Euis Riska Sari, 2013
TARI DALAM KESENIAN ANGKLUNG LANDUNG DI DESA MARGALUYU KECAMATAN MANONJAYA
KABUPATEN TASIKMALAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Seni Tari
Oleh
Euis Riska Sari 0900075
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Tari Dalam Kesenian Angklung Landung
Di Desa Margaluyu Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
Oleh Euis Riska Sari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Euis Riska Sari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Euis Riska Sari, 2013
EUIS RISKA SARI
TARI DALAM KESENIAN ANGKLUNG LANDUNG DI DESA MARGALUYU KECAMATAN MANONJAYA
KABUPATEN TASIKMALAYA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. Hj. T. Narawati, M. Hum NIP. 195212051986112001
Pembimbing II
Agus Budiman, M. Pd NIP. 197703122005011002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari
ABSTRAK
Kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya merupakan sebuah kesenian tradisional yang hidup, berkembang, banyak digemari, serta banyak mendapatkan penghargaan di berbagai acara nasional. Penyajian kesenian tersebut mengandung banyak makna. Dalam penampilannya pun lebih berkembang dan dibuat semenarik mungkin dengan menambah lebih banyak unsur musik dan tari. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian, antara lain : 1) Bagaimana penyajian kesenian Angklung Landung Di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?; 2) Bagaimana penyajian tari dalam penyajian kesenian Angklung
Landung Di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?; 3)
Bagaimana struktur gerak tari dalam kesenian Angklung Landung Di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?; 4) Bagaimana rias dan busana dalam kesenian Angklung Landung Di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?. Penelitian ini menggunakan teori
Performance Studies. Untuk menjawab dan mengetahui hal- hal tersebut maka
dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif untuk menggambarkan dan menjelaskan masalah-masalah secara alamiah yang berkaitan dengan kesenian Angklung Landung dan menganalisis hasil penelitian mengenai penyajian kesenian Angklung Landung, penyajian tari dalam kesenian Angklung Landung, struktur gerak tari dalam kesenian Angklung Landung, rias dan busana dalam kesenian Angklung Landung. Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian untuk menghimpun data yaitu dengan menggunakan instrumen observasi, wawancara, studi dokumen dan studi literatur. Dari hasil penelitian dan pembahasan analisis dapat disimpulkan bahwa penyajian kesenian Angklung Landung mempunyai atau menerapkan konsep arak-arakan yang diperbesar, diperbanyak dan dibuat lebih semarak. Konsep “diperbesar” yaitu dari bentuk angklungnya, sedangkan konsep “diperbanyak” terdapat pada jumlah pemain kesenian Angklung Landung yang banyak, jumlah waditra yang digunakan diperkaya, dan penambahan tiga tarian di dalamnya. Untuk menyemarakan penyajian arak-arakan kesenian Angklung Landung menerapkan konsep warna pada busana yang digunakan, menggunakan warna-warna yang cerah dan warna-warni, selain itu penggunaan aksesoris dan berbagai iket yang berbeda-beda semua itu agar unsur tradisionalnya lebih kental serta supaya lebih semarak dan meriah. Kehadiran Tari Kuda Lumping, Tari Kipas dan Tari Angklung dalam kesenian Angklung Landung merupakan bagian penting karena merupakan bagian unsur pendukung yang dominan dalam kesenian tersebut serta untuk menyeimbangkan penampilan agar tidak hanya mendengarkan alunan musik saja tetapi juga dapat melihat tari-tarian yang disajikan dalam pertunjukan kesenian.
ABSTRACT
Art in the Village Margaluyu Angklung Landung Manonjaya Tasikmalaya
District is a traditional art alive, growing, much-loved, and many get awards at
various national events. The artistic presentation contains a lot of meaning. In his
appearance was more developed and made it interesting by adding more elements
of music and dance. The issues raised in the study, among other things: 1) How
does the presentation of arts Angklung Landung In the village Margaluyu
Manonjaya Tasikmalaya District?; 2) How does the presentation of dance in the
presentation of the arts Angklung Landung In the village Margaluyu Manonjaya
Tasikmalaya District?; 3) What is the structure of motion dance of Angklung
Landung art in the village Margaluyu In Tasikmalaya District Manonjaya?; 4)
How to makeup and fashion in art Angklung Landung In the village Margaluyu
Manonjaya Tasikmalaya District?. This study uses the theory of Performance
Studies. To answer and know these things so in this study used descriptive method
qualitative approach to describe and explain the issues relating to the natural arts
Angklung Landung and analyze the results of research on the arts Angklung
Landung presentation, the presentation of dance in the arts Angklung Landung,
structure dance movement in the arts Angklung Landung, makeup and fashion in
art Angklung Landung. Instruments used in the study investigators to collect data
is by using an instrument observations, interviews, documents and literature
studies. From the research and discussion of the analysis it can be concluded that
the presentation of arts Angklung Landung have or apply concepts procession
enlarged, reproduced and made more vibrant. The concept of "enlarged" ie of the
form angklungnya, while the concept of "propagated" are the number of players
that many arts Angklung Landung, the amount used waditra enriched, and the
addition of three dances in it. To enrich the presentation of pageantry arts
Angklung Landung apply the concept of color in clothing that is used, use colors
that are bright and colorful, than the use of accessories and a variety of different
and festive. The presence of Kuda Lumping Dance, Fan Dance and Dance
Landung Angklung Angklung in art is an important part because it is the
dominant part of the supporting elements in the arts as well as to balance the
appearance to not only listen to music but also can see the dances presented in the
performing arts .
Keywords: Art, Angklung Landung, Manonjaya Tasikmalaya, form of
DAFTAR ISI
B. Kesenian Tradisional ... 10
C.Kesenian Angklung Tradisional di Jawa Barat ... 12
D.Analisis Penampilan Seni ... 16
E. Tari dalam Kesenian Tradisional ... 18
F. Fungsi Tari dalam Kesenian Tradisional ... 21
G.Struktur Gerak Tari ... 22
H.Rias dan Busana ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
B. Metode Penelitian ... 34
C.Definisi Operasional ... 35
D.Instrumen Penelitian ... 36
a. Pedoman Observasi ... 37
b. Pedoman Wawancara ... 37
c. Pedoman Dokumentasi ... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ... 38
a. Observasi ... 38
a. Pra Penelitian ... 44
b. Pengajuan Izin Penelitian ... 45
c. Pelaksanaan Penelitian ... 45
d. Penyusunan Laporan ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A.Hasil Penelitian ... 47
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47
2. Penyajian Kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya ... 49
a. Tahap persiapan ... 52
b. Tahap arak-arakan ... 63
c. Tahap akhir ... 68
3. Penyajian Tari dalam Kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya ... 69
4. Struktur gerak tari dalam Kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya ... 73
5. Rias dan Busana dalam Kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya ... 94
B. Pembahasan ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117
A.Kesimpulan ... 117
B. Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 120
GLOSARIUM ... 122
Euis Riska Sari, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesenian di Jawa Barat sangat beragam dan memiliki keunikan
tersendiri yang mencerminkan budaya masyarakatnya, keanekaragaman suku
bangsa dan budaya Indonesia. Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan
yang tidak lepas dari kehidupan manusia, karena kesenian merupakan hasil
karya cipta, karsa rasa yang sebelumnya tidak dikenal dan akhirnya menjadi
sebuah karya yang indah, seperti yang diungkapkan oleh Langer (2000:68) bahwa “Kesenian adalah suatu ciptaan bentuk yang „hidup‟, yang di dalamnya ada dinamika, ada kesatuan logis dalam dirinya”, selain itu
Sumardjo (2000:10) menegaskan bahwa “Kesenian adalah sesuatu yang
memuat hal-hal yang transendertal, sesuatu yang tak kita kenal sebelumnya,
dan kini kita kenal lewat karya seorang seniman”.
Berbicara tentang perkembangan seni di Indonesia terkait dengan
perkembangan kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di
masing-masing daerah. Dalam konteks, seni merupakan salah satu produk masyarakat
yang memiliki proses perjalanan cukup panjang serta mempunyai tradisi
secara turun temurun. Kehadiran kesenian ini terbentuk atas dasar dukungan
masyarakat penyangganya yang memiliki tujuan dalam mengekspresikan
segala keinginannya.
Karya seni yang ada dapat diartikan sebagai hasil karya atau hasil kerja
seniman untuk menciptakan sebuah karya yang dapat diakui masyarakatnya,
seperti yang diungkapkan Caturwati, (2007:160) bahwa “Seni tradisi
merupakan suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar, serta telah
dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungannya”. Karya seni
yang tercipta biasanya mencerminkan asal daerahnya bahkan dijadikan
sebagai kekhasan dari daerah masing-masing asal terciptanya kesenian
2
dengan baik, ada yang mengalami pasang surut dikarenakan penerimaan
masyarakat pada suatu kesenian tradisional yang kurang baik, bahkan ada
pula kesenian tradisional yang tersingkir bahkan punah di masyarakat
penikmatnya. Sungguh bukan hal yang mudah untuk sebuah kesenian
tradisional dapat diakui penikmatnya sampai di era globalisasi ini, meski
harus mengalami pasang surut dalam perjalanannya di tengah keadaan yang
serba modern dan berkembangnya teknologi canggih yang mempengaruhi
terhadap minat dan kesukaan masyarakat penikmatnya. Kebutuhan ekonomi
yang semakin besar pun yang menjadi salah satu penyebab tersingkirnya
kesenian tradisional di masyarakat penikmatnya. Hal tersebut diungkapkan
pula oleh Soedarsono (2010:1), sebagai berikut.
Adapun penyebab dari hidup-matinya sebuah seni pertunjukan tradisi ada bermacam-macam. Ada yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi di bidang politik, ada yang disebabkan oleh masalah ekonomi, ada yang karena terjadi perubahan selera masyarakat penikmat, dan ada pula yang karena tidak mampu bersaing dengan bentuk-bentuk pertunjukan yang lain. Selain itu, perkembangan seni pertunjukan dapat dilihat siapa yang menjadi penyandang dana produksinya.
Melihat kenyataan di atas tidak sedikit pula kesenian tradisional yang
dapat bertahan di masyarakat penikmatnya, bahkan sekarang pun masih
digemari dan terus berkembang di masyarakat yaitu kesenian angklung.
Angklung merupakan alat musik tradisional yang berhubungan dengan
unsur-unsur kehidupan, yang lebih cenderung sebagai bentuk aturan ritual. Berikut
pengertian angklung menurut Masunah bahwa “Angklung adalah alat yang
dibuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digetarkan, digoyangkan dan
ditengkep”. (2003:17)
Kesenian angklung berkembang pesat, tidak hanya di Indonesia
melainkan sampai ke luar negeri. Sebagai pembuktian angklung sering
dipertunjukan di luar negeri, baru-baru ini di Amerika Serikat telah
diselenggarakan pertunjukan angklung dengan pemain angklung berjumlah
50 orang yang di dalamnya terdapat orang-orang bule. Alat musik yang
3
Euis Riska Sari, 2013
Bahkan orang asing pun banyak yang berminat mempelajarinya. Angklung
yang dimaksud di atas yaitu angklung modern yang merupakan salah satu dari
kesenian angklung yang ada di Jawa Barat.
Macam-macam kesenian angklung lainnya di Jawa Barat sangat
beragam, mulai dari Angklung Daeng yang identik dengan Angklung
Nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938,
pernyataan tersebut diungkapkan oleh Wiramihardja (2010:10). Angklung
Kanekes, Angklung Gubrag berasal dari Kampung Cipining Kecamatan
Cigudeg Kabupaten Bogor, Angklung Dogdog Lojor berada di Sukabumi,
Angklung Badeng berada di Desa Sanding Kecamatan Malangbong
Kabupaten Garut dan berada di Desa Tanjung mekar Kecamatan Rajapolah
Kabupaten Tasikmalaya, Angklung Buncis terdapat di berbagai daerah,
diantaranya Bandung dan Tasikmalaya. Angklung Kanekes, Angklung
Gubrag, Angklung Dog-dog Lojor, Angklung Badeng dan Angklung Buncis
pada zaman dulu mulanya angklung-angklung tersebut digunakan pada acara
ritual yaitu ritual padi supaya hasil panennya bagus, namun sekarang
pemikiran masyarakat pun lebih maju dan modern sehingga respon
masyarakat terhadap hal-hal yang berbau mistis pun berkurang.
Sejalan dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit;
lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan
tempat-tempat karung atau pun tempat yang lebih modern dan lebih praktis,
dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung
dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian angklung yang
tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak
diperlukan lagi. Sehubungan dengan hal di atas maka angklung yang
digunakan untuk acara ritual dalam penghormatan padi pun semakin punah
dan pertunjukannya pun menjadi jarang digunakan untuk upacara karena
masyarakatnya pun jarang yang menanggapnya dan jarang dipertunjukan
karena tidak menarik, sehingga sejak itu angklung mempunyai dua fungsi
4
masih ada yang melestarikan kesenian angklung sebagai upacara padi. Hal ini
diungkapkan juga oleh Masunah, (2003:11) yaitu sebagai berikut.
Upacara-upacara padi tidak dilaksanakan lagi di beberapa daerah, angklung pun bergeser fungsinya menjadi seni tontonan, namun di daerah yang masih melaksanakan upacara, angklung memilki fungsi ganda: sebagai sarana upacara ritual padi, juga berfungsi sebagai tontonan. Khusus untuk seni tontonan harus diperhatikan aspek daya tarik audio visual. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan upacara, aspek ini kurang berperan.
Di tengah-tengah keadaan masyarakat yang sudah semakin modern
sehingga tidak terlalu mengindahkan hal-hal yang berbau mistis, maka
munculah sebuah ide baru dari seorang seniman untuk lebih menghidupkan
kembali kesenian tradisional dengan memberikan sentuhan baru pada
kesenian tradisional agar lebih berkembang lagi dan dapat menempati hati
masyarakat supaya tidak akan pernah terlupakan, dan dari sebuah keinginan,
tekad serta ide yang dimunculkan terlahirlah kesenian tradisional baru yang
dinamakan kesenian Angklung Landung.
Kesenian Angklung Landung ini diciptakan pada tahun 2004 di Desa
Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya oleh seorang
seniman yang bernama Bapak Apep Suherlan. Dia adalah seorang pemimpin
sanggar Putra Pajajaran, Manonjaya Tasikmalaya. Kesenian Angklung
Landung tercipta dari hasil pengembangan kesenian Angklung Buncis yang
ada di Tasikmalaya, dimana kesenian Angklung Buncis pada saat itu sudah
mulai terabaikan karena dianggap sudah tidak menarik lagi, sehingga Bapak
Apep Suherlan sebagai seniman memunculkan sebuah ide untuk merubah
penampilan dari kesenian Angklung Buncis. Perubahan tersebut dimulai dari
bentuk angklungnya yang dirubah menjadi “landung” (tinggi) sehingga
dinamakan Angklung Landung, selain itu dalam penyajiannya pun kesenian
Angklung Landung diberi sentuhan yang berbeda dengan angklung lainnya,
pemusik dalam kesenian Angklung Landung tidak sekaligus dijadikan
masing-5
Euis Riska Sari, 2013
masing di dalam pertunjukan kesenian Angklung Landung. Hal tersebut
dilakukan untuk kebutuhan artistik dalam sebuah pertunjukan.
Kesenian Angklung Landung dalam penyajiannya sudah lebih
berkembang dan dikemas begitu menarik dengan menampilkan beragam
tarian di dalamnya. Tarian yang terdapat di dalam kesenian Angklung
Landung diantaranya, Tari Kuda Lumping, Tari Kipas, dan Tari Angklung.
Tari dalam sebuah kesenian merupakan unsur penting karena dapat
menambah nilai estetis dan di dalamnya mengandung makna tidak hanya
sebagai pelengkap saja. Begitu pun tari pada kesenian Angklung Landung,
bukan sebagai pelengkap saja melainkan sudah menjadi satu paket dengan
kesenian Angklung Landung dan saling melengkapi yang tidak bisa
dipisahkan. Sesuai dengan makna yang disampaikan dalam kesenian
Angklung Landung. Terciptanya kesenian Angklung Landung sendiri
disambut baik dan digemari oleh masyarakat sekitarnya terbukti dengan
semakin banyaknya masyarakat yang menyelenggarakan kesenian Angklung
Landung baik untuk kebutuhan pribadi ataupun kebutuhan umum yang
bersifat nasional, dengan adanya kesenian Angklung Landung perekonomian
masyarakat tempat terciptanya kesenian Angklung Landung pun bertambah.
Dari kenyataan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dan memutuskan untuk meneliti Tari Dalam Kesenian Angklung
Landung Di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten
Tasikmalaya.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian harus dibatasi agar jangkauannya tidak terlalu
luas dan tidak terjadi kesimpangsiuran dalam pembahasan. Sesuai dengan
judul dalam penelitian, maka masalah yang akan diteliti, dibatasi pada
pembahasan Tari Dalam Kesenian Angklung Landung.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan
pembatasan masalah, secara khusus dirumuskan dalam beberapa pertanyaan
6
1. Bagaimana penyajian kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu
Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?
2. Bagaimana penyajian tari dalam kesenian Angklung Landung di Desa
Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?
3. Bagaimana struktur gerak tari dalam kesenian Angklung Landung di
Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?
4. Bagaimana rias dan busana dalam kesenian Angklung Landung di Desa
Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya :
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberadaan tari
dalam kesenian Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya dari aspek penyajian, struktur gerak
tari, rias dan busana.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, diantaranya :
a. Mendeskripsikan penyajian kesenian Angklung Landung di Desa
Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
b. Mendeskripsikan penyajian tari dalam kesenian Angklung Landung di
Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
c. Mendeskripsikan struktur gerak tari dalam kesenian Angklung Landung
di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
d. Mendeskripsikan rias dan busana dalam kesenian Angklung Landung di
Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
D. Manfaat Penelitian
Setelah data terhimpun melalui penelitian, maka penulis berharap ini
7
Euis Riska Sari, 2013 1. Peneliti
Sebagai pengalaman dan pembelajaran yang merupakan salah satu upaya
untuk menanamkan wawasan dan pengetahuan terhadap penilaian dengan
melakukan penelitian serta memperkenalkan kesenian Kabupaten
Tasikmalaya kepada masyarakat umum.
2. Seniman
Untuk memacu seniman daerah setempat umumnya semua daerah agar
lebih banyak menciptakan kesenian dan meningkatkan
kreativitas-kreativitasnya dalam pembuatan sebuah karya seni.
3. Pemerintah Setempat
Menambah pendokumentasian kesenian Kabupaten Tasikmalaya serta
dapat lebih menjaga dan melindungi kelestarian kesenian daerah.
4. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung
Memberikan kontribusi dalam menambah sumber pustaka yang ada di
jurusan dan dapat dibaca bagi para mahasiswa.
5. Masyarakat
Sebagai bahan kepustakaan dan pengetahuan kesenian tradisional, serta
pelestarian bagi upaya menanamkan seni bagi masyarakat. Peningkatan
rasa bangga bagi masyarakat dan diharapkan masyarakat dapat lebih
mencintai bentuk-bentuk kesenian daerahnya.
6. Dunia Pendidikan Seni
Kesenian Angklung Landung dapat dijadikan salah satu kompetensi
dalam pembelajaran seni budaya, karena banyak nilai yang terkandung di
dalamnya, yang dapat dipetik oleh peserta didik mulai dari nilai falsafah,
nilai moral, pengetahuan, dan sebagainya. Dan keberadaan kesenian
Angklung Landung di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya agar dapat dikategorikan ke salah satu jenis
angklung yang ada di Jawa Barat dan diakui keberadaannya oleh
8
E. Struktur Organisasi
Bab I dalam skripsi ini merupakan uraian tentang latar belakang
masalah, yang isinya acuan peneliti dan penjelasan peneliti tentang alasan
mengambil penelitian dalam skripsi ini, kemudian terdapat rumusan
masalah yang menjadi acuan dalam pembahasan dalam penelitian,
selanjutnya tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi semua pihak dan yang
terakhir yaitu struktur organisasi.
Pada bab II menjelaskan tentang teori-teori yang menguatkan dalam
penelitian, diantaranya terdapat penelitian yang relevan serta teori yang
dipergunakan yang terdiri dari, teori kesenian tradisional, kesenian angklung
tradisional di Jawa Barat, analisis penampilan seni, tari dalam kesenian
traisional, fungsi tari dalam kesenian tradisional, struktur gerak tari, rias dan
busana.
Bab III berisi tentang uraian proses penelitian yang dilakukan peneliti
dengan menggunakan metode-metode yang sesuai untuk penelitian. Adapun
uraian dari isi metode penelitian diantaranya, lokasi dan subjek penelitian,
metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, analisis data, dan langkah-langkah penelitian.
Bab IV merupakan penjabaran semua dari hasil penelitian dan
pembahasan yang di dalamnya membahas tentang data-data hasil penelitian
dan analisis hasil penelitian oleh peneliti.
Bab V berisi tentang kesimpulan atau ringkasan dari hasil penelitian
dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian.
Daftar pustaka merupakan bagian akhir dari skripsi ini yang terdiri
dari daftar pustaka buku-buku yang digunakan peneliti dan terdapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
merupakan lokasi dimana Sanggar Seni Putra Pajajaran berada yang
digunakan peneliti sebagai tempat penelitian tentang penyajian
Angklung Landung, penyajian tari dalam Angklung Landung, struktur
gerak tari dalam kesenian Angklung Landung, rias dan busana dalam
kesenian Angklung Landung. Peneliti memilih lokasi tersebut karena
merupakan tempat dimana tercipta dan berkembangnya kesenian
Angklung Landung.
2. Subjek Penelitian
Sesuai kebutuhan dan tujuan penelitian, serta pertimbangan yang
berdasarkan kelayakan dalam memberikan pemahaman tentang masalah
yang akan diteliti, maka yang dijadikan subjek dalam penelitian ini
adalah kesenian Angklung Landung di Sanggar Seni Putra Pajajaran di
bawah pimpinan Bapak Apep Suherlan. Alasan peneliti memilih
kesenian Angklung Landung karena Angklung Landung berbeda
dengan angklung yang lainnya. Baik dari segi bentuk angklung, ukuran
angklung dan cara memainkannya serta penyajiannya. Peneliti tertarik
untuk mengkaji dan mempelajari kesenian Angklung Landung ini
terutama pada tarian yang terdapat pada kesenian Angklung Landung
yang sudah menjadi satu kesatuan dengan angklungnya. Kesenian
Angklung Landung pun sudah beberapa kali menjuarai
perlombaan-perlombaan kesenian dari berbagai tingkatan, baik tingkat kabupaten,
provinsi diantaranya juara ke-2 Helaran Kemilau Nusantara tahun 2006
di Jakarta, juara ke-2 Helaran Seni Budaya 3 Zona Beda Wilayah III di
34
Barat di Bogor dan lain-lain, selain itu pencipta kesenian Angklung
Landung Bapak Apep Suherlan telah mendapatkan penghargaan
sebagai inovator angklung.
B. Metode Penelitian
Metode sangat diperlukan dalam suatu penelitian, mempunyai tujuan
dalam mengarahkan penelitian. Metode penelitian adalah suatu cara yang
disusun secara sistematis yang digunakan dalam memahami suatu subjek
atau objek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan, sesuai
dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan dari penelitian tersebut.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:2) bahwa “Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian berhubungan erat
dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan serta
metode penelitian juga menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi
prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian,
sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan
diolah/dianalisis sehingga harus menggunakan metode yang tepat.
Dalam penelitian ini, metode yang dipergunakan adalah metode
deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif analisis
yaitu metode yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang aktual
dengan cara mengumpulkan data serta menggambarkan tentang suatu
variabel, kejadian atau keadaan yang sebenarnya, seperti yang di ungkapkan
Arikunto (Tisnawerdaya 2010: 34) bahwa “Metode deskriptif analisis ialah
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.
Pendekatan kualitatif adalah suatu cara yang digunakan dalam
penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting) dan
menggunakan data kualitatif (data yang berbentuk data, kalimat, skema, dan
35
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Adapun tujuan utama metode deskriptif adalah untuk menggambarkan
sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan,
dan memeriksa sebab-sebab suatu gejala tertentu. Analisis adalah
menafsirkan atau menyusun fakta untuk mengambil kesimpulan. Pengertian
lain dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) bahwa “analisis adalah penelitian suatu peristiwa atau kejadian (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya)”. Dengan
menggunakan metode deskriptif analisis, penulis terjun langsung ke
lapangan dengan maksud mendeskripsikan masalah-masalah di lapangan
berdasarkan data-data yang diperoleh dan sedang terjadi pada masa
sekarang, kemudian menyusun hasil dari penelitian di lapangan, dan diambil
kesimpulannya.
C. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman istilah yang ditulis dalam judul
penulisan, maka penulis akan kemukakan batasan istilah sebagai berikut.
Tari adalah gerak tubuh manusia yang tercipta dari imajinasi
seseorang baik dari gerak sehari-hari, gerak ungkapan perasaan, dan
geraknya pun yang telah diperhalus sehingga terbentuk menjadi gerak yang
indah dan mempunyai makna ataupun tidak mempunyai makna.
Kesenian dapat diartikan sebagai hasil karya cipta seseorang yang
mengandung nilai estetis.
Angklung Landung merupakan suatu kesenian tradisional yang
mempunyai keunikan tersendiri terutama dalam bentuk angklungnya yang
berbeda dengan angklung yang lainnya. Angklung Landung adalah seni
upacara-36
upacara yang diadakan masyarakatnya, diantaranya helaran, menyambut
hari besar nasioanal dal lain-lain. Kesenian Angklung Landung dalam
penyajiannya dipadupadankan dengan ragam tarian. Dimana kesenian
tersebut tercipta dari inspirasi unsur kehidupan masyarakatnya. Tariannya
pun tidak hanya sebagai pelengkap saja melainkan mempunyai peran dan
makna, sehingga tari dalam Angklung Landung merupakan satu kesatuan
satu jiwa dalam kebersamaan.
Sanggar Seni Putra Pajajaran adalah sebuah sanggar yang dipimpin
oleh Bapak Apep Suherlan dimana tempat lahirnya kesenian Angklung
Landung
Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
adalah suatu wilayah yang kaya akan keseniannya dan lokasi Sanggar Seni
Putra Pajajaran berada.
Berdasarkan paparan yang diatas peneliti menyimpulkan bahwa yang
akan dibahas dalam penelitian ini yaitu tari yang terdapat dalam kesenian
Angklung Landung yang terdapat di Sanggar Seni Putra Pajajaran pimpinan
Bapak Apep Suherlan di Desa Margaluyu Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan
metode pengumpulan data, selain itu instrumen penelitian merupakan
sesuatu yang amat penting dan strategi kedudukannya di dalam keseluruhan
kegiatan penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan
bahan penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti adalah yang menjadi instrumen atau alat penelitian, seperti yang
diungkapkan Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:223), sebagai berikut.
37
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Pernyataan di atas telah jelas bahwa dalam penelitian kualitatif pada
awalnya permasalah belum jelas dan pasti, maka peneliti sendiri yang
menjadi instrumen. Maka dari itu peneliti harus mengumpulkan data dan
mencari tahu kebenaran permasalahan yang ada di lapangan. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya :
a. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini disusun ke dalam beberapa bagian yakni
pedoman observasi untuk meninjau atau mengamati langsung ke lokasi
penelitian.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan peneliti diantaranya :
1. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara tatap
muka. Dalam cara ini pewawancara langsung bertatap muka dengan
pihak yang di wawancara.
2. Wawancara tidak langsung. Wawancara yang dilakukan bukan secara
tatap muka melainkan melalui saluran komunikasi jarak jauh,
misalnya melalui telefon, radio dan sebagainya.
3. Wawancara berstandar adalah wawancara yang direncanakan
berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
lebih dulu.
4. Wawancara tidak berstandar adalah wawancara yang tidak di
rencanakan berdasarkan pedoman atau daftar pertanyaan yang telah
38
c. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi ini berupa foto, video, perekam suara yang
digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan wawancara dengan
narasumber dan pada saat pengambilan video.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang dipergunakan harus dilihat dan
diteliti secara langsung dengan pengumpulan data yang dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian, seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:224) yaitu :
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Untuk itu, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara observasi, wawancara, studi dokumen, dan studi literatur.
a. Observasi
Observasi menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012:226)
mengungkapkan bahwa :
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat di observasi dengan jelas.
Pernyataan di atas jelas mengungkapkan bahwa mengadakan
observasi sangat penting untuk dapat memperoleh data-data dan
gambaran yang lebih jelas tentang masalah-masalah yang akan diteliti,
penulis dalam penelitian ini melakukan pengamatan langsung terhadap
objek-objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini observasi
dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan
39
dilakukan adalah observasi terhadap objek, dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data terhadap hasil wawancara.
Langkah awal observasi tidak langsung mengamati ke lapangan, namun
datang langsung ke tempat dimana kesenian Angklung Landung
diciptakan yaitu Sanggar Putra Pajajaran di Desa Margaluyu
Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
Observasi pertama dilaksanakan pada tanggal 14-Oktober-2012,
peneliti mendatangi Sanggar Seni Putra Pajajaran dan menemui Bapak
Apep Suherlan selaku pimpinan dari Sanggar Seni Putra Pajajaran.
Peneliti meminta izin agar tari dalam kesenian Angklung Landung yang
ada di sanggar tersebut menjadi objek penelitian. Untuk lebih
meyakinkan dan menghindari terjadinya plagiarisme dalam penulisan
skripsi ini, peneliti juga menanyakan terkait sudah atau belum kesenian
Angklung Landung diteliti. Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian untuk
mengumpulkan data dan informasi-informasi dalam permasalahan yang
berhubungan dengan penelitian, yaitu tentang penyajian kesenian
Angklung Landung, penyajian tari dalam Angklung Landung, struktur
gerak tari, tata rias dan busana dalam kesenian Angklung Landung.
Dalam hal ini peneliti secara langsung terjun ke lapangan untuk
mengamati karena dengan observasi langsung di lapangan peneliti akan
lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan dan
menemukan hal-hal yang sedianya tidak terungkap oleh responden
dalam wawancara sehingga memperoleh gambaran terhadap yang di
teliti yaitu kesenian Angklung Landung.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara tatap muka atau tidak, seperti ungkapan
40
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.
Wawancara merupakan langkah awal menemukan permasalahan
yang diteliti dan ingin lebih mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada
narasumber dan orang-orang yang terlibat di dalamnya agar
mendapatkan data yang jelas untuk kepentingan penelitian. Wawancara
dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Selama
berlangsungnya wawancara, peneliti melontarkan beberapa pertanyaan
secara langsung kepada narasumber dengan lisan. Dalam pelaksanaan
wawancara tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, namun
dalam pelaksanaannya lebih bersifat fleksibel.
Wawancara dilakukan pada bulan Oktober 2012, untuk
mendapatkan data tentang objek yang akan diteliti peneliti langsung
berhubungan dengan mewawancarai narasumber yang berkecimpung
langsung dengan objek penelitian, diantaranya:
1. Bapak Apep Suherlan yaitu pencipta Angklung Landung dan
merupakan pimpinan Sanggar Seni Putra Pajajaran, kepada Bapak
Apep Suherlan peneliti lebih menanyakan tentang latar belakang
penciptaan Angklung Landung, penyajian kesenian Angklung
Landung, penyajian tari dalam Angklung Landung, rias, busana dan
aksesoris yang dipakai pemain dan penari laki-laki maupun
perempuan dalam kesenian Angklung Landung.
2. Para pemain dan penari kesenian Angklung Landung, kepada pemain
dan penari kesenian Angklung Landung peneliti bertanya tentang
gerak-gerak tari pada tarian yang ada dalam kesenian Angklung
Landung.
3. Bapak Asep Dinas Budaya dan Pariwisata, peneliti menanyakan
41
c. Studi Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang bisa berbentuk
tulisan, gambar atau sebuah karya. Studi dokumen merupakan
pengkajian terhadap dokumen yang ada seperti sertifikat, surat kabar
dan lain-lain. Banyak alat-alat yang digunakan untuk
pendokumentasian suatu peristiwa, contohnya dalam penelitian. Di
dalam penelitian ini, pendokumentasian menggunakan alat kamera
untuk mengambil foto. Semua data yang diperoleh merupakan data real
sebagai keterangan yang ada dan terkait dengan penelitian. Dengan
pendokumentasian maka hasil penelitian dari observasi dan wawancara
akan lebih akurat dan dapat dipercaya.
d. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tolak ukur dalam menganalisa data
yang diperoleh dalam penelitian. Untuk melengkapi dan menunjang
hasil penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai macam sumber
tertulis yang berupa buku dan jurnal, diantaranya buku Tari Tontonan,
buku Angklung di Jawa Barat sebagai Sebuah Perbandingan, buku
Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat, jurnal Narawati tentang
Performance Studies, penelitian yang dilakukan peneliti juga
berdasarkan studi penelitian terdahulu, dan sumber data yang lainnya
untuk dijadikan referensi yang ada hubungannya dengan objek yang
akan diteliti.
Peneliti melakukan studi literatur yaitu dengan membaca,
mengkaji, dan menghimpun informasi-informasi dari buku-buku yang
berkaitan dan mendukung dengan penelitian agar dapat dijadikan
kerangka acuan atau landasan dalam menganalisis data pada penelitian,
dengan tujuan sebagai bahan perbandingan dan penguatan data yang
42
F. Analisis Data
Dalam menentukan kebenaran informasi penelitian, selanjutnya
peneliti melakukan analisis data. Analisis data merupakan upaya mengolah
data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut
dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab
masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, seperti yang
diungkapkan Bogdan (Sugiyono, 2012:244), sebagai berikut.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memiliki mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Pada proses analisis data, peneliti melakukan analisis data sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Sebelum memasuki lapangan peneliti mencari daerah yang masih kental
akan budaya dimana di dalamnya terdapat tari atau kesenian tradisional dan
masih digemari oleh penikmatnya untuk dijadikan objek penelitian. Peneliti
pun menemukan daerah yang dimaksud yaitu Desa Margaluyu Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya dimana di sana terdapat Sanggar Seni
Putra Pajajaran dan peneliti memutuskan untuk mengambil kesenian
Angklung Landung dimana di dalamnya terdapat tari-tarian yang dapat
dijadikan objek penelitian.
Peneliti melakukan wawancara untuk pengumpulan data, pada saat
wawancara peneliti langsung menganalisis terhadap jawaban-jawaban dari
hasil wawancara dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang
berkaitan sampai pada tahap tertentu untuk mendapatkan data yang lebih
memuaskan.
Pada teknik analisis data peneliti menggunakan metode Milles dan
Huberman yang terdapat dalam Sugiyono (2012:246). Adapun aktivitas
43
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data berikutnya.
Setelah peneliti mengumpulkan data atau mengkaji data dari
berbagai sumber yang mendukung pada penelitian, proses selanjutnya
yaitu menganalisis atau mengolah data. Data yang diperoleh peneliti
dari hasil penelitian cukup banyak tentang latar belakang kesenian
Angklung Landung, penyajian kesenian Angklung Landung, stuktur
penyajian tari dalam Angklung Landung, gerak tari, tata rias dan busana
dalam kesenian Angklung Landung yang telah dicatat secara terperinci.
Kemudian peneliti melakukan reduksi data yaitu merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dengan
mereduksi data akan memberikan kemudahan kepada peneliti dalam
pengumpulan data.
2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data, maka peneliti melanjutkan ke
langkah selanjutnya yaitu penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan lain-lain. Dengan penyajian
data secara jelas dan singkat akan memudahkan dalam memahami
aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan apa yang terjadi serta
dapat melaksanakan kerja selanjutnya.
3. Kesimpulan
Langkah selanjutnya yaitu menarik kesimpulan. Dengan menarik
kesimpulan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak
awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
44
G. Langkah-Langkah Penelitian
a. Pra Penelitian
1. Survei
Pertama yang dilakukan peneliti yaitu survei, survei
dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Kegiatan survei dilakukan
untuk melihat beberapa objek dan menentukan objek yang akan
diteliti. Setelah survei dilakukan, kemudian peneliti merumuskan
masalah penelitian dan menentukan judul penelitian untuk diajukan
kepada dewan skripsi jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung.
2. Pengajuan Judul
Dengan melihat beberapa objek penelitian di lapangan, peneliti
menemukan beberapa masalah yang akan dijadikan bahan penelitian.
Setelah merumuskan masalah penelitian dan judul penelitian, pada
bulan November 2012 peneliti menyerahkan tiga judul penelitian
kepada dewan skripsi jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung.
Judul-judul yang diberikan kemudian diseleksi untuk ditentukan
salah satu judul yang tepat untuk diteliti. Akhirnya judul yang
terpilih dan dapat diangkat untuk pelaksanaan penelitian lebih lanjut
yaitu Tari Dalam Kesenian Angklung Landung Di Desa
Margaluyu Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.
3. Pembuatan Proposal Penelitian
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah penentuan
judul yaitu pembuatan proposal penelitian. Pembuatan proposal
penelitian adalah salah satu syarat untuk melangkah ke proses
selanjutnya. Dalam pembuatan proposal, peneliti sebelumnya
melakukan orientasi lapangan untuk mengumpulkan bahan
pembuatan proposal.
4. Sidang Proposal
Sidang proposal dilaksanakan pada bulan November 2012.
Sidang proposal merupakan tahap awal pengujian terhadap judul
45
peneliti banyak mendapat saran-saran dari para penguji untuk
melakukan perbaikan dalam fokus penelitian.
5. Revisi Proposal
Setelah sidang proposal, kegiatan berikutnya yaitu merevisi
proposal. Dalam merevisi proposal peneliti tidak sembarangan,
namun peneliti melakukan bimbingan terlebih dahulu kepada
pembimbing yang sudah ditetapkan oleh dewan skripsi yaitu
pembimbing I Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M.Hum dan pembimbing
II Agus Budiman M. Pd.
6. Menentukan Istrumen Penelitian
Kegiatan yang terakhir adalah menentukan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian hal yang sangat penting dalam
penelitian. Instrumen penelitian disusun dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan yang ditemukan.
b. Pengajuan Izin Penelitian
Setelah proposal disetujui dan disahkan oleh pembimbing I dan
pembimbing II serta diketahui oleh Ketua Jurusan Pendidikan Seni
Tari, peneliti melakukan penelitian lanjut terhadap objek yang akan
diteliti. Penelitian ini memerlukan surat izin, surat izin penelitian
diajukan kepada Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari kemudian
diajukan kembali kepada Dekan FPBS UPI.
c. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai ketentuan-ketentuan
sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data yang diperoleh secara langsung
selama kurang lebih tiga bulan merupakan proses awal yang
46
2. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data, dengan
cara menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi di lapangan.
3. Meringkas Data
Kegiatan meringkas data ini meliputi penyeleksian,
pengklasifikasian, mentransformasikan data mentah yang diperoleh
di lapangan ke dalam bentuk tulisan. Data mentah itu kemudian
diseleksi dan diklasifikasikan berdasarkan aspek permasalahan
yang telah diungkapkan.
d. Penyusunan Laporan
Kegiatan akhir dalam penelitian ini adalah menyusun data dalam
bentuk laporan. Untuk kesempurnaan laporan, peneliti melakukan
bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II yang telah
ditentukan oleh dewan skripsi. Pembimbing I dan pembimbing II
merefisi dan mengoreksi laporan yang telah disusun peneliti. Setelah
pembimbing menganggap laporan tersebut layak untuk dipertanggung
jawabkan, baru kemudian peneliti menggandakannya untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesenian Angklung Landung merupakan kesenian hasil inovasi,
kreativitas serta pengembangan penciptanya dari kesenian Angklung
Buncis, dengan maksud untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian
tradisional agar lebih menarik serta menambah khasanah kesenian
tradisional sekaligus dijadikan kesenian yang berasal dari Kabupaten
Tasikmalaya. Pengembangan tersebut diterapkan pada semua unsur yang
terdapat dalam kesenian Angklung Landung.
Kesenian Angklung Landung menerapkan konsep arak-arakan yang diperbesar, diperbanyak dan dibuat lebih semarak. Konsep “diperbesar” yaitu terdapat pada bentuk angklung yang dibuat besar dan tinggi,
angklung Landung yang dibuat tinggi dan angklung betot dibuat tinggi dan besar, sedangkan konsep “diperbanyak” terdapat pada jumlah pemain kesenian Angklung Landung yang banyak, jumlah waditra yang diperkaya,
dan penambahan tiga tarian di dalamnya. Untuk menyemarakan penyajian
arak-arakan kesenian Angklung Landung menerapkan konsep warna pada
busana yang digunakan yaitu menggunakan berbagai macam warna yang
cerah, selain itu penggunaan aksesoris dan berbagai iket yang
berbeda-beda semua itu agar unsur tradisionalnya lebih kental serta supaya lebih
semarak dan meriah.
Kehadiran Tari Kuda Lumping, Tari Kipas dan Tari Angklung dalam
kesenian Angklung Landung merupakan bagian penting karena merupakan
bagian unsur pendukung yang dominan dalam kesenian tersebut serta
untuk menyeimbangkan penampilan agar tidak hanya mendengarkan
alunan musik (audio) saja tetapi juga menambah unsur visual yaitu dengan
118
B. Saran
Kelangsungan hidup dari kesenian Angklung Landung sangat
penting demi kelestarian kesenian tradisional angklung di Jawa Barat
khususnya di Kabupaten Tasikmalaya sehingga mempunyai kesejarahan
yang panjang. Hal tersebut memerlukan upaya yang serius dari berbagai
pihak baik seniman, masyarakat, maupun pemerintah setempat, maka
peneliti memberikan beberapa saran sebagai motivasi kepada pihak-pihak
terkait, sebagai berikut.
1. Para Pelaku Kesenian Angklung Landung
Peneliti menyarankan kepada para pelaku kesenian Angklung Landung
untuk tetap menjaga kelestarian kesenian ini agar lebih berkembang dan
tetap diminati pencintanya, selain itu diharapkan adanya upaya
pewarisan atau regenerasi kepada generasi muda agar timbul rasa cinta
sejak dini kepada kesenian tradisional, juga agar kesenian Angklung
Landung tidak sampai punah dimasa yang akan datang.
2. Masyarakat
Pengembangan dan pelestarian kesenian Angklung Landung akan
berjalan apabila ada dukungan masyarakat luas khususnya masyarakat
Desa Margaluyu Manonjaya Tasikmalaya, caranya dengan masyarakat
menjaga, ikut andil dan berperan serta dalam kesenian Angklung
Landung.
3. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya
Peneliti mengharapkan adanya perhatian dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata untuk lebih mengelola kesenian yang ada di Kabupaten
Tasikmalaya dan lebih memperhatikan keberadaan dan memberikan
fasilitas para seniman agar kesenian khususnya kesenian Angklung
Landung tetap bertahan.
4. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya
Pemerintah disarankan lebih banyak memprogramkan
kegiatan-kegiatan yang berupa festival kesenian, pembenahan sarana kesenian,
119
seniman maupun sanggar yang banyak menciptakan kesenian agar
kesenian tradisional tetap berkembang mengingat Sanggar Seni Putra
Pajajaran yang banyak menciptakan kesenian dan banyak
mengharumkan nama Kabupaten Tasikmalaya belum mempunyai
tempat yang layak untuk menyimpan hasil-hasil karyanya.
5. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI
Dengan adanya laporan penelitian ini, disarankan agar para mahasiswa
untuk berapresiasi mengenal dan mengetahui tentang keberadaan
kesenian tradisional yang ada di daerah-daerah sebagai pelestarian
budaya bangsa, dimana mahasiswa nantinya akan terjun ke masyarakat
sebagai seorang pendidik di masyarakat.
6. Dunia Pendidikan Seni
Kesenian Angklung Landung dapat dijadikan salah satu kompetensi
dalam pembelajaran seni budaya dan dapat dikategorikan ke dalam
salah satu jenis angklung yang ada di Jawa Barat dan keberadaannya
120
DAFTAR PUSTAKA
Masunah, Juju. (2003). Angklung di Jawa Barat Sebuah Perbandingan. Bandung : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional. UPI
Wiramihardja. Obby. A.B. (2010). Panduan Bermain Angklung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan. Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Partiwisata. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Katalog Dalam Terbitan.
Soedarsono. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Narawati, Tati. (2003). Wajah Tari Sunda Dari Masa Ke Masa. Bandung : P4ST UPI
Narawati,T.(2003). “Performance Studies”. Jurnal Panggung. Bandung
Sumaryono dan Suanda. (2006). Tari Tontonan. Jakarta. Lembaga Pndidikan Seni Nusantara
Sediawati, Edi. (1984): TARI. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya
Caturwati, Endang. (2007). Tari di Tatar Sunda. Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan
Kussudiardjo, Bagong. (1981). Tentang Tari. Yogyakarta: Nur Cahaya
Caturwati, Endang. (1996). Rias dan Busana Tari Sunda. Bandung : STSI Press
Rosala. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press
Sumardjo. Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA
121
http://bandung.panduanwisata.com/musik-angklung-kesenian-tradisional-khas-jawa-barat/
http://kaktusdance.blogspot.com/2010/11/tari-dalam-kehidupan-manusia.html
http://www.scribd.com/doc/40137431/Tari-Dalam-Kehidupan-Manusia
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tasikmalaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari#1._Jenis_tari_Berdasarkan_Koreografinya
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_rakyat
http://kobongsastracipasung.blogspot.com/2010/12/seni-marawis.html