• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA KONSEP

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh

SISKA HARIYANI 0807578

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

(PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN

LOGIS SISWA PADA KONSEP PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN

Oleh Siska Hariyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Siska 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA KONSEP

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Oleh :

Siska Hariyani 0807578

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Kusnadi, S.Pd., M.Si 196805091994031001

Pembimbing II

dr. Hj. Rita Shintawati, M.Kes 196812012001122002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

(4)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis penerapan model project based learning (PjBL) terhadap kemampuan penalaran logis siswa pada konsep pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar yaitu dengan menentukan suatu permasalahan dan memecahan masalah tersebut melalui suatu percobaan, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Metode penelitian yang digunakan adalah weak experimental dengan menggunakan One-Group Pretest-Posttest Design. Sampel diambil secara purposif, sebanyak 34 siswa kelas VIII SMP N 1 Cicalengka. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, peningkatan kemampuan penalaran logis siswa dengan N-gain 0,038 yang termasuk pada kategori rendah. Dari lima aspek penalaran logis mengalami peningkatan tertinggi yaitu pada pengontrolan variabel sebesar 13,23%, aspek penalaran proporsional sebesar 10,29%, aspek penalaran kombinatorial sebesar 4,41%, kemudian aspek penalaran probabilitas dan korelasional sebesar 2,94%. Respon siswa yang dijaring melalui angket pada pembelajaran materi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dengan menggunakan model PjBL hampir seluruhnya adalah positif. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model project based learning dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa SMP dengan kategori rendah.

(5)

ABSTRACT

A study aimed to analyze the implementation of the model project based learning (PjBL) the logical reasoning ability of students to the concept of growth and development in plants. Project Based Learning (PjBL) is a learning model that gives freedom to the learners to plan learning activities is to define a problem and solving the problem through a trial, implement collaborative projects, and ultimately produce a working product that can be presented to others. The research method used was experimental weak by using One-Group Pretest-Posttest Design. Samples were taken purposively, 34 eighth grade students of SMP N 1 Cicalengka. Based on the results of research and data analysis, logical reasoning skills enhancement students with N-gain 0.038 were included in the low category. Of the five aspects of logical reasoning that the highest increase of 13.23% controlling variables, proportional reasoning aspect of 10.29%, combinatorial reasoning aspect of 4.41%, then the probability and correlational reasoning aspect of 2.94%. Student responses are captured through a questionnaire on learning materials in plant growth and development using the model PjBL almost entirely positive. From the results of this study indicate that the model of project based learning can enhance logical reasoning ability junior high school students with low category.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

DAFTAR ISI………...ii

KATA PENGANTAR………...iv

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN………....…..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Batasan Masalah...6

D. Tujuan Penelitian...7

E. Manfaat Penelitian...7

F. Asumsi...8

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN KEMAMPUAN PENALARAN LOGIS SISWA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN A. Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)...9

B. Kemampuan Penalaran Logis…………..……...……...………13

C. Materi Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan……...16

BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional………...21

(7)

C. Subjek Penelitian...……23

D. Instrument Penelitian...23

E. Pengujian Instrumen Penelitian...……26

F. Pengolahan Data Penelitian...32

G. Prosedur penelitian……….…….…...36

H. Alur Penelitian...38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...39

B. Pembahasan...59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...71

B. Saran...72

DAFTAR PUSTAKA...73 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) yang merupakan

penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi atau yang kita kenal

KBK (kurikulum 2004) memiliki prinsip bahwa peserta didik memiliki

posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Memiliki posisi

sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik (student

centered) (Sanjaya, 2008 :139). Hal ini selaras dengan paradigma konstruktivistik. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pendidikan

yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)

kita sendiri (Von Glasersfled dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews,

1994 dalam Suparno, 2006).

Kenyataan di lapangan siswa hanya menghapal konsep dan kurang

mampu menggunakan konsep jika menemui masalah dalam kehidupan

nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi

bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya.

Bahkan tidak sedikit siswa yang kurang mampu mengkomunikasikan

(9)

sekolah, akibat kurang adanya latihan dan dorongan untuk berbicara dan

menyampaikan pendapat (Trianto, 2007:65).

Berdasarkan pengalaman belajar khususnya pembelajaran biologi,

siswa hanya dilatih untuk menghafal tanpa mengembangkan kreatifitas,

keterampilan proses, memecahkan masalah, dan penalaran logis.

Kemampuan penalaran logis perlu dikembangkan karena jika siswa tidak

mampu berfikir logis, maka akan berpengaruh terhadap tingkat

perkembangan intelektual. Berdasarkan hal-hal diatas maka sangat perlu

pembelajaran yang selain dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep, juga dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis.

Kemampuan untuk bernalar menjadikan siswa dapat memecahkan masalah

dalam kehidupannya, didalam dan diluar sekolah.

Implikasi dari pandangan Piaget ialah bahwa siswa sebagai input

pendidikan harus dipandang sebagai individu yang mengalami tahap-tahap

perkembangan intelektual. Seluruh komponen proses pembelajaran biologi

termasuk materi pelajaran biologi hendaknya dapat digunakan untuk

peningkatan perkembangan intelektual siswa. Peningkatan perkembangan

intelektual siswa akan mendorong siswa mencapai tahap berpikir

operasional formal. Menurut teori perkembangan kognitif yang

dikemukakan oleh Piaget dinyatakan bahwa pemikiran anak mulai usia

16 atau 18 tahun seharusnya lepas dari keterikatan awalnya pada

hal-hal yang bersifat konkrit. Sejalan dengan lepasnya keterkaitan ini,

(10)

langkah-langkah penalaran formal (Nur, 1991). Namun usia anak terhadap

tingkat perkembangan kognitif tersebut sangat fleksibel tergantung

kepada pengaruh atau kejadian yang ada di lingkungan anak tersebut. Oleh

karena itu, teori perkembangan kognitif di atas belum sepenuhnya

tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1988) bahwa masih

terdapat peserta didik yang telah lulus di jenjang sekolah menengah

bahkan di perguruan tinggi tidak pernah mencapai tahap operasi

formal. Siswa yang sudah mencapai tahap operasional formal memiliki

kemampuan pemecahan masalah yang lebih sistematis dari pada siswa

yang berada dalam tahap operasional kongkrit (Howe, 1999).

Kemampuan penalaran formal terdiri dari beberapa aspek penalaran

menurut Piaget dan Inhelder dalam Nur (1991), yaitu penalaran

proporsional, pengontrolan variabel, penalaran probabilitas, penalaran

korelasional, dan penalaran kombinatorial. Dalam pembelajaran

dibutuhkan model dan metode pembelajaran yang menunjang siswa agar

dapat meningkatkan kemampuan penalaran logis.

Untuk mengembangkan tujuan tersebut diperlukan pembelajaran yang

dapat membuat siswa mengasah kemampuannya dalam hal penalaran

logis. Piaget dan para konstruktivis (Dahar, 1988: 201) pada umumnya

berpendapat, bahwa dalam mengajar, seharusnya diperhatikan

pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan demikian

(11)

dipindahkan pada siswa melainkan sebagai proses untuk mengubah

gagasan-gagasan anak yang sudah ada.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Project Based Learning (PjBL) dalam

meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa SMP kelas VIII terhadap

materi pertumbuan dan perkembangan tumbuhan. Model PjBL tersebut

memiliki karakteristik meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan

kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola sumber, pendekatan

proyek menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik

secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata,

diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran tersebut dapat

melatih siswa dalam penalaran logis, karena faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan penalaran adalah adanya informasi yang

masuk dalam memori otak sehingga siswa mampu berfikir secara reflektif

ditinjau dari berbagai aspek, banyak pengalaman dan latihan memecahkan

masalah, serta adanya kebebasan berfikir agar siswa berani membuat suatu

hipotesis dan menarik kesimpulan. Kemampuan siswa dalam penalaran

logis dapat membantu siswa dalam mencapai tahap operasional formal,

sehingga siswa mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui

pengalaman yang mereka peroleh sehingga proses pembelajaran akan

lebih bermakna dan informasi yang didapatkan akan bertahan lebih lama.

(12)

siswa aktif dan dapat membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan

pengalaman-pengalaman selama pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

rumusan masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah

“Apakah penerapan model Project Based Learning (PjBL) dapat

meningkatkan kemampuan penalaran logis siswa SMP pada konsep

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan?”

Berkaitan rumusan masalah tersebut, dapat dijabarkan beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan penalaran logis siswa sebelum dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan model project based learning?

2. Bagaimana kemampuan penalaran logis siswa setelah dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan model project based learning?

3. Apakah ada peningkatan kemampuan penalaran logis siswa SMP

setelah pembelajaran dengan menggunakan model project based

learning?

4. Bagaimanakah respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

(13)

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka pokok

permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada masalah:

1. Materi yang dikaji adalah materi pertumbuhan dan perkembangan

yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Materi yang dikaji adalah materi pertumbuhan dan perkembangan

khususnya pada konsep pertumbuhan dan perkembangan pada

tumbuhan.

3. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri

1 Cicalengka kelas VIII, semester ganjil tahun ajaran 2012-2013

dengan jumlah siswa 34 orang.

4. Project dalam PjBL yang dimaksud adalah pembuatan produk berupa poster yang terkait dengan materi pertumbuhan dan perkembangan

pada tumbuhan setelah siswa melakukan percobaan menanam

kecambah biji.

5. Kemampuan penalaran logis yang diteliti adalah kemampuan siswa

dalam mengerjakan soal-soal mengenai penalaran logis berdasarkan

lima jenis indikator penalaran logis, untuk mengetahui sampai dimana

(14)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran Project based learning

terhadap peningkatan kemampuan penalaran logis siswa SMP pada konsep

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.

1. Memperoleh gambaran tentang peningkatan penalaran logis siswa

kelas VIII setelah diterapkan model pembelajaran Project Based

Learning.

2. Memperoleh gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep

siswa kelas VIII pada konsep pertumbuhan dan perkembangan

setelah deterapkan model pembelajaran Project Based Learning.

3. Mengungkap tanggapan siswa terhadap pembelajaran konsep

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dengan

menggunakan model pembelajaran Project Based Learning.

E. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui kemampuan siswa kelas VIII dalam mengerjakan soal

soal mengenai penalaran logis. Dan mengetahui perkembangan

intelektual siswa kelas VIII.

2. Membantu siswa untuk lebih memahami konsep pertumbuhan dan

perkembangan dengan menggunakan model Project Based

Learning.

3. Memberikan pelatihan bagi peneliti tentang penerapan model

(15)

4. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi guru biologi dalam

merencanakan pembelajaran biologi khususnya pada konsep

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Dan menjadi

bahan pertimbangan guru dalam memilih model pembelajaran

yang lebih efektif dan menyenangkan sehingga memudahkan

pencapaian tujuan pembelajaran

5. Memberikan saran bagi dunia pendidikan dalam rangka perbaikan

pembelajaran biologi kearah yang lebih baik.

6. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan

penelitian yang sejenis.

F. Asumsi

1. Siswa SMP dan SMA sesuai dengan rentang umur mereka (11

tahun sampai 18 tahun) sedang berada pada tahap perkembangan

operasional konkret dan tahap operasional formal. Sumarmo

(1987) dan Amin (1996).

2. Beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek adalah

dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat

siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional

Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan untuk

menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan definisi operasional

yaitu:

1. Project based learning (PjBL) dalam penelitian ini menggunakan permasalahan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan pada tumbuhan agar siswa dapat memecahan masalah

tersebut melalui suatu percobaan, melaksanakan proyek secara

kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat

dipresentasikan kepada orang lain.

2. Kemampuan penalaran logis adalah kemampuan siswa memecahkan soal-soal yang berifat logika ( Test Of Logical Thinking) berdasarkan

lima jenis pola penalaran yaitu penalaran proporsional, pengontrolan

variabel, penalaran probabilitas, penalaran korelasional dan penalaran

kombinatorial, terdapat 10 butir soal dan hasil akhir berupa tahap

perkembangan yang dicapai oleh siswa.

3. Penguasaan konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep sebelum dan setelah pembelajaran selesai dilakukan.

Peningkatan penguasaan konsep pada siswa dilihat dari gain nilai yang

diperoleh siswa setelah menjawab 20 soal tes objektif berupa soal tes

(17)

sampai dengan C6 berdasarkan Taxonomi Bloom revisi pada tes awal

(pretest) dan tes akhir (posttest). B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode weak experiment,

yakni menggunakan satu kelas penelitian tanpa menggunakan kelas kontrol.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian The One

group Pretest and Posttest (Arikunto,2008). Desain ini hanya melibatkan satu kelompok saja. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil dari penerapan

Project Based Learning pada kelompok tersebut. Dalam desain penelitiannya terdapat beberapa langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan

penelitian, yaitu tes awal (O1), perlakuan (X), dan tes akhir (O2). Perbedaan

antara tes awal dan tes akhir (gain) diasumsikan sebagai efek dari perlakuan.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 The One group Pretest and Posttest Design

Tes awal Perlakuan Tes akhir

O1 X O2

Sumber Arikunto (2008)

Keterangan :

O = Observed yaitu tes awal (O1) dan tes akhir (O2), berfungsi untuk

mengukur kemampuan awal dan akhir siswa dalam penalaran logis dan

penguasaan konsep.

X = Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis

(18)

C. Subjek Penelitian

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N

1 Cicalengka Kota Bandung semester 1 tahun ajaran 2012/2013. Adapun

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas dari keseluruhan

populasi yang dipilih secara purposive sample, yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Selain itu, kelas eksperimen merupakan kelas

yang direkomendasikan oleh guru kelas.

D. Instrumen Penelitian 1. Tes Pemahaman Konsep

Tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

pilihan ganda untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemahaman konsep.

Test ini terdiri dari 20 pertanyaan yang berdasarkan ranah kognitif dan dimensi

kognitif taksonomi bloom revisi. Kisi – kisi pemahaman konsep dapat dilihat

pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep

(19)

No Indikator Pengetahuan Ranah

Ranah Kognitif No

Soal

2. Tes Penalaran Logis

Tes untuk menentukan tahap perkembangan intelektual siswa yang

digunakan adalah Test Of Logical Thingking (TOLT). Tes ini terdiri dari

sepuluh soal dengan lima jenis penalaran, yaitu penalaran proporsional,

pengontrolan variabel, penalaran korelasional, penalaran probabilitas, dan

penalaran kombinatorial. Menurut Tobin dan Capie (1981) TOLT memiliki

reliabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,85. Tes ini telah diterjemahkan ke

berbagai bahasa dilaporkan telah mempunyai reliabilitas tinggi. TOLT telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Sumarmo (1987) dan

(20)

karena dapat mengukur penalaran formal dan merupakan tes kelompok yang

cocok diujikan terhadap subjek yang banyak dalam waktu yang bersamaan

(Tobie dan Copie, 1987: Valanides, 1996). Skor yang diperoleh oleh siswa

dalam TOLT dikategorikan menjadi dua bagian. Siswa dengan hasil

pencapaian TOLT 0-4 dapat dikategorikan berkemampuan rendah sedangkan

siswa dengan pencapaian TOLT 5 ke atas dikategorikan mempunyai penalaran

tinggi. Kisi – kisi Test Of Logical Thinking dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Test Of Logical Thinking

No Jenis Penalaran Pertanyaan Nomor

1 Penalaran Proporsional 1 dan 2

2 Pengontrolan Variabel 3 dan 4

3 Penalaran Korelasional 5 dan 6

4 Penalaran Probabilitas 7 dan 8

5 Penalaran Kombinatorial 9 dan 10

3. Angket siswa

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya ( Sugiyono, 2010 ). Angket yang digunakan

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap

pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek ( Project Based

Learning ). Angket terdiri dari 20 pernyataan yang terdiri dari 4 indikator, yaitu untuk mengetahui respon siswa tentang kemampuan penalaran logis

siswa dengan penerapan model Project Based Learning, untuk mengetahui

(21)

Tumbuhan melalui Project Based Learning, untuk mengetahui respon siswa

tentang aktivitas pembelajaran dengan penerapan model Project Based

Learning, untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi dengan model Project Based Learning. Respon siswa berupa

pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), ragu–ragu (RR), tidak setuju (TS),

dan sangat tidak setuju (STS). Kisi–kisi angket dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Keterlakasanaan Penerapan Model

Project Based Learning

No Indikator Pernyataan

Nomor 1 Mengetahui respon siswa tentang kemampuan

penalaran logis siswa dengan penerapan model Project Based Learning

1+, 2+, 3+, 4+, 5+

2 Mengetahui respon siswa tentang pembelajaran Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Tumbuhan melalui Project Based Learning

6-, 7+, 8-, 9+, 10+

3 Mengetahui respon siswa tentang aktivitas pembelajaran dengan penerapan model Project Based Learning

11+, 12+, 13-, 14+, 15+

4 Mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran biologi dengan model Project Based Learning

E. Pengujian Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Analisis uji Coba Instrumen

Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya

dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.

Adapun perhitungan hasil ujicoba soal tes Kemampuan penguasaan konsep

(22)

a. Analisis Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2009). Tinggi

rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Dengan demikian, Arikunto (2009) mengemukakan

bahwa untuk mengetahui validitas suatu tes digunakan teknik korelasi

Pearson Product Moment, yaitu : (Arikunto, 2009)

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor tiap butir soal

Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa

Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy  0,80 Tinggi

(23)

Nilai rxy Kriteria

0,20 < rxy 0,40 Rendah

0,00 < rxy  0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009:75)

b. Reliabilitas Tes

Instrumen yang digunakan adalah tes pilihan ganda sehingga

perhitungan reliabilitas instrumen dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus Spearman Brown (Arikunto, 2009: 87).

Keterangan:

= Koefisien setengah soal.

n = 2 (2x setengah soal)

r 1+2 = Koefisien seluruh soal

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas

instrumen yang diperoleh digunakan Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80  r  1,00 Sangat Tinggi

0,60  r  0,80 Tinggi

0,40  r  0,60 Cukup

0,20  r  0,40 Rendah

0,00  r  0,20 Sangat Rendah

(24)

c. Daya Pembeda Tes

Arikunto (2009: 211) menyebutkan bahwa daya pembeda butir soal

adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai

(berkemampuan rendah). Selanjutnya, Arikunto (2009: 213)

mengemukakan bahwa daya pembeda butir soal ini dihitung dengan

menggunakan perumusan:

P = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

P = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai indeks diskriminasi data pembeda butir soal berkisar antara

0,00-1.00. Semakin tinggi indeks diskriminasi, maka semakin baik

instrumen tersebut dapat membedakan siswa pandai dan siswa kurang

(25)

Tabel 3.7 Interpretasi Daya Pembeda Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang

0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang

0,20 – 0,40 Sedang (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2009 : 218) d. Tingkat Kesukaran Tes

Arikunto (2009: 209) menyebutkan bahwa untuk mencari tingkat

kesukaran suatu instrumen dapat digunakan rumus berikut ini:

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan

tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel

3.8.

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kriteria

0,00 < P  0,30 Sukar

0,31  P  0,70 Sedang

0,71  P < 1,00 Mudah

B P

JS

(26)

Tabel 3.9

Analisis Ujicoba Instrumen

No. Validitas Daya Pembeda Taraf

Kesukaran Keterangan Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0.469 Cukup 75.00

Dari perhitungan Reliabilitas instrumen yang diujicobakan,

diperoleh nilai reliabilitas tes penguasaan konsep adalah 0,72. Hal ini

menunjukkan bahwa instrumen tersebut termasuk dalam kategori

(27)

e. Pengolahan Data Penelitian

Data yang telah terjaring melalui instrumen penelitian, selanjutnya

diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Memberikan skor kemampuan siswa dalam penalaran logis, sesuai

dengan bobot jawaban seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Pedoman Penskoran Penalaran Logis

No Jenis Penalaran Skor

1. Proporsional

a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah

1 0 0 0 2. Pengontrolan variabel

a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah

1 0 0 0 3. Probabilitas

a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah

1 0 0 0

4. Korelasional

a. Jawaban benar alasan benar b. Jawaban benar alasan salah c. Jawaban salah alasan benar d. Jawaban salah alasan salah

1

2) Menganalisis penalaran logis siswa

Data perkembangan penalaran logis kemudian ditabulasikan

untuk dilihat kecenderungannya sesuai dengan kategori tingkat

(28)

(Valanides, 1999). Berikut disajikan data ketentuan tingkat

perkembangan intelektual pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Ketentuan ketercapaian Test Of Logical Thinking

No Skor Tingkat Pengetahuan

1 4-10 Operasional Formal

2 2-3 Transisi

3 0-1 Operasional Konkret

Tobin dan Capie (Valanides 1996)

3) Memberikan skor kemampuan siswa dalam penguasaan konsep, sesuai

dengan bobot jawaban

4) Menentukan rata-rata kemampuan awal siswa (pretest). (Arikunto,

2005:236):

Menentukan rata-rata kemampuan akhir siswa (posttest)

5) Menentukan indeks gain dengan klasifikasi berdasarkan Hake

(Meltzer,2002) dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Kriteria Indeks Gain (Ig)

Dengan rumus :

6) Melakukan uji prasyarat yaitu dengan melakukan uji normalitas

terhadap pretest dan posttest dan gain melalui uji Chi kuadrat (χ2)

untuk n > 30. Dengan langkah – langkah sebagai berikut : Nilai Klasifikasi

(29)

a) Menentukan rentang (r)=n max– n min (nilai data terkecil dikurangi nilai data terbesar).

b) Menentukan banyak kelas interval (i) = 1 + 3,3 log n (n=banyak data)

c) Menentukan panjang kelas (p) = r/banyak kelas d) Mencari standar deviasi dan rata-rata

e) Menentukan batas kelas interval

f) Mencari nilai z

SD

K BK

z 

g) Mencari luas daerah interval

h) Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei = n x i)

i) Menentukan frekuensi yang diperoleh

j) Menghitung Chi kuadrat (χ2), dengan rumus :

χ2=

Dalam penelitian ini, untuk menentukan homogenitas dilakukan

dengan langkah-langkah berikut ini :

a) Menentukan varians dari dua sampel yang akan diuji

(30)

b) Menghitung nilai F dengan menggunkan rumus :

s k

b s

F 2

2

dengan :

s2b = Varians yang lebih besar

s2k = Varians yang lebih kecil

c) Menentukan nilai F dari tabel distribusi frekuensi dengan derajat

kebebasan (dk) = n – 1

d) Membandingkan nilai f hasil perhitungan dengan nilai F dari

tabel

Fhitung < Ftabel , artinya sampel homogen

Fhitung > Ftabel , artinya sampel tidak homogeny.

8) Menganalisis angket siswa yang dilakukan dengan

mempersentasekan jawaban seluruh siswa pada pertanyaan yang

diberikan berdasarkan Koentjaraningrat (Ginanjar, 2008).

Tabel 3.13 kategori persentase berdasarkan Koentjaraningrat

Persentase Kategorisasi

0% Tidak satu pun

1% - 30% Sebagian kecil

31% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 80% Sebagian besar

81% - 99% Hampir seluruhnya

(31)

f. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

a. Menganalisis materi, merumuskan masalah, dan tujuan penelitian.

b. Melakukan studi kepustakaan.

c. Penyusunan proposal penelitian.

d. Melakukan perbaikan atau revisi proposal penelitian dengan

bimbingan dosen pembimbing.

e. Pelaksanaan seminar proposal penelitian.

f. Membuat instrumen penelitian berupa soal pretest dan posttest

g. Konsultasi instrumen penelitian kepada pembimbing.

h. Revisi instrumen penelitian.

i. Mengurus surat perizinan penelitian.

j. Uji coba instrumen.

k. Analisis instrumen hasil uji coba.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini meliputi :

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.

b. Memberikan pretest kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan

awal mereka.

c. Melaksanakan proses belajar mengajar berdasarkan skenario

pembelajaran yang ada.

d. Memberikan posttest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan

(32)

3. Tahap Akhir

Tahap akhir ini meliputi :

a. Mengolah data penelitian

b. Menganalisis dan membahas data penelitian

(33)

g. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Telaah Kompetensi Mata

Pelajaran Biologi SMP

Studi Pendahuluan ke sekolah yang akan dijadikan Lokasi Penelitian

Perumusan Masalah

Studi pustaka tentang model pembelajaran Project based

Learning dan Telaah kurikulum Biologi SMP kelas VIII

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Pembuatan Instrumen Tes

Judgment Instrumen Tes

Revisi Instrumen Tes

Uji Coba Instrumen tes

Melaksanakan Pretest Pengolahan Data

Memberi Perlakuan dengan Menerapkan Metode pembelajaran Project Based Learning

Melaksanakan Posttest Pengolahan Data

Pemberian Angket

Analisis Data dan Hasil temuan Penelitian

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai penerapan model

Project based learning diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. model project based learning dapat meningkatkan kemampuan penalaran

logis siswa SMP dengan kategori rendah dengan N-gain sebesar 0,038.

2. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model PjBL dapat

meningkatkan jenis penalaran pengontrolan variabel pada materi

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, hal ini terlihat dari

perbedaan hasil yang peningkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan

4 jenis pola penalaran yang lainnya.

3. Pada rata-rata umur siswa 13-14 tahun, belum terlihat siswa dengan

ketercapaian operasional formal baik sebelum atau sesudah pembelajaran

dengan menggunakan PjBL.

4. Tahap perkembangan intelektual siswa kelas VIII masih pada tahap

operasional konkrit dan transisi.

5. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model PjBL dapat

meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa pada materi

pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, hal ini terlihat dari

perbedaan pretest dan posttest yang telah dikerjakan siswa, dengan hasil

(35)

6. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model

project based learning hampir seluruhnya adalah positif. B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah hal-hal yang bisa

direkomendasikan peneliti:

1. Model Project based learning dapat menjadi alternatif untuk digunakan

dalam meningkatkan penalaran logis, kreatifitas, pemecahan masalah,

keterampilan proses dalam pembelajaran Biologi.

2. Pada pembelajaran model project based learning guru tetap membimbing

siswa dalam menemukan konsep atau pengetahuan baru.

3. Guru harus memastikan semua siswa berpartisipasi dan bekerjasama

dalam kelompok untuk menyelesaikan proyeknya.

4. Guru harus memperhatikan karakteristik materi yang dapat meningkatkan

penalaran logis siswa.

5. Untuk penelitian selanjutnya mengenai penalaran logis atau

perkembangan intelektual, disarankan untuk menggunakan sampel

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1996). “Perkembangan Intelektual Siswa-siswi SLTP”. Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4):279-292.

Andriani, L. (2009). Hubungan antara kemampuan berfikir formal dengan kemampuan inkuiri siswa kelas VIII SMP Negeri 8Malang Pada Materi Asam-Basa. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Bettencourt, A. (1989). What Is Constructivism and Why Are They All Talking about it?. Michigan: State University.

Bridged, J. S. (1998). Doing with Understanding: Lessons from Research on Problem and Project Based Learning. The jurnal of the learning science, 7(3/4): 271-311.

Bruner, J. S. & Anglin, J. M. (1973). Beyond the Information Given: Studies in the Psychology of Knowing. New York: Norton.

Bybee, R.W. & Sund R.B. (1986). Piaget for Educators. 2nd Ed. Columbus: Charles E. Merril Publishing Co.

Chiapetta, E. L. (1976). A Review of Piaget Studies Relevant to Science Instruction at the Secondary and College Levels. Science Education, 60 (2): 253-201.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Ginanjar, I. (2008). Penerapan Peer Assesment pada Pembelajaran Kooperatif Materi Alat Indera untuk Mengungkap Kecakapan Berkomunikasi Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Haryanto, Z. (2003). Tahap perkembangan intelektual siswa SMP dan SMA dalam kaitannya dengan pembelajaran fisika. Jurnal Ilmu Pendidikan, 8(2):139-146.

Howe, N. (1999). Piaget and the Growth of Knowledge. [Online]. Diambil pada tangggal 4 Desember 2012 dari Http://www.massey.ac.nz/.

Hudoyo, H. (1985). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud P2LPTK.

(37)

Khamdi, W. (2007). Pembelajaran berbasis proyek: Model potensial untuk peningkatan mutu pembelajaran. [online]. Diambil pada tanggal 6 November 2012 dari http://desainwebsite.net/pendidikan/

pembelajaran-berbasis-proyek-model-potensial-untuk-peningkatan-mutu-pembelajaran#ixzz1xkMxXZdw.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Meltzer, D. (2002). The relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics: A Posible “Hidden Variable in

Diagnostic Pretest Scores”. Vol 70, No12. 1259-1268. [Online]. Tersedia: http://jps.alp.org/ajp. [30 November 2011].

Moursund, D. (1997). Project: Road a Head (Project Based Learning). [online]. Diambil pada tanggal 14 Februari 2013 dari

Http://www.iste.org/research/roadahead/pbl.html.

Nur, M (1991). Pengadaptasian Tes of Logical Thinking (TOLT) dalam Setting Indonesia. Surabaya: Laporan Hasil Penelitian IKIP Surabaya. Mukhan, S. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelektual

Anak. [online]. Diambil pada tanggal 8 Januari 2013 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2156410-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan/#ixzz2HPObM7c2.

Neumont University. (2006). Project Based Learning. [online]. Diambil pada tanggal 10 Pebruari 2011 dari http://www.neumont.edu/future-students/bachelor-project-basedlearning.html.

Nurohman, S. (2008). Pendekatan project based learning sebagai upaya internalisasi scientific method bagi mahasiswa calon guru fisika. Jurnal FPMIPA UNY: Tidak diterbitkan.

Panggabean, L. (1996). Penelitian pendidikan (diktat). Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Phillips, J. L (1996). Piaget’s Theory: A Primer. San Fransisco: Freeman.

Phyllis, C. (1991). Motivating Project Based Learning: Sustaining the Doing, Supporting the Learning. Educational Phsychologist, 26 (3&4): 369-398.

Piaget, J. (1972). Intellectual Evolution From Adolescence to Adulthood. Human Development, 15:1-12.

(38)

Rahim, U., Hasnawati. (2007). Perbandingan Hasil Tes Keterampilan Penalaran Formal Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Perkuliahan Pengantar Dasar Matematika. Jurnal ilmu pendidikan, 6(1):12-18.

Ruseffendi. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Samsul, I. (2009). Proses Terjadinya Kesalahan Dalam Penalaran Proporsional Berdasarkan Kerangka Kerja Asimilasi dan Akomodasi. Thesis Program Studi Matematika Universitas Negeri Malang.

Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Shayer, M., Adey, P.S. (1981). Toward a Science of Science Teaching. Cognitive Development and Curriculum Demand. London: Heinemann Educational Books.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logika Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi Doktor, PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Suparno, P. (2006). Filsafat Konstruktivisne Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Syamsuri, I. (2006). IPA Biologi untuk kelas VIII SMP. Jakarta: Erlangga.

Tawil, M., Suryansari, K. (2011). Penalaran Probabilitas. [online]. Diambil pada tanggal 8 Januari 2013 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2118888-penalaran-probabilistik/#ixzz2HPa39hLj.

Tobin, K., Capie, W. (1981). “ The Development and Validation of a Group of Logical Thinking”. Education and Psychological Measurement, 41: 413-423.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Triosa, D. (2012). Pertumbuhan dan Perkembangan Pada tumbuhan. [online]. Diambil pada tanggal 6 November 2012 dari

http://donytriosa.blogspot.com/2012/05/pertumbuhan-dan-perkembangan-pada-tumbuhan.html.

(39)

Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran kontemporer (suatu tinjauan konseptual operasional). Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 3.1 The One group Pretest and Posttest Design
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep
Tabel 3.3 Kisi-kisi Test Of Logical Thinking
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Keterlakasanaan Penerapan Model Project Based Learning
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan penerapan model Project Based Learning (PjBL) pada materi Sistem Reproduksi mampu meningkatkan writing skills peserta didik yang

Atas kehendak-Nya pula skripsi dengan judul ” Peningkatan Pemahaman Konsep Energi Panas Melalui Penerapan Model Project-Based Learning (PjBL) Pada Pembelajaran IPA

Adapun alasan mengapa metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dipilih dan diterapkan adalah (1) metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) metode

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan (1) kreativitas siswa pada materi termokimia dengan

Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Samarinda.

Berdasarkan uraian yang telah disajikan terlihat bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam penelitian ini,

Belajar Mahasiswa dengan Penerapan Project Based Learning (PjBL) dan Metode E-learning pada Mata Kuliah Imun Hematologi 2 pada Tanggal 9 Januari 2015... 62 Tabel

Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri Manggihan. Program S1 Pendidikan Guru