• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Apr il-6 Mei 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi Pada FISIP UPN ”Veter an”

J awa Timur

Oleh : Betha Adityangga

0543310452

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Majalah Tempo Edisi 30 Apr il-6 Mei 2012)

Disusun Oleh :

BETHA ADITYANGGA NPM. 0543310452

Telah disetujui umtuk mengikuti Ujian Skr ipsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si NPT: 3 7006 9400351

Mengetahui D E K A N

(3)

Majalah Tempo Edisi 30 Apr il-6 Mei 2012)

Oleh :

BETHA ADITYANGGA NPM. 0543310452

Telah diper tahankan di hadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Sk r ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas

Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal

Pembimbing Utama Tim Penguji:

1.

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si NPT: 3 7006 9400351 NPT: 3 7006 9400351

2.

J uwito, S.Sos, M.Si

NPT: 3 6704 95 00361

3.

NIP/NPT:

Mengetahui, D E K A N

(4)

TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Kar ikatur di Majalah Tempo Edisi 30 Apr il-6 Mei 2012)

Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai fenomena di masyarakat.

Landasan teori penelitian ini adalah Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa, Karikatur, Semiotika, Semiotik Charles Sanders Pierce, Klasifikasi Tanda, Tipografi, Konsep Komunikasi Verbal, Konsep Ekspresi Wajah, Konsep Warna, Konsep Makna, Konsep Laki-Laki, Konsep Kursi, Konsep Mahkota, Konsep Lumpur, Konsep Tanah, Konsep Baju, Celana dan Rambut, serta Konsep Menarik.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis semiotik milik Pierce dan metode deskriptif. Corpus dari penelitian ini adalah gambar karikatur di Majalah Tempo edisi 30 April-6 Mei 2012

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tengah terjadi permasalahan di dalam tubuh Partai Golkar, menyangkut rencana pemilihan Aburizal Bakrie sebagai calon tunggal yang akan diusung Partai Golkar dalam bursa pemilihan Presiden tahun 2014 mendatang.

Kesimpulan bahwa keinginan Aburizal Bakrie menjadi calon presiden, harus melalui kesepakatan seluruh internal partai, agar tidak terjadi perselisihan. Kata Kunci : Semiotika, Kar ikatur , Majalah Tempo.

ABSTRACT

BETHA ADITYANGGA, CARICATURE MEANING of TEMPO MAGAZINE (Study Semiotika About Caricature Meaning in Tempo Magazine Edition April 30-Mei 6, 2012).

This research is try to uncover the meaning contained on caricature featured as critical expression against many phenomenon that happening in society. Theoritical basic of this research is Magazine as a Mass Media Communication, Caricature, Semiotics, Charles Sanders Pierce semiotic, Sign Classification, Typhography, Verbal Communication Concept, Face Expression, Colour Concept, Meaning Concept, Men Concept, Chair Concept, Crown Concept, Mud Concept, Soil Concept, Cloth Concept, Pants Concept, Hair Concept and Interesting Concept.

This research is using qualitative descriptive method with using analysis Pierce property and using descriptive method. Corpus of this research is caricature picture in Tempo Magazine edition April 30-Mei 6, 2012.

In this research obtained result that something happen inside of organization that concern plan of Aburizal Bakrie election as a single candidat in Presiden election 2014.

Conclusion that Aburizal Bakrie’s obsession became a single candidat Presiden is still have an agreement through entire member, in order to dispute does not happened.

(5)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul PEMAKNAAN KARIKATUR DI MAJ ALAH TEMPO (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Kar ikatur di Majalah Tempo Edisi 30 Apr il-6 Mei 2012) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis. Penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu DRA. HJ. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 5. Orangtua penulis yang telah memberikan do’a, perhatian, dukungan dan

(6)

dan semangat yang tanpa henti.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 29 Mei 2012

(7)

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN MENGIKUTI UJ IAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... . viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Kegunaan Penelitian... 8

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 9

2.1.Landasan Teori... 9

2.1.1. Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa ... 9

2.1.2. Karikatur ... 15

2.1.2.1. Jenis-jenis Karikatur... 16

2.1.3. Semiotika ... 17

2.1.4. Semiotik Charles Sanders Pierce ... 18

2.1.5. Klasifikasi Tanda ... 22

(8)

2.1.8. Konsep Ekspresi Wajah... .. 25

2.1.9. Konsep Warna... 26

2.1.10.Konsep Makna ... 30

2.1.11.Konsep Laki-Laki... 33

2.1.12.Konsep Kursi... 35

2.1.13.Konsep Mahkota... 36

2.1.14.Konsep Lumpur... 37

2.1.15.Konsep Tanah... 38

2.1.16.Konsep Baju, Celana dan Rambut... 38

2.1.17.Konsep Kata Menarik... 40

2.1.18.Konsep Kata Menaiki... 40

2.1.19.Babak Awal Pertarungan Internal Partai Golkar ... 40

2.1.20.Aburizal Bakrie VS Akbar Tandjung ... 41

2.2.Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

3.1. Definisi Operasional ... 46

3.1.1. Definisi Operasional Konsep ... 47

3.1.2. Karikatur ... 47

3.1.3. Semiotika ... 47

3.1.4. Permasalahan di Indonesia ... 48

3.2. Kerangka Konseptual ... 48

(9)

3.2.2.1. Ikon ... 49

3.2.2.2. Indeks ... 50

3.2.2.3. Simbol ... 52

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 55

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian... 55

4.1.1. Gambaran Umum Majalah Tempo... 55

4.1.2. Sejarah Majalah Tempo... 56

4.1.3. Gambaran Umum Rubrik Kartun pada Majalah Tempo... 59

4.2. Penyajian Data... 59

4.2.1. Ikon... 61

4.2.2. Indeks... 67

4.2.3. Simbol... 71

4.3. Pemaknaan Keseluruhan Gambar Karikatur di Majalah Tempo edisi 30 April -62 Mei 2012... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 89

5.1. Kesimpulan... 89

5.2. Saran... 91

(10)

Halaman Gambar 1. Model Semiotika Pierce... 20 Gambar 2. Model Kategori Tanda... 21 Gambar 3. Bagian Kerangka Berpikir Penelitian tentang Pemaknaan

(11)

Halaman Lampiran 1. Gambar Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei

(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia, dalam rangka bersosialisasi dan tukar-menukar informasi terhadap sesama. Informasi tersebut dapat berupa lisan, tulisan, gambar, bahasa isyarat maupun tingkah laku yang mendukung tercapainya penyampaian informasi. Sebagai kebutuhan esensial dan seiring dengan berkembangnya pengetahuan manusia, maka proses komunikasi dilakukan manusia dengan menggunakan media komunikasi yang mampu mendukung tercapainya proses tersebut. Media atau saluran komunikasi merupakan alat penyampaian atau pengiriman pesan, misalnya media cetak dan elektronik.

Dewasa ini orang-orang semakin cerdas, dan tidak terelakkan memiliki akses terhadap media. Mereka membaca buku atau koran, mendengarkan radio, menonton televisi, atau media massa lainnya. Namun, tidak ada jaminan bahwa menjadi cerdas juga memiliki kecerdasan bermedia (media literacy).

(13)

suatu latar kultural untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk yang merupakan nilai dalam suatu kultur. Oleh sebab itu, kecerdasan dapat diasah melalui media. ( http://kajiankomunikasi.wordpress.com/2008/09/19/cerdas-dari-media-dan-cerdas-bermedia/diakses 05/05/2012, 10.35)

Menurut Effendy (2003:37) media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern. Misalnya kentongan, bedug, pagelaran kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, radio. Dan televisi yang pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai media tulis atau cetak, visual, aural, dan audio visual. Untuk mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan.

Diantara beberapa jenis media tersebut, media cetak seperti majalah memiliki ciri khas dibandingkan dengan media massa lainnya. Majalah adalah suatu bentuk informasi yang di dalamnya berupa kategori-kategori apa saja. Baik dalam bentuk artikel, iklan, berita dan cerita. ( http://www.anneahira.com/majalah-gaul-5736/diakses 05/05/2012, 11:15)

Pesan melalui media cetak diungkapkan dengan huruf-huruf mati, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak berperan secara aktif. Karena itu berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain, pada media cetak harus disusun sedemikian rupa, sehingga mudah dicerna oleh khalayak.

(14)

dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi. (Effendy, 2000:313 314). Sebagai media massa, majalah diterbitkan oleh instansi tertentu yang bertanggungjawab terhadap semua materi pemberitaannya, karena hal mendasar dalam komunikasi massa adalah keterlibatan lembaga walaupun interpretasi dan opini personal tetap sangat dibutuhkan dalam proses pengemasan materi komunikasi, sebagaimana diungkapkan oleh Gerbner dalam Ardianto (2007:5) bahwa “komunikasi massa itu melibatkan lembaga”. Dapat didefinisikan bahwa komunikasi massa adalah aktivitas berkomunikasi yang melibatkan perantara berupa sistem produksi dan distribusi pesan secara massal dengan mengatasnamakan lembaga tertentu bukan perorangan, sebuah lembaga yang mampu memproduksi dan mendistribusikan pesan secara massal dalam bentuk tertentu yang lebih dikenal sebagai media massa.

Selama ini, media cetak seperti majalah tidak hanya berperan sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi juga mempunyai suatu karakteristik yang menarik. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini (1991:11) mengatakan bahwa fungsi pers yaitu memberikan informasi, hiburan dan kontrol sosial. Fungsi pers sebagai kontrol sosial adalah yang terpenting, karena pada hakekatnya dianggap sebagai kekuatan keempat yakni dalam menjalankan kontrol masyarakat terhadap pemerintahan, baik berupa dukungan maupun kritikan.

(15)

ada yang tidak secara jelas ditampilkan oleh penulis (tersirat). Isi rubrik merupakan pokok masalah yang dibicarakan dalam rubrik. Rubrik memuat isi dan pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Isi rubrik merupakan hal pokok yang dibahas dalam rubrik. Sementara itu pesan rubrik merupakan anjuran atau nasihat penulis yang terdapat dalam rubrik yang ditujukan kepada pembaca. Secara implisit kontrol sosial dapat dilakukan salah satunya adalah dengan tampilan karikatur. Disamping melengkapi dan memberikan hiburan selain berita-berita utama yang disajikan, keberadaan karikatur pada majalah juga dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada masyarakat.

Dalam mewakilinya di media cetak, karikatur merupakan salah satu unsur terpenting, bahkan tak terpisahkan disamping rubrik, opini, dan artikel pilihan lainnya. Bagi pembaca atau setidak-tidaknya para pembaca awam, karikatur membawa arti komunikasi yang cukup penting. Ketika pesan tak bisa lagi tersampaikan dalam bentuk tulisan, maka karikatur seringkali justru bermakna penting karena bisa diinterpretasikan menurut pengalaman personal. Fakta-fakta yang kadang merupakan peristiwa pahit bisa dikemukakan tanpa menyinggung perasaan (Dan Nimmo. 1993:46).

(16)

dalam gambar karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar karikatur adalah makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar karikatur tersebut merupakan simbol yang disertai maksud (signal) yang dinamakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima). (Van Zoest: 1996,3).

Menurut Prof. Imam Buchori Zainuddin, salah seorang dosen FSRD ITB, kartun adalah gambar, yang melukiskan adegan tentang perilaku manusia dengan berbagai kiprahnya dalam kehidupan sosial, baik diungkapkan secara simbol atau representasional dengan cara-cara humor, atau cara-cara yang satiris. (http://www.fikom.unpad.ac.id/?page=detailartikel&id=82/diakses 05/05/2012, 14:50)

(17)

Pemilihan gambar karikatur di majalah Tempo edisi 30 April-6 Mei 2012 sebagai objek penelitian, dikarenakan gambar karikatur tersebut merupakan penggambaran dari peristiwa yang hangat dan sedang terjadi dalam Partai Politik tanah air. Partai politik yang dimaksud adalah Partai Golongan Karya (Golkar), dimana saat ini sedang mengalami konflik internal partai sehubungan dengan penetapan calon tunggal Capres yang diusung Partai Golkar.

(18)

bahasa Inggris. Majalah Tempo yang pertama kali terbit sejak Maret 1971 pada era pemerintahan Presiden Soeharto, dikenal kritis terhadap kebijakan pemerintah. Bahkan tidak jarang majalah Tempo juga “menyerang” pengusaha-pengusaha kelas kakap yang sering merugikan rakyat. Tempo adalah media independen yang tidak memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah.

(http://anneahira.com/majalah-tempo.htm/diakses 05/05/2012, 17:50)

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah studi semiologi untuk mengetahui pemakaman karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012?

1.3. Tujuan Penelitian

(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

Manfaat / kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian adalah : 1. Manfaat Teoritis, yaitu :

1) Menambah perbendaharaan karya ilmiah di bidang komunikasi.

2) Memberikan sumbangsih pemikiran pada kajian Ilmu Komunikasi, terutama mengenai Studi Semiotika.

3) Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya 2. Manfaat Praktis, yaitu :

(20)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teor i

2.1.1. Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Kegiatan komunikasi adalah penciptaan interaksi perorangan dengan menggunakan tanda-tanda yang tegas. Komunikasi massa berfungsi menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. (Effendy, 2003:80)

Komunikasi massa adalah komunikasi terpenting dalam kehidupan manusia. Banyak definisi tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi. Namun, dari sekian banyak definisi itu terdapat benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa) yang dihasilkan oleh teknologi

(21)

Menurut Gerbner (1967) dalam Rakhmat (2002:188) Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang dilakukan melalui media massa modern meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).

Secara teoritis, berbagai media massa memiliki fungsi sebagai saluran informasi, seluruh pendidikan, dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberikan efek lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak hanya mempengaruhi sikap seseorang namun pula dapat mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.

Hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam waktu pendek sehingga dengan cepat dapat mempengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan-perubahan dalam waktu yang lama. McQuail menjelaskan bahwa :

(22)

Berkaitan dengan efek media massa maka salah satu media massa yang juga dapat memberikan efek kepada khalayaknya adalah majalah. Majalah (magazine) adalah publikasi atau terbitan berkala yang memuat berbagai artikel berita olahan (depth reporting), berita investigasi, cerita, dongeng, mitos dan legenda. Majalah dicetak dalam lembaran kertas berukuran kuarto, folio, atau bahkan lebih kecil dan dengan ciri-ciri utama dijilid seperti buku. Berdasarkan visi dan segmentasi pembacanya, secara umum bentuk majalah terbagi atas majalah foto, majalah anak-anak, majalah berita, majalah ilmiah, danlain-lain. Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi dalam lima kategori utama, yaitu:

1. General Consumer Magazine (majalah konsumen umum) 2. Business Publication (majalah bisnis)

3. Literacy Reviews and Academic Journal (kritik sastra dan majalah ilmiah) 4. Newsletter (majalah khusus terbita berkala)

5. Public Relations Magazines (Majalah Humas)

(http://www.scribd.com/doc/29524999/13/Karakteristik-Majalah/diakses

05/05/2012, 15:10)

(23)

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat, faktual dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, artinya informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi Kontrol sosial atau koreksi. Pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam suatu masyarakat atau negara.

5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi mampu menjadi fasilitator atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.

(24)

1. Awal Kemerdekaan

Majalah Revue Indonesia yang diterbitkan oleh Soemanang, SH telah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Terbit semuanya dengan satu tujuan, yaitu menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat. 2. Jaman Orde Lama

Penguasa Perang Tertinggi mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbit surat kabar dan majalah di seluruh Indonesia. Pedoman itu intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar. Pada masa ini perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah yang terbit.

3. Jaman Orde Baru

Banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang semakin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang semakin maju.

(25)

perempuan, remaja laki-laki, anak-anak, ilmiah popular, umum, hukum, pertanian, humor, olahraga dan daerah.

Fungsi majalah mengacu pada sasaran khalayak yang spesifik. 1. Kekuatan majalah

(a) Sasaran khalayak jelas, karena lebih tersegmen dan terspesialisasi

(b)Majalah dapat mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak sasaran terhadap prestige majalah tersebut.

(c) Usia edar majalah lebih panjang daripada surat kabar. (d)Kualitas visual lebih baik daripada surat kabar

(e) Efektif untuk pesan iklan yang berbau promosi penjualan 2. Kelemahan Majalah

(a) Fleksibelitas kurang, karena ada deadline dalam pembuatan final artwork iklan

(b)Biaya pencetakan tinggi karena kualitas visual yang lebih bagus

(c) Biasanya tidak memiliki ready stock, karena distribusi majalah umumnya lambat dan jaringan distribusi kurang tepat sasaran

3. Karakteristik Majalah

Majalah adalah media yang memiliki organisasi sederhana, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, seperti berikut:

(26)

(c) Cover/sampul sebagai daya tarik

2.1.2. Kar ikatur

Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya orang terkenal dengan “mempercantiknya” dengan penggambaran ciri khas lahiriyahnya untuk tujuan mengejek. (Sudarta, 1987 dalam Sobur, 2006:136)

Senada dengan Sudarta, Pramono berpendapat bahwa sebetulnya karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagian berarti menjadi kartun opini. Dengan kata lain, yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah political cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain editorial, atau tajuk rencana dalam

versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai karikatur. (Sudarta, 1987 dalam Sobur, 2006:139).

Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8).

(27)

disajikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik. (Sobur, 2006:140).

2.1.2.1. J enis-jenis Kar ikatur

Adapun jenis-jenis karikatur adalah sebagai berikut: 1. Hanya ber upa satu tampilan saja

Dimana didalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan tulisan- tulisan. Biasanya komik tipe kartun/karikatur ini berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran) yang mana dari gambar tersebut dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya.

Contoh:

Bisa dilihat pada surat kabar maupun majalah dimana suka menampilkan gambar kartun/karikator dari sosok tokoh tertentu yang maknanya sebagai kritikan dan sindiran bahkan terkadang dikemas dengan lucu serta menghibur. 2. Komik Potongan (Comic Str ip)

(28)

humor/banyolan atau cerita yang serius yang asik untuk disimak setiap periodenya hingga tamat.

Contoh:

- Panji Koming di surat kabar Kompas

- Gibug (Komik Potongan yang dijadikan buku saku) 3. Buku Komik (Comic Book)

Alunan gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini acap kali disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam Buku Komik berisikan 32 halaman, biasanya pada umumnya ada juga yang 48 halaman dan 64 halaman, dimana didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain. Buku Komik seperti ini bisa kamu dapatkan di toko-toko buku atau toko-toko komik maupun lapak-lapak.

2.1.3. Semiotika

Secara etimologi, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semelon yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979:16) dalam Sobur (2006:95).

(29)

mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memakai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179;Kurniawan, 2001 dalam Sobur, 2006:15).

2.1.4. Semiotik Char les Sander s Peir ce

Model dasar semiotik dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913), yang pada perkembangannya sangat mempengaruhi model-model berikutnya. Peirce menekankan pada hubungan antara tanda, obyek dan peserta komunikasi. Hubungan antara ketika unsur tersebut adalah untuk mencapai suatu makna, terutama antara tanda dan obyeknya. Karena itu hubungan antara ketiganya disebut hubungan makna. Bila Peirce menekankan pada fungsi logika tanda, maka Saussure yang dianggap sebagai pendiri linguistik modern, lebih menekankan pada hubungan dari masing-masing tanda, dan menurut Saussure tanda merupakan obyek fisik yang penuh dengan berbagai makna. Saussure tidak perlu memperhatikan realitas dari makna seperti yang dikemukakan oleh Peirce. (Bintoro, 2002:12)

(30)

Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema “kebenaran” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda-tanda (gambar, kata-kata, dan lainnya) dalam format sebuah kartun editorial. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian in adalah bagaimana suatu peristiwa dalam masyarakat dipandang, dituangkan dan dinilai. Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Hal itulah yang kemudian dijadikan alasan penggunaan model Peirce, karena Peirce dalam hal ini termasuk pada bidang studi semiotik budaya tempat kode-kode dan tanda-tanda digunakan.

Teori semiotik Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan objek yang dirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretan. Peirce menjelaskan modelnya sebagai berikut “A sign is somethingwhich stands to somebody for something in the respect or capacity. It addresses somebody that is, creates in the mind of that person an

equivalent sign, or perhaps a more developed sign. The sign which it creates I call

interpretant of the first sign. The sign for something, its object. (Tanda adalah

(31)

Model semiotik Peirce dapat digambarkan dalam bentuk segitiga seperti berikut :

Gambar 2.1. Model Semiotik Pierce

Sumber: Fiske (2006:42)

Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, yaitu objek dipahami oleh seseorang. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretan merupakan konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman pengguna tanda terhadap sebuah objek. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang maka muncul makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Diantara ketiganya, interpretanlah yang paling sulit dipahami. Interpretan adalah tanda sebagaimana diserap oleh benak kita, sebagai hasil penghadapan kita dengan tanda itu sendiri.

Sign

(32)

Berdasarkan objeknya Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Model kategori Tanda

Sumber : Fiske (2006:47)

Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari hakekat tanda. Peirce mengungkapkannya sebagai berikut:

1. Ikon

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripan). Misalnya adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau yang ada dalam peta tersebut. 2. Indeks

Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya. Misalnya adalah asap sebagai tanda adanya api.

Icon

(33)

3. Simbol

Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian). Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya merupakan simbol yang menandakan ketidaksetujuan yang termasuk secara konvensional. (Sobur, 2003:41).

2.1.5. Klasifikasi Tanda

Berdasarkan berbagai klasifikasi tanda, Pierce membagi tanda menjadi sepuluh jenis:

1. Qualisign, yakni kualitas sejauh mana yang dimiliki tanda. 2. Icosonic Sinsign, yakni tanda memperlihatkan kemiripan.

3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung yang secara langsung menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan sesuatu.

4. Dicent Legisign, yakni tanda yang menginformasikan memberikan informasi tentang sesuatu.

5. Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma.

6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu.

(34)

8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum.

9. Dicent Symbol atau Proposition, merupakan tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak.

10.Argument, yakni tanda yang merupakan inferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu.

2.1.6. Tipografi

Sudah menjadi rahasia umum dalam tanah media komunikasi visual, topografi merupakan unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan. Dalam perkembangannya, ada lebih dari seribu macam huruf Romawi atau latin yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut sejatinya hasil dari perkawinan silang dari lima jenis huruf berikut ini.

1. Huruf Romein, garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang hurufnya. 2. Huruf Egyptian, garis hurufnya memiliki ukuran yang sama tebal pada

setiap sisinya. Kaki atau kiatnya berbentuk lurus atau kaku.

3. Huruf Sans Serief, garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kaki atau kait.

(35)

5. Huruf Script, jenis huruf ini mempunyai tulisan tangan dan bersifat spontan. (Tinarbuko, 2008:28-29).

Sementara itu, Danton Sihombing (2001:96) mengelompokkan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya :

1. Old Style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamond. 2. Transisional, jenis huruf ini meliputi: Baskerville, Perpetua, Times new

Roman.

3. Modern, jenis huruf in imeliputi: Bodoni

4. Egyptian atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa

5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Githic, Futura, Gill Sans, Optima,

Dengan demikian, keberadaan topografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. Sebab melalui perencanaan dan pemilihan topografi yang tepat baik untuk ukuran, warna, dan bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbalnya. (Tinarbuko, 2008:29-30)

2.1.7. Konsep Komunikasi Nonver ba l

Manusia dalam berkomunikasi, selain memakai kode verbal (bahasa) juga menggunakan kode nonverbal. Kode nonverbal biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language). (Cangara, 2008:103)

Oleh sebab itu, Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaan kode nonvernal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk:

(36)

2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity) 4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum

sempurna.

Secara sederhana, komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang memiliki nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak sengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. (Mulyana, 2000:343)

2.1.8. Konsep Ek spr esi Wajah

(37)

bingung, puas) dianggap “campuran” yang umumnya bergantung pada interpretasi. (Mulyana, 2000:377)

Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dipengaruhi oleh budaya. Laki-laki dan perempuan memiliki cara yang berbeda. Dalam suatu budaya pun terdapat kelompok-kelompok yang mengunakan ekspresi wajah secara berbeda dengan budaya dominan. Pearson, West dan Turner (dalam Mulyana, 2000:378) melaporkan bahwa dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih banyak menggunakan ekspresi wajah dan lebih ekspresif. Oleh sebab itu, ekspresi wajah boleh saja sama, tapi makna bisa berbeda.

2.1.9. Konsep War na

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti: merah, kuning, hitam dan putih makna konotatif yang berbeda. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutp Mulyana (2003:260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam. Dalam beberapa kepercayaan, warna-warna seperti hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa. Hitam tidak dan dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negate, misalnya: daftar hitam, dunia hitam dan kambing hitam.

(38)

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang suatu hal, misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun dibeberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari situasi

Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam budaya barat. sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat. (Mulyana, 2003:376)

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro (1992) dalam bukunya Periklanan memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri di benak khalayak, diantaranya:

1. Merah

(39)

2. Oranye

Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan dan independent.

3. Kuning

Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan optimis dan termasuk pada golongan warna yang mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.

4. Merah Muda

Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra, keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam kebudayaan di bumi.

5. Hijau

(40)

keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri, posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya, keras kepala dan berpendirian tetap.

6. Biru

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual, kelembutan, dinamis, air, laut, kreativitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran, pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatif, persahabatan dan harmoni kasih sayang, kalem, ketenangan, menenangkan namun jua dapat berarti dingin dan depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.

7. Abu-abu

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, professional, kualitas, diam dan tenang.

8. Putih.

(41)

9. Hitam

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

10.Ungu/Jingga

Ungu/jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan ketiga, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, upacara, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi, ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, independensi, kontemplasi dan meditasi, ambisi, kemewahan, kekayaan, feminin, artistik, kuno dan romantik.

11.Cokelat

Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Cokelat juga memberikan rasa nyaman dan hangat.

2.1.10.Konsep Makna

(42)

dan Richards dalam buku Kurniawan, 2008:27), telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur, 2004:248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. Menurut Jerold Kaz (dalam Kurniawan, 2008:47) setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah.

Menurut Devito, makna bukan terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Manusia, lanjut Devito, menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin dikomunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi di benak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

(43)

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997:123-125) sebagai berikut:

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata tersebut tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang ingin kita gunakan untuk memproduksi di benak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.

2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini berubah khusus yang terjadi pada dimensi emosional.

3. Makna membutuhkan acuan, walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata. Komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkiran berlebihan akun mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Apabila berbicara tenang cerita, persahabatan, kebahagiaan, kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, maka makna tidak akan bisa terbagi dengan lawan bicara.

(44)

kebanyakan kata mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kia peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks. Tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai. (Sobur, 2003:285-289)

Membuat kajian terhadap karikatur berarti berhadapan dengan tanda-tanda visual dan kata-kata. Setiawan (2002:17) mengakui bahwa untuk menguak makna karikatur pada kenyataannya bukan pekerjaan mudah, mengingat berbagai persoalannya menyangkut permasalahan yang berkembang dalam masyarakat, khususnya mengenai masalah sosial dan politik. Selain itu, elemen pembentuk karikatur pun cukup kompleks, yakni terdiri atas unsur-unsur berbagai disiplin, misalnya bidang seni rupa, sastra, linguistik dan sebagainya.

2.1.11.Konsep Laki-laki

Laki-laki atau lelaki adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia, yaitu lelaki dan perempuan. Penggunaan istilah "lelaki" dalam bahasa Indonesia khusus untuk manusia; bagi hewan dipergunakan istilah jantan.

(45)

dari sistem pembiakan yang terdiri dari zakar, testis, vas deferens, serta korda spermatik yang lain, dan kelenjar prostrat. Berbeda dengan perempuan,

kebanyakan dari organ seks laki-laki terdiri dari bagian-bagian luar, walaupun terdapat juga bagian dalam, misalnya kelenjar prostrat. Penyelidikan pembiakan laki-laki dan organ-organ berkait disebut andrologi. Sebagian besar meski tidak semuanya laki-laki mempunyai jumlah kromosom 46/XY.

Secara umum, laki-laki mengalami banyak penyakit yang serupa dengan perempuan. Sebagian penyakit seks yang terjadi hanya, atau lebih sering, pada lelaki saja. Selain itu, laki-laki lebih sering mengalami autisme dan buta warna dibandingkan perempuan. Namun, faktor-faktor biologi biasanya bukan merupakan penentu tunggal untuk menganggap seseorang laki-laki atau tidak. Persepsi maskulinitas menganggap laki-laki sebagai makhluk kuat, rasional, tegar, tegas, menguasai, kompetitif dan sifat keperkasaan lainnya yang akhirnya dianggap sebagai kelebihan laki-laki.

Perdebatan hebat di kalangan masyarakat bertumpu pada perbedaan persepsi dari segi sosial, intelektual, atau emosi antara lelaki dan perempuan. Perbedaan-perbedaan ini sangat sulit dihitung, karena alasan-alasan sains dan politik. Beberapa tuntutan stereotipe laki-laki yang terkadang dikemukakan untuk perbandingan dengan perempuan adalah seperti berikut:

1. Lebih bersikap agresif dibandingkan perempuan. Laki-laki cenderung lebih agresif di luar rumah dan sebaliknya dengan perempuan.

(46)

3. Mempunyai keyakinan diri lebih besar (terkadang sombong) dan mempertunjukkan kemahiran kepemimpinan yang lebih baik dibandingkan perempuan.

4. Lebih dapat mengedepankan akal dan emosi.

5. Mempunyai kemahiran teknis lebih besar dan pengurusan dibandingkan perempuan.

6. Lebih cenderung pada pemikiran abstrak dibandingkan perempuan. (http://www.anneahira.com/laki-laki-21872/diakses 14/05/2012, 21:22)

2.1.12.Konsep Kur si

Kursi adalah perabotan rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat duduk dengan empat kaki untuk menyangga beban. Sejarah kursi dimulai sejak awal jaman peradaban manusia. Saat itu kursi hanya sebagai tempat duduk biasa, sampai di jaman Mesir Kuno kursi telah menjadi simbol status sosial yang dilambangkan sebagai tanda kemakmuran pemiliknya. Pada masa tersebut, sudah ada kursi yang dihiasi dengan ukiran dan gading, juga dilapisi dengan emas dan kakinya dibuat menyerupai binatang buas sebagai bentuk kekuasaan.

(47)

Dewasa ini, kursi mengalami perkembangan yang signifikan. Kursi tercipta dilengkapi dengan beberapa aksesoris tambahannya, seperti: sandaran kepala, sandran tangan, sandaran punggung yang dapat diatur derajat kemiringannya sesuai keinginan, dan bantal kursi untuk melengkapi. Kursi menjadi perabotan rumah tangga yang paling umum ditemui di setiap rumah. Berbagai jenis kursi hadir dan menjadi identitas sosial bagi pemiliknya.

(http://www.anneahira.com/kursi-20357/diakses 14/05/2012, 20:56)

2.1.13.Konsep Mahkota

Mahkota adalah simbol tradisional dalam bentuk tutup kepala yang dikenakan oleh raja, ratu atau dewa. Secara tradisional, mahkota merupakan lambang bagi kekuasaan, legitimasi, keabadian, kejayaan, kemakmuran, kejayaan dan kehidupan setelah kematian.

Dalam seni, mahkota dapat ditampilkan atau ditawarkan kepada mereka di Bumi oleh para malaikat. Terlepas dari bentuk tradisional, mahkota juga dapat dalam bentuk karangan bunga dan terbuat dari bunga, daun oak atau duri dan dipakai oleh orang lain, mewakili apa bagian penobatan bertujuan untuk melambangkan dengan mahkota yang spesifik. Mahkota yang dikenakan oleh penguasa sering mengandung permata.

(48)

digunakan dalam Antiquity, seperti mahkota Putih, Mahkota merah, mahkota Pschent gabungan dan mahkota biru Firaun Mesir. mahkota bercahaya yang

dikenal terbaik di Patung Liberty, dan mungkin dikenakan oleh Helios yang Colossus dari Rhodes, dipakai oleh kaisar Romawi sebagai bagian dari kelompok pemujaan Sol Invictus sebelum konversi Kekaisaran Romawi untuk Kekristenan. Dalam tradisi Kristen dari budaya Eropa, di mana sanksi gerejawi kekuasaan monarki mengotentikasi, ketika seorang raja baru mengasumsikan tahta pada upacara penobatan, mahkota ditempatkan pada kepala raja baru oleh seorang pejabat agama.

(http://indonesiaindonesia.com/f/95431-mahkota/diakses 14/05/2012, 21:56)

2.1.14.Konsep Lumpur

Lumpur adalah campuran cair atau semi cair antara air dan tanah. Lumpur terjadi saat tanah basah. Secara geologis, lumpur ialah campuran air dan partikel endapan lumpur dan tanah liat. Endapan lumpur masa lalu mengeras selama beberapa lama menjadi batu endapan. Saat endapan geologis lumpur terbentuk di estuaria lapisan yang dihasilkan disebut lumpur teluk.

(49)

atau banjir lumpur panas. (http://www.anneahira.com/lumpur-adalah/diakses

14/05/2012, 21:45)

2.1.15.Konsep Tanah

Tanah merupakan alat vital yang menjadi habitat berbagai macam organisme. Tidak hanya segelintir makhluk hidup, tetapi puluhan bahkan ratusan makhluk hidup bergantung pada tanah. Tanah membantu tumbuhan bernapas, makan, bernapas, menghisap air dan berbagai unsur hara, yang dapat menghindarkannya dari serangan penyakit.

Tanah dapat dibagi menjadi tanah organik dan non organik. Tanah organik berwarna hitam dan dapat ditanami berbagai jenis tanaman. Namun, hasil tanaman tidak optimal. Berbeda dengan itu, tanah non organik memiliki banyak kandungan mineral. Mineral ini membentuk partikel penyusun tanah yaitu: pasir, lanau (debu) dan lempung. Komposisi ketiga unsur tersebut akhirnya mempengaruhi warna tanah. (http://www.anneahira.com/tanah-adalah/diakses 14/05/2012, 21:40)

2.1.16.Konsep Baju, Celana dan Rambut

(50)

penghalang higienis, menjaga toksin dari badan dan membatasi penularan kuman. (http://www.scribd.com/doc/56742943/definisi-arti-pengertian-baju/diakses

14/05/2012, 22:09)

Celana merupakan bagian busana yang berfungsi untuk menutupi tubuh bagian bawah, mulai dari pinggang, pinggul dan kedua kaki. Bentuk dasar celana dibuat dari bahan berbentuk segi empat yang dilipat dua mengikuti panjang kain dan bagian lipatan tersebut digunting dan dijahit pada kedua sisinya. Untuk lubang kaki sampai paha dibuat guntingan pada bagian tengahnya yang kemudian dijahit, sehingga terdapat lubang untuk kaki. Pada bagian pinggang dibuat lajur untuk memasukkan tali sebagai penahan celana pada pinggang.

(51)

http://www.scribd.com/doc/60554358/Pengertian-Rambut-Adalah-Sesuatu-Yang-Keluar-Dari-Dalam-Kulit-Dan-Kulit-Kepala/diakses 14/05/2012, diakses 22:06)

2.1.17.Konsep Kata Menar ik

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata menarik berasal dari kata tarik yang berarti:

1. Menghela (supaya dekat, maju, ke atas, ke luar, dsb) 2. Membawa (mengambil dsb) ke luar; mengeluarkan dsb 3. Menyenangkan

2.1.18.Konsep Kata Menaiki

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata menaiki berasal dari kata naik yang berarti:

1. Naik di; mendaki; memanjat 2. Menunggangi; mengendarai

3. Masuk (rumah dsb); mendiami (rumah)

2.1.19.Babak Awal Per tar ungan Inter nal Par tai Golkar

(52)

(RAPIMNAS) Partai Golkar sesuai desakan kader di daerah. Alasannya, agar calon presiden yang diusung bisa berkunjung ke pelosok untuk melakukan sosialisasi.

Namun suara lain muncul. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, mengingatkan DPP untuk tidak terburu-buru menetapkan calon presiden. Akbar menyarankan agar DPP menjaring calon presiden melalui konvensi internal seperti yang dilakukannya saat menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Langkah mempercepat RAPIMNAS dinilai hendak menutup akses bagi tokoh lain yang elektabilitasnya lebih tinggi dari Aburizal Bakrie.

( http://berita.liputan6.com/read/388016/rapimnas-dipercepat-untuk-pencapresan-ical/diakses 05/05/2012, 11:45)

2.1.20.Abur izal Bakr ie VS Akbar Tandjung

Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) Partai Golkar pada awalnya diagendakan pada bulan Oktober 2012. Namun atas adanya gerakan dari pengurus tingkat provinsi yang mendukung Aburizal Bakrie sebagai calon presiden dari Partai Golkar, RAPIMNAS dipercepat tiga bulan, menjadi 7-8 Juli 2012. Sehari kemudian, pada 9 Juli 2012, Aburizal Bakrie bakal resmi dideklarasikan sebagai calon presiden (capres). Percepatan inilah yang membuat Partai Golkar mengalami permasalahan internal.

(53)

adalah mengenai saran dan pertimbangan pelaksanaan program-program yang diusung Golkar sejak musyawarah nasional di tahun 2009. Selain itu, surat tersebut juga mempersoalkan target 10 juta kader dan konsolidasi partai yang jauh dari harapan. Khusus pemilihan calon presiden dari Partai Golkar perlu terlebih dahulu menetapkan sistem, tata cara dan mekanisme dalam penentuan dan penetapan bakal calon presiden. Dewan Pertimbangan menilai RAPIMNAS khusus belum perlu menetapkan calon presiden. Rapat seharusnya membahas mekanisme penjaringan calon presiden terlebih dahulu. (Majalah Tempo, 2012:40)

(54)

2.1.21.Ker angka Ber pikir

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu. Begitu juga penelitian dalam memahami tanda dan lambang dalam objek, yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan penelitian.

Adapun hasil kerangka berpikir dapat digambarkan dalam bentuk bagan:

Karikatur di

1. Seorang laki-laki yang berusaha menaiki kursi,

2. Seorang laki-laki yang lain, berusaha menarik salah satu kaki laki-laki yang menaiki kursi. •Indeks:

1. Mahkota burung Garuda dan kursi 2. Gambar burizal Bakrie dan Akbar

Tandjung

3. Aburizal Bakrie dan lumpur Porong di dudukan kursi

4. Teks “Ada Akbar...” yang ditulis di sudut kiri bawah karikatur. •Simbol:

(55)

Gambar 2.3 :

Bagian Kerangka Berpikir Penelitian tentang Pemaknaan Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012

Pada penelitian ini akan menganalisa Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012. Majalah adalah media massa yang diperuntukkan untuk umum dan digunakan sebagai sarana penyampaian suatu informasi. Melalui majalah, karikatur di Majalah Tempo yang menampilkan gambar dua orang laki-laki dan sebuah kursi. Laki-laki pertama digambarkan menyerupai Ir. H. Aburizal Bakrie, Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2009-2014 dan laki-laki kedua menyerupai Akbar Tanjung Dewan Pembina Partai Golkar. Selain kedua gambar tersebut, terlihat gambar kursi bermahkotakan burung Garuda, yang terletak di bagian atas kursi. Kursi tersebut menggambarkan jabatan atau kedudukan penguasa nomor satu di Indonesia. Sedangkan pada dudukan kursi terdapat gambar semburan lumpur, yang menguatkan sosok laki-laki pertama adalah Aburizal Bakrie. Terlihat pada gambar, Aburizal Bakrie sedang berusaha menaiki kursi. Di sampingnya, Akbar Tanjung digambarkan menarik salah satu kaki Aburizal Bakrie. Hal tersebut menggambarkan kondisi internal Partai Golkar, dimana Akbar Tanjung tidak mendukung proses pencalonan Aburizal Bakrie sebagai Capres yang diusung oleh Partai Golkar.

(56)

berdasarkan teori yang sesuai dengan peristiwa yang melatarbelakangi pembuatan karikatur di Majalah Tempo, yang dijabarkan secara terperinci dalam pemilihan gambar dan kata-kata. Serta pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan Semiotika.

(57)

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Oper asional

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis semiotik Pierce, untuk menginterpretasikan representasi karikatur pada media cetak yaitu surat kabar, yang akan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah karikatur di Rubrik Kartun Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012. Oleh sebab itu peneliti yang melakukan studi analisis isi kualitatif harus memperhatikan beberapa hal: pertama adalah konteks atau situasi sosial di seputar dokumen atau teks yang diteliti. Disini penelitian diharapkan dapat memahami the nature atau kealamian dan culture meaning atau makna kultural dari artifak atau

task yang diteliti. Kedua adalah proses atau bagaimana suatu produksi media atau

isi pesannya dikerasi secara aktual dan diorganisasikan secara bersama, ketiga adalah emergence, yakni membutuhkan secara gradual atau bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi.

(58)

deskriptif, dimana peneliti berusaha untuk mengetahui pemaknaan karikatur di Majalah Tempo.

3.2. Definisi Oper asional Konsep 3.2.1. Kar ikatur

Dalam Encyolopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan pemaknaan sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga seringkali digunakan sebagai sarana kritik sosial dan politik. (Sumandiria, 2005:8).

Karikatur berasal dari bahasa Italia, caricare, artinya melebih-lebihkan. Kata caricare sendiri dipengaruhi kata carattere, juga bahasa Italia yang berarti

karakter dan kata cara bahasa Spanyol yang berarti wajah.

3.2.2. Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang digunakan dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama sama manusia.

(59)

3.2.3. Per masalahan di Indonesia

Permasalah yang terjadi di dalam tubuh Partai Golkar, salah satu partai besar di Indonesia. Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, disebut sebagai kandidat kuat menaiki kursi nomor satu RI. Untuk merealisasikan itu, Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham, menyatakan DPP Partai Golkar akan mempercepat Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) Partai Golkar sesuai desakan kader di daerah. Alasannya, agar calon presiden yang diusung bisa berkunjung ke pelosok untuk melakukan sosialisasi.

Namun suara lain muncul. Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, mengingatkan DPP untuk tidak terburu-buru menetapkan calon presiden. Akbar menyarankan agar DPP menjaring calon presiden melalui konvensi internal seperti yang dilakukannya saat menjadi Ketua Umum Partai Golkar. Langkah mempercepat RAPIMNAS dinilai hendak menutup akses bagi tokoh lain yang elektabilitasnya lebih tinggi dari Aburizal Bakrie.

3.3. Kar angka Konseptual 3.3.1. Cor pus

(60)

sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf waktu (sincrony). (Kurniawan, 2001:70).

Pada penelitian kualitatif ini memberi peluang yang besar bagi dibuat interprestasi alternatif. Corpus dalam penelitian ini adalah gambar Karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012.

3.3.2. Unit Analisis

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur di Majalah Tempo, kemudian di interprestasikan dengan menggunakan ikon (icon), indeks (index), dan symbol (symbol).

3.3.2.1. Ikon

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012, yaitu:

1. Aburizal Bakrie yang digambarkan sebagai laki – laki lain yang berusaha menarik salah satu kaki laki-laki yang menaiki kursi.

(61)

3. Kursi bermahkotakan burung garuda yang dilambangkan sebagai bentuk kekuasaan absolut pemegang tampuk pimpinan dan kedigdayaan negara republik Indonesia

3.3.2.2. Indeks

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012, yaitu:

1. Teks “Ada Akbar...”

Menunjukkan keberadaan Akbar Tandjung dalam karikatur tersebut, yang ingin mencegah Aburizal Bakrie menaiki kursi kepemimpinan berlambang burung Garuda.

2. Ekspresi wajah kedua karakter a. Akbar Tandjung

Dalam karikatur tersebut menggambarkan ekspresi wajah Akbar Tandjung yang tengah meringis karena berusaha menarik kaki sebelah kiri milik Akbar Tandjung. Selain itu, ekspresi Akbar Tandjung tersebut juga menggambarkan suatu usaha yang keras.

b. Aburizal Bakrie

(62)

tarikan Akbar Tandjung, yang berusaha menghalanginya menaiki kursi kepemimpinan.

3. Semburan lumpur di dudukan kursi dan Aburizal Bakrie

Dalam karikatur tersebut, gambar semburan lumpur menggambarkan kasus lumpur Porong yang mengungkit nama Aburizal Bakrie. Keinginan Aburizal Bakrie untuk menduduki kursi nomor satu di Indonesia, memang masih terkendala masalah lumpur Porong tersebut.

4. Mahkota burung Garuda dan kursi

Menggambarkan bahwa kursi tersebut mewakili lambang kekuasaan tertinggi di negara Indonesia dan mewakili kekuatan besar, karena di atas sandaran kursi tersebut terdapat mahkota burung Garuda sebagai simbol negara Republik Indonesia.

5. Gambar Aburizal Bakrie dan Akbar Tandjung

Kedua tokoh dalam gambar karikatur tersebut memiliki keterkaitan karena duduk dalam satu partai yang sama yaitu Partai Golkar. Hal tersebut dapat dimaknai dari warna baju yang digunakan yaitu warna kuning, yang merupakan warna dasar Partai Golkar.

6. Gambar Aburizal Bakrie dan lumpur porong di dudukan kursi

(63)

bekerja mereka tergenang lumpur yang mengandung gas kimia berbahaya, serta proses ganti rugi yang belum final sampai sekarang.

3.3.2.3. Simbol

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda-penandanya. Hubungan tersebut diantaranya bersifat abitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Simbol dalam karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012, yaitu :

1. Kursi bermahkotakan lambang burung Garuda yang menancap di tanah, 2. Mahkota burung Garuda di atas kursi,

3. Semburan lumpur di dudukan kursi,

4. Tanah berwarna hitam tempat kursi berpijak, 5. Warna kuning pada baju kedua laki-laki, 6. Warna ungu yang menjadi latar belakang kursi, 7. Warna oranye pada sandaran dan dudukan kursi, 8. Kacamata yang digunakan

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(64)

www.liputan6.com, www.vivanews.com, dan lain-lain. Buku-buku referensi pendukung seperti Alex Sobur dengan Semiotika Komunikasi, Onong Uchana Effendy dengan Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, dan sebagainya. Selanjutnya data-data referensi tersebut nantinya dianalisis berdasarkan teori-teori triangle meaning theory – milik Charles Sanders Pierce. Dalam teori tersebut Pierce

mengetengahkan pertautan antara sign, object, dan interpretant.

3.5. Teknis Analisis Data

Analisis semiotika pada corpus penelitian pada karikatur di Majalah Tempo setelah melalui tahapan pengkodean, maka selanjutnya peneliti akan menginterpretasikan tanda-tanda tersebut untuk diketahui pemaknaannya.

Terkait dalam penelitian ini, untuk mengetahui isi pesan dalam karikatur surat pembaca, peneliti mengamati signs atau system tanda yang tampak dalam karikatur, kemudian memaknai dan menginterpretasikan dengan menggunakan metode semiotik Pierce, yang terdiri dari:

1. Objek

Adalah gambar atau karikatur itu sendiri. Objek penelitian ini adalah karikatur di Majalah Tempo Edisi 30 April-6 Mei 2012.

2. Sign

(65)

seorang laki-laki lain yang berusaha menarik salah satu kaki laki-laki yang menaiki kursi, lambang burung Garuda pada kursi, teks yang terdapat di sudut kiri bawah karikatur.

3. Interpretan

Adalah tanda yang ada dalam benak seorang tentang objek yang dirujuk. Sebuah tanda interpretan dalam penelitian ini adalah hasil interpretasi dari penelitian.

(66)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambar an Umum Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Majalah Tempo

Tempo adalah majalah mingguan yang terbit perdana pada April 1971, dengan berita utama mengenai cedera parah yang dialami Minarni, pemain badminton andalan Indonesia di Asean Games Bangkok, Thailand. Dengan modal Rp 20 juta dari Yayasan Jaya Raya milik pengusaha Ciputra; digawangi oleh para seniman yang mencintai pekerjaannya dan para wartawan berpengalaman yang dipecat atau keluar dari tempat kerja sebelumnya: Ekspress, Kompas, dan lainnya. Para seniman dan wartawan itu adalah Goenawan Mohamad (Ketua Dewan Redaksi), Bur Rasuanto (Wakil Ketua), Usamah, Fikri Jufri, Cristianto Wibisono, Toeti Kakiailatu, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan, Syu’bah Asa, Zen Umar Purba, Putu Wijaya, Isma Sawitri, Salim Said, dan lainnya. Satu orang kepercayaan dari Yayasan Jaya Raya juga turut serta mengelola Tempo yaitu Eric Samola.

(67)

yang menganggap majalah ini tidak akan laku. Selanjutnya, oplah Tempo terus meningkat pesat hingga pada tahun kesepuluh, penjualan Tempo mencapai sekitar 100.000 eksemplar.

4.1.2. Sejarah Majalah Tempo

Dalam perjalanannya, terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Tempo antara Goenawan dengan Bur. Keduanya memiliki perbedaan ide dasar. Goenawan ingin Tempo bergaya tulis feature (bercerita), sedangkan Bur cenderung ke arah news. Keduanya pun sering berbeda paham dan saling bertolak pendapat. Namun akhirnya Bur mengundurkan diri dari Tempo.

Pada 12 April 1982, di usia yang kedua belas tahun, Tempo dibredel oleh Departemen Penerangan melalui surat yang dikeluarkan oleh Ali Moertopo (Menteri Penerangan). Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh Harmoko, wartawan harian Pos Kota. Diduga, pembredelan tersebut terjadi karena Tempo meliput kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene motor partai Golkar, tidak menyukai berita tersebut.

Gambar

Gambar 2.1. Model Semiotik Pierce
Gambar 2.2. Model kategori Tanda
Gambar burizal Bakrie dan Akbar Tandjung Aburizal Bakrie dan lumpur

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis menggunakan data yang tepat dan akurat sebagai sumber informasi untuk mendukung penyajian laporan ini. Sumber

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Manajemen pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waste dari alumunium foil dengan menggunakan diagram tulang ikan [2], memberikan

didihnya 78,4°C Untuk mendapatkan etanol harus dengan beberapa proses yakni pengurangan kadar lignin, dilanjutkan dengan proses hidrolisis asam sulfat yang mengubah pati

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi empati adalah kemampuan individu yang melibatkan komponen kognitif dan afektif untuk menempatkan diri dalam

Tujuan penelitian yang dilakukan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar, Tirta Siak dan Tirta Indragiri adalah untuk mengetahui dan menganalisa

Tabel IV.15 Penonton mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan berbagai bahaya seperti menyebabkan kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker paru-paru dan bronkitis kronis

Adapun judul laporan akhir ini adalah “ Pemodelan Karakteristik Motor Dc Shunt, Motor Dc Seri, Dan Motor Dc Kompon Menggunakan Matlab Simulink ” , yang dibuat