

dibandingkan dengan kepentingan pribadi

b. Seorang pekerja profisional, secara relatif memerlukan waktu yang

panjang untuk mempelajari kosep – konsep serta prinsip – prinsip

pengetahuan yang khusus yang mendukung keahliannya

c. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap

dan cara kerja

d. Memiliki kualitifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta

mampu menggikuti perkembangan dan pertumbuhan jabatan

e. Membutuhkan suatu kegiatan intlektual yang tinggi

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan staandar pelayanan,

disiplin dari dalam profesi, serta kesejahatraan anggotanya

g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan

kemandirian

h. Memandang profesi sebagai suatu karir hidup dan menjadi seorang

anggota yang permanen

Dari ciri – ciri profesi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

(46)

berbeda dengan pekerjaan – pekerjaan lainya karena fungsi sosialnya

yaitu pengabdian pada masyarakat. Selain itu adanya kompetensi agar

profesi tersebut dapat dilaksanakan fugsinya. Hal ini diperlukan adanya

pengetahuan dan keterampilan khusus untuk melaksanakan fungsi

tersebut. Selain itu suatu profesi menerima imbalan berupa finansial

ataupun materiil. Profesi guru adalah suatu contoh suatu profesi seseorang

yang telah mantap dalam memilih profesinya, dalam hal ini profesi guru.

Ia tidak ragu – ragu lagi untuk mengejar karier dalam bidangnya. Dengan

jalan mengabdi sepenuh hati pada tugasnya, prestasinya dalam profesi itu

yang akan membawa kepada jenjang karier yang diharapkan dalam

hidupnya. Saat itulah seseorang guru memperoleh kepuasan dan

kebahagian hidup sebagai hasil pemilihan profesi yang mantap.

Amstrong mengemukan bahwa tanggung jawab guru dibagi dalam

lima katagori, yaitu : tanggung jawab dalampengajaran, tanggung jawab

dalam memberikan bimbingan, tanggung jawab dalam mengembangkan

kurikulum, tanggung jawab dalam mengembangkan profesi dan tanggung

jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.

Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam

perancanaa dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut

memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar,

disamping menguasai ilmu atau bahan yang diajarkan kepada siswa, guru

(47)

kemampuan penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu pengetahuan

sangat menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai oleh siswa.

Guru harus selalu belajar supaya ia mempunyai bekal yang cukup

dalam rangka mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki

supaya apa yang ia transformasikan betul – betul dimiliki oleh siswa.

Guru sebagai mengajar harus mampu membantu perkembangan siswa

untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan.

Guru sebagai pembibing memberitekanan kepada tugas

memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang

dihadapi.tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya

berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyagkut

pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai – nilai para siswa.

Setiap siswa merupakan pribadi yang unik. Setiap siswa

mempunyai ciri, sifat bawaan, latar belakang kehidupan, minat,

kemampuan, dan motivasi yang berbeda-beda. Di sinilah peran guru

sebagai pembibing yang dapat menolong siswa agar mampu menolong

siswa dalam setiap masalah yang dihadapi.

Tanggung jawan dalam mengembangkan kurikulum mengandung

arti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru dan

menyempurnakan praktek mengajar. Selain itu guru dituntut untuk

mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai – nilai oyang terkandung

(48)

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya

ialah tuntutan dan pangilan untuk selalu mencintai, menghargai,menjaga,

meningkatkan tugas serta tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu

guru dituntut agar selalu menigkatkan pengetahuan dan kemampuannya

dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian

khusus sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang – bidang

tertentu belum dapat disebut sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa

dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan

kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.

Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat

berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian

dari masyarakt. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru atau

pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Untuk itu guru

dituntut untuk dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat

dalammeningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Selain itu

guru harus dapat membina hubungan baik dalam masyarakat.

Seorang guru yang harus memiliki kepribadian yang patut

diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro: Ing

ngarsosung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Baik

(49)

Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik

dengan murid – muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan

anggota masyarakat dilingkungannya. Misi yang diemban guru adalah

misi kemanusian yaitu misi yang bertugas dalam pengabdian masyarakat.

3. Prestasi belajar

a. Pengertian belajar

Seseorang dikatakan telah belajar jika didalam dirinya telah

terjadi peribahan tertentu, misalanya semula tidak dapat membaca

menjadi dapat membaca. Tetapi tidak semua perubahan dapat disebut

sebagai hasil belajar misalnya bayi yang belum bisa duduk menjadi

bisa duduk, perubahan ini menjadi karena kematangan. Pengertian

belajar menurut beberapa ahli :

1. Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuian tingkah laku

yang berlangsung sera prigresif (Barlow, 1985)

2. Menurut Chaplin dalam Dictionary Of Psychology membatasi

belajar dengan rumusan :

a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif

menetap sebagai akibat latihan dn pengalaman

b. Belajar adalah proses memperoleh respon – respon sebagai

akibat adanya latihan khusus

c. Belajar adalah suatu bentuk perubahan atau perubahan dalam

(50)

laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar

Hamalik)

b. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari yang telah

dilakukan atau dikerjakan (kamus besar bahasa indonesia)

Menurur Purwodarminto, prestasi adalah suatu hasil yang

telah dicapai (dilakukn/dikerjakan)selain dengan itu Winkel

mengatakan bahwa prestasi merupakan bukti usaha yang dicapai

(Winke, WS, 1989 : 161)

Abila prestasi belajar diartikan dengan belajar maka ia akan

memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan didalam diri

pelajar, dimana ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak

diketahui. Setiap orang mempunai hasil yang berbeda – beda dari apa

yang elah dipelajari.keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat

dilahat dari prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat

diketahui dari hasi evaluasi belajar. Evaluasi usaha penilaian terhadap

suatu hal, bisa dari segi tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja

dan metode pemecahan (Nana Sudjana, 1990 : 28 )

Uasaha mengevaluasi belajar biasanya dilakukan dengan

mengadakan pengukuran dalam bentuk ujian tertulis , lisan maupun

praktek,yang kemudian diberi skor, yang bisanya berwujud angka.

(51)

yang diwujudkan dalam bentuk angka – angka yang disebut prestasi

belajar. (Marsuh, 1975 : 1)

c. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

(Roestiyah N. K, 1982 : 159 )

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri

anak itu sendiri. Faktor internal diantaranya sebagai berikut :

a) Tujuan belajar yang jelas dari siswa

Siswa menganggap dirinya masuk sekolah lanjutan sekedar

memenuhi ajaran orang tua atau sekedar menggunakan waktu

senggang dan hanya sekedar jaga gengsi melanjutkan sekolah dengan

masud agar memperoleh hadia sepeda bagus atau mugkin ada yang

berpendapat bahwa sekolah lanjutan tempat pergaulan siswa. Jadi

seseorang yang akan belajar harus mempunyai tujuan yang jelas jika

ingin prestasinya baik.

b) Minat terhadap bahan pelajaran

Minat menentukan sukses atau gagalnya kegiatan seseorang

siswa. Dalam mengikuti pelajaran disekolah lanjutan setiap siswa

hendaknya mempunyai minat terhadap pelajaran yang diikutinya.

Kurang minat belajar berpengaruh terhdap prestasinya.

(52)

Badan yang sehat akan lebih menguntungkan bagi setiap

orang. Dengan badan yang sering sakit-sakitan dan kurang tenaga dan

serta kurang vitamin merupakan faktor penghambat kemajuan belajar

seseorang. Adanya ganguan emosional tidak tenang, khawatir, mudah

tersinggung, hal tersebut akan menjadikan kegiatan terganggu.

d) Kecakapan mengikuti pelajaran

Cakap mengikuti pelajaran apabila siswa mengikuti hal – hal

yang diajarkan dan kemudian akan menambah pengeahuan yang lebih

luas untuk bisa memahami dan mengerti isi pelajaran diperlukan

perhatian dan kosentrasi, menanggapi secara kritis apa yang diajarkan,

sebelum menggikuti pelajaran lebih dahulu membaca pokok – pokok

yang diajarkan kegagalan atau hambatan dalam kemajuan belajar

sering diebabkan karena siswa kurang cakap dalam mengikuti

pelajaran dengan baik.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si anak

faktor eksternal ini diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Faktor yang berasal dari lingkungan keluarga misalanya cara

orang tua mendidik anak, suasana keluarga,keadaan sosial

ekonomi keluarga

b) Faktor yang datang dari masyarakat misalanya cara hidup

(53)

c) Faktor yang datang dari lingkungan sekolah, misalanya cara guru

menyampaikan pelajaran, standar pelajaran, perpustakaan sekolah

4. Pekerjaan Orang Tua

Menerut kamus besar Bahasa Indonesia pekerjaan pencarian

adalah apa yang dijadikan pokok kehidupan suatu yang dilakukan untuk

mendapatkan nafkah. Depdikbud, KBBI (1998: 4289). Pekerjaan atau

jabatan dikelompokan atau dogolongkan dan disesuaikan dari pekerjaan

terendah sampai tertinggi.

Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dapat

digolongkan menjadi 9 golongan (Spillane, 1982:14 dalam Yektiningsih,

2008) yaitu sebagai berikut :

Golongan A terdiri dari mandor, pedagang, pegawai kantor,

pegawai sipil ABRI, pemilik perusahaan/toko/pabrik/perikanan, pemilik

bus/colt, penggarap tanah/ pengawas keamanan, petani pemilik tanah,

peternak, tuan tanah.

Golongan B terdiri dari buruh nelayan, petani kecil, penebang

pohon.

Golongan C terdiri ABRI (Tamtama s.d. Bintara), Guru SD,

kepala bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil,

pamong praja pegawai badan hukum, pegawai negeri golongan Ia s.d Id,

(54)

Golongan D terdiri dari meninggal dunia, pensiunan, tak

mempunyai pekerjaan tetap.

Golongan E terdiri dari Guru (SMP s.d. SMA), juru rawat,

pekerja sosial, kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan

II a s.d. d, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan.

Golongan F terdiri dari buruh tidak tetap, petani penyewa,

tukang/penarik becak.

Golongan G terdiri dari ahli hukum, ahli ilmu tanah/ahli ukur

tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insiyur,

kepala kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri,

pegawai negeri golongan IIIa ke atas, pengarang, peneliti, penerbang,

perwira ABRI (mayor s.d. jenderal), walikota/bupati.

Golongan H terdiri dari pembantu, pedagang keliling, tukang cuci.

Golongan I terdiri dari artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai

besi/emas/perak, penjahit, penjaga, sopir bus/colt, tukang kayu, tukang

listrik, tukang mesin.

Menurut Biro pengembangan Sosial Budaya, pekerjaan dibedakan

menjadi dua jenis.

(55)

pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan

pokok ini tidak/belum mencukupi untuk keperluan hidupnya,

maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar

penghasilan pokok

b. Pekerjaan sampingan atau tambahan adalah pekerjaan yang

dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan

tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna

memenuhi kebutuhan hidunya sehari-hari. Sifat pekerjaan

sambilan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.

5. Tingkat Pendidikan Orang Tua

a. Pengertian pendidikan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1982 : 950,204)

menjelaskan bahwa tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan,

jabatan, kemajuan, peradapan, dsb ) dan pendidikan adalah perbuatan

(hal, cara dsb) mendidik. Jadi bisa dikatakan tingkat pendidikan adalah

ukuran tinggi rendahnya seseorang diukur dari beberapa lamanya dia

mengenyam pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

semakin luas wawasan serta pengetahuan pada suatu bidang tertentu

sesuai dengan profesi yang diraihnya.

Pendidikan pada uumnya merupakan kebutuhan setiap orang dan

tiap masyarakat. Persoalan pendidikan menjadi persoalan tiap orang dan

(56)

Makna pendidikanpun dilahat dari sudut pandang ilmu pengetahuan

kemanusian. Berikut ini di kemukakan empat batasan arti pendidikan

menurut sudut pandang ilmu pengetahuan :

1. Filsafat (Prof. Dr. N. Driyarkara, 1980), pendidikan adalah

pemanusian manusia muda atau pengangkatan manusia muda

ketarap insan. (Buku 1 : 74 – 78)

2. Sosiologi ( Francis J. Brown ), pendidikan adalah proses

dikendalikan engan sengaja, yang menghasilakan perubahan tingkah

laku dalam diri seseorang dan melalui orang – orang dalam

kelomponya ( Brown, 1970 : 199 )

3. Sosiolgi Budaya (John Dewey), pendidikan merupakan suatu proses

memimpin atau mengasuh ( Dewey, 1964 : 10 )

4. Psikologi ( Ellis , dkk ), pendidikan adalah keseluruhan pengalaman

belajar seseorang sepanjang hidupnya, bukan hanya pengalaman

belajar yang diorganisir secara formal (Ellis, Cogan, dan Howey,

1986 : 134)

5. Ilmu Pendidikan (Prof. Dr. M. J. Langeveld) pendidikan adalah

setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan

kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat,

membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya

sendiri.(Buku 2 : 20)

(57)

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah

mencpai keselamatan dan kebahagian setinggi – tingginya

(Suwarno, 1985 : 2-3 )

Dalam undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar

yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agr peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepibdian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jemjang pendidikan adalah

tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan

peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemapuan yang

dikembangkan

Ada 3 jenis pendidikan dalam Undang – undang Sistem

Pendidikan Nasional, yaitu :

1. Pendidikan Formal

Yaitu jalur pendidikan yang tersetruktur yang berjenjang terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Misalanya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi

2. Pendidikan Nonformal

Yaitu jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya bentuk

(58)

3. Pendidikam Informal

Yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel

( 1986: 160) pendidikan infomal adalah suatu jenis pendidikan yang

tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis,

dilaksanakan diluar sekolah terutama dalam keluarga.

B. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa

W. S Winkel mendifinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental

atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya

yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan ini tdak dapat dikatakan

belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara

orang, misalnya seorang anak menunjukan perubahan dalam jasmaninya

atau tingkah laku pada saat pubertas( Winkel, 1991 : 36 )

Sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari perubahan

kemampuan yang dinyatakan atau digambarkan dengan angka kuantitatif

yang diberikan oleh guru melalui suatu tes baik tulis maupun lisan yang

tercermin dalam raport, NEM atau ijasah.

Prestasi belajar menurut kamus besar bahasa indonesia adalah

(59)

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukan dengan nilai – nilai atau angka – angka yang diberikan oleh

guru.

Seseorang dikatakan belajar apabila ia memperoleh hasil dari yang

ia lakukan. Hasil belajar ini merupakan perubahan didalam dari si pelajar,

dimana ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.

Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda – beda dari apa yang telah ia

pelajari. Keberhasilan siswa dalam kegiatannya yang disebut belajar akan

nampak dalam prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat

diketahui dari evaluasi belajarnya.

Perbedaan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat

mempengaruhi cara pandang siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Siswa

yang memiliki prestasi tinggi cenderung mempunyai kemampuan dan

pengetahuan yang lebih baik dari pada siswa yang berprestasi rendah.

Siswa yang berprestasi tinggi cendrung mempunyai gairah belajar yang

tinggi dan mempunyai pengetahuan yang luas. Semakin luas pengetahuan

yang diketahui siswa, siswa akan semakin mampu mengembangkan

kepribadian dan terbuka menerima hal – hal baru. Semakin luas

pengetahuan ia akan semakin tau berbagai macam peluang pekerjaan

dengan imbal jasa yang tinggi dengan fasilitas-fasilitas yang menarik

yang ditawarkannya. Dengan prestasi yang tinggi siswa merasa yakin

dengan kemampuannya dan lebih berani bersaing dengan siswa yang lain.

(60)

semakin siswa berprestasi tinggi akan cendrung memandang profesi guru

negatif, karena siswa tidak tertarik untuk menjadi guru dan cenderung

mencari pekerjaan yang lain yang diinginkannya, imbal jasa yang

diterima guru memeng jau lebih berbeda pada pekerjaan yang

diinginkannya, walaupun guru telah diadakanya program sertifikasi yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Sebaliknya siswa yang mempunyai prestasi

rendah cenderung memandang profesi guru positif, karena siswa yang

berprestasi rendah merasa tidak yakin dengan kemampuaanya dan

memadang rendah dirinya. Ia merasa tidak mampu dengan pekerjaan lain

sebagai guru. Oleh karena itu siswa yang berprestasi rendah lebih tertarik

untuk menjadi guru dibandingkan dengan siswa yang berprestasi tinggi.

2. Persepsi Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan penghasilan setiap bulan disuatu intansi pemerintah, swasta,

dan wiraswasta. Pekerjaan orang tua siswa yang satu berbeda dengan

yang lainnya. Secara tidak lansung jenis pekerjaan orang tua akan

mempengaruhi pola asuh orang tua yang pada gilirannya akan

berpengaruh terhadap cara pandang siswa terhadap suatu pekerjaan atau

profesi.

(61)

merupakan panutan bagi anak – anaknya. Bagi anak, orang tua

merupakan orang yang lebih bayak tua. Melalui orang tua, anak belajar

bersikap dan berprilaku.

Jenis pekerjaan orang tua secara tidak langsung berkaitan erat

dengan pola pengasuhan anak sehingga ikut mempengaruhi pola

pendidikan didalam rumah. Sikap mental orang tua siswa yang satu

berbeda dengan sikap mental siswa yang lain tergantung dari jenis

pekerjaan orang tuanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap cara pandang

siswa terhadap suatu pekerjaan. Sebagai seorang guru tentu sikap mental

berbeda dengan bukan yang guru.

Seorang guru akan memiliki pola mengasuhnya atau mendidik

anak tidak ubahnya seperti guru. Orang tua lebih sabar, telaten dalam

membimbing anak dalam belajar. Orang tua akan memperlakukan anak

seprti siswa disekolah yang akan terus membimbing dengan penuh

kesabaran.

Seorang yang bukan guru akan mempunyai pola asuh yang

berbeda dengan seorang guru. Secara tidak lansung orang tua yang bukan

seorang guru akan mempunyai pola asuh atau mendidik anak terpengaruh

oleh jenis pekerjaanya. Misalnya orang tuanya seorang TNI maka cara

mendidik anaknya tidak ubahnya sebagai seorang meliter dengan disiplin

yang tinggi, penuh dengan hukuman badan dan kekerasan.

Sikap mental yang dimiliki para orang tua baik guru maupun

(62)

diberikan kepada anak sangat berbeda sesuai dengan mentalitas yang

dimiliki orang tua, yang pada akhirnya mempengaruhi sikap mental

anaknya dalam memandang lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian tidaklah mustahil apabila seorang anak

mengukuti pekerjaan orang tuanya. Sehingga ia akan menimbulkan

pewarisan pekerjaan dari orang tua kepada anakanya. Ada kecendrungan

bahwa anak dari keluarga guru mengikuti jejak orang tuanya menjadi

guru. Hal ini memperkuat dugaan bahwa siswa yang mempunyai orang

tua dengan profesi sebagai guru cenderung lebih mempunyai persepsi

yang positif terhadap profesi guru karena profesi guru adalah profesi yang

terhormat. Sebaliknya siswa yang mempunyai orang tua yang pekarjaan

bukan profesi guru cenderung mempunyai persepsi yang negatif terhadap

profesi guru karena siswa yang mempunyai orang tua yang pekerjaanya

bukan guru akan lebih mengikuti jejak orang tuanya dan siswa

mengangap profesi guru tidak menjamin pemenuan kebutuhan, walaupun

pemerintah sudah mengeluarkan adanya program serifikasi.

3. Persepsi Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat

pendidikan formal yang berhasil dicapai orang

Gambar

Tabel 5.12 Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari
tabel 3.1
Table 4.1 Daftar nama – nama guru
Table 4.2 Daftar nama wali kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

8. Katrol adalah roda kecil yang tepinya beralur dan dapat berputar pada sebuah

Istilah dermatitis kontak iritan atau iritasi menunjukkan suatu reaksi yang berubah terhadap suatu bahan tertentu yang tidak melibatkan sistem imun tubuh dapat

Bahan Ajar Matrikulasi Fisika Dasar – Teknik Sipil FST Undana 2009 12 Usaha yang dilakukan oleh gaya tak konservatif yang bekerja pada sebuah partikel sama

Hasil analisis terhadap skor kemenarikan dari semua faktor strategis yang dijelaskan dalam QSPM tersebut menunjukkan bahwa total skor kemenarikan (TAS) pada faktor eksternal

Rinitis di lingkungan kerja dibagi menjadi (i) rinitis akibat kerja: disebabkan oleh zat alergen atau iritan di lingkungan kerja pada pekerja yang sebelumnya

Laporan proyek akhir berjudul Miniature Crain Otomatis Pemindah Peti Kemas Pada Truck oleh Edgar Yanuar Pratama NIM 071903102043 telah diuji dan disahkan oleh

The instrument of the research is a data card to write and categorize the backchannel types and functions from Conversation Analysis (CA) approach to analyze a conversation

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah