• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN HIAS DAL AM MENURUNK AN

POLUTAN KARBON MONOKSIDA

Oleh :

BOVI RAHADIYAN ADITA CRISTINA

07502010028

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAK ULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMB ANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul TINGKAT

KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN

POLUTAN KARBON MONOKSIDA. Tugas ini merupakan salah satu

persyaratan bagi setiap mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas

Teknik Sipil dan Perencanaan, UPN “ Veteran “ Jawa Timur untuk mendapatkan

gelar sarjana. Selama menyelesaikan tugas ini, penyusun telah banyak

memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini

saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Naniek Ratni, JAR., Mkes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan

Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Munawar Ali, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan

UPN “Veteran” Jawa Timur .

3. Ir. Naniek Ratni, JAR, Mkes, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu, mengarahkan dan membimbing hingga tugas ini dapat selesai

dengan baik.

4. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang telah memberikan

semangat, membantu material, doa, serta support yang tidak pernah habis

buat saya.

5. Semua rekan-rekan di Teknik Lingkungan angkatan 2007 yang secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu hingga terselesainya

(3)

6. Semua pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat saya sebutkan

satu per satu.

Apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas skripsi ini,

saran dan kritik yang membangun akan saya terima. Akhir kata penyusun ucapkan

terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila didalam laporan ini

terdapat kata-kata yang kurang berkenan atau kurang dipahami.

Surabaya, Maret 2012

(4)

DAFTAR ISI ………iii

II.1.5 Pengaruh Pencemaran Udara Pada Tanaman………10

II.2 Karbon Monoksida (CO)……….11

II.2.1 Pembentukan Karbon Monoksida……….11

(5)

II.2.3 Pengaruh CO Terhadap Manusia……….13

II.2.4 Pengaruh CO Terhadap Tumbuhan………..15

II.3 Mekanisme Biokimia Tanaman Dalam Menyerap Karbon Monoksida……….15

II.4 Tanaman yang Mampu Mereduksi Polutan………16

II.5 Lidah Mertua (Sansevieria sp.)………...17

II.6 Lili Paris (Spider Plants)……….19

II.7 Sirih Gading (Scindapsus Aureus)………..20

II.1 Fotosintesis……….21

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisa Awal………28

IV.2 Hasil Penyerapan Karbon Monoksida Pada Tanaman Hias…….28

IV.3 Kemampuan Penyerapan Tanaman Hias Terhadap Gas Karbon Monoksida……...37

(6)

V.2 Saran ………..………...42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

LAMPIRAN C

LAMPIRAN D

(7)

berakibat pada penurunan kualitas udara bersih akibat emisi dari hasil pembakaran bahan bakar. Pada penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan tanaman hias dalam menyerap karbon monoksida, penelitian ini menggunakan tanaman lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant), dan sirih gading (Scindapsus aureus). Gas pencemar yang dipaparkan tehadap tanaman uji merupakan pencemar yang berasal dari asap kendaraan bermotor.

Dalam penelitian ini dilakukan pemaparan pada tanaman lidah mertua

(Sansevieria sp), lili paris (Spider plant,) dan sirih gading (Scindapsus aureus)

dengan variasi pemaparan gas buang selama 0,5 jam, 1 jam, dan 1,5 jam yang dilakukan pada rumah tanaman selama lima hari. Tanaman yang dipilih adalah jenis tanaman yang memiliki persentase penyisihan terbesar dalam penurunan gas CO. Dari hasil penelitian didapatkan tanaman lidah mertua (Sansevieria sp)

dengan waktu pemaparan 1,5 jam pada waktu kontak hari ke 5 dapat menyerap 46,21 %, sedangkan lili paris (Spider plant) menyerap 41,47 % dan sirih gading

(8)

decrease in air quality due to emissions from fuel combustion. In this study aims to determine the ability of plants to absorb carbon monoxide, this study uses the lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant), and sirih gading (Scindapsus aureus). Gaseous pollutants are presented tehadap test plants are pollutants derived from motor vehicle fumes.

In this study conducteted exposure to the plant lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant,) dan sirih gading (Scindapsus aureus) with variaotions in the exhaust gas exposure during the 0,5 hour, 1 hour, and 1,5 hour conducted in house plants during for five days. The chosen plant are the plant kind which has higher percent remove of carbon monoxide gas. Result of the research shows that lidah mertua (Sansevieria sp) with exposure time 1,5 hours contact at day five can absorb 46,21 %, lili paris (Spider plant) while absorbing 41,47 %, and sirih gading (Scindapsus aureus) absorbs 32,58 % carbon monoxide gas.

(9)

I.1 Latar Belakang

Pencemaran udara (polution) di Indonesia sangat memprihatinkan. Udara

bersih sangat sulit didapatkan tidak hanya di luar ruangan (outdoor) tetapi juga di

dalam ruangan (indoor). Hal ini disebabkan adanya gas gas beracun yang berasal

dari asap kendaraan bermotor dan asap rokok serta adanya mikroorganisme

merugikan di udara. Karbon monoksida (CO) dalam udara bebas akan teroksidasi

menjadi karbon dioksida (CO2). Karbon monoksida juga sebagai kontributor

meningkatnya efek rumah kaca dan meninmbulkan fenomena pemanasan globlal.

Hal ini disebabkan karena karbon monoksida bersama polutan lainnya (CO, CO2,

metana, ozon, dan N2O), akan membentuk gas rumah kaca sehingga panas

matahari tidak dapat dipantulkan ke angkasa dan terperangkap di dalam bumi

yang pada akhirnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Karbon monoksida (CO) adalah senyawa yang berwujud gas yang tidak

berwarna dan tidak berbau. CO lebih mudah diserap dan masuk ke aliran darah

daripada oksigen (O2). Sumber CO dapat berasal dari gas buang dari sistem

pembakaran kendaraan bermotor dan pembakaran sampah. Gas CO dapat

berbentuk cairan pada suhu dibawah -129OC. Di kota besar yang padat lalu

lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara

relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat

(10)

proses biologi dan lain-lain.

Banyak penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat tanaman indor.

Salah satunya adalah penelitian yang dipelopori ole NASA, yang membuktikan

bahwa tanaman rumahan adalah pembersih udara alami yang ampuh mampu

memerangi sick building syndrome. Memanfaatkan tanaman hias upaya yang

efektif dan efisien untuk menghilangkan atau mengubah CO tersebut. Tanaman

lidah mertua mampu menyerap karbon monoksida hingga 84%, lili paris mampu

menyerap sebesar 96% dan sirih gading mampu menyerap 75%. Tanaman adalah

penyerap CO dan menghasilkan O2 (oksigen), sebagai pembersih udara dari

partikel dan debu serta bahan kimia yang dapat mengganggu kesehatan. Oleh

karena itu studi ini dilakukan untuk menganalisa kemampuan tanaman dalam

menurunkan polutan yaitu gas CO. Tanaman uji yang digunakan adalah lidah

mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant) dan sirih gading (Scindapsus

aureus). Namun dari semua jenis tanaman, tentu ada levelnya, mana yang efektif

menyerap CO dan mana yang kurang efektif dalam penyerapannya. Tidak harus

tanaman yang berjenis pohon, bisa juga tanaman hias, tanaman bunga yang efektif

menyerap CO maupun polutan yang lain.

I.2 Rumusan Masalah

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan

penurunan kualitas udara akibat emisi polutan dari hasil pembakaran bahan bakar.

Oleh karena itu, masalah yang akan dicermati pada penelitian ini adalah emisi

polutan pada kendaraan bermotor, pencemaran udara, dan respon tumbuhan dalam

(11)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh waktu kontak dan waktu pemaparan gas karbon

monoksida terhadap tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading.

2. Menentukan kemampuan tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading

dalam menyerap gas karbon monoksida.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan terobosan baru mengurangi kandungan CO di udara sehingga

membantu mencegah terjadinya efek pemanasan global.

2. Dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa tanaman hias juga

efektif dalam menyerap polutan (CO).

3. Mengetahui kadar CO pada tanaman hias akibat pengaruh emisi gas

kendaraan bermotor.

I.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Tanaman hias yang digunakan adalah lidah mertua (Sansevieria sp), lili

paris (Spider plant), sirih gading (Scindapsus aureus).

2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pot dalam rumah tanaman.

3. Gas pencemar yang akan digunakan adalah gas CO dari asap kendaraan

(12)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

II.1 Pencemar an Udar a

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri, kualitas udara

telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Hal

ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan

kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan. Perubahan lingkungan

udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat

pencemaran (berbentuk gas – gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.

Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap

kebakaran hutan, akibat gunug berapi, dan debu meteorit. Sebagian besar

pencemaran udara juga disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya aktivitas

transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi

ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.

II.1.1 Definisi Pencemar an Udar a

Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi

rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang

membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di

(13)

mengandung zat di atas batas kewajaran. Ada beberapa zat penyusun udara yang

juga disebut sebagai pencemar, namun tidak berbau dan tidak mengubah warna

udara. Karbon monoksida (CO) contohnya. CO merupakan gas pencemar yang

sangat berbahaya karena tidak berbau seperti bau belerang yang menyengat. CO

juga tidak mengubah warna udara, seperti asap yang mengepul dari pabrik.

Sedangkan definisi lain menurut Wardana yaitu masuknya zat pencemar

ke dalam atmosfer baik secara alamiah (debu vulkanik, debu meteorit, pancaran

garam laut) maupun akibat aktifitas manusia (gas beracun, partikel panas, dan

radiasi nuklir sebagai hasil sampingan pemupukan tanaman, pembasmi hama,

pengecatan, pembakaran aktifitas rumah tangga, transportasi dan bermacam –

macam kegiatan industri), yang melayang dalam udara dan bergerak sesuai

dengan gerakan dan tingkah laku udara. Jadi secara garis besar bisa dikatakan

bahwa pencemaran udara terjadi bila adanya zat asing masuk ke atmosfer sampai

menimbulkan perubahan keseimbangan di dalam atmosfer. Untuk komposisi

udara kering dan bersih dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. (Widhowati, 2008)

Tabel 2.1 Komposisi Udara Kering dan Bersih

Komposisi

Karbon dioksida 0.0318 318

(14)

Helium 0.00052 5.2

Krypton 0.0001 1

Xenon 0.000008 0.08

Nitrogen oksida 0.000025 0.25

Hidrogen 0.00005 0.5

Metana 0.00015 1.5

Nitrogen dioksida 0.0000001 0.001

Ozon 0.0000002 0.002

Sulfur dioksida 0.00000002 0.0002

Karbon monoksida 0.00001 0.1

Amonia 0.000001 0.01

Adapun di negara Indonesia telah mempunyai standar baku mutu dan waktu

pengukuran udara ambien yang telah diputuskan oleh keputusan Gubernur tahun

1996 dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut.

(15)

4 Oksidan (O3) 1 jam 0.1 ppm

II.1.2 Sumber Pencemar an Udar a

Secara umum terdapat 2 sumber pencemaran udara yaitu pencemaran

akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang

berasal dari kegiatan manusia (aniropogenic sources), seperti yang berasal dari

transportasi, emisi pabrik, dan persampahan, baik akibat proses dekomposisi

ataupun pembakaran, dan rumah tangga. Di dunia dikenal zat pencemar udara

utama yang berasal dari kegiatan manusia yaitu karbon monoksida (CO), oksida

sulfur (SOx), nitrogen oksida(NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), gas rumah

kaca (CH4, CO2 dan N2O).

Di Indonesia sekarang ini kurang lebih 70% pencemaran udara di sebabkan

emisi kendaraan bermotor kendaraan bermotor mengeluarkan. Zat-zat berbahaya

yang dapat menimbulkan dampak negative, baik terhadap kesehatan manusia

maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/ timah hitam (Pb). Kendaraan

bermotor menyumbang hampir 100% timbal. Selain itu pencemaran udara dapat

menimbulkan hujan asam, pengikisan lapisan ozon, kerusakan pada tanaman,

(16)

mempercepat empat kali lebih cepat proses pengaratan pada benda-benda yang

terbuat dari besi. Yang lebih mengerikan lagi adalah bahwa pencemaran udara ini

dapat menyebabkan kerusakan lingkungan lebih jauh yaitu menimbulkan efek

rumah kaca yang akan menaikkan suhu permukaan bumi atau dikenal dengan

global warming. Hal ini akan menyebakan kenaikan permukaan air laut karena es

di kutub akan mencair. Global warming juga berdampak pada perubahan iklim di

bumi yang akan menimbulkan kekeringan dan banjir di seluruh dunia. Hal

tersebut akan menyebabkan penyediaan pangan akan terganggu.

II.1.3 J enis Pencemar an Udara

Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam,

yakni:

a. Pencemaran Udara Alami

Adalah: masuknya zat pencemar ke dalam udara/ atmosfer, akibat proses –

proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran

garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.

b. Pencemaran Udara Non Alami

Adalah: masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada

umumnya tanpa dissadari dan merupakan produk sampingan, berupa gas –

gas beracun, asap, partikel – partikel halus, senyawa belerang, senyawa

(17)

II.1.4 Sistem Pencemar a n Udar a

Sistem pencemaran udara berawal dari berjenis – jenis emisi alami dan

antropogenik. Emisi ini didefinisikan sebagai pencemar primer, karena pencemar

– pencemar golongan ini diemisikan langsung ke udara dari sumbernya (misalnya

SO2, Nox, CO, Pb, zat – zat organik dan partikulat), yang pada dasarnya

ditentukan oleh faktor – faktor meteorologi. Bersamaan dengan itu, terjadi pula

proses – proses transformasi fisiko – kimia yang mengubah pencemar primer

menjadi unsur gas atau partikulat bentuk lain yang dikenal sebagai pencemar

sekunder. Pencemar – pencemar ini dapat tersisihkan dari atmosfer kembali ke

permukaan bumi melalui proses deposisi basah atau kering, yang dapat

memberikan dampak terhadap penerima, seperti manusia, hewan, ekosistem

akuatik, vegetasi dan material. (Putri, 2008)

II.1.5 Pengar uh Pencemar an Udara Pada Tanaman

Tumbuhan dapat menyerap polutan udara secara langsung melalui stomata

dan akar. Polutan gas harus berbentuk terlarut dalam air untuk dapat masuk ke

sistem metabolisme tumbuhan. Pada penyerapan melalui stomata ke dalam

jaringan tumbuhan, polutan gas dapat larut dalam cairan interselular. Jika bersifat

asam, polutan mempengaruhi struktur sel daun. Dengan cara serupa, polutan gas

terlarut yang mencapai struktur akar dapat terserap.

Tumbuhan yang tepapar polutan gas dalam konsentrasi tinggi menunjukan

gejala akut pada strukturnya seperti mengurangi pertumbuhan kambium, akar, dan

(18)

merangsang pengambilan gas lain ke dalam mesofil daun, pada saat proses

asimilasi CO2 berlangsung. Banyak spesies tanamanan yang lebih sensitif

terhadap SO2 pada siang hari ketika stomata terbuka dibanding pada malam hari,

kecuali pada tanaman kentang yang stomatanya tetap membuka pada malam hari.

(Putri 2008)

Akibat lain yang ditimbulkan oleh pencemaran udara terhadap tanaman

adalah kerusakan tanaman yang memungkinkan perubahan hingga tingkat

biokimia sel yang kemudian diikuti dengan perubahan fisiologis mulai individu

hingga tingkat komunitas tanaman. Kerusakan ini umumnya ditandai dengan

adanya luka. Pertumbuhan tidak normal (growth alternation) merupakan luka

tersembunyi yang tidak selalu dapat dideteksi, namun diperlihatkan oleh

pertumbuhan yang tidak wajar, penurunan apical dominance pada kuncup akibat

pertumbuhan yang tertekan pada cabang ataupun kuncup, tanaman membelit,

layu, struktur tanaman kerdil, gugur daun, ataupun jatuhnya kelopak bunga.

II.2Kar bon Monoksida (CO)

Karbon monoksida merupakan pencemar udara yang paling besar dan

umum dijumpai. Sebagian besar karbon monoksida terbentuk akibat proses

pembakaran bahan – bahan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara

tidak sempurna, misalnya dari pembakaran bahan bakar minyak, pemanas, proses

– proses industri dan pembakaran sampah. Kegiatan dalam sektor industri

perminyakan merupakan kegiatan yang menimbulkan emisi karbon monoksida

(19)

II.2.1 Pembentukan Kar bon Monok sida

Pembentukan karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak

berbau, berwarna, dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada

suhu di atas -1920C. komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air

dan tidak larut di dalam air. Karbonmonoksida yang terdapat di alam terbentuk

dari salah satu proses sebagai berikut:

1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang

mengandung karbon.

2. Reaksi antara karbondioksida dean komponen yang mengandung karbon

pada suhu tinggi.

3. Pada suhu tinggi, karbondioksida terurai menjadi karbonmonoksida dan

oksigen.

Secara alamiah CO diproduksi oleh hydrozoa (siphonophores), suatu

mahluk laut juga oleh reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam atmosfer Oksidasi

tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon terjadi

jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk

pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbondioksida. Pembentukan karbon

monoksida hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen

murni. Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang mengandung karbon

(20)

II.2.2 Sumber Kar bon Monoksida di Udara

Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi

sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Korban monoksida yang berasal

dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran

hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor,

terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah

CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh

dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar

bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran

batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam

laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan

berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung

CO, sehingga para perokok dapat membahayakan dirinya sendiri dari asap rokok

yang sedang dihisapnya.

Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah

tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar

CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO

diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang

menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO

yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Karbon

monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari alat

pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan tungku masak. Kadar

(21)

ventilasinya. Namun umunnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan

kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok.

Menurut Fardiaz, sumber CO lainnya adalah proses – proses industri, dua

industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja. Karbon

monoksida dihasilkan selama beberapa tahap proses dalam produksi besi dan baja.

Dalam industri petroleum, CO dibebaskan selama regenerasi katalis. (Putri, 2008)

II.2.3 Pengar uh CO Ter hadap Manusia

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya

untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut

oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan

karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan

oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan

terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa

oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,

karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi

enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil

tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah

menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.

Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang

pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir

(22)

singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan

menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.

Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem

kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan

sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang,

masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus

mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam

lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya

dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu/

terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5%

(hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar

80 dan 35 mg/m3). Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena

kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.

II.2.4 Pengar uh CO Ter hadap Tumbuhan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian CO selama 1 sampai

3 minggu pada konsentrasi sampai 100 ppm tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap tanam-tanaman tingkat tinggi. Akan tetapi kemampuan untuk

fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas akan terhambat dengan pemberian CO selama

35 jam pada konsentrasi 2000 ppm. Demikian pula kemampuan untuk fiksasi

nitrogen oleh bakteri yang terdapat pada akar tanam-tanaman juga terhambat

(23)

CO di udara jarang mencapai 100 ppm, meskipun dalam waktu sebentar, maka

pengaruh CO terhadap tanam-tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata.

II.3 Udar a Dalam Ruangan

Pada konsentrasi polutan dalam ruangan atau rumah menunjukan lebih

tinggi daripada diluar ruangan. Kompor gas menghasilkan NO2, ini menyebabkan

tingginya konsentrasi di dalam ruangan daripada diluar dan tingginya konsentrasi

didapur dari pada kamar tidur. Pada kenyataan walaupun macamnya sedikit

konsentrasi diluar ruangan dari bulan ke bulan konsentrasi dalam ruangan

meningkat dimusim dingin dingin dari pada panas. Perbedaan ini seharusnya

udara bertukar antara didalam dan diluar rumah, dimusim panas jendela dibuka

agar terasa sejuk. Pencemaran udara dalam ruangan tidak hanya dipengaruhi dari

dalam ruangan itu sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh udara luar dan bakteri yang

dapat tumbuh pada filter AC.

II.4 Mekanisme Biokimia Tanaman dalam Menyer ap Kar bon Monok sida

Suatu ciri khas dari mahluk hidup adalah kemampuan atau kapabilitas sel

– sel untuk mengambil zat-zat makanan dari komponen sel itu sendiri sebagai

sumber energi. Suplai dan absorpsi dari senyawa-senyawa kimia yang diperlukan

untuk proses pertumbuhan dan metabolisme disebut nutrisi. Dan senyawa kimia

yang diperlukan oleh organisme disebut nutrien (unsur hara). Mekanisme

bagaimana unsur hara dikonversi menjadi material selular atau digunakan sebagai

(24)

mencakup berbagai reaksi yang terjadi pada sel hidup untuk mempertahankan

hidup dan untuk pertumbuhan. Dengan demikian nutrisi dan metabolisme

mempunyai hubungan timbal balik. Pada dasarnya tanaman sangat berbeda

dengan manusia, binatang dan mikroorganisme lainnya yang membutuhkan

senyawa organik dari luar. Elemen esensial adalah elemen yang harus ada agar

siklus hidup yang normal dari organisme bisa terjadi dan fungsinya tidak bisa

diganti oleh senyawa kimia lainnya. Tambahan pula unsur-unsur itu harus

mencakup nutrisi sebagai bahan pokok untuk proses metabolisme yang diperlukan

dalam aktivitas enzim. (Setiono, 2010)

II.5 Tanaman yang Mampu Mer eduk si Polutan

Banyak sekali manfaat tanaman bagi lingkungan dan masyarakat

perkotaan. Pertama, tanaman dapat berfungsi meredam suara yang berasal dari

kendaraan dan kegiatan proses industrialisasi. Kedua, berperan sebagai penyejuk

iklim, terutama iklim mikro (suhu, kelembaban, pengendalian perbandingan

antara gas CO2 dan O2, penangkal angin dan penyaring cahaya matahari). Ketiga,

sebagai pembersih udara dari partikel dan debu serta bahan kimia yang dapat

mengganggu kesehatan

Menurut penelitian di laboratorium, kelima jenis pohon tersebut bisa

mengurangi polusi udara sekitar 47 – 69 %. Pohon tersebut adalah felicium

(filicium decipiens), mahoni (swietenia mahagoni), kenari (canarium commune),

(25)

Yanu memaparkan, tanaman memiliki efek mereduksi polutan dalam

ruangan yang lebih baik dari efek-efek lain untuk menghadirkan kualitas udara

bersih, seperti memasang exhaust. Tidak sembarang tanaman bisa untuk

mereduksi polutan dalam ruangan. Tanaman yang masuk dalam tanaman indoor

memiliki proses fotosintesa yang tidak sama seperti tanaman pada umumnya.

Banyak penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat tanaman indor.

Salah satunya adalah penelitian yang dipelopori oleh NASA, yang membuktikan

bahwa tanaman rumahan adalah pembersih udara alami yang ampuh, yang

mampu memerangi sick bulding syndrome. Lidah mertua mampu memberikan

napas segar bagi ruangan di mana tanaman tersebut ditempatkan karena sepanjang

hidupnya terus – menerus menyerap zat berbahaya di udara.

II.6 Lidah Mertua (Sansevieria sp.)

Lidah mertua berkembang biak melalui umbi lapis, termasuk tanaman hias

yang sering disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam

kondisi dengan sedikit air dan cahaya matahari. Bentuk daunnya memanjang

seperti pedang, daun – daunnya langsung dari batang tebal yang berada di dalam

tanah. Daun – daun ini tumbuh muncul dari rimpang akar yang menjalar di bawah

tanah. Apabila pucuk daun yang runcing patah, maka seluruh kegiatan

pertumbuhan daun akan terhenti. Klasifikasi dari tanaman lidah mertua ini adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

(26)

Super divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu/ monokotil)

Sub kelas : Lilidae

Ordo : Liliales

Famili : Agavaceae

Genus : Sansevieria

Spesies : Sansevieria trifasciata prain

Secara morfologi, tanaman lidah mertua dicirikan dengan daun yang tebal

karena kandungan airnya tinggi. Daun berkedudukan seperti roset mengelilingi

batang semu. Disebut batang semu karena sesungguhnya lidah mertua tidak

memiliki batang. Sebagaimana tanaman monokotil lainnya, akar lidah mertua

berupa akar serabut atau disebut juga wild root (akar liar). Semua akar tumbuh

dari pangkal batang dan berbentuk serabut. Akar yang sehat berwarna putih dan

tampak berisi (gemuk), sedangkan akar yang sakit berwarna cokelat. Selain akar

serabut, ciri khas lain dari lidah merua adalah mempunyai rhizoma yang tumbuh

menjalar di atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah. Dapat dilihat

contoh tanaman lidah mertua pada Gambar 2.1. (Sumber:

(27)

Gambar 2.1 Lidah Mertua (Sansevieria sp)

Tanaman ini mampu bertahan lama pada berbagai macam kondisi.

Karena lidah mertua dapat tumbuh pada media yang kurang subur, bahkan tahan

terhadap kekeringan dan panas. Hal itu karena daun lidah mertua banyak

mengandung air (sukulen).

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)

menunjukan, daun lidah mertua mampu menyerap 107 jenis unsur berbahaya.

Beberapa jenis polutan yang bisa dihancurkan oleh lidah mertua adalah

kloroform, benzena, xylene, formaldehid, dan trochloroetana. Berdasarkan riset

lain dari Wolfereton Environmental Service, kemampuan setiap helai daun lidah

mertua bisa menyerap 0.938 mikrogram perjam formaldehyde. Bila disetarakan

dengan ruangan berukuran 75 m2 cukup diletakan lidah mertua dengan 4 helai

daun.

II.7 Lili Par is (Spider Plant)

(28)

Biasa ditanam di dalam pot, namun seringkali sebagai tanaman hias di luar

ruangan yang ditanam langsung di tanah sebagai ground cover. Ia mampu

menyerap segala jenis gas beracun. Lili paris dalam pot ukuran 20 cm mampu

menyerap 86% polutan formaldehida di udara dan karbon monoksida sebanyak

96% dalam 24 jam. Dapat dilihat contoh tanaman lili paris pada Gambar 2.2.

(Sumber: http://www.plantamor.com/thumbnails/chlvitum04n.jpg )

Gambar 2.2 Lili Paris (Spider Plant)

Klasifikasi dari tanaman lili paris (spider plant) ini adalah sebagai berikut:

Famili: Anthericaceae

Genus: Chlorophytum

(29)

II.8 Sir ih Gading (Scindapsus Aureus)

Sirih gading adalah tumbuhan merambat semi-epifit yang biasa ditanam

orang sebagai penghias pekarangan atau ruangan. Tumbuhan anggota suku

talas-talasan (Araceae) ini mudah dikenal dari warna daunnya yang belang warna

kuning cerah hingga kuning pucat, merambat di batang pohon dengan daun yang

besar sehingga menutupi batang pohon yang dirambatnya. Apabila ditanam di

dalam pot, daunnya mengecil. Potongan cabangnya dapat bertahan hidup cukup

lama apabila bagian pangkalnya dicelupkan ke air. Sirih gading dikenal memiliki

nama ilmiah yang berbeda-beda akibat sulitnya ia diidentifikasi karena banyak

jenis lain yang bermiripan. Saat ini ia dimasukkan dalam marga Epipremnum,

setelah sebelumnya dianggap sebagai anggota marga Scindapsus (S. aureus) dan

pernah pula dianggap sebagai anggota marga Raphidophora (sebagai R. pinnata).

Dapat dilihat contoh tanaman sirih gading pada Gambar 2.3. (Sumber:

http://menatawaktu.blogspot.com/2009/06/sirih-gading.html )

(30)

II.9 Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau

energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa

jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta

dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.

Tanaman yang mengalami fotosintesis lebih toleran terhadap pencemar

NO2, konsentrasi dimana dapat menghalangi fotosintesis adalah antara 0,5 – 0,7

ppm dalam pemberian untuk jangka pendek dan untuk janka panjang berkisar

sekitar 0,25 ppm. Campuran antara NO2 dan SO2 lebih efektif dalam mengurangi

(31)

Metode penelitian merupakan acuan dalam melaksanakan penelitian, yang

disusun bedasarkan pada pemikiran akan adanya permasalahan dalam ide

mencapai tujuan penelitian. Dengan mengikuti langkah – langkah metode

penelitian, diharapkan penelitian akan berjalan lebih sistematis, terarah, dan

mengurangi terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan penelitian.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian besarnya penurunan konsentrasi

gas CO oleh tanaman hias dengan variasi jenis tanaman hias dan tinggi tanaman.

Variasi jenis tanaman yaitu lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant),

sirih gading (Scindapsus aureus). Berdasarkan hasil penelitian akan diketahui

besarnya penurunan konsentrasi gas CO oleh tanaman hias dan efektifitas dari

tanaman hias tersebut untuk menurunkan konsentrasi gas CO dengan variabel

penelitian yang berbeda.

III.1 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tanaman lidah mertua (Sansevieria sp), lili paris (Spider plant), sirih

gading (Scindapsus aureus)

2. Gas buang kendaraan bermotor

3. Media tanaman (tanah, kompos, pupuk kandang, dan pasir)

(32)

1. Sepeda motor tahun 2005

2. Pipa penghubung

3. Rumah tanaman berukuran panjang = 1,5 m; lebar = 0,5 m; dan tinggi

= 1 m

III.2 Var iabel Penelitian

Pada penelitian kali ini menggunakan 2 macam variabel, yaitu:

1. Variabel yang ditetapkan:

- Media tanaman: tanah, kompos, pupuk kandang, pasir, dan pupuk

urea sebagai nutrisinya

- Umur tanaman: 2 bulan

- Jarak tanaman: 10 cm

2. Variabel peubah:

- Jenis tanaman: lidah mertua; lili paris; sirih gading

- Waktu kontak: 1 hari; 2 hari; 3 hari; 4 hari; 5 hari

(33)

Keterangan :

A : pipa masuknya gas CO B : tanaman Lidah mertua C : tanaman Lili Paris D : tanaman Sirih Gading III.3 Rangkaian Alat

A

B C D

Gambar 3.1 Rangka ian Alat Penelitian

III.4 Pr osedur Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan tanaman hias dalam

menyerap pulutan karbon monoksida (CO). Penelitian dilakukan dengan membuat

rumah tanaman, dengan media tanah, kompos, pupuk kandang, pasir, dan polutan

(34)

Prosedur untuk penelitian ini adalah:

1. Pembuatan rumah tanaman untuk proses pemaparan.

2. Pengukuran emisi gas karbon moksida pada kendaraan uji.

3. Penentuan komposisi media tanaman agar mencukupi nutrisi tanaman.

4. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman yang telah dipapari gas

buang dan diteliti setiap hari selama 5 hari.

5. Penelitian ini dilakukan di luar ruangan (di alam) depan laboratorium

riset Teknik Lingkungan UPN.

III.5 Analisa Hasil

Dari analisa yang dilakukan selama penelitian serta data yang didapatkan,

dilakukan analisa secara menyeluruh mulai dari tahap kalibrasi, pemaparan gas

pencemar karbon monoksida (CO), menentukan tanaman yang memiliki

penyisihan terbesar dalam penurunan polutan gas karbon monoksida (CO) dan

efek yang ditimbulkan terhadap tanaman.

III.6 Ker angka Penelitian

Kerangka penelitian merupakan gambaran umum mengenai tahapan –

tahapan yang perlu dilakukan dalam penelitian. Kerangka penelitian tentang

Tingkat kemampuan penyerapan tanaman hias dalam menurunkan polutan karbon

(35)

Studi Pendahuluan

Pengukuran kadar CO emisi polutan pada kendaraan uji

Persiapan media tanam

Studi Pustaka

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Analisa Awal

Pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh emisi

polutan dari kendaraan bermotor terhadap pertumbuhan tanaman hias dan juga

untuk mengidentifikasi pengaruh kadar karbon monoksida (CO) dari kendaraan

bermotor terhadap pertumbuhan tanaman hias. Untuk mendukung penelitian ini

maka pada awal penelitian dilakukan analisa uji emisi pada kendaraan bermotor

dan digunakan sebagai sumber pemaparan pada rumah tanaman. Data yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel IV.1 Pengukuran Uji Emisi Pada Kendaraan Bermotor

Parameter Hasil Satuan

CO 1,59 %

Sumber: hasil penelitian

IV.2 Hasil Penyer apan Kar bon Monoksida Pada Tanaman Hias

Tumbuhan mempunyai kemampuan menyerap dan mengakumulasi zat

pencemar. Tumbuhan melalui daunnya dapat menangkap partikel karbon

monoksida yang diemisikan kendaraan bermotor.

Menurut Koeppe dan Miller (1970) dalam Siringoringo (2000),

kemampuan tanaman dalam menyerap karbon monoksida sangat dipengaruhi

keadaan permukaan daun tanaman. Hal yang sama juga juga dinyatakan oleh

Strakman (1969) dalam Siringoringo (2000) bahwa kemampuan daun tanaman

(37)

ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur

daun. (Yani,2006)

Perbandingan penurunan konsentrasi gas karbon monoksida pada

masing-masing jenis tanaman dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel IV.2 Hasil Penyerapan Karbon Monoksida pada Tanaman Lidah mertua,

Lili paris, dan Sirih gading

Lidah Mertua Lili Paris Sirih Gading

(38)

tanaman, baik pada tanaman lidah mertua, lili paris, maupun sirih gading. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan lama pemaparan gas buang oleh kendaraan sepeda

motor pada rumah tanaman.

Tabel IV.3 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penyerapan Karbon Monoksida

Pada Waktu Pemaparan 0,5 jam

Waktu Kontak

penyerapan konsentrasi gas karbon monoksida oleh tanaman lidah mertua, lili

paris, dan sirih gading di dalam rumah tanaman. Maka dapat dibuat grafik

pengaruh waktu kontak terhadap penyerapan karbon monoksida pada tanaman

(39)

Gambar IV.1 Grafik Penyerapan Gas Karbon Monoksida Oleh Tanaman

Pada Waktu Pemaparan 0,5 jam

Pada Gambar IV.1 grafik diatas menunjukan nilai penyerapan gas karbon

monoksida pada tanaman lidah mertua pada waktu kontak hari ke 5 sebesar 0,38

ppm. Pada tanaman lili paris pada waktu kontak hari ke 5 sebesar 0,30 ppm,

sedangkan pada tanaman sirih gading sebesar 0,28 ppm. Dari grafik diatas

menujukan bahwa tanaman lidah mertua memiliki tingkat penyerapan yang tinggi

dibanding dengan tanaman lili paris dan sirih gading. Lidah mertua termasuk

tanaman hias yang sering disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat

(40)

Tabel IV.4 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penyerapan Karbon Monoksida

Pada Waktu Pemaparan 1 jam

Waktu Kontak

pemaparan, konsentrasi gas karbon monoksida yang diserap oleh ketiga tanaman

tersebut semakin tinggi setiap harinya.

Gambar IV.2 Grafik Penyerapan Gas Karbon Monoksida Oleh Tanaman

(41)

Pada Gambar IV.2 menunjukan nilai penyerapan gas karbon monoksida

dengan waktu pemaparan 1 jam hasil penyerapan terbaik pada tanaman lidah

mertua. Lidah mertua mampu menyerap gas karbon monoksida sebesar 0,65 ppm

pada hari ke 5, sedangkan lili paris mampu menyerap 0,58 ppm dan sirih gading

menyerap 0,53 ppm pada hari ke 5. Semakin meningkatnya waktu pemaparan

tingkat penyerapan tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading dalam

menyerap gas karbon monoksida juga semakin tinggi tingkat penyerapannya. Dari

ketiga tanaman tersebut lidah mertua yang paling besar tingkat penyerapannya,

karena daun lidah mertua ini tebal dan banyak mengandung air. Oleh karena itu

tanaman lidah mertua sangat tahan kekeringan.

Tabel IV.5 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penyerapan Karbon Monoksida

Pada Waktu Pemaparan 1,5 jam

Waktu Kontak

pemaparan, konsentrasi gas karbon monoksida yang diserap oleh ketiga tanaman

(42)

Gambar IV.3 Grafik Penyerapan Gas Karbon Monoksida Oleh Tanaman

Pada Waktu Pemaparan 1,5 jam

Pada Gambar IV.3 pada waktu pemaparan 1,5 jam penyerapan gas karbon

monoksida pada tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading semakin tinggi

nilai penyerapan setiap harinya. Selain itu dapat dilihat pula kenaikan kemampuan

tanaman dalam menyerap konsentrasi gas karbon monoksida semakin meningkat

setiap harinya selama 5 hari.

Dapat terlihat diatas terjadi kenaikan penyerapan konsentrasi gas karbon

monoksida pada tanaman terhadap lamanya waktu pemaparan. Semakin lama

waktu pemaparan semakin besar kemampuan tanaman lidah mertua, lili paris, dan

sirih gading dalam menyerap gas karbon monoksida. Bahkan kenaikan

penyerapan gas karbon monoksida pada hari selanjutnya cenderung untuk

konstan.

Pada penelitian ini setiap hari tanaman penelitian disiram. Waktu yang

(43)

sempel daun dari tanaman yang akan diuji berapa besar gas karbon monoksida

yang diserap. Dengan kondisi seperti ini, tanaman cukup memiliki air untuk

menjaga kelembapannya. Oleh karena itu stomata pada daun yang dipakai sebagai

jalan keluar masuknya udara dan gas – gas akan terbuka. Semakin tinggi tingkat

kelembapannya maka rongga stomata akan semakin terbuka lebar. Hal ini

memungkinkan udara sebanyak – banyaknya melewati stomata.

Mengindikasikan adanya faktor lain yang mempengaruhi perbedaan

kecepatan tumbuh tanaman adalah paparan emisi polutan kendaraan bermotor.

Paparan emisi polutan kendaraan bermotor juga dapat menyebabkan gejala

kerusakan pada tanaman.

Dari analisa kandungan gas karbon monoksida dapat diketahui bahwa

ditemukan adanya kandungan gas karbon monoksida yang semakin banyak dalam

daun lidah mertua, lili paris, dan sirih gading. Hal ini disebabkan karena semakin

lama gas buang pada rumah tanaman, maka konsentrasi gas karbon monoksida

pada rumah tanaman semakin besar dan semakin besar pula kemampuan daun

lidah mertua, lili paris, dan sirih gading dalam menyerap gas karbon monoksida

dalam rumah tanaman.

Penyerapan konsentrasi gas karbon monoksida terbesar dilakukan oleh

tanaman lidah mertua dibandingkan dengan tanaman lili paris dan sirih gading.

Dalam waktu pemapran 1,5 jam pada hari ke 5 tanaman lidah mertua ini dapat

menyerap konsentrasi gas karbon monoksida sebesar 0,78 ppm, sedangkan lili

paris sebesar 0,70 ppm dan sirih gading sebesar 0,55 ppm. Dari segi morfologi

(44)

disbanding tanaman lili paris dan sirih gading. Daunnya tumbuh memanjang ke

atas 30 – 100 cm. Dengan dimilikinya permukaan daun yang lebih luas maka hal

ini menunjang penyerapan udara khususnya gas karbon monoksida melalui

stomata yang terbesar di permukaan daunnya. Proses pembersihan udara dari gas

beracun oleh lidah mertua dilakukan saat tanaman ini bernapas. Pada saat itu,

lidah mertua menyerap polutan seperti karbon monoksida dan gas beracun

lainnya. Polutan atau gas beracun yang telah diserap stomata akan memasuki

system metabolisme dalam tubuh. Polutan yang telah diserap kemudian dikirim ke

akar.

Tanaman lidah mertua ini juga cocok untuk dijadikan tanaman penghijauan

kota di Surabaya. Hal ini dikarenakan keistimewaan lidah mertua adalah memiliki

daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Daun tumbuhan ini tebal dan

banyak mengandung air sehingga sangat tahan kekeringan. Akan tetapi, dalam

kondisi lembap atau basah, ia jg bias tumbuh subur. Selain itu lidah mertua juga

sangat terjangkau harganya dan mudah ditemukan.

Menurut penelitian yang dilakukan Badan Antariksa Amerika Serikat

(NASA) telah menemukan bukti-bukti bahwa tanaman ini secara alami mampu

memerangi Sick Building Syndrome yaitu salah satu fenomena gangguan

kesehatan yang berkaitan dengan kualitas udara dalam ruangan. Fenomena

tersebut gejala awalnya adalah sakit tenggorokan berkepanjangan, badan cepat

(45)

IV.3 Kemampuan Penyer apan Tanaman Hias Ter hadap Gas Kar bon

Monoksida

Pada pembahasan ini juga menganalisa pengaruh antara hasil percobaan

yaitu selama 5 hari dengan persentase penyisihan gas konsentrasi gas karbon

monoksida yang dilakukan. Dari hasil yang didapatkan persentase penyisihan gas

karbon monoksida terhadap masing – masing jenis tanaman menunjukan kondisi

naik turun yang cenderung stabil.

Tabel IV.6 Persentase Penyerapan Konsentrasi Gas Karbon Monoksida Terhadap

Tanaman Hias

Waktu Kontak

( Hari )

% Penyerapan CO

Jenis Tanaman dan Waktu Pemaparan

Lidah Mertua Lili Paris Sirih Gading

0.5 1 1.5 0.5 1 1.5 0.5 1 1.5

1 6.92 15.09 22.64 5.03 11.95 17.61 3.77 8.81 13.21

2 17.61 25.79 33.96 13.21 20.13 28.93 8.81 17.61 24.53

3 19.50 32.70 45.91 16.98 25.79 40.88 15.09 22.64 32.08

4 21.38 37.74 47.17 17.61 35.22 42.77 16.35 30.19 33.33

(46)

Gambar IV.4 Kemampuan Penyerapan (%) Tanaman Hias Terhadap Gas Karbon

Monoksida Pada Waktu Pemaparan 0,5 Jam

Dari grafik diatas dapat diketahui adanya selisih prosentase penyerapan gas

karbon monoksida pada pengasapan waktu pemaparan 0,5 jam pada hari ke satu

antara tanaman lidah mertua sebesar 6,92%, lili paris sebesar 5,03%, dan sirih

gading sebesar 3,77%. Sedangkan pada hari ke lima penyerapan gas karbon

monoksida mengalami peningkatan pada tanaman lidah mertua sebesar 23,90%,

lili paris sebesar 18,87%, dan sirih gading sebesar 17,61%. Dari hari pertama

sampai hari kelima tanaman yang paling besar tingkat penyerapannya adalah lidah

mertua. Karena tiap helai daun lidah mertua terdapat zat yang bernama pregnane

glycoside, yaitu suatu zat yang dapat menguraikan zat peracun menjadi senyawa

organic, gula, dan asam amino. Lidah mertua termasuk tanaman hias yang sering

disimpan di dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi dengan

(47)

Gambar IV.5 Kemampuan Penyerapan (%) Tanaman Hias Terhadap Gas

Karbon Monoksida Pada Waktu Pemaparan 1 Jam

Berdasarkan dari hasil Gambar IV.5 grafik diatas juga diketahui hasil

efisiensi penyerapan gas karbon monoksida terhadap tanaman terbaik pada waktu

sampling hari ke lima pada tanaman lidah mertua sebesar 40,88%, lili paris

36,48%, dan sirih gading 33,33%. Semakin meningkatnya waktu pemaparan

semakin besar konsentrasi gas karbon monoksida yang diserap oleh ketiga

tumbuhan tersebut. Dari ketiga tanaman tersebut lidah mertua yang paling besar

(48)

Gambar IV.6 Kemampuan Penyerapan (%) Tanaman Hias Terhadap Gas

Karbon Monoksida Pada Waktu Pemaparan 1,5 Jam

Dari Gambar IV.6 diatas menunjukan grafik penyerapan konsentrasi gas

karbon monoksida oleh tanaman lidah mertua, lili paris, dan sirih gading. Efisiensi

penyerapan konsentrasi gas karbon monoksida bergantung pada lamanya waktu

pemaparan dan lamanya waktu sampling itu diuji. Pada hari pertama tanaman

lidah mertua menyerap sebesar 49,06%, tanaman lili paris menyerap sebesar

44,03%, dan sirih gading dapat menyerap sebesar 34,59%. Dari ketiga tanaman

tersebut yang paling besar menyerap konsentrasi gas karbon monoksida adalah

tanaman lidah mertua.

Lidah mertua ini mempunyai proses pembersihan udara dari gas beracun

seperti karbon monoksida dilakukan pada saat tanaman ini bernapas. Polutan yang

diserap stomata kemudian dikirim ke akar, pada bagian akar, dan mikroba

melakukan proses detosifikasi. Melalui proses ini, mikroba akan menghasilkan

(49)

dihasilkan gas yang bermanfaat bagi manusia yaitu berupa oksigen. Proses ini

berlangsung selama lidah mertua masih hidup.

Kemampuan penyerapan polutan setiap tanaman berbeda-beda yang

mempengaruhi hal ini adalah karakteristik morfologi daun, seperti ukuran dan

bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga tekstur daun. Secara

umum lidah mertua berdaun tebal serta ujung daunnya runcing atau berduri dan

mampu menyimpan air dalam jumlah yang banyak pada seluruh bagian daun.

Sedangkan lili paris memunyai daun melengkung mirip pita panjangnya bervariasi

antara 10-40 cm dengan lebar 1,5-2,5 cm, daun sirih gading berbentuk

menyerupai hati dan bertangkai selain itu daun sirih gading tumbuh berselang

seling dari batangnya.

(50)

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Semakin lama waktu pemaparan dan waktu kontak, semakin tinggi

tingkat penyerapan tanaman dalam menyerap gas karbon monoksida.

2. Dari hasil penelitian pada waktu pemaparan 0,5 jam, 1 jam, dan 1,5

jam hasil penyerapan gas karbon monoksida yang tertinggi dicapai

dalam waktu pemaparan 1,5 jam.

3. Tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang memiliki kemampuan

terbesar dalam penurunan konsentrasi gas karbon monoksida

dibandingkan dengan tanaman lili paris dan sirih gading.

4. Tanaman lidah mertua dengan waktu pemaparan 1,5 jam pada waktu

kontak hari ke 5 dapat menyerap 49,06 %, sedangkan lili paris

menyerap 44,03 % dan sirih gading menyerap 34,59 % gas karbon

monoksida.

V.2 Sar an

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, maka saran yang

diberikan adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh gas karbon

monoksida terhadap tanaman pada waktu pemaparan dan waktu kontak

(51)

akar tanaman.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji kemampuan jenis

(52)

Gramedia. Jakarta

Dewi, Asofia Ftria. 2010. Tugas akhir: Pemanfaatan Tanaman Kangkung Dalam Mereduksi Polutan Pb Pada Kendaraan Bermotor. Teknik Lingkungan FTSP- UPN Jatim. Surabaya. Maulana, Rizky Yusup. 2004. Tugas akhir: Identifikasi Respon Anatomi Daun Dan Pertumbuhan Kenari, Akasia Dan Kayu Manis Terhadap Emisi Gas Kendaraan Bermotor. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Setiono. 2010. Mekanisme Penyerapan Nutrisi Mineral Tanaman. http://setiono774.blogspot.com/2010/11/mekanisme-penyerapan-nutrisi-mineral.html

Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara (Kumpulan Karya Ilmiah). Penerbit ITB. Bandung.

Sulianta, Feri dan Randy Yonathan. 2009. Tanaman Indor Anti Polutan. Lily Publisher. Yogyakarta.

Widhowati, Putri. 2008. Tugas akhir: Analisa Kemampuan Tanaman Lidah Mertua (Sasevieria sp.) Dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis) Dalam Penurunan Konsentrasi Gas CO. Teknik Lingkungan FTSP- ITS. Surabaya.

Gambar

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapan Penelitian Skripsi
Tabel IV.2 Hasil Penyerapan Karbon Monoksida pada Tanaman Lidah mertua,
Tabel IV.3 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Penyerapan Karbon Monoksida
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan yang digunakan sebagai kajian teknis dan kajian ekonomis penerapan BAPV yaitu bangunan Gedung Politeknik Aceh dengan posisi penempatan modul surya yaitu pada posisi

Proses bimbingan oleh guru pamong baik saat mengajar terbimbing maupun mengajar mandiri dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan mengajar. Mahasiswa praktikan

49 Gambaran yang dapat dijumpai pada foto polos sangat beragam dalam hal perluasan lesi, lokasi serta tingkatan perdarahan yang ditunjukkan sebagai destruksi tulang dari

Sebagai warga, masyarakat Desa Tajau Pecah begitu sadar bahwa mereka hidup dalam satu lingkungan yang saling membutuhkan, sehingga interaksi-interaksi yang

Terdapat sejumlah kajian terdahulu tentang faktor heterogenitas yang mempengaruhi bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan dengan fokus dan tujuan

Lebih lanjut Suprayekti dan Agustyarini (2015: 24) menjelaskan bahwa anak laki-laki dan perempuan pada dasarnya memiliki pesamaan dan perbedaan. Perbedaannya pada

titik A dan B yang berjarak 20 cm dari kawat dengan rapat muatan λ=10 mC/m seperti pada gambar.. Contoh soal untuk kawat

belajar dan pada akhirnya akan mendapatkan hasil belajar yang lebih memuaskan.Model pembelajaran learning cycle 5E membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses