• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI PESANTREN AL-UKHUWAH DALAM PENANAMAN PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL DI MASYARAKAT KELURAHAN JOHO KECAMATAN Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Dalam Penanaman Pendidikan Islam Non Formal Di Masyarakat Kelurahan Joho Kecamatan Sukoharjo Tahun 2013/201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI PESANTREN AL-UKHUWAH DALAM PENANAMAN PENDIDIKAN ISLAM NON FORMAL DI MASYARAKAT KELURAHAN JOHO KECAMATAN Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Dalam Penanaman Pendidikan Islam Non Formal Di Masyarakat Kelurahan Joho Kecamatan Sukoharjo Tahun 2013/201"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PESANTREN AL-UKHUWAH DALAM PENANAMAN PENDIDIKAN

ISLAM NON FORMAL DI MASYARAKAT KELURAHAN JOHO KECAMATAN

SUKOHARJO TAHUN 2013/2014

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Pendidikan Islam

Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Islam

Oleh

ACHMAD WILDAN SUYUTI

NIM: O 100120 036

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SEKOLAH PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM

Jl.A.Yani Tromol Pos I-Pabelan Surakarta Telp/Fax. (0271) 730772, 717417 ext 159, e-mail: pascaums@ums.ac.id

SURAT PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing tesis:

Pembimbing I : Dr. Abdullah Aly, M.Ag

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan tesis

dari mahasiswa:

Nama : Achmad Wildan Suyuti

NIM : O 100120036

Program Studi : Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)

Judul Tesis : Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam Penanaman Pendidikan

Islam Non Formal di Masyarakat Kelurahan Joho Kecamatan

Sukoharjo Tahun 2013/2014

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.

Demikian surat pengesahan ini dibuat, semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 23 November 2014

Pembimbing I

(3)

ABSTRAK

Achmad Wildan Suyuti. O 100 120 036. Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam Penanaman Pendidikan Islam Non Formal di Masyarakat Kelurahan Joho Kecamatan Sukoharjo Tahun 2013/2014. Tesis. Magister Pendidikan Islam. Sekolah Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014.

Studi dalam penelitian ini adalah mengenai kontribusi pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan islam non formal di masyarakat kelurahan Joho dan mendeskripsikan respon masyarakat tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripskan kontribusi pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan islam non formal di masyarakat kelurahan Joho dan mendeskripsikan respon masyarakat tersebut

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan data‐data yang dikumpulkan langsung dari lapangan terhadap obyek yang bersangkutan yaitu Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo. Informan dari penelitian ini adalah Direktur Pesantren Al-Ukhuwah, beberapa ustadz yang berkecimpung dalam kegiatan dakwah, koordinator kegiatan dakwah (qismu dakwah), dan beberapa perwakilan masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, dokumentasi dan wawancara yang dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mencakup reduksi data, penyajian data dan diakhiri dengan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan islam non formal di masyarakat kelurahan Joho ada beberapa program yaitu, program majelis taklim di masjid ibnu utsaimin sukoharjo, program keislaman di radio SQ Abror dan Insan Tv serta program Ma’had Aly I’dad Duat di Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo. Menurut analisis peneliti, respon masyarakat kelurahan Joho terhadap tiga kontribusi di atas cukup positif. Hal ini dapat dilihat dari respon yang mereka tunjukkan saat wawancara dengan penulis baik respon dari aspek kognitif, afektif maupun konatif yang intinya menunjukkan perasaan suka dan dukungan serta terwujud dari tindakan mereka dalam keikut sertaan dalam program kontribusi tersebut.

(4)

ABSTRACT

Achmad Wildan Suyuti. O 100 120 036. The Contribution of Pesantren Al-Ukhuwah in The Planting of Nonformal Islamic Education in Joho Village Communities 2013/2014. Thesis. Master of Islamic Education. Pascasarjana. Muhammadiyah University of Surakarta. 2014.

The study in this research is the contribution of Pesantren Al-Ukhuwah in the planting of nonformal Islamic education in Joho village communities and describe the community 's response. The goal of this research is to describe the contribute of Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo in the planting of nonformal Islamic education in Joho village communities and describe the community 's response.

The method used in this research is descriptive qualitative research methods with data collected directly from the field to the object in question is Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo. Informants of this study is the Director of Pesantren Al-Ukhuwah, some preachers who engaged in proselytizing activities, coordinator of proselytizing (qismu dakwah), and several representatives of village communities Joho Sukoharjo subdistrict . Collecting data using the method of observation, documentation and interviews were analyzed using qualitative description that includes data reduction , presentation data and ended with a draw conclusions .

The results showed that the contribution of Pesantren Al-Ukhuwah in the planting of non formal education in Islamic society Joho village there are several programs namely, programs majelis taklim in the mosque of Ibnu Utsaimin Sukoharjo, Islamic programs in Abror SQ radio and Insan TV and programs Ma'had Aly I'dad Duat at Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo. According to our analysis, Joho village communities response to the three contribution above was quite positive. It can be seen from the response they have shown during an interview with the author of both the response of cognitive, affective and conative which essentially shows the feeling of love and support as well as the manifest of their actions in the participation in the program contribution .

(5)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi pondok pesantren (selanjutnya digunakan istilah pesantren) dari masa ke masa telah memberi kontribusi konkrit dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Di era kerajaan Jawa, pesantren menjadi pusat dakwah penyebaran Islam. Di era penjajahan kolonial, pesantren menjadi medan heroisme pergerakan perlawanan rakyat. Di era kemerdekaan, pesantren terlibat dalam perumusan bentuk dan ideologi bangsa serta terlibat dalam revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan.

Secara historis, keberadaan pesantren hampir bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Alasannya sangat sederhana, Islam sebagai agama dakwah, disebarkan secara efektif melalui proses transformasi ilmu dari ulama ke masyarakat (tarbiyah wa

ta’lim, atau ta’dib). Proses ini di Indonesia berlangsung salah satunya melalui pondok pesantren.

Perkembangan pendidikan pesantren pada periode Orde Baru, seakan tenggelam eksistensinya karena seiring dengan kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada kepentingan umat Islam. Setitik harapan timbul untuk nasib umat Islam setelah terjadinya era reformasi, pondok pesantren mulai berbenah diri lagi dan mendapatkan tempat lagi di kalangan pergaulan nasional.

Salah satunya adalah pendidikan pesantren diakui oleh pemerintah menjadi bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Pesantren tidak lagi dipandang sebagai lembaga pendidikan tradisional yang ilegal, namun juga diakui oleh pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai kesetaraan dalam hak dan kewajibannya dengan lembaga pendidikan formal lainnya. Peluang tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh pesantren, agar dapat meningkatkan kembali peranan dan kontribusinya dalam Sistem Pendidikan Nasional.

Sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren telah melalui perjalanan yang

panjang di negeri ini. Pesantren dapat dikatakan telah berkontribusi secara signifikan pada zaman-zaman yang dilaluinya, baik sebagai lembaga pendidikan ataupun penyebaran ajaran Islam, sebagai lembaga dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat, dan sebagainya. Pada intinya, peran pesantren bagi masyarakat tidak patut untuk dipandang sebelah mata.

Dewasa ini, bangsa Indonesia sedang mengalami krisis yang berkepanjangan, terutama krisis moral. Memiliki ilmu yang tinggi tanpa dibarengi dengan keimanan dan ketaqwaan dapat membahayakan dan merusak tatanan hidup umat manusia itu sendiri, karena akan melahirkan manusia-manusia yang rakus yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan kepentingan umum1 Salah satu lembaga pendidikan yang berkecimpung memberantas dalam hal ini adalah pondok pesantren.

Pesantren merupakan produk sejarah yang telah berdialog dengan zamannya yang memiliki karakteristik berlainan, baik menyangkut sosio-politik, sosio-kultural, sosio-ekonomi maupun sosio-religius. Antara pesantren dan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat desa, telah terjalin interaksi yang harmonis, bahkan keterlibatan mereka cukup besar dalam mendirikan pesantren. Sebaliknya kontribusi yang relatif besar seringkali dihadiahkan pesantren untuk pembangunan masyarakat desa.2

Perhatian terhadap adanya kontribusi diasumsikan dengan adanya hubungan erat yang tidak mungkin terhindarkan antara pesantren dan masyarakat. Kenyataan ini bisa dilihat tidak hanya dari latar belakang pendirian pesantren pada lingkungan tertentu, tetapi juga dalam pemeliharaan eksistensi pesantren itu sendiri melalui pemberian wakaf, sedekah, hibah dan sebagainya. Pesantren umumnya “membalas

1

A. R. Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 40.

2

(6)

jasa” komunitas lingkungannya dengan bermacam cara; tidak hanya dalam bentuk memberikan pelayanan pendidikan dan keagamaan, tetapi juga bimbingan sosial, kultural dan ekonomi bagi masyarakat lingkungannya.3

Pada Pasal 30 Ayat (4) Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,

pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lainnya yang sejenis. Pada pasal ini terlihat jelas adanya pengakuan pemerintah terhadap institusi pesantren sebagai penyelenggara pendidikan keagamaan.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2007, merupakan peraturan pemerintah yang lahir untuk memperjelas UU Sisdiknas tahun 2003, dalam PP ini juga memperjelas fungsi dan tujuan pesantren sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 26 ayat 1, PP Nomor 55 Tahun 2007 dijelaskan tentang tujuan ponpes, dan memberikan legitimasi yuridis terhadap eksistensi pesantren: “Pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan/atau menjadi

muslim yang memiliki

keterampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di masyarakat”.4

Tercapainya tujuan nasional di Indonesia merupakan hal yang tidak terlepas dari adanya kontribusi pesantren terhadap dunia pendidikan, baik dalam pelayanan pendidikan formal seperti pengelolaan

Raudhatul Athfal (Taman Kanak-kanak), pengelolaan Madrasah Ibtidaiyah (Sekolah

3Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan

Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium III, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 131.

4

Lihat Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi..., hlm. 4; Lihat juga M. Dian Nafid dkk,

Praktis Pembelajaran Pesantren dari Transformasi, (Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2007), hlm. 11.

Dasar), Madrasah Tsanawiyah/SMP, Madrasah Aliyah/SMA. maupun non formal di masyarakat seperti pelayanan terhadap penyelenggaraan pesantren kilat, terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan majelis taklim, terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan TKA/TPA, dan sebagainya.

Alasan pemilihan Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo sebagai obyek penelitian ini didasarkan pada suatu fakta bahwa Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo telah memiliki nilai-nilai kontribusi yang cukup besar dalam penyebaran pendidikan Islam baik dalam aspek formal, maupun non formal, juga didasarkan karena penulis merupakan salah satu warga pesantren tersebut yang berkecimpung dalam kegiatan di dalamnya, sehingga sedikit banyak penulis mengetahui seluk beluk pesantren tersebut.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo dan bagaimana respon masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo terhadap kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat tersebut ?.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo dan mendeskripsikan respon masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo terhadap kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat tersebut.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif kualitatif.5Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian terhadap kontribusi

5

(7)

Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo dan mendeskripsikan respon masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo terhadap kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis.6 Dengan menggunakan pendekatan fenomenologis dalam penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui berbagai keadaan tentang kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo dan mendeskripsikan respon masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo terhadap kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat tersebut.

Dalam penelitian ini sumber data dapat dikategorikan kepada sumber data primer dan sumber data sekunder.7 Sumber data primer dapat diperoleh dari wawancara dengan responden, yaitu direktur dan sekretaris Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo, beberapa ustadz yang berkecimpung dalam kegiatan dakwah, koordinator kegiatan dakwah (qismu dakwah), dan beberapa informan dari perwakilan masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari: dokumen, rekaman, arsip, dan termasuk hasil pengamatan langsung (observasi) Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari: dokumen, arsip dan hasil pengamatan langsung (observasi). Berdasarkan sumber data di atas, peneliti dapat mengumpulkan data‐data deskriptif lapangan dan informasi detail dari tindakan tentang suatu fenomena yang sesuai dengan rumusan dan tujuan masalah penelitian, yaitu apa saja kontribusi Pesantren

6

Lihat Lexy, Metode Penelitian…, hlm. 9. 7

Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 225.

Al-Ukhuwah Sukoharjo dalam menanamkan pendidikan islam di masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo, dan bagaimana respon masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo terhadap kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah dalam penanaman pendidikan Islam di masyarakat tersebut. Menurut Moleong penelitian kualitatif cukup menggunakan purposive sampling

(sampel bertujuan) dalam menentukan subyek penelitian.8 Pada penelitian kualitatif, peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut dengan menggunakan sampel bertujuan/ purposive sampling.9

Dalam penelitian ini yang akan menjadi sampel bertujuan adalah Direktur Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo, beberapa ustadz yang berkecimpung dalam kegiatan dakwah, koordinator kegiatan dakwah (qismu dakwah), dan beberapa informan dari perwakilan masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo.

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:1) Metode Wawancara (Interview), wawancara dilakukan terhadap direktur dan sekretaris Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo, beberapa ustadz yang berkecimpung dalam kegiatan dakwah, koordinator kegiatan dakwah (qismu dakwah), dan beberapa informan dari perwakilan masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo. mengenai hal-hal yang dipandang berhubungan dengan rumusan masalah di atas. 2) Metode Observasi, peneliti melakukan observasi berperan dengan maksud untuk memperoleh data yang lengkap dan rinci melalui pengamatan yang seksama dengan melibatkan diri dalam kegiatan subjek yang sedang diteliti.10 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang letak geografis, sarana dan prasarana, serta kondisi umum yang ada di pesantren

8

Lihat Lexy, Metode Penelitian…, hlm. 224. 9

Lihat Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 216.

10

(8)

Al-Ukhuwah Sukoharjo. 3) Metode Dokumentasi, dokumentasi digunakan peneliti untuk memperjelas situasi dan melengkapi data penelitian tentang sejarah berdirinya, visi, misi pesantren, struktur organisasi, data guru, karyawan dan siswa, data sarana prasarana.11

Metode Analisis Data, Milles dan Huberman dalam Sugiyono mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya penuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.12

C. KERANGKA TEORI

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teori yang dianggap sesuai untuk dijadikan kerangka teoritik. Teori yang pertama adalah teori tentang pendidikan Islam di masyarakat dari Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1) tentang Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan dan dari Peraturan Pemerintah (PP) nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan pasal 21 ayat (1), serta dari Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2012 tentang Pendidikan Keagamaan Islam pada pasal 1 ayat 3 dan pasal 23 ayat (1). Sedangkan teori yang kedua adalah teori

Stimulus-Organisme-Respon (SOR) dan teori dari Rosenberg dan Hovland .

Teori yang pertama akan digunakan untuk menjadi dasar dalam menganalisis dan menjelaskan peran dan kontribusi pesantren dalam pendidikan Islam non formal di masyarakat. Adapun teori yang kedua akan digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan respon yang muncul dari masyarakat.

D. HASIL PENELITIAN

Peneliti menemukan beberapa kontribusi yang dilakukan oleh Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo dalam penanaman

11

Lihat juga Lexy, Moleong, Metode Penelitian…, hlm. 216.

12

Lihat Sugiyono, Metode Penelitian…, hlm. 246.

pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho, antara lain: penanaman pendidikan Islam non formal melalui program majelis taklim dan pengajian kitab di masjid Ibnu Utsaimin dan dakwah keislaman melalui media elektronik yang dalam hal ini adalah radio SQ Abror dan Insan TV, serta penanaman pendidikan Islam non formal melalui program Ma’had

Aly I’dad Duat(pengkaderan da’i).

1.Majelis Taklim dan Pengajian Kitab di Masjid Jami’ Ibnu Utsaimin di Kelurahan Joho

Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang telah terbukti berperan penting dalam melakukan transmisi ilmu-ilmu keislaman di masyarakat khususnya di kelurahan Joho Sukoharjo, salah satunya dengan menyelenggarakan program majelis taklim dan pengajian kitab secara umum dan rutin.

Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo menyelenggarakan majelis taklim dan pengajian kitab atau kajian umum tentang keislaman secara rutin di antaranya yang berlokasi di masjid Jami’ Ibnu Utsaimin di kelurahan Joho, yaitu masjid yang berada di dalam area Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo sendiri.

Majelis taklim dan pengajian kitab ini secara rutin diselenggarakan bagi masyarakat secara umum pada hari Senin dan Selasa ba’da Maghrib, Kamis ba’da Maghrib, Sabtu ba’da Isya’dan setiap Ahad pagi dari pukul 07.00-08.30, dengan para pematerinya adalah para ustadz pengajar dari Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo tersebut dan terkadang mendatangkan da’i dari luar untuk mengisi program tersebut.

Para jama’ah banyak berdatangan dengan antusias dan suka rela pada program majelis taklim ini, hal ini terbukti dengan banyaknya jama’ah yang hadir baik laki-laki maupun perempuan terutama pada majelis taklim setiap hari Ahad pagi, serta dari antusiasnya para jama’ah untuk bertanya tentang suatu permasalahan keislaman tatkala dibuka sesi tanya-jawab.

(9)

kegiatannya dilaksanakan di lembaga-lembaga khusus seperti masjid, mushola, atau rumah-rumah anggota bahkan sampai ke hotel-hotel, tidak ada aturan kelembagaan yang ketat sehingga sifatnya suka rela dan materinya adalah segala aspek ajaran agama yang bertujuan mengkaji, mendalami dan mengamalkan ajaran Islam di samping berusaha menyebarluaskan, antara ustadz pemberi materi dengan jamaah sebagai penerima materi berkomonikasi secara langsung.13

Dalam majelis taklim dan pengajian kitab tersebut, materi yang disampaikan adalah materi keislaman yang merujuk pada kitab-kitab ulama’ salaf di antaranya: Kitabut Tauhid, Shahih al-Bukhari, Qowa’id

Fiqhiyyah, Syarah Ushul Tsalatsah,

Riyadhush Shalihin an-Nawawi, Fatawa Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin,

Tafsir As-Sa’diy, Kitabusl Ilmi Syaikh

‘Utsaimin.

Hal ini pun sesuai dengan teori tentang materi pendidikan Islam, bahwa materi pendidikan Islam di antaranya:

Aqidah (keimanan), Fiqih ibadah, Akhlak

(perilaku atau etika), Tarikh (sejarah Islam ), Ilmu sosial (kemasyarakatan), Syariah

(hukum), Khilafah (ketatanegaraan),

Aqdiyah (hukum dan pengadilan), Jihad (perjuangan dan peperangan), Munakahat

(pernikahan), Faraidh (warisan/harta pusaka), Muamalat (ekonomi Islam), Hudud

(hukuman), Syifa’ (pengobatan), Tajwid

(tata cara membaca al-Quran) dan seterusnya.14

Seperti kitab Riyadhush Shalihin an-Nawawi contohnya, di dalamnya mencakup materi hadits-hadits tentang aqidah, akhlaq, ilmu sosial, dan lainnya yang telah disertai dengan syarh (penjelasan) dari hadits-hadits tersebut. Demikian pula kitab Fatawa Syekh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, di dalamnya juga mencakup berbagai macam permasalahan yang telah tertera jawabannya dalam kitab tersebut, baik dalam

13

Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Islam di Indonesia, (Malang: UMM Press, 2006), hlm. 240.

14

Heri Jauhari Muchtar, Fiqh Pendidikan..., hlm. 193.

permasalahan yang berhubungan dengan

aqidah, fiqh ibadah, syariah, khilafah,

aqdiyah, jihad, munakahat, faraidh,

muamalat dan sebagainya.

Materi pendidikan Islam dalam kajian majelis taklim yang diselenggarakan oleh Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo di atas adalah keseluruhan ajaran Islam yang bersumber baik dari al-Quran maupun as-Sunnah. Hal ini berdasarkan firman Allah yang tercantum dalam surat an-Nahl/16 ayat 125, yang berisi perintah kepada setiap muslim untuk mengajak manusia ke jalan tuhannya (Islam) yang lurus, yang berbunyi:

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Adapun dalam pemanfaatan media penyampaian, para ustadz atau pemateri menggunakan metode lisan dalam penyampaiannya. Hal ini sejalan dengan teori tentang media dakwah bahwa media dakwah ada beberapa macam dan di antaranya adalah lisan, yakni penyampaian dakwah yang diucapkan dengan lidah misalnya khutbah, ceramah, pidato, kuliah, diskusi, seminar penataran, loka-karya, musyawarah, nasehat, pidato radio, ramah tamah, ajangsana, obrolan bebas, tabligh, penerangan agama. 15

15Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi Dalam

(10)

2.Program Keislaman di Radio SQ Abror dan Insan TV.

Dalam perkembangannya, radio maupun televisi (TV) tidak hanya berfungsi untuk mengirimkan berita tetapi juga sebagai media hiburan, media pendidikan, media komunikasi, media dakwah dan lain sebagainya. Betapa banyak manfaat yang datang dari radio maupun TV dan betapa banyak informasi yang datang darinya sehingga hampir setiap keluarga baik di kota maupun di desa memiliki media elektronik tersebut.

Dalam pemanfaatan media ini, penanaman pendidikan Islam non formal terhadap masyarakat pun telah dilakukan oleh Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo melalui media elektronik, baik dengan media Radio SQ Abror 107,6 FM atau Insan TV, keduanya adalah media dakwah islamiyah yang mengusung masyarakat untuk kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah dengan pemahaman para ulama salaf (terdahulu) yang sholeh.

Program keislaman yang diselenggarakan oleh Radio SQ Abror 107,6 FM dan Insan TV merupakan program penanaman pendidikan yang bersifat non formal berbasis Islam yang setiap kegiatannya telah terorganisir dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, yang sengaja dilakukan untuk melayani masyarakat dalam mencapai tujuan belajarnya yaitu memahami dan mendalami Islam.

Pemanfaatan media, siaran radio dan televisi, sebagai salah satu sumber informasi, pendidikan dan hiburan bagi masyarakat, yang menjangkau rumah-rumah penduduk dan pada saat tertentu dapat menjadi sumber kegiatan belajar pada program pendidikan non formal atau program pendidikan formal.16

Seperti halnya majelis taklim, materi yang diajarkan di dalamnya adalah materi pendidikan Islam seperti Fadhilah Amal,

16

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI,

Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung, PT IMTIMA, cet. ke-2, 2007), hlm. 18.

Hadits Nabawi, Fiqh Ibadah, Fiqh Dzikir, Sejarah Ulama’, dan Akhlaq Mulia.

Metode penyampaian yang digunakan, para ustadz menyampaikan materi pendidikan Islam mengunakan penyampaian dengan metode ibrah (pengalaman belajar), keteladanan, nasihat,

targhib (janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat) dan tarhib (ancaman kerena dosa yang dilakukan), hiwar (dialog)

qurani dan nabawi, kisah-kisah serta perumpamaan qurani dan nabawi.

Hal ini dapat diketahui di antaranya dengan melihat kandungan kitab yang digunakan dalam program tersebut. Seperti materi Fadhilah Amal, di dalam kitab tersebut banyak terkandung materi keislaman yang berisi tentang targhib dan

tarhib bagi seorang hamba yang melakukan atau meninggalkan amalan tertentu. Begitu pula materi tentang Sejarah Ulama’dan Akhlaq Mulia, di dalamnya banyak terkandung kisah-kisah mulia dan keteladanan serta ibrah yang dapat menjadi dorongan bagi para generasi muslim yang hidup setelahnya dalam mencontoh kehidupan generasi sebelumnya yang mulia.

Metode penyampaian di atas secara otomatis terbentuk setidaknya karena kandungan kitab yang digunakan dalam program tersebut. Hal tersebut sesuai dengan metode penyampaian pendidikan Islam antara lain dengan metode ibrah, keteladanan, nasihat, targhib dan tarhib, hiwar qurani dan nabawi, kisah-kisah serta perumpamaan qurani dan nabawi.

3.Ma’had Aly I‘Dad Duat

Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo terus berusaha memberikan kontribusi besar dalam penanaman pendidikan Islam non formal khususunya di masyarakat kelurahan Joho. Hal ini terlihat di antaranya dengan adanya program pendidikan Islam nonformal Ma’had Aly I’dad Duat yang terus berlangsung sejak awal berdirinya pesantren tersebut pada tahun 2002 hingga tahun 2014 ini.

(11)

diselenggarakan untuk membentuk para da’i yang berkompeten di bidang keislaman, di dalamnya hanya diajarkan ilmu-ilmu keagamaan. Adapun untuk ilmu-ilmu umum, maka hal itu tidak diajarkan di program tersebut.

Hal ini sedikit berbeda dengan teori bahwa Ma’had Aly merupakan lembaga kaderisasi ulama, yang di dalamnya tidak saja diajarkan ilmu-ilmu keagamaan (tafsir,

hadits, fiqh dan teologi), tetapi juga ilmu-ilmu umum seperti sosiologi, antropologi dan filsafat.17 Sukoharjo termasuk di dalamnya berasal dari kelurahan Joho Sukoharjo.

Program Ma’had Aly I’dad Duat

merupakan program kaderisasi da’i. Dengan dibekali kemampuan untuk membaca dan mengkaji kitab-kitab ulama’ salaf

(terdahulu), diharapkan pesantren tersebut mampu menghasilkan ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) yang kelak mampu mendakwahkan Islam dengan pemahaman yang benar di masyarakat.

Tujuan ini terlihat jelas dengan mengetahui target pendidikan dari program pendidikan Ma’had Aly I’dad Duat tersebut yang di antaranya adalah beraqidah

shohihah dan berakhlak mulia, memiliki hafalan al-Quran minimal 6 (enam) Juz, mampu membaca kitab gundul (tanpa harakat), memiliki hafalan Hadits-hadits, memiliki kemampuan berbahasa Arab aktif dan pasif, memiliki kemampuan berbahasa Arab baca, tulis dan lisan, dan memiliki kemampuan berdakwah sesuai metode yang benar.

Hal ini sejalan dengan teori mengenai Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2012 tentang Pendidikan Keagamaan

17

Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Pondok Pesantren Ma’had Aly, Bagian IV, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), hlm. 2.

Islam pada pasal 1 ayat 7,18 bahwa Ma’had Aly adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam tingkat tinggi yang diselenggarakan di pesantren untuk menghasilkan ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dengan kekhususan bidang keilmuan tertentu yang berbasis kitab kuning/kutub al-turats.

Hal ini juga terlihat jelas pada materi serta referensi dari muqorror (buku panduan belajar) yang ditempuh untuk program I’dad

Duat yang semuanya adalah kitab-kitab berbahasa arab. Di antaranya adalah Ulumul

Qur’an, Ilmu Tafsir, Aqidah, Hadist,

Mustholah Hadist, Fiqih, Ushul Fiqh, Qaidah Fiqh, Ilmu Waris, Siroh, Akhlak,

Tarbiyah, Ushul Da’wah, Turuqut Tadris,

Balaghoh dan lain-lain.

Semua program pendidikan Islam yang telah disebutkan di atas merupakan bagian dari pembelajaran Islam yang berbentuk majelis taklim atau pengajian kitab dan Ma’had Aly yang merupakan di antara pendidikan Islam nonformal yang berjalan di masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, respon masyarakat kelurahan Joho terhadap kontribusi kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat tersebut cukup positif.

Berdasarkan tipologi masyarakat, Masyarakat kelurahan Joho merupakan masyarakat tipe kedua. Hal ini terlihat dari keadaan masyarakat kelurahan Joho tidak lagi terisolasi dari daerah luar, dapat berkembang dengan cepat baik dari sisi tekhnologi, budaya ataupun agama, cukup luas daerahnya dan cukup besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan teknologi yang tinggi, dan sudah menjadi suatu yang umum di masyarakat kelurahan Joho apabila suatu organisasi atau perkumpulan keislaman menjadi wadah atau kegiatan yang mengumpulkan masyarakat ini dalam satu majelis.

18

(12)

Pada masyarakat kelurahan Joho tersebut, Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo memiliki kontribusi dalam penanaman pendidikan Islam non formal di antarnya adalah majelis taklim dan pengajian kitab di masjid Jami’ Ibnu Utsaimin kelurahan Joho, program keislaman di radio SQ Abror, Insan TV dan Ma’had Aly I’dad Duat.

Dalam penelitian ini, kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho di atas bersifat sebagai Stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada Organisme (Komunikan). Sedangkan Organisme (Komunikan) yang menjadi sasaran dalam hal ini adalah masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo yang berhubungan langsung atau berperan serta dengan kontribusi di atas. Lalu respon yang ditimbulkan dari stimulus

(rangsangan) diharapkan dapat melahirkan sikap dari komunikan sehingga timbul perasaan suka atau minat terhadap kontribusi tersebut.

Respon Masyarakat Kelurahan Joho terhadap Majelis Taklim di Masjid Jami’ Ibnu Utsaimin kelurahan Joho Sukoharjo, dan Dakwah Keislaman di SQ Abror dan di Insan TV baik secara kognitif, afektif maupun konatif terlihat dari tindakan mereka dalam keikut sertaan mereka dalam program majelis taklim di masjid Jami’ Ibnu Utsaimin, serta persepsi dan sikap mereka yang tergambar dari ungkapan-ungkapan mereka saat penulis lontarkan pertanyaan kepada mereka, baik pertanyaan tentang respon terhadap program majelis taklim di masjid Jami’ Ibnu Utsaimin, respon terhadap program pendidikan Islam di SQ Abror dan di Insan TV maupun respon terhadap adanya program Ma’had Aly I’dad Duat.

Respon kognitif dan afektif masyarakat kelurahan Joho terhadap majelis taklim di masjid Jami’ Ibnu Utsaimin nampak dengan adanya persepsi para informan yang seluruhnya merasa yakin terhadap keilmiyahan program tersebut, yang mereka ungkapkan melalui sikap yang berupa ucapan. Respon positif mereka pun didukung dengan tindakan mereka dalam

keikut sertaan dalam menghadiri majelis taklim tersebut.

Sebagaimana ungkapan seorang informan tentang keberadaan program majelis taklim di masjid Jami’ Ibnu Utsaimin, yang meyakini bahwa dengan menghadiri majelis taklim tersebut, dirinya mampu untuk lebih memahami Islam dengan benar, terutama dalam hal menjauhi kesyirikan dan bid’ah. Informan yang lain pun mengungkapkan bahwa dengan keberadaan program tersebut, telah banyak memberi kontribusi ilmu keislaman yang bisa diambil dan lebih berguna serta mengena di hati para pendengarnya karena jauh dari unsur bercanda yang terlampau

intens (sering).

Informan yang lain pun mengungkapkan bahwa kajian keislaman di dalamnya sangat ilmiyah serta berdasarkan dalil yang shahih dengan pemahaman generasi terbaik ulama terdahulu, dimana sebelumnya mereka mengakui bahwa mereka hanya mengamalkan ibadah tanpa tahu dalilnya shahih atau tidak. Hal ini menunjukkan bahwa Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo ingin mengajak dan mengajarkan para jama’ahnya untuk senantiasa tidak bersandar kepada taqlid buta, terutama dalam permasalahan Islam, yang begitu banyak diderita oleh sebagian umat Islam, yang hanya mengekor tanpa mengetahui dasar dan dalil kebenaran yang jelas mengenainya.

Sebagaimana respon informan terhadap majelis taklim di masjid Jami’ Ibnu Utsaimin yang begitu positif, respon para informan terhadap program keislaman di radio SQ Abror dan Insan TV pun cukup positif. Hal ini juga tergambar dari persepsi dan sikap yang mereka ungkapkan dengan lisan, yang intinya menunjukkan bahwa mereka sangat menyukai program keislaman di dalamnya atau menikmati kajian majelis taklim yang sering ditayangkan secara live

melalui radio tersebut jika tidak bisa menghadirinya dan sebagainya.

(13)

keberadaan Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo berubah positif tatkala mendengar kajian keislaman yang diselenggarakan di radio tersebut.

Meskipun dari beberapa informan ada yang kurang respek dengan adanya Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo dikarenakan ketidak tahuan mereka atau sekedar ikut-ikutan mempercayai isu tentang pesantren tersebut, namun secara umum respon masyarakat kelurahan Joho cukup positif baik dari aspek kognitif, afektif maupun konatif.

Hal yang serupa juga terjadi pada respon masyarakat kelurahan Joho terhadap program Ma’had Aly I’dad Duat baik dari aspek kognitif, afektif maupun konatif. Respon mereka yang positif tergambar dari ungkapan serta tindakan mereka yang berkenaan menuntut ilmu keislaman di Ma’had Aly I’dad Duat Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo.

E. SIMPULAN

Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho ada tiga progam. Pertama, program Majelis Taklim dan pengajian kitab di Masjid Jami’ibnu Utsaimin Kelurahan Joho,

kedua program keislaman di Radio SQ Abror dan Insan TV, ketiga program Ma’had Aly I’dad Duat Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo.

Respon masyarakat kelurahan Joho terhadap tiga kontribusi di atas cukup positif. Hal ini dapat dilihat dari respon yang mereka tunjukkan saat wawancara dengan penulis baik respon dari aspek kognitif, afektif maupun konatif yang intinya menunjukkan perasaan suka dan dukungan serta terwujud dari tindakan mereka dalam keikut sertaan dalam program kontribusi tersebut.

F. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Kontribusi Pesantren dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat yang dilakukan dengan baik dapat berpengaruh terhadap masyarakat. Semakin baik kontribusi pendidikan Islam yang dilakukan Pesantren, maka semakin baik dan positif pula manfaat dan respon masyarakat dengan keberadaan pesantren, sehingga dapat menanamkan dan meningkatkan pemahaman Islam bagi masyarakat. 2. Implikasi Praktis

Memperhatikan simpulan dalam penelitian tentang Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho, maka dapat diketahui bahwa:

(14)

Jika upaya-upaya yang dilakukan pesantren tersebut secara kontinuitas dilaksanakan, maka antusias masyarakat akan meningkat dan berdampak pada suksesnya setiap lini pendidikan pesantren di masyarakat.

G. SARAN

Memperhatikan temuan dalam penelitian tentang Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo dalam penanaman pendidikan Islam non formal di masyarakat kelurahan Joho, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada Direktur Pesantren

Agar tetap mempertahankan segala program positif yang telah berjalan khususnya program penanaman pendidikan Islam non formal, dengan terus melakukan koreksi dalam setiap program, sehingga segala hambatan baik yang muncul dari dalam maupun luar pesanten akan cepat teratasi dengan baik tanpa menunggu waktu yang lama sehingga tidak mengecewakan masyarakat.

2. Kepada Para Ustadz

Hendaknya untuk senantasa meningkatkan kualtas dan kuantitas keilmuannya, sehingga mampu berinovasi dengan metode-metode baru dalam menanamkan pendidikan Islam yang akan memudahkan masyarakat dalam memahaminya, terutama tatkala mengisi program kajian keislaman di masjid maupun radio atau televisi. 3. Kepada Para Santri

Khususnya santri Ma’had Aly I’dad Duat hendaknya tetap sabar dan bersemangat dalam mencari ilmu keislaman di Pesantren Al-Ukhuwah hingga lulus, menanamkan profesionalitas dengan lebih banyak mengambil ilmu dari para ustadz, berinisiatif tinggi dan tidak sekedar menunggu komando.

4. Kepada Peneliti Lain

Hendaknya lebih bersemangat dalam meneliti hal-hal bermanfaat lainnya yang berkaitan dengan program penanaman pendidikan Islam bagi masyarakat, guna meningkatkan program dan semangat serta kesadaran masyarakat dalam mendalami ilmu keislaman.

5. Kepada Masyarakat

Khususnya masyarakat kelurahan Joho kecamatan Sukoharjo, agar tetap terus berperan aktif dalam menyukseskan program penanaman pendidikan Islam, memberikan bantuan baik berupa materiil atau immateriil serta lebih bersemangat dalam memperkaya diri dengan ilmu-ilmu keislaman serta mengamalkannya dalam segala aspek kehidupan.

6. Bagi Pemerintah

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adi, Isbandi Rukminto. 2001.

Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, cet. ke-1.

---. 2013. Intervensi Komunitas dan Pengembangan Masyarakat.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arifin, H.M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta; Bumi Aksara.

Azizy A. Qodri, dkk. 2007. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Tahun 2004-2009. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI.

Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium III. Jakarta: Kencana.

Badan Litbang dan Diklat Pulitbang, 2007.

Kehidupan Keagamaan, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pendalaman Ajaran Agama melalui Majelis

Ta’lim. Jakarta: Depag RI.

Bukhari, Umar. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Daulay, Haidar Putra. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Depdiknas. 2001. Kurikulum Bebasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas RI.

Dhofier, Zamakhsyari. 1987. Tradisi Pesantren;Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES.

Djamas, Nurhayati. 2009. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Proyek Peningkatan Pendidikan Luar Sekolah pada Pondok Pesantren. 2003. Pedoman Tata Laksana Pengembangan Agribisnis di Pondok Pesantren. Jakarta: Depag RI.

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Pendidikan Islam. 2007. Kurikulum Diniyah Takmiliyyah Mata Pelajaran Fiqh/Ibadah. Jakarta: Depag RI.

Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan

Pondok Pesantren Ma’had Aly,

Bagian IV, Jakarta: Depag RI.

Faruq, Asadullah. 2010. Panduan Lengkap Mengelola dan Memakmurkan Masjid. Solo: Pustaka Arofah.

Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Hasbullah. 2011. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hery, Noer Aly. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Isbandi Rukminto Adi. 2001. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. cet.ke-1.

(16)

Khozin. 2006. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Islam di Indonesia. Malang: UMM Press.

K. Nothingham, Elizabeth. 1996. Agama dan Masyarakat; Suatu Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. ke-6.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004.

Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Marimba, Ahmad. 1989. Pengantar Fislsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.

Marzuki. 2002. Metodologi Riset.

Jogjakarta: PT Prasetia Widya Pratama.

Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Edisi Revisi.

Muchtar, Heri Jauhari. 2005. Fiqh Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet. ke-1.

Munsyi, Abdul Kadir. 1981. Metode Diskusi dalam Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.

Muslim bin Hajjaj.2004. Shahih Muslim. Beirut: Dar Ihya’ At-Turats Al-Arabiy, Jilid 8.

Nafi, M. Dian dkk. 2007. Praktis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara.

Nahlawi. Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Pers, cet. ke-1.

Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, cet. ke-1.

Nurdin, Ali. 2006. Quranic society:

Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam Al-Qur'an. Jakarta: Erlangga.

Open, Manfred dan Wolfgang Karcher. 1988. Dinamika Pesantren. Jakarta: P3M.

Poerwadarminta. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: UT, cet. ke-3.

Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2012 tentang Pendidikan Keagamaan Islam . 2003. Jakarta: Citra Umbara.

Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia. 1991.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Qomar, Mujamil. 2007. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Raharjo, Dawam. 1983. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.

Rahman, Abdur. 2005. Pendidikan Islam Integratif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salim, Peter dan Yenni Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Press.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, ed. 1.

Shaleh, A.R. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi dan Aksi.

Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa.

Siswanto. 2005. Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid,. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

(17)

Soekanto, Soerjono. 1998. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Graindo Persada, cet. ke-25.

Subandi, Ahmad. 1982. Psikologi Sosial. Jakarta: Bulan Bintang, cet. ke-11.

Sudjana, Nana. 2004. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung, Falah Production.

---. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet. ke- 5.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumpomo, Ahmad, dkk. 2002.

Pembelajaran Pesantren Suatu Kajian Komprehensif. Jakarta: Depag RI.

Suryosubroto. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspktif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tantowi, Ahmad. 2008. Pendidikan Islam di Era transformasi Global. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP

-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT IMTIMA, cet. ke-2.

Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya. 2003. Bandung: Citra Umbara.

Ya’qub, Hamzah. 1981. Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung: CV. Diponegoro.

Ziemek, Manfred. 1981. Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.

Zubaedi. 2005. Pendidikan Bebasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal

Adedeji, Luqman. 2012. Islam, Education and Development: The Nigerian Experience. British Journal of Arts and Social Sciences. ISSN: 2046-9578, Vol. 5 No. 2. Dept. of Arts & Social Sciences Education, University of Lagos, Akoka, Lagos, Nigeria.

Calam, Ahmad dan Mahmud Yunus Daulay. 2012.. Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran Kemajemukan Agama (Studi Kasus di Pesantren Aisyiyah Kelurahan Sei Rengas PermataKecamatan Medan Area kota Medan Propinsi Sumatera Utara–Indonesia). Jurnal SAINTIKOM. Vol. 11, No. 1. Januari.

Irfan, Paturohman. Jurnal Tarbawi. 2012.

Peran Pendidikan Pondok Pesantren dalam Perbaikan Kondisi Keberagaman di Lingkungannya (Studi Deskriptif pada Pondok Pesantren Dar Al-Taubah, Bandung). Vol. 1, No. 1 Maret.

Jamaluddin, Muhammad. 2012.

Metamorfosis Pesantren di Era Globalisasi. KARSA, Vol. 20, No. 1.

(18)

Noor, Mohd dkk. 2008. Keusahawanan Peladang di Lembaga Kemajuan Pertanian Muda (Mada): Kajian dari Sudut Pendekatan Sikap, IJMS 15 (1), 161-180, Kolej Perniagaan, Universiti Utara Malaysia

Pramudia, Joni Rahmat. 2007. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Radio Komunitas Untuk Perluasan Pendidikan Non Formal. Vol. 4, No.1, April:7-16.

Salleh, Mohamad Johdi. 2009. Integrated Islamic Education: Need for

Thematic Approaches’. 14

November, Singapore Islamic Education System- SIES Seminar, Wisma MUIS, Singapore.

Tan, Charlene, Educative Tradition and Islamic Schools in Indonesia. Journal of Arabic and Islamic Studies 14 (2014): 47-62, Nanyang Technological University, Singapore.

Thahir, Mustain. 2014. The Role and Function of Islamic Boarding School. TAWARIKH: International Journal for Historical Studies, 5(2) April.

Zainuddin, H. M. 2001. Mengenal Dunia

Pesantren, Makalah disampaikan dalam forum Studi tentang Islam

(SItI) di Institut Pendidikan Theologia (IPTh) Balewiyata, GKJW, 03 Februari.

Website

Anwarlani.Blogspot.Com/2009/10/Kontribu si-Pesantren-Terhadap.Html. (diakses pada 10/02/2014).

http://

mahad-ukhuwah.blogspot

.com/p/profil-lembaga.html. (diakses pada 19/2/2014).

http://www.psychologymania.com/2012/10/t

eori-respon.html/ (diakses pada

19/06/14).

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_non

formal. (diakses pada tanggal 16/06/14).

http://pdpontrenblora.blogspot.com/2013/03/

selayang-pandang-pendidikan-al-quran.html. (diakses pada tanggal

16/06/14).

http://apri76.wordpress.com/2012/04/30/pen

didikan-nonformal-perspektif-pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah memberikan pengetahuan bagi para mahasiswa maupun non mahasiswa tentang persepsi tentang perilaku seks pranikah pada

Langkah-langkah dalam pendekatan inkuiri terbimbing yaitu mengajukan masalah, mengajukan dugaan, mengumpulkan data, menguji dugaan (konjektur), dan merumuskan

The photographs mostly show young women with her pretty face and wearing modern clothes, we see that the representation of healthy women is tend to be modern, eventhough

Agar dapat berjalan dengan sesuai yang telah direncanakan, sebuah Network Planning merupakan alat bagi seorang pimpinan proyek untuk dapat melaksanakan penjadwalan

 Basic Magement Development Program (BMDP) dilaksanakan dengan tujuan memberikan pelatihan jabatan paling dasar sebagai prasyarat untuk dapat memperoleh jabatan managerial

Penelitian ini, yang berjudul kisah Besi Pare Tonu Wujo dalam Masyarakat Lamaholot: Terbitan Teks, Analisis Struktur, dan Fungsi memaparkan empat masalah utama, yaitu

[r]

klien ke bagian grafis untuk diolah sesuai dengan keinginan klien. 3) Tahap ke tiga yaitu bagian desainer grafis mengerjakan desain. 4) Tahap ke empat yaitu setelah desain