• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Gula dan Enkapsulasi Terhadap Viabilitas Lactobacillus Rhamnosus SKG34 dan Karakteristik Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk Siam Kintamani (Citrus nobilis var. microcarpa).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Gula dan Enkapsulasi Terhadap Viabilitas Lactobacillus Rhamnosus SKG34 dan Karakteristik Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk Siam Kintamani (Citrus nobilis var. microcarpa)."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KONSENTRASI GULA DAN ENKAPSULASI TERHADAP VIABILITAS Lactobacillus rhamnosus SKG 34 DAN KARAKTERISTIK

MINUMAN PROBIOTIK SARI BUAH JERUK SIAM KINTAMANI (Citrus nobilis var. microcarpa)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

OLEH:

ALEXANDRO ENRICO LOLLY MUDAMAKIN

1111105019

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

Alexandro Enrico Lolly Mudamakin. 1111105019. Pengaruh Konsentrasi Gula dan Enkapsulasi Terhadap Viabilitas Lactobacillus rhamnosus SKG 34 dan Karakteristik Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk Siam Kintamani (Citrus nobilis var. microcarpa). Dibawah bimbingan Ir. Komang Ayu Nocianitri, M.Agr.Sc. sebagai pembimbing I dan Ni Made Indri Hapsari A., S.TP., M.P. sebagai pembimbing II.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gula dan bentuk

kultur terhadap viabilitas L. rhamnosus SKG 34 dan karakteristik minuman

probiotik sari buah jeruk. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi gula yang terdiri dari 3 level 2,5%, 5%, dan 7,5% dan faktor yang kedua adalah bentuk kultur L. rhamnosus SKG 34 yang terdiri dari 2 bentuk yaitu kultur terenkapsulasi dan kutur tanpa enkapsulasi. Parameter yang diamati meliputi total BAL, total asam laktat, pH, total gula, dan evaluasi sensoris seperti warna, aroma rasa dan penerimaan keseluruhan produk. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut mempengaruhi karakteristik dari minuman probiotik sari buah jeruk, dengan hasil terbaik didapat pada perlakuan penambahan gula 5%

dan penggunaan jenis kultur terenkapsulasi dengan total BAL 7,5 x 108 CFU/ml,

total asam 0,5%, pH 3,12, total gula 2,15%, dan hasil sensori yang menyatakan warna disukai, aroma biasa, rasa disukai dan agak manis, serta penerimaan keseluruhan agak disukai.

(3)

iii

Alexandro Enrico Lolly Mudamakin. 1111105019. The Effect of Sugar Concentration and Encapsulation to Viability of Lactobacillus rhamnosus SKG 34 and Characteristic of Probiotic Kintamani Orange Juice (Citrus nobilis var. microcarpa). Under guidance of Ir. Komang Ayu Nocianitri, M.Agr.Sc. as supervisor and Ni Made Indri Hapsari A., S.TP., M.P. as co-supervisor.

ABSTRACT

This research was conducted to determine the effect of sugar concentration and

culture’s type to the viability of L. rhamnosus SKG34 and characteristics of probiotic orange juice. The research design was randomized complete block design with two factors. First factor was the sugar concentration which consists of three levels 2.5% , 5% , and 7.5%. Second factor was the L. rhamnosus SKG34

culture’s type which consists of two kinds of cultur encapsulated culture and non-encapsulated culture. The parameter that were observed in this research are total lactic acid bacteria (LAB), lactic acid level, pH, sugar level, and sensory acceptances, such as colour, flavour, taste, and overall acceptance. The results are that both factors gave an effect to the characteristics of probiotic orange juice. The best product treatment was with 5% sugar concentration using encapsulated

culture with LAB at 7.5x108 CFU/ml, lactic acid concentration levels at 0.5%, pH

at 3.12, sugar concentration levels at 2.15%, and sensory results state that the colour was preferred, the flavour was average, the taste was preferred and slightly sweet, and overall acceptance slightly liked.

(4)

iv

RINGKASAN

Munculnya berbagai jenis penyakit akibat konsumsi makanan serba instan

dan kurang serat, menyebabkan konsumen saat ini mulai sadar untuk menjaga

kesehatan pencernaan. Salah satu caranya adalah dengan mengkonsumsi minuman

probiotik. Minuman probiotik yang umum ditemui adalah yoghurt, kefir, dan

soyghurt. Contoh minuman probiotik lainnya yang sedang dikembangkan untuk

penelitian adalah minuman probiotik berbahan dasar buah-buahan.

Jeruk siam merupakan jeruk yang mendominasi 60% pasaran jeruk

nasional. Salah satu sentra budidaya jeruk siam adalah daerah Kintamani, Bali.

Hasil yang melimpah dan pemanfaatan yang kurang maksimal menyebabkan

harga jeruk siam ini menjadi sangat murah saat panen raya tiba. Untuk

menghindari hal tersebut, maka diperlukan usaha untuk meningkatkan

pemanfaatan buah jeruk siam, salah satunya adalah dengan mengolah buah

tersebut menjadi minuman probiotik sari buah jeruk. Minuman probiotik sari buah

jeruk dibuat dengan jeruk siam dan ditambahkan kultur tanpa enkapsulasi dan

yang terenkapsulasi

Pada pembuatan sari buah jeruk pada umumnya dilakukan penambahan

gula selain sebagai penambah rasa, gula yang ditambahkan juga merupakan

substrat bagi BAL untuk melakukan metabolismenya. Pada penelitian Nisa et al.,

(2008) diketahui penambahan gula pada konsentrasi tertentu dapat mengakibatkan

penurunan aktivitas BAL pada produk susu kedelai fermentasi.

Variabel yang ingin diamati adalah pengaruh penambahan gula dan bentuk

kultur terhadap viabilitas L. rhamnosus SKG34 dan karakteristik minuman sari

buah jeruk probiotik. Variabel yang diamati adalah total bakteri asam laktat, total

asam laktat, pH, total gula, dan evaluasi sensoris berupa warna, aroma, rasa dan

penerimaan keseluruhan. Penelitian ini menggunakan isolat Lactobacillus

rhamnosus SKG 34 terenkapsulasi dan tanpa enkapsulasi (koleksi UPT

Laboraturium Terpadu Biosains dan Bioteknologi, Universitas Udayana), buah

jeruk siam dari daerah Kintamani Bali, dan gula. Rancangan yang digunakan

adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama

(5)

v

7,5%(S3) dan faktor yang kedua adalah bentuk kultur L. rhamnosus SKG 34 yang

terdiri dari 2 jenis yaitu kultur terenkapsulasi (E1) dan kutur tanpa enkapsulasi

(E2).

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa total BAL tertinggi didapat

pada perlakuan penambahan gula 5% dan dari kultur tanpa enkapsulasi, selain itu

penambahan gula berpengaruh terhadap total asam laktat, pH, total gula, rasa, dan

penerimaan keseluruhan tetapi tidak berpengaruh terhadap warna dan aroma.

Penggunaan jenis kultur Lactobacillus rhamnosus SKG 34 yang berbeda

berpengaruh terhadap total asam laktat, pH, rasa, dan penerimaan keseluruhan

tetapi tidak berpengaruh terhadap total gula, warna, dan aroma. Hasil terbaik

didapat dari perlakuan penambahan gula 5% dan penggunaan jenis kultur

terenkapsulasi dengan karakteristik antara lain total BAL 7,5 x 108 CFU/ml, total

asam 0,5%, pH 3,12, total gula 2,15%, serta sifat sensori seperti warna 5,93

(suka); aroma 4,4 (biasa); rasa 5,73 (suka), 2,13 (agak manis); dan penerimaan

(6)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah mendapat persetujuan dosen pembimbing:

Menyetujui,

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana

Dr. Ir. I Dewa Gede Mayun Permana, MS. NIP. 19591107 198603 1 004

Tanggal Lulus:

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Komang Ayu Nocianitri, M.Agr.Sc NIP. 19680308 199512 2 001

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Alexandro Edrico Lolly Mudamakin dilahirkan di Lela, Kabupaten Sikka,

Nusa Tenggara Timur pada tanggal 26 Februari 1992. Penulis merupakan anak

pertama dari pasangan Gervasius Doni Beda dan Maria Florida Sura Tela, dan

merupakan kakak dari Angelita Peridi Bua Mudamakin.

Penulis memulai pendidikan di TK Katolik Fransiskus Xaverius,

Maumere, NTT pada tahun 1996-1998. Penulis kemudian menamatkan

pendidikan sekolah dasar di SD Inpres Wairklau, Maumere, NTT. Pada tahun

2004, penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMP Seminari St.

Yohanes Berchmans, Mataloko, NTT. Selama satu tahun kemudian dilanjutkan di

SMP Katolik Frateran Mardi Wiyata, Maumere, NTT. Tahun 2007-2010 penulis

menempuh pendidikan menengah atas di SMAN 1 Maumere, NTT. Penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Udayana pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN. Selama

menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi baik di dalam

maupun di luar kampus. Penulis pernah menjabat sebagai Ketua bidang Humas

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Konsentrasi Gula dan Enkapsulasi Terhadap Viabilitas Lactobacillus rhamnosus SKG 34 dan Karakteristik Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk Siam Kintamani (Citrus nobilis var. microcarpa)” dengan baik. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Udayana.

Keberhasilan penulis tidak hanya didasarkan atas kerja keras penulis tapi

juga berkat dukungan finansial dan moril yang penulis terima dari awal

dimulainya penelitian ini hingga akhir. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir. KA. Nocianitri, M.Agr.Sc., selaku dosen pembimbing I yang

selalu mengarahkan, membina, dan memotivasi penulis.

2.

Ibu Ni Made Indri Hapsari A., S.TP., MP., selaku pembimbing II yang

juga senantiasa mengarahkan, membina, dan memotivasi penulis.

3.

Bapak Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana,

Ketua Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Udayana, Kepala Laboratorium Biosains dan

Bioteknologi, Universitas Udayana yang selalu mendukung penulis

untuk segera menyelesaikan studi.

4. Bapak I Nengah Sujaya, Ph.D., Ibu Ni Wayan Nursini, S.TP., MP., dan

Ibu Trisna Dhamayanti, S.Hut., MP., yang telah membantu penulis

selama melaksanakan penelitian di UPT. Laboratorium Terpadu

Biosains dan Bioteknologi Universitas Udayana.

5. Bapak, Mama, dan Angel yang telah banyak memberikan perhatian,

semangat, dan dukungan finansial selama penulis melaksanakan

penelitian dan penulisan skripsi.

6. Teman – teman mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian 2011, Laura,

Bhanu, Adiel, Muklis, kak Gung Dwi, Gus Ary dan teman – teman

(9)

ix

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga

skripsi yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bukit Jimbaran, Maret 2016

(10)

x

2.3. Lactobacillus rhamnosus SKG 34 ... 9

2.4. Mikroenkapsulasi ... 10

2.5. Jeruk Siam ... 12

2.6. Sari Buah... 13

2.7. Gula... ... 15

2.8. Minuman Probiotik... ... 16

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2. Bahan dan Alat ... 18

3.2.1. Bahan ... 18

(11)

xi

3.3. Rancangan Percobaan ... 19

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.4.1. Penyegaran dan Konfirmasi Isolat ... 19

3.4.1.1. Uji Katalase ... 20

3.4.1.2. Pengecatan Gram. ... 20

3.4.1.3. Uji Gas. ... 20

3.4.2. Pembuatan Sari Buah Jeruk Siam ... 20

3.4.3. Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk Siam ... 23

3.5. Variabel yang Diamati ... 28

3.5.1. Total BAL ... 28

3.5.2. Total Asam Laktat. ... 29

3.5.3. pH. ... 29

3.5.4. Total Gula... 30

3.5.5. Evaluasi sensoris . ... 31

3.5.5.1. Uji Hedonik ... 32

4.5. Evaluasi Sensoris.. ... 41

4.5.1. Warna. ... 42

4.5.2. Aroma. ... 42

4.5.3. Rasa.. ... 43

4.5.4. Penerimaan Keseluruhan.. ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 45

5.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(12)

xii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Kandungan Gizi Jeruk Siam per 100 gram...…………... 13

2. Syarat Mutu Minuman Sari Buah (SNI 01-3719-1995)...…... 14

3. Tabel Uji Hedonik... 32

4. Tabel Uji Skor………... 33

5. Total Populasi Bakteri Asam Laktat Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk... 34

6. Total Asam Laktat Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk...…... 36

7. pH Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk... 38

8. Total Gula Minuman Probiotik Sari Buah Jeruk………... 40

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Diagram Alir Proses Pembuatan Sari Buah Jeruk... 22

2. Diagram Alir Penghitungan Total BAL dari Kultur Starter

Tanpa Enkapsulasi... 24

3. Diagram Alir Penghitungan Total BAL dari Kultur

Terenkapsulasi …………... 26

4. Diagram Alir Pembuatan Sari Buah Jeruk Probiotik dengan

Menggunakan Kultur Starter Tanpa Enkapsulasi……... 27

5. Diagram Alir Pembuatan Sari Buah Jeruk Probiotik dengan

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data Hasil Penelitian..……….. 53

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Munculnya berbagai penyakit akibat konsumsi makanan serba instan

dan kurang serat, menyebabkan konsumen saat ini mulai sadar untuk menjaga

kesehatan pencernaan. Salah satu caranya dengan mengkonsumsi minuman

probiotik. Minuman probiotik merupakan produk minuman fermentasi

berbasis susu atau sari buah yang yang mengandung mikroba hidup yang baik

untuk pencernaan. Jenis kultur mikroba probiotik yang digunakan berasal dari

kelompok bakteri asam laktat (BAL) antara lain Lactobacillus casei,

Lactobacillus plantarum, dan Lactobacillus bulgaricus (Rahayu, 2003).

Minuman probiotik saat ini ada berbagai macam jenis, antara lain

yoghurt, kefir dan soyghurt. Saat ini telah banyak dilakukan penelitian

pembuatan minuman probiotik berbahan baku sari buah, seperti minuman

probiotik sari buah melon (Firmansyah, 2012) dan minuman probiotik sari

buah kurma (Retnowati dan Kusnadi, 2014) .

Jeruk siam (Citrus nobilis var. microcarpa) adalah salah satu varietas

jeruk yang diperdagangkan dan mendominasi 60% pasaran jeruk nasional

(Andriani, 2008). Salah satu daerah sentra budidaya jeruk siam adalah daerah

Kintamani, Bali. Data Badan Statistik provinsi Bali mencatat bahwa pada

tahun 2014 jumlah total panen buah jeruk di daerah Kintamani adalah

sebanyak 119.030 ton (Anon., 2014). Hasil panen yang berlimpah ini tidak

sebanding dengan pemanfaatannya karena pada umumnya jeruk siam

(16)

2

dijadikan minuman sari buah ataupun selai, itupun dalam skala yang kecil.

Hasil panen yang berlimpah dan pemanfaatannya yang kurang maksimal

mengakibatkan harga jeruk di pasaran menjadi sangat murah. Maka dari itu,

perlu dilakukan usaha pemanfaatan buah jeruk. Salah satu alternatif

pengolahan buah jeruk adalah dengan mengolah buah jeruk menjadi minuman

probiotik sari buah jeruk. Penambahan probiotik ke dalam sari buah

menjadikannya pangan fungsional yang memberikan efek positif bagi

kesehatan manusia.

Lactobacillus rhamnosus SKG34 merupakan bakteri yang diisolasi dari

susu kuda liar Sumbawa. Menurut Sujaya et al., (2008a), Lactobacillus

rhamnosus SKG34 merupakan kandidat probiotik lokal Indonesia. Uji in vitro

L. rhamnosus SKG34 mampu melewati simulasi kondisi lambung dengan pH

3 dan 4, tidak mengubah asam kolat primer (kolat) menjadi asam kolat

skunder (deoksikolat), serta dapat menghidrolisis garam empedu (Sujaya et

al., 2008a). Uji in vivo L. rhamnosus SKG34 menunjukkan pemberian L.

rhamnosus SKG34 sebanyak 108 sel/ hari selam 3 (tiga) minggu berpengaruh

terhadap kadar kolesterol serum darah tikus putih (R. norvegicus), dimana

terjadi penurunan kadar kolesterol serum darah yang signifikan sebesar

28,5%.

Dalam aplikasinya di dunia pangan, bakteri probiotik umumnya

ditambahkan ke dalam suatu produk pangan untuk nantinya dikonsumsi dan

diharapkan dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi subyek yang

mengonsumsinya. Jumlah minimal bakteri probiotik yang harus terdapat

(17)

3

CFU/ml. Syarat jumlah minimal bakteri asam laktat dalam produk pangan

probiotik adalah sebesar 108 CFU/ml. Jumlah ini digunakan untuk

mengantisipasi adanya kematian BAL selama berada di saluran pencernaan

sebelum sampai di usus.

Usaha lain yang dapat dilakukan agar viabilitas BAL tetap tinggi

hingga sampai ke usus adalah dengan melakukan proses mikroenkapsulasi

terhadap kultur BAL. Enkapsulasi dilakukan dengan melapisi BAL dengan

bahan penyalut yang dapat melindungi BAL dari faktor lingkungan yang

kurang mendukung, seperti terhadap suhu dan pH. Dari penelitian

Permatasari (2015) diketahui bahwa enkapsulan mampu memberikan

perlindungan kepada BAL selama masa penyimpanan. Pada penelitian

tersebut digunakan tiga jenis enkapsulan, yaitu alginat, karagenan, dan

maltodekstrin. Viabilitas BAL tertinggi didapat dengan menggunakan

maltodekstrin sebagai bahan penyalut. Dalam penelitian ini, kultur L.

rhamnosus SKG34 terenkapsulasi dengan menggunakan maltodektrin

digunakan sebagai salah satu bentuk kultur dalam pembuatan minuman

probiotik sari buah jeruk.

Pada proses pembuatan minuman probiotik, penambahan gula seperti

sukrosa, selain memperbaiki cita rasa produk, gula yang digunakan pada

minuman probiotik juga digunakan oleh bakteri asam laktat untuk proses

metabolisme. Namun, beberapa penelitian sebelumnya juga menjelaskan

bahwa penambahan sukrosa dalam konsentrasi tertentu justru dapat

mengakibatkan penurun viabilitas BAL. Dalam penelitian yang dilakukan

(18)

4

penurunan jumlah BAL pada produk susu kedelai fermentasi. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan Coultate (1996) dalam Nisa et al., (2008) yang

menyebutkan bahwa pada konsentrasi tertentu, sukrosa dapat menghambat

pertumbuhan bakteri bahkan dapat membunuh bakteri. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan gula dan bentuk kultur

terhadap viabilitas Lactobacillus rhamnosus SKG34 serta karakteristik

minuman probiotik sari buah jeruk yang dihasilkan.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah konsentrasi gula dan bentuk kultur Lactobacillus rhamnosus SKG34

berpengaruh terhadap viabilitasnya dalam minuman probiotik sari buah

jeruk?

2. Apakah konsentrasi gula dan bentuk kultur Lactobacillus rhamnosus SKG34

berpengaruh terhadap karakteristik minuman probiotik sari buah jeruk yang

dihasilkan?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan bentuk kultur Lactobacillus

rhamnosus SKG34 terhadap viabilitasnya dalam pembuatan minuman

probiotik sari buah jeruk.

2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan bentuk kultur Lactobacillus

rhamnosus SKG34 terhadap karakteristik minuman probiotik sari buah jeruk

(19)

5

1.4 Hipotesis

1. Konsentrasi gula yang berbeda dan bentuk kultur Lactobacillus rhamnosus

SKG34 berpengaruh terhadap viabilitasnya dalam pembuatan minuman

probiotik sari buah jeruk.

2. Konsentrasi gula yang berbeda dan bentuk kultur Lactobacillus rhamnosus

SKG34 berpengaruh terhadap karakteristik minuman probiotik sari buah

jeruk yang dihasilkan.

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini, adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh mikroenkapsulasi terhadap

viabilitas bakteri sehingga dapat menjadi acuan bagi pengembangan

mikroenkapsulasi bakteri asam laktat.

2. Memberikan informasi mengenai pengaruh konsentrasi gula yang sesuai

untuk pertumbuhan bakteri asam laktat dalam proses pembuatan sari buah

jeruk sehingga dapat menjadi acuan bagi masyarakat dalam pembuatan

(20)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri asam laktat (BAL)

Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri gram positif, tidak berspora,

berbentuk bulat atau batang, memproduksi asam laktat sebagai produk akhir

selama fermentasi karbohidrat, katalase negatif, oksidase positif, mikroaerotoleran

dan asidotoleran (Axelsson, 1998). BAL terbagi dalam dua golongan, yaitu

bakteri homofermentatif dan bakteri heterofermentatif. Bakteri homofermentatif

akan memecah gula menjadi asam laktat sedangkan bakteri heterofermentatif

tidak hanya mengubah gula menjadi asam laktat tetapi juga menjadi asam asetat,

dan etanol (Makarova et al., 2006 dalam Puryana, 2011).

BAL telah lama digunakan pada industri makanan sebagai probiotik, BAL

digunakan sebagai probiotik karena sebagian strain BAL bukan merupakan

bakteri patogen dan dapat memberikan efek kesehatan, BAL dari kelompok

Lactobacillus dan Bifidobacterium telah digunakan sebagai probiotik dalam

produk pangan. Beberapa BAL yang juga digunakan sebagai probiotik antara lain

L. acidophilus, L. amylovorus, L. casei, L. crispatus, L. delbrueckii, L.

gallinarum, L.gasseri, L. Johnsonii, L. paracasei, L. plantarum, L. reuteri, dan L.

rhamnosus (Holzapfel et al., 2005 dalam Sundari, 2014). Selain sebagai probiotik

BAL juga memiliki sifat antimikrobial, kemampuan BAL menghasilkan asam

laktat akan mengakibatkan penurunan pH yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri patogen seperti salmonela dan staphylococus aureus yang terdapat pada

(21)

7

2.2 Probiotik

Probiotik merupakan organisme hidup yang dapat memberikan efek yang

menguntungkan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup

(FAO/WHO, 2001; FAO/WHO, 2002; ISAPP, 2009 dalam Anastiawan, 2014)

dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk dalam

saluran pencernaan (Shitandi et al., 2007). Istilah probiotik pertama kali

diperkenalkan oleh Lilly dan Stillwell pada tahun 1965 untuk nama bahan yang

dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan mikroba lain. Probiotik

memiliki hubungan timbal balik dengan mikroflora usus dan epithelium usus, dan

cara kerjanya adalah dengan meregulasi fungsi tubuh dan mempengaruhi fungsi

tubuh yang berhubungan dengan faktor resiko. Probiotik sangat potensial untuk

meregulasi dan optimasi sejumlah besar fungsi dalam tubuh (Antoine, 2007).

Probiotik dapat memproduksi bakteriosin yang mampu melawan beberapa

strain patogen. Probiotik juga memproduksi asam laktat, asam asetat, hidrogen

peroksida, laktoperoksidase, lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya.

Probiotik juga menghasilkan sejumlah nutrisi penting dalam sistem imun dan

metabolisme host, seperti vitamin B (Asam Pantotenat), pyridoksin, niasin, asam

folat, kobalamin, dan biotin, serta antioksidan penting seperti vitamin K (Adams,

2009). Probiotik memiliki 3 mekanisme fungsi bagi kesehatan tubuh, yaitu : (1)

fungsi protektif yaitu kemampuannya untuk menghambat patogen dalam saluran

pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan,

mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi (penempelan) antara probiotik

dan bakteri lain, khususnya patogen. Pertumbuhan probiotik juga akan

(22)

8

dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan patogen); (2) fungsi sistem

imun tubuh, yaitu dengan peningkatan sistem imun tubuh melalui kemampuan

probiotik untuk menginduksi pembentukan IgA, aktivasi makrofag, modulasi

profil sitokin, serta menginduksi hyporesponsiveness terhadap antigen yang

berasal dari pangan; (3) fungsi metabolit probiotik yaitu metabolit yang dihasilkan

oleh probiotik, termasuk kemampuan probiotik mendegradasi laktosa di dalam

produk susu terfermentasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita lactose

intolerance (Rahayu, 2003).

Konsumsi probiotik biasanya diaplikasikan pada pembuatan produk pangan

olahan seperti; yogurt, keju, minuman penyegar, es krim, yakult, permen dan

yogurt beku (Senok, 2009; Granato et al., 2010 dalam Puryana, 2011). Jumlah

minimal strain probiotik yang ada dalam produk makanan adalah sebesar 106

CFU/g atau jumlah strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108

CFU/g, dengan tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah

bakteri probiotik pada saat berada dalam jalur pencernaan (Shah, 2007).

Menurut Food and Agriculture Organization/World Health Organization

(FAO/WHO, 2001), mikroba probiotik seharusnya tidak hanya mampu bertahan

melewati saluran pencernaan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkembang

biak dalam usus. Ini berarti mikroba probiotik harus tahan terhadap cairan

lambung dan dapat tumbuh dalam cairan empedu yang terdapat dalam saluran

pencernaan, atau dikonsumsi dalam jalur makanan yang memungkinkan untuk

bertahan hidup melintasi saluran pencernaan dan terkena paparan empedu. Selain

itu, probiotik juga harus mampu menempel pada permukaan enterosit, mampu

(23)

9

mikroba (bakteriosin), dapat berkembang biak dengan baik, dan memberikan

pengaruh yang menguntungkan kesehatan manusia. Hal yang penting lainnya

adalah tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi. Strain probiotik juga

harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan makanan dan

penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk makanan, dan tahan terhadap

proses psikokimia pada makanan (Prado et al., 2008).

Bakteri probiotik sebelum dimasukkan ke dalam suatu produk makanan, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan agar bakteri tersebut masih mampu hidup

dan menjadi aktif ketika masuk ke dalam organ gastrointestinal. Faktor-faktor

tersebut adalah keadaan psikologis dari bakteri probiotik, kondisi fisik dari produk

(misalnya suhu), komposisi kimia dari produk tersebut (seperti karbohidrat,

nitrogen, mineral, aktifitas air, dan oksigen), dan interaksi antara bakteri probiotik

dengan kultur starter. Interaksi antara bakteri probiotik dengan kultur starter atau

dengan matrik produk yang lain akan membuat kerja dari bakteri probiotik

tersebut lebih intensif (Chapman dan Hall dalam Ruspriana, 2008).

2.3 Lactobacillus rhamnosus SKG34

Lactobacillus rhamnosus SKG34 merupakan bakteri asam laktat yang

diisolasi dari susu kuda sumbawa. Berdasarkan penelitian Sujaya et al., (2008b),

menunjukkan bahwa Lactobacillus rhamnosus SKG 34 memiliki bentuk batang

dengan rantai sel yang panjang, tidak membentuk gas dari glukosa

(homofermentatif Lactobacilli), bersifat amidon positif (mampu memfermentasi

(24)

10

L. rhamnosus SKG34 berpotensi digunakan sebagai probiotik sebab bakteri

ini mampu bertahan pada kondisi pencernaan secara in vitro. Dalam

pengujiannya, L. rhamnosus SKG34 mampu melewati simulasi kondisi lambung

dengan pH 3 dan 4, tidak mengubah asam kolat primer (kolat) menjadi asam

kolat skunder (deoksikolat), serta dapat menghidrolisis garam empedu (Sujaya et

al., 2008a).

Puryana (2011) menyatakan pemberian L. rhamnosus SKG34 sebanyak 108

sel/hari selama tiga minggu berpengaruh terhadap kadar kolesterol serum darah

tikus putih, dimana terjadi penurunan kolesterol serum darah yang signifikan

sebesar 28,5%. Selain itu dari penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) dapat

diketahui bahwa L. rhamnosus SKG34 dapat berkolonisasi pada saluran

pencernaan manusia yang dibuktikan dengan adanya sel L. rhamnosus SKG34

pada feses manusia. L. rhamnosus SKG34 juga memiliki kemampuan untuk

menurunkan kadar Lipid profile, khususnya bagi subjek yang memiliki

permasalahan terhadap kolesterol, dan dapat mengatasi masalah pencernaan

seperti konstipasi.

2.4 Mikroenkapsulasi

Mikroenkapsulasi adalah proses fisik dimana bahan aktif (bahan inti),

seperti partikel padatan, tetesan air ataupun gas, dikemas dalam bahan sekunder

(dinding), berupa lapisan film tipis. Proses ini digunakan untuk melindungi suatu

zat agar tetap tersimpan dalam keadaan baik dan untuk melepaskan zat tersebut

(25)

11

berbagai keuntungan, diantaranya dapat melindungi zat inti karena dilindungi oleh

lapisan dinding polimer dan dapat menjaga stabilitas zat inti dalam waktu lama.

Menurut Istiyani (2008) komponen mikrokapsul terdiri dari bahan inti,

bahan penyalut dan pelarut. Bahan inti adalah bahan spesifik yang akan disalut,

dapat berupa zat padat, cair ataupun gas. Bahan penyalut adalah bahan yang

digunakan untuk melapisi bahan inti dengan tujuan tertentu, misalnya menutupi

rasa dan bau yang tidak enak, perlindungan terhadap pengaruh lingkungan,

meningkatkan stabilitas, mencegah penguapan, kesesuaian dengan bahan inti

maupun bahan lain yang berhubungan dengan proses penyalutan, serta sesuai

dengan metode mikroenkapsulasi yang digunakan. Pemilihan bahan penyalut

merupakan hal kritis karena akan mempengaruhi stabilitas emulsi sebelum

pengeringan dan daya simpan setelah pengeringan penyalut yang biasa digunakan

pada mikroenkapsulasi BAL antara lain maltodekstrin, alginat, karagenan, susu

skim, dan gum arab.

Enkapsulasi pada bakteri dapat memberikan kondisi yang mampu

melindungi mikroba dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti

suhu dan bahan kimia. Enkapsulasi dikatakan berhasil jika bahan yang

dienkapsulasi memiliki viabilitas sel yang relatif tinggi dan sifat-sifat fisiologis

yang relatif sama dengan sebelum dienkapsulasi. Enkapsulasi dapat

mempertahankan viabilitas bakteri probiotik dibandingkan dengan sel bebas tanpa

enkapsulasi (Chandramouli et al., 2003).

Pada penelitian Permatasari (2015) mengenai viabilitas L. rhamnosus SKG

34 terenkapsulasi digunakan 3 bahan penyalut yang berbeda yaitu maltodekstrin,

(26)

12

maltodekstrin sebagai bahan penyalut. Dengan bahan penyalut ini, bakteri asam

laktat mampu bertahan hidup hingga suhu medium mencapai 55oC.

2.5 Jeruk siam

Jeruk siam (Citrus nobilis var. microcarpa) merupakan salah satu varietas

jeruk yang sangat banyak dibudidayakan di Indonesia. Jeruk siam tumbuh baik di

berbagai daerah sentra produksi seperti Kalimantan Barat (Pontianak),

Kalimantan Selatan (Banjar), Jawa Barat (Garut), Jawa Timur (Pasuruan), dan

Bali (Kintamani).

Jeruk siam memiliki ciri-ciri, yaitu berkulit tipis (±2 mm), permukaannya

halus, licin, dan mengkilap, serta menempel lekat pada daging buahnya. Dasar

buahnya berleher pendek dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya pendek

dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2,6 mm. Berat tiap buah sekitar 75.6

gram atau ± 13 buah per kilogram, dengan diameter rata-rata tiap buah 5 - 6 cm.

Biji buahnya berbentuk ovoid, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar

0,9 x 0,6 cm, dan jumlah biji per buahnya sekitar 20 biji (Sumartono, 1982).

Kandungan gizi yang dimiliki buah jeruk memiliki manfaat yang sangat

baik bagi kesehatan manusia, misalnya saja kandungan vitamin C yang terdapat

dalam buah jeruk bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam

melawan berbagai ancaman penyakit. Selain itu, vitamin C juga berperan sebagai

antioksidan yang dapat mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Jeruk juga

mengandung vitamin A yang bermanfaat untuk kesehatan mata. Kandungan gizi

(27)

13

Tabel 1. Kandungan gizi jeruk siam per 100 gram

Kandungan Gizi Satuan Jumlah

Energi

Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan

air minum, dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan

yang diijinkan (Anon., 1995).

Pembuatan sari buah utamanya bertujuan untuk meningkatkan ketahanan

simpan, serta diversifikasi produk buah-buahan. Sari buah pada umumnya dibuat

dengan cara menghancurkan daging buah dan kemudian ditekan (pressing) untuk

memperoleh sarinya. Gula ditambahkan pada proses pembuatan sebagai pemanis

sari buah, penambahan gula sangat bergantung pada tingkat kemanisan alami dari

buah tersebut contohnya pada penelitian sari buah nangka, kadar gula yang

ditambahkan adalah sebesar 15% (Fauzan, 2007). Selain itu, pengawet biasanya

ditambahkan untuk memperpanjang daya simpan pada sari buah. Selanjutnya,

cairan tersebut disaring, dibotolkan, dan dipasteurisasi agar daya simpan pada sari

(28)

14

Sari buah dapat dibedakan berdasarkan kekeruhannya menjadi 2 macam,

yaitu sari buah keruh dan sari buah jernih. Sari buah keruh merupakan sari buah

yang mengandung partikel-partikel koloid yang terdispersi sehingga tampak

keruh. Penghilangan partikel-partikel tersebut akan menghasilkan sari buah yang

jernih. Contoh sari buah keruh, yaitu sari buah jeruk, tomat, nenas, dan aprikot,

sedangkan sari buah jernih misalnya sari buah apel. Syarat mutu minuman sari

buah menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Syarat mutu minuman sari buah (SNI 01-3719-1995)

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan : * Khusus dikemas dalam kaleng

(29)

15

2.7 Gula

Gula adalah istilah umum yang sering diartikan bagi setiap karbohidrat yang

digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan

untuk menyatakan sukrosa. Gula umumnya dibuat dari tebu atau bit yang

mengalami proses pemurnian sampai kadar sakarosa 99,3% (Buckle et. al, 1987).

Masyarakat luas lebih mengenal istilah gula pasir dari pada sukrosa. Proses

pembuatan gula pasir terdiri dari ektraksi nira dari batang tebu dengan cara

digiling, kemudian dilakukan proses penjernihan dengan metode sulfasi yang

mengakibatkan menghilangnya bahan-bahan non-gula, lalu diuapkan dan

dikristalisasi. Gula yang sudah dikristal dipisahkan dengan cara disaring untuk

mendapatkan kristal gula yang bersih. Kemudian tahapan yang terakhir adalah

pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan udara panas hingga suhu 80˚C

(Sumargono & Ferykasari, 2007 dalam Darwin, 2013).

Menurut Darwin (2013), gula merupakan salah satu karbohidrat sederhana

karena dapat langsung larut dalam air dan langsung diserap oleh tubuh. Secara

umum, gula dikelompokkan menjadi monosakarida, disakarida, dan oligosakarida.

Monosakarida merupakan gula sederhana yang tersusun dari satu molekul gula

saja. Contoh monosakarida adalah fruktosa, glukosa dan galaktosa. Disakarida

merupakan gula yang tersusun dari dua molekul gula, contohnya adalah sukrosa

yang terdiri dari gabungan glukosa dan fruktosa, sedangkan oligosakarida

merupakan gula yang tersusun dari dua atau lebih molekul gula.

Selain sebagai pemanis, gula juga dapat digunakan sebagai stabilizer pada

pembuatan adonan kue maupun roti. Selain itu, gula juga digunakan sebagai

(30)

16

oleh BAL menjadi asam laktat. Semakin banyak gula, maka aktivitas pemecahan

gula menjadi asam laktat oleh BAL semakin besar, namun konsentrasi gula yang

berlebihan dapat mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi hipertonik sehingga

cairan dari dalam sel BAL akan mengalir keluar yang mengakibatkan dehidrasi

dan pengkerutan sel (Plasmolisis).

2.8 Minuman probiotik

Minuman probiotik merupakan minuman yang didalamnya berisi bakteri

hidup yang sangat menguntungkan bagi inangnya karena dapat meningkatkan

keseimbangan mikroflora usus. Bakteri yang digunakan dalam minuman probiotik

berasal dari kelompok bakteri asam laktat (BAL) seperti Lactobacillus

Bulgaricus, Streptococcus Thermopilus, dan Lactobacillus Rhamnosus.

Minuman probiotik termasuk ke dalam pangan fungsional yang memiliki

kandungan komponen aktif dan dapat memberikan efek terhadap kesehatan tubuh.

Keuntungan yang dapat diperoleh dari konsumsi minuman probiotik, antara lain

mencegah infeksi pencernaan, mencegah kolesterol (bakteri probiotik

menghasilkan zat-zat antikolesterol dan menyerap sejumlah kolesterol ke dalam

selnya), dan dapat mencegah kanker (antikarsinogenik).

Kebanyakan minuman probiotik menggunakan bahan dasar dari susu

hewani antara lain yoghurt dan kefir, selain dari susu hewani terdapat pula

minuman probiotik menggunakan susu nabati seperti soyghut yang dibuat dengan

bahan dasar kacang kedelai.

Produk yang dikatakan sebagai probiotik harus mengandung bakteri

(31)

17

probiotik tersebut diharapkan dapat mengantisipasi penurunan jumlah sel selama

melewati sistem saluran pencernaan. Berdasarkan SNI (Anon., 2009) standar total

asam untuk susu fermentasi berkisar 0,2-0,9%, dan menurut CODEX (2003)

dalam Hartayanie (2012) standar total asam untuk susu fermentasi minimal 0,3%.

Gambar

Tabel Uji Hedonik....................................................................
Tabel 1. Kandungan gizi jeruk siam per 100 gram
Tabel 2. Syarat mutu minuman sari buah (SNI 01-3719-1995)

Referensi

Dokumen terkait

kulit jeruk siam sebagai sumber pektin untuk membuat selai buah kersen. dengan memvariasikan jumlah gula pasir dan jumlah pektin dari

• Terdapat konsentrasi ABA yang terbaik untuk pendewasaan embrio somatik jeruk siam Pontianak hasil radiasi sinar gamma...

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembuatan minuman sari tempe dengan ekstrak jeruk siam ( citrus nobilis ) ditinjau dari mutu organoleptik, kadar vitamin C dan

Pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah jeruk siam .... Pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah jeruk

Analisis Proses degreening pada buah jeruk siam (citrus nobilis.) menggunakan image processing bertujuan untuk menganalisis perubahan warna buah jeruk

Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jeruk siam dapat dijelaskan berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata yaitu dengan memasukkan faktor

Setelah didapat nilai k maka selanjutnya untuk mendapatkan model dari penyimpanan setiap perlakuan suhu yaitu mencari model pendugaan laju penurunan mutu buah jeruk siam

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan yakni terdapat 12 isolat jamur mikroskopis yang diisolasi dari rizosfer tanaman jeruk siam Kintamani, yang berasal