ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN
TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus pada Siswa SMA N Megang Sakti
Lilik Adi Septo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa; (2) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau daari jenis pekerjaan orang tua; (3) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMU N Megang Sakti, Jalan Kebun Kulim Megang Sakti, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, waktu penelitian adalah 1 Februari sampai 30 Maret 2011. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS sebanyak 154 dengan jumlah sampel 105 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan analisis chi kuadrat.
ABSTRACT
STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THE STUDENTS’ LEARNING
ACHIEVEMENT, PARENTS’ OCCUPATION, AND LEVEL OF PARENTS’ EDUCATION
A Case Study on the Students State Senior High School in Megang Sakti Lilik Adi Septo
Sanata Dharma University Yogyakarta
2011
This research intends to know whether there is different perception between the students’ perception and the profession of teacher perceived from : (1) the students’ learning achievement; (2) the type of parents’ occupation; (3) the level of education of students’ parents’.
This research was conducted in Megang Sakti State Senior High School, Kebun Kulim Street, Megang Sakti, Megang Sakti Subdistrict, Musirawas Regency, South Sumatra Province. The research was conducted from February 1st to March 30th, of 2011. The population of this research was 105 students of XI grade of Social Science. The technique of gathering samples in this research was proportional random sample. The techniques of data collection were statistic descriptive and chi-square analysis.
PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN
TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus Siswa SMA N Megang Sakti
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Lilik Adi Septo NIM : 051334073
PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN
TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus Siswa SMA N Megang Sakti
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh: Lilik Adi Septo NIM : 051334073
PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSEMBAHAN
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI UNTUK :
BAPAK TERCINTA SLAMET
IBU TERCINTA SUPARMI
SAUDARA – SAUDARAKU RINA,
RISKA, AGUNG, ADI, ARI, DARTO ,
MOTTO
sesunggunya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, maka apabila kamu selesaikan (dari
suatu urusan) kerjakan dengan sunguh – sunguh
urusan yang lain, dan hanya kepada Allalah
kehendaknya kamu berharap.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,
kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Juni 2011
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma :
Nama : Lilik Adi Septo Nomor Mahasiswa : 051334073
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG JTUA.
. Beserta pangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis tampa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian penyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 10 Juni 2011 Yang menyatakan
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN
TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus pada Siswa SMA N Megang Sakti
Lilik Adi Septo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa; (2) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau daari jenis pekerjaan orang tua; (3) apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMU N Megang Sakti, Jalan Kebun Kulim Megang Sakti, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, waktu penelitian adalah 1 Februari sampai 30 Maret 2011. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS sebanyak 154 dengan jumlah sampel 105 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan analisis chi kuadrat.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa mempengaruhi persepsi siswa terhadap profesi guru (χ2hitung = 5,525 > χ2tabel = 3,84); (2) tidak ada
perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (χ2hitung = 0,02 < χ2tabel =3,84); (3) ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi
guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa (χ2hitung = 5.1777 > l χ2tabel =
ABSTRACT
STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM THE STUDENTS’ LEARNING
ACHIEVEMENT, PARENTS’ OCCUPATION, AND LEVEL OF PARENTS’ EDUCATION
A Case Study on the Students State Senior High School in Megang Sakti
Lilik Adi Septo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This research intends to know whether there is different perception between the students’ perception and the profession of teacher perceived from : (1) the students’ learning achievement; (2) the type of parents’ occupation; (3) the level of education of students’ parents’.
This research was conducted in Megang Sakti State Senior High School, Kebun Kulim Street, Megang Sakti, Megang Sakti Subdistrict, Musirawas Regency, South Sumatra Province. The research was conducted from February 1st to March 30th, of 2011. The population of this research was 105 students of XI grade of Social Science. The technique of gathering samples in this research was proportional random sample. The techniques of data collection were statistic descriptive and chi-square analysis.
The result of this research shows: (1) there is difference between the students’ perception and teachers’ profession pareceived from the students’ learning achievement (χ2 count = 5.525 > χ2 table = 3.84); (2) There is different
between the students’ perception and the profession of teacher perceived from the type of parents’ occupation (χ2count = 0.02 < χ2table =3.84); (3) There is differerent
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunianya dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI
PRESTASI BELAJAR, PENDIDIKAN ORANG TUA, DAN TINGKAT
PENDIDIKAN ORANG TUA di SMA Megang Sakti.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih yang terhingga kepada :
a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk
belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis
b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma
d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
e. Bapak Drs. Fx. Muhadi, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah bersedia
menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti
dalam membimbing penyelesaian skripsi.
f. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. dan Ibu Rita Eni Purwanti,
S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan, memberi kritik, dan saran untuk kesempurnaan
skripsi ini.
g. Segenap staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi atas ilmu
yang telah diberikan melalui perkuliahan
h. Dosen-dosen pengampu mata kuliah Program Pendidikan Akuntansi yang
telah memberikan bayak pengetahuan dalam proses perkuliahan.
i. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membantu proses kelancaran dalam proses belajar selama ini.
j. Kepala sekolah dan para guru di SMA Megang Sakti atas bantuan dan
keramahtamaan selama melakukan penelitian
k. Seluruh keluargaku : bapak, ibu atas segala dukungan doanya dan
kesabaran sampai sekarang, adikku Rina, Riska ( santai bae aku lulus
tahun ini )
l. Saudara-saudaraku tercinta Rina, Riska, Agong, Adi, Ari, Darto, Darti
terimakasih atas dukungannya dan doanya sehingga skripsi ini dapat
m. Teman-teman seperjuangan waktu pendadaran : okta, ela, eka, budiman,
wawan, vina, terimakasih atas dukungannya sehingga kita bisa lulus
sama-sama
n. Teman-teman PAK’A dan PAK’B 05 Pendidikan Akuntansi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungannya dan
kebersamaanya
o. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMANA JUDUL
……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
………. ii
HALAMAN PENGESAHAN
……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
………... iv
MOTTO
………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
……… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
……… vii
ABSTRAK
………. viii
ABSTRACT
……… ix
KATA PENGANTAR
………... x
DAFTAR ISI
……….. xiii
DAFTAR TABEL
……….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN
………. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B.
Rumusan Masalah………. 8
C.
Tujuan Penelitian………... 8
A. Kajian Teoritik……….
10
1.
persepsi………...
10
2.
Profesi guru………..
16
3.
Prestasi belajar………..
27
4.
Pekerjaan orang tua………... 31
5.
Tingkat pendidikan orang tua……… 33
B.
Kerangka Berpikir……… 36
1.
persepsi terhadap profesi guru ditinjau
dari prestasi belajar siswa……….. 36
2.
persepsi terhadap profesi guru ditinjau dari
jenis pekerjaan orang tua………... 38
3.
persepsi terhadap profesi guru ditinjau dari
tingkat pendidikan orang tau……….. 41
C.
Hipotesis………... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian……… 44
B.
Tempat dan Waktu Penelitian………. 44
C.
Populasi dan Sempel……… 45
D.
Variabel Penelitian dan Pengukurannya……….. 46
E.
TeknikPengumpulanData………. 50
G.
Teknik Analisis Data……... ……… 56
BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN
A.
Gambaran Umum Sekolah ……….. 60
1.
Data kelembagaan sekolah………... 60
2.
Sejarah singkat SMA N Megang Sakti………. 60
3.
Personalia dan Tugasnya……….. 61
4.
Sarana Sekolah………. 74
BAB V ANALISIS DATA DAN PERSEMBAHAN
A.
Diskripsi Data ……….. 77
1.
Data persepsi responden terhadap profesi guru ………... 77
2.
persentase persepsi siswa terhadap profesi guru ………. 83
B.
Uji Hipotesis ……… 89
1.
Perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau
dari prestasi belajar siswa ………... 89
2.
perbedaan persepsi siswa tehadap profesi guru ditinjau
dari jenis pekerjaan orang tua………... 94
3.
perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau
dari tingkat pendidikan ……… 96
C.
Pembahasan ………. 103
2.
perbedaan persepsi siswa tehadap profesi guru ditinjau
dari jenis pekerjaan orang tua………... 102
3.
perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau
dari tingkat pendidikan………. 104
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan……….. 107
B.
Keterbatasan Penelitian ……….. 108
C.
Saran ……….... 108
DAFTAR PUSTAKA
………... 110
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru……….. 48
Tabel 3.2 Uji Validitas Untuk Persepsi Siswa Terhadap Peofesi Guru……… 53
Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Guru……….. 63
Tabel 4.2 Daftar Nama Wali Kelas……….. 65
Tabel 4.3 Jumlah Siswa……… 68
Table 5.1 Data Responden Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari
Prestasi belajar siswa……… 79
Tabel 5.2 Data Responden Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari
Jenis Pekerjaan Orang Tua……… 80
Tabel 5.3 Data Responden Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari
Tingkat Pendidikan Orang Tua………. 82
Tabel 5.4 Persentase persepsi responden terhadap profesi guru……….. 84
Tabel 5.5 Persentase persepsi responden terhadap profesi guru
Ditinjau Dari Prestasi belaja Siswa………...…………. 85
Tabel 5.6 Persentase persepsi responden terhadap profesi guru
Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan Orang Tua………...…… 87
Tabel 5.9 Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari
Prestasi Belajar siswa………... 92
Tabel 5.10 Daftar Interprestasi Nilai C………. 95
Tabel 5.11 Daftar Kontigensi ditinjau Dari Perbedaan Pekerjaan Orang Tua..…… 96
Tabel 5.12 Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari
Pekerjaan Orang Tua…..……… 97
Tabel 5.13 Daftar Kontigensi ditinjau Dari Perbedaan Tingkat
Pendidikan Orang Tua………....…… 99
Tabel 5.14 Perbedaan Persepsi Siswa Terhadap Profesi Guru ditinjau Dari
Pendidikan Orang Tua...……… 100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 112
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas………... 117
Lampiran 3 Daftar Responden SMA Megang Sakti……… 121
Lampiran 4 Data Induk Penelitian……….. 125
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian………. 132
Lampiran 6 Nilai r product moment……… 133
Lampiran 7 Nilai Chi kuadrat………. 134
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan yang penting bagi
peningkatan sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi
mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan yang rendah di
Indonesia membuat pembangunan suatu bangsa menjadi terganggu.
Bidang pendidikan menempati posisi paling tinggi bagi pembangunan
suatu bangsa dibandingkan bidang – bidang lain.
Salah satu faktor yang dianggap cukup signifikan dalam
mendongkrak mutu pendidikan adalah menigkatkan kualitas guru.
Kualitas guru pada kenyataannya sangat bervariasi. Guru yang
berkualitas akan mempertinggi kinerja sebagai seorang guru yang
berprofisional. Kinerja guru yang baik tentu saja harus dihargai dengan
memperhatikan kesejahtreaan guru.
Kondisi yang nyata terjadi dilapangan memperlihatkan bahwa
penghargaan terhadap jabatan profesi guru belum sejajar dengan profesi
lain seperti notaries, dokter, pengacara dll. Untuk itu banyak guru yang
kurang banga dengan predikat mereka, sebab penghargaan terhadap
profesi kini secara ekonomi tergolong kecil sehingga banyak yang tidak
mau menjadi guru. Jika pemikiran opini ini berkembang dalam
tidak terlalu cerdas karena orang – orang yang cerdas lebih memilih
profesi lain yang menurut opini masyarakat cukup menjanjikan. Padahal
peran guru menentukan perjalanan bangsa kita. Guru tak bisa lagi
dihibur dengan gelar ‘ pahlawan tanpa tanda jasa ‘ yang identik dengan
keperhatinan. Keperhatinan ini juga berkaitan dengan minimnya gaji
yang diterima oleh guru, yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup
minimum.
Pada jaman pra – kemerdekaan RI status profesi guru sangat tinggi
dan sangat dihormati. Guru dipandang sebagai pemimpin masyarakat
yang disegani dan mempunyai status ekonomi yang relatif tinggi, baik
pada jaman penjajahan Belanda maupun pada jaman penjajahan Jepang.
Dalam masa awal kemerdekaan, para guru dihormati bukan saja
berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi karena ikut
menjadi tentara rakyat dan berperang mengusir penjajah. Paska
kemerdekaan, sampai awal tahun 1950-an, citra dan status profesi guru
dalam masyarakat juga masih tinggi. Para guru masih dilahat dan
diperlakukan bukan hanya sebagai pendidik yang pantas digugu dan
ditiru, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang terhormat.
(Sudarminto, Basisn No 01-02, 19988).
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya
membentuk watak bangsa melalui pengembangan nilai – nilai dan
kepribadian. Hal itu menunjukan bahwa guru mempunyai peranan yang
atau bangsa. Dari segi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat
Indonesia tetap dominan dan tidak dapat digantikan sekalipun teknologi
yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sangat pesat
berkembang. Hal ini disebabkan karena proses pendidikan atau proses
pembelajaran yang diperankan oleh guru yang menyagkut pembinaan
sifat mental manusia yang menyagkut pembinaan sifat mental manusia
yang bersifat unik.
Dipedesaan guru merupakan sumber ,,segalanya,, Mereka bukan
hanya guru di sekolah melainkan guru masyarakat. Guru memegang
peranan kepoloporan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Apapun yang
dilakukan melalui dari PPK, koperasi desa, pemilihan kades sampai
pemilu hampir dipastikan guru yang lebih dulu tampil. Kepercayaan
masyarakat dan pemerintah sangat tinggi terhadap guru terbukti dari
dijadikannya guru sebagai mitra dalam berbagai kegiatan di pedesaan
dan kecamatan.
Guru tidak hanya diperlakukan oleh para murid di ruang kelas, tetapi
juga diperlukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan aneka
permasalahan yang dihadapi. Masyarakat menepatkan guru pada
kedudukan yang tinggi, yaitu didepan memberi teladan, ditengah -tengah
membangun serta dibelakang memberikan dorongan dan motivasi. Ing
ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa tut wuri handayani.
Kedudukan seperti ini merupakan penghargaan masyarakat yang tidak
mengembangkan prestasi bukan saja didepan kelas, tidak saja
dibatas-batas pagar sekolah, tetapi juga ditengah –tengah masyarakat (Nani
Soedarsono, Suara Daerah, No. 185. 1986 )
Pada saat para guru memperbaiki citra profesinya yang semakin
terpuruk, ada sebagian oknum guru yang melanggar atau menyimpang
dari kode etikanya. Masyarakat tidak dapat membenarkan
pelangaran-pelangaran seperti berjudi, mabuk – mabukan, pelangaran-pelangaran seks, korupsi
dll, namun kalau guru yang melakukan maka dianggap sangat serius.
Aneh kesalahan kecil apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi
yang begitu hebat dimasyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan
adanya sikap demikian menunjukan bahwa guru saharusnya menjadi
panutan bagi masyarakat disekitarnya. Dimana dan kapan saja ia akan
selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan
yang dapat ditiru oleh masyarakat.
Prefesi guru pada saat ini banyak dibicarakan orang, hampir dalam
setiap hari dalam media masa cetak maupun elektronik memuat berita
tentang guru. Ironisnya berita – berita yang dimuat tersebut banyak yang
cendrung melecehkan posisi guru dan cendrung kehal – hal negatip
seperti keluh kesah, ketidakmampuan atau ketidak berdayaan, hal seperti
ini lambat laun menumbuhkan citra bahwa guru itu identik dengan
kesengsaraan, kelemahan, kekurangan, ketidakmampuan dan
Pandangan tentang citra guru sebagai orang yang wajib digugu
(dipatuhi) dan ditiru (diteladani) tampa reserve perlu diragukan
ketepatannya. Konsep keguruan yang klasik tersebut mengandaikan
pribadi guru serta perbuatan keguruanya adalah tampa cela, sehinga
pantas hadir sebagai manusia model yang ideal. Hal ini tidak sesuia
dengan kennyataan. Jadi citra guru wajib digugu dan ditiru tampa
reserve tersebut perlu disikapi secara kritis dan realitas. Benarkah bahwa
guru dituntut menjadi teladan bagi siswa dan orang – orang
sekelilingnya, tetapi guru adalah orang yang tidak bebas dari cela dan
kelemahan. Citra guru sempurna dan ideal, selama merupakan cita – cita
(A.Samana, 1994 : 25 ).
Tinggi rendahnya citra suatu profesi biasanya berkait erat dengan
status sosial ekonomi pemegang profesi yang bersangkutan. Pada saat
pra-kemerdekaan, status sosial ekonomi profesi guru cukup tinggi.
Mereka mendapat imbalan jasa yang memadai untuk hidup sejahatra
bersama keluarganya. Pada ini rendanya status ekonomi profesi guru
ikut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan merosotnya citra
profesi guru di Indonesia.
Namun dibalik keteladan yan diberikan guru kepada masyarakat,
terdapat keperhatinan yang menimpa para guru yang relatif rendah.
Masalah ekonomi tersebut mempengaruhi para guru dalam menjalankan
tugas pokoknya. Secara sederhana kita dapat memperkirakan bahwa
bila beban ekonomi keluarganya secara minimal sudah terpenuhi.
Sebaliknya bila beban itu tidak dipenuhi, kosentrasi dalam menjalankan
tugas biasa terganggu. Jadi tingkat kesejahatraan para guru memberikan
dampak secara sosial-psokologis pada mereka.
Merebaknya sikap meterialisme dan konsumerisme yang cendrung
menghargai orang berdasarkan kekutan ikut memperparah keadaan.
Masyarakat menilai suatu suatu profesi dari imbal jasa yang diterima.
Akibatnya kewibawaan para pendidik dimata masyarakat merosot. Para
murid dan orang tua mereka juga terhinggapi sikap materialisme dan
konsumerisme. Mereka cendrung kurang menghargai dan menghormati
sungguh – sungguh para guru. Sehinga hubungan antara guru dan murid
semakin kurang menampakan hubungan antar pribadi antara pendidik
dan peserta didik, tetapi digantikan hubungan fugsional antara orang
yang menjual jasa dan membelinya.
Selain itu, dampak secara tidak langsung ialah profesi keguruan
tidak cukup diminati dan menarik bagi generasi muda mulai dari SMA
sampai alumni yang secara intelektual unggul dan berasal dari status
ekonomi yang tinggi. Generasi muda yang berintelegensi unggul lebih
memilih bidang-bidang lain selain guru, karena profesi tidak banyak
menjajikan dilihat dari ekonomi maupun gegsi. Banyak generasi muda
yang menganggap dengan menjadi guru maka masa depan tidak cerah,
akibatnya sedikit siswa yang berprestasi tinggi mau menjadi guru.
sedang bahkan kurang. Sebagai konsekuensi logisnya kualitas guru
sedang bahkan diragukan keprofesionalismenya karena guru kurang
menguasai materi dengan bidang.
Setelah fenomena diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui secara nyata, jelas dan secara dekat kenyataan sebenarnya
mengenai presepsi siswa terhadap profesi guru. Dari persepsi siswa baik
yang positif dan negatif terhadap profesi guru akan berpengaruh pada
diri siswa yaitu akan mengakibatkan atau justru melemahkan tugas
mulianya dalam dunia pendidikan.
Berawal dari posisi positif siswa terhadap profesi guru diharapkan
siswa lebih termotivasi untuk menjadi seorang guru, sikap positif siswa
terhadap profesi guru akan mempengaruhi sikap siswa terhadap profesi
guru. Ini merupakan peluang besar terciptanya proses belajar-mengajar
yang berhasil dan pada akhirnya akan tercipta hasil pendidikan yang
berkualitas tinggi.
Sedangkan dari persepsi negatif siswa terhadap profesi guru yang
akan berpengaruh pada tidak termotivasinya untuk tidak menjadi
seorang guru yang baik bahkan tidak berkeinginan untuk menjadi guru.
Oleh karena hal – hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru antara
siswa yang mempunyai prestasi belajar tinggi dengan dengan
mempunya prestasi belajar rendah ?
2. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru antara
siswa yang orang tuanya berprofesi guru dan orang tuanya berprofesi
bukan sebagai guru ?
3. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru antara
siswa yang orang tuanya pendidikan tinggi dan pendidikan rendah ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan
tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu :
1. Untuk megetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru
antara siswa yang mempunyai prestasi belajar yang tinggi dengan
mempunyai prestasi belajar rendah.
2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru
antara siswa yang orang tuanya berprofesi sebagai guru dan orang
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru
antara siswa yang mempunyai orang tua yang pendidikan tinggi dan
berpendidikan rendah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang
berkepentingan dengan hasil penelitian antara lain.
1. Bagi Guru dan Siswa
Untuk memberikan gambaran yang konkret mengenai persepsi siswa
terhadap guru. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan untuk memperbaiki citra guru dan menumbuhkan minat
siswa untuk menjadi guru.
2. Bagi Pemerintah
Untuk memberikan masukan bagi pemerintah supaya lebih
memperhatikan profesi Guru
3. Bagi Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis tentang profesi guru.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Untuk menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik 1. Persepsi
Sejak dilahirkan, manusia secara langsung telah berhubungan
dengan dunia luar. Sejak itu pula seseorang akan menerima stimulus atau
rancangan dari luar di samping dari diri sendiri. Proses terjadinya persepsi
adalah adanya obyek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan
tersebut berhubungan dengan alat indera. Rangsangan atau stimulus yang
diterima oleh alat indera dilanjutkan ke syaraf otak, kemudian terjadilah
suatu proses di otak sehingga individu dapat menyadari apa yang dia
terima.
Menurut Ign. Masidjo (1995:96) tingkah laku dalam tingkatan
persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang
tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara
ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini
dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan
hadirnya rangsangan dan pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang
ada.
Menurut Thoha (1983:138), persepsi adalah proses pemahaman
yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik
terhadap situasi. Sejalan dengan pendapat ini, Davidoff (1981:232)
menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai proses pemahaman yang
terorganisir dan menggabungkan data-data indera untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita. Dalam
pengantar psikologi umum, Walgino (1994) menyebutkan bahwa bahwa
sekalipun stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman berbeda
maka ada kemungkinan hasil persepsi akan tidak sama. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:675), persepsi adalah
tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
persepsi adalah pemahaman, menerima, pengorganisasian dan
menginterpretasikan rangsangan dari lingkungan melalui panca indera
sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.
Dalam kennyataannya setiap orang dihadapkan pada sejumlah
besar objek dan pristiwa. Objek dan peristiwa itu tidak mempunyai arti
apa-apa jika orang yang tidak menginterprestasikan atau menafsirkannya.
Persepsi terhadap suatu abjek dan peristiwa belum tentu sama antara satu
individu dengan individu yang lain. Walaupun objek dan peristiwa itu
sama dan disampaikan oleh orang yang sama pula, tetapi hal ini tidak
berarti persepsi orang yang satu dengan yang lainnya tidak mugkin terjadi
positif atau negatif tergantung dari cara ia memandang atau
mempersepsikan profesi guru.
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tetapi ada
faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor – faktor-faktor inilah yang menyebabkan
mengapa dua orang yang melihat suatu objek atau peristiwa mugkin
memberi interprestasi yang berbeda tentang yang lainnya.
Faktor-faktor yang mempengauhi persepsi, menurut Sheldon
S.dan Timoti W. Cestella (Via Thoha, 1983 : 158). Ada dua hal yang
mempengaruhi persepsi :
1. Orang yang melihat atau dinilai dalam hal ini siswa (perceiver)
a. Belajar atau pemahaman dalam pesepsi
Faktor – faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian
kepada suatu objek sehinga menimbulakan adanya persepsi adalah
didasarkan dari kekomlekan kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan ini
selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivsi yang
dipinya pleh masing – masing orang. Misalnya seorang anak muslim
yang semenjak kecil telah diajari oleh orang tuanya untuk mengenal
bahwa daging babi itu haram dimakan, maka sampai tersebut sampai
dewasa akan mempunyai persepsi bahwa daging babi itu perlu
dijauhi. Persepsi seperti ini dibentuk dari proses pemahaman atau
belajar, tetapi berbeda dengan anak kristen yang tidak menajiskan
b. Motivasi dan persepsi
Motivasi merupakan sebab – sebab yang menjadi dorongan
atau tindakan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang dirasakan (Muhyadi, 1989 : 248).
Biasanya orang yang mempunyai keinginan untuk memperoleh
sesuatu, didalam dirinya akan terdapat suatu dorongan yang kuat
untuk mencapai keinginan itu. Motivasi dan kepribadian pada
dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya
juga mempunyai dampak yang sangat penting dalam pemilihan
persepsi. Misalnya, seseorang sudah sangat lapar akan kurang
memperhitungkan apakah makanan yang tersedia dihadapannya enak
atau tidak, yang penting baginya ialah kesempatan untuk
menghilangkan rasa laparnya. Sebaliknya orang yang tidak lapar,
karena baru makan beberapa waktu yang lalu akan
mempertimbangkan lain. Jelaslah bahwa kedua orang yang melihat
benda yang sama, mempunya persepsi yang berbeda tentang
makanan.
c. Kepribadian dan persepsi
Kepribadian adalah kumpulan dari sejumlah karakteristik,
sifat, sikap dan nilai – nilai yang dianut seseorang yang
membedakannya dengan orang lain (Muhyadi, 1989 : 245). Apabila
seseorang melihat suatu dan berusaha memberikan interprestasi
sifat, sikap dan nilai yang dianut oleh individu yang bersangkutan.
Misalnya seseorang mahasiswa yang ingin memperoleh sebanyak
mugkin materi pelajaran dari perkulian akan merasa senang
mengajukan banyak pertannyaan kepada dosen pada waktu kuliah
berlangsung. Untuk memudahkanya melakukan hal itu mahasiswa
tersebut berusaha menempati kursi yang sedekat mugkin dengan
tempat dimana dosen berada karena dengan demikian apabila ia
mengacungkan tangan untuk bertanya, dosen akan mudah melihatnya
dan mempeberikan kesempatan kepadanya untuk mengajukan
pertanyaannya. Sebalinya, Seseorang mahasiswa lain yang pemalu
akan segan bertannya dan segan pula ditannya. Dengan karakteristik
demikian, mahasiswa yang bersangkutan akan berusaha memilih
tempat duduk sejauh mugkin dari tempat duduk dosen sehingga ia
merasa tidak perlu bertannya dan baginya tidak menjadi soal, bahkan
akan senag apabila ia tidak pernah ditannya.
2. Karakteristik orang yang dilihat atau dinilai (perceived) yang
dimaksud adalah guru :
a. Artibulasi
Artibulasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang
mencari kejelasan sebab – sebab dari prilaku yang lain. Seseorang
tersebut tidak hanya tertarik mengamati prilaku dalam organisasi saja,
oleh persepsi mereka bahwa orang lain itu bertanggung jwab atas
prilakunya. Contoh perbuatan artubulasi adalah seseorang juru rawat
yang memecahkan botol- botol obat yang dibawa, karena terpeleset
lantai licin yang baru dipel bisa dimaafkan dan barang kali dia bisa
dipecat jika pecahnya botol karena kesengajaan. Proses artibulasi ini
sangat bermanfaat karena meneliti sebab – sebab terjadinya suatu
prilaku yang diharapkan persepsi terhadap orang lain sesuai.
b. Stereotype(meniru)
Strereotype adalah suatu proses yang cendrung melihat orang
lain sebagai suatu bagian dari suatu kelas/kategori. Selain itu didalam
stereotype ini terdapat suatu persetujuan umum atas sifat-sifat yang
disandang dan timbulnya suatu perbedaan antara sifat yang disandang
dengan sifat yang senyatanya. Hal ini mengakibatkan suatu kenyataan
bahwa suatu stereotype bisa bersifat menyenangkan dan bisa tidak
menyenangkan. Seseorang yang pernah sekolah tentu mempunyai
gambaran tentang profesi guru. Ternyata banyak kesamaan mengenai
gambaran orang pada umumnya tentang guru sehingga terbentuklah
stereotype guru. Walaupun gambaran tentang guru itu tidak lengkap
dan mugkin juga tidak benar seluruhnya, namun orang akan
berinteraksi dengan guru berdasarkan stereotype guru itu, misalnya
guru wanita, bersifat lebih serius, bepakaian selalu sama, dan eggan
mengikuti mode, walaupun pada kenyataannya banyak berpendapat
dengan sifat senyatannya, tetapi proses semacam ini berlagsung
didalamnya menimbulkan persepsi. Sehingga proses stereotype ini
sangat besar pengaruhnya didalam menimbulkan suatu persepsi
seseorang.
c. Hallo effect
Hallo effect dipergunakan untuk menilai seseorang
berdasarkan atas salah satu sifat yang diketahui oleh yang menilai.
Misalnya kerajinan, kecerdasan, penampilan, kerjasama dan lain
sebagainya. Satu sifat yang kebetulan dilihat oleh penilai dapat
menutupi sifat – sifat lainya. Hello effect ini mempunyai pengaruh
yang besar sekali terhadap persepsi.
2. Profesi Guru.
Guru adalah salah satu bagian dalam kegiatan belajar mengajar
dan memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran,
sebab fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan,
dan mengevaluasi pembelajaran. Guru merupakan profesi yang
jabatannya atau pekerjaan yang memerlukan keahlihan khusus sebagai
guru (Uzer Usman).Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan
anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi. Menurut Susanto (2002:28), profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan
khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut dan guru profesional adalah
orang yang memiliki kemampun khusus dalam bidang keguruan sehingga
guru mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampun yang
maksimal.
a. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai
pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:
1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai
2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
3) Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas
4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual
5) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru
sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk:
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis.
2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
b. Peranan guru
Menurut Peter F. Oliver dalam Piet A Sahertian (1990:36),
guru mempunyai peranan sebagai berikut:
1) Guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai
penyampai informasi disebut juga sebagai penceramah pada
zaman itu
2) Guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap
sebagai manusia sumber. Melalui guru dan dari guru
pengetahuan disampaikan kepada anak didik.
3) Guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai
lingkungan untuk belajar, memperlengkapi berbagai sumber
yang membantu siswa untuk dapat belajar.
4) Guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi
5) Guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru
berperan sebagai master ceremony, pemimpin dalam
kelompok, yang menstimulir gejala-gejala untuk belajar
bersama dalam kelompok belajar, memandang gejala-gejala
sehingga semua berpartisipasi bersama.
6) Guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang
dengan bermacam cara.
7) Guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media
belajar yang disediakan.
8) Guru sebagai pembina laboratorium. Guru meletakkan
berbagai pendekatan dalam menyajikan pelayanan.
Maksudnya eksperimen dalam proses mengajar menyusun
berbagai kegiatan penelitian oleh siswa melalui observasi dan
mencatat hasil observasi dengan demikian anak ikut aktif
memecahkan.
c. Kode etik guru
Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam
menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan
profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru
yang berisi sebagai berikut (Samana, 1994:117):
1) Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7) Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian.
9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
d. Prinsip guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005
tentang guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip
sebagai berikut:
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menurut
keahlian yang khas dari para anggotanya. Keahlian yang khas tersebut
tentunya tidak memilki oleh anggota profesi lain, sebab keahlian dan
keterampilan yang dimiliki oleh suatu profesi merupakan hasil pendidikan
dan pelatihan atau melalui suatu proses profesionalisasi dalam program
pendidikan dan pelatihan yang terancana, begitu pula dengan profesi
kependidikan.
B.J Chandler menegaskan bahwa profesi mengajar adalah suatu
jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan itu memerlukan
kelengkapan mengajar dan keterampilan yang menggambarkan bahwa
seseorang melakukan tugas mengajar yaitu membibing manusia.(Piet
Sahertian, 1994: 96).
Apabila dilihat dari ciri – ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri –
ciri (Dedi Supriadi, 1999 : 96) sebagai berikut :
a. Pekerjaan itu lebih mementingkan pelayanan kemanusian dalam
mengapdi kemasyarakat
b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat
pendidikan, latihan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam
lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggug jawabkan
c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu
d. Ada kode etik yang menjadi pedoman prilaku anggotanya beserta
e. Anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh
imbalan finansial atau materiil
Sebagai bahan pembandingan, berikut ini disajikan pula ciri ciri
profesi yang dikemukakan oleh Robert W. Richey. (Suharsimi Arikunto,
1990: 235) yaitu sebagai berikut :
a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusian yanfg ideal
dibandingkan dengan kepentingan pribadi
b. Seorang pekerja profisional, secara relatif memerlukan waktu yang
panjang untuk mempelajari kosep – konsep serta prinsip – prinsip
pengetahuan yang khusus yang mendukung keahliannya
c. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap
dan cara kerja
d. Memiliki kualitifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta
mampu menggikuti perkembangan dan pertumbuhan jabatan
e. Membutuhkan suatu kegiatan intlektual yang tinggi
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan staandar pelayanan,
disiplin dari dalam profesi, serta kesejahatraan anggotanya
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan
kemandirian
h. Memandang profesi sebagai suatu karir hidup dan menjadi seorang
anggota yang permanen
Dari ciri – ciri profesi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
berbeda dengan pekerjaan – pekerjaan lainya karena fungsi sosialnya
yaitu pengabdian pada masyarakat. Selain itu adanya kompetensi agar
profesi tersebut dapat dilaksanakan fugsinya. Hal ini diperlukan adanya
pengetahuan dan keterampilan khusus untuk melaksanakan fungsi
tersebut. Selain itu suatu profesi menerima imbalan berupa finansial
ataupun materiil. Profesi guru adalah suatu contoh suatu profesi seseorang
yang telah mantap dalam memilih profesinya, dalam hal ini profesi guru.
Ia tidak ragu – ragu lagi untuk mengejar karier dalam bidangnya. Dengan
jalan mengabdi sepenuh hati pada tugasnya, prestasinya dalam profesi itu
yang akan membawa kepada jenjang karier yang diharapkan dalam
hidupnya. Saat itulah seseorang guru memperoleh kepuasan dan
kebahagian hidup sebagai hasil pemilihan profesi yang mantap.
Amstrong mengemukan bahwa tanggung jawab guru dibagi dalam
lima katagori, yaitu : tanggung jawab dalampengajaran, tanggung jawab
dalam memberikan bimbingan, tanggung jawab dalam mengembangkan
kurikulum, tanggung jawab dalam mengembangkan profesi dan tanggung
jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.
Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam
perancanaa dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar,
disamping menguasai ilmu atau bahan yang diajarkan kepada siswa, guru
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu pengetahuan
sangat menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai oleh siswa.
Guru harus selalu belajar supaya ia mempunyai bekal yang cukup
dalam rangka mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
supaya apa yang ia transformasikan betul – betul dimiliki oleh siswa.
Guru sebagai mengajar harus mampu membantu perkembangan siswa
untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan.
Guru sebagai pembibing memberitekanan kepada tugas
memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya
berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyagkut
pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai – nilai para siswa.
Setiap siswa merupakan pribadi yang unik. Setiap siswa
mempunyai ciri, sifat bawaan, latar belakang kehidupan, minat,
kemampuan, dan motivasi yang berbeda-beda. Di sinilah peran guru
sebagai pembibing yang dapat menolong siswa agar mampu menolong
siswa dalam setiap masalah yang dihadapi.
Tanggung jawan dalam mengembangkan kurikulum mengandung
arti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru dan
menyempurnakan praktek mengajar. Selain itu guru dituntut untuk
mampu menterjemahkan dan menjabarkan nilai – nilai oyang terkandung
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya
ialah tuntutan dan pangilan untuk selalu mencintai, menghargai,menjaga,
meningkatkan tugas serta tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu
guru dituntut agar selalu menigkatkan pengetahuan dan kemampuannya
dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus peka terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang – bidang
tertentu belum dapat disebut sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan
kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.
Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat
berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian
dari masyarakt. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru atau
pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Untuk itu guru
dituntut untuk dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat
dalammeningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Selain itu
guru harus dapat membina hubungan baik dalam masyarakat.
Seorang guru yang harus memiliki kepribadian yang patut
diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro: Ing
ngarsosung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Baik
Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik
dengan murid – muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan
anggota masyarakat dilingkungannya. Misi yang diemban guru adalah
misi kemanusian yaitu misi yang bertugas dalam pengabdian masyarakat.
3. Prestasi belajar
a. Pengertian belajar
Seseorang dikatakan telah belajar jika didalam dirinya telah
terjadi peribahan tertentu, misalanya semula tidak dapat membaca
menjadi dapat membaca. Tetapi tidak semua perubahan dapat disebut
sebagai hasil belajar misalnya bayi yang belum bisa duduk menjadi
bisa duduk, perubahan ini menjadi karena kematangan. Pengertian
belajar menurut beberapa ahli :
1. Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuian tingkah laku
yang berlangsung sera prigresif (Barlow, 1985)
2. Menurut Chaplin dalam Dictionary Of Psychology membatasi
belajar dengan rumusan :
a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dn pengalaman
b. Belajar adalah proses memperoleh respon – respon sebagai
akibat adanya latihan khusus
c. Belajar adalah suatu bentuk perubahan atau perubahan dalam
laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar
Hamalik)
b. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari yang telah
dilakukan atau dikerjakan (kamus besar bahasa indonesia)
Menurur Purwodarminto, prestasi adalah suatu hasil yang
telah dicapai (dilakukn/dikerjakan)selain dengan itu Winkel
mengatakan bahwa prestasi merupakan bukti usaha yang dicapai
(Winke, WS, 1989 : 161)
Abila prestasi belajar diartikan dengan belajar maka ia akan
memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan didalam diri
pelajar, dimana ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak
diketahui. Setiap orang mempunai hasil yang berbeda – beda dari apa
yang elah dipelajari.keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat
dilahat dari prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat
diketahui dari hasi evaluasi belajar. Evaluasi usaha penilaian terhadap
suatu hal, bisa dari segi tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja
dan metode pemecahan (Nana Sudjana, 1990 : 28 )
Uasaha mengevaluasi belajar biasanya dilakukan dengan
mengadakan pengukuran dalam bentuk ujian tertulis , lisan maupun
praktek,yang kemudian diberi skor, yang bisanya berwujud angka.
yang diwujudkan dalam bentuk angka – angka yang disebut prestasi
belajar. (Marsuh, 1975 : 1)
c. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
(Roestiyah N. K, 1982 : 159 )
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri
anak itu sendiri. Faktor internal diantaranya sebagai berikut :
a) Tujuan belajar yang jelas dari siswa
Siswa menganggap dirinya masuk sekolah lanjutan sekedar
memenuhi ajaran orang tua atau sekedar menggunakan waktu
senggang dan hanya sekedar jaga gengsi melanjutkan sekolah dengan
masud agar memperoleh hadia sepeda bagus atau mugkin ada yang
berpendapat bahwa sekolah lanjutan tempat pergaulan siswa. Jadi
seseorang yang akan belajar harus mempunyai tujuan yang jelas jika
ingin prestasinya baik.
b) Minat terhadap bahan pelajaran
Minat menentukan sukses atau gagalnya kegiatan seseorang
siswa. Dalam mengikuti pelajaran disekolah lanjutan setiap siswa
hendaknya mempunyai minat terhadap pelajaran yang diikutinya.
Kurang minat belajar berpengaruh terhdap prestasinya.
Badan yang sehat akan lebih menguntungkan bagi setiap
orang. Dengan badan yang sering sakit-sakitan dan kurang tenaga dan
serta kurang vitamin merupakan faktor penghambat kemajuan belajar
seseorang. Adanya ganguan emosional tidak tenang, khawatir, mudah
tersinggung, hal tersebut akan menjadikan kegiatan terganggu.
d) Kecakapan mengikuti pelajaran
Cakap mengikuti pelajaran apabila siswa mengikuti hal – hal
yang diajarkan dan kemudian akan menambah pengeahuan yang lebih
luas untuk bisa memahami dan mengerti isi pelajaran diperlukan
perhatian dan kosentrasi, menanggapi secara kritis apa yang diajarkan,
sebelum menggikuti pelajaran lebih dahulu membaca pokok – pokok
yang diajarkan kegagalan atau hambatan dalam kemajuan belajar
sering diebabkan karena siswa kurang cakap dalam mengikuti
pelajaran dengan baik.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si anak
faktor eksternal ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Faktor yang berasal dari lingkungan keluarga misalanya cara
orang tua mendidik anak, suasana keluarga,keadaan sosial
ekonomi keluarga
b) Faktor yang datang dari masyarakat misalanya cara hidup
c) Faktor yang datang dari lingkungan sekolah, misalanya cara guru
menyampaikan pelajaran, standar pelajaran, perpustakaan sekolah
4. Pekerjaan Orang Tua
Menerut kamus besar Bahasa Indonesia pekerjaan pencarian
adalah apa yang dijadikan pokok kehidupan suatu yang dilakukan untuk
mendapatkan nafkah. Depdikbud, KBBI (1998: 4289). Pekerjaan atau
jabatan dikelompokan atau dogolongkan dan disesuaikan dari pekerjaan
terendah sampai tertinggi.
Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dapat
digolongkan menjadi 9 golongan (Spillane, 1982:14 dalam Yektiningsih,
2008) yaitu sebagai berikut :
Golongan A terdiri dari mandor, pedagang, pegawai kantor,
pegawai sipil ABRI, pemilik perusahaan/toko/pabrik/perikanan, pemilik
bus/colt, penggarap tanah/ pengawas keamanan, petani pemilik tanah,
peternak, tuan tanah.
Golongan B terdiri dari buruh nelayan, petani kecil, penebang
pohon.
Golongan C terdiri ABRI (Tamtama s.d. Bintara), Guru SD,
kepala bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil,
pamong praja pegawai badan hukum, pegawai negeri golongan Ia s.d Id,
Golongan D terdiri dari meninggal dunia, pensiunan, tak
mempunyai pekerjaan tetap.
Golongan E terdiri dari Guru (SMP s.d. SMA), juru rawat,
pekerja sosial, kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan
II a s.d. d, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan.
Golongan F terdiri dari buruh tidak tetap, petani penyewa,
tukang/penarik becak.
Golongan G terdiri dari ahli hukum, ahli ilmu tanah/ahli ukur
tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insiyur,
kepala kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri,
pegawai negeri golongan IIIa ke atas, pengarang, peneliti, penerbang,
perwira ABRI (mayor s.d. jenderal), walikota/bupati.
Golongan H terdiri dari pembantu, pedagang keliling, tukang cuci.
Golongan I terdiri dari artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai
besi/emas/perak, penjahit, penjaga, sopir bus/colt, tukang kayu, tukang
listrik, tukang mesin.
Menurut Biro pengembangan Sosial Budaya, pekerjaan dibedakan
menjadi dua jenis.
pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan
pokok ini tidak/belum mencukupi untuk keperluan hidupnya,
maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar
penghasilan pokok
b. Pekerjaan sampingan atau tambahan adalah pekerjaan yang
dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan
tambahan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna
memenuhi kebutuhan hidunya sehari-hari. Sifat pekerjaan
sambilan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok.
5. Tingkat Pendidikan Orang Tua
a. Pengertian pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1982 : 950,204)
menjelaskan bahwa tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan,
jabatan, kemajuan, peradapan, dsb ) dan pendidikan adalah perbuatan
(hal, cara dsb) mendidik. Jadi bisa dikatakan tingkat pendidikan adalah
ukuran tinggi rendahnya seseorang diukur dari beberapa lamanya dia
mengenyam pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin luas wawasan serta pengetahuan pada suatu bidang tertentu
sesuai dengan profesi yang diraihnya.
Pendidikan pada uumnya merupakan kebutuhan setiap orang dan
tiap masyarakat. Persoalan pendidikan menjadi persoalan tiap orang dan
Makna pendidikanpun dilahat dari sudut pandang ilmu pengetahuan
kemanusian. Berikut ini di kemukakan empat batasan arti pendidikan
menurut sudut pandang ilmu pengetahuan :
1. Filsafat (Prof. Dr. N. Driyarkara, 1980), pendidikan adalah
pemanusian manusia muda atau pengangkatan manusia muda
ketarap insan. (Buku 1 : 74 – 78)
2. Sosiologi ( Francis J. Brown ), pendidikan adalah proses
dikendalikan engan sengaja, yang menghasilakan perubahan tingkah
laku dalam diri seseorang dan melalui orang – orang dalam
kelomponya ( Brown, 1970 : 199 )
3. Sosiolgi Budaya (John Dewey), pendidikan merupakan suatu proses
memimpin atau mengasuh ( Dewey, 1964 : 10 )
4. Psikologi ( Ellis , dkk ), pendidikan adalah keseluruhan pengalaman
belajar seseorang sepanjang hidupnya, bukan hanya pengalaman
belajar yang diorganisir secara formal (Ellis, Cogan, dan Howey,
1986 : 134)
5. Ilmu Pendidikan (Prof. Dr. M. J. Langeveld) pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan
kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat,
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri.(Buku 2 : 20)
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencpai keselamatan dan kebahagian setinggi – tingginya
(Suwarno, 1985 : 2-3 )
Dalam undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar
yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agr peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepibdian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jemjang pendidikan adalah
tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemapuan yang
dikembangkan
Ada 3 jenis pendidikan dalam Undang – undang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu :
1. Pendidikan Formal
Yaitu jalur pendidikan yang tersetruktur yang berjenjang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Misalanya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi
2. Pendidikan Nonformal
Yaitu jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya bentuk
3. Pendidikam Informal
Yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel
( 1986: 160) pendidikan infomal adalah suatu jenis pendidikan yang
tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis,
dilaksanakan diluar sekolah terutama dalam keluarga.
B. Kerangka Berpikir
1. Persepsi Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa
W. S Winkel mendifinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya
yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap. Perubahan ini tdak dapat dikatakan
belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara
orang, misalnya seorang anak menunjukan perubahan dalam jasmaninya
atau tingkah laku pada saat pubertas( Winkel, 1991 : 36 )
Sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari perubahan
kemampuan yang dinyatakan atau digambarkan dengan angka kuantitatif
yang diberikan oleh guru melalui suatu tes baik tulis maupun lisan yang
tercermin dalam raport, NEM atau ijasah.
Prestasi belajar menurut kamus besar bahasa indonesia adalah
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai – nilai atau angka – angka yang diberikan oleh
guru.
Seseorang dikatakan belajar apabila ia memperoleh hasil dari yang
ia lakukan. Hasil belajar ini merupakan perubahan didalam dari si pelajar,
dimana ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda – beda dari apa yang telah ia
pelajari. Keberhasilan siswa dalam kegiatannya yang disebut belajar akan
nampak dalam prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat
diketahui dari evaluasi belajarnya.
Perbedaan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat
mempengaruhi cara pandang siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Siswa
yang memiliki prestasi tinggi cenderung mempunyai kemampuan dan
pengetahuan yang lebih baik dari pada siswa yang berprestasi rendah.
Siswa yang berprestasi tinggi cendrung mempunyai gairah belajar yang
tinggi dan mempunyai pengetahuan yang luas. Semakin luas pengetahuan
yang diketahui siswa, siswa akan semakin mampu mengembangkan
kepribadian dan terbuka menerima hal – hal baru. Semakin luas
pengetahuan ia akan semakin tau berbagai macam peluang pekerjaan
dengan imbal jasa yang tinggi dengan fasilitas-fasilitas yang menarik
yang ditawarkannya. Dengan prestasi yang tinggi siswa merasa yakin
dengan kemampuannya dan lebih berani bersaing dengan siswa yang lain.
semakin siswa berprestasi tinggi akan cendrung memandang profesi guru
negatif, karena siswa tidak tertarik untuk menjadi guru dan cenderung
mencari pekerjaan yang lain yang diinginkannya, imbal jasa yang
diterima guru memeng jau lebih berbeda pada pekerjaan yang
diinginkannya, walaupun guru telah diadakanya program sertifikasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Sebaliknya siswa yang mempunyai prestasi
rendah cenderung memandang profesi guru positif, karena siswa yang
berprestasi rendah merasa tidak yakin dengan kemampuaanya dan
memadang rendah dirinya. Ia merasa tidak mampu dengan pekerjaan lain
sebagai guru. Oleh karena itu siswa yang berprestasi rendah lebih tertarik
untuk menjadi guru dibandingkan dengan siswa yang berprestasi tinggi.
2. Persepsi Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan orang tua adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan penghasilan setiap bulan disuatu intansi pemerintah, swasta,
dan wiraswasta. Pekerjaan orang tua siswa yang satu berbeda dengan
yang lainnya. Secara tidak lansung jenis pekerjaan orang tua akan
mempengaruhi pola asuh orang tua yang pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap cara pandang siswa terhadap suatu pekerjaan atau
profesi.
merupakan panutan bagi anak – anaknya. Bagi anak, orang tua
merupakan orang yang lebih bayak tua. Melalui orang tua, anak belajar
bersikap dan berprilaku.
Jenis pekerjaan orang tua secara tidak langsung berkaitan erat
dengan pola pengasuhan anak sehingga ikut mempengaruhi pola
pendidikan didalam rumah. Sikap mental orang tua siswa yang satu
berbeda dengan sikap mental siswa yang lain tergantung dari jenis
pekerjaan orang tuanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap cara pandang
siswa terhadap suatu pekerjaan. Sebagai seorang guru tentu sikap mental
berbeda dengan bukan yang guru.
Seorang guru akan memiliki pola mengasuhnya atau mendidik
anak tidak ubahnya seperti guru. Orang tua lebih sabar, telaten dalam
membimbing anak dalam belajar. Orang tua akan memperlakukan anak
seprti siswa disekolah yang akan terus membimbing dengan penuh
kesabaran.
Seorang yang bukan guru akan mempunyai pola asuh yang
berbeda dengan seorang guru. Secara tidak lansung orang tua yang bukan
seorang guru akan mempunyai pola asuh atau mendidik anak terpengaruh
oleh jenis pekerjaanya. Misalnya orang tuanya seorang TNI maka cara
mendidik anaknya tidak ubahnya sebagai seorang meliter dengan disiplin
yang tinggi, penuh dengan hukuman badan dan kekerasan.
Sikap mental yang dimiliki para orang tua baik guru maupun
diberikan kepada anak sangat berbeda sesuai dengan mentalitas yang
dimiliki orang tua, yang pada akhirnya mempengaruhi sikap mental
anaknya dalam memandang lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian tidaklah mustahil apabila seorang anak
mengukuti pekerjaan orang tuanya. Sehingga ia akan menimbulkan
pewarisan pekerjaan dari orang tua kepada anakanya. Ada kecendrungan
bahwa anak dari keluarga guru mengikuti jejak orang tuanya menjadi
guru. Hal ini memperkuat dugaan bahwa siswa yang mempunyai orang
tua dengan profesi sebagai guru cenderung lebih mempunyai persepsi
yang positif terhadap profesi guru karena profesi guru adalah profesi yang
terhormat. Sebaliknya siswa yang mempunyai orang tua yang pekarjaan
bukan profesi guru cenderung mempunyai persepsi yang negatif terhadap
profesi guru karena siswa yang mempunyai orang tua yang pekerjaanya
bukan guru akan lebih mengikuti jejak orang tuanya dan siswa
mengangap profesi guru tidak menjamin pemenuan kebutuhan, walaupun
pemerintah sudah mengeluarkan adanya program serifikasi.
3. Persepsi Terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat
pendidikan formal yang berhasil dicapai orang