Meri Mustikasari, 2012 A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Pembatasan Masalah ... 6
E. Hipotesis Penelitian ... 6
F. Asumsi dasar……….………..7
G. Manfaat Penelitian ... 7
H. Penelasan Istilah ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains ... 9
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (MPKTGI)…15 C. Materi Titrasi Asam Basa...…22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 28
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29
C. Instrumen Penelitian ... 29
D. Variabel Penelitian ... 31
Meri Mustikasari, 2012
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data………35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44
1. Keterlaksanaan MPKTGI ... 44
2. Ketercapaian Indikator KPS………..……..50
3. Ketercapaian Indikator KPS Secara Keseluruhan ... 51
4. Respon Siswa Terhadap MPKTGI... 64
B. Pembahasan ... 67
1. Keterlaksanaan MPKTGI ... 67
2. Ketercapaian Indikator KPS………..……..70
3. Ketercapaian Indikator KPS Secara Keseluruhan ... 72
4. Respon Siswa Terhadap MPKTGI... 83
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 90
Meri Mustikasari, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1. Penskoran Pretes-Postes ... 39
3.2. Kriteria Peningkatan Gain ... 40
3.3. Kriteria Kemampuan Penguasaan KPS ... 40
3.4. Interpretasi Data Hasil Observasi ... 42
3.5. Skro Skala Likert ... 42
4.1. Hasil Obsevasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 45
4.2. Aktivitas Guru dan Siswa pada Pembelajaran ... 49
4.3. Perbedaan KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…...53
4.4. Hasil Uji Normalitas………...62
4.5. Hasil Uji ANOVA…..……….……63
4.6. Hasil Uji Homogenitas ... 63
4.7 Hasil Uji t ... 64
Meri Mustikasari, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Alur Tahap MPKTGI ... 22
2.2 Trayek Perubahan pH Beberapa Indikator ... 25
2.3 Kurva Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat ... 25
2.4 Kurva Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat... 26
2.5 Kurva Titrasi Asam Kuat dan Basa Lemah ... 27
3.1 Desain Penelitian ... 28
3.2 Alur Penelitian ... 34
4.1 Grafik Perbandingan KPS Mengamati antara Kelas Kontrol dan Eksperimen 52 4.2 Grafik Keterampilan Berkomunikasi ... 53
4.3 Grafik KPS Mengajukan Pertanyaan ... 55
4.4 Grafik KPS Berhipotesis ... 56
4.5 Grafik Keterampilan Merencanakan Percobaan………..……57
4.6 Grafik KPS Menerapkan Konsep ... 59
4.7 Grafik Keterampilan Menarik Kesimpulan ... 60
4.8 Grafik Hasil Pretest-Postest ... 60
4.9 Grafik Hasil Angket ... 67
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan dari pembelajaran kimia pada jenjang Sekolah Menengah
Atas menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu siswa diharapkan
dapat mengembangkan pengalaman untuk merumuskan masalah, mengajukan dan
menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2006).
Pembelajaran kimia di SMA/MA harus menekankan pada pemberian pengalaman
langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi siswa berupa
pengetahuan konsep dan keterampilan proses sains (KPS).
KPS sangat berperan penting dalam proses pembelajaran kimia untuk
pembahasan suatu materi. Gagne (Dahar, 1985) berpendapat bahwa dengan
mengaplikasikan KPS anak dibuat kreatif, ia akan mampu mempelajari sains pada
tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Menurut Rustaman (2003)
KPS melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan
sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan
keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas
terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan
dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.
Pada kenyataannya, keterampilan proses sains pada pembelajaran kimia
sangat jarang diterapkan. Siswa cenderung hanya mengamati percobaan yang terjadi
kemudian menuangkannya dalam lembar kerja siswa (MGMP Yogyakarta, 2010).
Aspek yang dikembangkan pada proses pembelajaran hanya aspek mengamati dan
mengkomunikasikan secara tulisan saja. Sementara aspek lain seperti mengajukan
hipotesis, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan dan berkomunikasi
secara lisan kurang dilatihkan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,
menurut Rustaman (2003) banyak guru yang merasa bahwa KPS itu tidak perlu
dikembangkan dalam pembelajaran di lapangan karena soal-soal ujian nasional
hampir tidak pernah memunculkan soal-soal yang mengukur KPS, sehingga banyak
guru yang tidak mengembangkan KPS dalam proses pembelajaran. Dari fakta
tersebut, maka perlu dikembangkan KPS pada pembelajaran kimia untuk
mengembangkan kemampuan KPS siswa.
KPS kurang dapat berkembang pada pembelajaran sains tanpa eksperimen
atau praktikum, seperti halnya pembelajaran sains yang ditemukan di sekolah-sekolah
di Indonesia pada umumnya (Liliasari, 2005). Menurut Siswaningsih (2005), dalam
proses pembelajaran untuk mengembangkan KPS dapat menggunakan metode
praktikum, karena pada kegiatan praktikum dapat dikembangkan keterampilan
psikomotor, kognitif, dan juga afektif. Pada kegiatan praktikum siswa dapat
dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, mengkomunikasikan hasil
praktikum dan mengajukan pertanyaan.
Pada umumnya, proses pembelajaran dengan metode praktikum menggunakan
model belajar kelompok secara konvensional. Pada prosesnya, belajar kelompok
konvensional dinilai tidak efektif, karena pada prakteknya hanya sebagian orang
dalam kelompok yang bekerja, adanya saling ketergantungan hanya pada seseorang,
serta kurangnya proses interaksi sosial dalam kelompok. Oleh karena itu, dibutuhkan
model pembelajaran yang dapat mengembangkan KPS, dimana model pembelajaran
tersebut dapat memberikan keleluasaan pada siswa untuk ikut berperan dalam proses
pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk ikut
berperan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model belajar yang dibentuk dalam suatu
kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk mengoptimalkan keterlibatan tiap
anggota kelompok dalam belajar, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, dan
adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok. Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan sekedar belajar dalam kelompok. Menurut Rusman
(2010), ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan
pembelajaran kelompok. Pelaksanaan prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah
adanya saling ketergantungan positif antara siswa (positive interdependence),
interkasi tatap muka (face to face), tanggung jawab individu (individual
kelompok dimana tujuan kelompok adalah tujuan bersama (group processing).
Dengan model pembelajaran kooperatif siswa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran.
Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation yang selanjutnya disingkat menjadi MPKTGI.
Menurut Rusman (2010) MPKTGI telah diyakini oleh banyak ahli pendidikan
sebagai model yang dapat memberikan peluang bagi siswa untuk terlibat dalam
diskusi, berpikir kritis, dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran
mereka sendiri. Dalam MPKTGI, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri (Rusman, 2010). Dengan diterapkannya MPKTGI,
diharapkan dapat meningkatkan KPS siswa.
MPKTGI sangat cocok diterapkan untuk bidang kajian yang memerlukan
kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, 2009), yang mengarah pada kegiatan
investigasi, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan masalah.
MPKTGI sangat ideal diterapkan dalam materi titrasi asam-basa. Karena pada saat
melakukan titrasi asam-basa siswa diharuskan melakukan investigasi untuk
menentukan konsentrasi suatu zat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk
mengetahui apakah MPKTGI dapat meningkatkan KPS siswa. Oleh karena itu,
Kooperatif Tipe Group Investigation (MPKTGI) terhadap Peningkatan KPS Siswa
pada Materi Titrasi Asam-Basa Kelas XI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah
yang akan diungkapkan adalah “Bagaimana Pengaruh MPKTGI terhadap
Peningkatan KPS Siswa pada Materi Titrasi Asam-Basa Kelas XI?”.
Agar penelitian lebih fokus dari rumusan masalah pokok di atas, dapat dijabarkan
menjadi beberapa sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlaksanaan MPKTGI yang dilaksanakan di dalam kelas?
2. Bagaimana ketercapaian indikator KPS siswa yang diterapkan dalam MPKTGI
pada materi titrasi asam-basa?
3. Apakah ada perbedaan KPS siswa antara kelas ekseprimen yang diberikan
pembelajaran MPKTGI dibandingkan dengan kelas kontrol pada materi titrasi
asam-basa?
4. Bagaimana respon siswa terhadap MPKTGI pada materi titrasi asam-basa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh MPKTGI
terhadap KPS siswa pada sub materi titrasi asam-basa kelas XI.
Adapun tujuan secara terinci dari penelitian ini adalah:
2. Memberikan pembelajaran yang menarik bagi siswa pada materi titrasi asam-basa
sehingga memudahkan siswa untuk belajar.
3. Mengidentifikasi perbedaan antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan
dengan MPKTGI dan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran kelompok.
4. Menggali respon siswa terhadap MPKTGI pada materi titrasi asam-basa.
D. Pembatasan Masalah
Mengingat adanya berbagai jenis indikator KPS, maka dalam penelitian ini KPS
yang dilatihkan dibatasi pada keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan,
berhipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan, dan
menerapkan konsep.
E. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini memiliki hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Adapun
hipotesisnya sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tehadap KPS siswa kelas eksperimen
yang menggunakan MPKTGI dengan kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran kelompok pada materi titrasi asam-basa.
Hi : Terdapat perbedaan yang signifikan tehadap KPS siswa kelas eksperimen yang
menggunakan MPKTGI dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
G. Asumsi Dasar
Pada penelitian ini diasumsikan bahwa siswa yang dijadikan subyek
penelitian sebelumnya tidak mendapatkan perlakuan apapun selain pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, sebagai tugas akhir dan pengalaman belajar dalam mengekspresikan
atau mengungkapkan permasalahan belajar dan memecahkan permasalahan dalam
mengajar.
2. Bagi siswa, penelitian ini sebagai pengalaman belajar, dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab siswa. Selain itu, siswa dapat lebih mudah memahami materi
titrasi asam-basa dengan adanya penelitian ini.
3. Bagi guru mata pelajaran, dapat menambah pengetahuan mengenai strategi-strategi
pembelajaran baru dalam berbagai materi pembelajaran sehingga dapat diterapkan
pada pokok bahasan lain.
4. Bagi sekolah tempat penelitian, dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya
untuk meningkatkan prestasi sekolah.
5. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dalam mengembangkan pembelajaran yang
efektif di dalam pembelajaran.
G. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian, maka peneliti mendefinisikan istilah-istilah yang penting dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara bekerja sama dan
saling tukar informasi yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam
orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Slavin, 2009).
2. MPKTGI adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif, dimana para siswa
bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi
kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan, 1992).
3. KPS adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh,
mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
dan teori-teori IPA, baik berupa keterampilan intelektual, keterampilan fisik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi
experiment. Metode ini digunakan karena situasi kelas sebagai tempat mengkondisi
perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti
dikehendaki dalam eksperimen sejati. Oleh sebab itu perlu dicari atau dilakukan
desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada
(Sugiyono, 2009).
Desain yang digunakan adalah Pretestt-posttest Control Group Design.
dengan menggunakan dua kelas subyek. Rancangannya sebagai berikut:
E O1 X1 O2
C O1 X2 O2
Gambar 3.1. Desain penelitian
Keterangan:
E = Kelas eksperimen. C = Kelas kontrol.
O1 = Pre-test untuk mengukur komponen awal siswa sebelum diberi perlakuan. O2 = Post-test untuk mengukur komponen akhir siswa setelah diberi perlakuan. X1 = Perlakuan dengan menggunakan MPKTGI.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu SMA Negeri di Bandung. Subyek penelitian
adalah siswa kelas XI yang berjumlah 80 orang. Kelas yang digunakan yaitu kelas
IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan IPA 5 sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol tidak
diberi perlakuan (pembelajaran secara kelompok) sedangkan kelas eksperimen diberi
perlakuan (pembelajaran dengan menggunakan MPKTGI). Kelas yang dipilih sebagai
subyek penelitian adalah kelas yang dinilai ekuivalen oleh guru kimia kelas XI di
SMA yang bersangkutan yaitu kelas yang memiliki nilai rata-rata ulangan kimia yang
hampir sama rata.
C. Instrumen Penelitian
Di dalam penelitian pendidikan, instrumen merupakan sarana utama untuk
pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana guru
melaksanakan proses pembelajaran menggunakan MPKTGI dan menerapkan KPS
(KPS). Selain itu lembar observasi digunakan untuk mengukur ketercapaian siswa
terhadap KPS yang digunakan selama proses pembelajaran.
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
RPP merupakan suatu rumusan rencana pembelajaran yang disusun
untuk implementasi pembelajaran yang baik. RPP dikembangkan berdasarkan
karakteristik kompetensi dasar, standar kompetensi, potensi peserta didik dan daerah,
serta lingkungan.
3. Tes pretest-postest
Pretest dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan. Tujuan dari pretest ini
adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum dilakukan pembelajaran.
Selain itu juga prestes dilakukan untuk mengukur sejauh mana kesiapan siswa untuk
melakukan proses pembelajaran. Postest dilakukan setelah proses pembelajaran
berlangsung. Tujuan postest ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan kedua
metode pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan KPS siswa pada materi
tersebut. Soal yang digunakan dalam pretest-postest pada penelitian ini adalah soal
berbentuk uraian. Beberapa kelebihan soal berbentuk uraian yang dikemukakan oleh
Paidi (2002) adalah:
a. Sangat baik untuk mengukur proses mental tingkat tinggi, sehingga sampai
sekarang masih tetap dipertahankan penggunaannya.
b. Menyusunnya lebih mudah, karena jumlah butir soal/item terbatas.
c. Peserta ujian didorong agar menjadi lebih siap, karena harus menguasai secara
mendalam untuk dapat melakukan analisis (Paidi, 2002).
4. Angket
Teknik pemberian angket yaitu teknik memperoleh data dengan memberikan
untuk mengetahui respon siswa terhadap MPKTGI. Skala yang digunakan yaitu
sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
5. Pedoman wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi dan KPS, sehingga pewawancara, hal
yang digali dan responden akan sangat mempengaruhi (Paidi, 2002). Pedoman
wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terhadap manfaat dan
tingkat ketertarikan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Instrumen
yang disusun berupa pertanyaan-pertanyaan uraian supaya siswa lebih mudah
mengemukakan pendapatnya.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel terikat, dan
variabel kontrol. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi perubahan
atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah MPKTGI.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah KPS siswa.
Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat konstan sehingga pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti,
E. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan meliputi tahapan persiapan,
Pelaksanaan dan tahapan penyelesaian. Berikut ini penjelasan dari setiap tahapan
1. Tahapan Persiapan
a. Melakukan analisis terhadap materi titrasi asam-basa dan standar isi Kimia SMA
kelas XI.
b. Melakukan analisis terhadap literatur MPKTGI
c. Melakukan analisis terhadap KPS siswa.
d. Memilih indikator KPS siswa
e. Menyusun instrumen penelitian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
soal pretest-postest, lembar observasi, angket, pedoman wawancara.
f. Melakukan validasi instrumen penelitian kepada dosen pembimbing.
g. Melakukan judgment instrumen penelitian berupa soal pretest-postest kepada
dosen ahli terkait fokus penelitian dan materi yang diteliti.
h. Menentukan subyek penelitian
i. Membuat surat perizinan penelitian.
j. Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan siswa yang menjadi subyek
penelitian.
k. Melakukan uji coba instrumen penelitian berupa soal pretest-postest kepada siswa
yang telah mempelajari materi titrasi asam-basa.
2. Tahapan Pelaksanaan
a. Menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian
b. Melakukan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c. Melaksanaan pembelajaran, untuk kelas eksperimen dengan MPKTGI, sedangkan
untuk kelas kontrol dengan model belajar kelompok konvesional.
d. Melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran dan siswa selama
pembelajaran berlangsung di kedua kelas.
e. Melakukan postest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
f. Menyebarkan angket kepada siswa di kelas eksperimen
g. Melakukan wawancara terhadap perwakilan siswa kelas eksperimen
1. Tahapan Penyelesaian
a. Mengumpulkan data penelitian.
b. Menganalisis data penelitian.
c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.
Secara umum, prosedur penelitian dapat ditunjukkan dalam bentuk alur penelitian
Pembuatan instrumen
F. Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Sebelum instrumen dugunakan, dilakukan terlebih dahulu uji validitas
konsultasi dengan ahli (judgement experts) oleh dosen dan guru mata pelajaran kimia.
Kemudian dilakukan uji statistik berupa uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan
homogenitas. Berikut dijelaskan mengenai uji statistik tersebut.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah soal yang dibuat tersebut sahih
atau tidak. Validitas dilakukan dengan cara membandingkan skor peserta didik yang
didapat dalam tes dengan skor yang diangap sebagai nilai baku. Jika suatu tes dapat
memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu, maka tes tersebut dikatakan valid untuk tujuan tertentu (Arifin, 2009).
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur (Effendi, 1995). Instrumen yang valid adalah alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur. Langkah-langkah mengukur validitas:
a. mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur
b. melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden
c. mempersiapkan tabulasi jawaban
d. menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan
= koefisien korelasi product moment N = jumlah sampel
X = skor butir tiap responden Y = total skor butir tiap responden
Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik dari
tabel product moment. Bila nilai r positif dan ruji > rtabel , maka item tersebut valid.
Item-item pertanyaan yang signifikan atau valid berarti pertanyaan-pertanyaan
tersebut memiliki validitas konstruk (terdapat konsistensi internal). Sedangkan jika r
negatif dan ruji < rtabel, maka item tersebut dinyakan tidak valid. Nilai korelasi yang
negatif menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut bertentangan dengan pertanyaan
lainnya.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu
tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada
kelas yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2009). Reabilitas
merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
menghitung indeks realibilitas, antara lain Test-Retest (stability), Split-half (teknik
belah dua) dan Alpha-Cronbach. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah
menggunakan Alpha-Cronbach adalah sebagai berikut:
(Ghozali, 2002)
Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item kuesioner
yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas.
Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh
>0,50 (Ghozali, 2002). Ada pendapat lain yang mengemukakan baik atau buruknya
reliabilitas instrumen dapat dikonsultasikan dengan nilai r tabel. Jika nilai
Alpha-Cronbach lebih besar dari nilai r tabel maka instrumen tersebut dapat dikatakan
reliabel. Teknik Alpha-Cronbach digunakan jika data yang ada pada kuesioener
bukan berupa 1 atau 0 dan cocok untuk soal uraian atau angket.
3. Taraf Kesukaran
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes berbentuk
uraian. Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal berbentuk uraian adalah
menghitung berapa persen siswa yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas
lulus (passing grade) untuk tiap-tiap soal. Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soal,
dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
b. Jika jumlah siswa yang gagal antara 28% sampai dengan 72% maka termasuk
sedang.
c. Jika jumlah siswa yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar. (Arifin, 2009)
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai. Cara untuk
menguji daya pembeda adalah sebagai berikut:
Keterangan:
DP = Daya pembeda
ƩKA = Rata-rata kelompok atas yang diambi 27% ƩKA = Rata-rata kelompok bawah yang diambil 27%
Kriteria dalam daya pembeda adalah sebagai berikut:
Nilai DP Kategori
>0,4 Sangat Baik 0,3-0,39 Baik
0,2-0,29 Cukup <0,19 Kurang baik
(Arifin, 2009)
Sedangkan data hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan
langkah-langkah berikut.
1. Analisis keterlaksanaan pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan MPKTGI dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran berlangsung sesuai dengan tahap-tahap
DP =
Ʃ
KA +
Ʃ
KB
dalam MPKTGI. Skala yang digunakan dalam lembar observasi ini adalah skala 2-0.
Mendapat nilai 2 apabila melakukan dengan baik dan sesuai dengan pembelajaran
yang berlangsung, nilai 1 jika melakukan sesuai dengan pembelajaran yang
berlangsung tetapi kurang baik, sedangkan nilai 0 jika tidak melakukan langkah
dalam MPKTGI. Pengolahan data observasi keterlaksanaan pembelajaran diolah
dengan rumus:
(Arikunto, 2009)
2. Analisis kuantitatif KPS
Data kuantitatif KPS didapatkan dari hasil pretest-postest. Pengolahan data
pretest-postest bertujuan untuk mengetahui pengaruh sebelum dan setelah penerapan
MPKTGI. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data:
a. Mengolah data pretest dan postest yang dihasilkan dari pengujian dengan 2 dua
model pembelajaran yang berbeda. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1)Menghitung skor mentah pada jawaban pretest-postest. Pemberian skor
diambil berdasarkan jawaban yang benar.
2)Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara:
3)Menghitung nilai normalisasi gain untuk mengetahui peningkatan antara
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan rumus.
Kriteria peningkatan gain adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Kriteria Peningkatan gain
Gain
Ternormalisasi
Kriteria Peningkatan G < 0,3 peningkatan rendah
0,3 ≤ G ≤ 0,7 peningkatan sedang
G > 0,7 peningkatan tinggi
(Arikunto, 2009)
4) Menilai peningkatan KPS siswa berdasarkan kriteria berikut ini :
Tabel 3.3. Kriteria Kemampuan Penguasaan KPS siswa
Nilai (%) Kriteria Kemampuan
81-100 Sangat baik
b. Analisis statistik perbedaan rata-rata antara skor pretest-postest siswa secara
keseluruhan dengan menggunakan program SPSS versi 18.0 melalui tahapan
berikut.
1) Uji normalitas gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dilakukan uji
normalitas N-gain dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov dengan
Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05 maka sampel terdistribusi
normal dan jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 maka sampel tidak
terdistribusi normal. Jika sampel yang dihasilkan terdistribusi normal, maka
dilakukan uji hipotesis parametrik untuk menentukan signifikansinya,
karena sampel yang diuji ada dua sampel, maka uji yang digunakan adalah
uji ANOVA.
2) Uji signifikansi menggunakan ANOVA apabila terdapat data terdiri dari dua
atau lebih kelas yang terdistribusi normal, dengan penafsiran sebagai
berikut: Jika probabilitas (nilai signifikansi) > 0,05, maka Ho diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
untuk peningkatan KPS siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol,
sedangkan jika probabilitas (nilai signifikansi) < 0,05 maka Ho ditolak ,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3) Uji Homogenitas menggunakan levenes statist, untuk memperoleh
pengujian yang selanjutnya digunakan post hoc test, jika variansi homogen
dan distribusi normal, maka dilakukan uji Tukey HSD, jika variansi tidak
homogen dan distribusi normal, maka dilakukan uji Tamhane’s T2. 3. Data hasil observasi
Data hasil observasi diolah dengan rumus berikut :
% = 100%
Total Skor
Observasi Hasil
Setelah dikakukan pengolahan kemudian data tersebut dikelaskan, kemudian
dianalisis dengan cara membandingkan antara kelas kontrol dan eksperimen.
Tabel 3.4. Interpretasi Data Hasil Observasi Siswa
Persentase Kategori
80%-100% Sangat baik
60%-79% Baik
40%-59% Cukup
21%-39% Kurang
0%-20% Sangat kurang
(Ridwan, 2005)
4. Analisis data angket
Analisis data angket menggunakan skala Likert, setiap jawaban pernyataan
positif diberikan skor 4,3,2,1 sedangkan jawaban skor negatif diberi skor 1,2,3,4.
Tabel 3.5 Skor Skala Likert
Pernyataan Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
(Arikunto, 2009)
Kemudian data tersebut diolah dengan menghitung persentase jawaban
responden siswa.
(Arikunto, 2009)
Kemudian berdasarkan data yang didapat, dianalisis mengenai respons siswa
terhadap MPKTGI seperti pada lembar observasi.
%
=
ℎ5. Wawancara
Pengolahan data hasil wawancara kepada sampel siswa dari beberapa orang
dianalisis oleh peneliti kemudian hasil wawancara tersebut dibandingkan dengan
hasil pretest-postest, data hasil observasi, serta data angket siswa yang bersangkutan
apakah jawaban yang diberikan sesuai atau tidak dengan data-data yang diperoleh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang Keterampilan
Proses Sains (KPS) siswa SMA kelas XI pada materi titrasi asam-basa dengan
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (MPKTGI), diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini, seluruh tahap dalam MPKTGI terlaksana sangat baik
dengan persentase sebesar 100%.
2. Kelas eksperimen memiliki persentase KPS tertinggi pada indikator
merencanakan percobaan yaitu sebesar 92%, sedangkan KPS terendah
terdapat pada indikator mengajukan pertanyaan dengan persentase sebesar
8,75%. Sebagian besar indikator KPS kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara KPS kelas eksperimen
dibandingkan kelas kontrol dengan hasil uji t sebesar 0,04 (α=0,05). Dengan
demikian MPKTGI berpengaruh untuk meningkatkan KPS siswa pada materi
titrasi asam-basa.
4. Respon siswa terhadap MPKTGI sangat baik, siswa menyukai MPKTGI. Hal
tersebut ditunjukkan dari persentase setiap pernyataan dalam angket yang
B. Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini materi yang diinvestigasi adalah titrasi asam kuat oleh basa
kuat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan jenis titrasi
yang lain, yaitu titrasi asam kuat oleh basa lemah dan titrasi asam lemah oleh
basa kuat.
2. Indikator KPS yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi tujuh
indikator yaitu keterampilan mengamati, mengajukan pertanyaan,
berhipotesis, berkomunikasi, merencanakan percobaan, menarik kesimpulan,
dan menerapkan konsep. Disarankan bagi peneliti lain untuk mengaplikasikan
indikator keterampilan proses yang lain.
3. Keterbatasan waktu menyebabkan indikator KPS mengajukan pertanyaan
kurang berkembang dalam penelitian ini. Kepada peneliti lain, disarankan agar
mengatur waktu sebaik mungkin sehingga tidak ada batasan waktu untuk
siswa untuk mengajukan pertanyaan baik pada saat penjelasan maupun pada
Meri Mustikasari, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Rosda Karya
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.
Brady,J. (1990). Kimia Universitas Azas dan Struktur Jilid 1, Edisi ke-5. Jakarta:Binarupa Aksara.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar : Kpnsep-konsep Inti Jilid 1/Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Dahar, R.W. (1985). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Devi. (2011). Keterampilan Proses Sains. Jakarta: BALITBANG DEPDIKNAS. Tersedia pada:http//kamriantiramli.Wordpress.cpm
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, S dan Masri, S. (1995). Metode Penelitian Survey. Jakarta:LP3ES
Ghazali, Imam. (2002). Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs traditional methods, a six thousand-student survey of mechanic test data for introductory physics courses.” American Journal of Physics. P. 66,64-74.
Firman, H. (2008). Peta Penelitian dalam Bidang Pendidikan Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Lie, A. (2008). Cooperative Learning.Jakarta: Grasindo
Liliasari, et al. (2009) “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”. Jurnal Pengajaran MIPA Volume 14.
Ma’ruf, N. (2010). Penerapan Peer Assessment Untuk Menilai Kinerja Siswa SMK Kelas XI Dalam Praktikum Titrasi Asam-Basa. Skripsi, jurusan Kimia, FPMIPA, UPI: Tidak diterbitkan.
Meri Mustikasari, 2012
Purba, M. (2010). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Rahayu, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keterampilan Proses Sains. Skripsi, jurusan Fisika, FPMIPA, UPI:Tidak diterbitkan.
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung : Mulia Mandiri Press
Rustaman, N. (2003). Pengembangan Keterampilan Proses dan Strategi Belajar Mengajar. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group
Sharan, Y dan Shlomo, S. (1992). Expanding Cooperative Learning Though Group Investigation. New York: Teachers College Press.
Silberberg, M. (2000). Chemistry, The Molecular Nature of Matter and Change. Massachusetts:McGraw-Hill Sciences.
Siswaningsih, W dan Gebi, D. (2005). Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas XI Melalui Metode Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sulami, E. (2011). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Klaten: Intan Pariwara.
Wahyu,W., dkk. (2007). Perangkat Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran
Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Putaka.