• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Kemampuan Siswa Tunagrahita Ringan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Tipe-Tipe Perkalian T1 202012025 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Deskripsi Kemampuan Siswa Tunagrahita Ringan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Tipe-Tipe Perkalian T1 202012025 BAB IV"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan tes tertulis serta wawancara dengan semua subjek. Tes tertulis dan wawancara tahap pertama dilakukan pada tanggal 16 November 2015, sedangkan tahap kedua dilakukan pada tanggal 1 Desember 2015. Tahap pertama, penulis mengambil data pada soal scalar multiplication serta array multiplication dan pada tahap yang kedua penulis mengambil data mpada soal combinatorial multiplication. Terdapat 3 subjek dalam penelitian ini yang mana semua subjek adalah laki-laki. Subjek pertama adalah RK, subjek kedua adalah AF, dan subjek terakhir adalah AR. Ketiga subjek tersebut merupakan siswa kelas IXc (tunagrahita) SLB Negeri Salatiga. Subjek diminta untuk menuliskan jawaban di lembar jawab dan dilanjutkan dengan wawancara untuk mendapatkan informasi lebih rinci. Jawaban tertulis siswa dan hasil wawancara kemudian dianalisis. Berikut akan dipaparkan mengenai hasil wawancara beserta dengan analisisnya.

A. Subjek RK

1. Soal cerita tipe scalar multiplication

Subjek RK adalah siswa yang menyukai pelajaran matematika. Hal ini terlihat dalam wawancara berikut:

P : RK tadi habis pelajaran apa? RK : IPS

P : oo, IPS. Gampang tidak pelajarannya? RK : iya

P : emm, kalau pelajaran matematika suka tidak? RK : Suka (dengan lantang)

P : Kenapa kok suka matematika? RK : Suka

P : o, suka.

(2)

menyebutkan rupiahnya saja, lalu diralat dengan menyebutkan “dua ribu juta” dan ketika penulis bertanya untuk mengkonfirmasi, subjek tidak menjawab dan RK melanjutkan membaca soal. Setelah selesai membaca soal, RK tidak langsung mengerjakan soal tersebut dan nampak sedikit kebingungan. Setelah ditanya “berapa jawabannya?” dan diminta untuk mengerjakan di kertas, ia langsung bergegas untuk mengerjakan soal tersebut.

RK menulis jawaban pada lembar jawabnya dengan runtut. Runtut yang dimaksud adalah ia menuliskan soalnya kemudian menulis “jawab” dan apa yang diketahui dari soal serta menuliskan kesimpulan (dapat dilihat pada gambar 1). Setelah selesai menulis soal, ia sedikit kebingungan. Ketika ditanya apa yang diketahui dari soal itu, ia menjawab “1 buah buku tulis”. Kemudian, penulis menanyakan berapa harganya dan ia menjawab dua ribu. Jadi, saat mengerjakan soal RK sudah mengetahui cara membaca Rp. , dengan benar. RK menulis dalam lembar jawabnya: “1 buah buku tulis = Rp. , ”. Setelah itu ia berhenti lagi dan nampak kebingungan. Ternyata, ia harus diberi petunjuk serta diberitahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengerjakan soal. Penulis menanyakan berapa harganya dan ia menjawab “1 kali dua ratus ribu” (membaca Rp. , dengan dua ratus ribu dengan ragu-ragu) sambil menunjukkan angka-angka di dalam soal. Penulis menanyakan berapa harga buku tulis, ia dapat langsung menjawab lima kali dua ribu, namun ia menuliskannya di dalam lembar jawab “5 buah buku tulis = Rp. , ”. Setelah ditanya lebih mendalam, ia menuliskan Rp. , × . RK sedikit kesulitan untuk menemukan hasil dari perkalian tersebut. Pertama-tama, ia menghitungnya dengan × sama dengan 10 dan beberapa saat kemudian menjawab 10.000 dan menuliskannya di lembar jawabnya.

(3)
[image:3.612.75.546.63.688.2]

Gambar 1. Jawaban tertulis RK soal scalar multiplication

2. Soal cerita tipe array multiplication

Pada saat mengerjakan soal cerita tipe array multiplication, langkah pertama yang dilakukan RK adalah menuliskan soal pada lembar jawabnya. Kali ini, subjek tidak membaca secara lisan namun langsung menuliskan soalnya. Subjek ternyata sudah memahami soal tersebut. Ketika selesai menulis, RK langsung menggambar sebuah persegi panjang. Sesekali subjek melihat soal untuk menuliskan apa yang diketahui dalam soal. Ia juga menuliskan panjang dari sisi-sisi persegi panjang tersebut. Awalnya, RK menuliskan satuan dari sisi persegi panjang tersebut dengan cm. Setelah ditanya mengapa satuannya cm, ia mengganti cm dengan jelly. Ketika RK ditanya berapa jumlah jelly yang ada di atas nampan, ia menjawab dengan mudah “empat kali lima sama dengan dua puluh” kemudian RK menuliskan jawaban tersebut pada lembar jawabnya. Dalam soal ini, RK tidak menuliskan kesimpulan dari soalnya.

(4)

3. Soal cerita tipe combinatorial multiplication

Seperti dalam soal sebelumnya, RK menuliskan kembali soal cerita tipe combinatorial multiplication pada lembar jawabnya. Kali ini, ia memahami soal dengan membacanya secara lisan. Kemudian ia menyebutkan apa yang diketahui dalam soal tersebut, yaitu 2 buah celana dan 4 kemeja yang berbeda. RK menuliskan apa yang diketahui dalam soal, namun ia kebingungan dalam menemukan jawabannya. Perlu berpikir lama untuk menemukan jawabannya, dan akhirnya ia mengatakan dua ditambah empat. Penulis menanyakan mengapa 2 ditambah 4, dan RK dengan yakin mengatakan dua dikali empat dan langsung menuliskan jawabannya pada lembar jawabnya. RK sudah lancar dalam hal perkalian dua bilangan sederhana, sehingga ia langsung menjawab 8. RK belum mengerti istilah satu pasang baju dan celana, sehingga ia menjawab ada 8 baju dan bukan 8 pasang baju dan celana. Ketika subjek ditanya mengapa dikali dan bukan ditambah, secara spontan ia langsung menghapus jawaban dan menggantinya menjadi

(5)
[image:5.612.78.544.66.572.2]

Gambar 3. Jawaban tertulis RK soal combinatorial multiplication

B. Subjek AF

1. Soal cerita tipe scalar multiplication

Subjek yang kedua adalah AF dimana ia sedikit pemalu. Saat pertama diwawancarai, ia terlihat malu dan seperti takut dengan orang asing. Saat menjawab pertanyaanpun suaranya sangat kecil dan tidak berani melihat penulis. Dari hasil wawancara, AF menyukai pelajaran matematika meskipun ia menjawab dengan malu-malu dan sedikit takut.

(6)

mengganti jawabannya kembali di tempat yang sama sehingga tulisannya menumpuk. AF juga tidak bisa menyebutkan apa yang diketahui dari soal. AF kemudian menjawab lagi harga 5 buku ��. . . . Dalam penulisannya pun, AF masih salah dalam penggunaan koma atau titik. Saat ditanya mengapa bisa 50.000, ia malah menjawab lima puluh dua ribu.

Penulis mencoba membantu dengan menerjemahkan soal ke dalam gambar, namun AF tetap saja tidak bisa menghitung harga 5 buku tersebut. Setelah diberikan petunjuk oleh penulis, AF mengerti bahwa harga 1 buah buku tulis adalah Rp. 2000,00. Saat ditanya kembali harga 2 buku tetap saja ia tidak bisa menjawabnya kemudian menjawab asal tiga ribu kemudian menjawab lagi lima ratus rupiah, dan kembali menjawab lima ratus ribu rupiah, namun ketika ditanya mengapa bisa begitu ia juga tidak bisa menjawab.

(7)
[image:7.612.75.544.66.668.2]

Gambar 4. Jawaban tertulis AF soal scalar multiplication

2. Soal cerita tipe array multiplication

Hal pertama yang AF lakukan ketika mengerjakan soal tipe array multiplication adalah membaca soal dengan lirih kemudian menuliskan soal di lembar jawabnya. Setelah

selesai menulis soal, ia langsung menuliskan jawabannya beserta caranya. Ia menuliskan “ × = + + + + = . Cara yang digunakan AF sudah tepat termasuk secara

konsep matematika dimana × = + + + + dan bukan × = + + + namun, ia salah dalam menghitung hasil × . Ia tidak bisa

(8)
[image:8.612.75.543.64.661.2]

Gambar 5. Jawaban tertulis AF soal array multiplication

3. Soal cerita tipe combinatorial multiplication

Saat mengerjakan soal tipe combinatorial multiplication, subjek AF langsung menulis soal di lembar jawabnya. Ia juga langsung menuliskan jawabannya pada lembar jawabnya namun, ia menulis + = sehingga jawabannya 6 pasang. Setelah penulis bertanya mengapa bisa ditambah, ia langsung mengganti jawabannya yang semula ditambahkan menjadi dikalikan. Ia tidak menulis ditempat yang baru, namun pada tulisan awalnya sehingga tulisannya menumpuk. AF menyelesaikan perkalian dengan membuat penjumlahan berulang. Secara konsep matematika, ia menuliskan penjumlahan berulang dengan tepat, yaitu × = + = 8.

(9)
[image:9.612.76.543.77.679.2]

Gambar 6. Jawaban tertulis AF soal combinatorial multiplication

C. Subjek AR

1. Soal cerita tipe scalar multiplication

Subjek yang ketiga adalah AR. Berdasarkan hasil wawancara, kadang-kadang ia menyukai matematika tetapi kadang-kadang tidak menyukainya karena susah. Guru matematika AR mengatakan bahwa AR merupakan siswa yang paling pandai dalam pelajaran matematika dibanding dengan teman sekelasnya yang lain. Secara fisik dan perilaku, AR juga terkesan seperti anak normal lainnya dan tidak menunjukkan adanya kebutuhan khusus dalam dirinya. Komunikasi AR juga lebih baik daripada teman-temannya yang lain. Saat diwawancarai, ia terkesan sedikit takut namun ia murah senyum.

AR membaca soal cerita tipe scalar multiplication dalam hati dan mencoba untuk memahami soal. Dengan sekali membaca soal, ia mencoba untuk menghitung secara mencongak dan menjawab sepuluh ribu. Penulis menanyakan mengapa bisa 10.000 dan ia langsung menuliskan jawabannya di sebuah kertas. Tanpa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal, ia langsung menuliskan + + kemudian ia

berhenti menulis. Penulis menanyakan ada berapa buku tulis yang

(10)

tempat yang ada, sehingga ia menulis 6.00 di atas dan menambahkan 0 dibawahnya. Penulis meyakinkan AR dengan jawabannya dan meminta untuk mengecek kembali namun ia tetap yakin bahwa hasilnya adalah 6.000.

Karena AR masih tetap yakin bahwa + + + + =

. , penulis kemudian mengeluarkan 5 lembar uang 2000-an dan memeragakan + + + + . Awalnya, ia tetap berpendapat bahwa hasilnya

[image:10.612.70.544.150.630.2]

6000. Namun, setelah penulis mendekte satu-satu ia baru menjawab bahwa hasilnya adalah 10.000. Penulis memulai dengan memberikan 2 lembar 2000-an dan AR menjawab empat ribu. Kemudian penulis menambahkan selembar uang 2000-an lagi dan AR menjawab enam ribu. Penulis kembali menambahkan selembar uang 2000-an (menjadi 4 lembar 2000-an) dan meminta AR menghitung jumlahnya dan ia berpikir agak lama kemudian menjawab delapan ribu. Kemudian penulis menambahkan selembar uang 2000-an lagi, dan AR baru menjawab sepuluh ribu. AR kemudian menghapus jawaban yang semula dan menggantinya dengan 10.000. Ia juga menuliskan 10.000 dengan cara menulis 10.0 di atas dan 00 di bawahnya karena tempatnya sudah tidak cukup. AR menuliskan jawabannya dengan cara penjumlahan berulang. AR tidak mengetahui cara penulisan jawaban tersebut dengan bentuk lain dan itu menandakan bahwa ia tidak berpikir bahwa soal tersebut merupakan soal perkalian.

Gambar 7. Jawaban tertulis AR soal scalar multiplication

(11)

AR masih kurang memahami soal. Karena AR terlihat bingung, penulis mencoba memberikan petunjuk dengan menanyakan apa itu sisi dan meminta AR untuk menggambar dari apa yang diketahui dalam soal. Karena kurang memahami, AR malah menggambar sebuah balok. Setelah itu, penulis kembali meminta AR untuk menggambarkan sebuah nampan tetapi ia malah menggambar sebuah persegi. Kemudian penulis meminta AR menggambarkan sebuah persegi panjang dan AR menghapus gambar perseginya tadi. Penulis mencoba memberikan petunjuk kembali dengan menanyakan mana sisi terpanjang dalam persegi panjang tersebut serta banyaknya jelly yang ada dalam sisi terpanjang dan AR menjawab lima. Akan tetapi, AR masih tetap bingung dan tidak bisa menjawab soal tersebut.

Penulis sudah mencoba dengan memberikan pertanyaan yang sekaligus sebagai petunjuk untuk mengerjakan dan tetap saja AR tidak bisa menyelesaikan soal tersebut. Karena AR sudah nampak sedikit bosan dan kebingungan, penulis mencoba dengan langkah selanjutnya yaitu dengan memberikan gambar. Penulis menggambarkan banyaknya jelly seperti yang ada dalam soal. Setelah melihat gambar tersebut AR baru bisa menemukan jawaban dari soal tersebut yaitu sebanyak 20, namun cara yang digunakan AR untuk menghitung banyaknya jelly tersebut dengan menghitung satu persatu. Penulis menanyakan apakah ada cara lain untuk menemukan jumlah jelly yang ada pada nampan, namun AR tidak tahu. Penulis kembali bertanya tentang rumus luas persegi panjang, namun AR juga tidak mengetahuinya.

(12)
[image:12.612.76.545.74.675.2]

Gambar 8. Jawaban tertulis AR soal array multiplication

3. Soal cerita tipe combinatorial multiplication

Pertama kali yang AR lakukan adalah membaca soal cerita tipe combinatorial multiplication tanpa bersuara. AR mengerjakan 3 soal yang diberikan dengan tidak pernah menuliskan kembali soal pada lembar jawabnya namun ia langsung menuliskan cara dan jawabannya. Dalam mengerjakan soal ini, AR langsung mengetahui cara serta jawabannya. Ia menuliskan × = 8 di dalam lembar jawabnya. Penulis bertanya bagaimana bisa mendapatkan cara tersebut dan mengapa menggunakan cara tersebut, namun AR tidak bisa menjawabnya.

(13)
[image:13.612.73.543.73.670.2]

Gambar 9. Jawaban tertulis AR soal combinatorial multiplication

D. Analisis Kemampuan Perkalian Subjek Tipe Scalar Multiplication, Array Multiplication, dan Combinatorial Multiplication

1. Kemampuan Perkalian RK

Subjek RK sudah mengerti mengenai scalar multiplication. Hal ini nampak ketika RK dapat mengerjakan soal tersebut dengan benar dan dapat menjawab soal lain yang serupa dengan benar pula. Tanpa berpikir panjang, RK langsung mengetahui bahwa soal tersebut merupakan soal perkalian. Dengan sedikit bantuan berupa pertanyaan yang diberikan, RK dapat menjawab soal tipe scalar multiplication dengan benar. Secara urutan dalam mengerjakanpun RK runtut dengan menuliskan kembali soal beserta apa yang diketahui.

(14)

tahap simbolik, individu telah mampu memiliki ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika (Hudoyo, 1990). RK juga menuliskan jawabannya hanya dengan sebuah gambar persegi tanpa ada gambar jelly yang tersusun di dalam persegi tersebut. Awalnya, RK salah dalam menuliskan satuan. Ia menuliskan satuan dengan cm, padahal seharusnya dengan satuan jelly. Setelah ditanya mengapa menuliskan cm, RK sedikit kebingungan namun langsung mengerti bahwa satuannya itu salah dan menggantinya dengan jelly.

Saat mengerjakan soal cerita tipe combinatorial multiplication, RK terkesan menebak jawaban. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban RK yang berubah-ubah. Awalnya, jawaban RK pada lembar jawab sudah benar namun, ketika ditanya alasan dari jawabannya itu RK tidak menjawab tetapi langsung menghapus jawabannya dan menjadi + . Ketika ditanya lagi mengapa dijumlahkan, RK tidak menjawab dan mengubah jawabannya lagi. Penulis menggambarkan 4 buah baju dan 2 buah celana, dan meminta RK untuk menunjukkan satu pasang celana baju dan ternyata RK tidak mengetahui maksud dari 1 pasang baju dan celana. Hal itu menunjukkan bahwa RK belum memahami soal combinatorial multiplication sehingga hanya menebak jawaban saja.

2. Kemampuan Perkalian AF

(15)

dikatakan sudah memahami soal cerita tipe ini. Tanpa dibantu oleh penulis AF dapat mengetahui cara yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut, meskipun awalnya AF salah dalam menjumlahkan sehingga hasil akhirnya salah. Setelah kembali menghitung, AF dapat menemukan jawabannya dengan tepat.

Untuk soal cerita tipe combinatorial multiplication, AF dapat menjawab soal dengan benar namun ia hanya menebak-nebak saja dan belum paham mengenai soal tersebut. Hal ini dibuktikan AF tidak dapat menunjukkan 1 pasang baju dengan gambar dan dapat menunjukkan ketika diberikan contoh oleh penulis. AF menganggap bahwa 1 celana hanya bisa digunakan dengan 1 baju saja, sehingga ia tidak bisa menunjukkan kedelapan pasang baju dan celana dengan menggunakan gambar. Bukti lain adalah awalnya AF menjawab soal dengan menuliskan + = , namun ketika ditanya mengapa bisa dijumlahkan AF mengganti jawabannya dengan dikalikan dan hasilnya 8. Ia hanya menebak jawaban tanpa memahami soal dengan benar

3. Kemampuan Perkalian AR

Berbeda dengan dua subjek sebelumnya, AR memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan ketiga soal cerita ini. Meskipun AR menyelesaikan soal cerita tipe scalar multiplication dengan menggunakan cara penjumlahan berulang, ia tetap dapat menjawab soal dengan benar dan dapat dikatakan bahwa AR sudah paham mengenai soal scalar multiplication. Ia tidak hanya sekedar menebak dan mengira-ngira jawaban, tetapi benar-benar menghitungnya meskipun awalnya AR salah dalam menjumlahkan dan membuat hasil akhirnya salah. Ketika penulis kembali bertanya berapa harga 3 buku tulis, AR dapat menjawab dengan benar. Penulis bertanya lagi harga 6 buku tulis, AR juga dapat menjawab dengan tepat meskipun berpikir dan menghitungnya memerlukan waktu beberapa menit.

(16)

Setelah beberapa saat, AR akhirnya bisa menemukan jawaban dari soal tersebut dengan benar meskipun harus dibantu dengan gambar. AR belum mampu memahami dan menyelesaikan soal tipe array multiplication secara abstrak namun harus diberikan gambar terlebih dahulu, baru ia bisa menjawab soal tersebut. Ini berarti AR masih ada dalam tahap ikonik, dimana Hudoyo (1990: 48) menyebutkan bahwa dalam tahap ini individu memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi verbal. Cara yang digunakan AR dalam mengerjakan soal tersebut pun tidak dengan perkalian, namun dengan menghitung satu persatu. AR tidak mengetahui ada cara lain yang lebih praktis, yaitu dengan mengaplikasikan rumus luas persegi panjang tersebut dengan mengalikan antar sisinya. Ternyata, AR juga tidak mengetahui rumus luas persegi panjang. Meskipun demikian, AR sudah mengerti mengenai perkalian 2 bilangan sederhana. Penulis menanyakan hasil dari × dan AR bisa menjawabnya dengan benar. Hal ini juga membuktikan bahwa meskipun seseorang bisa dan hafal perkalian bilangan, namun belum tentu ia dapat menyelesaikan soal aplikasi perkalian. Setelah AR dapat menjawab soal dengan benar, penulis mencoba memberikan soal baru dengan mengganti sisi terpendeknya menjadi 3 namun AR tetap tidak bisa menjawab soal tersebut.

Gambar

Gambar 1. Jawaban tertulis RK soal scalar multiplication
Gambar 3. Jawaban tertulis RK soal combinatorial multiplication
Gambar 4. Jawaban tertulis AF soal scalar multiplication
Gambar 5. Jawaban tertulis AF soal array multiplication
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini penulis merasa perlu untuk meneliti kenapa bentonit sering digunakan sebagai perbaikan tahanan pentanahan, karena selama ini tidak ada penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh penambahan konsentrasi dari bahan pengisi (maltodekstrin) dan suhu pengeringan terhadap karakteristik fisik dan kimia sambal

Pemerintah Kota Solo melalui event SIPA yang digarap oleh panitia event SIPA atau biasa yang disebut dengan SIPA community melakukan lima langkah strategi

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,

Penelitian dilakukan dua tahapan yaitu tahapan pertama yaitu tahapan dengan dilakukan ekstraksi ciri dan preprocessing dengan mengambil beberapa contoh data suara hukum

Pembenahan yang harus dimuat di dalam Undang – Undang pengganti Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 adalah terkait penyatuan lembaga pembinaan dan pengawasan dalam usaha kegiatan

Pemeriksaan mikroskopis yang telah dilakukan oleh pasien TB Paru dengan hasil terbanyak antara lain pemeriksaan Zeihl Nelsen BTA, pengecetan Gram kuman batang Gram

dan fisika. kemampuan memori, yaitu kemampuan mengingat. kemampuan clerical , yaitu kemampuan bekerja di bidang administrasi. kreativitas, yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu