PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA KONSEP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh
SISKA HARIYANI 0807578
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
(PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN
LOGIS SISWA PADA KONSEP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
Oleh Siska Hariyani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Siska 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Maret 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA KONSEP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Oleh :
Siska Hariyani 0807578
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I
Kusnadi, S.Pd., M.Si 196805091994031001
Pembimbing II
dr. Hj. Rita Shintawati, M.Kes 196812012001122002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis penerapan model project based learning (PjBL) terhadap kemampuan penalaran logis siswa pada konsep pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar yaitu dengan menentukan suatu permasalahan dan memecahan masalah tersebut melalui suatu percobaan, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Metode penelitian yang digunakan adalah weak experimental dengan menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Sampel diambil secara purposif, sebanyak 34 siswa kelas VIII SMP N 1 Cicalengka. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, peningkatan kemampuan penalaran logis siswa dengan N-gain 0,038 yang termasuk pada kategori rendah. Dari lima aspek penalaran logis mengalami peningkatan tertinggi yaitu pada pengontrolan variabel sebesar 13,23%, aspek penalaran proporsional sebesar 10,29%, aspek penalaran kombinatorial sebesar 4,41%, kemudian aspek penalaran probabilitas dan korelasional sebesar 2,94%. Respon siswa yang dijaring melalui angket pada pembelajaran materi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dengan menggunakan model PjBL hampir seluruhnya adalah positif. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model project based learning dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa SMP dengan kategori rendah.
ABSTRACT
A study aimed to analyze the implementation of the model project based learning (PjBL) the logical reasoning ability of students to the concept of growth and development in plants. Project Based Learning (PjBL) is a learning model that gives freedom to the learners to plan learning activities is to define a problem and solving the problem through a trial, implement collaborative projects, and ultimately produce a working product that can be presented to others. The research method used was experimental weak by using One-Group Pretest-Posttest Design. Samples were taken purposively, 34 eighth grade students of SMP N 1 Cicalengka. Based on the results of research and data analysis, logical reasoning skills enhancement students with N-gain 0.038 were included in the low category. Of the five aspects of logical reasoning that the highest increase of 13.23% controlling variables, proportional reasoning aspect of 10.29%, combinatorial reasoning aspect of 4.41%, then the probability and correlational reasoning aspect of 2.94%. Student responses are captured through a questionnaire on learning materials in plant growth and development using the model PjBL almost entirely positive. From the results of this study indicate that the model of project based learning can enhance logical reasoning ability junior high school students with low category.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………...i
DAFTAR ISI………...ii
KATA PENGANTAR………...iv
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR LAMPIRAN………....…..x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...5
C. Batasan Masalah...6
D. Tujuan Penelitian...7
E. Manfaat Penelitian...7
F. Asumsi...8
BAB II MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN A. Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)...9
B. Kemampuan Penalaran Logis…………..……...……...………13
C. Materi Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan……...16
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional………...21
C. Subjek Penelitian...……23
D. Instrument Penelitian...23
E. Pengujian Instrumen Penelitian...……26
F. Pengolahan Data Penelitian...32
G. Prosedur penelitian……….…….…...36
H. Alur Penelitian...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...39
B. Pembahasan...59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...71
B. Saran...72
DAFTAR PUSTAKA...73 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) yang merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang kita kenal
KBK (kurikulum 2004) memiliki prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Memiliki posisi
sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student
centered) (Sanjaya, 2008 :139). Hal ini selaras dengan paradigma konstruktivistik. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pendidikan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)
kita sendiri (Von Glasersfled dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews,
1994 dalam Suparno, 2006).
Kenyataan di lapangan siswa hanya menghapal konsep dan kurang
mampu menggunakan konsep jika menemui masalah dalam kehidupan
nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi
bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya.
Bahkan tidak sedikit siswa yang kurang mampu mengkomunikasikan
sekolah, akibat kurang adanya latihan dan dorongan untuk berbicara dan
menyampaikan pendapat (Trianto, 2007:65).
Berdasarkan pengalaman belajar khususnya pembelajaran biologi,
siswa hanya dilatih untuk menghafal tanpa mengembangkan kreatifitas,
keterampilan proses, memecahkan masalah, dan penalaran logis.
Kemampuan penalaran logis perlu dikembangkan karena jika siswa tidak
mampu berfikir logis, maka akan berpengaruh terhadap tingkat
perkembangan intelektual. Berdasarkan hal-hal diatas maka sangat perlu
pembelajaran yang selain dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep, juga dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis.
Kemampuan untuk bernalar menjadikan siswa dapat memecahkan masalah
dalam kehidupannya, didalam dan diluar sekolah.
Implikasi dari pandangan Piaget ialah bahwa siswa sebagai input
pendidikan harus dipandang sebagai individu yang mengalami tahap-tahap
perkembangan intelektual. Seluruh komponen proses pembelajaran biologi
termasuk materi pelajaran biologi hendaknya dapat digunakan untuk
peningkatan perkembangan intelektual siswa. Peningkatan perkembangan
intelektual siswa akan mendorong siswa mencapai tahap berpikir
operasional formal. Menurut teori perkembangan kognitif yang
dikemukakan oleh Piaget dinyatakan bahwa pemikiran anak mulai usia
16 atau 18 tahun seharusnya lepas dari keterikatan awalnya pada
hal-hal yang bersifat konkrit. Sejalan dengan lepasnya keterkaitan ini,
langkah-langkah penalaran formal (Nur, 1991). Namun usia anak terhadap
tingkat perkembangan kognitif tersebut sangat fleksibel tergantung
kepada pengaruh atau kejadian yang ada di lingkungan anak tersebut. Oleh
karena itu, teori perkembangan kognitif di atas belum sepenuhnya
tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1988) bahwa masih
terdapat peserta didik yang telah lulus di jenjang sekolah menengah
bahkan di perguruan tinggi tidak pernah mencapai tahap operasi
formal. Siswa yang sudah mencapai tahap operasional formal memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang lebih sistematis dari pada siswa
yang berada dalam tahap operasional kongkrit (Howe, 1999).
Kemampuan penalaran formal terdiri dari beberapa aspek penalaran
menurut Piaget dan Inhelder dalam Nur (1991), yaitu penalaran
proporsional, pengontrolan variabel, penalaran probabilitas, penalaran
korelasional, dan penalaran kombinatorial. Dalam pembelajaran
dibutuhkan model dan metode pembelajaran yang menunjang siswa agar
dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis.
Untuk mengembangkan tujuan tersebut diperlukan pembelajaran yang
dapat membuat siswa mengasah kemampuannya dalam hal penalaran
logis. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, 1988: 201) pada umumnya
berpendapat, bahwa dalam mengajar, seharusnya diperhatikan
pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan demikian
dipindahkan pada siswa melainkan sebagai proses untuk mengubah
gagasan-gagasan anak yang sudah ada.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Project Based Learning (PjBL) dalam
meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa SMP kelas VIII terhadap
materi pertumbuan dan perkembangan tumbuhan. Model PjBL tersebut
memiliki karakteristik meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan
kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola sumber, pendekatan
proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata,
diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran tersebut dapat
melatih siswa dalam penalaran logis, karena faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan penalaran adalah adanya informasi yang
masuk dalam memori otak sehingga siswa mampu berfikir secara reflektif
ditinjau dari berbagai aspek, banyak pengalaman dan latihan memecahkan
masalah, serta adanya kebebasan berfikir agar siswa berani membuat suatu
hipotesis dan menarik kesimpulan. Kemampuan siswa dalam penalaran
logis dapat membantu siswa dalam mencapai tahap operasional formal,
sehingga siswa mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui
pengalaman yang mereka peroleh sehingga proses pembelajaran akan
lebih bermakna dan informasi yang didapatkan akan bertahan lebih lama.
siswa aktif dan dapat membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan
pengalaman-pengalaman selama pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
rumusan masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah
“Apakah penerapan model Project Based Learning (PjBL) dapat
meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa SMP pada konsep
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan?”
Berkaitan rumusan masalah tersebut, dapat dijabarkan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan penalaran logis siswa sebelum dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan model project based learning?
2. Bagaimana kemampuan penalaran logis siswa setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan model project based learning?
3. Apakah ada peningkatan kemampuan penalaran logis siswa SMP
setelah pembelajaran dengan menggunakan model project based
learning?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka pokok
permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada masalah:
1. Materi yang dikaji adalah materi pertumbuhan dan perkembangan
yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Materi yang dikaji adalah materi pertumbuhan dan perkembangan
khususnya pada konsep pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan.
3. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri
1 Cicalengka kelas VIII, semester ganjil tahun ajaran 2012-2013
dengan jumlah siswa 34 orang.
4. Project dalam PjBL yang dimaksud adalah pembuatan produk berupa poster yang terkait dengan materi pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan setelah siswa melakukan percobaan menanam
kecambah biji.
5. Kemampuan penalaran logis yang diteliti adalah kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal-soal mengenai penalaran logis berdasarkan
lima jenis indikator penalaran logis, untuk mengetahui sampai dimana
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran Project based learning
terhadap peningkatan kemampuan penalaran logis siswa SMP pada konsep
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
1. Memperoleh gambaran tentang peningkatan penalaran logis siswa
kelas VIII setelah diterapkan model pembelajaran Project Based
Learning.
2. Memperoleh gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep
siswa kelas VIII pada konsep pertumbuhan dan perkembangan
setelah deterapkan model pembelajaran Project Based Learning.
3. Mengungkap tanggapan siswa terhadap pembelajaran konsep
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dengan
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning.
E. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui kemampuan siswa kelas VIII dalam mengerjakan soal
soal mengenai penalaran logis. Dan mengetahui perkembangan
intelektual siswa kelas VIII.
2. Membantu siswa untuk lebih memahami konsep pertumbuhan dan
perkembangan dengan menggunakan model Project Based
Learning.
3. Memberikan pelatihan bagi peneliti tentang penerapan model
4. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi guru biologi dalam
merencanakan pembelajaran biologi khususnya pada konsep
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Dan menjadi
bahan pertimbangan guru dalam memilih model pembelajaran
yang lebih efektif dan menyenangkan sehingga memudahkan
pencapaian tujuan pembelajaran
5. Memberikan saran bagi dunia pendidikan dalam rangka perbaikan
pembelajaran biologi kearah yang lebih baik.
6. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan
penelitian yang sejenis.
F. Asumsi
1. Siswa SMP dan SMA sesuai dengan rentang umur mereka (11
tahun sampai 18 tahun) sedang berada pada tahap perkembangan
operasional konkret dan tahap operasional formal. Sumarmo
(1987) dan Amin (1996).
2. Beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek adalah
dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat
siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
BAB III
METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan untuk
menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan definisi operasional
yaitu:
1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan permasalahan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pada tumbuhan agar siswa dapat memecahan masalah
tersebut melalui suatu percobaan, melaksanakan proyek secara
kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat
dipresentasikan kepada orang lain.
2. Kemampuan penalaran logis adalah kemampuan siswa memecahkan soal-soal yang berifat logika ( Test Of Logical Thinking) berdasarkan
lima jenis pola penalaran yaitu penalaran proporsional, pengontrolan
variabel, penalaran probabilitas, penalaran korelasional dan penalaran
kombinatorial, terdapat 10 butir soal dan hasil akhir berupa tahap
perkembangan yang dicapai oleh siswa.
3. Penguasaan konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep sebelum dan setelah pembelajaran selesai dilakukan.
Peningkatan penguasaan konsep pada siswa dilihat dari gain nilai yang
diperoleh siswa setelah menjawab 20 soal tes objektif berupa soal tes
sampai dengan C6 berdasarkan Taxonomi Bloom revisi pada tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest). B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode weak experiment,
yakni menggunakan satu kelas penelitian tanpa menggunakan kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian The One
group Pretest and Posttest (Arikunto,2008). Desain ini hanya melibatkan satu kelompok saja. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil dari penerapan
Project Based Learning pada kelompok tersebut. Dalam desain penelitiannya terdapat beberapa langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan
penelitian, yaitu tes awal (O1), perlakuan (X), dan tes akhir (O2). Perbedaan
antara tes awal dan tes akhir (gain) diasumsikan sebagai efek dari perlakuan.
Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 The One group Pretest and Posttest Design
Tes awal Perlakuan Tes akhir
O1 X O2
Sumber Arikunto (2008)
Keterangan :
O = Observed yaitu tes awal (O1) dan tes akhir (O2), berfungsi untuk
mengukur kemampuan awal dan akhir siswa dalam penalaran logis dan
penguasaan konsep.
X = Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis
C. Subjek Penelitian
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N
1 Cicalengka Kota Bandung semester 1 tahun ajaran 2012/2013. Adapun
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas dari keseluruhan
populasi yang dipilih secara purposive sample, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Selain itu, kelas eksperimen merupakan kelas
yang direkomendasikan oleh guru kelas.
D. Instrumen Penelitian 1. Tes Pemahaman Konsep
Tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes
pilihan ganda untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemahaman konsep.
Test ini terdiri dari 20 pertanyaan yang berdasarkan ranah kognitif dan dimensi
kognitif taksonomi bloom revisi. Kisi – kisi pemahaman konsep dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep
No Indikator Pengetahuan Ranah
Ranah Kognitif No
Soal
2. Tes Penalaran Logis
Tes untuk menentukan tahap perkembangan intelektual siswa yang
digunakan adalah Test Of Logical Thingking (TOLT). Tes ini terdiri dari
sepuluh soal dengan lima jenis penalaran, yaitu penalaran proporsional,
pengontrolan variabel, penalaran korelasional, penalaran probabilitas, dan
penalaran kombinatorial. Menurut Tobin dan Capie (1981) TOLT memiliki
reliabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,85. Tes ini telah diterjemahkan ke
berbagai bahasa dilaporkan telah mempunyai reliabilitas tinggi. TOLT telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sumarmo (1987) dan
karena dapat mengukur penalaran formal dan merupakan tes kelompok yang
cocok diujikan terhadap subjek yang banyak dalam waktu yang bersamaan
(Tobie dan Copie, 1987: Valanides, 1996). Skor yang diperoleh oleh siswa
dalam TOLT dikategorikan menjadi dua bagian. Siswa dengan hasil
pencapaian TOLT 0-4 dapat dikategorikan berkemampuan rendah sedangkan
siswa dengan pencapaian TOLT 5 ke atas dikategorikan mempunyai penalaran
tinggi. Kisi – kisi Test Of Logical Thinking dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Test Of Logical Thinking
No Jenis Penalaran Pertanyaan Nomor
1 Penalaran Proporsional 1 dan 2
2 Pengontrolan Variabel 3 dan 4
3 Penalaran Korelasional 5 dan 6
4 Penalaran Probabilitas 7 dan 8
5 Penalaran Kombinatorial 9 dan 10
3. Angket siswa
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya ( Sugiyono, 2010 ). Angket yang digunakan
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek ( Project Based
Learning ). Angket terdiri dari 20 pernyataan yang terdiri dari 4 indikator, yaitu untuk mengetahui respon siswa tentang kemampuan penalaran logis
siswa dengan penerapan model Project Based Learning, untuk mengetahui
Tumbuhan melalui Project Based Learning, untuk mengetahui respon siswa
tentang aktivitas pembelajaran dengan penerapan model Project Based
Learning, untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi dengan model Project Based Learning. Respon siswa berupa
pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), ragu–ragu (RR), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS). Kisi–kisi angket dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Keterlakasanaan Penerapan Model
Project Based Learning
No Indikator Pernyataan
Nomor 1 Mengetahui respon siswa tentang kemampuan
penalaran logis siswa dengan penerapan model Project Based Learning
1+, 2+, 3+, 4+, 5+
2 Mengetahui respon siswa tentang pembelajaran Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Tumbuhan melalui Project Based Learning
6-, 7+, 8-, 9+, 10+
3 Mengetahui respon siswa tentang aktivitas pembelajaran dengan penerapan model Project Based Learning
11+, 12+, 13-, 14+, 15+
4 Mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi dengan model Project Based Learning
E. Pengujian Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Analisis uji Coba Instrumen
Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya
dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.
Adapun perhitungan hasil ujicoba soal tes Kemampuan penguasaan konsep
a. Analisis Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2009). Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat. Dengan demikian, Arikunto (2009) mengemukakan
bahwa untuk mengetahui validitas suatu tes digunakan teknik korelasi
Pearson Product Moment, yaitu : (Arikunto, 2009)
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor tiap butir soal
Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa
Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < rxy 0,80 Tinggi
Nilai rxy Kriteria
0,20 < rxy 0,40 Rendah
0,00 < rxy 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009:75)
b. Reliabilitas Tes
Instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda sehingga
perhitungan reliabilitas instrumen dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus Spearman Brown (Arikunto, 2009: 87).
Keterangan:
= Koefisien setengah soal.
n = 2 (2x setengah soal)
r 1+2 = Koefisien seluruh soal
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrumen yang diperoleh digunakan Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,80 r 1,00 Sangat Tinggi
0,60 r 0,80 Tinggi
0,40 r 0,60 Cukup
0,20 r 0,40 Rendah
0,00 r 0,20 Sangat Rendah
c. Daya Pembeda Tes
Arikunto (2009: 211) menyebutkan bahwa daya pembeda butir soal
adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Selanjutnya, Arikunto (2009: 213)
mengemukakan bahwa daya pembeda butir soal ini dihitung dengan
menggunakan perumusan:
P = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
B
P = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Nilai indeks diskriminasi data pembeda butir soal berkisar antara
0,00-1.00. Semakin tinggi indeks diskriminasi, maka semakin baik
instrumen tersebut dapat membedakan siswa pandai dan siswa kurang
Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
0,20 – 0,40 Sedang (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 2009 : 218) d. Tingkat Kesukaran Tes
Arikunto (2009: 209) menyebutkan bahwa untuk mencari tingkat
kesukaran suatu instrumen dapat digunakan rumus berikut ini:
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan
tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel
3.8.
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Nilai P Kriteria
0,00 < P 0,30 Sukar
0,31 P 0,70 Sedang
0,71 P < 1,00 Mudah
B P
JS
Tabel 3.9
Analisis Ujicoba Instrumen
No. Validitas Daya Pembeda Taraf
Kesukaran Keterangan Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0.469 Cukup 75.00
Dari perhitungan Reliabilitas instrumen yang diujicobakan,
diperoleh nilai reliabilitas tes penguasaan konsep adalah 0,72. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen tersebut termasuk dalam kategori
e. Pengolahan Data Penelitian
Data yang telah terjaring melalui instrumen penelitian, selanjutnya
diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Memberikan skor kemampuan siswa dalam penalaran logis, sesuai
dengan bobot jawaban seperti pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Pedoman Penskoran Penalaran Logis
No Jenis Penalaran Skor
1. Proporsional
a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah
1 0 0 0 2. Pengontrolan variabel
a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah
1 0 0 0 3. Probabilitas
a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah
1 0 0 0
4. Korelasional
a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah
1
2) Menganalisis penalaran logis siswa
Data perkembangan penalaran logis kemudian ditabulasikan
untuk dilihat kecenderungannya sesuai dengan kategori tingkat
(Valanides, 1999). Berikut disajikan data ketentuan tingkat
perkembangan intelektual pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Ketentuan ketercapaian Test Of Logical Thinking
No Skor Tingkat Pengetahuan
1 4-10 Operasional Formal
2 2-3 Transisi
3 0-1 Operasional Konkret
Tobin dan Capie (Valanides 1996)
3) Memberikan skor kemampuan siswa dalam penguasaan konsep, sesuai
dengan bobot jawaban
4) Menentukan rata-rata kemampuan awal siswa (pretest). (Arikunto,
2005:236):
∑ ∑
Menentukan rata-rata kemampuan akhir siswa (posttest)
∑ ∑
5) Menentukan indeks gain dengan klasifikasi berdasarkan Hake
(Meltzer,2002) dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Kriteria Indeks Gain (Ig)
Dengan rumus :
6) Melakukan uji prasyarat yaitu dengan melakukan uji normalitas
terhadap pretest dan posttest dan gain melalui uji Chi kuadrat (χ2)
untuk n > 30. Dengan langkah – langkah sebagai berikut : Nilai Klasifikasi
a) Menentukan rentang (r)=n max– n min (nilai data terkecil dikurangi nilai data terbesar).
b) Menentukan banyak kelas interval (i) = 1 + 3,3 log n (n=banyak data)
c) Menentukan panjang kelas (p) = r/banyak kelas d) Mencari standar deviasi dan rata-rata
e) Menentukan batas kelas interval
f) Mencari nilai z
SD
K BK
z
g) Mencari luas daerah interval
h) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei = n x i)
i) Menentukan frekuensi yang diperoleh
j) Menghitung Chi kuadrat (χ2), dengan rumus :
χ2=
Dalam penelitian ini, untuk menentukan homogenitas dilakukan
dengan langkah-langkah berikut ini :
a) Menentukan varians dari dua sampel yang akan diuji
b) Menghitung nilai F dengan menggunkan rumus :
s k
b s
F 2
2
dengan :
s2b = Varians yang lebih besar
s2k = Varians yang lebih kecil
c) Menentukan nilai F dari tabel distribusi frekuensi dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1
d) Membandingkan nilai f hasil perhitungan dengan nilai F dari
tabel
Fhitung < Ftabel , artinya sampel homogen
Fhitung > Ftabel , artinya sampel tidak homogeny.
8) Menganalisis angket siswa yang dilakukan dengan
mempersentasekan jawaban seluruh siswa pada pertanyaan yang
diberikan berdasarkan Koentjaraningrat (Ginanjar, 2008).
Tabel 3.13 kategori persentase berdasarkan Koentjaraningrat
Persentase Kategorisasi
0% Tidak satu pun
1% - 30% Sebagian kecil
31% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 80% Sebagian besar
81% - 99% Hampir seluruhnya
f. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan
a. Menganalisis materi, merumuskan masalah, dan tujuan penelitian.
b. Melakukan studi kepustakaan.
c. Penyusunan proposal penelitian.
d. Melakukan perbaikan atau revisi proposal penelitian dengan
bimbingan dosen pembimbing.
e. Pelaksanaan seminar proposal penelitian.
f. Membuat instrumen penelitian berupa soal pretest dan posttest
g. Konsultasi instrumen penelitian kepada pembimbing.
h. Revisi instrumen penelitian.
i. Mengurus surat perizinan penelitian.
j. Uji coba instrumen.
k. Analisis instrumen hasil uji coba.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini meliputi :
a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
b. Memberikan pretest kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan
awal mereka.
c. Melaksanakan proses belajar mengajar berdasarkan skenario
pembelajaran yang ada.
d. Memberikan posttest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan
3. Tahap Akhir
Tahap akhir ini meliputi :
a. Mengolah data penelitian
b. Menganalisis dan membahas data penelitian
g. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Telaah Kompetensi Mata
Pelajaran Biologi SMP
Studi Pendahuluan ke sekolah yang akan dijadikan Lokasi Penelitian
Perumusan Masalah
Studi pustaka tentang model pembelajaran Project based
Learning dan Telaah kurikulum Biologi SMP kelas VIII
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Pembuatan Instrumen Tes
Judgment Instrumen Tes
Revisi Instrumen Tes
Uji Coba Instrumen tes
Melaksanakan Pretest Pengolahan Data
Memberi Perlakuan dengan Menerapkan Metode pembelajaran Project Based Learning
Melaksanakan Posttest Pengolahan Data
Pemberian Angket
Analisis Data dan Hasil temuan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai penerapan model
Project based learning diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. model project based learning dapat meningkatkan kemampuan penalaran
logis siswa SMP dengan kategori rendah dengan N-gain sebesar 0,038.
2. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model PjBL dapat
meningkatkan jenis penalaran pengontrolan variabel pada materi
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, hal ini terlihat dari
perbedaan hasil yang peningkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan
4 jenis pola penalaran yang lainnya.
3. Pada rata-rata umur siswa 13-14 tahun, belum terlihat siswa dengan
ketercapaian operasional formal baik sebelum atau sesudah pembelajaran
dengan menggunakan PjBL.
4. Tahap perkembangan intelektual siswa kelas VIII masih pada tahap
operasional konkrit dan transisi.
5. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model PjBL dapat
meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa pada materi
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, hal ini terlihat dari
perbedaan pretest dan posttest yang telah dikerjakan siswa, dengan hasil
6. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model
project based learning hampir seluruhnya adalah positif. B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah hal-hal yang bisa
direkomendasikan peneliti:
1. Model Project based learning dapat menjadi alternatif untuk digunakan
dalam meningkatkan penalaran logis, kreatifitas, pemecahan masalah,
keterampilan proses dalam pembelajaran Biologi.
2. Pada pembelajaran model project based learning guru tetap membimbing
siswa dalam menemukan konsep atau pengetahuan baru.
3. Guru harus memastikan semua siswa berpartisipasi dan bekerjasama
dalam kelompok untuk menyelesaikan proyeknya.
4. Guru harus memperhatikan karakteristik materi yang dapat meningkatkan
penalaran logis siswa.
5. Untuk penelitian selanjutnya mengenai penalaran logis atau
perkembangan intelektual, disarankan untuk menggunakan sampel
DAFTAR PUSTAKA
Amien, M. (1996). “Perkembangan Intelektual Siswa-siswi SLTP”. Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4):279-292.
Andriani, L. (2009). Hubungan antara kemampuan berfikir formal dengan kemampuan inkuiri siswa kelas VIII SMP Negeri 8Malang Pada Materi Asam-Basa. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang.
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Bettencourt, A. (1989). What Is Constructivism and Why Are They All Talking about it?. Michigan: State University.
Bridged, J. S. (1998). Doing with Understanding: Lessons from Research on Problem and Project Based Learning. The jurnal of the learning science, 7(3/4): 271-311.
Bruner, J. S. & Anglin, J. M. (1973). Beyond the Information Given: Studies in the Psychology of Knowing. New York: Norton.
Bybee, R.W. & Sund R.B. (1986). Piaget for Educators. 2nd Ed. Columbus: Charles E. Merril Publishing Co.
Chiapetta, E. L. (1976). A Review of Piaget Studies Relevant to Science Instruction at the Secondary and College Levels. Science Education, 60 (2): 253-201.
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Ginanjar, I. (2008). Penerapan Peer Assesment pada Pembelajaran Kooperatif Materi Alat Indera untuk Mengungkap Kecakapan Berkomunikasi Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Haryanto, Z. (2003). Tahap perkembangan intelektual siswa SMP dan SMA dalam kaitannya dengan pembelajaran fisika. Jurnal Ilmu Pendidikan, 8(2):139-146.
Howe, N. (1999). Piaget and the Growth of Knowledge. [Online]. Diambil pada tangggal 4 Desember 2012 dari Http://www.massey.ac.nz/.
Hudoyo, H. (1985). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK.
Khamdi, W. (2007). Pembelajaran berbasis proyek: Model potensial untuk peningkatan mutu pembelajaran. [online]. Diambil pada tanggal 6 November 2012 dari http://desainwebsite.net/pendidikan/
pembelajaran-berbasis-proyek-model-potensial-untuk-peningkatan-mutu-pembelajaran#ixzz1xkMxXZdw.
Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Meltzer, D. (2002). The relationship Between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gain in Physics: A Posible “Hidden Variable in
Diagnostic Pretest Scores”. Vol 70, No12. 1259-1268. [Online]. Tersedia: http://jps.alp.org/ajp. [30 November 2011].
Moursund, D. (1997). Project: Road a Head (Project Based Learning). [online]. Diambil pada tanggal 14 Februari 2013 dari
Http://www.iste.org/research/roadahead/pbl.html.
Nur, M (1991). Pengadaptasian Tes of Logical Thinking (TOLT) dalam Setting Indonesia. Surabaya: Laporan Hasil Penelitian IKIP Surabaya. Mukhan, S. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual
Anak. [online]. Diambil pada tanggal 8 Januari 2013 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2156410-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan/#ixzz2HPObM7c2.
Neumont University. (2006). Project Based Learning. [online]. Diambil pada tanggal 10 Pebruari 2011 dari http://www.neumont.edu/future-students/bachelor-project-basedlearning.html.
Nurohman, S. (2008). Pendekatan project based learning sebagai upaya internalisasi scientific method bagi mahasiswa calon guru fisika. Jurnal FPMIPA UNY: Tidak diterbitkan.
Panggabean, L. (1996). Penelitian pendidikan (diktat). Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Phillips, J. L (1996). Piaget’s Theory: A Primer. San Fransisco: Freeman.
Phyllis, C. (1991). Motivating Project Based Learning: Sustaining the Doing, Supporting the Learning. Educational Phsychologist, 26 (3&4): 369-398.
Piaget, J. (1972). Intellectual Evolution From Adolescence to Adulthood. Human Development, 15:1-12.
Rahim, U., Hasnawati. (2007). Perbandingan Hasil Tes Keterampilan Penalaran Formal Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Perkuliahan Pengantar Dasar Matematika. Jurnal ilmu pendidikan, 6(1):12-18.
Ruseffendi. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Samsul, I. (2009). Proses Terjadinya Kesalahan Dalam Penalaran Proporsional Berdasarkan Kerangka Kerja Asimilasi dan Akomodasi. Thesis Program Studi Matematika Universitas Negeri Malang.
Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Shayer, M., Adey, P.S. (1981). Toward a Science of Science Teaching. Cognitive Development and Curriculum Demand. London: Heinemann Educational Books.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logika Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Doktor, PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Suparno, P. (2006). Filsafat Konstruktivisne Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Syamsuri, I. (2006). IPA Biologi untuk kelas VIII SMP. Jakarta: Erlangga.
Tawil, M., Suryansari, K. (2011). Penalaran Probabilitas. [online]. Diambil pada tanggal 8 Januari 2013 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2118888-penalaran-probabilistik/#ixzz2HPa39hLj.
Tobin, K., Capie, W. (1981). “ The Development and Validation of a Group of Logical Thinking”. Education and Psychological Measurement, 41: 413-423.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Triosa, D. (2012). Pertumbuhan dan Perkembangan Pada tumbuhan. [online]. Diambil pada tanggal 6 November 2012 dari
http://donytriosa.blogspot.com/2012/05/pertumbuhan-dan-perkembangan-pada-tumbuhan.html.
Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran kontemporer (suatu tinjauan konseptual operasional). Jakarta: Bumi Aksara.