MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM
PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan lelas Terhadap Siswa lelas VII I SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
oleh Indri Cahyani
1000354
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Indri Cahyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas Tethadap Siswa Kelas VII I
SMP Negeti 5 Bandung Tahun Ajatan 2013/2014)
oleh Indti Cahyani
1000354
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk membangun sikap empati tethadap kaum matjinal petkotaan melalui metode inkuiti sosial dalam pembelajatan IPS. Penelitian dilakukan betdasatkan hasil obsetvasi awal selama hampit satu bulan dalam ptoses pembelajatan. Dalam obsetvasi awal tetsebut, peneliti menemukan bahwa sikap empati siswa tethadap isu-isu kemiskinan khususnya tethadap kehidupan kaum matjinal petkotaan masih sangat tendah. Oleh katena itu, peneliti ingin membangun sikap empati siswa tethadap kaum matjinal petkotaan melalui pembelajatan IPS dengan menetapkan metode pembelajatan inkuiti sosial. Penelitian ini metupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan selama empat siklus, tetditi dati tahapan petencanaan, tindakan, pengamatan, dan tefleksi. Petolehan data dalam penelitian ini didapatkan dati hasil pengamatan aktivitas gutu, pengamatan hasil pengetjaan Lembat Ketja Siswa (LKS), dan angket. Hasil penelitian menyatakan bahwa tetjadinya peningkatan sikap empati siswa tethadap kaum matjinal pada tiap pelaksanaan siklus. Pada siklus 1 tingkat sikap empati tethadap kaum matjinal mencapai jumlah 63,05%. Kemudian, pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 77,4%. Pada siklus 3 sikap empati siswa tethadap kaum matjinal petkotaan betjumlah 86,28%. Hingga pada siklus 4 kemampuan siswa dalam betsikap empati mencapai 98,64%. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa metode inkuiti sosial dalam pembelajatan IPS dapat membangun sikap empati tethadap kaum matjinal petkotaan.
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI BUILDING THE EMPATHETIC ATTITUDE TOWARDS URBAN MARGINAL SOCIETY THROUGH SOCIAL INQUIRY METHOD IN
LEARNING SOCIAL STUDIES
(A Classtoom Action Reseatch of Students VII I in SMP Negeti 5 Bandung, Academic Yeat 2013/2014)
by Indti Cahyani
1000354
ABSTRACT
This study was aimed to build an empathetic attitude towatds utban matginal society thtough social inquity method in leatning Social Studies. The study was conducted based on the tesult of pteliminaty obsetvations fot neatly a month in leatning ptocess. In the pteliminaty obsetvation, the teseatchet found that the students’ empathetic attitude towatd the issues of destitution especially in utban matginal society's life is still vety low. Thetefote, the teseatchet wanted to build the students' empathetic attitude towatd utban matginal society thtough leatning the Social Studies by applying the social inquity leatning method. This teseatch was Classtoom Action Reseatch (CAR) that was conducted duting the fout cycles, consisting of the stages of planning, action, obsetvation, and teflection. The data collection in this study was obtained ftom the obsetvations of teachets’ activity, obsetvation of Student Wotksheet (BLM), and questionnaites.
The study showed that thete was an incteasing of students' empathetic attitude towatd utban matginal society in each cycle. In cycle 1, the level of empathetic attitude towatds the utban matginal society teached the amount of 63.05%. Then, in cycle 2, it incteased until 77.4%. In cycle 3, the students’ empathetic attitude towatds utban matginal society was 86.28%. Finally, up to cycle 4, the students' ability to be empathetic teached 98.64%. The tesult of this study pointed out that the social inquity method of leatning Social Studies can build empathetic attitude towatds the utban matginal society.
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
TEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
LCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABET ... xii
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR BAGAN ... xvi
BAB I PENDAHLTLAN A. Latar belakang masalat ... 1
B. Identifikasi masalat ... 9
C. Rumusan masalat ... 9
D. Tujuan penelitian ... 10
E. Manfaat penelitian ... 10
F. Struktur organisasi penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PLSTAKA A.Pembelajaran Ilmu Pengetatuan sosial ... 13
1. Pendidikan Dalam Keutamaan Kebututan Manusia ... 13
2. Hakikat Pembelajara ...14
3. Teori Belajar Betavioristik ...17
4. Pengertian IPS ...19
5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS ...24
6. Tujuan IPS di SMP ...25
B.Telaat Sikap Empati ...25
D.Teoori Pengembangan Sikap ... 26
E. Definisi Empati ...27
F. Masyarakat Marjinal Perkotaan ...33
1. Definisi Masyarakat Marjinal Perkotaan ... 33
2. Indikator Masyarakat Marjinal Perkotaan ... 34
G.Metode Pembelajaran Inkuiri Sosial ...40
1. Hakikat Metode Inkuiri Sosial ...40
2. Jenis Inkuiri Sosial ...43
3. Penerapan Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran IPS ...44
4. Keunggulan dan Kelematan Metode Inkuiri Sosial ...46
5. Keterkaitan Penerapan Inkuiri Sosial dalam Membnagun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ...47
BAB III METODE PENETITIAN A.Latar Belakang Penelitian ... 51
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
2. Deskripsi Subjek Penelitian ...51
B. Desain Penelitian ... 52
1. Metode Penelitian ...52
1. Perencanaan ...53
a. Aktifitas Pengamatan Lapangan ...54
b. Diagnosis Masalat ...54
c. Penentuan Pemilitan Penanganan Masalat ...55
d. Penentuan Waktu dan Materi Pelaksanaan Siklus ...55
e. Pencarian Observer Penelitian ...56
f. Pembuatan Instrumen yang Diperlukan ...56
2. Tindakan ...56
3. Pengamatan ... 57
4. Refleksi ...58
C. Verifikasi Konsep ...59
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Catatan Wawancara ... 63
c. Lembar Observasi Aktifitas Guru ...63
d. Rubrik Peniaian LKS ...63
e. Lembar Penilaian LKS ...63
f. Lembar Angket ...71
g. Dokumentasi ...71
t. Media Hasil Pengamatan ... 72
E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 73
1. Teknik Pengumpulan Data ... 73
2. Teknik Analisis Data ...76
a. TeknikAnalisis Data Kuantitatif ... 76
a) Analisis Angket ... 77
b) Hasil Penilaian LKS Untuk Sikap Empati ...78
c) Hasil Observasi Guru Berdasarkan Pengamatan Observer ...79
b. Teknik Analsis Data Kualitatif ... 79
BAB IV HASIT PENETITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ... 81
1. Profil Sekolat Menengat Pertama Negeri 5 Bandung ... 81
2. Profil Siswa ...82
B. Deskripsi Pra Penelitian ... 83
1. Kondisi Awal Pembelajaran IPS ... 83
a. Hasil Observasi ... 83
b. Hasil Wawancara Guru ...85
c. Hasil Wawancara Siswa ...87
C. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 1 ... 88
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 1 ... 88
2. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 1 ...90
a) Pembatasan Lembaran Aktivitas Guru ... 96
b) Pembatasan Hasil Penilaian Siswa Untuk Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 1 ...99
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 1 ... 115
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 120
4. Refleksi Pelaksanaan Siklus 1 ... 128
D. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 2 ... 129
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 2 ... 129
2. Pembatasaan Pelaksanaan Siklus 2 ... 132
3. Hasil Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal pada Pelaksanaan Siklus 2 ... 135
a) Pembatasan Lembaran Aktivitas Guru ... 135
b) Pembatasan Hasil Penilaian Siswa Untuk Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 2 ... 138
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 2 ... 155
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 162
4. Refleksi Pelaksanaan Siklus 2 ... 165
E. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 3 ... 169
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 3 ... 169
2. Pembatasaan Pelaksanaan Siklus 3 ... 172
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal
Pelaksanaan Siklus 3 ... 179
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 3 ... 201
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 205
3. Refleksi Pelaksanaan Siklus 3 ... 215
F. Pembatasan Pelaksanaan Siklus 4 ... 216
1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus 4 ... 216
2. Pembatasaan Pelaksanaan Siklus 4 ... 218
3. Hasil Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal pada Pelaksanaan Siklus 4 ... 223
a) Pembatasan Lembaran Aktivitas Guru ... 223
b) Pembatasan Hasil Penilaian Siswa Untuk Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 4 ... 226
c) Refleksi Pembatasan Penilaian Sikap Empati tertadap Kaum Marjinal Pelaksanaan Siklus 4 ... 238
d) Pembatasan Penilaian Angket Penerapan Metode Inkuiri Sosial dalam Upaya Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 242
4. Refleksi Pelaksanaan Siklus 4 ... 254
G. Peningkatan Hasil Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 254
1. Peningkatan Hasil Siklus PTK berdasarkan Data Observasi Aktivitas Guru ... 254
a. Peningkatan Hasil Siklus PTK berdasarkan Data Obeservasi Aktivitas Guru ... 255 b. Peningkatan Hasil Siklus PTK Berdasarkan Data
Marjinal Perkotaan Melalui Media LKS ... 266 c. Peningkatan Hasil Siklus PTK Berdasarkan
Data Angket ... 273 H. Analisis Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... 289
1. Tatap Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Inkuiri Sosial Dalam Rangka Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan Di Kelas
VII-I SMP Negeri 5 Bandung ... 289 2. Melaksanakan Penerapan Metode Inkuiri
Sosial untuk Membangun Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan Melaksanakan
Penerapan Metode Inkuiri Sosial untuk Membangun Sikap Empati Tertadap
Kaum Marjinal Perkotaan ... 297 3. Solusi untuk Mengatasi Kendala yang Muncul
pada Saat Menerapkan Metode Inkuiri Sosial dalam Pembelajaran IPS untuk Membangun Sikap
Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 304 4. Hasil Ketercapaian Sikap Empati Tertadap
Kaum Marjinal Perkotaan Melalui Penerapan
Metode Inkuiri Sosial ... 306
BAB V KESIMPLTAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 311 B. Saran ... 313
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.1 Jumlat Siswa Kelas Tatun Ajaran 2013/2014 Semester Genap.. 82
Tabel 4.2 Daftar Nama Siswa Kelas VII-I ... 83
Tabel 4.3 Lembar Aktivitas Guru ... 96
Tabel 4.4 Kriteria Interval Nilai ... 99
Tabel 4.5 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 100
Tabel 4.6 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 103
Tabel 4.7 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 105
Tabel 4.8 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 108
Tabel 4.9 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 110
Tabel 4.10 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal ... 113
Tabel 4.11 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 1 .... 116 Tabel 4.12 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati ... 117
Tabel 4.13 Interval Nilai... 118
Tabel 4.14 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 118
Tabel 4.15 Hasil Angket Tatap Orientasi ... 120
Tabel 4.16 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 122
Tabel 4.17 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 123
Tabel 4.18 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 123
Tabel 4.19 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap serta Perasaan Siswa dalam Tatap Mengumpulkan Data ... 124
Tabel 4.20 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat ... 126
Tabel 4.21 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 127
Tabel 4.22 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 128
Tabel 4.23 Pembagian Kasus Kemiskian di Indonesia ... 131
Tabel 4.26 Kriteria Interval Nilai ... 138
Tabel 4.27 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 140
Tabel 4.28 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 140
Tabel 4.29 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 143
Tabel 4.30 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 144
Tabel 4.31 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 146
Tabel 4.32 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 147
Tabel 4.33 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 149
Tabel 4.34 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 150
Tabel 4.35 Peroletan Nilai Sikap Empati Skala 1 – Skala 4 ... 153
Tabel 4.36 Penilaian Sikap Empati Siswa Skala 1 – Skala 7 ... 153
Tabel 4.37 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 2 ... 156
Tabel 4.38 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati... 157
Tabel 4.39 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 157
Tabel 4.40 Hasil Angket Tatap Orientasi ... 160
Tabel 4.41 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 162
Tabel 4.42 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 163
Tabel 4.43 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 163
Tabel 4.44 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap serta Perasaan Sisw dalam Tatap Mengumpulkan Data ... 164
Tabel 4.18 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat ... 166
Tabel 4.45 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 167
Tabel 4.46 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 168
Tabel 4.47 Daftar Kelompok Penugasan Siklus 3 ... 173
Tabel 4.48 Lembar Aktivitas Guru ... 175
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.51 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan ... 184
Tabel 4.52 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan .. 189
Tabel 4.53 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan .... 193
Tabel 4.54 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Perkotaan .... 198
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 3 .... 201 Tabel 4.56 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati... 202
Tabel 4.57 Interval Nilai... 203
Tabel 4.58 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 203
Tabel 4.59 Hasil Angket Tatap Orientasi ... 205
Tabel 4.60 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 207
Tabel 4.61 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 208
Tabel 4.62 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 209
Tabel 4.63 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap serta Perasaan Siswa dalam Tatap Mengumpulkan Data ... 210
Tabel 4.64 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat . 212 Tabel 4.65 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 214
Tabel 4.66 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 214
Tabel 4.67 Lembar Aktivitas Guru ... 223
Tabel 4.68 Kriteria Interval Nilai ... 227
Tabel 4.67 Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 4... 227
Tabel 4.70 Hasil Penilaian Sikap Empati Tertadap Kaum Marjinal Siklus 4 .... 238 Tabel 4.71 Persentase Hasil Penilaian Sikap Empati Berdasarkan Predikat Peroletan Nilai Sikap Empati... 239
Tabel 4.72 Interval Nilai... 240
Tabel 4.73 Hasil Peroletan Ketercapaian Nilai Sikap Empati Siswa ... 241
Tabel 4.75 Hasil Angket Tatap Merumuskan Masalat ... 244
Tabel 4.76 Hasil Angket Tatap Merumuskan Hipotesis ... 245
Tabel 4.77 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data ... 246
Tabel 4.78 Hasil Angket Tatap Mengumpulkan Data dan Sikap
serta Perasaan Siswadalam Tatap Mengumpulkan Data ... 247
Tabel 4.79 Hasil Angket Tatap Uji Hipotesis dan Tatap Pemecatan Masalat . 249
Tabel 4.80 Hasil Angket Tatap Merumuskan Kesimpulan ... 250
Tabel 4.81 Hasil Angket Kepuasan Siswa Belajar Melalui Metode Inkuri Sosial ... 251
Tabel 4.82 Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
Aktivitas Guru Tatap Orientasi... 255
Tabel 4.83 Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
Aktivitas Guru Tatap Kegiatan Inti ... 256
Tabel 4.84 Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
Aktivitas Guru Tatap Evaluasi ... 262
Tabel 4.85. Peningkatan Siklus PTK Berdasarkan Data Hasil Observasi
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 KlasifikasiSubjekPenelitianBerdasarkanJenisKelamin .... 52
Diagram 4. 1 PencapaianIndikatorSikapEmpatiSiswaTertadap
KaumMarjinalPerkotaan ... 265
Diagram 4.2 RekapitulasiHasilPenilaianSikapEmpatiSiswa
TertadapKaumMarjinalPerkotaan ... 270
Diagram 4. 3 PersentaseHasilPenilaianSikapEmpatiBerdasarkan
PredikatPeroletanNilaiSikapEmpati ... 271
Diagram 4.4 KemampuanSiswadalamMelitatdan
MengklasifikasikanMasyarakatMarjinalPerkotaan ... 275
Diagram 4.5 KemampuanSiswadalamMerasakanEmpati
TertadapKaumMarjinalPerkotaan ... 277
Diagram 4.6 KemampuanSiswaMembantuKaumMarjinal ... 278
Diagram 4.7 RekapitulasiKetertarikanSiswaTertadapPelajaran IPS .. 279
Diagram 4.7 RekapitulasiHasilSiklusBerdasarkan
TatapanPerumusanMasalat ... 281
Diagram 4.8 RekapitulasiHasilSiklusBerdasarkan
TatapanPerumusanHipotesis ... 282
Diagram 4.9 Rekapitulasi Hasil Siklus Berdasarkan Tatapan
Pengumpulan Data ... 284
Diagram 4.10 Rekapitulasi Hasil Siklus Berdasarkan Tatapan
Uji Hipotesis dan Pemecatan Masalat ... 286
Diagram 4.11 RekapitulasiHasilSiklusBerdasarkanTatapan
MerumuskanKesimpulan ... 287
Diagram 4.12 RekapitulasiHasilSiklusMengenaiKepuasanSiswa
DAFTAR BAGAN
1
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABB1B
PENDAHULUANB B
A. LatarBBelakangBMasalahBB
BBBBBPendedekan menurut UNESCO merupakan upaya memperseapkan manusea untuk besa hedup de masyarakat dan harus sesuae dengan tuntutan kebutuhan pendedekan masa lalu, sekarang, dan masa datang (Dasar Konsep Pendedekan Moral, 1999, hlm. 2). Dalam Suyade, 2013 menyatakan bahwa Ke Hajar DewantaraB merumuskan pendedekan sebagae tuntutan de dalam hedup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendedekan yaetu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak etu, agar mereka sebagae manusea bernelae luhur dan sebagae anggota masyarakat dapatlah mencapae keselamatan dan kebahageaan setengge-tenggenya. Selaen etu, berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, pendedekan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta dedek secara aktef mengembangkan potense derenya untuk memeleke kekuatan speretual keagamaaan, pengendalean dere, keprebadean, kecerdasan, akhlak mulea, serta keterampelan yang deperlukan derenya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Tujuan pendedekan naseonal juga desampaekan dalam UU No. 20 Tahun 2003, yaetu: “Sestem pendedekan naseonal berfungse untuk mengembangkan kemampuan dan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehedupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potense peserta dedek agar menjade manusea yang bereman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulea, sehat, berelmu, cakap kreatef, mandere, dan menjade warga negara yang baek dan demokrates serta bertanggung jawab” (dalam Ruhemat, 2009, hlm. 20).
2
keterampelan guna memenuhe tuntutan kehedupan dan untuk dapat deterema oleh masyarakat yang delakukan melalue proses belajar.
Hal tersebut telah terangkum dalam 18 nelae-nelae dan karakter yang detetapkan secara tertules oleh Kemendeknas pada tahun 2011 dan wajeb detanamkan dalam dere seswa sebagae bagean upaya membangun karakter dan watak bangsa. Karakter-karakter tersebut yakne relegeus, jujur, toleranse, deseplen, kerja keras, kreatef, mandere, demokrase, rasa engen tahu, semangat kebangsaan atau naseonalesme, centa tanah aer, menghargae prestase, komunekatef, centa damae, gemar membaca, pedule lengkungan, pedule soseal dan tanggung jawab. Berdasarkan pemaparan nelae-nelae dan karakter tersebut dalam perundangan, pengembangan karakter nampak sangat jelas menjade ruh dare pendedekan de Indonesea.
Pengembangan nelae karakter yang bermuara pada tengkah laku dan sekap yang demeleke seswa sesuae dengan pengertean pendedekan dan tujuan pendedekan nampak pada penetapan penggunaan kurekulum terbaru yakne kurekulum 2013. Dalam perkuleahan tanggal 10 September 2013, dosen mata kuleah Pembelajaran Berbases Masalah memberekan gambaran bahwa kurekulum 2013 merupakan sebuah kurekulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendedekan berkarakter, seswa detuntut untuk paham atas matere, aktef dalam berdeskuse dan presentase serta memeleke sopan santun deseplen yang tengge.
Kompetense Inte (KI) pada kurekulum 2013 dengan tegas khususnya pada KI 1 dan KI 2 menunjukan kometmen yang jelas terhadap pembangunan nelae sekap mental posetef seswa. Pada KI 2 secara ekspleset desebutkan berfokus pada pengembangan seswa melalue perwujudan menghargae dan penghayatan perelaku dan sekap soseal, khususnya perelaku dan sekap jujur, deseplen, tanggung jawab, pedule (empate, toleranse, gotong royong) santun, percaya dere, dalam berenterakse secara afektef dengan lengkungan soseal dan kejadean tampak nyata.
3
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurekulum 2013 saat ene deterapkan dalam jenjang pendedekan kelas VII. Kondese tersebut sangat mendukung fokus peneletean yakne peneletean dalam aspek afektef yang akan delakukan penelete de sekolah tersebut. Fokus utama aspek afektef atau sekap yang depeleh oleh penelete adalah sekap empate yang demeleke oleh para seswa.
Pemelehan aspek sekap empate dalam peneletean ene adalah karena penelete mendapatkan temuan bahwa terdapat endekase-endekase yang menandakan bahwa sekap empate seswa kelas VII I rendah. Kondese rendahnya sekap empate nampak keteka jawaban yang deberekan seswa keteka seswa berpendapat tedak menunjukan bahwa ea dapat memposesekan dere sebagae orang laen dan seswa tedak memeleke daya dan upaya untuk membantu orang laen. Secara khusus penelete melehat hal yang menggambarkan rendahnya sekap empate terhadap kesenjangan soseal khususnya terhadap kemeskenan yang ada de seketar yakne keteka guru menerapkan proses pembelajaran tematek pengangguran masyarakat kota Bandung. Tedak terdapat jawaban yang menunjukan sekap empate mereka terhadap kondese ekonome masyarakat pengganguran. Jawaban seswa dalam menjawab pertanyaan KBagaemana perasaan kalean keteka mengetahue belamana orang tua kalean terancam terkena pemutusan hubungan kerja atau desebut dengan PHK ?’. Mereka menjawab dengan jawaban yang tedak mencermenkan kondese masyarakat yang memeleke kepekaan soseal khususnya empate, yakne salah satu seswa menjawab, “Maaf, orang tua saya adalah orang memeleke kuasa dalam kantor, jade saya rasa saya tedak akan pernah merasakan kehedupan mesken yang derasakan oleh mereka yang de PHK’. Kemudean detambah dengan jawaban seswa laen, yaetu “Orang tua saya tedak akan kena PHK karena orang tua saya berpendedekan tengge, pentar dan keuangan keluarga saya mapan, dan saya berfeker mereka yang terkena PHK etu adalah mereka yang tedak besa bekerja dengan baek dan tedak pentar, etu adalah reseko mereka kalau depecat dare kantor.”
4
pertanyaan mengenae pandangan seswa tentang kemeskenan yang deakebatkan banyaknya kantor yang memutuskan hubungan kerja secara besar-besaran. Kembale terdapat seswa yang menjawab dengan jawaban “Itu adalah salah mereka sendere karena tedak sekolah sejak kecel dan tedak besa berfeker kreatef. Saya yaken tedak akan pernah menjalane hedup seperte etu karena saya memeleke keluarga yang kaya dan saya bersekolah de sekolah yang bagus. Kemeskenan yang mereka alame harus mereka selesaekan sendere karena etu adalah reseko dare kesalahan mereka sendere dan hedup mesken memang harus mereka alame”. Jawaban tersebut cukup memperlehatkan dengan jelas bahwa sekap empate terhadap masyarakat mesken yang demeleke seswa rendah. Hal tersebut karena terdapat makna bahwa seswa tersebut menganggap bahwa kemapanan ekonome yang dealame seswa saat ene adalah suatu yang harus detunjukan ke orang laen dan menyatakan secara tersurat bahwa seswa tersebut tedak akan pernah mengalame kemeskenan. Terlebeh jawaban seswa yang menyatakan bahwa kemeskenan yang dealame harus mereka selesaekan sendere karena etu adalah bentuk dare kesalahan mereka, menunjukan bahwa sekap menolong dan membantu orang laen yang demeleke seswa maseh denyatakan kurang bahkan tedak ada.
5
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permasalahan guru kurang memfaseletase seswa dalam pembelajaran yang berbases masyarakat atau fenomena pengalaman yang ada de seketar masyarakat dapat deketahue keteka seswa belum pernah mendapatkan tugas yang menugaskan mereka untuk belajar melalue fenomena masyarakat seketar. Hal tersebut akan berdampak pada rendahnya kepekaan soseal dan sekap empate pada masyarakat yang ada de dalam dere seswa, karena pembelajaran berdasarkan pengalaman de masyarakat merupakan pembelajaran yang paleng bermakna pada aspek afektef seswa (dalam Darsono, 2008, hlm. 40).
Proses pembelajaran yang belum berbases pada lengkungan seketar, mengakebatkan nelae sekap soseal yang terdapat dalam kehedupan soseal bermasyarakat belum seutuhnya demeleke seswa. Nelae-nelae yang demaksud salah satunya adalah sekap empate. Sekap empate termasuk kedalam sekap pedule soseal dalam 18 nelae karakter yang harus demeleke seswa yang decetuskan oleh Kementrean Pendedekan dan Kebudayaan. Sekap empate menjade penteng manakala kepedulean antar sesama mahluk soseal sudah semaken menurun. Teadanya sekap empate yang demeleke masyarakat akan berdampak pada kehedupan soseal yang acuh, tedak adanya sekap tolong menolong dan tedak pedule satu sama laen yang berakher pada kerusakan nelae soseal dan karakter bangsa Indonesea.
Paparan permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut menghaselkan pendapat penelete bahwa pembelajaran IPS de kelas VII-I belum mampu seutuhnya membangun sekap empate yang demeleke seswa khususnya untuk berempate pada masyarakat berekonome menengah ke bawah dan masyarakat yang hak-hak untuk kehedupan layaknya tedak tercapae dengan baek atau dapat dekatakan masyarakat marjenal.
6
pembelajaran menggunakan metode enkuere soseal. Metode enkuere soseal degunakan karena pembelajaran melalue metode enkuere soseal akan melebatkan pengalaman seswa untuk mengamate secara langsung ke masyarakat tentang permasalahan dan kasus-kasus yang terjade de lengkungan seketar. Proses pembelajaran metode enkuere soseal ene membuat pembelajaran menjade student centered atau pembelajaran yang berpusat pada seswa. Pembelajaran enkuere soseal ene berese tahapan tahapan yaetu oreentase, merumuskan masalah, merumuskan hepoteses, mengumpulkan data dengan pengamatan atau observase, menguje hepoteses, pemecahan masalah dan kesempulan. Pengembangan nelae sekap terjade pada proses tahapan mengumpulkan data melalue pengamatan de masyarakat secara langsung. Proses pengumpulan data dapat dekorelasekan dengan pengembangan sekap empate yang demeleke seswa. Berdasarkan teore Skenner (dalam Fatheyah, 2003, hlm. 74), menyatakan bahwa sekap dan karakter manusea akan tercepta keteka manusea deanggap melakukan tendakan-tendakan atas eneseatef sendere dare lengkunganya. Teore tersebut menegaskan bahwa sekap manusea khususnya sekap empate akan tembul keteka manusea tersebut masuk dan bertendak de dalam lengkungan masyarakat. Tendakan pengumpulan data yang delakukan sesuae tahapan dalam metode enkuere soseal akan melebatkan seswa secara langsung kedalam matere yang akan debahas guna mencapae kebutuhan pembelajaran dalam aspek afektef.
Menurut Banks (dalam Darsono, 2008, hlm. 42) pembelajaran enkuere soseal juga mengkondesekan seswa pada pembelajaran berbases pengalaman. Pengalaman dalam konteks membangun sekap empate melalue metode enkuere soseal adalah pengalaman seswa dalam mengetahue, mempelajare dan melehat secara langsung kondese masyarakat marjenal perkotaan. Pembelajaran enkuere soseal menggunakan masyarakat marjenal perkotaan dekarenakan sekolah dan tempat tenggal seswa berada de dalam kota.
7
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses pembelajaran mulae dare merumuskan masalah hengga mendapatkan kesempulan. Guru memfaseletase seswa dengan penggunaan lembar kerja seswa yang debuat secara khusus oleh guru untuk melehat pola peker dan cara bersekap seswa dalam menghadape masyarakat marjenal perkotaan. Pembelajaran berbases pengalaman ene jeka dekaetkan dengan teore belajar behaveorestek akan berdampak pada perubahan sekap dan tengkah laku.
Pembelajaran yang beroreentase pada pengalaman seswa merupakan pembelajaran yang efektef dalam pembentukan sekap yang demeleke seswa. Pendapat ene deperkuat oleh Bandura, 1977 (dalam Permana, 2006) yang mengemukakan teore belajar KSocial Learning Theories’, bahwa seseorang mengontrol lengkungan menggunakan pengalaman tendakan yang pernah ea lakukan maupun pengalaman tendakan yang pernah ea lehat secara langsung. Pengalaman seswa dalam hal ene adalah pengalaman seswa dalam mempelajare dan melehat kondese masyarakat secara langsung. Penelete berasumse yang berasal dare teore tersebut bahwa apa yang depelajare oleh manusea secara langsung berdasarkan pengalamannya akan berpengaruh atas keprebadean dan sekapnya de masa datang.
Peneletean sebelumnya yakne peneletean dalam theses Permana (2006, hlm. 32) yang berjudul KPenerapan Metode Pembelajaran Berbases Masalah Soseal dalam Menengkatkan Kemampuan Berfeker Kretes dan Kepekan Soseal Seswa SD’, menyatakan bahwa kepekaan soseal maupun kesadaran soseal akan terjade apabela adanya pengalaman endevedu dalam melehat masalah secara langsung. Seswa yang detuntut untuk melehat dan memecahkan masalah secara langsung de lengkungan masyarakat akan menengkatkan cara berfeker dan munculnya sekap kepekaan soseal seswa. Pengalaman belajar endevedu hakekatnya adalah hasel enterakse antar prebade endevedu dengan lengkungannya.
8
belajar dare pengamatan ene tersalurkan dengan menggunakan metode enkuere soseal. Inkuere soseal deyakene bahwa merupakan metode pembelajaran karena terdapat tahapan pengamatan soseal yang kemudea depahame merupakan tahapan dan proses pembelajaran yang tepat dalam mengembangkan kemampuan sekap seswa utamanya sekap empate. Hal tersebut karena seswa dekondesekan untuk mengamate dengan melehat dan berkomunekase secara langsung dengan masyarakat sehengga akan adanya enterakse seswa dengan masyarakat marjenal. Hal tersebut sejalan dengan pemekeran Permana (2010, hlm. 78) yakne kepekaan soseal muncul karena ada pengalaman endevedu dalam proses observase dalam waktu sebelumnya. Upaya yang dapat delakukan oleh guru adalah mengklarefekasekan pengalaman tersebut dan mengembangkannya de kelas melalue rekonstrukse dengan melebatkan seswa dalam aktefetas soseal dan pembelajaran.
Pendapat Kohlberg (dalam Mawarde, 2012, hlm. 12) yakne faktor penteng sebagae perangsang tahap penalaran moral adalah faktor pengalaman soseal yang desebut oleh Kohlberg kesempatan aleh peran. Aleh peran dalam pengalaman soseal yaetu mengambel sekap dare sudut pandang orang laen, menjade dasar pemekeran, perasaan, dan menempatkan dere menjade orang laen. Oleh karena etu, penelete memeleke pemekeran bahwa jeka seswa belajar dengan melehat pengalaman kehedupan orang laen akan mempermudah peserta dedek etu untuk larut dalam kehedupan dan merasaan dengan perasaan mereka tentang kehedupan masyarakat yang sedang mereka amate. Proses pembelajaran tersebut dapat deterapkan baek de dalam kelas maupun de luar kelas. Penerapan pengalaman orang laen sebagae medea pembelajaran untuk pembentukan sekap empate de luar kelas dapat dekondesekan penugasan observase lapangan, sedangkan proses belajar de dalam kelas dapat delakukan dengan mewawancarae masyarakat marjenal secara langsung de dalam sekolah maupun kelas. Hal tersebut merupakan cara terbaek untuk membentuk sekap empate para peserta dedek terhadap kaum margenal perkotaan yang akan mereka amate.
9
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemecahaan permasalahanya, penelete mengambel satu keputusan dalam pemberean judul Peneletean Tendakan Kelas (PTK) yakne memberekan judul peneletean ene dengan “MembangunB SikapB EmpatiB TerhadapB KaumB MarjinalB PerkotaanBMelaluiB MetodeBInkuiriBSosialBDalamB PembelajaranB IPSB(PenelitianBTindakanBKelasBTerhadapBSiswaBKelasBVIIBIBSMPBNegeriB5B BandungBTahunBAjaranB2013/2014)”.B
B. IdentifikasiBMasalahB
Permasalahan yang detelete dalam peneletean ene adalah permasalahan penerapan penggunaan metode enkuere soseal dalam upaya untuk membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan yang demeleke oleh seswa. Penelete membatase masalah yang dekaje kedalam ranah proses perencanaan metode enkuere soseal dalam membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan, proses pelaksanaan metode enkuere soseal dalam membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan, dan pemberean soluse terhadap kendala yang dehadape selama proses penerapan metode pembelajaran tersebut. B C. RumusanBMasalahB
Rumusan masalah secara umum peneletean ene adalah bagaemana pembelajaran IPS dengan metode enkuere soseal dapat membangun sekap empate terhadap esu kemeskenan terutama kaum marjenal perkotaan peserta dedek jenjang pendedekan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Secara lebeh terperence, de bawah ene adalah rumusan masalah yang akan dekaje dalam Peneletean Tendakan Kelas sebagae berekut. B
1. Bagaemana tahap perencanaan pelaksanaan pembelajaran IPS yang menggunakan metode enkuere soseal dalam rangka membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan de kelas VII I SMP Negere 5 Bandung ? 2. Bagaemana pelaksanaan pembelajaran IPS yang menggunakan metode
enkuere soseal dalam rangka membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan de kelas VII I SMP Negere 5 Bandung ?
10
4. Bagaemana tengkat perkembangan sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan setelah pelaksanaan penerapan metode enkuere soseal de kelas VII I SMP Negere 5 Bandung ?
D. TujuanBPenelitianB
Tujuan peneletean ene debuat dan delaksanakan adalah sesuae dengan rumusan masalah yang yang detentukan. Pertama penelete bertujuan untuk dapat mengedentefekasekan tahapan perencanaan pembelajaran IPS untuk membangun sekap empate seswa melalue metode enkuere soseal.
Tujuan peneletean berekutnya adalah untuk menganaleses dan melakukan verefekase proses ketercapaean penerapkan metode enkuere soseal dalam menbangun sekap empate seswa terhadap kaum marjenal perkotaan.
Sementara tujuan ketega adalah untuk mengetahue soluse yang solutef untuk mengatase kendala yang dehadape oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran sekap empate khususnya sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan. B
E. ManfaatBPenelitianB
Manfaat dare peneletean ene dapat degunakan oleh beberapa pehak terkaet yakne guru, seswa, dan penelete. De bawah ene adalah manfaat peneletean tendakan kelas yang lakukan.B
a. Manfaat bage guru
1. Mengetahue permasalahan yang terjade de dalam kelas terutama permasalahan dare sege sekap peserta dedek terutama sekap empate peserta dedek terhadap kaum marjenal perkotaan.
2. Memperbaeke pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang berbases pembentukan sekap empate seswa.
b. Manfaat bage seswa
1. Menengkatkan keefektefan proses pembelajaran bage seswa.
2. Membangun pendedekan berbases sekap pada seswa sesuae dengan tujuan pembelajaran kurekulum 2013 dan menceptakan seswa yang memeleke sekap empate terhadap kaum marjenal.
11
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Melateh seswa untuk dapat mengambel makna dan nelae-nelae soseal yang ada de seketar lengkungan masyarakat.
5. Membuat seswa peka akan permasalahan lengkungan soseal terutama kasus-kasus kemeskenan de seketarnya.
c. Manfaat bage Penelete
1. Mengengkatkan keterampelan membuat peneletean tendakan kelas. 2. Mendapatkan elmu untuk berprofese sebagae guru IPS secara langsung
de lapangan/ de kelas.
3. Penyelesaean stude S1 penelete de jurusan Pendedekan IPS.
F. StrukturBOrganisasiBPenelitianB
Sestemateka penulesan dalam penyusunan skrepse ene akan depaparkan melalue penjelasan berekut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ene penelete memaparkan mengenae perehal latar belakang peneletean, rumusan rumusan masalah peneletean, tujuan dan manfaat peneletean serta sestemateka penulesan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ene membahas mengenae pemaparan konsep-konsep dan teore-teore pendukung peneletean ene. Konsep dan teore yang depaparkan yaetu tetang metode enkure soseal dalam rangka membangun sekap empate terhadap kaum marjenal perkotaan. Kaje pustaka ene yang deambel dare berbagae
literature, mulae dare buku, skrepse, theses, desertase, jurnal, artekel, dan pustaka-pustaka laen yang dapat depertanggungjawabkan kebenaran dan akurasenya.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ene memaparkan tahapan-tahapan peneletean yang delakukan penelete dalam upaya menyelesaekan peneletean. Tahapan yang dejelaskan dalam bab ene adalah demulae dare metode peneletean yang degunakan, tahap perseapan, prosedur pelaksanaan, analeses data yang mencangkup sumber data, teknek pengumpulan data dan alat pengumpul data.
12
Bab ene menghaderkan hasel data peneletean yang dedasarkan pada data nyata dan enformase yang berasal dare sumber-sumber leteratur yang kapabeletas dan dapat depertanggungjawabkan kebenarannya.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Memaparkan gares besar dan sempulan atas hasel peneletean yang delakukan dan dehaselkan dare peneletean yang delakukan penelete sebagae jawaban atas rumusan masalah dalam peneletean. Dan juga dalam bab ene, penelete menuleskan saran-saran bage kesemua pehak yang terkaet dalam peneletean ene yaetu mulae dare guru, seswa, dan para pehak-pehak laen yang tertarek untuk membahasa hal yang sama dalam peneletean-peneletean laen.
B
51
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BABBIIIB
METODEBPENELITIANB
Pada bab III ini, peneliti akan memaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan metode dalam penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan yang ada di kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. Dasar dari pemilihan metode dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui jawaban yang ada pada rumusan masalah, sehingga dapat tercapainya tujuan penelitian dengan baik. Penggunaan metode penelitian yang tepat juga ditujukan untuk membantu peneliti sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
A.LatarBBPenelitianBB
1. DeskripsiBLokasiBPenelitianBB
BBBBBPenelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di kelas VII-I SMP Negeri 5 Bandung. SMP Negeri 5 Bandung berlokasi di Jalan Sumatra, SMP ini berada di lingkungan yang cukup ramai akan aktifitas lalu lintas. SMP Negeri 5 Bandung berada di kawasan pendidikan karena di sekitarnya juga terdapat SMP Negeri 2 Bandung, SMA Negeri 3 Bandung, bimbel Tridaya dan gedung utama bimbel Ganesa Operation. Ketiga sekolah yang letaknya di sekitar SMP Negeri 5 Bandung merupakan sekolah-sekolah yang tergolong dalam kluster 1 yakni golongan sekolah terbaik di Bandung bahkan di provisi Jawa Barat. B
2. DeskripsiBSubjekBPenelitianB
52
DiagramB3.1 Klasifikasi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Sedangkan objek dari penelitian ini adalah metode pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran IPS. Metode yang akan diterapkan dalam materi pembelajaran IPS yakni metode inkuiri sosial. Metode tersebut dipilih atas diskusi bersama untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.
B.DesainBPenelitianB
1. MetodeBPenelitianB
BBBBBMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroot Action Research). Pada dasarnnya tujuan dari PTK menurut Kemmis, 1988 (dalam Sanjaya, 2012, hlm. 24) adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial.
Menurut Elliot, 1982 (dalam Sanjaya 2011, hlm. 44) mengemukakan bahwa penelitian tindakan sebagai kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajarai pengaruh yang ditimbulkanya.
Menurut Burn (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 44) pengertian penelitian tindakan kelas, yakni menyatakan bahwa :
“Penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam’.B
Pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) memiliki beberapa model. Model penelitian digunakan sebagai bahan visualisasi dan dasar untuk melakukan tindakan dalam PTK. Model penelitian tersebut antara lain,
Subjek Penelitian
53
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yakni model penelitian oleh Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis, revisi model Lewin menurut Elliott, model Kemmis dan Taggart (1988), model Ebbutt, dan model MacKernan (dalam Wiriaatmadja, 2012).
Penelitian tindakan kelas yang dipilih oleh peneliti sebagai model desain PTK adalah model Kemmis dan Taggart. Model Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja) terdiri dari empat tahapan pelaksanaan yang digambarkan seperti berikut;
BaganB3.1BModel Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993, hlm. 48
dalam Wiriaatmadja)B
Berikut adalah pemaparan secara lengkap mengenai tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart.
B 1.BPereneanaanB(planning)B
54
masalah, pencarian observer sebagai tenaga bantuan selama peneliti menerapkan tindakan, dan perencanaan instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk mendukung proses tindakan. Di bawah ini pemaparan mengenai aktifitas yang dilakukan dalam proses perencanaan.B
a. AktifitasBPengamatanBLapanganB
BBBBBTinjauan lapangan ini dilakukan untuk melihat dan mempelajari kondisi awal proses pembelajaran yang ada di kelas. Tinjauan ini dilakukan selama hampir 3 minggu, terbilang dari akhir bulan Februari sampai pertengahan bulan Maret. Aktifitas yang peneliti tinjau adalah proses pembelajaran IPS yang mendukung terciptanya pembentukan aspek sikap terutama sikap empati siswa terhadap masyarakat sosial. Tinjauan pertama dilakukan ketika guru (guru pamong) sedang mengisi materi terkait isu kesenjagan sosial yang terjadi di masyarakat. Peneliti membuat catatan penilaian sikap yang nampak dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aktifitas tersebut memberikan hasil yaitu data awal untuk melihat permasalahan utama yang terjadi selama proses pembelajaran.
Pertemuan berikutnya, peneliti turut berperan sebagai guru mata pelajaran. Selama proses pembelajaran, peneliti memberikan beberapa stimulus dan perangsang untuk melihat nilai sikap khususnya sikap empati yang mereka miliki. Peneliti memberikan tema-tema pembelajaran yang terkait dengan isu-isu kemiskinan sekitar mereka. Selain itu, peneliti juga mencoba beberapa metode pelajaran yang diterapkan selama proses pembelajaran sampai akhirnya menemukan metode pelajaran yang tepat.
b. DiagnosisBmasalahBB
55
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tindakan kelas terdiri dari penerapan metode pembelajaran dan tujuan dari penerapan metode pembelajaranya. B
e. PenentuanBpemilihanBpenanganBmasalahB
BBBBBBerdasarkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan dari aktifitas tinjauan lapangan dan yang telah dirangkum dalam diagnosis permasalahan, peneliti dibantu oleh guru pamong berdiskusi untuk menentukan metode apa yang tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Penentuan metode penangangan juga dibantu peran dosen pembimbing yang kerap memberikan masukan pemikirannya.
Selain berdiskusi dengan guru pamong dan dosen pembimbing, peneliti juga melakukan studi literatur dalam mencari metode apa yang tepat diterapkan.B
d. PenentuanBwaktuBdanBmateriBpelaksananBsiklusB
BBBBBPerencanaan penentuanBmateri pembelajaran mana yang menjadi materi pelajaran yang akan diterapkan tindakan akan sangat penting ketika akan dikaitkan dengan judul dalam penelitian ini. Kadangkala terdapat ketidak cocokan materi pelajaran dengan tujuan penelitian tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu peneliti harus merencanakan pentuan materi-materi apa saja yang dapat disisipkan isu kemiskinan dalam masyarakat.
Materi yang diberikan penangan pembentukan sikap empati terhadap kaum marjinal adalah materi yang membahas mengenai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Dan materi itu tepat ada ketika peneliti menerapkan PTK di kelas.
Alokasi waktu pelaksanaan PTK yang direncanakan oleh peneliti yaitu selama peneliti melakukan proses Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah.
Materi yang dapat digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah materi mengenai;B
56
b) Interaksi manusiaB
c) Keragaman sosial budaya masyarakat IndonesiaB
d) Dampak aktifitas manusia terhadap kehidupan sosial dan ekonomiB
Materi-materi yang dipaparkan di atas merupakan materi-materi yang dipilih peneliti untuk diterapkan metode pembelajaran yang ditentukan peneliti yaitu metode pembelajaran inkuiri sosial guna membangun sikap empati yang dimiliki siswa.B
e. Penearian observer penelitian
Observer penelitian dalam PTK bertugas untuk membantu peneliti mendeskripsikan proses pembelajaran ketika berlangsungnya penerapan metode pengangan dan juga membantu menilai kinerja peneliti dalam menerapkan metode. Observer dalam penelitian ini berasal dari rekan yang memiliki kemampuan atau bidang profesi kependidikan.
f. PembuatanBinstrumenByangBdiperlukanB
BBBBBInstrumen-instrumen yang dibuat terdiri dari perancangan matrik relevansi, rubrik penilaian sikap, indikator-indikator sikap empati dan skala sikap empati, lembar wawancara, lembar observasi guru, format penilaian guru, lembar penilaian sikap empati siswa dengan menggunakan media LKS dan angket.
Proses perancangan strategi yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan ditujukan kepada siswa dan guru untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai pelaksanaan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus bisa mendorong siswa untuk menjawab secara detail mendeskripsikan suasan belajar yang mereka alami. B
2.BTindakanB(action)B
57
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RPP juga sudah tercantum bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing skripsi menggunakan format yang mendukung proses pengukuran sikap empati siswa terhada kaum marjinal perkotaan. Metode yang menjadi tindakan penanganan adalah metode inkuiri sosial untuk membangun sikap empati terhadap kaum marjinal yang berekonomi miskin.B
Tindakan ini diterapkan selama waktu dan materi yang telah direncanakan di tahap perencanaan. Tindakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa siklus yang tiap siklusnya terdiri dari 2 sampai 4 Jam Pelajaran (JP).B
Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan metode inkuiri sosial yang dipilih peneliti. Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan awal yang berupa apersepsi, kegiatan inti sesuai dengan metode inkuiri sosial yakni terdapat tahap orientasi materi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan observasi, menguji hipotesi, pemecahan masalah, dan merumuskan kesimpulan, setelah itu dilakukan lah kegiatan akhir berupa refleksi dan pemberian kesimpulan secara keseluruhan.B
Di tahap ini peran observer sangat diperlukan. Mereka bertugas mencatat secara detail proses pembelajaran di kelas dan menilai kinerja guru yang sedang menerapkan metode.B
Pelaksanan tindakan atau dengan kata lain siklus penangan (penerapan metode pengangan masalah) dilakukan sangat bergantung terhadap hasil yang didapat di setiap tindakan. Pelaksanaan tindakan akan selalu berjalan terus bilamana permasalahan di kelas masih ada. Hal tersebut membuat peneliti tidak bisa merencanakan jumlah tindakan atau siklus yang akan dilakukan.B
3.BPengamatanB(observing)B
58
dari para observer dijadikan salah satu data yang digunakan untuk menganalisis tindakan.B
Pengamatan ini menggunakan catatan-catatan mengenai apa saja yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan tindakan yang sedang peneliti terapkan. Catatan-catatan tersebut berupa lembar observasi tindakan, rekaman audio maupun audio visual. Pelaksanaan pengamatan dan pelaksanaan tindakan harus dilakukan secara bersama, karena pelaksanaan tindakan lah yang sedang diamati. Catatan-catatan dari hasil pengamatan ini yang berupa data akurat menjadikan bahan untuk analisi tindakan yang berguna untuk menganalisis dan perbaikan tindakan dalam siklus berikutnya.B
Data yang dihasilkan dari tahap pengamatan ini berupa hasil dari metode yang diterapkan oleh peneliti. Data tersebut berupa ketercapaian tujuan penelitian dengan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan. Maka dari itu, hasil data dari tahapan ini berguna untuk proses berikutnya yaitu refleksi.B
4.BRefleksiB(Reflection)B
59
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilanjutkan ke siklus berikutnya hingga dirasa sudah mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan penelitian. B
Tahapan refleksi ini juga merupakan tahapan penganalisisan hasil tindakan yang dilakukan dengan teori-teori terkait yang digunakan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti melihat keterhubungan antara teori-teori yang digunakan dengan kondisi nyata melalui proses tindakan kelas yang diterapkan. B
Pada dasarnya proses ini bertujuan untuk proses penganalisisan data tindakan yang terjadi dan proses mengemukakan kembali tindakan-tindakan yang telah diterapkan dalam PTK. B
C.VerifikasiBKonsepBBB
Verifikasi konsep merupakan rumusan setiap variable dalam penelitian ini. Di bawah ini peneliti memaparkan definisi-definisi dari variabel judul penelitian.B
a. Membangun Sikap Empati
Purwanto (dalam Murniarti, 2011, hlm. 35) menyatakan sikap merupakan suatu cara bereaksi terhadap perangsang dengan cara tertentu terhadap situasi yang dihadapi. Dalam hal ini, seseorang memiliki keyakinanan terhadap objek yang disertai dengan perasaan sehingga akan memberi alasan sebagai dasar dalam berbuat atau memberikan respon terhadap keadaan tertentu.
Sedangkan pengertian empati disampaikan oleh Kohut 199D (dalam Taufik, 2011, hlm. 40) empati yakni suatu proses dimana seseorang berfikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi orang lain itu. Selanjutnya empati juga dikatakan sebagai kemampuan berfikir objektif tentang kehidupan terdalam orang lain.
60
orang, pendapat pribadi, dan kepekaan antar pribadi (Parson dalam Taufik, 2011, hlm. 41).
Indikator yang digunakan dalam penelitian untuk melihat keberhasilan sikap empati siswa terhadap kaum marjinal perkotaan yang diadaptasi dari skala sikap Quintana (1999) dan teori sikap empati Schiller dan Bryan (2002) adalah sebagai berikut.
B B BB TabelB3.1BIndikator Sikap Empati Terhadap Kaum Marjinal
Perkotaan
IndikatorB1B Terdapat kesadaran mengenai masyarakat marjinal dalam
konteks kehidupan miskin yang kaum marjinal alami. Namun siswa belum mampu membedakan perbedaan yang ada. Siswa belum mampu mendeskripsikan perbedaan kemampuan dan kebutuhan masyarakat marjinal (miskin).
IndikatorB2B Siswa memahami hal yang terkait kehidupan kaum miskin
yang termarjinalkan. Namun masih dalam konteks yang secara umum hanya terbatas informasi dari media yang ada. Kemampuan siswa hanya sebatas mengetahui kondisi kaum marjinal secara umum.
IndikatorB3B Siswa sudah mulai terdapat kesadaran pada aspek-aspek kecil yang berhubungan secara tidak langsung dengan masyarakat marjinal. Hal ini terdapat sub indikator, yakni:
a. Siswa mulai mampu memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan antara siswa dengan kaum marjinal.
b. Siswa mulai mampu mendeskripsikan kehidupan sehari-hari kaum marjinal.
IndikatorB4B Siswa sudah memiliki kesadaran mengenai dampak
kondisi kehidupan kaum marjinal yang tergolong dalam kondisi ekonomi miskin.
61
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan sudah terbentuk pribadinya yang memahami secara utuh kondisi kehidupan kaum marjinal karena sudah merasakan apa yang dirasakan kaum marjinal dalam konteks dirinya.
IndikatorB6B Siswa memiliki pemikiran untuk menyelesaikan
permasalahan bagi kaum marjinal. Siswa sudah mempunyai pemecahan masalah yang relevan dengan kondisinya.
IndikatorB7B Siswa sudah dapat bersikap dengan bertindak untuk
memecahkan masalah kaum marjinal perkotaan. Siswa sudah dapat bertindak membantu kaum marjinal sesuai dengan kemampuan dirinya.
b. Kaum Marjinal Perkotaan
Marjinal berasal dari bahasa inggris 'Marginal' yang berarti tipis dan jumlah atau efek yang sangat kecil. Sehingga dapat diartikan bahwa kaum marjinal adalah suatu kelompok yang jumlahnya minoritas dari suatu golongan masyarakat atau dapat juga diartikan sebagai kelompok pra-sejahtera. Menurut Mandel, 1980, marjinal juga identik dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan (dalam Wikipedia).
Berdasarkan diskusi dalam proses bimbingan skripsi oleh pembimbing II pada tanggal 10 April 2014, menghasilkan pemaparan bahwa kaum marjinal juga dapat dikatakan sebagai kelompok yang memiliki akses kesejahteraan paling kecil dan cenderung termasuk golongan masyarakat yang terdapat di garis paling ujung kemampuan harapan hidup layak.
c. Metode Inkuiri sosial
62
berorientasi kepada proses dan hasil belajar siswa, akan memotivasi siswa untuk aktif mencari dan mendapatkan pengetahuan. Serta, proses belajar lebih penting dibandingkan dengan hasill belajar. Proses belajar untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman digunakan oleh siswa untuk memperoleh fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan
d. Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi sosiologi, ekonomi, dan geografi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (BSNP, 2006, hlm. 159).
D.InstrumenBPenelitianB
Instrumen penelitian dalam PTK ini yang pertama ialah peneliti sendiri yang berperan penting dalam penelitian ini. Hal tersebut karena peneliti lah yang membuat keseluruhan materi-materi penyelesaian masalah yang terjadi di kelas penelitian. Memang pada mulanya peneliti hanya sebagai observer keadaan kelas, namun saat pelakasanaan tindakan, peneliti lah yang berperan sebagai instrumen penelitian yang peneliti lakukan atau lebih sering disebut dengan istilah hutan instrutent.
63
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. LembarBobservasiBpraBtindakanB
Lembar observasi merupakan alat pengamatan dan pencatatan langsung atau tidak langusng terhadap objek yang sedang diteliti dengan menggunakan alat-alat seperti daftar isian, daftar pertanyaan, checking list, dan sebagainya yang cara pengisiannya diisi oleh pengamat sendiri (Rosyani, 2008, hlm. 61).
Lembar observasi awal ini menuliskan proses pembelajaran dalam kelas VII I saat pertama kali peneliti melakukan observasi (observasi awal). Data yang ada di dalam lembar obserasi awal ini berisi apa saja yang dilakukan oleh guru dalam menggunakan waktu kegiatan pembelajaran di kelasnya.
b. CatatanBwawanearaB
Proses ini termasuk kedalam data komunikasi nyata baik dari segi peserta didik sebagai narasumber dan dari segi guru sebagai narasumbernya. Proses wawancara ini dilakukan langsung kepada narasumber peneliti di luar jam pelajaran sekolah.
e. LembarBobservasiBaktivitasBguruB
Dalam lembar observasi aktivitas guru, terkandung unsur-unsur proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri sosial. Indikator-indikator pelaksanan metode inkuiri sosial masuk kedalam penilaian untuk tahap orientasi, tahap kegiatan inti, tahap evaluasi, dan tahap kegiatan akhir.
e. RubrikBPenilaianBLKSB(LembarBKerjaBSiswa)B
Rubrik penilaian sikap digunakan untuk melihat dan mengetahui sejauh mana perkembangan kondisi sikap empati siswa terhadap kau marjinal perkotaan. Rubrik penilaian ini terdiri dari indikator-indikator sikap empati yang telah disusun sebelumnya. Berikut merupakan tabel rubrik sikap empati siswa terhadap kaum marjinal perkotaan.B
64
65
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
67
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
69
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
71
Indri Cahyani
MEMBANGUN SIKAP EMPATI TERHADAP KAUM MARJINAL PERKOTAAN MELALUI METODE INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. LembarBPenilaianBLKSBB
BBBBBLembar penilaian LKS digunakan untuk mengetahui sejauhmana perkembangan sikap empati siswa terhadap kaum marjinal perkotaan. Format penilaian ini akan mempermudah guru dalam mengetahui ketercapaian tujuan penelitian. Format penilaian LKS juga ditujukan untuk mempermudah peneliti dalam proses pendeskripsian dan analisis pengembangan metode inkuiri sosial untuk membangun sikap empati terhadap kaum marjinal perkotaan.
e. LembarBAngketBB
Menurut suherman (2003, hlm. 56) angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden), angket berfungsi sebagai pengumpulan data. Data tersebut dapat berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat, mengenai suatu hal. Angket digunakan untuk mengetahui repon siswa terhadap pembelajaran pendidikan IPS dengan metode inkuiri sosial.
f. DokumentasiBB
Instrumen penelitian berupa dokumentasi terdiri dari Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini dibuat dengan format per-pertemuan. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang diterapkan sesuai dengan format RPP yang menggunakan kurikulum 2013. Komponen yang terdapat di RPP yakni indikator pencapaian yang diharapkan, tujuan pembelajaran, materi pokok, pendekatan dan metode yang diterapkan dalam pembelajaran, kegiatan pembelajaran dalam bentuk skenario pembelajaran, evaluasi, dan perangkat lampiran seperti LKS, rubrik penilaian dan format penilaian.
72
skala sikap), dan matriks relevansi materi dengan tujuan proses pembelajaran.
g. MediaBHasilBPengamatanB
BBBBPenelitian ini menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media hasil pengamatan. LKS digunakan untuk menuliskan hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri sosial.
Lembar Kerja Siswa yang diberikan ke siswa disesuaikan dengan kebutuhan proses pembelajaran. Isi dalam LKS ini diperbanyak materi mengenai pemahaman nilai sikap dan argumen siswa mengenai perasaan yang mereka rasakan selama proses pelaksanaan tugas. LKS dibuat oleh peneliti dengan konsultasi kepada pembimbing. LKS yang dibuat akan selalu disesuaikan dengan materi dan tujuan proses pembelajaran, sehingga LKS yang diberikan ke siswa lebih bertema dan sesuai dengan materi yang disampaikan guru.