UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE PADI MERAH
LOKAL (
Oryza sativa
L
)
ASAL SUMATERA BARAT
TERHADAP PENYAKIT BLAS DAUN
(Pyricularia oryzae
Cav
)
SKRIPSI
Oleh
ANTON SUHERMAN 0810212101
F A K U L T A S P E R T A N I A N U N I V E R S I T A S A N D A L A S
xii
UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE PADI MERAH
LOKAL (
Oryza sativa
L
)
ASAL SUMATERA BARAT
TERHADAP PENYAKIT BLAS DAUN
(Pyricularia oryzae
Cav
)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan beberapa genotipe padi merah lokal Sumatera Barat terhadap penyakit blas dan mengetahui heritabilitas arti luas. Penelitian ini mulai dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2013, di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rekayasa Genetik serta Rumah kawat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Bogor (BB-BIOGEN), Jalan Tentara Pelajar No. 3A Bogor 16111. Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan dua faktor dan 3 ulangan. Petak utama adalah isolat blas ras 033 dan ras 123. Anak petak adalah genotip atau varietas yaitu 9 genotipe padi merah koleksi Fakultas Pertanian Universitas Andalas dan 5 varietas pembanding koleksi BB-BIOGEN. Hasil pengamatan dari 9 genotipe padi merah yang diuji terhadap ras 033 berdasarkan skor penyakit semua genotipe tergolong tahan. Berdasarkan persentase DLA (Diseased Leaf Area) diperoleh 6 genotipe menunjukkan reaksi tahan dan 3 genotipe menunjukkan reaksi agak tahan. Berdasarkan indeks penyakit diperoleh 7 genotipe bereaksi tahan dan 2 genotipe bereaksi agak tahan. Sedangkan pengujian genotipe padi merah terhadap ras 123 berdasarkan skor penyakit diperoleh 9 genotipe yang diuji menunjukkan reaksi tahan. Berdasarkan persentase DLA diperoleh 3 genotipe bereaksi tahan, 5 genotipe bereaksi agak tahan dan 1 genotipe bereaksi rentan. Berdasarkan indeks penyakit diperoleh 8 genotipe bereaksi tahan dan 1 genotipe bereaksi agak tahan. Hasil pengujian 9 genotipe padi merah yang menunjukkan respon tahan terhadap kedua ras berdasarkan skala penyakit, persentase DLA dan indeks penyakit ditemukan hanya pada dua genotipe padi merah yaitu Nabara Merah dan Siopuk. Nilai duga heritabilitas arti luas untuk sifat ketahanan berdasarkan persentase DLA dan indeks penyakit tergolong tinggi, yaitu persentase DLA 0,924 dan indeks penyakit 0,873.
xiii
THE RESISTENCEOF LOCAL RED RICE GENOTYPES
(
Oryza sativa
L) FROM WEST SUMATRA AGAINST LEAF
BLAST DISEASE (
Pyricularia oryzae
Cav)
Abstract
This research was conducted to study the wide-sense heritability and resistance level of some local Red Rice genotypes from West Sumatera against blast disease. It was conducted from May to July 2013 in the Laboratory of Molecular Biology and Genetic Engineering and the wire house Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Bogor (BB-BIOGEN), Jl. Tentara Pelajar 3A Bogor 16111, in triplicate, usinga split plot design with 2 factors. The main plot was leaf blast isolates 033 and 123. Subplots were 9 genotypes (varieties) of red rice from the Faculty of Agriculture, University of Andalas collection and for comparison 5 varieties from the BB-BIOGEN collection. With respect to leaf blast race 033 all 9 genotypes of red rice showed resistance based on the disease score. Based on the percentage diseased leaf area, 6 of these genotypes showed resistance and 3 showed moderate resistance. Based on the disease index, 7 genotypes showed resistance and 2 showed moderate resitance. With respect to leaf blast race 123 all 9 genotypes of red rice showed resistance based on the disease score. Based on the percentage of diseased leaf area, 3 of these genotypes showed resistance, 5 showed moderate resistance and 1 was vulnerable. Based on the disease index, 8 genotypes showed resistance and 1 showed moderate resitance. Only 2 red rice genotypes (Nabara Merah and Siopuk) were resistant to both races of leaf blast fungus based on disease score, diseased leaf area and disease index.Wide-sense heritability estimates for resistance based on the diseased leaf area and disease index were high (0,924 and 0,873 respectively).
BAB I
PENDAHULUAN
Beras merupakan salah satu bahan makanan pokok bagi sebagian besar
penduduk Indonesia dan merupakan komponen penting dalam sistem ketahanan
pangan nasional. Salah satu komponen utama dalam peningkatan produksi adalah
penggunaan varietas unggul baru yang memiliki potensi hasil tinggi, tahan
terhadap cekaman biotik, abiotik, bermutu tinggi dan rasa dapat diterima
konsumen. Syarat utama pembentukan varietas unggul untuk sifat-sifat yang
diinginkan tersebut adalah tersedianya keragaman sumberdaya genetik.
Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi di Indonesia yang dilewati
oleh garis khatulistiwa, memiliki iklim hutan tropika basah. Kondisi iklim yang
demikian memungkinkan Sumatera Barat menyimpan keragaman genetik. Salah
satu plasma nutfah yang banyak ditemukan didaerah ini adalah tanaman padi, baik
padi sawah maupun padi gogo berupa varietas unggul maupun lokal. Keragaman
plasma nutfah tersebut apabila tidak dimanfaatkan secara optimal maka plasma
nutfah tersebut tidak akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat
(swasti et al., 2007).
Pada dekade belakangan ini perhatian pada padi merah semakin intensif
dengan banyaknya penelitian-penelitian tentang padi merah baik teknik
budidayanya maupun kegiatan pemeliharaannya. Hal ini disebabkan oleh manfaat
beras merah terhadap kesehatan dan tingkat kesadaran masyarakat yang semakin
tinggi terhadap kesehatan. Dengan makin berkembangnya berbagai teknik
pemuliaan tanaman padi, beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein
saja tapi juga merupakan sumber vitamin dan mineral, sehingga dapat dikatakan
beras sebagai sumber bahan pangan fungsional. Makanan fungsional adalah bahan
makanan alami atau mengalami proses pengolahan mengandung satu atau lebih
komponen pembentuk, yang mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu dan
bermanfaat bagi kesehatan. Namun dilapangan usaha tersebut selalu mendapat
kendala, salah satunya adalah serangan penyakit. Penyakit utama yang menyerang
tanaman padi antara lain blas. Penyakit blas merupakan salah satu masalah utama
2
Penyakit ini menyerang tanaman padi pada beberapa stadia pertumbuhan,
mulai dari fase vegetatif sampai stadia pembentukan malai atau generatif.
Serangan yang berat terjadi pada stadia generatif, karena dapat menimbulkan puso
dan gagal panen (Ou, 1979).
Daerah endemis blas tersebar di beberapa provinsi, terutama di Lampung,
Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Tenggara. Akhir-akhir ini blas meluas ke area sawah antara lain di Bali,
Banyuwangi, Sukabumi, dan Sumatera Selatan (Amir, 1995).
Gejala tanaman yang terserang blas relatif mudah dikenali secara kasat
mata. Jamur Pyricularia oryzae penyebab penyakit blas membentuk bercak pada
daun, leher malai, dan cabang malai. Bentuk khas dari bercak blas adalah elips
dan runcing pada kedua ujungnya. Bercak yang telah berkembang berwarna coklat
pada bagian tepi dan bagian tengah berwarna putih keabuan. Bentuk dan warna
bercak bergantung pada keadaan lingkungan, kepekaan varietas, dan umur bercak
itu sendiri. Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, lalu menjadi abu-abu agak
kebiruan. Pada varietas peka dan dalam keadaan lembap, bercak terus membesar
(Ou, 1979).
Tidak mudah mengendalikan serangan blas, karena perubahan ras P.
oryzae yang relatif cepat. P. oryzae mampu beradaptasi dengan tanaman inang
dalam 2-4 musim. Varietas tanaman yang semula tahan bisa menjadi rentan
setelah 2-3 musim tanam pada wilayah tertentu dengan kondisi lingkungan yang
sesuai untuk perkembangannya. Penggunaan varietas resisten tetap menjadi
pilihan utama diantara metode pengendalian yang ada, karena masih dianggap
cara yang paling murah dan paling aman, jika didukung sistem budidaya yang
tepat, sehingga bisa menghambat terbentuknya ras P. oryzae yang baru. Oleh
karena itu, perlu adanya ragam genotipe sehingga diperoleh varietas unggul baru
padi merah yang tahan terhadap penyakit blas, dan berdaya hasil tinggi (Nasution,
1995).
Di Sumatera Barat masih terdapat beberapa genotipe padi merah yang
dibudidayakan. karakteristik tentang genotipe tersebut telah banyak dilaporkan.
Helmi (2007) dan Marniwati (2008), dan selanjutnya Swasti dan Prasetyo (2009)
3
tersebut. Sedangkan Forestry (2010) telah menguji daya hasil dan mutu fisik dari
beras merah, sedangkan Dalimunte (2010) telah menguji kandungan protein yang
berkisar dari 7,1%-18,2%. Morry (2011) telah menguji mutu nutrisi, dimana
terdapat keragaman dalam kandungan amilosa, antosianin, dan seratnya. Informasi
keunggulan dan kelemahan dari sifat-sifat yang dikarakterisasi tersebut, maka
Swasti dan Prasetyo (2009) telah memulai perakitan varietas unggul padi merah
khususnya untuk umur genjah, mutu dan produksi tinggi. Penelitian tentang
toleransi terhadap kekeringan diperoleh genotipe yang toleran terhadap
kekeringan Hanum et al., (2010), selanjutnya Kurnia (2013) melaporkan tentang
resistennya terhadap biotik khususnya terhadap wereng hijau.
Sementra sifat ketahanan terhadap blas belum dilakukan, sehingga perlu
dilakukan penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber
keragaman genetik untuk mendapatkan genotipe yang tahan terhadap blas. Dari
genotipe–genotipe yang tahan diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tetua
dalam pembentukan varietas unggul maupun yang bisa secara langsung
dikembangkan melalui pemilihan varietas lokal. Sumber keragaman genetik
sebagai tetua diperlukan informasi mengenai parameter genetik untuk
menjelaskan apakah karakter ketahanan tersebut dapat diwariskan atau tidak.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, telah dilakukan pengujian
ketahanan 9 genotipe padi merah terhadap penyakit blas dengan menyertakan lima
varietas kontrol yaitu Cisokan, Krueng Aceh, Cisadane, Cisanggarung, dan
Kencana Bali yang merupakan padi biasa (beras putih). Dengan judul “Uji
Ketahanan Beberapa Genotipe Padi Beras Merah Lokal (Oryza sativa L) Sumatera Barat Terhadap Penyakit Blas Daun (Pyricularia oryzae Cav)”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan beberapa genotipe
padi beras merah lokal Sumatera Barat terhadap penyakit blas ras 033 dan ras 123.
Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui heritabilitas arti luas dari sifat