• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION ( MPKTGI) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TITRASI ASAM-BASA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION ( MPKTGI) TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI TITRASI ASAM-BASA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Meri Mustikasari, 2012 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Hipotesis Penelitian ... 6

F. Asumsi dasar……….………..7

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Penelasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains ... 9

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (MPKTGI)…15 C. Materi Titrasi Asam Basa...…22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29

C. Instrumen Penelitian ... 29

D. Variabel Penelitian ... 31

(2)

Meri Mustikasari, 2012

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data………35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Keterlaksanaan MPKTGI ... 44

2. Ketercapaian Indikator KPS………..……..50

3. Ketercapaian Indikator KPS Secara Keseluruhan ... 51

4. Respon Siswa Terhadap MPKTGI... 64

B. Pembahasan ... 67

1. Keterlaksanaan MPKTGI ... 67

2. Ketercapaian Indikator KPS………..……..70

3. Ketercapaian Indikator KPS Secara Keseluruhan ... 72

4. Respon Siswa Terhadap MPKTGI... 83

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 90

(3)

Meri Mustikasari, 2012

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Penskoran Pretes-Postes ... 39

3.2. Kriteria Peningkatan Gain ... 40

3.3. Kriteria Kemampuan Penguasaan KPS ... 40

3.4. Interpretasi Data Hasil Observasi ... 42

3.5. Skro Skala Likert ... 42

4.1. Hasil Obsevasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 45

4.2. Aktivitas Guru dan Siswa pada Pembelajaran ... 49

4.3. Perbedaan KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…...53

4.4. Hasil Uji Normalitas………...62

4.5. Hasil Uji ANOVA…..……….……63

4.6. Hasil Uji Homogenitas ... 63

4.7 Hasil Uji t ... 64

(4)

Meri Mustikasari, 2012

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Alur Tahap MPKTGI ... 22

2.2 Trayek Perubahan pH Beberapa Indikator ... 25

2.3 Kurva Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat ... 25

2.4 Kurva Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat... 26

2.5 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah ... 27

3.1 Desain Penelitian ... 28

3.2 Alur Penelitian ... 34

4.1 Grafik Perbandingan KPS Mengamati antara Kelas Kontrol dan Eksperimen 52 4.2 Grafik Keterampilan Berkomunikasi ... 53

4.3 Grafik KPS Mengajukan Pertanyaan ... 55

4.4 Grafik KPS Berhipotesis ... 56

4.5 Grafik Keterampilan Merencanakan Percobaan………..……57

4.6 Grafik KPS Menerapkan Konsep ... 59

4.7 Grafik Keterampilan Menarik Kesimpulan ... 60

4.8 Grafik Hasil Pretest-Postest ... 60

4.9 Grafik Hasil Angket ... 67

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan dari pembelajaran kimia pada jenjang Sekolah Menengah

Atas menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu siswa diharapkan

dapat mengembangkan pengalaman untuk merumuskan masalah, mengajukan dan

menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen

percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2006).

Pembelajaran kimia di SMA/MA harus menekankan pada pemberian pengalaman

langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi siswa berupa

pengetahuan konsep dan keterampilan proses sains (KPS).

KPS sangat berperan penting dalam proses pembelajaran kimia untuk

pembahasan suatu materi. Gagne (Dahar, 1985) berpendapat bahwa dengan

mengaplikasikan KPS anak dibuat kreatif, ia akan mampu mempelajari sains pada

tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Menurut Rustaman (2003)

KPS melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan

sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan

keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas

terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan

(6)

dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.

Pada kenyataannya, keterampilan proses sains pada pembelajaran kimia

sangat jarang diterapkan. Siswa cenderung hanya mengamati percobaan yang terjadi

kemudian menuangkannya dalam lembar kerja siswa (MGMP Yogyakarta, 2010).

Aspek yang dikembangkan pada proses pembelajaran hanya aspek mengamati dan

mengkomunikasikan secara tulisan saja. Sementara aspek lain seperti mengajukan

hipotesis, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan dan berkomunikasi

secara lisan kurang dilatihkan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,

menurut Rustaman (2003) banyak guru yang merasa bahwa KPS itu tidak perlu

dikembangkan dalam pembelajaran di lapangan karena soal-soal ujian nasional

hampir tidak pernah memunculkan soal-soal yang mengukur KPS, sehingga banyak

guru yang tidak mengembangkan KPS dalam proses pembelajaran. Dari fakta

tersebut, maka perlu dikembangkan KPS pada pembelajaran kimia untuk

mengembangkan kemampuan KPS siswa.

KPS kurang dapat berkembang pada pembelajaran sains tanpa eksperimen

atau praktikum, seperti halnya pembelajaran sains yang ditemukan di sekolah-sekolah

di Indonesia pada umumnya (Liliasari, 2005). Menurut Siswaningsih (2005), dalam

proses pembelajaran untuk mengembangkan KPS dapat menggunakan metode

praktikum, karena pada kegiatan praktikum dapat dikembangkan keterampilan

psikomotor, kognitif, dan juga afektif. Pada kegiatan praktikum siswa dapat

(7)

dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, mengkomunikasikan hasil

praktikum dan mengajukan pertanyaan.

Pada umumnya, proses pembelajaran dengan metode praktikum menggunakan

model belajar kelompok secara konvensional. Pada prosesnya, belajar kelompok

konvensional dinilai tidak efektif, karena pada prakteknya hanya sebagian orang

dalam kelompok yang bekerja, adanya saling ketergantungan hanya pada seseorang,

serta kurangnya proses interaksi sosial dalam kelompok. Oleh karena itu, dibutuhkan

model pembelajaran yang dapat mengembangkan KPS, dimana model pembelajaran

tersebut dapat memberikan keleluasaan pada siswa untuk ikut berperan dalam proses

pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk ikut

berperan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model belajar yang dibentuk dalam suatu

kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk mengoptimalkan keterlibatan tiap

anggota kelompok dalam belajar, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, dan

adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok. Pembelajaran

kooperatif berbeda dengan sekedar belajar dalam kelompok. Menurut Rusman

(2010), ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan

pembelajaran kelompok. Pelaksanaan prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah

adanya saling ketergantungan positif antara siswa (positive interdependence),

interkasi tatap muka (face to face), tanggung jawab individu (individual

(8)

kelompok dimana tujuan kelompok adalah tujuan bersama (group processing).

Dengan model pembelajaran kooperatif siswa saling berinteraksi dalam proses

pembelajaran.

Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation yang selanjutnya disingkat menjadi MPKTGI.

Menurut Rusman (2010) MPKTGI telah diyakini oleh banyak ahli pendidikan

sebagai model yang dapat memberikan peluang bagi siswa untuk terlibat dalam

diskusi, berpikir kritis, dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran

mereka sendiri. Dalam MPKTGI, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang

berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan siswa sendiri (Rusman, 2010). Dengan diterapkannya MPKTGI,

diharapkan dapat meningkatkan KPS siswa.

MPKTGI sangat cocok diterapkan untuk bidang kajian yang memerlukan

kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 2009), yang mengarah pada kegiatan

investigasi, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan masalah.

MPKTGI sangat ideal diterapkan dalam materi titrasi asam-basa. Karena pada saat

melakukan titrasi asam-basa siswa diharuskan melakukan investigasi untuk

menentukan konsentrasi suatu zat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk

mengetahui apakah MPKTGI dapat meningkatkan KPS siswa. Oleh karena itu,

(9)

Kooperatif Tipe Group Investigation (MPKTGI) terhadap Peningkatan KPS Siswa

pada Materi Titrasi Asam-Basa Kelas XI”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah

yang akan diungkapkan adalah “Bagaimana Pengaruh MPKTGI terhadap

Peningkatan KPS Siswa pada Materi Titrasi Asam-Basa Kelas XI?”.

Agar penelitian lebih fokus dari rumusan masalah pokok di atas, dapat dijabarkan

menjadi beberapa sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan MPKTGI yang dilaksanakan di dalam kelas?

2. Bagaimana ketercapaian indikator KPS siswa yang diterapkan dalam MPKTGI

pada materi titrasi asam-basa?

3. Apakah ada perbedaan KPS siswa antara kelas ekseprimen yang diberikan

pembelajaran MPKTGI dibandingkan dengan kelas kontrol pada materi titrasi

asam-basa?

4. Bagaimana respon siswa terhadap MPKTGI pada materi titrasi asam-basa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh MPKTGI

terhadap KPS siswa pada sub materi titrasi asam-basa kelas XI.

Adapun tujuan secara terinci dari penelitian ini adalah:

(10)

2. Memberikan pembelajaran yang menarik bagi siswa pada materi titrasi asam-basa

sehingga memudahkan siswa untuk belajar.

3. Mengidentifikasi perbedaan antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan

dengan MPKTGI dan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran kelompok.

4. Menggali respon siswa terhadap MPKTGI pada materi titrasi asam-basa.

D. Pembatasan Masalah

Mengingat adanya berbagai jenis indikator KPS, maka dalam penelitian ini KPS

yang dilatihkan dibatasi pada keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan,

berhipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan, dan

menerapkan konsep.

E. Hipotesis Penelitian

Penelitian ini memiliki hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Adapun

hipotesisnya sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tehadap KPS siswa kelas eksperimen

yang menggunakan MPKTGI dengan kelas kontrol yang menggunakan

pembelajaran kelompok pada materi titrasi asam-basa.

Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan tehadap KPS siswa kelas eksperimen yang

menggunakan MPKTGI dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

(11)

G. Asumsi Dasar

Pada penelitian ini diasumsikan bahwa siswa yang dijadikan subyek

penelitian sebelumnya tidak mendapatkan perlakuan apapun selain pembelajaran

yang dilakukan di dalam kelas.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai tugas akhir dan pengalaman belajar dalam mengekspresikan

atau mengungkapkan permasalahan belajar dan memecahkan permasalahan dalam

mengajar.

2. Bagi siswa, penelitian ini sebagai pengalaman belajar, dapat menumbuhkan rasa

tanggung jawab siswa. Selain itu, siswa dapat lebih mudah memahami materi

titrasi asam-basa dengan adanya penelitian ini.

3. Bagi guru mata pelajaran, dapat menambah pengetahuan mengenai strategi-strategi

pembelajaran baru dalam berbagai materi pembelajaran sehingga dapat diterapkan

pada pokok bahasan lain.

4. Bagi sekolah tempat penelitian, dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya

untuk meningkatkan prestasi sekolah.

5. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dalam mengembangkan pembelajaran yang

efektif di dalam pembelajaran.

(12)

G. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian, maka peneliti mendefinisikan istilah-istilah yang penting dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara bekerja sama dan

saling tukar informasi yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam

orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Slavin, 2009).

2. MPKTGI adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, dimana para siswa

bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi

kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan, 1992).

3. KPS adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh,

mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,

dan teori-teori IPA, baik berupa keterampilan intelektual, keterampilan fisik

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi

experiment. Metode ini digunakan karena situasi kelas sebagai tempat mengkondisi

perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti

dikehendaki dalam eksperimen sejati. Oleh sebab itu perlu dicari atau dilakukan

desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada

(Sugiyono, 2009).

Desain yang digunakan adalah Pretestt-posttest Control Group Design.

dengan menggunakan dua kelas subyek. Rancangannya sebagai berikut:

E O1 X1 O2

C O1 X2 O2

Gambar 3.1. Desain penelitian

Keterangan:

E = Kelas eksperimen. C = Kelas kontrol.

O1 = Pre-test untuk mengukur komponen awal siswa sebelum diberi perlakuan. O2 = Post-test untuk mengukur komponen akhir siswa setelah diberi perlakuan. X1 = Perlakuan dengan menggunakan MPKTGI.

(14)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Bandung. Subyek penelitian

adalah siswa kelas XI yang berjumlah 80 orang. Kelas yang digunakan yaitu kelas

IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan IPA 5 sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol tidak

diberi perlakuan (pembelajaran secara kelompok) sedangkan kelas eksperimen diberi

perlakuan (pembelajaran dengan menggunakan MPKTGI). Kelas yang dipilih sebagai

subyek penelitian adalah kelas yang dinilai ekuivalen oleh guru kimia kelas XI di

SMA yang bersangkutan yaitu kelas yang memiliki nilai rata-rata ulangan kimia yang

hampir sama rata.

C. Instrumen Penelitian

Di dalam penelitian pendidikan, instrumen merupakan sarana utama untuk

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana guru

melaksanakan proses pembelajaran menggunakan MPKTGI dan menerapkan KPS

(KPS). Selain itu lembar observasi digunakan untuk mengukur ketercapaian siswa

terhadap KPS yang digunakan selama proses pembelajaran.

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

RPP merupakan suatu rumusan rencana pembelajaran yang disusun

(15)

untuk implementasi pembelajaran yang baik. RPP dikembangkan berdasarkan

karakteristik kompetensi dasar, standar kompetensi, potensi peserta didik dan daerah,

serta lingkungan.

3. Tes pretest-postest

Pretest dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan. Tujuan dari pretest ini

adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran.

Selain itu juga prestes dilakukan untuk mengukur sejauh mana kesiapan siswa untuk

melakukan proses pembelajaran. Postest dilakukan setelah proses pembelajaran

berlangsung. Tujuan postest ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan kedua

metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan KPS siswa pada materi

tersebut. Soal yang digunakan dalam pretest-postest pada penelitian ini adalah soal

berbentuk uraian. Beberapa kelebihan soal berbentuk uraian yang dikemukakan oleh

Paidi (2002) adalah:

a. Sangat baik untuk mengukur proses mental tingkat tinggi, sehingga sampai

sekarang masih tetap dipertahankan penggunaannya.

b. Menyusunnya lebih mudah, karena jumlah butir soal/item terbatas.

c. Peserta ujian didorong agar menjadi lebih siap, karena harus menguasai secara

mendalam untuk dapat melakukan analisis (Paidi, 2002).

4. Angket

Teknik pemberian angket yaitu teknik memperoleh data dengan memberikan

(16)

untuk mengetahui respon siswa terhadap MPKTGI. Skala yang digunakan yaitu

sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

5. Pedoman wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan KPS, sehingga pewawancara, hal

yang digali dan responden akan sangat mempengaruhi (Paidi, 2002). Pedoman

wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terhadap manfaat dan

tingkat ketertarikan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Instrumen

yang disusun berupa pertanyaan-pertanyaan uraian supaya siswa lebih mudah

mengemukakan pendapatnya.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan

variabel kontrol. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi perubahan

atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah MPKTGI.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah KPS siswa.

Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat konstan sehingga pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti,

(17)

E. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan meliputi tahapan persiapan,

Pelaksanaan dan tahapan penyelesaian. Berikut ini penjelasan dari setiap tahapan

1. Tahapan Persiapan

a. Melakukan analisis terhadap materi titrasi asam-basa dan standar isi Kimia SMA

kelas XI.

b. Melakukan analisis terhadap literatur MPKTGI

c. Melakukan analisis terhadap KPS siswa.

d. Memilih indikator KPS siswa

e. Menyusun instrumen penelitian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

soal pretest-postest, lembar observasi, angket, pedoman wawancara.

f. Melakukan validasi instrumen penelitian kepada dosen pembimbing.

g. Melakukan judgment instrumen penelitian berupa soal pretest-postest kepada

dosen ahli terkait fokus penelitian dan materi yang diteliti.

h. Menentukan subyek penelitian

i. Membuat surat perizinan penelitian.

j. Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan siswa yang menjadi subyek

penelitian.

k. Melakukan uji coba instrumen penelitian berupa soal pretest-postest kepada siswa

yang telah mempelajari materi titrasi asam-basa.

(18)

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian

b. Melakukan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Melaksanaan pembelajaran, untuk kelas eksperimen dengan MPKTGI, sedangkan

untuk kelas kontrol dengan model belajar kelompok konvesional.

d. Melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran dan siswa selama

pembelajaran berlangsung di kedua kelas.

e. Melakukan postest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

f. Menyebarkan angket kepada siswa di kelas eksperimen

g. Melakukan wawancara terhadap perwakilan siswa kelas eksperimen

1. Tahapan Penyelesaian

a. Mengumpulkan data penelitian.

b. Menganalisis data penelitian.

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

Secara umum, prosedur penelitian dapat ditunjukkan dalam bentuk alur penelitian

(19)

Pembuatan instrumen

(20)

F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Sebelum instrumen dugunakan, dilakukan terlebih dahulu uji validitas

konsultasi dengan ahli (judgement experts) oleh dosen dan guru mata pelajaran kimia.

Kemudian dilakukan uji statistik berupa uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan

homogenitas. Berikut dijelaskan mengenai uji statistik tersebut.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah soal yang dibuat tersebut sahih

atau tidak. Validitas dilakukan dengan cara membandingkan skor peserta didik yang

didapat dalam tes dengan skor yang diangap sebagai nilai baku. Jika suatu tes dapat

memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan

tertentu, maka tes tersebut dikatakan valid untuk tujuan tertentu (Arifin, 2009).

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur (Effendi, 1995). Instrumen yang valid adalah alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur

apa yang hendak diukur. Langkah-langkah mengukur validitas:

a. mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur

b. melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden

c. mempersiapkan tabulasi jawaban

d. menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan

(21)

= koefisien korelasi product moment N = jumlah sampel

X = skor butir tiap responden Y = total skor butir tiap responden

Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik dari

tabel product moment. Bila nilai r positif dan ruji > rtabel , maka item tersebut valid.

Item-item pertanyaan yang signifikan atau valid berarti pertanyaan-pertanyaan

tersebut memiliki validitas konstruk (terdapat konsistensi internal). Sedangkan jika r

negatif dan ruji < rtabel, maka item tersebut dinyakan tidak valid. Nilai korelasi yang

negatif menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan

lainnya.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu

tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada

kelas yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2009). Reabilitas

merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk

menghitung indeks realibilitas, antara lain Test-Retest (stability), Split-half (teknik

belah dua) dan Alpha-Cronbach. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah

(22)

menggunakan Alpha-Cronbach adalah sebagai berikut:

(Ghozali, 2002)

Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item kuesioner

yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas.

Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh

>0,50 (Ghozali, 2002). Ada pendapat lain yang mengemukakan baik atau buruknya

reliabilitas instrumen dapat dikonsultasikan dengan nilai r tabel. Jika nilai

Alpha-Cronbach lebih besar dari nilai r tabel maka instrumen tersebut dapat dikatakan

reliabel. Teknik Alpha-Cronbach digunakan jika data yang ada pada kuesioener

bukan berupa 1 atau 0 dan cocok untuk soal uraian atau angket.

3. Taraf Kesukaran

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes berbentuk

uraian. Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal berbentuk uraian adalah

menghitung berapa persen siswa yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas

lulus (passing grade) untuk tiap-tiap soal. Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soal,

dapat digunakan kriteria sebagai berikut:

(23)

b. Jika jumlah siswa yang gagal antara 28% sampai dengan 72% maka termasuk

sedang.

c. Jika jumlah siswa yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar. (Arifin, 2009)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai. Cara untuk

menguji daya pembeda adalah sebagai berikut:

Keterangan:

DP = Daya pembeda

ƩKA = Rata-rata kelompok atas yang diambi 27% ƩKA = Rata-rata kelompok bawah yang diambil 27%

Kriteria dalam daya pembeda adalah sebagai berikut:

Nilai DP Kategori

>0,4 Sangat Baik 0,3-0,39 Baik

0,2-0,29 Cukup <0,19 Kurang baik

(Arifin, 2009)

Sedangkan data hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan

langkah-langkah berikut.

1. Analisis keterlaksanaan pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan MPKTGI dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran berlangsung sesuai dengan tahap-tahap

DP =

Ʃ

KA +

Ʃ

KB

(24)

dalam MPKTGI. Skala yang digunakan dalam lembar observasi ini adalah skala 2-0.

Mendapat nilai 2 apabila melakukan dengan baik dan sesuai dengan pembelajaran

yang berlangsung, nilai 1 jika melakukan sesuai dengan pembelajaran yang

berlangsung tetapi kurang baik, sedangkan nilai 0 jika tidak melakukan langkah

dalam MPKTGI. Pengolahan data observasi keterlaksanaan pembelajaran diolah

dengan rumus:

(Arikunto, 2009)

2. Analisis kuantitatif KPS

Data kuantitatif KPS didapatkan dari hasil pretest-postest. Pengolahan data

pretest-postest bertujuan untuk mengetahui pengaruh sebelum dan setelah penerapan

MPKTGI. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data:

a. Mengolah data pretest dan postest yang dihasilkan dari pengujian dengan 2 dua

model pembelajaran yang berbeda. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1)Menghitung skor mentah pada jawaban pretest-postest. Pemberian skor

diambil berdasarkan jawaban yang benar.

2)Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara:

(25)

3)Menghitung nilai normalisasi gain untuk mengetahui peningkatan antara

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan rumus.

Kriteria peningkatan gain adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Kriteria Peningkatan gain

Gain

Ternormalisasi

Kriteria Peningkatan G < 0,3 peningkatan rendah

0,3 ≤ G ≤ 0,7 peningkatan sedang

G > 0,7 peningkatan tinggi

(Arikunto, 2009)

4) Menilai peningkatan KPS siswa berdasarkan kriteria berikut ini :

Tabel 3.3. Kriteria Kemampuan Penguasaan KPS siswa

Nilai (%) Kriteria Kemampuan

81-100 Sangat baik

b. Analisis statistik perbedaan rata-rata antara skor pretest-postest siswa secara

keseluruhan dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 melalui tahapan

berikut.

1) Uji normalitas gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dilakukan uji

normalitas N-gain dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dengan

(26)

Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05 maka sampel terdistribusi

normal dan jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 maka sampel tidak

terdistribusi normal. Jika sampel yang dihasilkan terdistribusi normal, maka

dilakukan uji hipotesis parametrik untuk menentukan signifikansinya,

karena sampel yang diuji ada dua sampel, maka uji yang digunakan adalah

uji ANOVA.

2) Uji signifikansi menggunakan ANOVA apabila terdapat data terdiri dari dua

atau lebih kelas yang terdistribusi normal, dengan penafsiran sebagai

berikut: Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05, maka Ho diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

untuk peningkatan KPS siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol,

sedangkan jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak ,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Uji Homogenitas menggunakan levenes statist, untuk memperoleh

pengujian yang selanjutnya digunakan post hoc test, jika variansi homogen

dan distribusi normal, maka dilakukan uji Tukey HSD, jika variansi tidak

homogen dan distribusi normal, maka dilakukan uji Tamhane’s T2. 3. Data hasil observasi

Data hasil observasi diolah dengan rumus berikut :

% = 100%

Total Skor

Observasi Hasil

(27)

Setelah dikakukan pengolahan kemudian data tersebut dikelaskan, kemudian

dianalisis dengan cara membandingkan antara kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 3.4. Interpretasi Data Hasil Observasi Siswa

Persentase Kategori

80%-100% Sangat baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Kurang

0%-20% Sangat kurang

(Ridwan, 2005)

4. Analisis data angket

Analisis data angket menggunakan skala Likert, setiap jawaban pernyataan

positif diberikan skor 4,3,2,1 sedangkan jawaban skor negatif diberi skor 1,2,3,4.

Tabel 3.5 Skor Skala Likert

Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

(Arikunto, 2009)

Kemudian data tersebut diolah dengan menghitung persentase jawaban

responden siswa.

(Arikunto, 2009)

Kemudian berdasarkan data yang didapat, dianalisis mengenai respons siswa

terhadap MPKTGI seperti pada lembar observasi.

%

=

(28)

5. Wawancara

Pengolahan data hasil wawancara kepada sampel siswa dari beberapa orang

dianalisis oleh peneliti kemudian hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan

hasil pretest-postest, data hasil observasi, serta data angket siswa yang bersangkutan

apakah jawaban yang diberikan sesuai atau tidak dengan data-data yang diperoleh

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang Keterampilan

Proses Sains (KPS) siswa SMA kelas XI pada materi titrasi asam-basa dengan

model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (MPKTGI), diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini, seluruh tahap dalam MPKTGI terlaksana sangat baik

dengan persentase sebesar 100%.

2. Kelas eksperimen memiliki persentase KPS tertinggi pada indikator

merencanakan percobaan yaitu sebesar 92%, sedangkan KPS terendah

terdapat pada indikator mengajukan pertanyaan dengan persentase sebesar

8,75%. Sebagian besar indikator KPS kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara KPS kelas eksperimen

dibandingkan kelas kontrol dengan hasil uji t sebesar 0,04 (α=0,05). Dengan

demikian MPKTGI berpengaruh untuk meningkatkan KPS siswa pada materi

titrasi asam-basa.

4. Respon siswa terhadap MPKTGI sangat baik, siswa menyukai MPKTGI. Hal

tersebut ditunjukkan dari persentase setiap pernyataan dalam angket yang

(30)

B. Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini materi yang diinvestigasi adalah titrasi asam kuat oleh basa

kuat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan jenis titrasi

yang lain, yaitu titrasi asam kuat oleh basa lemah dan titrasi asam lemah oleh

basa kuat.

2. Indikator KPS yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi tujuh

indikator yaitu keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan,

berhipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan,

dan menerapkan konsep. Disarankan bagi peneliti lain untuk mengaplikasikan

indikator keterampilan proses yang lain.

3. Keterbatasan waktu menyebabkan indikator KPS mengajukan pertanyaan

kurang berkembang dalam penelitian ini. Kepada peneliti lain, disarankan agar

mengatur waktu sebaik mungkin sehingga tidak ada batasan waktu untuk

siswa untuk mengajukan pertanyaan baik pada saat penjelasan maupun pada

(31)

Meri Mustikasari, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

Brady,J. (1990). Kimia Universitas Azas dan Struktur Jilid 1, Edisi ke-5. Jakarta:Binarupa Aksara.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar : Kpnsep-konsep Inti Jilid 1/Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1985). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Devi. (2011). Keterampilan Proses Sains. Jakarta: BALITBANG DEPDIKNAS. Tersedia pada:http//kamriantiramli.Wordpress.cpm

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Efendi, S dan Masri, S. (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta:LP3ES

Ghazali, Imam. (2002). Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs traditional methods, a six thousand-student survey of mechanic test data for introductory physics courses.” American Journal of Physics. P. 66,64-74.

Firman, H. (2008). Peta Penelitian dalam Bidang Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo

Liliasari, et al. (2009) “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”. Jurnal Pengajaran MIPA Volume 14.

Ma’ruf, N. (2010). Penerapan Peer Assessment Untuk Menilai Kinerja Siswa SMK Kelas XI Dalam Praktikum Titrasi Asam-Basa. Skripsi, jurusan Kimia, FPMIPA, UPI: Tidak diterbitkan.

(32)

Meri Mustikasari, 2012

Purba, M. (2010). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Rahayu, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keterampilan Proses Sains. Skripsi, jurusan Fisika, FPMIPA, UPI:Tidak diterbitkan.

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Mulia Mandiri Press

Rustaman, N. (2003). Pengembangan Keterampilan Proses dan Strategi Belajar Mengajar. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group

Sharan, Y dan Shlomo, S. (1992). Expanding Cooperative Learning Though Group Investigation. New York: Teachers College Press.

Silberberg, M. (2000). Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change. Massachusetts:McGraw-Hill Sciences.

Siswaningsih, W dan Gebi, D. (2005). Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas XI Melalui Metode Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulami, E. (2011). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Klaten: Intan Pariwara.

Wahyu,W., dkk. (2007). Perangkat Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran

Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Putaka.

Gambar

Tabel 3.1.  Penskoran Pretes-Postes .......................................................................
tabel product moment. Bila nilai r positif dan ruji > rtabel , maka item tersebut valid
Tabel 3.2. Kriteria Peningkatan gain
Tabel 3.5 Skor Skala Likert

Referensi

Dokumen terkait

Kepada para Peserta Lelang yang berkeberatan atas Penetapan Pemenang ini diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara online sesuai jadwal pada aplikasi SPSE melalui website

Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2012”, yang disusun sebagai salah

Untuk mencapai hal tersebut, maka pada setiap awal periode pihak manajemen membuat perencanaan berupa anggaran penjualan, harga pokok penjualan, anggaran produksi,

Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI”, Tesis.Universitas Sumatera Utara: Medan. Wild,

Peserta yang keberatan terhadap Pengumuman Pemenang ini dapat menyampaikan Surat Sanggahan kepada Pokja ULP Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Tembilahan Tahap II Tahun

“ Pemanfaatan Saluran Komunikasi Dalam Penyerapan Aspirasi Masyarakat Oleh Pusat Pelayanan Informasi Dan Pengaduan ( Pindu) Pemerintah Kabupaten Pinrang ”.. Jurnal Komunikasi

[r]

dokumen yang sesuai dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada. aplikasi SPSE, yang akan dilaksanakan