EFISIENSI TEKNIS, HARGA, DAN EKONOMIS PADA
USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI SUBAK
GUNUNG SARI KAWAN, DESA SABA, KECAMATAN
BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR
SKRIPSI
Oleh :
Dewa Ngakan Made Angga Dipartha
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
i
EFISIENSI TEKNIS, HARGA, DAN EKONOMIS PADA
USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI SUBAK
GUNUNG SARI KAWAN, DESA SABA, KECAMATAN
BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan untuk Penyelesaian Studi Pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh :
Dewa Ngakan Made Angga Dipartha NIM. 1205315073
KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
iii
ABSTRACT
Dewa Ngakan Made Angga Dipartha. NIM 1205315073. Technical Efficiency, Price, and Economical On Farming Corn (Zea Mays L.) in Subak Gunung Sari Kawan, Saba Village, Blahbatuh, Gianyar. Supervised by: Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. and Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS.
Subak Gunung Sari Kawan is one Subak plant corn. Commodity corn crop is affected by the factors of production , such as labor, seeds, Urea fertilizers, NPK fertilizers, and pesticides, in which the quantity of production factors greatly affect corn production. This study aimed to analyze the influence of factors of production labor, seeds, Urea fertilizers, NPK fertilizers, and pesticides, and analyze the technical efficiency , price , and economical in corn farming.
This study uses multiple linear regression method that includes: classic assumption test consisting of normality test, heteroskedasitas, test multikoliniearitas and test the linear regression model that includes: test the coefficient of determination (R2), F-test and t-test with significance level (α) of 5%.
After that tested the model validation by comparing the root mean square value erorr (RMSE) and the mean absolute error (MAE) to determine a more precise forecasting methods used. The equation used is the production function model of Cobb - Douglas production function of the natural logarithm . The analysis of the equation efficiency include: technical efficiency , price , and economical .
Taken together all the factors of production of corn in corn farm real impact on corn production. Partially factors of production the number of seeds (X2) significantly affect corn production, while other production factors did not significantly affect corn production. Based on the analysis of technical efficiency , seed production factors (X2), Urea (X3), NPK (X4), and pesticides (X5) technically efficient. Judging from the price efficiency and economical efficiency of all factors of production there is no efficient , meaning that the use of input that is not optimal.
iv
ABSTRAK
Dewa Ngakan Made Angga Dipartha. NIM 1205315073. Efisiensi Teknis, Harga, dan Ekonomis Pada Usahatani Jagung ( Zea Mays L. ) di Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten
Gianyar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. dan Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS.
Subak Gunung Sari Kawan merupakan salah satu subak yang menanam jagung. Komoditi tanaman jagung dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, di mana kuantitas faktor-faktor produksi sangat berpengaruh terhadap produksi jagung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor produksi tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, dan menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatani jagung.
Penelitian ini mengunakan metode regresi linier berganda yang meliputi: uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji heteroskedasitas, uji multikoliniearitas dan uji model regresi linier yang meliputi: uji koefisien determinasi (R2), uji-F, dan uji-t dengan taraf nyata (α) yaitu 5%. Setelah itu dilakukan uji validasi model dengan membandingkan nilai root mean square erorr
(RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan. Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dari persamaan tersebut dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis.
Secara bersama-sama semua faktor produksi jagung dalam usahatani jagung berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Secara parsial faktor produksi jumlah bibit (X2) berpengaruh nyata terhadap produksi jagung, sedangkan faktor produksi lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Berdasarkan hasil analisis efisiensi teknis, faktor produksi bibit (X2), pupuk Urea (X3), pupuk NPK (4), dan pestisida (X5) efisien secara teknis. Ditinjau dari efisiensi harga dan efisiensi ekonomis semua faktor produksi tidak ada yang efisien, artinya penggunaan input yang belum optimal.
v
RINGKASAN
Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia
dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor
pertanian. Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia
dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor
pertanian. Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian, diperlukan adanya
kerjasama antar pihak yang terkait seperti petani, pemerintah, lembaga peneliti
pertanian, ilmuwan, innovator serta kalangan akademik maupun swasta, sehingga
dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan produksi pangan dan
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian terdapat beberapa
permasalahan yang dapat menghambat peningkatan produksi pangan diantaranya :
(1) menurunnya jumlah sumber daya manusia petani dan masih rendahnya kualitas
petani dalam hal informasi dan teknologi pertanian, (2) lemahnya akses modal yang
didapat petani untuk mengembangkan usaha pertanian, (3) berkurangnya lahan
pertanian akibat adanya alih fungsi lahan untuk pengembangan Industri dan
pertanian, dan (4) masih kurangnya peran lembaga penunjang atau pendukung
sektor pertanian.
Jagung adalah salah satu jenis komoditas tanaman pangan yang tergolong
komoditas strategis, karena memenuhi kriteria antara lain memiliki pengaruh
terhadap harga komoditas pangan lainnya, memiliki prospek yang cerah, memiliki
kaitan ke depan dan ke belakang yang cukup baik. Dari segi konsumsi, jagung
merupakan substitusi bagi beras dan ubi kayu. Bagi orang Indonesia jagung
merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Peningkatan kebutuhan
jagung di dalam negeri berkaitan erat dengan perkembangan industri pangan dan
pakan. Pertumbuhan dan produksi jagung dipengaruhi oleh banyak faktor dan
merupakan sistem yang sangat komplek. Penelitian agronomi untuk mengetahui
pengaruh dari salah satu atau kombinasi faktor pertumbuhan yang selama ini
dilakukan dengan pendekatan model statistika, seringkali hasilnya terbatas untuk
diimplementasikan pada waktu dan tempat tertentu sesuai dengan berlangsungnya
penelitian, sehingga ketika akan diterapkan pada tempat dan waktu lain diperlukan
vi
Berdasarkan BPS Provinsi Bali (2015) produksi jagung di Bali tahun 2014
sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton (29,46%) dibandingkan
dengan tahun 2013. Penurunan ini terjadi di semua subround, yakni pada subround
I (Januari s.d. April) turun sebesar 12.221 ton (27,09%), yang diikuti penurunan
pada subround II (Mei s.d. Agustus) sebesar 2.751 ton (51,19%), dan subround III
(September s.d. Desember) sebesar 1.988 ton (28,02%). Penurunan produksi jagung
relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 174 ton atau turun 63,04%.
Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2014 dominan disebabkan adanya
penurunan luas panen sebesar 1.538 hektar (8,44%) dan produktivitas sebesar 7,25
kw/ha (22,95%).
Subak Gunung Sari Kawan merupakan salah satu subak yang ada di
Kabupaten Gianyar. Ada berbagai jenis komoditi yang ditanam, misalnya komoditi
tanaman padi, melon, jagung, dan semangka. Komoditi yang ditanam berbeda tiap
musimnya, tanaman semangka dan melon biasanya ditanam pada musim kemarau
sekitar bulan Agustus, untuk tanaman jagung mulai ditanam pada musim
hujan/permulaan musim hujan pada bulan September s.d. November dan pada
musim hujan hampir berakhir pada bulan Februari s.d. April, dan untuk tanaman
padi ditanam setiap musim.
Komoditi yang paling sering mengalami perubahan produksi tiap
periodenya adalah komoditi tanaman jagung. Pada periode Februari s.d. April 2013
rata-rata produksi jagung sekitar sembilan ton per hektar pipilan kering, pada
periode September s.d. November 2013 produksi jagung mengalami penurunan,
dengan rata-rata produksi sebesar 6,5 ton per hektar, lalu pada periode Februari s.d.
April 2014 produksi jagung mengalami peningkatan dengan rata-rata produksi
sebesar 7,5 ton per hektar, dan pada periode September s.d. November 2014
produksi jagung kembali mengalami peningkatan dengan rata-rata produksi sebesar
8,9 ton per hektar.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi besarnya produksi jagung, seperti
curah hujan, tekstur tanah, dan kelambatan penanaman jagung yang bisa
menyebabkan berubahnya produksi jagung. Produksi jagung juga dapat
dipengaruhi oleh faktor budidaya, faktor ini meliputi teknik-teknik dalam
vii
tanam, waktu tanam, dan pemeliharaan serta pengendalian organisme pengganggu
tanaman sehingga produksi jagung akan berubah tergantung teknik yang digunakan
dalam membudidayakan tanaman jagung.
Disamping dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, produksi jagung juga
dipengaruhi oleh penggunaan faktor produksi, seperti tenaga kerja, bibit, Urea,
NPK, dan pestisida, di mana kuantitas faktor-faktor produksi sangat berpengaruh
terhadap produksi jagung. Tampaknya bahwa penggunaan faktor produksi ini
belum efisien, sehingga petani belum memperoleh produksi dan keuntungan yang
optimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis efisiensi
teknis, harga, dan ekonomis pada usahatni jagung di Subak Gunung Sari Kawan.
Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda yang meliputi:
uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedasitas, uji
multikoliniearitas dan uji model regresi linier yang meliputi: uji koefisien
determinasi (R2), uji-F, dan uji-t dengan taraf nyata (α) yaitu 5% atau 0,05. Setelah
itu dilakukan uji validasi model dengan menggunakan rumus root mean square
erorr (RMSE). Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi
produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dari persamaan tersebut
dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis
dengan melihat tingkat optimalisasi penggunaan faktor produksi.
Secara bersama-sama semua faktor produksi jagung yang dimasukan ke
dalam fungsi produksi Cobb-Douglas dalam usahatani jagung berpengaruh nyata
terhadap produksi jagung. Secara parsial faktor produksi jumlah bibit (X2)
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung, sedangkan faktor produksi tenaga
kerja (X1), pupuk Urea (X3), pupuk NPK (X4), dan pestisida (X5) tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Berdasarkan hasil analisis efisiensi
teknis, faktor produksi bibit (X2), pupuk Urea (X3), pupuk NPK (4), dan pestisida
(X5) efisien secara teknis. Ditinjau dari efisiensi harga, semua faktor produksi tidak
ada yang efisien. Ditinjau dari efisiensi ekonomis semua faktor produksi tidak ada
yang efisien yang artinya penggunaan input yang belum optimal sehingga petani
jagung belum mampu mengusahakan usahataninya dalam keadaan efisien.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu petani dalam
viii
produksi, sehingga petani jagung mampu memperoleh produksi dan keuntungan
yang optimal. Pemerintah diharapkan untuk terus melakukan subsidi bantuan
kepada sektor pertanian, dan bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian
ini diharapkan kedepannya mampu mengatasi permasalahan kombinasi jumlah
penggunaan faktor produksi yang tepat untuk petani jagung di Subak Gunung Sari
x
EFISIENSI TEKNIS, HARGA, DAN EKONOMIS PADA
USAHATANI JAGUNG (
Zea mays L.
) DI SUBAK GUNUNG
SARI KAWAN, DESA SABA, KECAMATAN BLAHBATUH,
KABUPATEN GIANYAR
Dipersiapkan dan diajukan oleh
Dewa Ngakan Made Angga Dipartha
NIM. 1205315073
telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji
pada tanggal 24 Maret 2016
Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana
No. : 54/UN14.1.23/DL/2016
Tanggal : 24 Maret 2016
Tim Penguji Skripsi adalah:
Ketua : Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, M.P.
Anggota :
1. Drs. I Ketut Rantau, M.SI.
xi
RIWAYAT HIDUP
Dewa Ngakan Made Angga Dipartha lahir di Gianyar
pada tanggal 21 Januari 1995. Penulis merupakan anak kedua
dari Dewa Ngakan Putu Putra dengan Jro Sri Rinawati.
Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri 3 Belega dari
tahun 2000 hingga tahun 2006. Kemudian melanjutkan ke
SMP Negeri 1 Blahbatuh selama 3 tahun dari tahun 2006
hingga tahun 2009. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas ditempuh selama 3
tahun di SMK Negeri 1 Gianyar. Penulis, melalui Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2012 diterima di Program Studi
Pengembangan Bisnis, Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana.
Selama masa kuliah, penulis aktif menjadi anggota Himpunan Mahasiswa
Agribisnis (HIMAGRI) dengan mengikuti kegiatan seperti menjadi coordinator
bidang konsumi untuk acara Musyawarah Mahasiswa ke-25 (MUSMA) tahun 2013
dan anggota dalam acara GEMA (Gelar Ekspresi Mahasiswa Agribisnis). Penulis
merupakan salah satu mahasiswa berprestasi dengan berhasilnya meraih beasiswa
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna
melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana (S1) pada
Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Adapun judul skripsi ini adalah “Efisiensi Teknis, Harga, Dan Ekonomis Pada Usahatani Jagung (Zea mays L.) di Subak
Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar”. Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin disampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu antara lain.
1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, karena telah memberikan ijin dan kemudahan dalam penelitian ini.
2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi,. MSi., selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Udayana telah mendidik penulis dari awal
hingga akhir perkuliahan.
3. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan membantu dalam penulisan skripsi.
4. Prof. Dr. Ir. I Made Narka Tenaya, MS., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing serta memberikan berbagai masukan dan saran kepada
penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah
mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Pertanian Universitas Udayana
yang telah banyak membantu dalam pengurusan proses administrasi.
7. Pejabat dan anggota Subak Gunung Sari Kawan yang telah memberikan
kesempatan dan ijin untuk mengadakan penelitian di perusahaan ini, serta
banyak memberikan informasi terkait penelitian ini.
8. Narasumber yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
9. Keluarga tercinta terutama bapak (Dewa Ngakan Putu Putra.), ibu (Jro Sri
xiii
Ngakan Nyoman Mitha Dewi) yang telah mendukung baik moral maupun
material yang sangat besar, agar dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi
ini dalam rangka mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.
10.Pacar (Anak Agung Istri Dewi Pradnyantari) yang selalu menemani dan
mendukung selama perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.
11.Senior-senior angkatan 2010 dan 2011 yang telah memberikan masukan dan
saran selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
12.Terakhir tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk teman-teman angkatan
2012 dan teman-teman lainnya, segenap keluarga besar Fakultas Pertanian
Universitas Udayana, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu juga penulis ucapkan terima kasih.
Sebagai akhir kata, dengan kerendahan hati penulis akan selalu
menghormati dan menerima segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya di bidang
pertanian serta dapat menjadi bahan kajian yang berarti nantinya.
Denpasar, 24 Maret 2016
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii
ABSTRACT ... iii
2.1.3 Efisiensi produksi komoditas pertanian ... 13
xv
4.1.4 Keadaan penduduk dan ekonomi masyarakat Desa Saba 48
4.2 Gambaran Umum Subak Gunung Sari Kawan ... 48
4.2.1 Struktur organisasi Subak Gunung Sari Kawan ... 49
4.1.2 Tugas dan wewenang ... 51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
5.1 Pengaruh Faktor-faktor Produksi Jagung ... 52
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
1.1 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di
Provinsi Bali Menurut SubroundTahun 2012 s.d 2014……….... 4
1.2 Perkembangan Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013 –2014 ...……… 5
3.1 Perhitungan Sampel Berdasarkan Tempek ……….…………... 29
5.1 Hasil Analisis Fungsi Produksi Usahatani Jagung di Subak Gunung Sari Kawan ……… ... 53
5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 56
5.3 Hasil Uji-F ... 57
5.4 Hasil Uji-t (Uji Parsial) ... 58
5.5 Uji Koefisien Determinasi (R2) ………... 59
5.6 Perhitungan RMSE ... 60
5.7 Perhitungan MAE ... 61
5.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ………...… 63
5.9 Hasil Analisis Efisiensi Teknis ... 66
5.10 Hasil Analisis Efisiensi Harga ... 68
5.11 Hasil Analisis Indeks Efisiensi (ki) ...……… 69
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
2.1 Tahapan dari Suatu Proses Produksi ... ... 11
2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25
4.1 Struktur Organisasi Desa Saba ... .. 44
4.2 Struktur Organisasi Subak Gunung Sari Kawan ... 50
5.1 Grafik Uji Normalitas Ryan-Joiner ………………54
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan
pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat
pada semakin meningkatnya jenis dan ragam kebutuhan masyarakat termasuk
pemenuhan pangan. Kebutuhan pangan manusia tidak terbatas pada jenis bahan
pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan
yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan
kualitas hidupnya.
Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia
dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor
pertanian. Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian, diperlukan adanya
kerjasama antar pihak yang terkait seperti petani, pemerintah, lembaga peneliti
pertanian, ilmuwan, inovator serta kalangan akademik maupun swasta, sehingga
dengan demikian diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan produksi pangan dan
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Dalam meningkatkan pembangunan sektor pertanian terdapat beberapa
permasalahan yang dapat menghambat peningkatan produksi pangan diantaranya :
(1) menurunnya jumlah sumber daya manusia petani dan masih rendahnya kualitas
petani dalam hal informasi dan teknologi pertanian, (2) lemahnya akses modal yang
didapat petani untuk mengembangkan usaha pertanian, (3) berkurangnya lahan
pertanian akibat adanya alih fungsi lahan untuk pengembangan Industri dan
pertanian, dan (4) masih kurangnya peran lembaga penunjang atau
pendukung sektor pertanian.
2
Jagung adalah salah satu jenis komoditas tanaman pangan yang tergolong
komoditas strategis, karena memenuhi kriteria antara lain memiliki pengaruh
terhadap harga komoditas pangan lainnya, memiliki prospek yang cerah, memiliki
prospek ke depan yang cukup baik, karena jagung dapat diolah menjadi berbagai
agroindustri, seperti tepung jagung dan brondong jagung. Dari segi konsumsi,
jagung merupakan substitusi bagi beras dan ubi kayu. Bagi orang Indonesia jagung
merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Peningkatan kebutuhan
jagung di dalam negeri berkaitan erat dengan perkembangan industri pangan dan
pakan. Untuk pangan, jagung lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk produk olahan
atau bahan setengah jadi seperti bahan campuran pembuatan kue, bubur instan,
campuran kopi dan produk rendah kalori. Menurut Suprapto dan Marzuki (2005)
konsumsi per kapita jagung dalam negeri untuk pangan mencapai 15 kg, sedangkan
untuk pakan mencapai 22,5 kg.
Pertumbuhan dan produksi jagung dipengaruhi oleh banyak faktor dan
merupakan sistem yang sangat komplek. Penelitian agronomi untuk mengetahui
pengaruh dari salah satu atau kombinasi faktor pertumbuhan yang selama ini
dilakukan dengan pendekatan model statistika, seringkali hasilnya terbatas untuk
diimplementasikan pada waktu dan tempat tertentu sesuai dengan berlangsungnya
penelitian, sehingga ketika akan diterapkan pada tempat dan waktu lain diperlukan
penelitian lagi. Untuk mengurangi tingkat kesulitan melakukan penelitian dalam
sistem yang komplek tersebut, pemodelan (modelling) yang didefinisikan sebagai
penyederhanaan suatu sistem dengan pendekatan mekanistik, dapat dijadikan
alternatif pendekatan baik untuk pemahaman proses ekofisiologis maupun prediksi
3
Menurut Mejaya (2005) produksi jagung nasional meningkat setiap tahun,
namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar
sebelas juta ton/tahun, sehingga masih mengimport dalam jumlah besar yaitu satu
juta ton. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri pakan
sekitar 57%, sisanya sekitar 34% untuk pangan dan 9% untuk kebutuhan industri
lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional
juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar jagung dunia yang mencapai
sekitar delapan juta ton/tahun.
Berdasarkan BPS Provinsi Bali (2015) produksi jagung di Bali tahun 2014
sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton (29,46%) dibandingkan
dengan tahun 2013. Penurunan ini terjadi di semua subround, yakni pada subround
I (Januari s.d. April) turun sebesar 12.221 ton (27,09%), yang diikuti penurunan
pada subround II (Mei s.d. Agustus) sebesar 2.751 ton (51,19%), dan subround III
(September s.d. Desember) sebesar 1.988 ton (28,02%). Penurunan produksi jagung
relatif tinggi terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 174 ton atau turun 63,04%.
Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2014 dominan disebabkan adanya
penurunan luas panen sebesar 1.538 hektar (8,44%) dan produktivitas
sebesar 7,25 kw/ha (22,95%).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan luas panen
jagung, antara lain: menurunnya luas tanam di bulan Mei 2014 sebesar 28 hektar
(4,46%) dan luas tanam di bulan September 2014 sebesar 237 hektar (33,81%).
Di samping itu, semakin menurunnya lahan atau luas tanam jagung ini juga karena
alih penanaman untuk komoditas tanaman kehutanan (jati, gamelina, dan lain-lain).
4
Tabel 1.1
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2012 s.d. 2014
No Uraian 2012 2013 2014
Keterangan: produksi jagung adalah pipilan pering.
Beralihnya penanaman dari komoditas jagung ke tanaman hortikultura
(jeruk dan cabai) terjadi di Kabupaten Bangli dan Gianyar, serta banyak produksi
jagung yang di panen muda dominan terjadi di Kabupaten Badung dan Klungkung.
Sementara itu, penurunan produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh
penggunaan pupuk dan kekurangan pasokan air akibat kekeringan
(musim kemarau). Penurunan produktivitas jagung tertinggi selama periode tahun
2013 s.d. 2014 terjadi di tiga kabupaten, yakni Karangasem (47,83%), Tabanan
(36,63%), dan Gianyar (14,57%). Sedangkan produktivitas jagung relatif tinggi
(di atas 50 kw/ha) pada tahun 2014 berada di Kabupaten Badung sebesar 57,27
5
Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi jagung di tahun 2014
yang mencapai 40.613 ton pipilan kering tersebut, Kabupaten Buleleng
memberikan kontribusi (share) tertinggi sebesar 45,13% atau 18.329 ton.
Kabupaten Karangasem menempati posisi kedua dengan share sebesar 24,34% atau
9.884 ton, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 12,40%
atau 5.036 ton. Sedangkan, share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi
di bawah 12 %, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Perkembangan Produksi Jagung
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013 s.d. 2014
No Kabupaten/Kota
Kabupaten Gianyar. Ada berbagai jenis komoditi yang ditanam, misalnya komoditi
tanaman padi, melon, jagung, dan semangka. Komoditi yang ditanam berbeda tiap
musimnya, tanaman semangka dan melon biasanya ditanam pada musim kemarau
sekitar bulan Agustus, untuk tanaman jagung mulai ditanam pada musim
6
musim hujan hampir berakhir pada bulan Februari s.d. April, dan untuk tanaman
padi ditanam setiap musim.
Menurut pekaseh di Subak Gunung Sari Kawan komoditi yang paling sering
mengalami perubahan produksi tiap periodenya adalah komoditi tanaman jagung.
Pada periode Februari s.d. April 2013 rata-rata produksi jagung sekitar 6000 kg per
hektar pipilan kering, pada periode September s.d. November 2013 produksi jagung
mengalami penurunan, dengan rata-rata produksi sebesar 5400 kg per hektar, lalu
pada periode Februari s.d. April 2014 produksi jagung mengalami peningkatan
dengan rata-rata produksi sebesar 6500 kg per hektar, dan pada periode September
s.d. November 2014 produksi jagung kembali mengalami peningkatan dengan
rata-rata produksi sebesar 7300 kg per hektar.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi produksi jagung, seperti curah
hujan, tekstur tanah, dan kelambatan penanaman jagung yang bisa menyebabkan
berubahnya produksi jagung. Produksi jagung juga dapat dipengaruhi oleh faktor
budidaya, faktor ini meliputi teknik-teknik dalam membudidayakan jagung, seperti
pola tanam, jarak tanam, kedalaman tanah, lubang tanam, waktu tanam, dan
pemeliharaan serta pengendalian organisme pengganggu tanaman sehingga
produksi jagung akan berubah tergantung teknik yang digunakan dalam
membudidayakan tanaman jagung.
Di samping dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas, produksi jagung
juga dipengaruhi oleh penggunaan faktor produksi, seperti tenaga kerja, bibit,
pupuk (Urea, NPK), dan pestisida, di mana kuantitas faktor-faktor produksi sangat
berpengaruh terhadap produksi jagung. Tampaknya bahwa penggunaan faktor
7
optimal dan keuntungan yang maksimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatni jagung di
Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor produksi tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk
NPK, dan pestisida terhadap produksi jagung di Subak Gunung Sari
Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar?
2. Bagaimana efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatani jagung di
Subak Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh faktor produksi tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan
pestisida terhadap produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan,
Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
2. Efisiensi teknis, harga, dan ekonomis pada usahatni jagung di Subak
Gunung Sari Kawan, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar.
1.4 Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
8
1. Petani jagung, dapat memberikan tambahan wawasan dalam menyikapi
kemungkinan timbulnya permasalahan penggunaan faktor produksi jagung.
2. Instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan melengkapi bahan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan sektor pertanian
tanaman pangan
3. Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
serta sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida terhadap produksi
jagung dan mengetahui bagaimana efisiensi teknis, harga, dan ekonomis jagung.
Penelitian ini mengunakan metode regresi linier berganda yang meliputi: (1) uji
asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, heteroskedastisitas, dan
multikoliniearitas, dan (2) uji model regresi linier yang meliputi: uji koefisien
determinasi (R2), uji-F, dan uji-t dengan taraf nyata (α) yaitu 5%. Setelah itu
dilakukan uji validasi model dengan menggunakan rumus root mean square erorr
(RMSE). Persamaan fungsi produksi yang digunakan yaitu model fungsi produksi
Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Dari persamaan tersebut dilakukan
analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis, harga, dan ekonomis dengan
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Produksi
2.1.1 Fungsi produksi
Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi
(Salvatore, 1994).
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan
dalam proses produksi ( 1, 2, 3, … n) secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut (Nicholson, 1995):
= 1, 2, 3,. . . n
Di mana:
Q = output
X = input (X1, X2, X3, …, Xn)
Berdasarkan fungsi produksi di atas, maka dapat diketahui hubungan antara
input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri.
Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K)
dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan
menjadi (Nicholson, 1995):
= ,
Di mana:
Q = output K = input modal L = input tenaga kerja
10
Fungsi produksi di atas menunjukkan maksimum output yang dapat
diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal dan tenaga kerja
(Nicholson, 1995).
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis
yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan
yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang digunakan
dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa mempehatikan
harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk
(Epp & Malone, 1981).
Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
= 1, 2, 3, . . n
Di mana:
Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan
X1, X2, X3,…, Xn = berbagai faktor produksi atau input yang digunakan.
Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk
yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi
belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk
dan faktor produksi tersebut (Heady & Dillon, 1972). Untuk dapat memberikan
penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya
yang spesifik antara lain:
1. = a + b
(fungsi linear)
2. = a + b – c 2 (fungsi kuadratis)
2.1.2 Hubungan antara PM, PT, dan PR
Produk marginal (PM) merupakan tambahan satu-satuan faktor produksi X
11
PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat diartikan
bahwa setiap tambahan unit faktor produksi X, menyebabkan tambahan satu-satuan
unit output Y secara proposional (constans productivity). Apabila tambahan
satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satu-satuan unit output Y turun
(decreasing productivity), maka PM akan menurun. Apabila penambahan
satu-satuan unit faktor produksi X menyebabkan satu-satu-satuan unit output Y meningkat
secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang meningkat
(increasing productivity) (Soekartawi 2002).
Gambar 2.1
Tahapan dari Suatu Proses Produksi.
Menurut Soekartawi (2002) dengan mengaitkan Produk Marginal (PM),
Produk Rata-rata (PR), dan Total Produk (PT), maka dapat diketahui elastisitas
12
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat ketika PT naik maka nilai PM
positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah
mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan
increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate (Soekartawi, 2002).
Hubungan antara PM dan PR dapat dilihat pada Gambar 2.1 PR merupakan
perbandingan antara PT per jumlah faktor produksi. Adapun rumus mencari
PR yaitu:
PR = Y/X
Di mana :
PR = Produk Rata-rata
Y = Output
X = Faktor Produksi
Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada
PR, maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR,
maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR
dalam keadaan maksimum.
Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya Ep
yaitu: (Soekartawi, 2002).
1. Ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.
2. Ep = 0 bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun.
3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I,
maka petani mampu memperoleh keuntungan ketika jumlah faktor produksi
ditambah.
4. 1 < Ep > 0 menunjukkan tambahan sejumlah faktor produksi tidak
13
Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi
yang diberikan maka PT tetap naik pada tahapan decreasing rate.
5. Ep < 0 yang berada di daerah III menunjukkan PT dalam keadaan turun,
nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan turun. Setiap upaya
penambahan faktor produksi tetap merugikan petani.
2.1.3 Efisiensi produksi
Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem
atau proses untuk setiap unit masukan (Downey & Erickson, 1992). Efisiensi
produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi tertentu. Efisiensi akan tercapai
jika nilai produk marginal (PM) untuk suatu input sama dengan harga input (P)
tersebut atau dapat ditulis dengan rumus:
� = �
, � =�
Di mana:
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian NPMx = Nilai Produk Marginal
Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi
adalah NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai
efisien, input X perlu ditambah. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak
efisien. Untuk mencapai efisien, input X perlu dikurangi. NPMx / Px = 1, artinya
penggunaan input X sudah efisien dan diperoleh keuntungan maksimal
(Soekartawi, 1990).
Untuk mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor
14
Y = Jumlah produksi komoditas pertanian X = Jumlah faktor produksi komoditas pertanian PR = Produk rata-rata
PM = Produk marginal
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian Py = Harga komoditas pertanian
β = Elastisitas produksi komoditas pertanian
Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi secara fisik yang
diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Terkait dengan penelitian ini
maka efisiensi yang dianalisis meliputi :
1. Efisiensi Teknis (ET) adalah perbandingan antara produksi aktual dengan
tingkat produksi potensial yang dapat dicapai oleh petani
(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini produksi dikatakan
efisien bilamana faktor produksi yang dipergunakan menghasilkan produksi
maksimum.
2. Efisiensi Harga atau Efisiensi Alokatif (EA) adalah perbandingan antara
produktivitas marginal masing-masing input dengan harga inputnya sama
dengan satu (Epp & Malone, 1981). Oleh karena itu dalam penelitian ini
dikatakan dapat mencapai efisiensi harga apabila nilai produksi marginal
sama dengan harga faktor produksinya.
3. Efisiensi Ekonomis (EE) adalah hasil kali antara seluruh efiensi, baik
efisiensi teknis maupun harga dari seluruh faktor input
15
mencapai efisiensi ekonomis bilamana usaha pertanian tersebut mencapai
efisiensi teknis sekaligus efisiensi harga.
2.1.4 Fungsi produksi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (2005), Produksi hasil komoditas pertanian (on-farm)
sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan
untuk menghasilkan komoditas pertanian. Untuk menghasilkan suatu produk
diperlukan hubungan antara faktor produksi atau input dan komoditas atau output.
Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi
produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel independent (X) dan
variabel dependent (Y).
Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam
bentuk double logaritme natural (ln), sehingga merupakan bentuk linear berganda
(multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil
(ordinary least square) yang dirumuskan sebagai berikut:
fungsi produksi Cobb-Douglas:
= � 1β 2β … iβi … nβn π
Setelah ditransformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln):
� = � �0 + �1 � 1 + �2 � 2 + �3 � 3 + ⋯ + �n � n +
Di mana:
Y = Produksi
Xi = Faktor Produksi (X1, X2, X3, …, Xn)
Dalam proses produksi Y dapat berupa produksi komoditas petanian dan X
dapat berupa faktor produksi pertanian seperti lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan
16
Ilustrasi penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas:
�12.3 �13.2 � = �1.23 2i 3i
Setelah diambil log-nya dengan bilangan pokok
�� � = �0 + �12.3 �� 2i + �13.2 �� 3i
Di mana:
Y = output X3 = modal
X2 = tenaga kerja dalam satuan
B0 = 1n B1.23
Contoh manfaat penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah B12.3
dan B13.2 mengukur elastisitas output terhadap tenaga kerja dan modal. Jumlah B12.3
+ B13.2 memberikan informasi mengenai return to scale yaitu besarnya reaksi output
terhadap perubahan input secara proporsional. Jika B12.3 + B13.2 = 1 berarti return to
scale berada pada keadaan konstan, artinya jika input menjadi dua kali, maka secara
proporsional output juga menjadi tetap dua kali. Jika B12.3 + B13.2 < 1 (kurang dari
1) berarti terjadi penurunan return to scale, artinya jika input menjadi dua kali,
maka secara proporsional output akan menjadi kurang dari dua kali. Jika B12.3 +
B13.2 >1 (lebih besar dari 1) berarti akan terjadi kenaikan return to scale, artinya jika
input menjadi dua kali, maka secara proporsional output menjadi lebih dari
dua kali.
Menurut Soekartawi (2002) terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penggunaan penyelesaian fungsi produksi yang selalu
dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, yaitu:
1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bernilai nol, sebab logaritma
dari nol adalah bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
17
setiap pengamatan. Dalam arti bahwa kalau fungsi ini dipakai sebagai model
dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih
dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan
bukan pada kemiringan garis (slope) model fungsi produksi tersebut.
3. Tiap variabel X adalah perfect competition.
4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan u.
5. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan (Y).
2.2 Faktor Produksi
Faktor produksi disebut dengan input. Input merupakan hal yang mutlak,
karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah
faktor produksi tertentu. Misalnya untuk menghasilkan jagung dibutuhkan lahan,
tenaga kerja, tanaman, pupuk, pestisida, tanaman pelindung, dan umur tanaman.
Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisis teknologi
tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin (Riyadi, 2007).
Untuk menguji peran masing-masing faktor produksi, maka dari sejumlah
faktor produksi dianggap variabel, sedangkan faktor produksi lainnya dianggap
konstan (Mubyarto, 1994). Menurut Soekartawi (2005), ada lima faktor
produksi yaitu:
1. Lahan pertanian
Lahan pertanian dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian
banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usahatani
18
yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara
tradisional perlu dipahami agar dapat ditransfomasi ke ukuran luas lahan yang
dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah
juga diperhatikan.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan dalam
proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya
tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan.
Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas
tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja
ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi.
3. Modal
Dalam proses produksi pertanian, modal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (1)
modal tidak bergerak (biasanya disebut modal tetap). Faktor produksi seperti tanah,
bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. (2)
Sebaliknya modal tidak tetap atau modal variabel, adalah biaya yang dikeluarkan
dalam proses produk dan habis dalam satu kali dalam proses produksi, misalnya
biaya produksi untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan
untuk pembayaran tenaga kerja.
4. Manajemen
Dalam usaha tani modern, peranan manajemen sangat penting dan strategis,
yaitu sebagai seni untuk merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta
mengevaluasi suatu proses produksi, bagaimana mengelola orang-orang dalam
19
5. Produk
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam bidang
pertanian, produk atau produksi itu bervariasi karena perbedaan kualitas.
Pengukuran terhadap produksi juga perlu perhatian karena keragaman kualitas
tersebut. Nilai produksi dari produk-produk pertanian kadang-kadang tidak
mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi diukur menurut harga
bayangannya/shadow price.
2.3 Tanaman Jagung ( Zea mays L. )
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80 s.d. 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara satu sampai tiga meter, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi enam meter. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011).
Menurut Tjitrosoepomo (1991), tanaman jagung dalam tata nama atau
sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
20
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan
amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi
lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui
mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen
dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan
karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih
banyak (Anonim, 2011).
Jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar (varietas) jagung di buat maka
dapat dilihat berbagai tipe kultivar jagung (Anonim, 2011) :
1. Galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih.
2. Komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang
diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul.
3. Sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki
keunggulan umum (daya gabung umum) dan seragam.
4. Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau
empat galur yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata
12 s.d. 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih
sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak
21
15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan unutk tumbuh dengan cepat.
Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).
Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar dua sampai empat cm
tergantung pada varietasnya. Genetik memberikan pengaruh yang tinggi pada
tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang
sangat berpengaruh pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan
berat rata-rata 250 s.d. 300 mg. Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar
yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung
diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur
embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru
untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Di samping pembahasan teori-teori, pengkajian terhadap hasil penelitian
yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil
terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan
berbagai pendekatan spesifik. Selain itu juga, memberikan pemahaman mengenai
posisi peneliti, untuk membedakan penelitian terdahulu yang telah dilakukan.
Berikut ini hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan.
Penelitian tentang pengaruh penggunaan pupuk Nitrogen dan pupuk Fosfat
dalam budidaya jagung di District Winnipeg USA yang dilakukan oleh Yeh (1961).
Model analisis yang digunakan dalam penelitian adalah model Cobb-Douglas.
Dari penelitian didapat persamaan:
= 7,55 0,097 0,244
22
Budi Suprihono (2003) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi
Usahatani Padi Pada Lahan Sawah di Kabupaten Demak (Studi Kasus di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak)”. Data yang digunakan adalah data
time series dan cros section dengan variabel independen berupa : benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja dan luas lahan. Sedangkan, variabel dependennya adalah
produksi padi. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Frontier. Dengan
hasil bahwa: usahatani lahan sawah di Kabupaten Demak relatif menguntungkan
seperti yang ditunjukkan oleh nilai R/C Ratio > 1, Efisiensi teknis (ET) pada lahan
sawah tadah hujan lebih efisien dibanding dengan lahan jenis pengairan teknis.
Efisiensi harga pada lahan pengairan teknis lebih efisien bila dibanding lahan
tadah hujan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sisno (2001) dengan judul “Efisiensi Relatif
Usaha Tani Tembakau Berdasarkan Luas Lahan Garapan (Studi Kasus di Desa
Tuksari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Propinsi Jawa Tengah)”.
Data yang dipergunakan adalah data time series dan cros sections dengan variabel
independent berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan variabel
dependentnya adalah keuntungan produksi tembakau. Model yang digunakan
adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan hasil produksi tembakau rata-rata per
hektar petani kecil lebih besar dibandingkan dengan petani besar. Hasil estimasi
fungsi produksi sebagai fungsi keuntungan dibanding dengan petani besar. Petani
kecil maupun petani besar pada usahatani tembakau berada pada skala hasil yang
semakin menurun.
Chintya (2012) dalam penelitiannya yaitu analisis efisiensi usahatani padi
23
Cobb-Douglas untuk menganalisis efisiensi teknis, harga, dan ekonomi pada
usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu enam
variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk Urea (X2), pupuk NPK (X3), pupuk
organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6), dan variabel terikat (Y) yaitu jumlah
produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan tidak adanya variabel
bebas yang berada pada daerah elastisitas produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4
berada pada daerah elastisitas produksi II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6
berada pada daerah elastisitas produksi III. Hasil analisis efisiensi harga
menunjukkan seluruh variabel bebas tidak efisien sehingga dapat disimpulkan
penggunaan variabel bebas yang dilakukan petani tidak efisien sehingga
keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh
variabel bebas tidak efisien.
Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian juga
menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan model fungsi
produksi Cobb-Douglas. Sedangkan, perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yaitu tidak menggunakan data time series dan cros sections dan berbeda lokasi
penelitian dengan penelitian sebelumnya.
2.5 Kerangka Pemikiran
Usaha tani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di lingkungan
pertanian untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk dapat mendapat
keuntungan tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti kesuburan tanah,
24
karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan
faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya.
Dalam produksi pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya
beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Mubyarto,
1994). Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu,
ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model ini yaitu tenaga kerja, bibit,
pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida.
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung,
seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, penelitian ini
menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Persamaan fungsi produksi yang
digunakan yaitu model fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma
natural. Dalam proses analisis ditetapkan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi,
ekonometrika dan statistik, serta dilakukan uji validasi dengan membandingkan
nilai root mean square erorr (RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk
menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan, dan aplikasi model
untuk mengetahui apakah model sudah bagus dalam penelitian ini, sehingga dari
analisis tersebut dapat ditetapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi
jagung.. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis,
harga, dan ekonomis sehingga akan diketahui apakah faktor produksi efisien atau
tidak. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu
model dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini
25
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Produksi Jagung
26
2.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, serta uraian pada
penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida berpengaruh
secara nyata terhadap produksi jagung.
2. Penggunaan input produksi jagung di Subak Gunung Sari Kawan, Desa
Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar masih dapat