• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA IJIME DALAM NOVEL MAJUTSU WA SASAYAKU KARYA MIYABE MIYUKI; TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FENOMENA IJIME DALAM NOVEL MAJUTSU WA SASAYAKU KARYA MIYABE MIYUKI; TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FENOMENA

IJIME

DALAM NOVEL

MAJUTSU WA

SASAYAKU

KARYA MIYABE MIYUKI; TINJAUAN

SOSIOLOGI SASTRA

Oleh:

NENSY FINEZA RUSSILIN

Bp. 0910752020

JURUSAN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(2)

v

ABSTRAK

FENOMENA

IJIME

DALAM NOVEL

MAJUTSU WA SASAYAKU

KARYA MIYABE MIYUKI;

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

Kata kunci : ijime, kondisi sosial jepang, sosiologi sastra, majutsu wa sasayaku.

Ijime adalah sebuah tindakan yang dilakukan secara bersama dalam sebuah kelompok siswa yang bertujuan untuk mempermalukan atau menyiksa siswa tertentu secara psikologi atau mental, secara verbal, ataupun secara fisik. Di Jepang, tidak jarang kasus ijime berakhir dengan kematian. Penelitian ini membahas fenomena ijime yang terjadi dalam novel Majutsu Wa Sasayaku yang menggunakan latar waktu tahun 1980-an.

Topik pada penelitian ini membahas tentang ijime yang terjadi di Jepang, maka dari itu penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra, karena sosiologi sastra merupakan cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif, melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, sedangkan untuk menjawab permasalahan penelitian penulis menggunakan teori Ian Watt mengenai sastra sebagai cerminan kondisi sosial budaya masyarakat.

(3)

vi

ABSTRACT

IJIME

PHENOMENON IN NOVEL

’S

MAJUTSU WA SASAYAKU

WRITTEN BY MIYABE MIYUKI; SOCIOLOGY LITERATURE

Keywords: ijime, social condition of japan, sociology of literature, majutsu wa sasayaku.

Ijime is an behaviour in a group of students, do something together intended to humiliate or torture to other student in psychology or mental, verbal, or physical. In Japan, it is not uncommon ijime cases end in death. In this research, the issues raised are ijime phenomena in novel’sMajutsu wa Sasayaku in 1980s.

Topics on this research, discussed about ijime that occurred in Japan, therefore the writer uses sociology of literature approach, because sociology of literature is a branch of literary research is reflective and see literature as a mirror of people's lives. The method used is descriptive method of analysis. Meanwhile, to answer the research problem uses the theory of Ian Watt about the literature as a reflection of social and cultural conditions.

Conclusion of this research suggests that ijime phenomena in novel’s Majutsu wa Sasayaku in 1980s as a reflection of real ijime condition in Japan. ijime found in the novel are ijime physically, socially, and verbal. While ijime cyber (electronic) not found.

(4)

vii 概要

宮部 ゆ 魔術 ささやく いう書 小説 い

現象を文学 社会学 アプローチ 使用 い

キーワード い 日本 社会的情勢 文学 社会学 魔術 ささやく

今 日本 学校教育 様々 問題を抱え い い 校内暴力 登校

拒否そ 自殺 こ 研究 い 関 宮部 ゆ 魔術 ささや

く いう書 小説 中 東京 高校 起こ い を調べ い 研

究 調べ 結果 年代 こ 問題 深刻化 を知

こ 研究 日本 社会的 関 影響 あ 文学 社会学

アプローチを使用 い そ 魔術 ささやく いう小説 中 理論

Ian Watt 述べ う 状況 態様 アプローチ 公式や非公式 方法を使

用 い

調べ 結果 上 次 う を書 い い

年代 深刻化 く耳 日本 学校教育 管理主義

的 いう意見 こ 小説 内容 様々 い を抱

え い 物理的 社交的 脅迫的い い 現在

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya

adalah suatu media yang menggunakan bahasa untuk mengungkapkan

pandangannya terhadap lingkungan sosial yang berada disekitarnya. Menurut

Damono (1978:1) karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati,

dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota

masyarakat, ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang

menggunakan bahasa sebagai medium, dan bahasa itu merupakan ciptaan sosial.

Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu

kenyataan sosial. Kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan

orang-orang, antar manusia, dan antar manusia yang terjadi dalam batin seseorang.

Bagaimanapun juga peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang

sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang

lain dan masyarakat. Begitu juga dengan yang dikatakan oleh Semi (1993:8)

bahwa karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

mediumnya.

Novel termasuk salah satu karya sastra yang secara kompleks

menceritakan tentang kehidupan manusia. Abrams (dalam Atzamaki, 2005:40)

menyatakan bahwa novel lebih ditandai oleh kefiksiannya yang berusaha

(6)

2 terjadi dalam struktur kelas sosial yang berkembang ke arah lebih tinggi, interaksi

dengan beberapa karakter lain, berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Ratna

(2004:335) juga menyatakan bahwa novel yang merupakan salah satu karya sastra

dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial.

Jepang merupakan salah satu negara yang menghasilkan banyak karya

sastra dan dikenal di dunia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya novel hasil

karya sastra Jepang yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan juga

memiliki banyak peminat, termasuk novel-novel karya Miyabe Miyuki. Miyuki

lahir di Tokyo pada 23 Desember 1960, adalah seorang penulis buku laris asal

Jepang. Miyuki menerima sejumlah penghargaan sastra, termasuk penghargaan

tertinggi sastra populer Jepang; Naoki Prize. Selain dikenal sebagai penulis novel

kontemporer Jepang, ia juga dijuluki The Queen of Mistery oleh para

penggemarnya. Buku-bukunya telah diterjemahkan kedalam 15 bahasa, termasuk

Perancis, Denmark, Rusia, Yunani, Jerman, China, dan Korea. Hampir sebagian

besar novelnya diangkat menjadi film layar lebar, maupun serial televisi.

(http://my-mystery-readings.blogspot.com /2013/07/21)

Majutsu Wa Sasayaku (1989) adalah salah satu novel karya Miyuki, sama

seperti kebanyakan novel Jepang lainnya, mengisahkan tentang

fenomena-fenomena yang terjadi dalam masyarakat Jepang. Novel ini menceritakan tentang

kehidupan seorang anak laki-laki bernama Kusaka Mamoru. Saat Mamoru masih

berusia 4 tahun, ayahnya pergi meninggalkan ia dan ibunya setelah menggelapkan

dana masyarakat Hirakawa senilai lima juta yen. Kejadian itu membuat Mamoru

(7)

3 Saat Mamoru berusia 16 tahun, ibunya meninggal dunia. Mamoru pindah

ke Tokyo dan tinggal bersama keluarga bibinya. Mamoru di sekolah barunya

mengalami permulaan buruk dengan salah seorang siswa bernama Miura. Miura

adalah orang yang suka meng-ijime (menindas) siswa lain yang lebih lemah

darinya. Salah satunya korbannya adalah teman sekelas mereka bernama Youichi.

Mamoru tahu mimpi buruknya akan terulang kembali karena telah berurusan

dengan Miura dan kelompoknya. Tak butuh waktu lama bagi Miura untuk

menemukan kelemahan Mamoru. Sejak saat itu, Miura dan kelompoknya mulai

meng-ijime Mamoru.

Taizo, paman Mamoru yang berprofesi sebagai supir taksi, suatu malam

menabrak seorang gadis bernama Yoko. Gadis itu tewas di tempat, Taizo

ditetapkan sebagai tersangka. Taizo bersikeras menyatakan bahwa dirinya tidak

bersalah, namun tidak adanya saksi saat kecelakaan terjadi membuat Taizo

semakin tersudut. Kasus kecelakaan itu membuat Miura semakin bersemangat

untuk meng-ijime Mamoru, bahkan menjebak dan menjadikan Mamoru sebagai

tersangka dalam kasus pencurian uang dana tim basket di sekolah. Kejadian ini

membuat Mamoru terpukul. Dia tidak masuk sekolah (membolos) beberapa hari.

Selama waktu itu, ia memutuskan untuk menemukan bukti yang bisa

membebaskan pamannya dari tuduhan itu dan memulai penyelidikan sendiri. Tak

disangka karena ingin menyelidiki kasus pamannya, Mamoru justru menemukan

suatu fakta, kenyataan yang selama ini tak diketahui siapapun. Kenyataan tentang

ayah kandungnya yang dia benci selama ini.

Salah satu fenomena sosial yang diangkat dalam novel Majutsu Wa

(8)

4 sering diidentikkan dengan bullying, akan tetapi penulis memakai istilah ijime

dalam penelitian ini. Ijime adalah sebuah tindakan yang dilakukan secara bersama

dalam sebuah kelompok siswa yang bertujuan untuk mempermalukan atau

menyiksa pada siswa tertentu secara psikologi atau mental, secara verbal, ataupun

secara fisik (Sugimoto, 2010:137)

Kasus ijime di Negara Jepang mulai menguak sejak pertengahan tahun

1980-an.

Ijime (bullying) has become rampant in school since the mid 1980s, the very time when japan‟s economic performance became the envy of other industrialized nations.

(Sugimoto, 2010:146)

Latar waktu pada novel Majutsu Wa Sasayaku adalah tahun 1980-an,

bertepatan dengan mulai merajalelanya ijime di sekolah-sekolah di Jepang. Hal ini

menarik perhatian penulis untuk meneliti fenomena ijime yang ditampilkan dalam

novel Majutsu Wa Sasayaku karya Miyabe Miyuki sebagai refleksi dari fenomena

ijime yang benar-benar terjadi dalam masyarakat Jepang pada tahun 1980-an.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penulis menetapkan novel

Majutsu Wa Sasayaku sebagai objek penelitian. Judul penelitian ini adalah

“Fenomena Ijime dalam Novel Majutsu Wa Sasayaku Karya Miyabe Miyuki;

Tinjauan Sosiologi Sastra”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalah yang akan

diteliti pada penilitian ini yaitu:

(9)

5 2. Bagaimanakah fenomena ijime dalam novel Majutsu Wa Sasayaku yang

merupakan refleksi dari ijime nyata dalam kehidupan masyarakat

jepang pada tahun 1980-an?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Memaparkan dan menjelaskan bentuk fenomena ijime

2. Memaparkan dan menjelaskan bentuk fenomena ijime yang terjadi

dalam novel Majutsu Wa sebagai refleksi dari ijime yang terjadi di

kehidupan nyata masyarakat jepang pada tahun 1980-an

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Menerapkan ilmu dan teori yang dipelajari dalam menganalisis sebuah

karya sastra

2. Menambah koleksi bacaan, wawasan dan pengetahuan penulis terhadap

sastra dan kebudayaan Jepang.

3. Memperkaya khasanah penelitian sastra di Jurusan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

4. Menambah minat baca masyarakat terhadap karya sastra, khususnya

karya sastra Jepang.

1.4Tinjauan Pustaka

Sebuah penelitian agar mempunyai orisinilitas perlu adanya tinjauan

pustaka. Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang

penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Setelah ditelusuri

(10)

6 Hanita, mahasiswa Jurusan Sastra Asia Timur Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Bung Hatta. Hanita mengkaji novel ini dengan judul skripsi “Konflik Tokoh

Utama dalam Novel Majutsu Wa Sasayaku karya Miyabe Miyuki” (2013). Hanita

menganalisis konflik yang terjadi dalam novel Majutsu Wa Sasayaku karya

Miyabe Miyuki yang dialami oleh tokoh utama. Hanita menyimpulkan bahwa

konflik dalam novel Majutsu Wa Sasayaku terdiri dari konflik internal, konflik

eksternal, dan konflik sentral.

Novel Majutsu Wa Sasayaku juga telah diteliti oleh Dewi (2013) dalam

skripsinya yang berjudul “Analisis Emosi Tokoh dalam Novel Majutsu Wa

Sasayaku Karya Miyabe Miyuki”. Dewi menganalisis emosi tokoh dalam novel

Majutsu Wa Sasayaku melalui analisis awal tentang karakterisasi tokoh-tokoh

tersebut. Dewi menyimpulkan bahwa para tokoh dalam novel menunjukkan

adanya klasifikasi emosi akibat peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Bedanya penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian sebelumnya,

peneliti mengkaji masalah ijime dalam novel dengan menggunakan tinjauan

sosiologi sastra. Penelitian tentang ijime dalam karya yang berbeda pernah

dilakukan Suryajaya (2009) dengan judul skripsi “Analisis Tindakan dan

Dampak Ijime dalam Film Riri Shu-Shu No Subete. Suryajaya dalam skripsinya

menyimpulkan bahwa dalam film Riri Shu-Shu No Subete terdapat tindakan ijime

verbal dan non-verbal yang menyebabkan dampak psikologis bagi korbannya.

Dampak psikologinya bisa menyebabkan tekanan mental yang tinggi sehingga

menjadi depresi, bolos sekolah (futoko), dan bunuh diri (jisatsu)

Tinjauan yang terakhir adalah skripsi oleh Diponegoro (2013) dengan

(11)

7 Tanimura Masaki”. Dalam skripsinya, Diponegoro menyimpulkan bahwa dalam

drama Life terdapat beberapa bentuk Ijime baik secara langsung maupun tidak

langsung. Ijime secara langsung seperti ijime verbal, sosial, fisik dan seksual

sedangkan ijime tidak langsung yaitu ijime cyber. Beberapa tindakan ijime yang

dilakukan ijimekko menimbulkan dampak yang mengkhawatirkan yaitu bunuh diri

atau jisatsu.

1.5Landasan Teori

Karya sastra sebagai seni kreatif memiliki hubungan yang hakiki dengan

masyarakat (Ratna, 2004:334). Zaimar dalam Yuliana (2009:1) mengatakan

bahwa sastra merupakan strukturasi pengalaman seorang pengarang. Hal ini

berarti bahwa sastra tidak dapat dilepaskan dari pengalaman hidup pengarangnya

atau sastrawannya. Semua genre sastra baik itu prosa, puisi, atau drama hadir

sebagai media berbagi pengalaman sastrawan kepada pembaca dalam karya sastra

terpancar pemikiran, kehidupan, budaya, dan tradisi yang hidup dalam

masyarakat. Sastra sebagai cermin masyarakat menelaah sampai sejauh mana

sastra dianggap sebagai pencerminan keadaan masyarakat. Fungsi sosial sastra,

dalam hal ini ditelaah sampai seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan sosial

dan sampai seberapa jauh pula sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan

sekaligus sebagai pendidikan masyarakat bagi pembaca

Penulis menggunakan tinjauan sosiologi sastra karena penulis mengangkat

tema yang berkaitan dengan kehidupan sosial budaya dan kehidupan masyarakat

yaitu fenomena ijime dalam novel Majutsu Wa Sasayaku karya Miyabe Miyuki.

(12)

8 Penelitian sosiologi sastra banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra

sebagai cermin kehidupan masyarakat (Endraswara, 2008:77).

Pandangan Manusia terhadap kenyataan diarahkan oleh seluruh sistem

aturan lembaga, tipologi, peranan ideologi, mitologi dan lain-lain, yang sudah

tentu berbeda menurut masyarakat dan kebudayaan. Sebuah karya seni ditinjau

dari sosiologi sastra adalah merupakan model dari kenyataan yang sesungguhnya

(Teeuw, 1984:227).

Wellek dan Warren (dalam Damono, 1978:3) membagi sosiologi sastra

pada tiga bentuk yaitu (a) sosiologi pengarang, mempermasalahkan status sosial

dan ideologi pengarang sebagai penghasil sastra, (b) sosiologi karya, menelaah

apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya dan (c)

sosiologi pembaca, mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya

sastra. Lauren dan Swingewood (dalam Endraswara, 2004:79) menyatakan bahwa

terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra yaitu

1. Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang

di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut

diciptakan,

2 Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial

penulisnya,

3. Penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah

dan keadaan sosial budaya.

Ian Watt dalam Damono (2002:5) merumuskan pendekatan sosiologi sastra

(13)

9 1. Konteks pengarang. Ini berhubungan dengan posisi sosial sastrawan

dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca.

2. Sastra sebagai cerminan masyarakat, sampai sejauh mana sastra dapat

dianggap mencerminkan keadaan masyarakat.

3. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai berapa jauh nilai

sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai berapa jauh pula nilai

sastra dipengaruhi oleh nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula

sastra dapat berfungsi sebagai alat penghibur dan sekaligus pendidikan

bagi masyarakat pembaca.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Ian Watt yang

menyatakan bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat untuk menganalisis

keterkaitan antara penggambaran ijime dalam novel Majutsu Wa sasayaku dengan

kondisi ijime yang terjadi di kehidupan nyata masyarakat Jepang.

Karya sastra dari seorang pengarang terkadang dapat dikatakan mencoba

mencerminkan masyarakat. Pengarang biasanya berusaha menampilkan

fakta-fakta sosial dalam karyanya, namun hal ini hanya merupakan sikap sosial dan

pandangan suatu kelompok tertentu saja, dan tidak sikap sosial seluruh

masyarakat sebenarnya. Seperti yang dikatakan Atmazaki (2005:63) bahwa tidak

ada karya sastra yang sepenuhnya meniru kenyataan, tetapi tidak juga sepenuhnya

fiksi.

1.6Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Ratna (2004:46-47)

mengatakan bahwa metode kualitatif ini memanfaatkan cara-cara penafsiran

(14)

10 kualitatif tidak menggunakan angka-angka dalam menganalisis data, melainkan

dengan menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikannya.

Langkah-langkah yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Menentukan Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Majutsu Wa

Sasayaku karya Miyabe Miyuki.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan membaca (novel) dengan teliti,

kemudian memahaminya, lalu mencatat data berupa kata, frase, kalimat,

serta paragraf yang ada pada objek (novel)

3. Melakukan Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari bahan-bahan yang dapat

membantu penelitian ini seperti buku-buku sastra atau buku-buku

sosiologi sastra, buku-buku tentang ijime atau bully, rujukan yang

membahas tentang novel Majutsu Wa Sasayaku, serta data-data lain

yang diperoleh dari internet.

4. Penganalisisan Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis hingga masalah yang

diajukan sebelumnya dapat terpecahkan dan tujuan penelitian dapat

tercapai. Analisis data akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

(15)

11 Setelah menganalisis data, kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif,

yaitu berupa kata-kata.

6. Simpulan

Simpulan dapat ditarik dari hasil penelitian dan dari semua analisis

yang telah dilakukan. Kesimpulan ini nantinya memberikan jawaban

atas segala pertanyaan yang dimuat dalam rumusan masalah.

1.7Sistematika Penulisan

Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan kepustakaan, landasan teori, metode dan teknik penelitian

serta sistematika penulisan.

Pada bab II berisi tentang fenomena ijime dalam Masyarakat Jepang. Bab

III analisis ijime yang terdapat dalam novel Majutsu Wa Sasayaku. Bab IV

merupakan bab penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran dari penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan latar belakang sosial budaya, struktur pembangun, dan nilai edukasi yang terdapat dalam novel Akar karya Dewi Lestari dengan

Adanya penggambaran karakteristik masyarakat pedesaan berikut fenomena- fenomena negatif yang terjadi di dalamnya dalam novel Para Pelukis Langit dapat dijadikan sebagai

Tujuan penelitian adalah (1) memaparkan latar sosio-historis Leila Salikha Chudori pengarang novel Pulang, (2) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Pulang, (3) mengungkapkan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mamaparkan latar belakang sosial budaya novel Surga Retak karya Syahmedi Dean, (2) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Surga Retak ,

Novel adalah prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar belakang secara terstruktur (Sudjiman, 1990: 55). Di

Penelitian selanjutnya dengan objek kajian novel Habibie & Ainun juga dilakukan oleh Wa Rosdahliana dengan judul Analisis Tema dan Amanat dalam novel Habibie dan Ainun

commit to user.. mengungkapkan masalah-masalah sosial, khususnya melalui kapasitas bahasa dan peralatan formal lainnya. Salah satu novel yang dianggap mempunyai syarat yang

tambahan. Latar waktu dalam cerita berlangsung selama delapan tahun, yakni mulai tahun 2008 sampai 2015 yang menjadi tahun terbitnya novel AAC 2. Latar tempat dalam novel ini,