• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan

dalam pendengaran yang mengakibatkan keterhambatan dalam perkembangan

berbahasa dan berbicara. Bahasa terdiri dari bahasa reseptif dan bahasa ekspresif.

Bahasa dinilai sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap manusia baik untuk

anak normal maupun untuk anak tunarungu, karena bahasa digunakan untuk

menunjang seseorang dalam berkomunikasi. Pentingnya bahasa, maka setiap anak

seharusnya memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Idealnya, perkembangan

berbahasa terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia.

Perolehan bahasa anak mendengar pada umumnya diperoleh dengan cara

menghubungkan antara pengalaman yang dialami dengan lambang bahasa yang

diperoleh melalui apa yang didengarnya, sedangkan pada anak tunarungu tidak

terjadi proses tersebut, melainkan dengan cara menghubungkan antara

pengalaman yang dialami dengan lambang bahasa yang diperoleh melalui apa

yang dilihatnya. Setelah itu anak mulai memahami hubungan antara lambang

bahasa dengan benda atau kejadian yang dialaminya, dan terbentuklah bahasa

reseptif. Pembelajaran yang tidak menempatkan peserta didik dalam situasi yang

bermakna berakibat terhadap kemampuan berbahasa reseptif anak kurang

berkembang. Seperti yang dikemukakan oleh Munir (2012, hlm. 128) “…bermakna karena berfokus pada permasalahan yang penting bagi subyek.” Kegiatan berbahasa diawali dari bahasa reseptif lalu ekspresif. Tilton (dalam

Yuwono, 2009, hlm. 16) mengemukakan Bahasa reseptif adalah ‘kemampuan

pikiran manusia untuk mendengarkan bahasa bicara dari orang lain dan

menguraikan hal tersebut dalam gambaran mental yang bermakna atau pola

pikiran, dimana dipahami dan digunakan oleh penerima.’

Peranan bahasa, bicara dan indera pendengaran dalam konteks komunikasi

merupakan hal yang saling berkaitan. Terganggunya indera pendengaran sangat

(2)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penerimaan bahasa anak tunarungu lebih mengedepankan fungsi indera visual.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Efendi (2008, hlm. 73), yakni:

Para pakar umumnya mengakui, bahwa pendengaran dan penglihatan merupakan indera manusia yang amat penting, di samping indera lainnya. Anak yang kehilangan salah satu (khususnya kehilangan pendengaran) maka tidak bedanya ia seperti kehilangan sebagian kehidupan yang dimilikinya. Untuk menggantinya dapat dialihkan pada indera penglihatan sebagai kompensasinya. Itulah sebabnya, cukup beralasan jika para ahli berpendapat indera penglihatan bagi anak tunarungu memiliki urutan terdepan, karena memang memiliki peranan yang sangat penting, baru kemudian disusul oleh indera – indera yang lain.

Berdasarkan hasil temuan dilapangan, penulis menemukan satu orang siswa

kelas IX SMPLB yang sulit menerima atau memahami materi pelajaran. Sebagai

contoh ketika kegiatan belajar mengajar, siswa tersebut diminta untuk membaca

suatu cerita, tetapi ketika diminta untuk menceritakan kembali cerita yang

dibacanya, anak tersebut tidak bisa menceritakan kembali dan tidak bisa

memahami makna kata yang terdapat dalam cerita tersebut, dia hanya terdiam dan

kesulitan untuk memulai bercerita. Ketika diberikan gambar yang berkaitan

dengan cerita tersebut, anak ini pun langsung berbicara dan membuat cerita

dengan bahasa sendiri. Jadi siswa tersebut lebih dapat memahami suatu peristiwa

dengan melihat gambar dibandingkan dengan membaca teks saja.

Peneliti beranggapan bahwa anak ini tidak memahami konsep kata. Guru

sebaiknya memberikan media yang dapat memudahkan anak untuk

menterjemahkan suatu kata atau kalimat terkait dengan materi yang di ajarkan.

Diperlukan upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif

anak tunarungu dan diperlukan media yang menunjuang proses keberhasilan anak

dalam memahami bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan media yang dalam

penyampaian pesannya dengan cara pengamatan yang secara visual dan bukan

berupa suara atau bunyi bahasa, salah satu media tersebut adalah media film

berteks.

Media film berteks adalah salah satu alat bantu yang banyak melibatkan indera

(3)

3

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berteks mengandung unsur yang bersifat visual yang didalamnya berupa

perpaduan antara gambar hidup yang dapat dilihat dan teks atau tulisan yang

menceritakan tentang gambar hidup tersebut. Media film berteks inilah yang

diasumsikan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif anak tunarungu,

karena media film berteks ini banyak melibatkan dan juga lebih mengedepankan

pemanfaatan indera visual yang dimiliki anak dalam proses pembelajarannya. Hal

tersebut sesuai dengan kebutuhan pemerolehan bahasa reseptif anak tunarungu.

Penelitian ini diharapkan memberikan keuntungan untuk anak tunarungu

dalam proses memperoleh kemampuan berbahasa reseptif, agar guru dan orang

tua mengetahui bahwa proses pemerolehan kemampuan berbahasa pada anak

tunarungu lebih efektif memakai media film berteks (gambar hidup dan tulisan)

yang dalam penelitian ini menggunakan suatu film berteks agar menarik perhatian

siswa. Dan diharapkan guru selalu mempersiapkan media pembelajaran yang

didalamnya mengandung pemanfaatan indera visual. Jika permasalahan ini di

biarkan maka perkembangan kemampuan berbahasa reseptif anak tersebut tidak

akan membaik serta tidak akan mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan

media film berteks dalam meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif anak

tunarungu.

Uraian di atas menjadi dasar peneliti untuk menggunakan media film berteks

dalam meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif anak tunarungu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang teridentifikasi

dalam penelitian sebagai berikut:

1. Dampak dari ketunarunguan yaitu memiliki keterhambatan dalam kemampuan

perkembangan berbahasa dan berbicara, baik bahasa reseptif maupun

ekspresif.

2. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang digunakan kurang maksimal

menyebabkan anak mengalami keterlambatan dalam memperoleh suatu

(4)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Penggunaan metode mengajar yang tidak menempatkan peserta didik dalam

situasi yang bermakna berakibat terhadap kemampuan berbahasa reseptif anak

kurang berkembang.

4. Permasalahan perkembangan kemampuan berbahasa reseptif anak tersebut

yaitu kesulitan dalam memahami makna kata, dan tetidakmampuan dalam

memahami isi bacaan dan menyimpulkan cerita.

5. Keterbatasan anak tunarungu dalam berkomunikasi, maka sebaiknya

melakukan komunikasi melalui komunikasi verbal, komunikasi non-verbal

dan komunikasi total agar bahasa dapat tersampaikan dengan baik.

6. Konsekuensi akibat kelainan pendengaran (tunarungu) berdampak pada

kesulitan dalam menerima segala macam rangsang bunyi bahasa atau

peristiwa bunyi yang ada disekitarnya sehingga sebagai konpensasinya dalam

pemerolehan bahasa anak tunarungu didapatkan melalui proses penglihatan

dan pengalaman, maka dari itu penggunaan media pembelajaran bahasa yang

tepat digunakan untuk anak tunarungu yaitu harus yang mengandung unsur

visual seperti yang terdapat dalam media film berteks.

C. Batasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan media film

berteks berupa gambar hidup dan tulisan untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa reseptif yang terdiri dari mengetahui makna kata, memahami isi bacaan

dan menyimpulkan cerita.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas rumusan utama yang perlu dijawab melalui

penelitian ini adalah: apakah penggunaan media film berteks dapat meningkatkan

kemampuan berbahasa reseptif pada siswa tunarungu kelas IX ?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan

media film berteks dapat meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif pada siswa

(5)

5

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kemampuan berbahasa reseptif siswa tunarungu sebelum

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media film berteks..

b. Mengetahui kemampuan berbahasa reseptif siswa tunarungu setelah dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan media film berteks..

c. Memperoleh gambaran apakah efektifitas penggunaan media film berteks

dalam meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif siswa tunarungu.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini apabila berhasil dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan bagi para pendidik dalam meningkatkan kemampuan berbahasa

reseptif.

b. Hasil pembelajaran berbahasa reseptif dengan menggunakan media film

berteks ini dapat digunakan peserta didik sebagai latihan dalam memahami

informasi secara rinci dengan mengunakan media gambar hidup dan tulisan

agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.

2) Secara Teoritis, Memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan tentang penggunaaan media film berteks

dalam meningkatkan kemampuan berbahasa resepif.

3) Memberikan acuan kepada guru dalam memberikan pembelajaran berbahasa

reseptif dengan menggunakan media yang mengandung unsur visual yang

berupa gambar hidup dan tulisan kepada peserta didiknya.

4) Bagi peneliti

a. Penulis selaku peneliti memperoleh pengetahuan baru dalam menyatukan

pengetahuan teoritis berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan.

b. Memberikan kesadaran untuk pertumbuhan diri peneliti di dalam memahami

(6)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan hasil penelitian ini antara lain :

BAB I PENDAHULUAN, berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II FILM BERTEKS SEBAGAI MEDIA DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU, berisi

Deskripsi Teori, Penelitian Terdahulu yang Relevan dan Kerangka Berpikir.

BAB III METODE PENELITIAN, berisi Variabel Penelitian, Desain

Penelitian, Subjek dan Lokasi Penelitian, Prosedur Penelitian, Instrumen

Penelitian, Uji Coba Instrumen, Teknik Pengumpulan Data serta Pengolahan dan

Analisis Data.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN, berisi mengenai Hasil Penelitian,

Analisis Data dan Pembahasan.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi mengenai Simpulan dan

(7)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

a. Media Film Berteks

“Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan

minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.”

(Budiman, 2006, hlm. 3). Film adalah alat yang bersifat audio visual untuk

menyampaikan berbagai pesan kepada sekelompok orang melalui cerita. Teks

adalah suatu kesatuan bahasa yang mengandung ide-ide atau amanat yang

disampaikan seorang pengirim kepada penerima. Media film berteks adalah alat

yang memiliki unsur audio visual yang bertujuan untuk mempermudah

menyampaikan arti, makna atau pesan yang berbentuk cerita melalui gambar

hidup disertai dengan tulisan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan

minat serta perhatian siswa

Dalam penelitian ini media film berteks terdiri dari gambar hidup dan tulisan.

Media film berteks berisi tulisan yang mengilustrasikan gambar hidup agar

memudahkan anak dalam memaknai kata dan kalimat yang bertujuan agar anak

mampu memahami cerita film tersebut. Sebagai media pembelajaran, keberadaan

film berteks menjadi media yang sangat efektif, karena media film berteks

mengandung unsur visual didalamnya yang cocok bagi anak tunarungu untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif, karena anak tunarungu adalah

insane visual.

b. Bahasa Reseptif

“Bahasa adalah alat berfikir dan sarana utama seseorang untuk berkomunikasi, untuk saling menyampaikan ide, konsep dan perasaannya, serta termasuk

didalamnya kemampuan untuk mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah

bahasa serta penerapannnya.” (Somad dan Hernawati, 1995, hlm. 36). Pada

(8)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam menerima dan

memahami bahasa yang digunakan disekitarnya.

Anak-anak yang bermasalah dengan bahasa reseptif mengalami kesulitan

dalam memahami bahasa melalui lisan dan kadang-kadang juga melalui tulisan.

Hal ini mungkin karena anak tersebut tidak mengetahui makna kata, sehingga

mengalami kesulitan dalam memahami dan menyimpulkan suatu cerita.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Bebas (X)

Media film berteks yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari gambar

hidup dan tulisan dalam menyampaikan pesan-pesan agar dapat menimbulkan

daya tarik dan dapat menterjemahkan kata-kata abstrak ke dalam bentuk yang

lebih nyata. Media film berteks merupakan alat bantu yang bertujuan untuk

mempermudah menyampaikan arti, makna atau pesan melalui indera visual.

Disini ada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan, yaitu:

1) Siswa menonton media film berteks yang berjudul “KOMAL” yang berdurasi

10 menit.

2) Siswa di minta untuk menceritakan kembali film sesuai dengan alurnya,

menyebutkan tokoh-tokoh serta menarik kesimpulan nilai yang terkandung

dari film tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan berbahasa reseptif

anak dalam memahami cerita dan menjawab pertanyaan dari peristiwa yang

dilihatnya.

3) Siswa diminta untuk menjelaskan makna dari kata dan kalimat yang terdapat

pada media film berteks. Hal ini untuk mengetahui kata apa saja yang belum

dipahami siswa.

4) Jika siswa tidak mengetahuinya maka peneliti menjelaskan makna kata dan

kalimat kepada siswa dengan cara memberi tahu arti kata tersebut atau

(9)

27

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Variabel Terikat (Y)

”Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” (Sugiyono, 2011, hlm. 61). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan berbahasa reseptif.

Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam memahami bahasa yang

diterimanya. Adapun keterampilan berbahasa reseptif yang dinilai disini adalah

kemampuan pemahaman anak dalam memaknai suatu kata, dan kemampuan

pemahaman anak terhadap isi dari suatu cerita, serta menyimpulkan nilai yang

terkandung dalam cerita yang diukur menggunakan, sebagai berikut :

1) Menjawab pertanyaan secara lisan

2) Menjawab pertanyaan secara tertulis

3) Memilih ilustrasi gambar sesuai dengan kalimat yang dimaksud

4) Memilih kata yang sesuai dengan uraian maknanya

5) Memilih kata yang memiliki arti yang sama atau hampir sama dengan suatu

kata (sinonim) yang ada dalam media film berteks.

6) Memilih kata yang memiliki arti yang berlawanan dengan suatu kata

(antonim) yang ada dalam media film berteks.

7) Menceritakan kembali alur film secara lisan

8) Menceritakan kembali alur film secara tulisan

9) Menuliskan kesimpulan 3 nilai yang terkandung dalam film

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. “Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” (Sugiyono, 2011, hlm.

107). Dimana dalam penelitian eksperimen ada perlakuan atau treatment.

Penelitian yang bersifat eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan

pendekatan “Single Subject Research (SSR), yaitu penelitian yang dilakukan pada

satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan

pada satu subjek secara berulang – ulang dengan periode waktu tertentu.”

(10)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A-1 B A-2

Desain penelitian yang digunakan adalah desain A-B-A. Dalam desain ini

terdapat tiga tahapan antara lain Baseline-1 1), Intervensi (B), Beaseline-2

(A-2), yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Sesi

Grafik 3.1

Tampilan Desain A – B - A

Keterangan :

A-1 (baseline – 1) yaitu kondisi kemampuan awal/dasar, hal ini melihat

sejauh mana kemampuan bahasa reseptif subjek sebelum diberikan intervensi.

B (intervensi) yaitu kondisi subjek peneliti selama diberi perlakuan, dalam hal

ini subjek intervensi menggunakan media film berteks secara berulang.

A-2 (baseline-2) yaitu pengulangan kondisi baseline 1 sebagai evaluasi sejauh

mana intervensi dapat berpengaruh kepada kemampuan bahasa reseptif anak

tunarungu. Sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan

(11)

29

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa tunarungu kelas IX SMPLB

SLB B Sukapura. Berikut adalah paparan mengenai identitas anak:

Nama : FT

Usia : 16 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Kriteria subjek :

1. Tunarungu sangat berat

2. Kesulitan dalam memahami makna dari suatu kata

3. Ketidakmampuan dalam memahami isi bacaan dan menyimpulkan cerita.

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Pengurusan administrasi perlu dilakukan demi kelancaran proses penelitian.

Adapun tahapannya adalah dengan mengurus surat izin penelitian mulai dari

tingkat Departemen Pendidikan Khusus FIP UPI, ke tingkat Fakultas Ilmu

Pendidikan, ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat, ke

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, yang akhirnya memberikan surat

rekomendasi untuk melaksanakan penelitian kepada SLB-B Sukapura, Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Baseline 1 (A-1)

Untuk mengetahui kemampuan berbahasa reseptif anak, maka peneliti

melakukan asesmen awal dengan melakukan tes lisan dan tes tertulis. Jumlah tes

yang diberikan sebanyak 33 soal. Dengan penjabaran sebagai berikut :

1) Pertama, untuk mengukur kemampuan anak dalam memahami isi bacaan dan

menyimpulkan cerita. Pengukuran pada fase ini melalui tes lisan dan tes

(12)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Kedua, untuk mengukur kemampuan anak dalam memaknai kata yang terdiri

dari memilih kata sesuai dengan uraian maknanya, memilih ilustrasi gambar

sesuai dengan kalimat, memilih sinonim, memilih antonim. Pengukuran pada

fase ini melalui tes tertulis.

Pertama siswa membaca cerita yang berjudul “KOMAL” lalu siswa diminta

untuk menceritakan kembali dan menyimpulkan 3 nilai yang terkandung dalam

cerita tersebut. Setelah itu siswa diminta untuk menjawab pertanyaan singkat yang

berkaitan dengan bacaan yang tadi diberikan. Untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam memaknai suatu kata, siswa diminta untuk memilih kata sesuai

dengan uraian maknanya, memilih kata yang memiliki arti yang sama dan yang

berlawanan dengan suatu kata. Kata-kata yang diteskan adalah kata yang terdapat

pada cerita yang diberikan sebelumnya.

b. Intervensi (B)

Pada tahap intervensi dilakukan selama 30 menit untuk kegiatan intervensi

dan 20 menit untuk kegiatan evaluasi. Intervensi dilakukan dengan menggunakan

media film berteks yang berupa gambar hidup dan tulisan. Perlakuan yang

diberikan terhadap siswa adalah :

1) Mengkondisikan subjek di dalam ruangan khusus, dimana tidak ada orang

selain subjek dan peneliti. Hal ini untuk menghindari adanya gangguan.

2) Tahap intervensi penggunaan media film berteks di awali dengan siswa menonton media film berteks yang berjudul “KOMAL” yang berdurasi 10 menit.

3) Siswa di minta untuk menceritakan kembali film sesuai dengan alurnya,

menyebutkan tokoh-tokoh serta menarik kesimpulan nilai yang terkandung

dari film tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan anak dalam

memahami cerita dari peristiwa yang dilihatnya.

4) Siswa di minta untuk menjelaskan makna dari kata dan kalimat yang terdapat

pada media film berteks. Hal ini untuk mengetahui kata apa saja yang belum

(13)

31

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Jika siswa tidak mengetahuinya maka peneliti menjelaskan makna kata dan

kalimat kepada siswa dengan cara memberi tahu arti kata tersebut atau

memberi tahu persamaan kata atau lawan kata tersebut.

Setelah selesai intervensi, siswa dipersilahkan untuk istirahat selama lima

menit. Selanjutnya adalah kegiatan evaluasi. Pada kegiatan evaluasi ini peneliti

melakukan pengukuran hasil dari kegiatan intervensi, dengan memberikan tes

pada subjek penelitian.

c. Baseline 2 (A-2)

Pada tahap ini merupakan tahap pengulangan dari baseline satu (A-1).

Dengan menggunakan format tes yang sama dan prosedur pelaksanaan yang sama

pula, diharapkan dapat ditarik kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian yang

telah dilakukan. Sehingga penelitian tersebut dapat menjawab sejauh mana

penggunaan media film berteks ini berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa

reseptif pada subjek penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes, yang terdiri dari tes

tertulis dan tes lisan. Tes tertulis dan tes lisan berupa rangkaian soal yang di ambil

dari media film berteks yang di ajarkan. Hal ini agar mengetahui sebelum dan

sesudah diberikan media film berteks apakah mengalami perubahan atau tidak.

Agar lebih terstruktur, penyusunan instrument penelitian dilakukan dengan

langkah – langkah sebagai berikut:

1. Membuat Kisi – Kisi Instrumen

Tabel 3.1

Kisi – Kisi Instrumen Bahasa Reseptif Aspek

1. Menjawab pertanyaan secara lisan 5 1-5

2. Menjawab pertanyaan secara tertulis 5 6-10

3. Memilih ilustrasi gambar sesuai

(14)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Memilih kata yang sesuai dengan

uraian maknanya 5 16-20

5. Memilih kata yang memiliki arti yang

sama atau hampir sama dengan suatu

kata (sinonim) yang ada dalam media

film berteks

5 21-25

6. Memilih kata yang memiliki arti yang

berlawanan dengan suatu kata

(antonym) yang ada dalam media film

berteks

5 26-30

7. Menceritakan kembali alur film secara

lisan 1 31

8. Menceritakan kembali alur film secara

tertulis 1 32

9. Menuliskan kesimpulan 3 nilai yang

terkandung dalam film 1 33

JUMLAH 33

2. Menyusun butir soal

Penyusunan butir soal yang dibuat, disesuaikan dengan tujuan yang telah

ditentukan dalam kisi – kisi.

3. Kriteria Penilaian

Untuk mengolah hasil tes, kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Tes Lisan

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal

1 Menjawab

pertanyaan secara

Apabila jawaban benar 1

5

(15)

33

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lisan Khusus soal no 3

apabila menjawab 4 nilai

apabila menjawab 3 nilai

apabila menjawab 2 nilai

apabila menjawab 1 nilai

apabila menjawab 0 nilai

4

Apabila bercerita sesuai alur 3 1

Apabila alur yang diceritakan kurang

lengkap

2

Apabila alur yang diceritakan tidak

tepat

1

Apabila anak tidak dapat bercerita 0

Tabel 3.3

Kriteria PenilaianTes Tertulis

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal

apabila jawaban benar

penulisan tidak lengkap

1

apabila jawaban salah 0

Khusus soal no 3

apabila menjawab 4 nilai

apabila menjawab 3 nilai

apabila menjawab 2 nilai

apabila menjawab 1 nilai

apabila menjawab 0 nilai

4

apabila jawaban benar 1

5

(16)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 Memilih kata sesuai

dengan uraian

maknanya

apabila jawaban benar 1

5

apabila jawaban salah 0

4 Memilih kata yang

memiliki arti sama

(sinonim)

apabila jawaban benar 1

5

apabila jawaban salah 0

5 Memilih kata yang

memiliki arti

berlawanan (antonim)

apabila jawaban benar 1

5

apabila jawaban salah 0

6 Menceritakan kembali

alur film secara tulisan

Apabila menuliskan cerita

dengan lengkap dan

penulisannya benar

4 1

Apabila menuliskan cerita

dengan lengkap dan

penulisannya kurang tepat

3

Apabila menuliskan cerita

kurang lengkap dan

penulisannya tepat

2

Apabila menuliskan cerita

(17)

35

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apabila anak dapat

menyebutkan 1 nilai yang

terkandung dalam film

1

Apabila anak tidak dapat

menyebutkan nilai yang

terkandung dalam film

0

Jumlah soal = 33

Skor maksimal = 50

Semua aspek di hitung dengan cara:

F. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari

instrumen yang nanti akan digunakan dalam penelitian. Sehingga akan diketahui

apakah alat pengumpul data tersebut sudah layak untuk digunakan atau mesti

diperbaiki.

1. Validitas

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan untuk mengetahui validitas

instrumen yaitu dengan uji validitas isi berupa expert-judgment dengan teknik

penilaian oleh para ahli.

Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh satu orang dosen dan dua orang

guru di SLB B Sukapura. Adapun tiga ahli yang melakukan penilaian validitas

adalah:

a. Penilai 1 : Dr. H. Dudi Gunawan, M.Pd Dosen PKh FIP UPI

b. Penilai 2 : Drs. Adi Suryadi, M,Pd Wali Kelas

c. Penilai 3 : Yenni Suryani, S.Pd Guru

S ya

(18)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” (Sugiyono, 2011, hlm. 121). Penilaian tersebut mencocokan indikator yang ada dalam kisi – kisi instrumen dengan butir

soal yang dibuat oleh penguji. Instrumen yang sudah di judgement oleh ahli

kemudian di hitung dengan rumus, sebagai berikut:

P = F

N x 100 %

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi cocok menurut penilai

N = Jumlah penilai

Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Valid = x 100 % = 100 %

b. Cukup Valid = x 100 % = 66,6 %

c. Kurang Valid = x 100 % = 33,3 %

d. Tidak Valid = x 100 % = 0 %

Berdasarkan hasil Judgement diperoleh hasil dengan persentase 100%.

Dengan demikian instrumen yang digunakan dapat dikatakan valid. Adapun

penjelasan hasil uji validitas terlampir.

2. Relialibilitas

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan

reliabilitas test-retest method dengan cara mengujicobakan suatu instrumen dua

atau beberapa kali kepada siswa yang sama, instrumen yang sama dalam waktu

yang berbeda. Untuk mengetahui pencatatan data sudah reliabel atau belum,

instrumen di ujicobakan pada subjek yang memiliki karakteristik sama atau

mendekati karakteristik subjek yang sebenarnya. Penilaian dilakukan oleh 2 orang

(19)

37

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reliabilitas artinya memiliki sifat yang dapat dipercaya. Rumus yang

digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen ini adalah rumus

koefisien korelasi pearson product moment :

Keterangan:

rxy = Koefisien reliabilitas instrument

N = Banyaknya item

X = Skor uji instrumen 1 (yang pertama kali)

Y = Skor uji instrumen 2 (yang kedua kali)

S = Standar deviasi dari skor total

Perhitungan dan hasil reliabilitas terlampir.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan wawancara tidak

terstruktur dan tes. Bentuk tes yang digunakan berupa tes tertulis dan tes lisan.

Tes tertulis dan tes lisan berupa rangkaian soal yang di ambil dari media film

berteks yang di ajarkan, hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam

memahami dan menyimpulkan isi dari suatu cerita.

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan subjek, mulai dari

kemampuan awal (pretest) dan kemampuan akhir (post test). Tes ini dilakukan

untuk mengetahui pengaruh intervensi yang telah diberikan.

H. Pengolahan dan Analisis Data

rxy =

∑� −

(20)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah semua data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam

statistik deskriptif. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai

hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu.

Pada penelitian ini menggunakan grafik. Grafik yang digunakan adalah grafik

garis. Penggunaan grafik ini bertujuan untuk mempermudah peneliti menganalisis

data yang diperoleh selama kegiatan penelitian.

Ada beberapa komponen penting yang perlu di pahami dalam membuat grafik.

(Sunanto, 2005, hlm. 30) antara lain:

1 Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang

menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal).

2 Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi dan durasi).

3 Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4 Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan

ukuran (misalnya, 0 %, 25 %, 50 % dan 75 %).

5 Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi

eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.

6 Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus – putus.

(21)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 60

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian, diketahui secara keseluruhan bahwa

penggunaan media film berteks yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa reseptif anak tunarungu kelas IX SMPLB-B Sukapura Bandung

memiliki dampak yang positif dan juga efektif terhadap peningkatan kemampuan

target behavior yang diinginkan.

Setelah diberikan intervensi melalui media film berteks dapat dilihat hasilnya

bahwa kemampuan berbahasa reseptif siswa tunarungu tersebut meningkat.

Terlihat dari adanya perbedaan pada baseline-1 dan baseline-2. Perbedaan yang

terjadi adalah pada fase baseline-1 atau kondisi awal anak sebelum diberikan

intervensi dengan menggunakan media film berteks anak tersebut memperoleh

persentase mean level 43%, anak tidak mampu memahami makna dari suatu kata,

tidak mampu memahami isi dari sebuah cerita, dan tidak mampu menyimpulkan

pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Sedangkan pada fase baseline-2 atau

kondisi akhir anak setelah diberikan intervensi dengan menggunakan media film

berteks adalah anak memperoleh persentase mean level sebesar 100%, anak

mampu memahami makna dari suatu kata, memahami isi dari sebuah cerita, dan

menyimpulkan pesan yang terkandung dari sebuah cerita. Jadi, efek dari belajar

bahasa disini adalah kognitif. Dengan kemampuan bahasa reseptif yang baik, anak

tersebut akan lebih baik pula dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media film

berteks dapat meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif anak tunarungu kelas

(22)

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, sebagai kelanjutan dari

penelitian ini peneliti merekomendasikan hasil dari penelitian kepada kepala

sekolah dan guru-guru, khususnya di SLB-B Sukapura Bandung serta peneliti

selanjutnya. Adapun rekomendasi yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan media film berteks yang

dapat meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif pada siswa tunarungu

diharapkan media film berteks ini dapat dijadikan salah satu media yang rutin

digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa siswa tunarungu. Selain itu diharapkan sekolah memberikan alokasi

waktu dan alokasi dana khusus untuk dapat menerapkan media film berteks ini

dalam proses kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Guru

Media pembelajaran yang digunakan untuk melatih kemampuan berbahasa

reseptif yang digunakan oleh guru sudah bagus, dengan beragamnya media yang

digunakan agar siswa tidak merasa jenuh dengan proses pembelajaran. Selain

media yang sudah digunakan, media film berteks juga dapat dijadikan salah satu

media pembelajaran untuk melatih kemampuan berbahasa reseptif karena siswa

dapat melihat langsung gambar hidup yang menceritakan lambang bahasa atau

teks yang sedang diajarkan sehingga peserta didik lebih mudah memahami apa

yang sedang diajarkan. Hal tersebut berdasar pada hasil kesimpulan yang

diperoleh dari penelitian ini adalah kemampuan berbahasa reseptif berdasarkan

hasil pembelajaran dengan menggunakan media film berteks pada siswa

(23)

62

Dona Siti Hodijah, 2015

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya yang meneliti tentang peningkatan kemampuan

berbahasa reseptif dengan menggunakan media film berteks, diharapakan untuk

lebih mengembangkan materi pembelajarannya seperti untuk mengkaji proses

belajar mengajar pada suatu mata pelajaran yang diterapkan pada anak tunarungu

disekolah agar memperoleh hasil pembelajaran yang memuaskan, dan tidak hanya

terfokus pada satu subjek saja, tetapi dilakukan pada sekelompok subjek

penelitian sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.

Gambar

Grafik 3.1
Tabel 3.1  Kisi Instrumen Bahasa Reseptif
Tabel 3.2
gambar sesuai dengan

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Diakses pada tanggal 5 februari 2013. Universitas

Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.. Pendekatan ini

PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM SANITASI TOILET SEKOLAH MELALUI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja staf Unit Administrasi di Rumah Sakit PTPN II

tanah-tanah lainnya, yang dikenakan pajak bumi, dikecualikan dari pengenaan pajak peralihan; bahwa dipandang dari sudut sistim peraturan pajak, tidak seharusnya

[r]

Analisis Perawatan Sistem Pengisian Pada Mobil Toyota Kijang Innova 1tr-Fe Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu. pembelajaran untuk perawatan sistem pengisian