HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN TINGKAT
KONTROL ASMA PADA PENDERITA ASMA DI BALAI
BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM)
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
SISKA ASRININGSIH
J 410 100 036
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ARTIKEL PENELITIAN Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Tingkat Kontrol Asma Pada Penderita Asma Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
1 HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN TINGKAT KONTROL ASMA PADA PENDERITA ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM)
SURAKARTA
Siska Asriningsih*, Giat Purwoatmodjo**, Anisa Catur Wijayanti***
*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS
ABSTRAK
Kematian pada asma disebabkan karena hipoksia yang menyebabkan henti jantung-napas akut. Orang yang tinggal di lingkungan perokok memiliki risiko lebih tinggi terserang penyakit asma karena kandungan zat kimia berbahaya yang dihirup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paparan asap rokok dengan tingkat kontrol asma pada penderita asma di BBKPM surakarta. Metode penelitian ini menggunakan rancangan Crossectional dengan sampel 37 orang. Pemilihan sampel menggunakan teknik convinience sample. Berdasarkan uji statistik menggunakan Fisher’s didapatkan nilai p = 0,0000 (p<0,05). Odd Ratio yang dihasilkan dari uji
Fisher’s adalah OR=40,5 (95% CI = 1,117-12,418). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan paparan asap rokok dengan tingkat kontrol asma pada penderita asma di BBKPM Surakarta
Kata Kunci : Paparan asap rokok, tingkat kontrol, asma
ABSTRACT
The death of asthma is causad by hypoxia that cardiac arrest and out of breath. People who live in the environment smokers have a higher risk attacked by asthma due the harmful chemical subrance which are inhaled. The purpose of the study is to detirmine the associated of cigarette smoke exsposure with level control of asthma in asmathics in Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. This research is use the method of Crossectional design with a sample 37 people. The selection of the sample is use a convenience sampling technique. Based on statistical
test using Fisher’s, that is obtained p value = 0,000 (p<0,05). Odd Ratio in this research
OR=40,5(95% CI =1,117 to 12,418). Conclusions that there is a corelation of smoke cigarrette exsposure with level control of asthma in asthmatics in Balai Besar Kesehatan Masyarakat (BBKPM) Surakarta.
PENDAHULUAN
Asma merupakan gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Somantri, 2008). Asma mempunyai fatalitas yang rendah, namun apabila asma tidak terkontrol akan menyebabkan individu mempunyai keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Laporan Central for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan pada tahun 2008 sebanyak
10,5 juta orang kehilangan hari sekolahnya, dan 14,2 juta orang kehilangan hari bekerjanya akibat asma. Pada tahun 2009 sebanyak 3.388 orang meninggal akibat asma, sedangkan di Amerika penderita asma meningkat 15% (CDC, 2011).
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
2 mencatat 225.000 orang meninggal karena
asma. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 secara keseluruhan prevalensi asma di Indonesia 3,5%. Di tahun 2013 penderita asma meningkat menjadi 4,5% (Kemenkes, 2013).
Paparan asap rokok sangat berperan dalam terjadinya penurunan fungsi paru dimana asap rokok merupakan campuran komplek antar 4.000 bahan kimia, termasuk radikal bebas dan oksidan dalam konsentrasi tinggi. Hasil penelitian Lauranita (2011) menunjukkan kelompok pasien dengan latar belakang lingkungan perokok tembakau mengalami serangan asma lebih sering dibandingkan kelompok pasien tanpa lingkungan perokok. Pasien dengan lingkungan perokok tembakau rata-rata mengalami serangan mengi 4,70 kali, batuk 2,9 kali, dan sesak 3,40 kali per minggu. Dalam penelitian Agil (2012) juga menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama paparan asap rokok dengan tingginya frekuensi eksaserbasi asma, dimana semakin sering pasien mengalami eksaserbasi maka makin rendah nilai tingkat kontrol asma.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang telah dilakukan di BBKPM surakarta, koordinator rawat jalan BBKPM Surakarta menjelaskan bahwa masyarakat lebih memilih berobat ke BBKPM karena dokter yang menangani merupakan dokter mahir paru dan perawat yang sudah memperoleh pelatihan khusus paru dengan supervisi/konsultan dokter spesialis paru. Disisi lain kunjungan asma di BBKPM Surakarta dalam kurun waktu tiga tahun terakhir cenderung meningkat. Pada tahun 2011 sebanyak 565 pasien, tahun 2012 sebanyak 602 pasien, dan tahun 2013 sebanyak 882 pasien. Sehingga penyakit asma menduduki peringkat ketiga setelah Bronkitis, dan TB-BTA positif.
Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya penurunan fungsi paru, yang mempengaruhi tingkat kontrol asma pada penderita asma.
METODE
Jenis penelitian adalah penelitian observasional analitik, dengan rancangan Cross Sectional. Lokasi penelitian ini adalah di BBKPM Surakarta yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2014. Adapun pengitungan sampel dalam penelitian ini sejumlah 37 orang.
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Conveniience Sampling yaitu mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di Poli non-TB di BBKPM Surakarta.
Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentase setiap variabel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik dan di interpretasikan. Pada analisis bivariate,untuk melihat hubungan paparan asap rokok dengan tingkat kontrol asma perbedaan menggunakan uji Fisher exact, dengan derajat kepercayaan 95%.
HASIL
A. Karakteristik Responden
ARTIKEL PENELITIAN Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Tingkat Kontrol Asma Pada Penderita Asma Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
3 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 37,8
Perempuan 23 62,2
Total 37 100
Kelopok Umur (tahun)
16-21 3 8,1
22-27 2 5,4
28-33 2 5,4
34-39 4 10,8
40-45 4 10,8
46-51 7 18,9
52-57 7 18,9
58-63 5 13,5
64-69 3 8,1
Total 37 100
Tingkat Pendidikan
Tamat SD/ Sederajat 7 18,9
Tamat SMP/ Sederajat 11 29,7
Tamat SMA/ Sederajat 12 32,4
Tamat PT/Sederajat 7 18,9
Total 37 100
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 7 18,9
Wiraswasta 7 18,9
Swasta 13 35,1
Buruh 2 5,4
PNS 6 16,2
Pelajar 2 5,4
Total 37 100
B. Analisis Univariat
1. Paparan Asap
Rokok
Proporsi paling banyak adalah responden yang terpapar asap rokok yaitu 29 orang (78,4%), sedangkan responden yang tidak terpapar asap rokok hanya 8 orang (21,6%). Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik Kategori Paparan Asap Rokok.
2. Tingkat Kontrol Asma
Proporsi tingkat kontrol asma paling banyak adalah pasien dengan asma yang tidak terkontrol yaitu sebanyak 29 orang (78,4%). Dapat dilihat pada gambar 2.
29 (78,4%)
8 (21,6%)
0 10 20 30 40
Terpapar Tidak Terpapar
Ju
m
lah
Pas
ie
n
Fakultas Ilmu Kesehatan
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Paparan Asap Rokok dengan Tingkat Kontrol Asma.
Pada uji fisher diketahuai didapatkan nilai p= 0,000. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna lama paparan asap rokok dengan tingkat kontrol asma. Odd Ratio
yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 40,5 ( 95% CI = 1,117-menurunkan nilai ACT.
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Tingkat Kontrol Asma
Pasien asma sebagian besar terpapar asap rokok yaitu sebanyak 29 orang (78,4%). Sedangkan yang tidak terpapar asap rokok hanya 8 orang (21,6%). Hasil penelitian Deisner et al (2005) melaporkan 60% penderita asma terpapar asap rokok akan berpengaruh buruk pada penderita asma.
Proporsi responden menurut lama terpapar asap rokok pada penelitian ini adalah yang terpapar sedang (kurang dari sama dengan 3jam/hari) sebanyak 15 orang (40,5%), dan yang terpapar tinggi ( lebih dari 3jam/hari) sebanyak 14 orang (37,8%). Data tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang terpapar sedang, hasil
yang serupa juga didapatkan Agil (2012) yang menemukan 72,5% responden terpapar sedang. Hal ini terjadi dikarenakan bahwa secara umum pasien asma akan berusaha untuk menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan gejala-gejala asma pada dirinya (gambar 3).
Terkontrol Tidak Terkontrol
ARTIKEL PENELITIAN Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Tingkat Kontrol Asma Pada Penderita Asma Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
5 B.Tingkat Kontrol Asma
Tingkat kontrol asma pada penelitian ini didapatkan berdasarkan hasil kuesioner ACT, kemudian didapatkan sebanyak 28 orang (75,7%) dengan kategori asma tidak terkontrol, 9 orang (24,3%) dengan kategori asam terkontrol. Pada penelitian yang dilakukan Bachtiar et al (2010) yang juga menggunakan kuesioner ACT untuk menilai tingkat kontrol asma dimana didapatkan hasil yang hampir serupa yaitu 230 orang (66,9%) dengan asma tidak terkontrol. Hasil penelitian Atmoko et al (2011) menunjukkan pasien asma tidak terkontrol sebanyak 81 orang (75,7%). Beberapa penelitian serupa di luar negeri juga memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, salah satunya penelitian di Kanada dengan sampel sebanyak 10,428 pasein didapatkan hasil 59% pasien tidak terkontrol (Manfreda, 2004). Hal tersebut menunjukan bahwa pencapaian tingkat asma terkontrol masih sulit, karena banyak faktor yang dapat mencetuskan serangan asma selain asap rokok juga ada hal-hal lain seperti pejanan terhadap udara dingin, debu ataupun aktifitas fisik juga dapat memicu serangan asma.
Pada penelitian ini didapatkan lebih banyak jumlah responden perempuan dengan asma tidak terkontrol yaitu sebanyak 20 orang (69%), dibandingkan dengan laki-laki 9 orang (31%) dengan asma tidak terkontrol. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengapa perempuan lebih rentan daripada laki-laki antara lain sebagai konsekuensi dari mekanisme hormonal, perbedaan dalam ukuran saluran napas, meningkatnya persepsi obstruksi pada
perempuan, paparan yang lebih besar dan alergi terhadap alergen, dan kurang optimalnya pengobatan karena perilaku pasien atau dokter (Moreno et al 2012).
Gambar 5. Tingkat Kontrol Asma Berdasarkan Jenis Kelamin.
C.Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Tingkat Kontrol Asma
Berdasarkan analisis statistik terdapat hubungan bermakana antara paparan asap rokok dengan tingkat kontrol asma. Ditinjau dari agama islam, ayat-ayat Al-qur’an dan hadist nabi mengharamkan segala hal yang dapat membahayakan kesehatan manusia, terdapat pada firman Allah Q.S
Al-a’raf:157, Q.s Al-Baqarah: 195, Q.s
An-Nisa: 29, dan Q.S Al-ahzab:58. Merokok adalah faktor utama penyebab berbagai penyakit yang berakibat pada kematian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa asap rokok merangsang silia yaitu bulu-bulu halus yang terdapat pada permukaan saluran napas, sehingga sekret mukus meningkat menjadi 30-50%. Hal ini mengakibatkan silia tersebut akan mengalami kerusakan dan mengakibatkan menurunnya fungsi ventilasi paru. Kerusakan dari saluran napas dan disertai dengan menurunnya imunitas tubuh terhadap inhales agent menyebabkan mudahnya terjadi infeksi pada saluran napas seperti bronkitis
20%
Tidak Terkontrol Terkontrol
Per
sen
tase
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
6 kronis, episema paru dan lainnya sampai
terjadi kanker terutama kanker paru (Pradono et al, 2003). Fungsi paru-paru pasien asma lebih buruk bila terkena paparan asap rokok, dan di dalam laporan terbaru hiperresponsivenes bronkial merupakan faktor resiko untuk pengembangan gejala pernapasan dan penururnan fungsi paru-paru pada orang yang sehat yang terpapar asap rokok (Brideuvax et al 2007). Asap rokok akan mempengaruhi inflamasi dan peningkatan permeabilitas epitel saluran pernapasan (Jaakkola et al, 2003).
Hasil penelitian Thomson et,al (2010) menunjukan bahwa rokok menyebabkam berbagai macam mekanisme yang menyebabkan resistensi terhadap kortikosteroid dan downregulation fungsi reseptor β adrenergik yang mana akan meyebabkan penurunan respond klinis terhadap pengobatan dengan β agonis, sehingga meningkatkan potensi eksaserbasi yang akan berdampak pada penurunan nilai ACT. Karena penilaian ACT adalah dilihat dari seberapa sering penderita mengalami eksaserbasi, seberapa sering penderita terbangun malam karena asma, seberapa sering penderita membutuhkan obat pelega, dan seberapa sering penyakit asma yang diderita mengganggu aktifitas
PENUTUP A. SIMPULAN
1. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 orang, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (62,2%). Kelompok umur paling banyak adalah umur 46-51 tahun dan 52-57 tahun sebanyak 7 orang (18,9%). Sebagian besar responden dalam penelitian ini
memiliki tamat SMA/Sederajat yaitu sebanyak 12 orang (32,4%). 2. Proporsi paparan asap rokok paling
banyak adalah pasien yang terpapar yaitu sebesar 78,4%, sedangkan yang tidak terpapar sebesar 21,6%. 3. Proporsi tingkat kontrol asam paling
besar adalah responden dengan asma tidak terkontrol yaitu sebesar 78,4%. Sedangkan responden dengan asma terkontrol sebesar 21,6%.
4. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara semakin lama paparan asap rokok yang dialami seseorang penderita asma dengan tingkat kontrol asma dengan nilai p 0,000 < 0,05. Odd Ratio pada penelitian ini adalah OR=40,5 ( 95% CI =1,117-12,418).Terdapat perbedaan nilai rata-rata sikap tentang pencegahan penyakit pes antara sebelum dan sesudah perlakuan (p-value=0,000). B. SARAN
1. Bagi BBKPM Surakara
a. Meningkatkan penyuluhan kesehatan yang sudah menjadi program BBKPM Surakarta setiap hari rabu, terutama mengenai penyakit asma dan bahaya paparan asap rokok. b. Lebih mengaktifkan kembali
konseling asma yang sudah ada.
c. Memberikan pengetahuan yang lengkap dan jelas pada pasien oleh dokter maupun konselor dengan pengetahuan terkini yang didapat dengan mengikuti perkembangan penyakit asma secara langsung dengan mengikuti seminar asma maupun tidak langsung dengan jurnal internasional terbaru.
2. Bagi Penderita Asma
ARTIKEL PENELITIAN Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan Tingkat Kontrol Asma Pada Penderita Asma Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
7 terkontrol penuh, yaitu dengan
menghindari alergen, dan bisa juga mengikuti senam asma setiap hari minggu di BBKPM Surakarta.
b. Mengikuti konseling asma yang sudah ada di BBKPM Surakarta.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan sampel yang lebih besar, dan dapat menggunakan desain kasus-kontrol, serta melakukan pemeriksaan kadar Cotinine pada urin penderita asma sehingga dapat menghasilakn hasil yang lebih maksimal. Selain itu juga dapat menambahkan variabel seperti frekuensi kunjungan konseling asma dengan peningkatan nilai ACT pada penderita asma.
DAFTAR PUSTAKA
Atmoko W., Faisal P., Bobian T., Adisworo W., dan Yunus F. 2011. Prevalensi asma tidak terkontrol dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kontrol asma di poliklinik asma rumah sakit persahabatan. Jakarta. Jurnal Resprirologi Indonesia. 31 (2) : 53-60
Agil P. 2012. Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dan Frekuensi Terjadinya Eksaserbasi Asma Pada Pasien Asma yang Berobat ke RSU Dr Soedarso. [Skripsi Ilmiah]. Pontianak : Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura Pontianak. Brideuvax PO, Cornuz J, Gaspoz JM, et al.
2007. Secondhand Smoke and Healthrelated Quality of Life in Never Smoker: Resulth From The SAPALDIA Cohort Study.
JAMA Internal Medicine (Vol. 167.No. 22.
Central for Disease Control and Prevention. 2011. Asthma Impact on The Nation. USA: National Asthma Control Program.
Deisner, M., J Klein,. S K Hammond, G Horen,. G Lactao, C Irribarren. Directly Mesured Second Hand Smoke Exposure and Asthma Health Outcome. USA: University California. Thorax: An International Journal Of Respiratory Medicine. 60: 793. thorax.bmj.com
Departemen Agama RI. 1976. Al Qur’an dan terjemahan. Jakarta : Bumi Restu
Jaakkola, MS., et.al. 2003. Enveronmental Tobacco Smoke And Adult-Onset Asthma. USA. American Journal Of Public Health. 93(12): 2055-260.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013 . Riset
Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Badan Penelitian dan Pengambangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Surakarta
8 Manfreda J., Sears MR, Becklake MR,
Chan-Yeung M, Dimich-Ward H, Seirsted HC. 2004. Geographic and Gendervariability in The Prevalence Of Bronchil Responsiveness in Canada.
Pradono J dan Kristianti Ch M. 2003. Perokok Pasif Bencana yang Terlupakan. Jakarta: Buletin Penelitian Vol.31. No. 4. 2003:211-222
Somantri I. 2008. Asuhan keperawwatn pada pasien dengan
gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba medika.
Thomson NC., Spears M. The role Of Cigarette smoking On Persistent Airflow Obstruction in asthma.
American Journal