• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

COOLING MACHINE WITH SUPER HEATING

AND SUB-COOLING

FINAL PROJECT

(3)
(4)
(5)
(6)

INTISARI

Pada jaman sekarang mesin pendingin sering digunakan dalam setiap kehidupan sehari-hari. Mesin Pendingin ada yang berfungsi untuk mendinginkan dan membekukan dan ada juga mesin pendingin yang digunakan untuk sistem pengkondisian udara. Contoh mesin pendingin yang digunakan untuk

mendinginkan dan membekukan adalah kulkas, freezer, dispenser, coldstorage,

dan lain-lain. Contoh mesin pendingin yang digunakan untuk sistem

pengkondisisan udara AC, water chiller, dan lain-lain. Mengingat peran dan

pentingya mesin pendingin secara umum, maka diperlukan pengetahuan tentang pembuatan dan pengembangan mesin pendingin. Tujuan pembuatan mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut adalah untuk melihat unjuk kerja mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut.

Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap memiliki komponen utama yaitu kompresor, kondensor, pipa kapiler, evaporator, dan filter. Model pengembangan mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut adalah dengan melilitkan pipa kapiler keluar kondensor dengan bagian keluar evaporator. Dari hasil percobaan data yang diambil dalam pengujian mesin pendingin adalah tekanan kerja, suhu di tiap bagian masuk dan keluar komponen mesin pendingin dan suhu air. Data diambil tiap 60 menit sampai air di dalam wadah membeku.

Dari pengujian, mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut dapat membekukan air dengan volume 5 liter dengan waktu 8,5 jam. .Hasil perhitungan dari mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut berupa besar kerja kompresor terendah sebesar 37,216 kJ/kg dan tertinggi sebesar 51,7172 kJ/kg, kalor yang diserap evaporator terendah sebesar 183,754 kJ/kg dan tertinggi sebesar 211,666 kJ/kg, kalor yang dilepas kondensor terendah

sebesar 220,97 kJ/kg dan tertinggi sebesar 260,512, dan COP (Coefficient of

Perfomance) dari mesin pendingin terendah sebesar 4, tertinggi sebesar 5,056, dan

rata-rata COP sebesar 4,53.

Kata Kunci : Mesin pendingin, siklus kompresi uap, COP , pemanasan lanjut, pendinginan lanjut.

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

rahmat yang diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir ini sehingga semuanya

dapat berjalan dengan lancar dan baik.

Tugas Akhir ini merupakan sebagai salah satu syarat yang wajib untuk setiap

mahasiswa Jurusan Teknik Mesin sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

S-1 pada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya Tugas Akhir

ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segenap

kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

4. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Dosen pembimbing akademik.

5. Kepala Laboratorium Konversi Energi, Doddy Purwadianto, S.T., untuk

dukungan dan saran yang penulis dapatkan.

6. Bapak Soesilo Boedy dan Ibu Sri Saptorini, S.E., M.M. selaku orang tua

penulis dan keluarga penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah mendukung dan memberi semangat penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir.

7. Drs. Djoko Purwanto selaku wali dari penulis yang dengan kebaikan dan

kerendahan hati memberikan nasihat dan dukungan moral pada penulis.

8. Rekan saya Herman Perdana, Deni Setiawan dan Prambudi Dangu yang telah

membantu dalam proses pengambilan data.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ix

2.4 Tahapan Siklus Kompresi Uap degan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan Lanjut ... 15

2.5 Perpindahan Kalor ...………... 19

2.5.1 Perpindahan Kalor Konduksi ………...……....…... 19

2.5.2 Perpindahan Kalor Konveksi ...…………...…... 21

(11)
(12)

ISTILAH PENTING

Simbol Keterangan

W Kerja kompresor (kJ/kg)

Qk Besarnya kalor yang dilepas kondensor ( kJ/kg)

Qe Besarnya kalor yang diserap evaporator (kJ/kg)

COP Koefisien prestasi

P Tekanan

h Entalpi t Waktu T Suhu

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Alir Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lanjut dan

Pendinginan Lanjut ………...…...….. 14

Gambar 2.2 Diagram P-h Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan Lanjut ...…..…. 16

Gambar 2.3 Diagram T-s Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan Lanjut ...…...….. 18

Gambar 2.4 Contoh Perpindahan Kalor Konduksi ... 20

Gambar 2.5 Contoh Perpindahan Kalor Konveksi ...….….. 21

Gambar 2.6 Grafik P-h Untuk refigeran 134a ...….. 28

Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah-Langkah Pembuatan Alat dan Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin ...….. 29

(14)

Gambar 3.17 Proses Pemvakuman...….. 42

Gambar 3.18 Proses Pengisian Refigeran...….. 43

Gambar 3.19 Pemasangan Kabel Termometer ...….. 45

Gambar 4.2 Diagram P-h Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan Lanjut Berdasarkan Data Percobaan……….. 52

Gambar 4.3 Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan Lanjut pada Diagram P-h Mesin Pendingin………. 53

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kerja Kompresor dan Waktu ……….... 57

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kalor yang dilepas Kondensor dan Waktu .... 58

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kalor yang diserap Evaporator dan Waktu ... 59

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Koefisien Prestasi dan Waktu …………... 60

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Hasil Percobaan Untuk Tekanan Dan Suhu dari Waktu ke

waktu………...….….. 48

Tabel 4.2. Besar Nilai Entalpi (Btu/lb) ………...….….. 50

Tabel 4.3. Besar Nilai Entalpi (kJ/kg) .………...….…... 51

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin dengan Pemanasan

Lanjut dan Pendinginan Lanjut ……… 56

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 60 menit ………….………..68

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 120 menit ……….69

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 180 menit ……….70

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 240 menit ………71

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 300 menit ………72

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 360 menit ………73

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 420 menit ………74

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 480 menit ………75

Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendnginan Lanjut pada

saat t = 510 menit ………76

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara Indonesia yang beriklim tropis, mesin pendingin sering

digunakan dalam kebutuhan sehari-hari. Hampir di setiap tempat, banyak

di temui mesin-mesin pendingin. Seperti yang sering kita jumpai di dalam

rumah tangga, di tempat-tempat hiburan, di berbagai alat transportasi, dan

lain sebagainya. Beberapa jenis mesin pendingin dapat dilihat dari

fungsinya. Ada mesin pendingin yang berfungsi untuk mendinginkan dan

membekukakan, dan ada juga mesin pendingin yang dipergunakan untuk

sistem pengkondisian udara. Contoh mesin pendingin yang berfungsi

untuk mendinginkan dan membekukan adalah : freezer, kulkas, ice maker,

showchase, dispenser, cold storage dan lain-lain. Dan contoh mesin

pendingin yang dugunakan untuk pengkondisian udara seperti AC, water

chiller, dan lain sebagainya. Semua contoh mesin pendingin tersebut

hampir sebagian besar menggunakan mesin pendingin siklus kompresi

uap.

Kulkas sering digunakan orang untuk mendinginkan sayur mayur,

daging, minuman, buah-buahan, telur, dan lain-lain. Pada kulkas jenis

tertentu biasa digunakan untuk membekukan daging dan membuat es batu.

Dengan demikian kulkas diharapkan dapat membuat bahan-bahan tersebut

(18)

menjadi tahan beberapa hari dari kebusukan. Dan dapat membantu ibu

rumah tangga dengan tidak direpotkan untuk pergi ke pasar tiap hari.

Selain itu dengan adanya kulkas, orang juga dapat menikmati minuman

yang dingin dan lebih segar.

Mesin Pembeku ( freezer, ice maker, cold storage) digunakan

untuk membekukan bahan-bahan yang ada di dalamnya. Dalam keadaan

beku, bahan-bahan makanan ataupun buah-buahan akan lebih awet dalam

waktu yang relatif lama, bahkan hingga hitungan bulan. Jarak yang jauh

dan waktu tempuh yang lama bukan lagi menjadi halangan dalam

pengiriman bahan-bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan manusia.

Dengan demikian, mesin pembeku dapat sangat membantu dalam hal

pengiriman suatu bahan makanan ataupun buah-buahan dari suatu tempat

ke tempat lain. Selain itu, mesin pembeku juga dapat digunakan untuk

membuat es dengan kapasitas produksi sesuai yang diinginkan. Apabila

ingin memproduksi es dengan kapasitas kecil, dapat menggunakan ice

maker.

AC digunakan orang untuk mendinginkan udara di dalam suatu

ruangan. Dengan demikian, diperoleh kondisi udara ruangan yang nyaman.

Kondisi udara yang nyaman meliputi suhu, kelembaban, distribusi dan

kecepatan udara. Dengan adanya AC di dalam suatu ruangan, diharapkan

orang yang berada di dalamnya dapat merasa nyaman. Begitu juga apabila

(19)

kereta api) diharapkan orang yang berada di dalamnya dapat menikmati

perjalanan dengan nyaman.

Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri,

mesin pendingin juga dapat dimanfaatkan dalam kegiatan olahraga dan

sarana hiburan. Seperti olahraga ice skating. Hasil pembekuan air oleh

mesin pendingin digunakan menjadi lantai dalam olahraga ice skating.

Dengan demikian, olahraga ice skating dapat dilakukan dimana saja dan

kapan saja, Tidak harus berada di tempat yang beriklim dingin dan

bermusim salju. Mesin pendingin pembuat es juga berguna dalam

pembuatan sarana hiburan atau wisata bernuansa musim salju.

Mesin pendingin memiliki peran yang cukup penting dalam

kehidupan rumah tangga, industri, sarana transportasi, sarana olahraga,

dan hiburan. Mengingat pentingnya peranan mesin pendingin bagi

masyarakat di saat sekarang ini, maka penulis berkeinginan untuk

mempelajari, memahami, dan mengenal kerja mesin pendingin, Dengan

cara membuat mesin pendingin dan mengetahui karakteristiknya

diharapkan penulis dapat memahami sistem suatu mesin pendingin

tersebut, meskipun dengan kapasitas ukuran skala rumah tangga.

1.2 Tujuan

a. Membuat mesin pendingin yang bekerja dengan siklus kompresi uap

dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut yang digunakan untuk

(20)

b. Menghitung kerja kompresor, kalor yang diserap evaporator dan kalor

yang dilepas kondensor dari mesin pendingin per satuan massa.

c. Mengetahui karakterisik (COP) dari mesin pendingin.

1.3 Batasan Masalah

a. Refigeran yang digunakan dalam mesin pendingin adalah R134a

b Komponen mesin pendingin terdiri dari komponen utama seperti :

kompresor, kondensor, pipa kapiler, filter, evaporator, dan tempat untuk

membekukan air.

c. Karakteristik mesin pendingin yang digunakan untuk menghitung COP

didasarkan pada kondisi mesin dengan siklus kompresi uap dengan

pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut dari mesin pendingin yang

dibuat.

1.4 Manfaat Pembuatan Alat Tugas Akhir bagi penulis adalah :

a. Mempunyai pengalaman dalam pembuatan mesin pendingin dengan

siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut

untuk ukuran rumah tangga.

b. Mampu memahami karakteristik mesin pendingin siklus kompresi uap

dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut.

c. Dapat dipergunakan sebagai referensi bagi orang lain yang ingin

membuat mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Definisi Mesin Pendingin

Mesin pendingin atau refrigerator adalah mesin yang di dalamnya terjadi

siklus dari bahan pendingin sehingga terjadi perubahan panas dan tekanan. Mesin

pendingin menggunakan bahan pendingin (refrigeran) yang bersirkulasi menyerap

panas dan melepaskan panas, serta terjadi perubahan tekanan rendah menjadi

tekanan tinggi. Sirkulasi tersebut berulang secara terus menerus. Dalam sistem

mesin pendingin jumlah refrigeran yang digunakan adalah tetap, yang berubah

adalah bentuknya.

Jenis-jenis mesin pendingin berdasarkan siklus kerjanya dapat dikelompokan

menjadi :

1. Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap adalah mesin pendingin

yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena memiliki nilai COP

yang tinggi. Jenis mesin pendingin dengan siklus kompresi uap menggunakan

kompresor sebagai komponen utama untuk menaikkan tekanan dan

mensirkulasikan refigeran. Komponen lainya yang tidak kalah penting adalah pipa

(22)

2. Mesin Pendingin Siklus Absorbsi

Siklus pendinginan absorbsi mirip dengan siklus pendinginan kompresi

uap. Perbedaan utama kedua siklus tersebut adalah gaya yang menyebabkan

terjadinya perbedaan tekanan antara tekanan penguapan dan tekanan kondensasi

serta cara perpindahan uap dari wilayah bertekanan rendah ke wilayah bertekanan

tinggi. Pada sistem pendingin kompresi uap digunakan kompresor, sedangkan

pada sistem pendingin absorbsi digunakan absorber dan generator. Uap

bertekanan rendah diserap di absorber, tekanan ditingkatkan dengan pompa dan

pemberian panas di generator sehingga absorber dan generator dapat

menggantikan fungsi kompresor secara mutlak.

3. Mesin Pendingin Siklus Jet Uap.

Prinsip umum pendingin dengan siklus jet uap dengan cara uap

dilewatkan melalui ejektor vakum efisiensi tinggi, yang merupakan bagian dari

sirkuit pendingin secara tertutup dan terpisah. Kekosongan parsial dalam media

penampung menyebabkan sebagian air menguap, sehingga panas sekitar diserap

melalui pendinginan secara evaporative. Air dingin dipompa melalui sirkuit untuk

pendingin udara, sedangkan air diuapkan kembali dari ejektor menuju kondensor

dan kembali ke sirkuit pendingin.

4. Mesin Pendingin Siklus Udara.

Siklus udara mesin (ACM) adalah unit pendingin dari sistem kontrol

lingkungan (ECS) yang digunakan dalam tekanan turbin gas bertenaga pesawat.

Biasanya pesawat terbang memiliki dua atau tiga dari ACM. Setiap ACM dan

(23)

menggunakan udara bukan fase perubahan material seperti freon dalam siklus gas,

dalam proses siklus udara tidak terjadi proses kondensasi dan penguapan

refigeran. Keluaran udara dingin dari proses ini dugunakan secara langsung untuk

vertilasi kabin atau untuk pendinginan peralatan elektronik.

5. Mesin Pendingin Siklus Vorteks.

Mesin Pendingin dengan siklus vorteks adalah mesin pendingin yang

memanfaatkan aliran cairan yang berputar secara turbulen dengan arah aliran

tertutup dan bergerak cepat mengitari pusatnya. Pada mesin pendingin jenis siklus

vorteks menggunakan tabung yang didalamnya terdapat aliran gas dingin yang

digunakan untuk proses pendinginan.

Mesin Pendingin yang paling sering digunakan adalah mesin pendingin

dengan siklus kompresi uap. Komponen utama mesin pendingin dengan siklus

kompresi uap terdiri dari :

1. Kompresor

Kompresor adalah suatu alat dalam mesin pendingin yang cara kerjanya

dinamis atau bergerak. Kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan freon (dari

tekanan rendah ke tekanan tinggi. Kompresor bekerja menghisap sekaligus

memompa refigeran sehingga terjadi sirkulasi (perputaran) refigeran yang

mengalir kepipa‐pipa mesin pendingin. Kompresor yang sering dipakai pada

mesin pendingin adalah jenis hermetik. Kontruksi dari kompresor jenis ini

menempatkan motor listrik dengan komponen mekanik ada dalam satu rumah.

(24)

menghisap sekaligus memompa udara sehingga terjadilah sirkulasi (perputaran)

udara yang mengalir dari pipa‐pipa mesin pendingin. Fase refrigeran ketika masuk

dan keluar kompresor berupa gas. Kondisi gas keluar kompresor berupa uap panas

lanjut. Suhu gas refrigeran keluar dari kompresor lebih tinggi dari suhu kerja

kondensor, demikian pula dengan nilai tekananya.

2. Kondensor

Kondenser adalah alat yang befungsi sebagai tempat kondensasi atau

pengembunan freon. Pada kondenser berlangsung dua proses utama yaitu proses

penurunan suhu refrigeran dari gas panas lanjut ke gas jenuh dan proses dari gas

jenuh ke cair jenuh. Proses pengembunan refrigeran dari kondisi gas jenuh ke cair

jenuh berlangsung pada suhu yang tetap. Saat kedua proses berlangsung,

kondenser mengeluarkan kalor dan pada tekanan yang tetap. Kalor yang

dilepaskan kondenser dibuang keluar dan diambil oleh udara sekitar. Kondensor

yang sering dipakai pada mesin pendingin kapasitas kecil adalah jenis pipa dengan

jari-jari penguat, pipa dengan pelat besi dan pipa-pipa dengan sirip-sirip. Pada

umumnya jenis kondensor yang sering dipakai pada mesin pendingin adalah jenis

pipa dengan jari-jari penguat.

3. Evaporator

Evaporator adalah tempat terjadinya perubahan fase refrigeran dari cair

menjadi gas (penguapan). Pada saat proses perubahan fase, diperlukan energi

kalor. Enegri kalor diambil dari lingkungan evaporator (benda-benda padat

ataupun cair yang ada di dalam evaporator mesin pendingin). Proses penguapan

(25)

yang banyak digunakan pada mesin pendingin adalah jenis permukaan datar,pipa-

pipa dan pipa dengan sirip-sirip.

4. Pipa kapiler

Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini mempunyai

dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran cair dan untuk

mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Pipa kapiler merupakan suatu pipa pada

mesin pendingin yang mempunyai diameter yang paling kecil jika dibandingkan

dengan pipa‐pipa lainnya. Jika pada evaporator pipanya mempunyai diameter 5

mm, maka untuk pipa kapiler berdiameter 2,5 mm. Fungsi pipa kapiler yaitu

menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir di dalam pipa. Ketika

freon mengalir di dalam pipa kapiler terjadi penurunan tekanan freon dikarenakan

adanya gesekan dengan bagian dalam pipa kapiler. Proses penurunan tekanan

dalam pipa kapiler diasumsikan berlangsung pada entalpi konstan (proses yang

ideal ). Pada saat freon masuk ke dalam pipa kapiler, freon dalam fase cair penuh,

tetapi ketika masuk evaporator fase freon berupa campuran fase cair dan gas.

Kerusakan mesin pendingin paling banyak dijumpai pada pipa kapiler yaitu terjadi

bocor dan tersumbat.

5. Filter

Filter adalah alat yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang

melewati sebuah sistem pendingin. Dengan adanya filter maka kotoran tidak dapat

melewatinya. Selain itu, filter juga berfungsi untuk menangkap uap air yang akan

masuk ke dalam sistem. Apabila sebuah sistem terdapat kotoran yang masuk ke

(26)

dan tidak dapat bekerja. Demikian juga dengan uap air, adanya uap air dalam

sebuah sistem membuat air dapat beku di dalam pipa kapiler dan berakibat

tertutupnya sebuah sistem. Bentuk umum dari filter berupa tabung kecil dengan

diameter antara 12 - 15 mm, sedangkan panjangnya kurang dari 14 - 15 cm.

2.2. Bahan Pendingin (Refrigeran)

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang

mudah diubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Bahan pendingin

ini disebut refrigeran. Refrigeran yaitu fluida atau zat pendingin yang memegang

peranan penting dalam sistem pendingin. Refrigeran digunakan untuk menyerap

panas melalui perubahan fase dari cair ke gas (evaporasi) dan membuang panas

melalui perubahan fase dari gas ke cair (kondensasi). Refrigeran dapat dikatakan

sebagai pemindah panas dalam sistem pendingin. Refrigeran mengalami beberapa

proses atau perubahan fase (cair dan uap), yaitu refrigeran yang mula-mula pada

keadaan awal (cair) setelah melalui beberapa proses akan kembali ke keadaan

awalnya.

Secara umum Refrigeran dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

1. Refrigeran primer

Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan dalam sistem

kompresi uap dan mengalami perubahan fase selama proses refrigerasinya.

(27)

a. Udara

Penggunaan udara sebagai refrigerant umumnya dipergunakan di

pesawat terbang, sistem pendingin menggunakan refigeran udara

menghasilkan COP yang rendah tetapi aman.

b. Amoniak (NH3)

Amonia adalah satu-satunya refrigeran selain kelompok

fluorocarbon yang masih digunakan sampai saat ini. Walaupun

amoniak (NH3) beracun dan kadang-kadang mudah terbakar atau

meledak pada kondisi tertentu, namun ammonia (NH3) biasa

digunakan pada instalasi-instalasi suhu rendah pada industri besar.

c. Karbondioksida (CO )

2

Karbondioksida merupakan refrigeran pertama dipakai seperti

halnya amonia. Refrigeran ini kadang-kadang digunakan untuk

pembekuan dengan cara sentuhan langsung dengan bahan

makanan. Tekanan pengembunannya yang tinggi membatasi

penggunaannya hanya pada bagian suhu rendah, untuk suhu tinggi

digunakan refrigeran lain. Pada mobil produksi baru, beberapa

jenis mobil menggunakan CO

2 untuk refigeran mesin pendingin

udaranya.

d. Refrigeran-12

Refrigeran ini biasa dilambangkan R-12 dan mempunyai rumus

kimia CCl F (Dichloro Difluoro Methane). Refrigeran jenis ini

(28)

dilarang digunakan pada saat ini karena tidak ramah lingkungan.

o o

R-12 mempunyai titik didih -21,6 F (-29,8 C). Untuk melayani refrigerasi rumah tangga dan didalam pengkondisian udara kendaraan otomotif.

e. Refrigeran-22

Refrigeran ini biasa dilambangkan R-22 dan mempunyai rumus

o o

kimia CHClF . R-22 mempunyai titik didih 41,4 F (5,22 C).

2

Refrigeran ini telah banyak digunakan untuk menggantikan R-12,

tetapi pada saat ini penggunaan refigeran jenis ini dilarang untuk

digunakan karena kurang ramah lingkungan.

f. HFC (Hydro Fluoro Carbon)

Refigeran jenis ini yang saat ini paling sering digunakan karena

memiliki sifat yang ramah lingkungan sehingga tidak merusak

lapizan ozon. .

2. Refrigeran sekunder

Refrigeran sekunder adalah fluida yang membawa kalor dari bahan

yang sedang didinginkan ke evaporator pada sistem refrigerasi. Refrigeran

sekunder mengalami perubahan suhu bila menyerap kalor dan

membebaskannya pada evaporator, tetapi tidak mengalami perubahan fase.

Secara teknis air dapat digunakan sebagai refrigeran sekunder, namun

(29)

beku (antifreezes) yang merupakan larutan dengan suhu beku dibawah

o

0 C. larutan anti beku yang sering digunakan adalah larutan air dan glikol

etilen, glikol propilen, atau kalsium klorida. Glikol propilen mempunyai

keistimewaan tidak berbahaya bila terkena bahan makanan. Salah satu contoh refrigeran sekunder adalah R-11 (CCl F). R-11 adalah kelompok

3

fluorocarbon dari gas metana. Mempunyai titik didih pada tekanan

o o

atmosfir sebesar 74,7 F (23,7 C) dengan operasi tekanan standar 2,94 psia

(0,2 bar) dan 18,19 psia (1,25 bar).

Jenis refrigeran yang digunakan pada saat ini terdiri dari tiga susunan yaitu:

a. Hydro fluoro carbon (HFC), merupakan refrigeran baru sebagai alternatif

untuk menggantikan posisi freon. Hal ini disebabkan karena refrigeran

freon mengandung zat chlor (Cl) yang dapat merusak lapisan ozon.

Sedangkan HFC terdiri dari atom-atom hidrogen, fluorine dan karbon

tanpa adanya zat chlor (Cl).

b. Hydro cloro fluoro carbon (HCFC), yang terdiri dari hidrogen, klorin,

fluorin, dan karbon. Refrigeran ini mengandung jumlah minimal klorin,

yang tidak merusak lingkungan karena berbeda dari refrigeran lain.

c. Cloro fluoro carbon (CFC), yang mengandung klorin, fluorin dan karbon.

Refrigerant ini membawa jumlah kaporit yang tinggi sehingga dikenal

(30)

Ditinjau dari berbagai segi pada saat ini pemakaian refrigeran yang umum

diusulkan adalah hydro fluoro carbon (HFC) karena beberapa sifat positif yang

dimilikinya.

Macam-macam HFC dan pemakaiannya meliputi sebagai berikut :

a. HFC 125 (CHF2CF3)

Sebagai pengganti freon–115 / R115 untuk pendingin air.

b. HFC 134a (CH3CH2F)

Merupakan alternatif pengganti freon-12 / R-12. tidak mudah meledak dan

tingkat kandungan racun rendah, digunakan untuk pengkondisian udara,

lemari es dan pendingin air.

c. HFC 152a (CH3CHF2)

Sebagai pengganti freon-12 / R-12 digunakan untuk penyegaran udara,

pendingin air.

Persyaratan refrigeran yang baik untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut:

a. Tidak beracun, berwarna dan berbau.

b. Bukan termasuk bahan yang mudah terbakar.

c. Tidak menyebabkan korosi pada material.

d. Dapat bercampur dengan minyak pelumas kompresor.

e. Memiliki stuktur kimia yang stabil.

f. Memiliki titik didih yang rendah.

g. Memiliki tekanan kondensasi yang rendah.

(31)

i. Memiliki kalor laten yang rendah.

j. Memiliki harga yang relatif murah dan mudah diperoleh.

Dari beberapa jenis refigeran diatas, maka pada saat ini jenis refrigeran yang

aman dipergunakan dalam sistem pendingin adalah refrigeran jenis HFC (hydro

fluoro carbon) atau R-134a. Freon 134a ataupun HFC-134a adalah refrigeran

haloalkana yang tidak menyebabkan penipisan ozon dan memiliki sifat-sifat yang

mirip dengan R-12 (diklorodiflorometana). R134a mempunyai rumus molekul

CH2FCF3 dan titik didih pada −26,3 °C (−15,34 °F). Secara khusus sifat dari

refrigeran 134a adalah sebagai berikut :

1. Tidak mudah terbakar.

2. Tidak merusak lapisan ozon.

3. Tidak beracun, berwarna dan berbau.

4. Relatif mudah diperoleh.

5. Memiliki kestabilan yang tinggi.

2.3. Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lnjut dan Pendinginan Lanjut

Dari sekian banyak jenis-jenis sistem refigerasi, namun yang paling umum

digunakan adalah refrigerasi dengan sistem kompresi uap. Komponen utama dari

sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor dan katup

ekspansi. Gambar 2.1 adalah skema alir siklus kompresi uap dengan pemanasan

(32)

Gambar 2.1 Skema Alir Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lnjut

dan Pendinginan Lanjut.

Dari Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pada bagian yang diberi tanda huruf A

adalah pipa kapiler yang keluar dari kondensor kemudian dililitkan ke saluran

masuk kompresor. Skema ini yang membedakan antara siklus kompresi uap

dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut jika dibandingkan dengan siklus

kompresi uap standar.

2.3.1. Pendinginan Lanjut

Pendinginan lanjut adalah proses untuk mengkondisikan agar freon

(refrigeran) yang keluar dari kondenser benar-benar dalam kondisi cair. Proses

Pengkondisian ini diperlukan agar ketika freon (refrigeran) masuk ke dalam pipa

kapiler tidak bercampur dengan gas dan menimbulkan masalah pada sistem

(33)

di dalam pipa kapiler. Secara teoritis, proses pendinginan akan memperbesar nilai

COP suatu mesin pendingin.

2.3.2. Pemanasan Lanjut

Proses pemanasan lanjut adalah proses untuk mengkondisikan agar freon

yang keluar dari evaporator dalam kondisi benar-benar berbentuk gas. Dengan

adanya proses pemanasan lanjut, maka freon tidak akan dalam kondisi campuran

antara gas dan cair sehingga secara teoritis dapat menaikan nilai COP. Jika terjadi

pemanasan lanjut maka volume spesifik uap bertambah besar sehingga nilai Q

(beban pendinginan) berkurang. Selain itu, dengan adanya pemanasan lanjut akan

merubah nilai kerja kompresor atau Wk (bertambah).

2.4. Tahapan Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan lanjut.

Untuk mengetahui tahapan siklus suatu mesin pendingin, digunakan diagram

P-h. Dengan adanya diagram P-h suatu siklus mesin pendingin dapat diketahui

proses-proses yang terjadi dalam suatu siklus mesin pendingin. Siklus mesin

pendingin kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut

(34)

Gambar 2.2 Diagram P-h Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan

Pendinginan Lanjut.

Keterangan proses-proses pada diagram 2.2 adalah sebagai berikut :

a) 1-2 (Proses kompresi)

Proses ini dilakukan oleh kompresor. Kondisi awal refrigeran pada saat

masuk ke dalam kompresor adalah uap jenuh bertekanan rendah, setelah

mengalami kompresi refrigeran akan menjadi uap bertekanan tinggi. Karena

proses ini berlangsung secara isentropik, maka temperatur ke luar kompresor pun

meningkat.

b) 2-3’ (Proses kondensasi)

Proses ini berlangsung di dalam kondensor. Refrigeran yang bertekanan

tinggi dan bertemperatur tinggi yang berasal dari kompresor akan membuang

kalor sehingga fasanya berubah menjadi cair. Hal ini berarti bahwa di dalam

(35)

(udara), sehingga panas berpindah dari refrigeran ke udara pendingin yang

menyebabkan uap refrigeran mengembun menjadi cair.

c) 3’- 3 (Proses Pendinginan Lanjut)

Pada proses pendinginan lanjut terjadi penurunan suhu. Proses pendinginan

lanjut membuat refigeran yang keluar dari kondensor benar-benar dalam keadaan

cair. Hal ini membuat refigeran lebih mudah mengalir melalui pipa kapiler dalam

sebuah system pendingin.

d) 3-4 (Proses ekspansi)

Proses ekspansi ini berlangsung didalam katup ekspansi. Hal ini berarti tidak

terjadi perubahan entalpi tetapi terjadi penurunan tekanan dan temperatur. Proses

penurunan tekanan terjadi pada katup ekspansi yang berbentuk pipa kapiler yang

berfungsi untuk mengatur laju aliran refrigeran dan menurunkan tekanan.

e) 4-1’ (Proses evaporasi)

Proses ini berlangsung didalam evaporator. Panas dari dalam ruangan akan

diserap oleh cairan refrigeran yang bertekanan rendah sehingga refrigeran berubah

fasa menjadi uap bertekanan rendah. Kondisi refrigeran saat masuk evaporator

f) 1’-1 (Proses Pemanasan Lanjut)

Pada proses pemanasan lanjut terjadi kenaikan suhu. Dengan adanya

pemanasan lanjut, refigeran yang akan masuk ke dalam kompresor benar-benar

(36)

Gambar 2.3 Diagram T-s Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan

Pendinginan Lanjut.

Proses-proses yang terjadi pada diagram T-s siklus kompresi uap seperti pada

Gambar 2.3. diatas adalah sebagai berikut :

a) 1 - 2 : kompresi adiabatik dan reversible dari uap jenuh menuju tekanan

kondensor.

b) 2 - 3 : pelepasan kalor reversible pada tekanan konstan, menyebabkan

penurunan panas lanjut (desuperheating), pengembunan dan sampai

kondisi pendinginan lanjut.

c) 3 - 4 : ekspansi tidak reversible atau isentalpik pada entalpi konstan, dan

cairan jenuh menuju tekanan evaporator.

d) 4 - 1 : evaporasi (penyerapan kalor) isothermis, penambahan kalor

reversible pada tekanan tetap yang menyebabkan penguapan menuju uap

(37)

2.5. Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor (heat transfer) terjadi karena adanya perbedaan

temperatur antara kedua medium. Sebagai contoh perbedaan temperatur pada

kedua medium plat padat, atau medium padat dengan fluida. Energi yang

berpindah biasanya disebut dengan istilah kalor (heat). Kalor (heat) akan selalu

bergerak dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Proses ini akan berlangsung

secara terus menerus sampai tidak ada perubahan temperatur diantara kedua

medium tersebut. Perpindahan kalor dapat terjadi dengan berbagai cara seperti

perpindahan kalor konduksi, perpindahan kalor konveksi dan radiasi. Namun

dalam mesin pendingin perpindahan panas terjadi hanya melalui perpindahan

panas secara konduksi dan konveksi.

2.5.1 Perpindahan Kalor Konduksi

Perpindahan kalor konduksi adalah perpindahan kalor tanpa disertai

bagian-bagian zat perantaranya. Perpindahan panas secara konduksi dapat

berlangsung pada benda padat,cair dan gas. . Untuk zat cair dan gas, kondisi zat

cair dan gas harus dalam keadaan diam atau tidak bergerak. Contoh perpindahan

kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari misalkan sebatang besi yang

(38)

Gambar 2.4 Perpindahan Kalor Konduksi

Gambar 2.4 memperlihatkan perpindahan kalor secara konduksi yang dapat

dirumuskan sebagai pesamaan laju umum untuk perpindahan kalor konduksi atau

sering dikenal dengan hukum fourier seperti pada persamaan 2.1.

q = - k . A .

∆ ...(2.1)

Dimana : q = laju perpindahan panas (W)

k = konduktifitas thermal bahan (W/m.K)

=gradien suhu perpindahan kalor (-K/m)

A = luas penampang benda (m²)

Pada persamaan 2.1 menunjukan bahwa laju perpindahan kalor bernilai minus (-)

(39)

2.5.2 Perpindahan Kalor Konveksi

Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor dengan disertai

perpindahan molekul-molekul atau zat perantaranya. Dengan kata lain,

perpindahan kalor konveksi membutuhkan media (fluida atau gas) untuk

mengalirkan kalor. Contoh perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan

sehari-hari adalah saat proses merebus air.

Gambar 2.5 Perpindahan Kalor Konveksi

Gambar 2.5 memperlihatkan perpindahan kalor secara konveksi atau sering

dikenal dengan hukum newton untuk pendinginan, yang dapat dirumuskan seperti

pada persamaan 2.2.

(40)

Dimana : q = laju perpindahan panas (W)

h = koefisien perpindahan panas konveksi W/(m².K)

A = luas permukaan yang bersentuhan dengan fluida (m²)

Ts = temperatur permukaan (K)

T∞= temperatur fluida yang mengalir dekat permukaan (K)

Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada udara atau fluida yang mengalir

(zat cair dan gas). Perpindahan kalor konveksi tidak dapat berlangsung pada

benda padat. Perpindahan kalor secara konveksi ada dua macam yaitu konveksi

paksa dan konveksi bebas. Berikut penjelasan dan contoh dari keduanya.

1. Konveksi bebas / konveksi alamiah (free convection / natural convection)

Konveksi bebas adalah konveksi yang disebabkan oleh beda suhu dan

perbedaan massa jenis dan tanpa peralatan bantu penggerak dari luar yang

mendorongnya. Jadi aliran fluida atau udara pada konveksi bebas terjadi

karena adanya perbedaan kerapatan.

Contoh: plat panas dibiarkan berada di udara sekitar tanpa ada sumber

gerakan dari luar yang menggerakkan udara.

2. Konveksi paksa (forced convection)

Konveksi paksa berlawanan dengan konveksi bebas. Pada konveksi paksa

perpindahan panas aliran gas atau fluida disebabkan adanya tenaga atau

peralatan bantu dari luar. Contoh: plat panas diberi aliran air atau udara

(41)

2.6. Beban Pendinginan

Beban pendinginan adalah beban yang diterima suatu sistem untuk

mendinginkan sesuatu. Pada evaporator, beban pendinginan adalah besarnya

aliran kalor yang dihisap evaporator. Unit pendingin selalu menerima beban

pendinginan karena harus menjaga temperatur dan kelembaban tertentu yang

umumnya berada di bawah temperatur dan kelembaban lingkungan di luarnya.

Beban pendinginan biasanya berupa aliran energi berbentuk panas. Beban

pendingin dapat dibagi menjadi dua bagian khusus yaitu :

1. Beban laten

Beban laten adalah beban yang diterima atau dilepaskan suatu materi

karena adanya perubahan wujud (fase). Sebagai contoh air yang sudah

didinginkan sampai 0°C kemudian didinginkan lagi sampai menjadi es

pada suhu 0°C. Pada proses ini tidak terjadi perubahan suhu melainkan

perubahan wujud (fase). Beban pendinginan disini disebut beban laten

dan panas yang diserap disebut dengan panas laten.

2. Beban sensible

Beban sensible adalah beban yang diterima atau dilepaskan suatu

materi karena adanya perubahan suhu. Misalkan air dengan suhu

100°C didinginkan menjadi 0°C (masih dalam keadaan cair). Beban

yang diterima dalam proses itu disebut beban sensible. Panas yang

diterima untuk menurunkan suhu dari 100°C menjadi 0°C disebut

(42)

2.7. Proses Perubahan Fase

Secara umum proses perubahan fase dapat berlangsung karena adanya

pengaruh temperatur. Perubahan fase banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya perubahan cair ke padat, gas ke cair, padat ke gas dan lain sebagainya.

Namun dalam suatu sistem mesin pendingin hanya berlangsung dua perubahan

fase yaitu pengembunan ( gas ke cair) dan penguapan (cair ke gas).

2.7.1 Proses Pengembunan (kondensasi).

Proses pengembunan atau kondensasi adalah adalah proses perubahan

wujud dari zat gas (uap) menjadi zat cair. Proses pengembunan merupakan proses

perubahan zat yang melepaskan kalor/panas (eksothermik). Kondensasi terjadi

ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap

dikompresi (tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari

pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut

kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi

cairan disebut kondensor. Pada meisn pendingin, proses pengembunan atau

kondensasi berlangsung di kondensor. Pada kondensor uap panas lanjut diubah

kondisinya menjadi cair jenuh. Kalor yang dilepas dari refigeran dibuang keluar

dari kondensor ke lingkungan sekitar. Pada umumnya lingkungan sekitar

kondensor adalah udara. Karenanya udara di sekitar memiliki suhu yang lebih

(43)

2.7.2 Proses Penguapan (evaporasi)

Proses penguapan adalah proses perubahan bentuk zat dari cair menjadi

uap / gas. Proses penguapan pada mesin pendingin terjadi di evaporator. Pada saat

refigeran mengalir melalui pipa-pipa evaporator, refigeran berubah fase dari cair

menjadi gas. Proses penguapan memerlukan kalor. Kalor diambil dari lingkungan

sekitar dimana evaporator itu ditempatkan. Pada mesin pendingin air, kalor

diambil dari lingkungan sekitar evaporator yang berupa air sehingga air dapat

berubah suhunya menjadi rendah dan berubah wujud menjadi es.

2.8 Rumus-Rumus Perhitungan Karakteristik Untuk Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan Lanjut

Dalam analisa unjuk kerja mesin pendingin diperlukan beberapa rumusan

perhitungan, antara lain sebagai berikut :

1) Kerja Kompresor

Besar kerja kompresi per satuan massa refrigeran dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan:

Wk = h2– h1 ...………..(2.3)

Dimana : Wk = besar kerja kompresor (kJ/kg).

h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg).

(44)

2) Kerja Kondensor

Besar kalor per satuan massa refrigeran yang dilepas kondensor

dinyatakan sebagai:

Qk = h2 – h3 ...(2.4)

Dimana : Qk = besar kalor yang dilepas kondensor (kJ/kg).

h2 = entalpi refrigeran saat keluar kondensor (kJ/kg).

h3 = entalpi refrigeran saat masuk kondensor (kJ/kg).

3) Kerja Evaporator

Besar kalor yang diserap oleh evaporator adalah:

Qe = h1 – h4 ...……(2.5)

Dimana : Qe = besar kalor yang diserap evaporator (kJ/kg).

h1 = entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg).

(45)

4) COP (Coefficient Of Performance)

COP dipergunakan untuk menyatakan perfomance (unjuk kerja) dari siklus

refrigerasi. Semakin tinggi COP yang dimiliki oleh suatu mesin pendingin

maka akan semakin baik mesin pendingin tersebut. COP tidak mempunyai

satuan karena merupakan perbandingan antara dampak refrigerasi (h1-h4)

dengan kerja spesifik kompresor (h2-h1) dirumuskan sebagai berikut :

COP= ( )

( ) ...(2.6)

Dimana : h1 = entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg) h2 = entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg) h4 = entalpi refrigeran saat masuk evaporator (kJ/kg)

Dengan bantuan diagram tekanan-entalpi, besaran yang penting seperti

kerja kompresor, kerja kondensor, kerja evaporator dan COP dalam siklus

kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut dapat diketahui.

Dalam penggunaan diagram entalpi-tekanan tergantung jenis bahan pendingin

(refrigeran) yang dipakai. Untuk diagram tekanan-entalpi pada jenis refrigeran

(46)
(47)

BAB III

METODE PEMBUATAN ALAT

3.1. Diagram Alir Pelaksanaan.

Langkah kerja yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas akhir disajikan

dalam diagram alir sebagai berikut :

Mulai

Perancangan Mesin Pendingin

Persiapan Komponen-Komponen Mesin Pendingin

Penyambungan Komponen-komponen Mesin Pendingin

Pemvakuman Mesin Pendingin

Pengisian refrigeran 134a

Uji Coba

Pengambilan Data T1,T2,T3,T4,T5,P1,P2 dan Tair

Pengolahan Data Wk,Qk,Qe dan COP

Selesai

(48)

3.2. Komponen-Komponen Mesin Pendingin.

Mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut

mempunyai komponen-komponen sebagai berikut :

a) Kompresor

Kompresor adalah alat yang bekerja menghisap sekaligus memompa

refigeran sehingga terjadi sirkulasi (perputaran) refigeran yang mengalir pada

pipa-pipa mesin pendingin. Pada alat mesin pendingin yang dibuat menggunakan

kompresor merek Toshiba dengan daya 1/6 PK. Gambar 3.2 memperlihatkan

kompresor yang digunakan dalam pembuatan mesin pendingin.

Gambar 3.2 Kompresor.

b) Kondensor

Kondensor yang digunakan dalam pembuatan mesin pendingin adalah

jenis pipa dengan jari-jari penguat. Panjang kondenser 70 cm dan lebar 45 cm

dengan diameter pipa 5 mm. Jarak antar sirip 3,5 cm. Gambar 3.2 memperlihatkan

(49)

Gambar 3.3 Kondensor.

c) Pipa kapiler

Panjang pipa kapiler yang digunakan 150 cm dengan diameter pipa 2,5

mm dan bahan yang digunakan tembaga. Gambar 3.4 memperlihatkan pipa

kapiler yang digunakan.

Gambar 3.4 Pipa Kapiler.

Dalam pembuatan mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan

lanjut, penempatan dan penggunaan pipa kapiler sedikit berbeda dengan mesin

pendingin standar. Pada mesin pendingin standar, pipa kapiler cukup

disambungkan seperti biasa sesuai dengan skema rangkaian mesin pendingin

(50)

pipa kapiler dililitkan kesaluran keluar revaporator. Setelah dililitkan perlu

dibungkus dengan isolator agar kalor tidak merambat keluar melalui media udara

sekitar. Tujuan dari pipa kapiler dililitkan agar kalor yang ada dalam pipa kapiler

dapat memanaskan saluran keluar evaporator sehingga saat refigeran masuk ke

dalam kompresor dalam keadaan benar-benar gas dan tidak ada campuran air.

Berikut Gambar 3.5a dan Gambar 3.5b memperlihatkan pipa kapiler yang

dililitkan melalui saluran keluar evaporator dan diberi isolator berupa gabus dan

selotip.

Gambar 3.5a Pipa Kapiler Dililitkan. Gambar 3.5b Pipa Kapiler Diisolasi.

Tujuan dari diberi isolator pada pipa kapiler yang dililitkan adalah agar kalor yang

terdapat pada pipa kapiler yang keluar dari kondensor tidak terbuang dan

(51)

d) Evaporator.

Evaporator yang digunakan dalam pembuatan alat mesin pendingin

ini dapat dibeli di pasaran. ukuran-ukuran dari evaporator yang dijumpai di

pasaran sangat bervariasi. Ukuran evaporator yang digunakan dalam

pembuatan alat mesin pendingin ini memiliki panjang 60 cm dan lebar 25

cm. Gambar 3.6 memperlihatkan evaporator yang digunakan dalam

pembuatan alat.

Gambar 3.6 Evaporator.

e) Filter

Dalam pembuatan mesin pendingin harus menggunakan filter untuk

menyaring kotoran agar tidak masuk ke dalam sebuah sistem pendingin dan

masuk ke dalam kompresor. Filter yang digunakan memiliki dimensi panjang 8.5

cm dan diameter 19 mm. Gambar 3.7 memperlihatkan gambar filter yang

(52)

Gambar 3.7 Filter.

3.3 Peralatan Pendukung Pembuatan Alat.

Dalam pembuatan mesin pendingin, menggunakan alat pendukung berupa:

a) Pemotong Pipa (Tube Cutter)

Tube cutter adalah jenis alat yang biasa digunakan untuk memotong

pipa. Hasil potongan menggunakan tube cutter akan lebih bersih dan lebih cepat

dibandingkan memotong pipa dengan menggunakan gergaji besi. Gambar 3.8

(53)

Gambar 3.8 Pemotong Pipa (Tube Cutter).

b) Pelebar Pipa (Flaring Tool)

Pelebar pipa adalah alat yang digunakan untuk memperbesar diameter

pada pipa. Ukuran dari diameter alat pelebar pipa sangat bervariasi tergantung

dari kebutuhan. Tujuan dari pipa dilebarkan adalah agar saat kedua pipa di

sambung dengan las dampat menempel lebih kuat dibanding dengan disambung

tanpa melakukan proses pelebaran pipa. Gambar 3.9 memperlihatkan alat pelebar

pipa.

(54)

c) Tang

Tang adalah alat bantu yang berbentuk seperti gunting dan berguna

untuk mencapit, memotong dan mengencangkan baut. Jenis-jenis dari tang

bermacam-macam dibedakan berdasarkan fungsinya. Namun pada pembuatan alat

pendingin ini menggunakan tang jenis kombinasi yang sangat membantu dalam

proses pengelasan dan pengencangan baut. Gambar 3.10 memperlihatkan tang

yang digunakan sebagai alat pembantudalam pembuatan mesin pendingin.

Gambar 3.10 Tang.

d) Pompa Vakum

Pompa vakum adalah salah satu jenis pompa yang bekerja dengan cara

menghisap. Suatu sistem pendingin harus dalam keadaan vakum sebelum diisi

refrigerant. Untuk mengetahui apakah sudah vakum dapat dilihat pada jarum

indikator manometer berada pada dibawah 0 bar. Gambar 3.11 memperlihatkan

(55)

Gambar 3.11 Pompa Vakum.

e) Manifold Gauge

Manifold gauge adalah alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan

pada sistem pendingin. Manifold gauge yang dipakai dalam pembuatan alat ini

adalah jenis single manifold gauge. Dalam pembuatan alat ini menggunakan 2

buah single manifold gauge yang akan digunakan untuk mengukur tekanan masuk

dan tekanan keluar, jadi membutuhkan 2 jenis manifold gauge yaitu manifold

gauge tekanan tinggi dan tekanan rendah. Gambar 3.12 memperlihatkan single

manifold gauge tekanan tinggi (warna merah) dimana angka skala tertera sampai

500 psi dan Gambar 3.13 memperlihatkan single manifold gauge tekanan rendah

(56)

Gambar 3.12 Manifold Tekanan Tinggi.

(57)

f) Alat Las

Dalam pembuatan mesin pendingin dibutuhkan peralatan las yang

berguna untuk menyambung pipa kapiler dan sambungan pipa-pipa menuju

komponen-komponen utama mesin pendingin. Gambar 3.14 memperlihatkan alat

las gas yang digunakan untuk menyambung pipa kapiler dan komponen-

komponen mesin pendingin.

Gambar 3.14 Alat Las.

g) Bahan las

Bahan las atau bahan tambah yang digunakan dalam penyambungan

pipa kapiler menggunakan bahan tambah perak, kuningan, dan borak. Untuk

bahan tambah borak digunakan jika penyambungan antara tembaga dan besi.

Penggunaan bahan tambah dikarenakan pada proses pengelasan tembaga akan

(58)

memperlihatkan bahan las perak yang digunakan dalam proses pengelasan pipa

kapiler untuk membuat sebuah sistem pendingin.

Gambar 3.15 Perak Sebagai Bahan Tambah Las.

Persiapan komponen harus dilakukan sebelum memulai tahap proses pembuatan

mesin pendingin. Komponen yang harus dipersiapkan berupa komponen-

komponen utama mesin pendingin dan alat bantu yang diperlukan dalam

pembuatan mesin pendingin. Hal ini sangat perlu dilakukan karena akan

mempercepat dan mempermudah proses selanjutnya dalam pembuatan mesin

pendingin.

Setelah semua komponen-komponen disiapkan, maka akan dilanjutkan

pada proses penyambungan komponen-komponen mesin pendingin. Dalam proses

ini pipa kapiler akan disambungkan ke kondensor, evaporator, filter dan

kompresor. Pada proses penyambungan komponen-komponen menjadi sebuah

sisitem pendingin, tidak boleh ada kebocoran pada saluran-saluranya. Proses

(59)

penyambungan komponen-komponen utama, penyambungan alat ukur berupa dua

buah manifold gauge juga dilakukan dengan teknik pengelasan. Gambar 3.16

memperlihatkan proses penyambungan komponen-komponen mesin pendingin

dengan teknik pengelasan. Proses pengelasanya sendiri menggunakan bahan

tambah berupa perak mengingat bahan yang akan disambung antara tembaga dan

tembaga. Namun saat penyambungan antara pipa keluar evaporator ke arah

kompresor, menggunakan bahan tambah borak dalam proses pengelasan karena

bahan yang akan disambung antara tembaga dan besi.

Gambar 3.16 Proses Pengelasan.

Setelah proses penyambungan selesai, sebuah rangkaian sistem pendingin sudah

terbentuk. Namun sebelum diisi refigeran, sebuah sistem pendingin harus

divakumkan terlebih dahulu. Proses pemvakuman menggunakan pompa vakum

yang sudah disiapkan sebelumnya. Pada proses pemvakuman dapat dilihat juga

(60)

pada waktu proses penyambungan. Untuk mengetahui terjadinya kebocoran, busa

sabun dioleskan pada pipa-pipa atau sambungan-sambungan dalam sistem

tersebut. Apabila terdapat gelembung-gelembung udara, dapat dipastikan

rangkaian sistem pendingin tersebut terdapat kebocoran dibagian yang diolesi

busa sabun dan terdapat gelembung udara disekitarnya. Apabila terjadi kebocoran,

harus di tambal ulang dengan cara di las dibagian yang mengalami kebocoran.

Setelah sebuah rangkaian sistem tidak mengalami kebocoran, maka proses

pemvakuman dapat dilakukan. Untuk menunjukkan rangkaian sistem pendingin

tersebut benar-benar vakum dapat dilihat pada manifold gauge yang sudah

terpasang. Apabila jarum pada manifold gauge menunjuk angka dibawah 0, dapat

dipastikan rangkaian sistem tersebut sudah vakum dan siap diisi refiugeran.

Gambar 3.17 memperlihatkan proses pemvakuman sebuah rangkaian sistem

pendingin menggunakan pompa vakum.

(61)

Setelah rangkaian mesin pendingin dalam kondisi vakum, proses selanjutnya

adalah pengisian refigeran. Jenis refigeran yang digunakan dalam mesin

pendingin yang dibuat adalah R134a. Saat proses pengisian berlangsung tekanan

pada manifold gauge warna biru (tekanan rendah) akan naik dan menunjuk angka

50 psi. Proses pengisian refigeran melalui selang yang dihubungkan ke dalam dob

yang terhubung pada kompresor. Proses pengisian refigeran hampir sama dengan

saat proses pemvakuman, tapi pada saat proses pengisian tidak menggunakan alat

pompa vakum melainkan menggunakan tabung refigeran. Gambar 3.18

memperlihatkan proses pengisian refigeran.

Gambar 3.18 Proses Pengisian Refigeran

Setelah rangkaian pendingin diisi dengan refigeran, proses selanjutnya adalah

proses uji coba. Proses uji coba ini sendiri sangat perlu dilakukan untuk

mengetahui kinerja mesin pendingin. Saat proses uji coba perlu diperhatikan

(62)

pengambilan data berlangsung. Selain itu, proses uji coba harus dilakukan

menggunakan media yang didinginkan agar tercapai gambaran hasil pendinginan.

Pada saat proses uji coba, diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang

terjadi pada rangkaian sistem pendingin, sehingga saat proses pengambilan data

tidak mengalami kendala.

3.4. Cara Pengambilan Data

Pengambilan data tekanan kerja kompresor beserta suhu keluar dan masuk

kompresor, evaporator, kondensor dilakukan secara bersama-sama. Hal pertama

yang dilakukan adalah mengecek posisi termokopel sesuai dengan tempat yang

ditentukan. Selanjutnya untuk pengambilan data memerlukan proses sebagai

berikut :

1. Pengecekan kebocoran Refrigeran pada mesin pendingin.

2. Mengisi air sebanyak 5 liter pada wadah yang disediakan (ruang

pendingin).

3. Memasang ujung kabel termometer pada dinding (ruang pendingin) dan

menempelkannya pada air yang didinginkan. Gambar 3.19

memperlihatkan posisi kabel termometer yang digunakan untuk mengukur

(63)

Gambar 3.19 Pemasangan Kabel Termometer

4. Mengisolasi tempat air (ruang pendingin) agar tidak terjadi kontak

langsung dengan udara luar.

5. Pemasangan termokopel pada pipa - pipa keluar dan masuk kompresor,

kondensor dan evaporator. Seperti ditunjukan pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20 Pemasangan Termokopel

6. Pengecekan manifold gauge yang sudah terpasang sebelumnya pada

(64)

7. Setelah semua siap mesin pendingin siap untuk dihidupkan dan proses

pengambilan data siap dilakukan.

Dalam proses pengambilan data, ada beberapa hal yang perlu dicatat yaitu:

T ruangan = suhu ruangan saat pengambilan data (C).

V air = volume air yang didinginkan(C).

T air = suhu air atau media yang didinginkan (C).

T1 = suhu refigeran saat keluar dari kompresor (C).

T2 = suhu refigeran saat masuk kondensor (C).

T3 = suhu refigeran saat keluar kondensor (C).

T4 = suhu refigeran saat masuk evaporator (C).

T5 = suhu refigeran saat keluar evaporator (C).

P1 = tekanan saat keluar kompresor (psi).

P2 = tekanan saat masuk kompresor (psi).

Proses pengambilan data diukur setiap 60 menit. Data tekanan diperoleh dari

angka yang tertera pada manifold gauge yang telah dipasang pada mesin

pendingin. Proses Pengambilan data dilakukan di dalam ruangan dengan suhu

(65)

proses pengambilan data. Gambar 3.21 memperlihatkan saat proses pengambilan

data.

Gambar 3.21 Proses Pengambilan Data.

3.5 Cara Pengolahan Data

Dari data yang diperoleh dibuat tabel dan grafik agar mempermudah

pemahaman tentang siklus mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan

pendinginan lanjut. Data yang diperoleh juga digunakan untuk mendapatkan nilai

entalpi dengan cara melihat grafik P-h diagram. Setelah nilai entalpi diketahui

maka dapat digunakan untuk mengetahui karakterisitik mesin pendingin dengan

cara menghitung besar kalor yang dilepas kondensor, kalor yang diserap

(66)

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan.

Hasil percobaan untuk nilai suhu dan tekanan pada titik-titik yang telah

ditentukan (Gambar 4.1) pada waktu tertentu disajikan pada Tabel 4.1.

.Tabel 4.1 Hasil Percobaan Untuk Tekanan dan Suhu dari Waktu ke Waktu.

Waktu

(67)

Media yang didinginkan air, dengan volume 5 liter, dan suhu awal 28 °C.

T air = suhu air atau media yang didinginkan (°C).

T1 = suhu refigeran saat keluar dari kompresor (°C).

T2 = suhu refigeran saat masuk kondensor (°C).

T3 = suhu refigeran saat keluar kondensor (°C).

T4 = suhu refigeran saat masuk evaporator (°C).

T5 = suhu refigeran saat keluar evaporator (°C).

P1 = tekanan saat keluar kompresor (psi).

P2 = tekanan saat masuk kompresor (psi).

Gambar 4.1 memperlihatkan titik-titik pemasangan alat ukur suhu dan tekanan

pada saat proses pengambilan data.

(68)

4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan

Dari data suhu yang diperoleh dapat dihitung besar entalpi (h). Untuk mencari

nilai h, data suhu dijadikan dalam satuan F. Dari diagram R134a dapat ditarik nilai

h dalam satuan Btu/lb. Besar nilai entalpi (h) disetiap titik 1, 2, 3, 4 dari waktu ke

waktu dalam satuan Btu/lb disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Nilai Entalpi (h) dalam satuan Btu/lb.

Waktu h1 h2 h3 h4

(69)

Tabel 4.3. Besar Entalpi (h) dalam satuan kJ/kg.

85,3+32 = 185,54 °F. Untuk menentukan besaran nilai entalpi dilihat dari diagram

tekanan-entalpi pada jenis refrigeran 134a. Dari diagram dapat dilihat nilai h2 saat

T1 (keluar kompresor) adalah 128 Btu/lb. Dalam perhitungan satuan h harus

dalam kJ/Kg jadi nilai h2 =128 Btu/lb = 297,728 kJ/kg (128Btu/lbx2,326kJ/kg)

Gambar 4.2 memperlihatkan siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan

pendinginan lanjut yang diperoleh dari hasil percobaan pada saat waktu (t) = 60

(70)

Gambar 4.2 Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan

(71)

Gambar 4.3 memperlihatkan siklus kompresi uap dengan pemanasan lanjut dan

pendinginan lanjut dari data hasil percobaan.

Gambar 4.3 Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lanjut dan Pendinginan

Lanjut pada Diagram P-h Mesin Pendingin.

Keterangan :

h1 = 255,86 kJ/kg

h2 = 297,728 kJ/kg

h3 = 69,78 kJ/kg

h4 = 69,78 kJ/kg

1) Kerja Kompresor

Untuk mendapatkan kerja kompresor yang dihasilkan oleh mesin

(72)

Wk = h2 – h1

= 297,728 kJ/kg – 255,86 kJ/kg

= 41,868 kJ/kg

Maka kerja kompresor sebesar 41,868 kJ/kg (pada saat t= 60 menit).

2) Kalor yang Dilepas Kondensor

Untuk mendapatkan nilai kalor yang dilepas kondensor pada mesin

pendingin, dapat menggunakan persamaan 2.4 :

Qk = h2 – h3

= 297,728 kJ/kg – 69,78 kJ/kg

= 227,948 kJ/kg

Maka kalor yang dilepas kondensor sebesar 227,948 kJ/kg (pada saat t=60

menit).

3) Kalor yang Diserap Evaporator

Untuk mendapatkan kalor yang diserap evaporator pada mesin

pendingin, dapat menggunakan persamaan 2.5 :

Qe = h1 – h4

= 255,86 kJ/kg – 69,78 kJ/kg

= 186,08 kJ/kg

Maka kalor yang diserap evaporator sebesar 186,08 kJ/kg (pada saat t=60

(73)

4) Koefisien Prestasi (COP)

Untuk mendapatkan koefisien prestasi (COP) yang dihasilkan oleh

mesin pendingin, dapat menggunakan persamaan 2.6 :

COP= ( )

( )

=

(( , , , , ) )

= 4,444

Maka COP yang dihasilkan sebesar 4,444 (pada saat t=60 menit).

4.3. Hasil Perhitungan

Hasil perhitungan secara keseluruhan dari waktu (t) 60 menit sampai waktu

(t) 510 menit untuk nilai kerja kompresor (Wk), kalor yang dilepas kondensor

(Qk), kalor yang diserap evaporator (Qe) dan koefisien prestasi (COP) dari mesin

pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut disajikan pada tabel

(74)

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Karakteristik Mesin Pendingin dengan Pemanasan

COP dari mesin pendingin dengan pemanasan lanjut dan pendinginan lanjut dari

waktu ke waktu memiliki nilai yang berbeda-beda. Gambar grafik hasil

perhitungan secara keseluruhan disajikan pada Gambar 4.4, Gambar 4.5, Gambar

(75)

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kerja Kompresor dan Waktu.

Gambar 4.4 memperlihatkan besar nilai kerja kompresor (Wk) dari waktu ke

waktu. Bila dinyatakan dalam persamaan dapat dinyatakan :

Wk = 0,011 t + 39,60

( t dalam satuan menit dan Wk dalam satuan kJ/kg). Persamaan berlaku untuk t =

60 menit sampai dengan t = 510 menit. Nilai kerja kompresor terendah sebesar

37,216 kJ/kg dan nilai kerja kompresor tertinggi sebesar 51,172 kJ/kg. Rata-rata

(76)

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kalor yang Dilepas Kondensor dan Waktu.

Gambar 4.5 memperlihatkan besar nilai kalor yang dilepas kondensor (Qk) dari

waktu ke waktu. Bila dinyatakan dalam persamaan :

Qk = 0,073 t + 221,7

( t dalam satuan menit dan Qk dalam satuan kJ/kg). Persamaan berlaku untuk t =

60 menit sampai dengan t = 510 menit. Nilai kalor yang dilepas kondensor

terendah sebesar 220,97 kJ/kg dan nilai kalor yang dilepas kondensor tertinggi

sebesar 260,512 kJ/kg. Rata-rata nilai kerja kompresor dari t = 60 menit sampai t

(77)

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kalor yang Diserap Evaporator dan Waktu.

Gambar 4.6 memperlihatkan besar nilai kalor yang diserap evaporator (Qe) dari

waktu ke waktu. Bila dinyatakan dalam persamaan dapat dinyatakan :

Qe = 0,061 t + 182,1.

( t dalam satuan menit dan Qe dalam satuan kJ/kg). Persamaan berlaku untuk t =

60 menit sampai dengan t = 510 menit. Nilai kalor yang diserap evaporator

terendah sebesar 183,754 kJ/kg dan nilai kalor yang diserap evaporator tertinggi

sebesar 211,666 kJ/kg. Rata-rata nilai kalor yang diserap evaporator dari t = 60

(78)

Gambar 4.7 Grafik Hubungan COP dan Waktu.

Gambar 4.7 memperlihatkan besar nilai koefisien prestasi (COP) dari waktu ke

waktu. Bila dinyatakan dalam persamaan dapat dinyatakan :

COP = 0,0002 t + 4,625.

( t dalam satuan menit). Persamaan berlaku untuk t = 60 menit sampai dengan t =

510 menit. Nilai koefisien prestasi (COP) terendah sebesar 4 dan nilai koefisien

prestasi (COP) tertinggi sebesar 5,056. Rata-rata nilai koefisien prestasi (COP)

(79)

Niilai kerja kompresor (Wk), kalor yang dilepas kondensor (Qk), kalor yang

diserap evaporator (Qe), dan koefisien prestasi (COP) nilainya tidak konstan.

Kemungkinan hal ini disebabkan karena suhu air yang didinginkan berubah-ubah

setiap saat dan suhu ruangan di sekitar pada saat pengambilan data juga berubah-

ubah setiap saat. Tekanan kerja evaporator dan tekanan kerja kondensor berubah-

Gambar

Gambar 2.1 Skema Alir Siklus Kompresi Uap dengan Pemanasan Lnjut
Gambar 2.2 Diagram P-h Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan
Gambar 2.3 Diagram T-s Siklus Mesin Pendingin dengan Pemanasan Lanjut dan
Gambar 2.4 Perpindahan Kalor Konduksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

(6) Bobot komponen biaya kompensasi pemulihan akibat pengambilan dan/ atau pemanfaatan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (7) ditetapkan berdasarkan

Laporan skripsi dengan judul “ Manajemen Rekam Medis Pada Puskesmas Mejobo Berbasis Web ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan suatu sistem yang mengarah

16) Rekod transaksi yang dikekalkan oleh UOBM dan keputusan UOBM mengenai semua perkara berhubung dengan Kempen ini adalah muktamad, tidak boleh dipertikaikan

Bentuk Saluran tata niaga ikan sagela asap yang ada di propinsi Gorontalo yaitu mulai dari produsen baik itu produsen lokal maupun produsen luar provinsi

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada pendidikan formal ibu, walaupun tetap menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara pendidikan dan tingkat kelengkapan

Mengembangkan wawasan peneliti terhadap hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika tentang materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan

Trihamas Finance adalah perusahaan pembiyaan kredit kendaraan bermotor Adapun masalah yang terjadi adalah pada tahap pengajuan kredit yaitu pada penilaian administrasi

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan-penjelasan di atas bahwasanya fenomena mengenai kasus Bank Century mempengaruhi komunikasi politik Presiden Susilo Bambang