• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku WPS Remaja Mengenai Infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku WPS Remaja Mengenai Infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iv ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU WPS REMAJA MENGENAI INFEKSI HIV/AIDS DI KLINIK X BANDUNG

Richard Sejahtera S. M., 2016; Pembimbing I : Dr. Oeij Anindita Adhika, dr., MKes Pembimbing II : Cindra Paskaria, dr., MKM

Latar Belakang jumlah kasus baru HIV di Indonesia selama JanuarI-Maret 2015 adalah 7.212 kasus, dengan jumlah remaja yang terinfeksi 18,4%. Kecenderungan infeksi HIV pada kelompok wanita pekerja seks (WPS) terus mengalami peningkatan, sehingga diperlukan upaya untuk pencegahan penyebaran infeksi ini. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku remaja. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, diharapkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas, sehingga sikap dan perilaku lebih baik.

Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS.

Metode Penelitian Survei analitik dengan desain cross sectional. Data diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Mann-whitney (α=0,05) untuk mengetahui perbedaan terhadap skor pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai infeksi HIV/AIDS antara kelompok tingkat pendidikan SMA dan SMP ke bawah.

Hasil analisis statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan (p=0,334), tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap (p=0,350), dan tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan perilaku (p=0,441). Simpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat pendidikan dan sikap, serta tingkat pendidikan dan perilaku

Kata Kunci : Infeksi HIV/AIDS, Remaja, Tingkat pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Perilaku

(2)

v

ABSTRACT

Relations Between Level Of Education Towards Knowledge, Attitude, and Behavior Of Adolescent Female Sex Workers On HIV/AIDS Infection In Clinic X Bandung

Richard Sejahtera S. M., 2016; Tutor : Dr. Oeij Anindita Adhika, dr., MKes ��Tutor : Cindra Paskaria, dr., MKM

Background The number of new HIV cases during January- March 2015 is 7.212 cases, with 18.4% of adolescents infected. Trends in HIV infection in the group of female sex workers is constantly increasing. The increasing incidence of HIV / AIDS among adolescent female sex workers, efforts to prevent the spread of this infection needs to be done. It is highly influenced by the knowledge, attitudes and behavior of adolescents. One of the factors that influence the level of education, with higher levels of education will have a wider knowledge, so that the attitudes and behavior for the better.

Objectives To understand the relations between level of education towards knowledge, attitude, and behavior of adolescent female sex workers on HIV/AIDS infection.

Methods This study is an analytical survey using questionnaire with cross sectional design. The data was analyzed with Mann-Whitney (α=0,05) that aims to determine whether there is a difference between the two groups, which in this study is the difference between high school education and junior high school downwards on adolescent female sex workers against a score of knowledge, attitude and behavior regarding HIV / AIDS. Results The results of statistical analysis had shown that there weren’t differences in relation between level of education towards knowledge (p=0,334), attitude (p=0,350), and behaviour (p=0,441).

Conclusion There weren’t differences in relation between level of education towards knowledge, attitude, and behaviour.

Keywords: HIV/AIDS Infection, Adolescent, Level of education, Knowledge, Attitudes,

Behaviour

(3)

viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Human Immunodefiency Virus (HIV)... 6

2.2 Struktur Virus HIV ... 6

2.3 Definisi Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) ... 7

2.4 Siklus Replikasi HIV-1 ... 7

2.5 Epidemiologi Infeksi HIV/AIDS ... 9

2.6 Faktor Risiko ... 10

2.7 Stadium Klinis Infeksi HIV/AIDS Menurut WHO ... 11

2.8 Pengetahuan ... 13

2.9 Sikap ... 14

2.10 Perilaku ... 15

2.11 Definisi Remaja ... 16

(4)

ix

2.12 Ciri-ciri Remaja ... 16

2.14 Definisi WPS (Wanita Pekerja Seks) ... 19

2.15 Klasifikasi Wanita Pekerja Seks ... 19

2.16 Faktor Penyebab Terjerumusnya Wanita Menjadi PSK (Pekerja Seks Komersil) ... 20

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Instrumen Penelitian ... 22

3.2 Subjek Penelitian ... 22

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

3.4 Metode Penelitian ... 22

3.9 Aspek Etik Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Hasil ... 27

4.1.1 Identitas Responden ... 27

4.1.2 Pengetahuan ... 28

4.1.3 Sikap ... 30

4.1.4 Perilaku ... 32

4.1.5 Rerata Skor Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku WPS Remaja Mengenai Infeksi HIV/AIDS ... 34

4.2 Pembahasan ... 36

4.2.1 Pengetahuan ... 36

4.2.2 Sikap ... 38

4.2.3 Perilaku ... 39

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 40

(5)

x

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Simpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45

RIWAYAT HIDUP ... 58

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Usia 27

4.2 Distribusi Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan 27

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja . 28

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi 28

4.5 Pengetahuan WPS Remaja Terhadap Infeksi HIV/AIDS 29

4.6 Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Pengetahuan 29

4.7 Sikap WPS Remaja Terhadap Infeksi HIV/AIDS 30

4.8 Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Sikap 30

4.9 Perilaku WPS Remaja Terhadap Infeksi HIV/AIDS 32

4.10 Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Perilaku . 33

4.11 Rerata Skor Pengetahuan WPS Remaja pada Masing-masing Kelompok . 34

4.12 Rerata Skor Sikap WPS Remaja pada Masing-masing Kelompok 35

4.13 Rerata Skor Perilaku WPS Remaja pada Masing-masing Kelompok . 36

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Partikel Virus HIV 6

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuosioner Penelitian ... 45

2 Informed Consent ... 49

3 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 50

4 Surat Keterangan Telah Penelitian ... 51

5 Hasil Kuosioner Tingkat Pengetahuan Responden ... 52

6 Hasil Kuosioner Sikap Responden ... 53

7 Hasil Kuosioner Perilaku Responden ... 54

8 Hasil Uji Mann-Whitney Tingkat Pengetahuan ... 55

9 Hasil Uji Mann-Whitney Sikap ... 56

10 Hasil Uji Mann-Whitney Perilaku ... 57

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis (Kumar et al., 2007).

Menurut data WHO tahun 2012, ada sekitar 2,1 juta remaja yang hidup dengan HIV. Sepertujuh dari semua kasus HIV baru, terjadi selama masa remaja (WHO, 2012). Dalam laporan Kementrian Kesehatan per Maret 2015, dilaporkan jumlah kasus baru HIV selama Januari sampai dengan Maret 2015 adalah 7.212 kasus, dengan jumlah remaja yang terinfeksi 18,4%. Sementara itu, jumlah kasus AIDS adalah 595 kasus dengan jumlah remaja terinfeksi AIDS 2,4% (Kemenkes RI, 2015).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen PP & PL) melaporkan bahwa provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke-empat jumlah kasus HIV terbanyak di Indonesia setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Papua, yaitu dengan jumlah kasus HIV 18.727. Provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke-enam kasus AIDS terbanyak di Indonesia setelah Jawa Timur, Papua, DKI Jakarta, Bali, Jawa Tengah dengan jumlah kasus AIDS 4.919 (Ditjen PP & PL, 2016).

Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69.7%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16.6%), dan kelompok umur ≥ 50 tahun (7.2%) (Ditjen PP & PL, 2016). Berdasarkan data yang dihimpun mitra Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) selama periode Juli 2011 hingga Maret 2012, bahwa 30 persen dari 20.000 wanita pekerja seks berusia dibawah 24 tahun (PKBI, 2014).

Wanita pekerja seks (WPS) adalah suatu pekerjaan di mana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan

(10)

2

uang. Sebelum istilah WPS diperkenalkan, dahulu istilah yang dikenal adalah pelacur. Sejarah panjang pelacuran secara tidak terelakkan menimbulkan hubungan sosial yang beragam dan tidak konsisten di tempat pelacuran itu berlangsung (Widyastuti, 2009). Jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) pada kelompok WPS di Indonesia tahun 2016 sebesar 16.710 orang, jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 16.373 orang (Ditjen PP & PL, 2016).

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO,2014).

Remaja adalah masa depan bangsa yang berperan dalam melanjutkan pembangunan. Jumlah remaja yang besar, merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat berharga apabila dibina dengan baik. Sebaliknya, potensi yang besar tersebut bila tidak dibina dengan baik akan menimbulkan berbagai persoalan serius antara lain penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, kehamilan yang tidak diinginkan dan permasalahan lainnya yang amat berpengaruh terhadap kesiapan remaja untuk menyongsong masa depan (Permata, 2003).

Hendrik Blum (1974) dalam konsepnya menggambarkan bahwa status kesehatan seseorang atau suatu komunitas masyarakat, merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor, antara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Blum MD. Hendrik L, 1974).

Pada dekade abad ke 20, penduduk Indonesia memiliki ciri-ciri usia muda dengan rata-rata tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Hal ini dapat

(11)

3

dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dilaporkan setiap tahun oleh WHO. Pada tahun 2009 Indonesia menduduki urutan nomor 111 dari 182 bangsa-bangsa di dunia (WHO, 2009).

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya (Wied Hary A., 1996).

Dengan meningkatnya angka kejadian HIV/AIDS di kalangan WPS remaja maka upaya untuk pencegahan penyebaran infeksi ini perlu terus dilakukan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku remaja. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan, diharapkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengadakan penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan WPS remaja

mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

2. Adakah hubungan tingkat pendidikan dengan sikap WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

3. Adakah hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung

(12)

4 1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat akademis penelitian karya tulis ilmiah ini adalah menyajikan dan memperkaya data epidemiologi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di klinik X Bandung.

Manfaat praktis penelitian ini adalah menambah wawasan masyarakat tentang pengetahuan, sikap dan perilaku WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS, sehingga masyarakat dapat berkontribusi dalam upaya pencegahan penyakit ini.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan, penyakit ini juga memiliki “Window periode” dan fase asimtomatik yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan pola perkembangan seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena) (Depkes RI, 2006).

Hasil Survei Demografi & Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak diterima remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai

(13)

5

HIV/AIDS. Tempat pelayanan mengenai kesehatan reproduksi remaja juga belum banyak diketahui oleh remaja. (Kemenkes RI, 2015)

Pada tahun 2011, sepertiga perempuan pekerja seks menyatakan tidak menggunakan kondom dengan pelanggan terakhir mereka. Terdapat kurang dari setengah pengguna narkoba suntik (41%) yang secara konsisten menggunakan kondom dengan pasangan tidak tetap. Kira-kira 39% laki-laki pelanggan perempuan pekerja seks tidak menggunakan kondom dalam hubungan seksual komersial terakhir mereka. (Unicef Indonesia, 2012).

Pencegahan akan infeksi HIV/AIDS adalah tanggung jawab tiap individu, faktor pengetahuan sangat berperan dalam hal ini yang diperoleh melalui pendidikan Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi, memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku akan pencegahan HIV/AIDS yang baik (Murni et al. 2003).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah

1. Terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

3. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku WPS remaja mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung.

(14)

41 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja WPS mengenai infeksi HIV/AIDS di Klinik X Bandung, didapatkan hasil :

 Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan.  Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sikap.

 Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan perilaku.

5.2 Saran

 Jumlah responden penelitian perlu ditambah sehingga hasil perhitungan statistik lebih signifikan.

 Penelitian dapat dilengkapi dengan data hasil pemeriksaan HIV, sehingga dapat dihubungkan antara perilaku WPS remaja terhadap hasil pemeriksaan HIV.  Bagi pendidik di sekolah dapat lebih memperhatikan pendidikan kesehatan

siswa-siswi dan tetap memberikan informasi mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi.

 Bagi petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan pada kelompok WPS mengenaikinfeksi HIV/AIDS, khususnya mengenai perbedaan antara HIV dan AIDS, gejala yang ditimbulkan, cara penularan dan cara pencegahan infeksi HIV/AIDS.

 Meningkatkan sumber informasi mengenai HIV/AIDS khususnya media yang mudah terjangkau seperti TV/Radio/internet.

(15)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU WPS

REMAJA MENGENAI INFEKSI HIV/AIDS

DI KLINIK X BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RICHARD SEJAHTERA SEMBIRING MELIALA

1310204

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(16)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang begitu besar kepada saya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku WPS Remaja Terhadap Infeksi HIV/AIDS Di Klinik X Bandung” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.) di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Dalam pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini banyak dijumpai kesulitan dan hambatan, tetapi dengan bantuan berbagai pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan, oleh karena itu saya mengucapkan teruma kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Oeij Anindita Adhika, dr., MKes., selaku pembimbing utama Karya Tulis Ilmiah ini atas segala dukungan, kesediaan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, solusi, kesabaran dan dukungan moral dalam menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Cindra Paskaria, dr., MKM, selaku pembimbing kedua Karya Tulis Ilmiah ini atas segala dukungan, kesediaan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, solusi, kesabaran dan dukungan moral dalam menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ronald Jonathan, dr., Msc., DTM & H, selaku pembimbing pendamping Karya Tulis Ilmiah ini atas segala dukungan, kesediaan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, solusi, kesabaran dan dukungan moral dalam menyelesaikan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dra. Nunuk Kusniati, S.Psi yang telah membantu dalam proses pengambilan data.

(17)

vii

dukungan baik daya, dana dan juga doa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Felicia Kusuma, Burky Susanto, Elryc Phangestu, Fuji Mentari Ginting, Maria Pyrhadistya, Cindy Nanda, Vanny Febriana serta seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membaca dan bagi perkembangan ilmu kedokteran.

Bandung, November 2016

(18)

42

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S. 2007. Sikap Manusia Teori & Pengukurannya, edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Blum, Hendrik L. 1974. Planning for Health, Development and Aplication of Social Changes Theory. New York: Human Sciences Press.

Carroll, K. C., Morse, S. A., Mietzner, T., & Miller, S. (2015). Jawetz, Melnick & Adelbergs Medical Microbiology (27th ed.). USA: Mc Graw Hill.

Chandra, Rudi. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks Komersial Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2012. Medan

Cowan, M. K. 2012. Microbiology : A Systems Approach (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Depkes RI. 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006. 1-64.

Ditjen PP & PL Kemenkes RI. 2016. Laporan Perkembangan HIV-AIDS di Indonesia, Triwulan I tahun 2016. Jakarta : Yayasan Spiritia

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Holmes KK, Mardh P-A, Sparling PF, Wiesner PJ, Cates W Jr., Lemon SM, dan Stamm WE (Eds.). 2008. Sexually Transmitted Diseases, 2nd Ed., Mc Graw-Hill Inc., hal. 305 – 353

Kemenkes RI. 2015. Final Laporan HIV AIDS TW 1 2015. Laporan Situasi Perkembangan HIV&AIDS di Indonesia Tahun 2015, 1-103.

Kalina O et al. 2009. Psychological and Behavioural Factors Associated with Sexual Risk Behaviour Among Slovak Students. BMC Public Health Journal Vol.9 No.15.

Kemenkes RI. 2015. Infodatin Reproduksi Remaja. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja, 1-8.

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional 2007. Strategi Nasional (Stranas) penanggulangan HIV dan AIDS 2007 – 2010.

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. 2003. Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2003–2007, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

(19)

43

Kompas. 2010. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Harian Kompas. 10 Agustus 2010.

Kumar, V., Cotran, R., & Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi (Edisi 7). Jakarta: EGC.

Maya, Mia. 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Kelompok Risiko Tinggi Tentang HIV-AIDS Di Kota Bandung Periode Tahun 2014. Bandung

Murni, S. et al., 2003. Hidup dengan HIV/AIDS. Seri Buku Kecil. Jakarta: Yayasan Spiritia

Naswa, S. & Marfatia, Y.S., 2010. Adolescent HIV/AIDS: Issues and challenges. Indian journal of sexually transmitted diseases, 31(1), pp.1–10.

Notoadmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Permata, S.P., 2003. Pengetahuan dan sikap remaja terhadap kesehatan

reproduksi, kehamilan dan keluarga berencana. Jurnal Penelitian UNIB, IX(2), pp.109–114.

PKBI Jabar. 2012. Survey PKBI Jabar Tentang Insidensi Usia WPS Kota Bandung.

Sihombing, G. 2015. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Menjadi Pekerja Seks Komersial di Kota Medan. Social Welfare.

Situmorang, A., 2003. Adolescent Reproductive Health in Indonesia Consultancy report by. Reproductive Health, (September).

Spiritia. 2014. Diunduh pada 12 September 2016. Diunduh dari http://www.spiritia.or.id

Subadara, I Nengah. 2007. Bali Tourism Watch : Keberadaan Pekerja Seks Komersial sebagai dampak negatif Pariwisata di Bali.

Suhud, Reiza Freidhea. 2013. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2013. Medan

Unicef indonesia, 2012. Respon terhadap HIV & AIDS. , pp.1–6. Available at: http://www.unicef.org/indonesia/id/A4_-_B_Ringkasan_Kajian_HIV.pdf Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Wied, Hary., A ; 1996. 1997. Faktor- faktor Kekebalan di dalam Air Susu Ibu. Dalam: ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta: EGC

(20)

44

WHO. 2007. WHO Case Definitions Of HIV For Surveilance And Revise Clinical Staging And Immunological Classification of HIV-Related Disease In Adults Abd Children.

WHO. 2012. The World Health Report 2012.

http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2012/en WHO. 2014. Retrieved October 11, 2016, from World health statistics 2014:

who.int/iris/bitstream/10665/112738/1/9789240692671_eng.pdf WHO. 2015. Global Epidemic and Health Care Response.

Gambar

Tabel
Gambar

Referensi

Dokumen terkait

LAKIP Badan Pember dayaan Masyar akat Dan Pemer intahan Desa (BPMPD) Page 21 Dengan melihat prosentasi pengukuran kinerja kegiatan yang ada pada tabel diatas, maka

13 Selanjutnya secara yuridis pengertian korban yang terdapat didalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi dan Bantuan

Perancangan layout yang dibuat pada Sistem Informasi Katalog Online Hotel Harmony Pameungpeuk Garut dapat digambarkan dengan story board sebagai berikut :. Gambar 5

Jadi dari hasil analisis frekuensi pembagian kerja dapat diartikan semakin cepat dilakukan pembagian kerja tentang pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian maka

Lisan adalah berkomunikasi.. dengan menggunakan alat yang menghasilkan suara berbahasa lisan diantaranya telepon. Komunikasi lisan langsung artinya komunikasi terjadi antara

[r]

Disertasi Relasi BPD-Kepala Desa : Kajian Relasi ..... ADLN - Perpustakaan

While the Hough Transform is used to detect objects defined with few parameters such as lines or planes, the GHT transforms the shape detection problem into a