• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rapotivi sebagai Wadah Diskursus Masyarakat dalam Pemahaman Melek Media T1 362012002 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rapotivi sebagai Wadah Diskursus Masyarakat dalam Pemahaman Melek Media T1 362012002 BAB V"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

BENTUK RUANG DISKURSUS DAN PERAN AKTOR DALAM JARINGAN LITERASI MEDIA MELALUI RAPOTIVI

Pada bab ini peneliti akan memaparkan jaringan – jariangan yang terbentuk dari proses komunikasi aktor – aktor media Rapotivi. Secara spesifik mengarah pada proses komunikasi masyarakat pemirsa, pengguna Rapotivi, staff Rapotivi, dan KPI sebagai lembaga milik Negara. Pada dasarnya penulis menggambarkan bahwa proses pemahaman melek media masyarakat dengan memanfaatkan Rapotivi sebagai wadah diskursus mengambil 5 substansi besar sebagai aktor– aktor utama.

Gambar 5

Proses Literasi Media melalui Rapotivi

Kelima aktor subtansi tersebut adalah Teknologi, Rapotivi, KPI, Televisi, dan Masyarakat(pemirsa). Teknologi berperan dalam proses literasi media ini. Tidak dapat dikatakan bahwa aktor human berperan lebih penting, akan tetapi setiap aktor baik human dan non human saling mempengaruhi. Pada era perkembangan teknologi ini, banyak orang harus beradaptasi dengan teknologi itu untuk dapat memanfaatkannya. “Terjadinya perkawinan antara beberapa jenis media dan teknologi mengasilkan berbagai bentuk baru yang memiliki kemampuan yang berlipat ganda” (Zamroni, 2009:203). Dalam penelitian ini

2 1

3

4

5 6

7

8 9

(2)

teknologi juga disebut sebagai aktor sesuai dengan pengertian aktor dalam ANT yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Televisi mampu menyuguhkan sajian tayangan kepada pemirsa sesuai dengan apa yang mereka inginkan(1) dengan bantuan teknologi yang dimiliki oleh keduanya (2). Pemirsa dirumah harus memiliki perangkat keras televisi sebagai media penerima audio dan visual yang didistribusi dari tekhnologi pada stasiun televisi(2). Setelah melihat tayangan televisi yang disajikan, pemirsa dapat memberikan kritik terhadap tayangan tersebut melalui media rapotivi (3). Proses ini membutuhkan juga adanya peran tekhnologi (4) dimana pemirsa harus memiliki perangkat komputer ataupun gadget yang mampu mengakses internet (4) sehingga terhubung dengan perangkat komputer pada Staff Rapotivi(4).

Proses selanjutnya dari Rapotivi akan mengirimkan hasil kompilasi kritik kepada KPI sebagai regulator (5) juga dengan bantuan tekhnologi didalamnya (6). Tim Rapotivi harus memiliki perangkat komputer dan terakses internet untuk dapat mengirimkannya melalui website untuk dapat dibuka pada perangkat komputer staff KPI (6). Tugas KPI adalah menindaklanjuti segala pelanggran yang dilakukan oleh televisi. Oleh sebab itu dalam hal ini KPI memiliki peran sebagai kontrol terhdap media televisi(7). Begitu pula kritik yang masuk dari Rapotivi akan diproses oleh KPI untuk kemudian ditindaklanjuti hingga memberikan sanksi pada stasiun televisi (7).

Segala pemberian saksi kepada stasiun televisi akan senantiasa di update oleh KPI melalui website KPI yang dapat di akses oleh pemirsa dan masyarakat luas dengan bantuan teknologi internet(9). Sebaliknya pemirsa televisi juga dapat memantau kinerja KPI melalui website KPI yang menggunakan teknologi dan internet (9). Sama halnya dengan KPI yang mengontrol tayangan pada stasiun– stasiun televisi, demikian juga Rapotivi, lembaga ini merekam 24 jam isi tayangan yang disiarkan oleh beberapa stasiun televisi(10).

(3)

Proses ini dialami atau dilakukan secara umum oleh Pemirsa sehingga membentuk sebuah jaringan yang dipengaruhi oleh aktor aktor lain sebagai berikut:

5.1. Jaringan I

Pada Sub bab ini, penulis akan menjabarkan jaringan yang terbentuk dengan berfokus pada “Pemirsa” sebagai salah satu dari kelima aktor besar. Kemudian akan dijelaskan pula peran para aktor yang berada di dalam jejaring

5.1.1. Jaringan I - Proses Laporan Tayangan dari Pemirsa dengan Memanfaatkan Tekhnologi

Gambar 6

Jaringan Proses Laporan Tayangan dari Pemirsa dengan Memanfaatkan Tekhnologi

Hubungan antar jaringan :

Pada Jaringan ini penulis berfokus pada proses yang dialami oleh pemirsa dalam hal ini adalah masyarakat Indonesia. Pemirsa memiliki beberapa media yang melekat (dekat) dengan dirinya, seperti halnya televisi, gadget, komputer, dan juga internet. Media – media ini membantu manusia (pemirsa) dalam mempermudah beberapa hal.

(4)

Indonesia yang semakin berkembang(2). Televisi pada umumnya memiliki 4 fungsi utama yakni edukasi, informasi, persuasi dan juga hiburan kepada pemirsa(4). Dalam perkembangannya televisi dinilai seringkali memiliki penyimpangan dari keempat fungsi tersebut yang berakibat pada adanya indikasi pelanggaran Dari setiap tayangan televisi yang disajikan(5).

Selain memiliki kedekatan dengan teknologi televisi, dalam perkembangan jaman ini, pemirsa juga mengenal adanya new media yang merupakan sumbangsih dari kemajuan teknologi (6). Bentuk new media yang sangat dekat dengan masyarakat saat ini ialah gadget (9) dan komputer (10). Kedua media ini memungkinkan adanya akses terhadap internet yang seringkali sangat membantu manusia dalam mempermudah hidupnya. Banyak hal baru yang dapat ditemukan dengan adanya internet dan teknologi ini. Baik teknologi televisi, maupun teknologi media baru, keduanya sama-sama digunakan manusia untuk memberikan kemudahan bagi hidupnya.

Dahulu, ada pandangan yang mengatakan bahwa pemirsa televisi adalah penonton yang pasif, yakni semata – mata hanya menjadi menikmat televisi itu saja. Namun, dengan berkembangnya media baru, para peneliti tak lagi menilai pemirsa sebagai obyek pasif namun justru menyebut pemirsa sebagai penonton aktif. Hal ini dibuktikan dengan adanya banyak pemikiran kritis masyarakat (29) terhadap tayangan televisi (27). Beberapa orang menuangkan pemikiran kritisnya pada akun akun sosial media mereka dengan memanfaatkan teknologi yang mereka kendalikan(30,31) seperti halnya yang dilakukan oleh Christa (narasumber2).

(5)

baik dan benar (23,28). Pemikiran ini pada akhirnya akan membandingkan antara aturan negara yang mereka ketahui dengan adanya potensi pelanggaran tayangan televisi yang mereka lihat(25).

Sebuah media diperkenalkan tahun 2015 lalu bernama Rapotivi yang merupakan sebuah wadah pemberian kritik terhadap tayangan televisi. Media ini memanfaatkan teknologi yang berdekatan dengan masyarakat untuk menghadirkan formulir aduan pelanggaran tayangan televisi dengan bantuan internet (12,14). Bentuk formulir ini telah dijelaskan pada bab sebelumnya, namun secara umum formulir ini berisi tentang daftar aturan negara tentang pelanggaran tayangan televisi(20). Sehingga formulir ini pada akhirnya dapat dimanfaatkan pemirsa untuk menyampaikan pemikiran kritisnya (18). Para pengguna media Rapotivi yang mengisi formulir ini secara tidak langusng akan terhubung dengan staff Rapotivi di Jakarta (17).

(6)

5.1.2.Aktor dan Aktan dalam jaringan I – Proses Laporan Memanfaatkan Teknologi

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan bahwa dalam ANT, dikenal istilah aktor dan juga aktan. Aktor merupakan pelaku aksi yang dapat terdiri dari aktor human atau aktor non human. Dalam jariangan pertama ini penulis mendapatkan setidaknya ada 13 aktor. Aktor – aktor tersebut saling berhubungan untuk dapat menjalankan aksinya masing – masing. Ketigabelas aktor tersebut adalah:

(1)Pemirsa (2)Teknologi

(3)Televisi(barang elektronik)

(4)Konten tayangan(hasil dari statiun televisi) (5)Pelanggaran tayangan(potensi)

(6)Aturan Negara(yang berkaitan) (7)Pemikiran Kritis

(8)Gadget berakses internet (9)Komputer berakses internet (10)Formulir aduan(terpadu online) (11)Rapotivi(lembaga).

Dari aktor-aktor tersebut terdapat aktan yang merupakan aktor berpotensi untuk mengatur jaringan dan mengendalikan aktor lain. Dalam jaringan pertama ini yang bertindak sebagai aktan adalah pemirsa. Pemirsa merupakan aktor human yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan alat disekelilingnya (teknologi, gadget, komputer, internet, webiste, aplikasi, formuliar aduan) untuk menjalankan pemikiran kritisnya terhadap tayangan televisi yang dilihat tidak sesuai dengan keyakinannya terhadap pengetahuan tentang aturan negara yang terkait dengan ketentuan tayangan televisi.

(7)
(8)

5.2. Jaringan II

Pada sub bab berikut ini penulis kembali menggambarkan jaringan yang terbentuk dari proses yang berpusat pada “Rapotivi”. Dijelaskan pula peran aktor pada jejaring ini.

5.2.1. Jaringan II – Isi Laporan dan Indikasi Pelanggaran Televisi

Gambar 7

Jaringan Isi Laporan dan Indikasi Pelanggaran Televisi

Hubungan antar jaringan :

Staff Rapotivi yang beralamat di Jakarta pada jaringan kedua ini bertugas sebagai penerima. Dengan bantuan teknologi komputer terakses internet (1a), Staff menerima formulir aduan (1b) yang telah diisi oleh pemirsa(1c). Formulir aduan pelanggaran yang masuk berisikan beberapa hal seperti nama stasiun televisi(2), judul tayangan(3), waktu penayangan(4), jenis program(5) dan jenis pelanggaran(6). Berikut penulis akan mengulas satu persatu kelima pokok formulir aduan.

(9)

Rapotivi baru menyediakan keduabelas pilihan stasuin televisi tersebut, pasalnya keduabelas stasiun televisi inilah yang tayangannya secara 24 jam direkam oleh Rapotivi dengan bantuan teknologi (12). Kedepannya rapotivi sedang berusaha untuk meningkatkan jumlah stasiun televisi yang terekam. Item kedua dalam formulir aduan adalah kolom judul tayangan yang juga menjadi salah satu kolom yang wajib diisi oleh pengguna. Pada kolom ini tidak disediakan pilihan, sehingga pengguna Rapotivi harus menulis sendiri judul tayangan yang mereka laporkan. Item ketiga adalah waktu penayangan. Kolom ini berisikan tanggal dan jam tayang yang sudah dilengkapi dengan teknologi pengaturan jam dan tanggal sehingga memudahkan pengguna untuk mengisi sesuai standart baku yang digunakan. Item ke emapat adalah kolom jenis program yang merupakan klasifikasi program tayangan yang akan dilaporkan. Pada kolom ini juga telah disediakan pilihan – pilihan jenis program yang telah dibuat Rapotivi sebagai berikut. Berita : Berita / Dokumenter / Dialog ;

Non Berita : Sinetron / Film Televisi/FTV / Kartun / Kuis & Game Show / Reality Show / Variety Show / Infotainment / Komedi

Kemudian kolom terakhir yang tak kalah pentingnya adalah kolom jenis pelanggaran. Pada kolom ini tersedia pilihan – pilihan pelanggaran tayangan televisi yang disesuaikan dengan aturan negara yang berlaku(20,26) tentang penyiaran yakni Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang ditetapkan oleh KPI. Terdapat beberapa pilihan dan klasifikasi pilihan yang telah dipersingkat dari P3SPS sebagi berikut :

Kekerasan

- Menampilkan darah secara vulgar

(10)

- Menampilkan adegan yang berbahaya (sulap, olah raga ekstrem, dsb)

- Memuat seruan kebencian terhadap kelompok tertentu - Pembenaran terhadap bullying

Pelecehan

- Pelecehan seksual secara verbal & non verbal - Pelecehan atas agama

- Pelecehan atas intuisi pendidikan - Pelecehan atas simbol negara - Pelecehan atas profesi

- Pelecehan terhadap suku tertentu

- Pelecehan terhadap kelompok masyarakat tertentu (masyarakat adat, orientasi seks tertentu, lansia, duda, janda, dsb)

- Pembenaran terhadap pemerkosaan Kesusilaan & kesopanan

- Menampilakn adegan menjijikan (misal:proses makan tak lazim) - Menampilakan kata – kata kasar & cabul

- Menampilkan adegan dan/atau suara yang menggamabrkan hubungan seks antar binatang secara vulgar

- Menampilkan fisik yang mengidap penyakit/luka yang tidak membuat nyaman

- Menjadikan hal – hal sensitif sebagai bahan lelucon (misal kematian seseorang, korban bencana, dll)

Eksploitasi seksual

- Kamera fokus pada bagian tubuh tertentu seperti bokong, paha, dan dada

- Menampilkan percakapan tentang rangkaian aktivitas seks di luar konteks pembicaraan kesehatan atau semacamnya

- Menampilkan gerakan tubuh dan/atau tarian erotis - Pembenaran terhadap seks bebas

(11)

- Menjadikan detail urusan pribadi yang tidak memiliki kepentingan publik sebagai materi utama tayangan

- Menyiarkan perekaman dari kamera tersembunyi yang tiak memiliki kepentingan publik atau pembuktian sesuatu

Malpraktik Jurnalisme - Berita tidak akurat - Berita tidak berimbang

- Berita tidak menampilkan sumber yang jelas

- Berita tidak memburamkan wajah pelaku kriminal yang belum diputuskan bersalah

- Berita memuat wajah dan identitas keluarga pelaku tindak kriminal

- Menampilkan langkah tindak kriminal secara detail - Tidak berempati pada korban bencana/tindak kriminal - Menampilkan anak dan/atau remaja sebagai narasumber Klasifikasi tayangan

- Tidak menampilkan klasifikasi tayangan di sepanjang acara - Klasifikasi tayangan tidak sesuai dengan muatan tayangan Politik

- Menyiarkan iklan partai politik diluar jadwal kampanye

- Indikasi kampanye politik terselubung memalui kuis, sinetron, penggalangan dana sumbangan bencana, dan lain – lain.

Lainnya

- Menampilkan tayangan mistik/supranaturan/kesurupan tanpa mempertimbangkan norma – norma tertentu dalam masyarakat - Indikasi penipuan pada kuis

- Menampilkan wujud rokok

- Iklan atau tayangan yang disponsori oleh perusahaan rokok di bawah pukul 21.30 waktu setempat

(12)

Klasifikasi dan keterangan klasifikasi ini muncul pada kolom jenis pelanggaran sehingga memudahkan penilaian pengguna rapotivi terhadap indikasi pelanggaran tayangan televisi. (diperoleh dari tampilan Rapotivi pada aplikasi).

Karena mengeluarkan format formulir aduan yang demikian, maka Rapotivi bertanggung jawab untuk memiliki data rekaman tayangan keduabelas stasiun televisi dengan item – item yang sama pula yakni nama televisi penyiar(13), judul tayangan(14), waktu tayang(15), dan juga jenis program(16).

Di sisi lain Setiap stasiun televisi memiliki wewenang untuk mnegatur tayangan pada medianya selama 24 jam(7). Televisi senantiasa memberikan tayangan – tayangan serta program program yang beragam. Tayangan yang dihasilkan juga memiliki item-item yang sama dengan isi formulir serta rekaman yang dimiliki Rapotivi yakni memiliki judul tayangan(8), waktu penayangan(9), jenis program(10), dan tentu saja pada setiap tayangan memiliki potensi pelanggaran(11).

(13)

Oleh sebab itu P3SPS ini digunakan oleh rapotivi sebagai pilihan pelanggaran tayangan televisi pada formulir aduan mereka untuk mengindikasi adanya pelanggran tayangan televisi(20,21). Namun tak berhenti sampai disana, Rapotivi juga menjadikan Undang – undang lain yang berlaku sebagai pedoman(19). Misalnya saja UU pemilihan umum yang digunakan untuk menevaluasi tayangan televisi penyiar kampanye partai(20,22).

Pada akhirnya, Rapotivi hanya bekerja sebagai penghubung kepada KPI. Segala jenis pelanggaran yang telah diindikasi oleh Rapotivi pada akhirnya belum dapat dikatakan resmi melanggar. Selanjutnya adalah tugas dan wewenang KPI sebagai regulator untuk mengevaluasi ulang indikasi pelanggran yang ada(23). Menjadi tugas dan wewenang KPI juga setelah itu untuk membrrikan sanksi yang sesuai(24) kepada televisi penyiar baik itu kepada stasiun televisi secara umum atau kepada program tayangannya saja(25).

5.2.2.Aktor dan Aktan pada Jaringan II – Isi Laporan dan Indikasi Pelanggaran Televisi

Seperti pada jaringan pertama, jaringan kedua ini dapat terbentuk karena adanya aktor – aktor yang menjalankan aksinya masing – masing. Adapun pada jaringan kedua ini penulis menemukan setidaknya 14 aktor yakni:

(1) Rapotivi (staff / tim) (2) Teknologi

(3)Formulir Aduan (terpadu online)

(4) Stasiun TV (Nama stasiun dan substansi) (5) Tayangan Televisi

(6) Judul Tayangan (7) Waktu Tayangan (8) Jeis Program

(14)

(10) Aturan Negara Indonesia (Universal) (11) UU Penyiaran

(dan aturan lain yang berkaitan dengan penyiaran RI) (12) KPI (substansi)

(13) Sanksi (14) Pemirsa

Keempatbelas aktor tersebut terdiri dari aktor human dan non human yang bekerja melakukan aksi sehingga terbentuk jaringan seperti digambarkan sebelumnya.

Jaringan ini juga dipengaruhi oleh adanya aktan atau aktor pengendali yang mampu mengendalikan jaringan yakni staff Rapotivi. Staff rapotivi dalam hal ini dimaksukan adalah aktor human yang bekerja pada lembaga ini. Tim Rapotivi merupakan pengendali utama aplikasi dan juga website Rapotivi sehingga mereka sangat dimungkinkan untuk mengendalikan produk formulir aduan yang mereka keluarkan dan distribusikan. Staff Rapotivi menguasai juga rekaman data tayangan televisi (12 stasiun televisi) selama 24 jam. Selain itu staff Rapotivi juga memiliki kendali untuk menferivikasi aduan yang masuk untuk disejajarkan dengan aturan negara. Kemudian proses terakhir Staff Rapotivi juga berpotensi untuk mengendalikan KPI sebagai lembaga subtansial untuk melakukan sanksi.

Dalam poin yang terakhir ini, KPI juga berperan sebagai aktan dimana dia memiliki kuasa untuk menjatuhkan sanki yang sifatnya memaksa pada stasiun televisi bermasalah.

(15)

5.3. Jaringan III

Setelah melihat 2 jaringan yang terbentuk sebelumnya, berikut jaringan ketiga yang dibentuk dengan berfokus pada KPI sebagai regulator. Senjutnya akan dijelaskan juga peran para aktor dalam jaringan ini.

5.3.1.Jaringan III – KPI sebagai Regulator

Gambar 8

Jaringan KPI sebagai Regulator Hubungan antar jaringan

(16)

Tindaklanjut tayangan bermasalah ini merupakan wadah yang disediakan olek KPI untuk memperbaharui setiap tindaklanjut mereka terhadap tayangan televisi (dan siaran radio) yang telah mereka jatuhi sanksi(20,21,22). Halaman ini dapat diakses secara luas oleh masyarakat baik itu pemirsa(11) maupun staff Rapotivi(23) melalui webiste KPI (13,10). Sejauh ini pantauan yang dilakukan oleh

Rapotivi terhadap laporan mereka(14) yang telah dikirim ke KPI(9) hanya melalui website ini untuk kemudian staff Rapotivi juga memperbaharui status aduan pada media mereka.

(17)
(18)

Formulir ini dibuat oleh KPI dengan tujuan untuk diisi para pemirsa yang memiliki kritik atau keluhan terhadap indikasi pelanggaran tayangan televisi(7,8). Ketika pemirsa telah mengisi, secara otomatis formulir aduan ini akan dikembalikan pada KPI untuk diproses lebih lanjut (19). Karena tidak disediakan pilihan pelanggaran, maka KPI menempatkan pilihan pelanggaran pada halaman lain yakni dengan merincikan aturan negara(5) dalam hal ini yang berhubungan dengan penyiaran. Aturan negara ini menjadi acuan pemirsa ketika akan menulis formulir aduan pada website KPI (17). Selanjutnya akan dipakai juga oleh KPI (16) untuk meninjau dan memberikan tindak lanjut tayangan yang bermasalah (18).

5.3.2.Aktor dan Aktan pada Jaringan III – KPI sebagai Regulator Aktor dalam jaringan ini dirumuskan penulis sebagai berikut: (1) KPI secara substansial dan juga Staff KPI

(2) Teknologi (3) Website KPI

(4) Indikasi tayangan bermasalah (5) Tindak lanjut tayangan bermasalah (6) Aturan Negara

(7) Formulir Aduan KPI

(19)

5.4. Jaringan IV

Jaringan keempat yang terbentuk berfokus pada stasiun televisi sebagai berikut :

5.4.1.Jaringan IV – Televisi

Gambar 10 Jaringan Televisi Hubungan antar jaringan :

Stasiun televisi merupakan sebuah industri yang senantiasa menghasilkan tayangan tayangan televisi(1). Keberagaman bentuk dan jenis tayangan yang dihasilkan merupakan hasil pemikiran orang – orang yang bekerja didalamnya. Tayangan televisi ini dilihat oleh pemirsa secara luas (2) sehingga tak jarang orang – orang televisi memproduksi tayangan yang sekiranya disukai oleh masyarakat itu sindiri(10).

(20)

ketentuan yang berlaku, maka KPI sebagai regulator akan menjatuhkan sanksi kepada Stasiun televisi dan sifat sanksi ini adalah memaksa.

5.4.2.Aktor dan Aktan pada Jaringan IV - Televisi Aktor dalam jarian ini adalah

(1) Stasiun Televisi (2) Tayangan televisi (3) Pemirsa

(4) Kritik tayangan

(5) Media oenyampai kritik (6) KPI

(7) Sanksi

Pada jaringan ini terdapat 3 aktan yakni Stasiun Televisi, Pemirsa, dan KPI. Stasiun televisi mampu mengendalikan tayangan yang mereka hasilkan. Pemirsa, mampu mempengaruhi stasiun televisi untuk mnghasilkan tayangan yang disukai, selain itu juga dapat memberikan kritik terhadap tayangan yang mereka lihat serta memanfaatkan media media disekeliling mereka untuk menyampaikannya. Terakhir, KPI menjadi regulator yang dapat memaksa stasiun televisi untuk menerima sanksi yang diberikan.

5.5. Refleksi

Pemaparan penulis diatas merupakan bukti bahwa dalam proses literasi media, tidak hanya dibutuhkan peran dari aktor human saja, lebih dari pada itu aktor non human juga sama pentingnya dalam proses ini. Kedua jenis aktor ini berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk jejaring. ANT membantu membuktikan adanya peran kemajuan teknologi yang membuat proses literasi media ini menjadi mungkin.

(21)

mengemukakan pendapat Laswell tentang penjabaran unsur dalam proses komunikasi yang sering kita kenal dengan S-M-C-R atau source, message, chanel, dan receiver yang senada juga dikemukakan oleh Daryanto (2010:19) bahwa proses komunikasi memiliki 4 unsur utama penyampai pesan, isi pesan, medium penghantar pesan, dan penerima pesan, dimana semua unsur berkaitan satu dengan yang lainnya. Literasi media merupakan satu dari proses tersebut dimana dalam penelitian ini difokuskan kepada Rapotivi yang berperan sebagai medium penghantar pesan.

Penulis kemudian menarik sebuah kesimpulan bahwa ANT ternyata selaras dan berlaku dalam proses komunikasi yang dijabarkan Laswell. Dari pemaparan bab V ini, kita dapat melihat 2 hal penting, pertama yakni bahwa semua unsur/aktor dalam proses literasi media pada dasarnya saling terhubung sehingga kita dapat melihat jaringan yang terbentuk. Kedua, semua unsur/aktor memiliki peran masing-masing baik itu pengirim pesan, pesan itu sendiri, media penghantar, dan juga penerima pesan. Setelah semua unsur ini terhubung satu dengan yang lain dan dapat menjalankan peran mereka masing-masing dengan tepat, barulah proses komunikasi dan literasi media itu dapat terlaksana. Sehingga baik source, message, chanel, maupun receiver, dalam ANT semuanya memiliki kesetaraan dan sama pentingnya. Literasi media dapat tercapai jika semua unsur/aktor ini ada dan memerankan peranannya masing-masing.

Teknologi sebagai aktor non human yang berperan juga sebagai channel memiliki kesetaraan dengan aktor lainnya. Teknologi dalam

Gambar

Gambar 5 Proses Literasi Media melalui Rapotivi
Gambar 7 Jaringan Isi Laporan dan Indikasi Pelanggaran Televisi
Gambar 8  Jaringan KPI sebagai Regulator
Gambar 9 Formulir aduan KPI
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

26 Tabel III.1 Sumber daya dan biaya pelatihan karyawan 39 Tabel III.2 Sumber daya dan biaya pemeriksaan proses 40 Tabel III.3 Sumber daya dan biaya pembersihan waduk 40

Hasil Penelitian ini berguna untuk mengetahui aktivitas-aktivitas lingkungan apa saja yang telah dilakukan perusahaan selama ini, berapa jumlah sumber ekonomi yang dibutuhkan

Arah bola yang benar dalam melempar bola softball dengan teknik ayunan atas adalah.... Teknik memukul bola tanpa ayunan

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2013/2014 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan1. Waktu :

[r]

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara