• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA SLTP BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA SLTP BANDUNG."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA SLTP BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Menempuh Gelar Magister Pendidikan

Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

:^t*0&ff, pg^&*??^.

Oleh: DIDI KUSMADI

NIM: 999612

PROGRAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERS1TAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

PROF. DR. H. OEMAR HAMALIK

Pembimbing II

(3)

Diketahui

KETUA PROGRAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(4)

ABSTRAK

Pelaksanaan pengajaran matematika yang dilakukan oleh guru matematika

SLTP memerlukan kreatifitas dan kesungguhan yang bersifat inovatif. Jika dalam

mengajar guru hanya mengandalkan pola lama (konservatif) yang sifatnya rutinitas

dimana hanya mengajarkan dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas

dengan secara klasikal tentu hal ini akan berimbas kepada ketercapaian hasil belajar

siswa. Pengembangan model pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan

masalah merupakan satu hal yang bersifat inovatif. Upaya untuk pencapaian tujuan

pembelajaran yang efektif sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru terutama dalam

penguasaan maten pelajaran, penguasaan metode, memilih media yang tepat serta

menentukan alat evaluasi yang cocok untuk diberikan kepada siswa.

Mengacu kepada uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini berkenaan dengan bagaimanakah pengembangan model pembelajaran

dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika untuk

meningkatkan keterampilan intlektual siswa SLTP ?

Tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu untuk mnemukan model

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dirancang

sesuai dengan kondisiyang ada dan diselaraskan dengan kebutuhan dalam pengajaran

matematika untuk meningkatkan keterampilan intelektual siswa SLTP.

Metode yang digunakan adalah riset and development (Borg & Gall 1979)

Lokasi penelitian yaitu SLTPN 12 Kota Bandung, SLTPN 26 Kota Bandung, dan

SLTPN 29 Kota Bandung, dengan subyek siswa kelas II. Adapun teknik pengumpulan

data dengan observasi, wawancara, studi dokumenter, anekdot record, tes hasil belajar

dan self reflection.

Hasil penelitian menemukan bahwa pengembangan model pemecahan masalah

dalam pengajaran matematika secara umum dilakukan melalui tiga tahap, yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran meliputi kegiatan

pengenalan model kepada guru matematika, penyusunan rancangan model. Pelaksanaan

dilakukan dengan cara mengimplementasikan model yang telah dikembangkan dan

evaluasi dilakukan untuk melihat kebaikan model yang telah dikembangkan. Uji coba

model dilakukan dengan melalui uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Uji coba

terbatas dilakukan di SLTP Negeri 29 Kota Bandung dengan 4 kali pertemuan.

Sedangkan pada uji coba lebih luas dilakukan pada tiga sekolah, yaitu SLTPN 12 Kota

Bandung, SLTP 26 Kota Bandung dan SLTPN 29 Kota Bandung.

Dalam uji coba terbatas diawali dengan menciptakan situasi kelas yang

kondusif dan kemudian guru melakukan pre-tes. Di akhir pembelajaran gum

mengadakan post tes. Setelah itu diadakan revisi dan kemudian dikembangkan model

pembelajaran yang siap untuk diuji cobakan pada kelas yang lebih luas.

Uji coba lebih luas mencakup perencanaan pembelajaran, implementasi

pembelajaran, dan hasil belajar siswa.

Hasil uji coba lebih luas dalam implementasi pembelajaran, menunjukkan

adanya peningkatan terutama terhadap siswa-siswa yang sebelumnya dijadikan subyek

pada uji coba terbatas. Kemampuan guru dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah sudah

menunjukkan adanya peningkatan. Dalam penerapan pendekatan pemecahan masalah,

guru cukup bervariatif dalam menerapkannya. Guru tidak kaku seperti yang tercantum

dan disaranka oleh peneliti.

Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar siswa menunjukkan

adanya pengaruh yang cukup berarti terhadap hasil belajar siswa. Dengan dimilikinya

kemampuan memecahkan masalah dalam pelajaran matematika, akan memberikan

implikasi terhadap kehidupan siswa.

Rekomendasi ditujukan kepada guru dan sekolah, dinas pendidikan dan peneliti

(5)

D.AFTAR ISI

Halaman ABSTR.AK

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTARISI vii

DAFTARTABEL 1X

D.AFTAR BAGAN x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ]

B. Pembatasan Masalah 13

C. Pertanyaan Penelitian 17

D. Definisi Operasional 17

E. Tujuan Penelitian 19

F. Manfaat Penelitian 20

BAB II PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN

MASALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA

A. Konsep Model Pembelajaran Pemecahana Masalah 22

1. Pengertian Pemecahan Masalah 22

2. Tipe Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan

Pemecahan Masalah 29

B. Matematika Sebagai Bidang Studi 33

1. Pengertian Matematika 33

2. Fungsi dan Tujuan Matematika 36

3. Ruang Lingkup Matematika 40

4. Steuktur Bidang Studi Matematika 42

C. Konsep dan Struktur Pemecahan Masalah dalam

Pembelajaran Matematika : 49

1. Konsep Pemecahan Masalah dalam Penlajaran

Matematika 49

2. Struktur Model Pembelajaran dengan Pendekatan

Pemecahan Masalah 51

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Model Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah dalam Pengajaran

Matematika 58

1. Faktor siswa 58

(6)

2. Faktor guru....rrr. 64

3. Faktor Sarana dan Prasarana 66

E. Keterampilan Intelektual 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 79

B. Prosedur Penelitian 79

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 86

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data 87

E. Analisa Data 90

F. Waktu Penelitian 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Prasurvai 92

B. Pengembangan Model Pendekatan Pemecahan Masalah

dalam Pengajaran Matematika 100

C. Hasil Uji Coba Terbatas 104

D. Hasil Uji Coba Lebih Luas 131

E. Pembahasan Hasil Penelitian 180

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 189

B. Rekomendasi 192

DAFTAR PUSTAKA 199

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judu! Halaman

2.3 Tahapan Perkembangan Anak berdasarkan Pola 61

Piaget

4.1 Hasil Belajar Siswa Sebelum (Pretes) dan Sesudah (Posies) Uji Coba Terbatas Ke 1 (Topik: Satuan Waktu dengan Detik,

Menit, Jam, Hari, Minggu, Bulan, Tahun, Windu dan Abad).... 110 4.2 Hasil Belajar Siswa Sebelum (Pretes) dan Sesudah (Posies) Uji

Coba Terbatas Ke 1 (Topik: Hubungan anlara Jarak, Waktu

dan Kecepatan Rata-rata) 118

4.3 Hasil Belajar Siswa Sebelum (Pretes) dan Sesudah (Posies) Uji Coba Terbatas Ke 1 (Topik: Hubungan anlara Jarak, Waktu

dan Kecepalan Rata-rata) 126

4.4 Hasil Belajar Siswa Sebelum (Pretes) dan Sesudah (Postes) Uji

Coba Lebih Luas Ke 1 140

4.5 Hasil Belajar Siswa Sebelum (Pretes) dan Sesudah (Postes) Uji

Coba Lebih Luas Ke 2 154

4.6 Hasil Belajar Siswa Sebelum (Pretes) dan Sesudah (Postes) Uji

Coba Lebih Luas Ke 3 170

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan Judul Halaman

1.1 Keterkaitan Antara Berbagai Aspek dalam Pendidikan 2

1..2 Kegiatan Menurut Konsep De Corte 14

1.3 Variabel Pokok dalam Proses Pembelajaran 15

2.1

Ururtan Tipe Belajar dari Sederhana Kekompleks yang

Dikemukakan Gagne 30

2.2 Kerangka Tujuan Pengajaran Matematika Di SLTP 37

2.3 Struktur Pengetahuan Matematika 43

2.4 Interaksi Kelas (a) 45

2.5 Interaksi Kelas (b) 46

2.6 Langkah-langkah Dasar Pengujian dan Penelitian Di dalam kelas (Diadaptasi dari Linn & Groundlund, 1995:116) 68

2.7 Kerangka Penyusunan Soal dalam Metode PM 69 2.8 Diagram Penyusunan Soal yang Diawali Oleh Suatu Ide 72 2.9 Diagram Penyusunan Soal yang Diawali Oleh Suatu Topik 73

2.10 Diagram Alir Penyusunan Pertanyaan 74

3.1 Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving melalui Pendekatan "Research and Development" 82 Metode Variatif yang Mengarah pada Pendekatan Pemecahan

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa

dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Bangsa Indonesia melaksanakan

pembangunan di segala bidang melalui tahapan-tahapan yang disebut REPELITA.

Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional diperlukan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas, yang mampu menguasai dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Begitupula tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan perkembangan IPTEK yang

berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan dasar ( SD-SLTP) mempunyai peranan yang sangat penting dalam

usaha meningkatkan sumber daya manusia di masa yang akan datang. Hal ini

disebabkan pendidikan dasar merupakan pondasi pada pendidikan selanjutnya, yakni

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar bertujuan untuk

memberikan bekal kemampuan dasar kepada para peserta didik untuk mengembangkan

kehidupannya (DepdikbudJ 990:2).

Banyaknya hal yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan adalah bukti bahwa

pendidikan tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu masalah pendidikan yang rumit ini

bukan hanya tanggung jawab pemerintah, akan tetapi juga merupakan tanggung jawab

(10)

Untuk meningkatkan mutu pendidikan banyak aspek yang harus

diperhatikan . Dalam hal ini Syaodih (1997: 3) memberikan gambaran tentang

keterkaitan antara berbagai aspek dalam pendidikan, yaitu :

Lirmkunsjan

endidik

/*-

w Interaksi

s^ krikulum

lsi -v

Proses L h. Tujuan Pendidikan

i Evaluasi j

\

Pendidik

Pesert?

Hidik

Alam - Sosial -- Budava -- Pol — Ekonomi — Religi Bagan 11

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu upaya yang perlu

mendapatkan perhatian. Banyak persoalan yang dapat kita lihat dalam

meningkatkan mutu pendidikan,

mengingat mutu pendidikan yang dicapai masih

rendah, tidak hanya terjadi pada tingkat atas, tetapi juga pada tingkat pendidikan

menengah dan pendidikan dasar.

Berdasarkan penelitian daya serap anak Sekolah Lanjutan Pertama oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Juvono, Kompas.J.98'7 (Tesis Melar.i. RSM.! 999:3) tercatat, bahwa daya serap

siswanya hanya 30 % - 40%, berarti 60 % - 70 % bahan yang dibenkan tidak

dikuasai siswa. Ditunjukkan pula hasil penelitian Wiganda Sasmita dkk. (1992)

menyatakan bahwa penguasaan esensial matematika belum berhasil hanya

mencapai 44 %. Selanjutnya hasil penelitian Priatna. N.dkk (jurnal Penelitian

(11)

dalam kegiatan belajarnya menggunakan strategi problem solving adalah 56,29 %,

Sedangkan yang tidak menggunakan strategi problem solving tercacat 54,10%. Selain itu Jaelani (1990) mengatakan bahwa, kemampuan siswa untuk membuat model, matematika dan menyelesaikan soal cerita serta pemecahan

masalah masih rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep matematika di sekolah

masih rendah. Hasil analisa dari Viner, Kowith dan Beucheir (1981)

mengungkapkan, bahwa kesalahan pemahaman dan penguasaan konsep

matematika disebabkan beberapa hal, yaitu rekonstruksi yang salah atas bagian-bagian yang kecil, pengenalan yang salah terhadap lambang-lambang dan generalisasi yang keliru. Selain itu menurut pengalaman selama dalam pembelajaran di kelas, bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap apa yang diketahui, ditanya dan faktor pembatas dari suatu masalah masih rendah. Sehingga dengan demikian kemampuan pemecahan masalah siswa juga masih rendah. Akibatnya keterampilan intelektual kurang berkembang.

Namun di sisi lain Matematika merupakan mata pelajaran pokok termasuk

bidang studi akademis yang wajib diikuti oleh setiap siswa di tingkat pendidikan dasar (SD-SLTP) dan menengah (SMU). Mata pelajaran tersebut dituangkan ke dalam kurikulum sejak tahun 1973. Sejak saat itu muncul keluhan-keluhan dan

orang tua, guru dan siswa itu sendiri, namun akhirnya keluhan-keluhan itu

teredam dengan keterangan bahwa matematika mendidik dan melatih anak

berfikir kritis, logis, sistematis sejak dini, ditambah dengan alasan lain bahwa

(12)

perkembangan IPTEK, terutama di zaman era globalisasi menuntut penguasaan

ilmu matematika lebih mendalam dan aplikatif.

Belajar matematika untuk menguasai konsep dasar matematika dengan baik oleh setiap siswa diperlukan strategi belajar mengajar yang efektif dengan

kompetensi guru yang mampu memilih model pembelajaran yang relevan.

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran MIPA, misalnya melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga pengajar dan mengembangkan kurikulum. Hal ini telah dilakukan oleh guru dan sekolah melalui kegiatan Sanggar Pemantapan Kerja Guru (SPKG) dan Musyawarah Kerja Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau KKG bagi sekolah dasar (SD).

Demikian pula penelitian Nanang Priatna dkk (1999:44) mengatakan, bahwa:" upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kualitas pendidikan di antaranya meningkatkan kualitas guru. Guru SD ditingkatkan pendidikannya sehingga setara dengan D2 PGSD, guru SLTP

dan SLTA setara dengan SI, dan bahkan dosen di perguruan tinggi minimal

kualifikasi S2 bahkan S3. Sarana pendidikan seperti pengadaan buku ajar

disediakan oleh pemerintah maupun swasta, namun hasilnya belum

menggembirakan". Selama mutu pendidikan MIPA masih merupakan isu yang

hangat dibicarakan diberbagai forum ilmiah, seperti pada seminar nasional

Pendidikan MIPA LPTK-V se-Indonesia di Bali pada bulan Januari 1994.

Kasus di atas menggambarkan bahwa pengadaan sarana pendidikan belum

(13)

model pendekatan mengajar yang sesuai denga topik yang diajarkan . Pada akhirnya pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan yang tepat pada setiap pokok bahasan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan

selanjutnya peningkatan intelektual siswa.

Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika, sebagai kondisi tertentu yang ditandai dengan gagalnya siswa memahami konsep matematika merupakan

sesuatu hal yang harus diperhatikan. Ruseffendi (1991a:7) menyatakan, bahwa

ada sepuluh faktor yang menyangkut siswa yang harus diperhatikan yaitu,; apakah siswa cukup cerdas, apakah siswa sudah siap, apakah siswa cukup berbakat, apakah siswa mau belajar , apakah siswa berminat dan tertarik, apakah siswa senang cara belajar, apakah siswa senang kepada guru dan cara guru mengajar, apakah suasana pengajaran mendorong keberhasilan siswa belajar, apakah siswa menerima pelajaran dengan jelas dan benar, dan apakah lingkungan masyarakat

menunj ang tercapainya tuj uan pengaj aran.

Prestasi belajar matematika yang dicapai siswa menunjukkan masih rendah, sejalan yang disampaikan Arifin (1997:3) bahwa NEM yang masih rendah merupakan indikator adanya pola pemecahan masalah siswa yang belum efisien

dan kualitas berpikir yang belum memadai. Rendahnya kemampuan intelektual ini

disebabkan oleh strategi pembelajaran, pemilihan pendekatan, metode atau

evaluasi dari guru yang tidak sesuai dengan topik pokok bahasan yang diajarkan. Pendekatan pembelalajaran yang dilakukan guru kurang memperhatikan daya

pikir siswa, sehingga kurang meningkatkan meterampilan intelektual siswa.

Menurut Piaget (dalam Dahar,1988:5), bahwa pengetahuan fisik dan logika

(14)

membangun sendiri pengetahuan pengetahuan ini, melalui operasi-operasi,

terinternalisasi, revensibel, invarian dan terintegrasi dengan semata-mata (struktur kognitif) dan operasi-operasi lainnya.

Pengembangan kurikulum 1999 dengan suplemennya, sistem pengajaran di SLTP menekankan pada keterampilan proses, sesuai dengan Lampiran II SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud,1993). Hal tersebut menunjukkan bahwa proses belajar mengajar di SLTP dengan menggunakan keterampilan proses perlu ditingkatkan kualitasnya. Seperti yang diungkapkan

Dahar (1985), di lapangan masih banyak guru yang tidak melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses ini, karena alasan-alasan

lain.

Berkaitan dengan tujuan-tujuan pendidikan dasar tersebut, maka guru

sebagai ujung tombak di lapangan yang mempunyai peranan yang sangat

menentukan dalam pencapaian tujuan pengembangan kurikulum, terutama dalam konteks proses belajar mengajar di kelas. (Sudjana, 1989:1) mengatakan, bahwa

kurikulum diuntukkan bagi siswa melalui guru yang secara nyata memberi

pengaruh kepada siswa pada saat tertjadinya proses pengajaran. Demikian pula Syaodih. S (1988:212) mengatakan, bahwa guru sebagai pengembang kurikulum dituntut hadir di tengah-tengah anak dalam proses pengejawantahan pengalaman belajar, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. (Lerstari, 1997:1).

(15)

secara klasikal. Pengembangan model pembelajaran matematika seperti ini hanya

berkisar pada hapalan konsep, rumus-rumus, dan aturan tertentu, belum sampai

pada bagaimana memahami konsep dan menggunakan aturan atau rumus dalam pemecahan masalah. Bila siswa diberikan soal yang sedikit berbeda dengan soal yang dijadikan contoh oleh guru, siswa tidak dapat menyelesaikannya, mereka mengalami kesulitan nalar, akibat menghafal konsep dan rumus-rumus tadi.

Sistem pembelajaran dengan ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas, menimbulkan kejenuhan dan membosankan. Strategi Pembelajaran matematika dengan menghafal konsep dan rumus-rumus yang tidak dikaitkan dengan realistis atau masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai persoalan matematis, tidak melatih siswa berfikir kritis dan kreatif. Karena tugas-tugas yang mereka kerjakan hanyalah merupakan soal-soal rutin saja. Akibatnya dari tugas-tugas pembelajaran seperti ini dirasakan menoton kurang menarik dan membosankan sehingga anak tidak temiotipasi, akan tetapi yang terjadi anak merasa dibebani dengan setumpuk tugas-tugas (PR/LKS). Dengan demikian guru dalam

pengajarannya masih dianggap kurang memperhatikan kemampuan berpikir

siswa. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa banyak siswa yang malas karena

kelelahan, sehingga tidak mustahil tugas PR-nya tidak dikerjakan atau tidak bisa, dengan alasan lupa atau mengatakan bukunya ketinggalan dan Iain-lain. Kalaupun

dikerjakan kemungkinan mereka bekerja sama atau mencontek dari temannya. Kelemahan-kemahan itu khawatir muncul siswa menjadi malas dan membenci. matematika, sehingga pelajaran matematika tidak diminati oleh siswa, ditambah

(16)

&r«

) oar

u *--vLaiI

mata pelajaran tertentu, karena benci terhadap gurunya (pen^pSS^'^'

Dr.Sulaeman menegaskan, bahwa banyak siswa yang putus sekolah

karena kurangnya motivasi belajar. Ini adalah akibat dari ketidak mampuan siswa untuk mempelajari bahan-bahan yang melebihi kemampuan otaknya. (Dr. Dadang

Sulaeman, 1988 :25).

Berdasarkan pemikiran diatas, dipandang perlu adanya pembaharuan strategi pembelajaran matematika pada situasi dan kondisi siswa saat sekarang, guna meningkatkan keterampilan intelektual siswa. Pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika merupakann salah satu cara yang memungkinkan dapat meningkatkan

keterampilan intelektual siswa.

Upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang efektif sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru, yaitu dalam penguasaan materi pelajaran, penguasaan berbagai metode, memilih dan menentukan media dan alat pelajaran serta menentukan alat evaluasil, melaksanakan desain pengajaran, pengembangan

pengajaran, pengelolaan pengajaran dan evaluasi pengajaran (Reigeluth. 1983:5)"

Belajar matematika harus mengikuti pola aturan / susunan atau cara,

sistematika secara hierarkhis konsisten dan menggunakan nalar secara deduktif, model pembelajaran yang digunakan harus dapat dikembangkan dan sesuai dengan kaidah dan karakteristik yang dimilki matematika. Guru harus memahami bukan hanya materi pelajaran tetapi semua karakteristik yang terkandung di dalamnya. Wilkim (1982:6) menegaskan: "Knowledge is notjust a series offacts

transmitted memorised and recalled when required. Knowing what is not the same

(17)

worth experienting think after and other is not the same as knowing what come

next.

Martematika adalah suatu mata pelajaran yang abstrak. Istilah abstrak sering dipakai sebagai kata sifat yang mengandung arti sebuah ide yang tidak dapat diraba. Keabstrakan dari pelajaran matematika dapat kita lihat pada materi yang berupa lambang bilangan, simbol, garis, dan istilah lain yang digunakannya.

Tujuan pelajaran matematika di sekolah bukan hanya anak mengenal ilmu hitung saja, akan tetapi lebih jauh lagi yaitu diharapkan dapat membentuk pola pikir secara logis, sistematis dan kritis. Sebagaimana kurikulum matematika pendidikan dasar tahun 1994 merumuskan tujuannya sebagai berikuit:

a. Mempersiapkan anak didik agar sanggup menghadapi perubahan dalam kehidupan dan di dalam dunia yang senantiasa berubah ini, melalui latihan, bertindak atas dasar pemikiran secara logika dan rasional, kritis, dan cermat, objektif, kreatif dan efektiv.

b. Mempersiapkan anak didik agar dapat menggunakan matematika secara tepat

di dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

(18)

(dalam Mashudi, 1999:194) bahwa"dalam kegiatan belajar harus a

nyata". Pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan pemec

masalah yang dikaitkan dengan kehidupan nyata, dimungkinkan dapat

membangun pengetahuan awal yang telah dimiliki menjadi belajar yang lebih

bermakna bagi siswa itu sendiri.

Strutur pengetahuan dapat dikembangkan dengan pengetahuan konsep

untuk pengembangan keterampilan pengetahuan

(kognitif), misalnya model

pembelajaran pembentukan konsep (concept formation), penerimaan konsep

(concept reception) dan pencapaian konsep (concept attaiment) serta dapat

pemecahan masalah (problem solving). Bidang studi matematika di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama, memiliki ruanglingkup strutur pengetahuan konsep

yang harus dimiliki, dimana penguasaan konsep materi matematika merupakan

suatu jenis pengetahuan yang memiliki peranan sangat penting dalam lingkup

pengembangan keterampilan intelektual siswa, apabila dikembangkan dengan

model pembelajaran yang tepat.

Dalam proses pembelajaran matematika, biasanya guru cenderung untuk

menjelaskan atau memberitahukan segala sesuatu kepada siswa. Mereka kurang

memberi tugas yang bersifat pemecahan masalah/ mengerjakan latihan secara

individu maupun kelompok. Strategi belajar mengajar yang digunakan seperti di

atas ternyata tidak mendorong siswa berani mengungkapkan apa yang dipikirkan mereka bahkan membosankan, membuat mereka pasif, dan rasa takut siswa.

Proses pembelajaran demikian kurang bermakna bagi siswa, tetapi cenderung

menggiring siswa untuk menghafal fakta, rumus-rumus maupun aturan

(19)

11

rum us dalam pemecahan masalah. Hal ini manunjukkan bahwa, penguasaan

materi matematika di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama masih rendah. Sebagai persoalan yang dihadapi saat ini di lapangan adalah :

1. Kesulitan siswa dalam menerima materi pelajaran matematika di sekolahnya;

2. Prestasi belajar dan daya nalar matematika masih rendah.

Sebagai alternatif pemecahan masalah antara lain, yaitu:

(1) Perbaikan cara mengajar, yaitu dengan pengembangan model pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, sebagai salah satu

strategi berikut latihan dan tugas-tugas dengan aplikasi rumus-rumus; (2) Penambahan jam belajar di luar jam pelajaran(les / bimbel).

Alternatif yang dipilih adalah "perbaikan cara mengajar dengan

pendekatan pemecahan masalah". Oleh karenanya penelitian ini dilakukan dengan judul: pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan

pemecahan masalah dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan

keterampilan intelektualsiswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Upaya peningkatan keberhasilan proses pembelajaran yang diharapkan, guru dapat memberikan pengalaman belajar yang terstruktur, konseptual, konsisten, bermakna dan logis serta kritis. Dalam hal ini lebih jauh Syaodih.S (1983) dalam desertatasinya mengemukakan bahwa yang banyak memberikan sumbangan secara langsung dan signifikan pada prestasi belajar siswa adalah kegiatan belajar mengajar.

(20)

12

mengajar yang relevan dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.

Kelancaran proses belajar mengajar, sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru

melaksanakan desain pengajaran, pengembangan pengajaran, pengelolaan

pengajaran dan evaluasi pengajaran (Reigeluth.1983: 5)"

Model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah merupakan pengembangan pembelajaran penerimaan konsep bermakna

(concept reception meaningfull) dan pengetahuan konsep (Concept formation), juga merupakan model pembelajaran untuk penguasaan lambang-lambang atau simbol-simbol dari matematika yang merupakan konsep abstrak serta mengadakan suatu generalisasi melalui proposisi (David Ausubel, 1968, dalam Ratna Wilis,

1996:81)

(21)

13

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, proses pembelajaran matematika belum optimal, konsep-konsep pengembangan pembelajaran matematika belum mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan berfikir siswa yang sesuai dengan harapan GBPP pendidikan

matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama tahun 1999. Oleh karena itu,

masalah yang ingin dikaji melalui penelitian ini adalah: "Pengembangan Model

pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah yang bagaimana yang

tepat untuk meningkatkan keterampilan intelektual siswa dalam pengajaran

matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ?"

Kegiatan proses belajar mengajar banyak melibatkan

komponen-komponen yang saling mempengaruhi, seperti : kondisi siswa (kemampuan, minat, dan karakteristik siswa), kondisi guru (Penguasaan materi, metoda,

media), tujuan pembelajaran, evaluasi, fasilitas sarana dan sarana belajar.

Kegiatan belajar mengajar harus mengacu kepada kurikulum yang berlaku,, dan

(22)

Tujuan Instruksional Proses Prosedur Didaktik Media Pengajaran Proses belajar Pengembangan Model pendekatan Pemecahan Masalah -Mater Pelaja i ran Bahan Ajar/ Sumber Tujuan Instruksional Belajar Mengajar Evaluasi - hasil - proses 14

Bagan 1.2 Kegiatan Menurut Konsep De Corte

Atas dasar paradigma model pembelajaran dari De Corte, ada empat

varibel pokok yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi pelaksanaan

proses belajar mengajar. Pertama keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh

keadaan awal siswa (kondisi dan latar belakang siswa merupakan faktor internal),

dalam rangka pencapaian tujuan instrtuksional termasuk di dalamnya model pembelajaran yang digunakan guru, sehingga dapat menggambarkan hasil yang dicapai. Kedua kemampuan guru, kondisi fasilitas yang tersedia termasuk lingkungan belajar (faktor eksternal). Ketiga kegiatan dan prosedur kegiatan

belajar mengajar. Keempat hasil belajar siswa setelah menjalani proses

pembelajaran tersebut.

Keempat variabel pokok dalam proses pembelajaran dapat digambarkan

(23)

Tujuan Pengaja ran Kondi si siswa Input Kompctensi Guru v E V a 1 u a

Prosedur dan prosedur

kegiatan belajar mengajar -> i k B c I Lingkungan Focus Kctera mpilan intelekt ual Kctr. kounitif Kerr, reaktif Ketr. psikomotor Output 15 Variabel dependent Bagan 1.3

Keterampilan siswa dalampengajaran matematika

(output) berupa hasil belajar

. ModelPembelajaran matematika dengan pendekatan

pemecahan masalah

Konstribusi: (1) kemampuan guru dim model pembel PM, (2) Kemampuan siswa dalam model pembel.PM, (3) Fasilitas & sumber dim model pembel. PM, (4) Lingkungan dim model pembel. PM

2. Variabel Independen

3. Variabel Pencampur

Berdasarkan kajian, bahwa hubungan antara keempat variabel pokok

diatas mengarahkan untuk membangkitkan minat belajar siswa dalam kelas,

sehingga kajian penelitian ini lebih mengarah kepada proses dan peningkatan

(24)

1A

Peningkatan mutu pendidikan saat in' rlilalmimn H^nan" prior.,,.-,

penyempurnaan/ penyesuaian Kurikulum 1999 (Suplemen GBPP), mengacu

kepada model kurikulum yang dikembangkan oleh R.W.Tyler, dalam bukunya

Basic Principles of Curriculum and Instruction (1950). la menekankan empat

komponen utama dalam sistem pendidikan yaitu : (1) tujuan, (2) pengorganisasian

belajar, (3) pengalaman belajar, (d) evaluasi. Keempat prosedur tersebut saling

mempengaruhi dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan dapat

tercapai degan optimal.

Atas dasar uraian diatas dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah

pada kajian

pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika untk

meningkatkan ketrampilan intelektual siswa. Adapun masalahnya dirumuskan

sebagai berikut:

1. Praktek pembelajaran matematika di SLTP serta kondisi lapangan saat

sekarang (siswa, guru, peralatan dan lingkungan).

2. Pengembangan Model pembelajaran dengan pendekatan Pemecahan

masalah dalam pengajaran matematika diperkirakan dapat meningkatkan katerampilan intelektual siswa, melaluitahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Rencana pembelajaran

b. Implementasi, dan

c. Evaluasi

3. Hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran melalui pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran

(25)

17

C. Pertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian ini merupakan landasan pemikiran bagi peneliti dalam pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah pada bidang studi matematika dalam kelas, yaitu:

1. Bagaimanakah praktek pembelajaran matematika di SLTP serta kondisi lapangan saat sekarang (siswa, guru, peralatan dan lingkungan) ?

2. Bagaimana pengembangan Model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika yang diperkirakan dapat meningkatkan keterampilan intelektual siswa, melalui:

a. Bagaimana rencana (desain) pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika di SLTP ? b. Bagaimana Implementasi pengembangan model pembelajarannya di

SLTP?

c. Bagaimana evaluasi model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan keterampilan intelektual siswa SLTP ?

3. Sejauh manakah keberhasilan belajar siswa dan pengaruh dari model ini bagi peningkatan keterampilan intelektual siswa SLTP Bandung Barat ?

D. Definisi Operasional

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, definisi operasional penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

(26)

oleh peneliti untuk kepentingan studi, bahwa siswa sebagai salah satu

komponen pendidikan /pembelajaran harus dilatih membiasakan latihan

latihan berfikir secara mandiri dengan pemecahan masalah (persoalan).

George Polya menyatakan, what is problem solving? The ability to solve

problems-not merely routine problem's, requiring some degree of

independence juggement, orginality, Therefor activitfity there fore an

foremost duty of the high

school, in teacihing matematics is to empbasice

methodical work in problem solving. Pengembangan model ini dapat

membantu siswa dalam menangkap makna pada permasalahan yang

sebelumnya telah ditetapkan, fokus pertanyaan yang menuntut siswa berfikir

kritis dan refiektif.

2. Desain Model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam

pengajaran matematika adalah menyusun rencana pembelajaran berdasarkan tema pembelajaran, tujuan, mengarah kepada pemecahan masalah yang

disesuaikan dengan kemampuan siswa.

3. Implementasi desain pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan

pemecahan masalah adalah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran

sesuai dengan desain pembelajaran.

(27)

straregies, verbal information, attitudes and motor skills". Pertama intelectual

skill (keterampilan intelektual) adalah kemampuan yang berbentuk

representasi tentang berbagai konsep dan simbul/lambang. Kemampuan ini

dibagi lagi oleh Gagne menjadi diskriminasi konsep, aturan dan prinsip.

Sedangkan menurut Bloom tujuan kognitif dalam proses belajar berhubungan

dengan pengetahuan teori, pemahaman fakta, prinsip serta penerapannya yang

dibagai lagi dalam proses belajarnya menjadi enam tingkatan yaitu: ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sisntesa dan evaluasi. Kecakapan intelektual

dipelajari untuk memperoleh sengatan berfikir. Bentuk yang paling sederhana

adalah kecakapan menghubungkan dan mengebangkan suatu fakta dengan

fakta lain. Penguasaan materi dapat diamati melalui tes atau posttes sehingga

dan hasil tes ini dapat menggambarkan: kemampuan, penguasaan dan

peningkatan keterampilan intelaktual siswa.

5. Penilaian model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah adalah

melakukan penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan teknik tes dan non tes serta menyusun program perbaikan untuk

tampilan berikutnya.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya

secara umum

tujuan penelitian ini adalah menemukan model pembelajaran

dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika untuk

meningkatkan keterampilan intelektual siswa yang dirancang sesuai dengan

(28)

20

1. Menemukan profil tentang proses pembelajaran matematika yang dilakukan

oleh guru.

2. Menemukan model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan keterampilan intelektual

siswa di SLTP

3. Menganalisis pengaruh dari pengembangan model pembelajaran dengan

pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika terhadap

peningkatan keterampilan intelektual siswa SLTP.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan pembuktian dan pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dan hasil pembuktian ini

diharapkan memberikan manfaat sumbangan ilmiah :

a. Bagi Teori pengembang konsep

(29)

b. Bagi prakt isi pengembang kurikulum

Memberikan pengalaman kepada guru tentang cara-cara mengembaii

suatu model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah, dari mulai

cara menyusun perencanaan, mengimplementasikan pengelolaan dan

mengevaluasi pembelajaran. Juga dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru-guru

lainnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di SLTP.

Keberhasilan dan ketercapaian tujuan pemebelajaran di kelas dapat efektiv salah

satunya ditunjang dengan kemampuan guru disertai kinerja baik yang diikuti

dengan perhatian atasan terkait.

d. Bagi Instansi sekolah

Dari hasil penilitian ini dapat dijadikan modal dasar sebagai masukan

untuk peningkatan kualitas KBM di sekolahnya, sehingga dapat memperhatikan

inspirasi dan aspirasi personalnya.

c. Bagipenelitian berikutnya

Menjadikan landasan untuk penelitian lebih lanjut, di mana pengembangan

model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran

matematika untuk meningkatkan ketrampilan intelektual siswa perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut, sehingga kualitas pembelajaran benar-benar optimal.

d. BagiLPTK

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan sebagai sumbangan

teoritis untuk membina dan melatih kompetensi calon-calon guru MIPA

umumnya dan calon-calon guru matematika pada khususnya dalam melaksanakan

(30)
(31)

79

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan; metode dan langkah-langkah penelitian ,lokasi dan subjek penelitian, teknik dan alat

pengumpulan data, Analisa data, dan penarikan kesimpulan. waktu dan jadwal

penelitian.

A Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menelusuri pengembangan model

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan peoblem solving dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan katerampilan intelektual siswa SLTP.

Dari aspek pendekatan metodologi, penelitian ini menggunakan model pendekatan penelitian dan pengembangan (Resarch and development). Borg &

Gall, (1979:624) menyatakan:" a process used to develop and validate educational products". Langkah-langkah dalam proses penelitian ini mengarah kepada siklus,

yang berdasarkan kajian dan temuan penelitian kemudian dikembangkan suatu

produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan,

diuji dalam satu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba sampai pada

ahirnya diperoleh suatu model (product) yang dapat digunakan untuk

meningkatkan out put.

B. Prosedur Penelitian (Langkah-langkah Penelitian)

Prosedur penelitian

ini menggunaka teknik

penelitian dengan

(32)

80

Gall, dalam bukunya "Educational Research" . Dalam hal ini Borg ( 1979:626)

mengemukakan 10 langkah yang harus ditempuh dalam penelitian dan

pengembangan, yaitu:

1. Penelitian dan pengumpulan infonnasi; tennasuk di dalamnya review literatur,

observasi kelas dan persiapan laporan. Pengumpulan informasi mengenai data

lapangan berdasarkan pra survai sebagai data awal dan literatur untuk

menunjang penelitian tindakan dalam pengembangan model pembelajaran

dengan pendekatan problem solving dalam pengajaran matemaktika yang

diperlukan.

2. Perencanaan,- termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan, menetapkan tujuan, menetapkan umtan pelajaran dan uji kelaikan dalam sekala kecil. Perencanaan mendefinisikan keterampilan adalah merencanakan kemampuan-kemampuan yang diinginkan, lalu menetapkan tujuan-tujuan sesuai dengan kemampuan yang diinginkan, dan memetapkan pula umtan materi pelajarannya, serta menetapkan uji kelaikan dalam sekala kecil, yaitu uji terbatas pengembangan model pembelajaran problem solving dalam

pengajaran matematika.

3. Mengembangkan bentuk awal model (preliminary form of product),

termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang

(33)

81

4.

Uji coba pendahuluan,

yang melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah

terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil

wawancara, dan observasi; Uji coba pendahuluan yang dimaksudkan adalah

melakukan uji coba terbatas pada satu jenis sekolah tertentu, dalam rangka

pelaksanaan pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan problem

solving dalam pengajaran matematika. Kemudian melakukan pemantauan

dengan menggunakan angket, observasi dan wawancara.

5. Revisi untuk menyiapkan produk operasional(main product), yang

didasarkan atas hasil uji coba pendahuluan; Revisi dilakukan terhadap hasil

uji coba pendahuluan (uji coba terbatas) mengenai implementasi pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan problem solving

dalam pengajaran matematika, yang hasilnya untuk dijadikan bahan uji coba

lebih luas.

6. Uji coba utama, yang melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah yang lebih banyak Data kuantitatif bempa pretest dan posttest dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol; Uji coba lebih luas ini akan dilakukan terhadap tiga sekolah (SLTPN 12, SLTPN 26 DAN SLTPN 29)

Kota Bandung.

(34)

82

8. Uji coba operasionalyang melibatkan lebih banyak lagi sekolah dan subyek. Pada langkah ini dikumpulkan data angket observasi, dan hasil wawancara

untuk kemudian dianalisis.

9. Revisi produk ahir berdasarkan hasil uji coba operasional;

10.Diseminasi dan distribusi. Pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai

konrtrol terhadap kualitas produk.

Dari 10 (sepuluh) langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall di atas, hanya 7 lankah yang diperlukan dalam penelitian tindakan ini, yaitu langkah 1,

2,3,4,5,6 dan 7, kemudian lebih disederhanakan lagi menjadi 3 (tiga) langkah yaitu; (a) studi awal (pra survey), (b) perencanaan dan penyusunan model, (c) uji coba model. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah penelitian dan pengembangan

model, digambarkan pada diagram sebagai berikut:

STUDI AWAL

H

STUDI LITERATITR Teori

Hasil Penelitian terdahulu

XL

STUDI LAPANGAN • Proses pengajaran (PBM)

• Kondisi Sis\< a " Kondisi Gum

• Sarana

• Lingkungan

sekolah

Hasil Kajian Literatur

Dan pra survey

PERENCANAAN DAN

^ PENYUSUNAN MODEL

i i

Perencanaan Model :

Perencanaan Uji Lapangan:

Penyusunan draf awal

mode) :

Uji Kelaikan terbatas (jika perlu)

H

Draf awal model yang siap

Untuk diujicobakan UJICOBA MODEL

3

UJI COBA TERBATAS - Implementasi

- Evaluasi Proses penyempurn a n

•l_y:

UJI COBA LEBIH LUAS - Implementasi

- Evaluasi Proses - Evaluasi hasil - penyempumaan

IE

Model Hipotetis

(35)

83

Dari diagram pelaksanaan penelitian dan pengemangan di atas, menunjukkan bahwa pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving dalam pengajaran matematika pada SLTP Negeri 12, SLTP Negeri 15, SLTP Negeri 26 dan SLTP Negeri 29 Bandung menggunakan prosedur sebagai berikut;

1.Penelitian Prasurvey (Studi Awal)

Tahap pertama dilakukan penjajagan dengan penelitian prasurvey yang

bersifat deskriptif dan tidak untuk menguji hipotesis. Melalui tahap pra survey ini mengungkap jawaban pertanyaan apa, bagaimana, berapa bukan pertanyaan mengapa. Di mana tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan infonnasi

tentang variabel. (Nana Sudjana & Ibrahim, 1989:74)

Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap proses pembelajaran yang biasa dilakukan oleh gum di kelas untuk merefleksikan terhadap bagaimana proses pembelajaran matematika yang biasa dilakukan. Aspek-aspek yang diteliti pada tahap pra survey ini adalah: (1) Sudi Dokumentasi: (a) menkaji GBPP matemtika SLTP Kurikulum 1994 beserta Suplemenya; (b) Desain pembelajaran matematika mengenai Program tahunan, program catur wulan dan Rencana Pelajaran Matematika berkaitan dengan penggunaan problem solving dalam pengajaran matematika; 3) Melakukan pra survey lapangan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 29 Kota Bandung terhadap: (a) desain dan

pelaksanaan KBM yang dilakukan guru, (b) kemampuan dan aktivitas belajar

(36)

^'„pCNOIiii,. -.<„

//Ass *.

^ ;

iU 1i -»It. .. , •»'*'

Hasil studi pendahuluan ini digunakan sebagai bahan pertimbanga^-untok ^"

mengembangkan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatakgaiS!^

solving dalam mengimplementasikan kurikulum matematika di sekolah lanjutan tingkat pertama, yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan setempat.

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Model;

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) mengkaji kurikulum matematika SLTP Kelas II cawu 1, 2 sebagai acuan program pengajaran (AMP, Satpel dan Renpeng), (b) merumuskan tujuan pembelajaran khusus yang spesifik, (c) merumuskan materi, media dan metode pembelajaan matematika, (d) merumuskan mekanisme pembelajarandengan pedekatan problem solving, (e) memmuskan alat penilaian, (f) menentukan partisipan dalam pengembangan model , (g) menentukan prosedur penelitian dan (h) melakukan uji kelayakan desain pembelajaran.

3. Tahap Pelaksanaan dan Pengembangan (Ujicoba Model)

Pada tahap ini adalah melakukan kegiatan ujicoba model di sekolah (tempat

penelitian), dalam melaksanakan pengembangan model pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan problem solving yang disesuaikan dengan kondisi dan

kemampuan yang ada. Ada dua tahap uji coba model yaitu:

If Uji coba terbatas

(37)

85

dilalui kendaraan angkot sehingga input peminatnya kebanyakan pilihan dua. Meskipun demikian sekolah ini pemah menjadi juara lomba sekolah di tingkat Kanwil Depdiknas Propinsi Jawabarat.

• Evaluasi dilakukan terhadap proses pelaksanaan model

2) IJji coba yang lebih luas

• Uji coba lebih luas dalam penelitian tindakan akan dilakukan pada 3 sekolah;

yaitu pada SLTP Negeri 12, SLTP Negeri 26 dan SLTP Negeri 29 Kota

Bandung, yang sampel nya adalah kelas II dengan jumlah siswa sebanyak 120

orang

• Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil dengan membandingkan pre dan

postest.

Pada Tahap Pelaksanaan dan Pengembangan; kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan uji coba model di sekolah (lokasi penelitian). Pada pertemuan pertama waktu 2 jam pelajaran (90 menit), dengan kegiatan sebagai

berikut:

(a) Pelaksanaan tes awal (pree test)

(b) Penyampaian materi pelajaran (garis-garis besar materi)

(c) Curahpendapat untukmenentukan teniapembelajaran

(d) Pembentukan kelompok diskusi/bimbingan

(e) Pelaksanaan bimbigan kelompok (lembaran kerja siswa)

(f) Penilaian (proses dan hasil)

(38)

86

Pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian ini diuji coba melalui pendekatan penelitian tindakan hingga diporelah model yang prima dan sesuai dengan kondisi yang ada. Aspek-aspek yang diteliti padatahap ini adalah:

(1) draft pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan problem solving.

(2) Implementasi draft model tersebut. Uji coba model pembelajaran dengan pendekatan problem solving kemudian dievaluasi yang dilakukan pada catur

wulan satu dan dua.

Sejalan dengan uji coba, dilakukan pula monitoring yang cennat dan produktif sehingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil pengamatan fase uji coba ini merupakan bahan unrtuk dilakukarmya revisi dan uji coba berikutnya dilakukan setelah model direvisi, dan uji coba berikutnya dilakukan setelah model direvisi berdasarkan hasil keja antara peneliti dan guru.

Dalam proses uji coba berulang ini dilakukan pos test untuk memperoleh bahan perbandingan, pemahaman dan penguwasaan materi oleh siswa.

C. Lokasi dan Subjek penelitian:

Berdasarkan uji coba dalam pengembangan di atas, penelitian ini

dilakukan dengan cara:

a Uji coba terbatas adalah 1 sekolah, yaitu pada SLTPN 29 Bandung sebagai tempat penelitian di mana sekolah tersebut berlokasi di pinggiran kota Bandung barat, letaknya tidak jauh dari kampus UPI sehingga mudah

(39)

87

• Uji coba lebih luas dilakukan di tiga sekolah, yaitu SLTPN 12, SLTPN 26

dan SLTPN 29 Bandung. Dengan alasan bahwa keempat lokasi sekolah

tersebut berada di wilayah Rayon 3 Bandung Barat, yang mana lokasinya

berdekatan sehingga mudah dijangkau dengan cepat. Selain itu menurut

keterangan Kandepdiknas

Kota bandung Kasi Dikdas bahwa sekolah-sekolah tersebut tidak ada klasifikasi,

oleh karena itu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di kota Bandung dianggap

sama.

Sabjek penelitian adalah guru matematika dan siswa kelas II pada Caturwulan 2 yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan problem solving pada SLTPN di Bandung Barat. Sekolah tersebut memungkinkan dapat dilakukaknnya uji coba, artinya tidak ada hambatan dan kendala baik dari pihak kepala sekolah maupun gum-gumnya bahkan ada kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran yang akan dikembangkan dengan pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving dalam pengajaran matematika. Kerja sama yang baik antara gum dan peneliti adalah hal

yang sangat penting, karena keterlibatan gum menjadi faktor penentu bagi

keberhasilan penelitian ini.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Sejumlah alat dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu : (1) wawancara, (2) Observasi, (3) studi dokumenter, (4)

(40)

88

/. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap guru matematika, siswa, dan pihak terkait (Kepala Sekolah, PKS Kurikulum) untuk mendapatkan data pelaksanaan

pembelajaran matematika serta pendukung dan kedala saat ini, bagi

pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan solving.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan Lembaran Observasi, untuk mengetahui kemampuan guru - guru matematika dalam pengembangan model pembelajaran, mengelola kelas, penguasaan bahan pelajaran, penggunaan dan pemilihan media. Disamping itu pula untuk mengetahui sikap siswa terhadap

pembelajaran matematika saat ini.

3. Studi dokumenter

Studi dokumenter dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru matematika, sertadata pendukung

Pembelajaran

matematika di kelas.

4.. Anekdot Record

(41)

89

5. InstrumenPeneliiian Hasil Belajar

Tes untuk mengumpulkan data prestasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum dan sesudah pertemuan pengembangan model pembelajaran problem

solving dalam pengajaran matematika.

Instrumen penelitian hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, tes

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif, yakni tes yang

mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban terbuka atau urian. Gronlund (1976:233) menjelaskan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi, menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan membutuhkan jawaban yang lebih terbuka dan hal ini

dapat dicapai melalui tes subjektif. Selanjutnya Gronlund (1976:233)

membedakan tes subjektif ke dalam dua kategori, yakni bentuk jawaban terbatas

(restricted respon type)dan bentuk jawaban terbuka(extended response type).

Dalam penelitian ini, pada tahap uji coba pengembangan model digunakan

kedua bentuk tes tersebut dengan alasan bahwa hasil yang diharapkan melalui

penerapan pengembangan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problem solving adalah dapat meningkatkan keterampilan berfikir matematika. Dalam hal ini di peroleh peningkatan keterampilan inteletual yakni keterampilan kognitif siswa. Selain itu dengan mengembangkan bentuk tes subjektif menghindari jawaban tebakan. Materi tes disusun dari materi belajar matematika

(42)

90

Dalam penelitian ini terhadap hasil belajar tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan dasar pertimbangan bahwa, hasil penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata melainkan juga mempertimbangkan aspek penampilan dan kreativitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

6. SelfReflection

Self Reflection yaitu untuk menlihat konsep diri guru Matematika, siswa dan orang tua murid terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika.

E. Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui alat pengumpul data, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan analisis rasional (induktif dan deduktif).

Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan teknik persentase.

Pengumpulan dan penganalisisan data dilakukan selama proses penelitian

berlangsung (tahap perencanaan, pelaksanaan dan kulminasi). Prosedur yang dilakukan dalam analisis data ini meliputi: analisis data, refleksi dan tindakan.

F. Waktu penelitian

Adapun Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada catur wukan 2 dua

tahun ajaran 2001/2002. Penelitian pengembangan model pembelajaran dengan

(43)

91

No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan

1 Pra suvey 1 Oktober2001 SLTP Negeri 29

2 Studi Literatur Juni 2001

Studi Hasil Penelitian Juni 2001

terdahulu

Penyusunan Model September 2001

0 Sosialisasi Pengembangan 29 Oktober 2001 SLTP Negeri 12

Model SLTP Negeri 26

SLTP Negeri 29

Bandung

4 Uji coba Model (terbatas) Nopember2001 SLTP Negeri 29 5 Uji model (lebih Luas) Januari 2002 SLTP Negeri 12

SLTP Negeri 26

SLTP Negeri 29

(44)
(45)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian

pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah

dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan keterampilan intelektual siswa

SLTP dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara umum Pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan

pemecahan

masalah

dapat

meningkatkan

kemampuan

guru

dalam

mempersiapkan, mengimplementasikan dan mengevaluasi proses dan hasil

pembelajaran. Hal ini sajalan dengan karakteristik atau ciri pemecahan masalah

itu sendiri yang meliputi pemahaman masalah, perencanaan strategi, pelaksanaan

strategi dan pengecekan hasil. Selain itu model pembelajaran yang telah

dikembangkan dapat memungkinkan siswa untuk berinteraksi labih leluasa, baik

interaksi secara tertulis maupun secara lisan. Hal ini disebabkan oleh fleksibelitas

guru dalam mengelola pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah.

2. Secarakhususpada setiap sekolah uji coba lebih luas dengan pendekatan

pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika banyak mengalami

kemajuan dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest keselumhan yaitu, 4,32 dengan

nilai rata-rata keselumhan posttest adalah 6,89. Sementara itu pendekatan

pemecahan masalah pada sekolah lain yang termasuk pada uji coba lebih luas

(46)

190

menghasilkan peningkatan yang hampir sama dengan sekolah pertama, yaitu dari

nilai rata-rata keseluruhan pretest 4,2 5 meningkat menjadi nilai rata-rata

posttest 6,45.

Pada sekolah ketiga lainnya, bahwa pembelajaran dengan pendekatan

pemecahan masalah menghasilkan lebih banyak kemajuan dan peningkatan. Hal

ini dapat ditunjukkan dari hasil keseluruhan pretes, yaitu dengan rata-rata 4,1 dan

postest menjadi rata-rata 7,20. Dengan melihat hasil penelitian ini ternyata model

ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam memahami

materi pelajaran, dan dengan dimilikinya kemampuan memecahkan masalah

dalam pelajaran matematika, hal ini akan memberikan implikasi terhadap kualitas

kehidupan siswa di masa yang akan datang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dapat

meningkatkan keterampilan intelektual siswa SLTP.

Rangkuman dari temuan dan hasil pengembangan model pembelajaran

dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika di kelas 11

(47)

191

MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH YANG

DIKEMBANGKAN DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Desain

a. Tujuan Pembelajaran :

- Siswa memahami konsep matematika.

- Tujuan pembelajaran khusus dijelaskan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum (GBPP) serta disesuaikan dengan kebutuhan

siswa

b. Materi pelajaran :

Materi pelajaran dikembangkan berdasarkan kebutuhan siswa yang

ditunjang oleh GBPP c. Pelaksanaan Pembelajaran :

Merancangprogrampembelajaran

-Guru mengemukakan target pembelajaran yang hendak dicapai. Pendahuluan

- Guru menjelaskan tujuan yang hendak dicapai.

- Guru menjelaskan prosedur pembelajaran dan bentuk evaluasi yang akan

dilaksanakan

- Siswa memberikan masukan terhadap tujuan yang hendak dicapai dan bentuk evaluasi yang akan digunakan

- Gum melakukan apersepsi dengan tanya jawab

- Siswa melatih siswa untuk mampu memecahkan masalah dengan baik

Pelaksanaan kegiatan

- Gum mengelompokkan siswa secara bervariatif. - Gum menjelaskan materi pelajaran,

- Siswa berdiskusi secara kelompok

- Gum memonitor kegiatan siswa dan memberikan arahan kepada siswa

yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah.

- Siswa dituntut keberaniannya untuk bertanya dan menjawab setiap persoalan yang ditanyakan kepadanya.

- Metode yang digunakan difokuskan pada metode pemecahan masalah.

- Guru mendorong siswa untuk aktif

Penutup

- Gum membuat kesimpulan yang mudah dipahami siswa - Perwakilan siswa membacakan hasil pekerjaan kelompok. - Gum membetulkan jawaban siswa yang kurang tepat

- Guru melakukan tes secara lisan maupun tertulis. d. Evaluasi dan perbaikan:

Evaluasi

- Perlu media yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. - Perlu buku sumber yang menunjang

- Siswa lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah

Perbaikan

- Guru membiasakan siswa untuk berani menanggapi permasalahan yang

dihadapinya

- Guru menyediakan waktu untuk membantu memecahkan permasalahan

siswa.

(48)

192

B. Rekomendasi

Penelitian yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran

dengan pendekatan pemecahan masalah dalam pengajaran matematika untuk

meningkatkan keterampilan intelektual siswa, penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait, diantaranya: (1) pihak guru, (2) pihak kepala sekolah, (3) dinas pendidikan, dan (4) peneliti selanjutnya

/. Untuk Guru

Guna meningkatkan pembelajaran di sekolah pada tingkat SLTP, khususnya pelajaran matematika perlu kiranya guru bidang studi berperan secara optimal dalam menumbuhkembangkan kemampuan siswa. Oleh karena itu hal yang perlu dilakukan guru bidang studi dalam hal ini adalah:

Pertama, guru bidang studi matematika hendaknya mampu merancang model pembelajaran pemecahan masalah dalam pelajaran matematika secara sistematis, dan mampu mengintegrasikan model pembelajaran ini (problem solving) ke berbagai materi yang diajarkan dalam pelajaran matematika.

Kedua, dalam mengimplementasikan pembelajaran matematika, guru hendaknya mampu menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan

pemecahan masalah ini dan bempaya untuk mampu mengembangkan kemampuan

siswa secara optimal. Pengembangan model pendekatan pemecahan masalah ,

guru hendaknya tidak terpaku kepada langkah-langkah yang ditentukan dalam

GBPP, tetapi bagaimana guru mampu memvariasikan model pendekatan pemecahan masalah sehigga siswa merasa berminat dan tertantang untuk

(49)

193

dengan pendekatan pemecahan masalah, siswa dapat belajar dengan aktif, memperoleh pengalaman yang bermakna dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi khsuusnya dalam pelajaran matematika.

Ketiga, media yang digunakan dalam pengembangan model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah, hendaknya tidak terpaku kepada media yang tersedia di sekolah yang tercantum dalam GBPP, melainkan hendaknya guru mampu merancang sendiri media yang akan digunakan dan hendaknya disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Disamping itu pula, media alamiah yang tersedia di sekitar lingkungan sekolah perlu dioptimalkan, sehingga guru tidak merasa kebingungan tat kala dituntut mampu menyediakan media yang

dibutuhkan.

Keempat, untuk merangsang siswa agar dapat belajar dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah , gum hendaknya mampu menciptakan lingkungan kelas belajar yang kondusif, sehingga mampu memotivasi siswa untuk belajar dengan lebih giat karena mereka merasa betah

untuk tinggal di kelas atau sekolah. Gum hendaknya mampu menampilkan sosok

seorang familier yang siap diminta tanggapan tat kala siswa mengalami kesulitan

berkaitan dengan materi yang diajarkannya.

Kelima, berkenaan dengan pengorganisasian kelas hendaknya fleksibel,

jadi gum tidak memaksakan untuk selalu bersifat klasikal atau selalu bersifat

individual. Gum hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

sesuai dengan keinginannya sehingga dengan demikian siswa benar-benar mampu

(50)

194

Keenam, perlu kiranya guru bekerja sama dengan pihak lain misalnya wali kelas, guru BP, orang tua dan dunia industri yang berhubungan dengan materi

yang diajarkan dalam pelajaran matematika.

2. Untuk Kepala Sekolah

Bagi pihak sekolah yang diwakili oleh kepala sekolah, ada beberapa

rekomendasi yang diberikan sehubungan dengan hasil penelitian, yaitu:

Kepala sekolah sebagai penanggungjawab keberhasilan proses pendidikan

di sekolah, hendaknya mampu mendukung berbagai upaya yang dilakukan oleh

guru. Kepala sekolah hendaknya mendukung berbagai aktivitas dan kreatifitas

guru berkenaan dengan peningkatan prestasi belajarsiswa.

Perlu kiranya kepala sekolah menyediakan sarana belajar yang memadai

khususnya berkenaan dengan sarana yang dibutuhkan dalam pelajaran

matematika. Perlu kiranya ada laboratorium matematika yang dapat mendukung

kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai,

diharapkan gum mampu mengoptimalkan usahanya dalam mendidik dan

membelajarkan siswanya.

3. Untuk Dinas Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang dibutuhkan dalam

pelajaran matematika masih kurang. Oleh karena itu hendaknya pihak Dinas

Pendidikan mampu menyediakan sarana tersebut dengan lengkap.

Berkenaan dengan metode yang digunakan oleh gum dalam proses

(51)

mampu merumuskan formulasi yang tepat sekaligus dengan pengunaari

V

dalam proses pembelajaran.

Selama ini guru telah memiliki modal dasar kuat yaitu komitmen yarfg

tinggi terhadap tugasnya, namun persoalan yang dihadapi oleh guru adalah Dinas

Pendidikan cendemng kurang mampu memberdayakan kemampuan gum

sehingga tidak terjebak dalam rutinitas proses pembelajaran yang miskin akan

kreativitas dan produktivitas hasil pembelajaran. Oleh karena itu perlu kiranya

Dinas pendidikan menyediakan waktu untuk memberikan pembinaan yang berupa

pelatihan, seminar atau lokakarya kepada gum matematika berkaitan dengan

pendekatan metode atau materi yang digunakan dan diajarkan kepada siswa.

Guru hendaknya lebih dilibatkan dalam penentuan kurikulum yang berlaku.

melalui keterlibatan guru dalam penentuan kurikulum, diharapkan tidak akan

terjadi pemisahan antara kemampuan gum dan harapan Dinas Pendidikan.

Disamping itu pula melalui keterlibatan gum diharapkan akan hilang perasaan

bahwa guru adalah "pekerja buruh" yang siap diperlakukan oleh Dinas Pendidikan

sesuai dengan keinginannya.

Melakukan revitalisasi fungsi pusat kegiatan gum yang tidak lagi terbatas

pada aktivitas "temu kangen" dan media untuk membahas kesulitan proses

pembelajaran namun dapat dijadikan wahana belajar untuk meningkatan

keterampilan mengajar mengajar para gum agar lebih responsif terhadap dinamika

lingkungan pendidikan. Yang terjadi selama ini forum tersebut terlalu menitik

berat pada pembekalan keterampilan pemecahan masalah mata pelajaran yang

(52)

196

masalah sendiri yang tidak dapat diabaikan begitu saja.

Seiring dengan berkembangnya semangat otonomi daerah, maka Dinas Pendidikan hendaknya dapat mengimplementasikan program pelatihan yang telah

peneliti kembangkan. Langkah-langkah (plan of action) yang ditempuh adalah

sebagai berikut:

a) Sosialisasi tentang fenomena hasil temuan yang berkenaan dengan

pengembangan model pembelajaran pada pelajaran matematika kepada

para guru dan kepada pejabat terkait;

b) Pembentukan tim khusus untuk mengembangkan model pembelajaran

yang berkenaan dengan pendekatan pemecahan masalah. Pembentukan

tim ini bisa melibatkan pihak birokrasi, pakar pendidikan, psikologi,

bimbingan, dan kalangan praktisi yang memiliki komitmen terhadap

pengembangan pembelajaran matematika;

c) Melakukan survai untuk mendapatkan gambaran empirik tentang

intensitas, indikator, dan faktor penyebab sulitnya gum menerapkan

model pembelajaran pemecahan masalah pada pelajaran matematika; d) Penyusunan program pelatihan yang berisi tentang instmktur, durasi,

pendekatan, dan isi program. Sebagai pedoman pengembangan program

pelatihan dapatmempertimbangan temuan peneliti;

e) Pelaksanaan pelatihan; pelatihan dapat dilakukan di dinas pendidikan

kota yang melibatkan gum-gum matematika yang berkeinginan untuk

(53)

197

f) Evaluasi program pelatihan; evaluasi dilakukan terhadap proses pelatihan

dan efektivitasnya mengenai pelaksanaan pendekatan pemecahan masalah

4. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat

melakukan penelitian tentang

model

pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ini dalam lingkup yang

lebih luas tidak hanya dalam pelajaran matematika melainkan dalam pelajaran

lainnya, seperti pelajaran fisika, kimia, biologi, dan pelajaran lainnya.

Disadari bahwa penelitian ini belum sampai pada temuan-temuan yang

mendasar untuk setiap substansi pengembangan model pembelajaran pemecahan

masalah . Oleh karena itu, kiranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai model pembelajaran dengan pemecahan masalah dalam berbagai

dimensi yang mensyaratinya serta substansi yang lebih spesifik sehingga

diperoleh temuan-temuan yang lebih akurat.

Indikator yang digunakan hendaknya lebih diperluas, dengan perluasan

indikator ini diharapkan akan terjadi kegamblangan makna yang akan diperoleh

dari hasil penelitian.

Instrumen yang dikembangkan dalam kegiatan pra survai pada penelitian

selanjutnya hendaknya lebih disempurnakan agar terjadi kehalusan baik secara isi

maupun konstmknya. Di samping itu item pertanyaannya dapat ditambah dan

diperjelas maksudnya sehingga dapat dihasilkan suatu instrumen penelitian yang

lebih akurat. Oleh karena itu, diharapkan peneliti selanjutnya harus jeli dalam

(54)

198

Hal-hal itulah yang bisa penulis rekomendasikan untuk berbagai pihak yang bersangkut paut dengan hasil penelitian. Semoga hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh penulis dapat bermanfaat bagi pengembangan lembaga pendidikan.

3. Penutup

(55)
(56)

DAFTAR BACAAN

Ausubel ,David P. &Robinson, Floy G. (1969), School Learning, Introduction to

Frlnrational Psychology. New York: Holt Rinehart and Winston Inc.

Ausuble David P. (1968), Educational Psychology - ACognitive View, New,

New York: Holt Rinerhat and winston Inc.

Bloom,S. (1982), Human Charaktensties and School Learning, Chicago: Mc

Graw-hill Book Company

Bowe Ghorden H&Hilgard, Ernest R(1966), Theory of Leamifenglewood Cliffs,

New Jerseyprentice-Hall Inc.

Bruce Joyce dkk, HQ97^ Model of Teaching, United States of Amenka

Bruner, J.S (1960), The Process of Education. London: Harvard University Press.

Brueckner, Grossnickle, John Reckzeh, (1961). Developing mathematical

Understandings, New york: Holt, Rinehart and winston.

Clide G. Corle, (1964) Teaching Mathematics In the Elementry School.

University kependidikan Park, pelsivia.

Cremers, Agus,(1988), Jean Piaeet-Antara tindakanm dan Pikiran, Jakarta PT.

Gramedia.

Dadang Sulaeman, (1988), Teknnlogi/metodologi Pengajaran, Depdikbud Dirjen

PT. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Jakarta

Dedi Supriadi dkk (IQ^) Multicultural Educational. 1KIP Bandung.

Depdikbud. Kurikulum Pendidikan Dasar, (1994). GBPP Matematika (19981

Dirjen Didasmen: Jakarta.

Donal T. , Dolan James Williamson.(1993), Teaching Problem - Solving

Strategis. Addising Wasley Publishing.

Erman Suherman & Winatapura (1993), Sjratj^eriaji^^

Modul PGMT, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Eysenk, Michael W. (1993), Principles ofCognitive PsychologyJJSA: Lawrence

Erlbaum Associates.

(57)

200

Floyd, Ann (1990) Developing athematical thinking, Wokingham, England:

Addision Wesley Publishers Limited.

Gagne, Robert. M. & Briggs leslie.J. (1979), Principles of Instructional Design,

New york: Holt, Rinehart and winston Inc.

Ginsburg, H.P. (1983), The Development Matematical thinking. New

York: Akademik Press

Gagne, Robert. M. (1985), The Conditions of Learning and Theory of Instruction,

New york: Holt, Rinehart and winston Inc.

Gagne, R.M. and L.J. Briggs (1974), Principlesof Instructional Design. New Yor:

Holt, Rinehart and Wi

Referensi

Dokumen terkait

3.7 Pengujian Aktivitas Analgetik Ekstrak Etanol Ranting (ramulus) Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) (EERPT) dengan Metode Plantar tes Infra red (IR) 96 nm .... 4.2

Apakah anda dan pekerja lain tahu terkait keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan kegiatan kerja sehari-hari?. ………

memberikan saran dan arahan serta dukungan dalam penyusunan skripsi, berkat arahan dan bimbingan beliau sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

[r]

tersedia di Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumenstasi Kabupaten Nias Utara memadai dan kurang dengan kebutuhan pengguna serta jumlah buku yang dapat dipinjam juga

Bagi para pemain bola voli pada khusunya dan para pemain/atlet cabang olahraga prestasi pada umumnya perlu mengembangkan kemampuan endogen yang berupa sistem

dilakukan. Menurut Kemmis dan Mc. 14) penelitian juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dari keempat aspek yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi

Penggunaan rute pengangkutan sampah di Kecamatan Medan Baru dengan menggunakan Algoritma Dijkstra tidak selamanya dapat dijadikan sebagai acuan untuk penentuan rute karena