• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan kasus Tuberkulosis Paru Bakterio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan kasus Tuberkulosis Paru Bakterio"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Dipresentasikan oleh:

Puji Yunisyah Rahayu

1608437723

Pembimbing:

dr. Zarfardy Aksa Fauzi, Sp.P (K)

TUBERKULOSIS PARU

KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

(2)

LATAR BELAKANG

Terdapat 8,6 juta kasus TB di dunia dimana 1,1 juta (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif.

• Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di

Afrika

2011

2011

• Diperkirakan terdapat 450.000 menderita

Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR) dan 170.000 orang diantaranya

meninggal dunia

2012

2012

Separuh dari orang dengan HIV positif yang meninggal karena TB adalah wanita, yaitu 160.000 dari 410.000 kasus.

2012

2012

Laporan

World Health Organization

(3)
(4)

Prevalensi TB di Indonesia

• Sumatera menempati peringkat

ke-dua tertinggi angka prevelansi TB BTA positif di Indonesia yaitu 90 per 100.000 penduduk.

2004

2004

• Terdapat 680.000 kasus TB, dengan

460.000 diantaranya adalah kasus baru atau 272 per 100.000

penduduk.

Global TB

Report 2014

Global TB

Report 2014

jumlah seluruh kasus TB semua tipe

(5)

Program

penanggulang

an TB paru

Directly

Observed

Treatment

Short-course

(DOTS)

International

Standard for

Tuberculosis

(6)

Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit yang

menyerang jaringan paru yang disebabkan infeksi

basil Mycobacterium tuberculosis.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

mendefinisikan TB Paru sebagai penyakit yang

disebabkan

oleh

infeksi

Mycobacterium

tuberculosis complex.

(7)

Etiolo

gi

Mycobacterium tuberculosis

:

o Batang

o Panjang 1-4 mikron

o Tebal 0,3-0,6 mikron

o Tahan terhadap asam pada pewarnaan

o Mati dengan sinar matahari langsung

o Bertahan hidup beberapa jam  lembab dan gelap

(8)

Faktor Risiko

Imunitas tubuh

yang rendah.

Imunitas tubuh

yang rendah.

Infeksi HIV/ AIDS.

Infeksi HIV/ AIDS.

Kurang gizi/

malnutrisi.

Kurang gizi/

tinggal / di rumah.

Padatnya

penduduk di

daerah tempat

tinggal / di rumah.

Perilaku dan

gaya hidup.

(9)

Cara penularan

Sumber Penularan:

Penderita TB Paru BTA positif

Ditularkan melalui droplet (percikan dahak) oleh

penderita TB BTA positif pada waktu batuk,

bersin atau meludah.

(10)

Patogenesis

(11)
(12)
(13)

Diagnosis Pasien TB

Berdasarkan hasil konfrmasi pemeriksaan bakteriologis

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah: a. Pasien TB paru BTA positif

b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif

d. Pasien TB ekstraparu terkonfrmasi secara bakteriologis, baik

dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.

e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.

  

Berdasarkan diagnosis klinis

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:

a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks mendukung TB.

b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan histopatologis tanpa konfrmasi bakteriologis. c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistem skoring.

(14)
(15)

Pemeriksaan Laboratorium

Darah : Anemia ringan dengan gambaran normokrom

normositer, gama globulin meningkat.

Sputum :

a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung : diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.

S (Sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Darah : Anemia ringan dengan gambaran normokrom

normositer, gama globulin meningkat.

Sputum :

a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung : diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.

(16)

b. Pemeriksaan biakan

Pemeriksaan biakan untuk identifkasi Mycobacterium

tuberkulosis (M.tb) dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, seperti :

• Pasien TB ekstra paru. • Pasien TB anak.

• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.

Tes Tuberkulin

Dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux

yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.D.D (Prurified Protein Derivative) intrakutan.

b. Pemeriksaan biakan

Pemeriksaan biakan untuk identifkasi Mycobacterium

tuberkulosis (M.tb) dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, seperti :

• Pasien TB ekstra paru. • Pasien TB anak.

• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.

Tes Tuberkulin

Dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak anak (balita). Biasanya dipakai tes Mantoux

(17)

Foto Toraks

Bayangan

berawan/nodular

di

segmen apikal dan posterior lobus

atas paru dan segmen superior lobus

bawah.

Kavitas

, terutama lebih dari satu,

dikelilingi bayangan opak berawan

atau nodular.

Bayangan

bercak milier

Efusi pleura

unilateral (umumnya)

atau bilateral (Jarang)

Bayangan

berawan/nodular

di

segmen apikal dan posterior lobus

atas paru dan segmen superior lobus

bawah.

Kavitas

, terutama lebih dari satu,

dikelilingi bayangan opak berawan

atau nodular.

Bayangan

bercak milier

(18)
(19)

Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan TB:

– OAT kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup ,dosis tepat dan sesuai kategori.

– Tidak boleh diberikan OAT tunggal (monoterapi).

– Dianjurkan pemberian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (KDT). – Ditunjuknya Pengawas Menelan Obat (PMO).

– Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Prinsip pengobatan TB:

– OAT kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup ,dosis tepat dan sesuai kategori.

– Tidak boleh diberikan OAT tunggal (monoterapi).

– Dianjurkan pemberian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (KDT). – Ditunjuknya Pengawas Menelan Obat (PMO).

(20)
(21)

Dosis obat

Isoniazid (INH) dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kgBB 3 x seminggu atau 15 mg/kgBB 2 x seminggu, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.

Rifampisin dosis 10 mg/ kg BB, maksimal 600 mg 2-3X/ minggu, Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh INH.

Pirazinamid fase intensif 25 mg/kg BB atau 35 mg/kgBB 3 x seminggu atau 50 mg/kgBB 2 x seminggu, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.

Streptomisin 15mg/kgBB atau BB > 60 kg: 1000 mg, BB 40-60 kg: 750 mg, BB < 40 kg sesuai dosis, bersifat bakterisid.

Ethambutol fase intesif 15 mg /kg BB dan fase lanjutan 15 mg/kgBB atau 30mg/kgBB 3 x seminggu, bersifat bakteriostatik.

Isoniazid (INH) dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/kgBB 3 x seminggu atau 15 mg/kgBB 2 x seminggu, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.

Rifampisin dosis 10 mg/ kg BB, maksimal 600 mg 2-3X/ minggu, Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh INH.

Pirazinamid fase intensif 25 mg/kg BB atau 35 mg/kgBB 3 x seminggu atau 50 mg/kgBB 2 x seminggu, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.

Streptomisin 15mg/kgBB atau BB > 60 kg: 1000 mg, BB 40-60 kg: 750 mg, BB < 40 kg sesuai dosis, bersifat bakterisid.

(22)
(23)

Evaluasi

Evaluasi pengobatan

• Evaluasi klinis (Keluhan, BB, PF, respon, efek

samping, komplikasi)

• Evaluasi bakteriologik (0-2-6/8 bulan

pengobatan)

• Evaluasi radiologi (0-2-6/8 bulan pengobatan)

• Evaluasi pasien yang telah sembuh

Evaluasi pengobatan

• Evaluasi klinis (Keluhan, BB, PF, respon, efek

samping, komplikasi)

• Evaluasi bakteriologik (0-2-6/8 bulan

pengobatan)

(24)

EVALUASI PENGOBATAN

Evaluasi klinik

  Pasien dievaluasi setiap 2

minggu

pada 1 bulan pertama pengobatan

selanjutnya setiap 1 bulan

Evaluasi : respons pengobatan dan ada

tidaknya efek samping obat serta ada

tidaknya komplikasi penyakit

Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat

badan, pemeriksaan fsis.

Evaluasi klinik

  Pasien dievaluasi setiap 2

minggu

pada 1 bulan pertama pengobatan

selanjutnya setiap 1 bulan

Evaluasi : respons pengobatan dan ada

tidaknya efek samping obat serta ada

tidaknya komplikasi penyakit

Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat

(25)
(26)

Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan

pengobatan

  Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi

dahak

Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik

  -    Sebelum pengobatan dimulai

  -    Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase

intensif)

  -    Pada akhir pengobatan

Bila ada fasilitas biakan : dilakukan pemeriksaan

biakan dan uji resistensi

Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan

pengobatan

  Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi

dahak

Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik

  -    Sebelum pengobatan dimulai

  -    Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase

intensif)

  -    Pada akhir pengobatan

Bila ada fasilitas biakan : dilakukan pemeriksaan

(27)

Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9 bulan

pengobatan)

Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks

dilakukan pada:

-    Sebelum pengobatan

-    Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali

pada kasus yang juga dipikirkan

kemungkinan keganasan dapat dilakukan

1 bulan pengobatan)

-    Pada akhir pengobatan

Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9 bulan

pengobatan)

Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks

dilakukan pada:

-    Sebelum pengobatan

-    Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali

pada kasus yang juga dipikirkan

kemungkinan keganasan dapat dilakukan

1 bulan pengobatan)

(28)

Evaluasi efek samping secara klinik

Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan darah lengkap.

• Fungsi hati: SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan gula darah , serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping pengobatan.

Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid.

• Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol (bila ada keluhan).

Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan).

Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal tersebut.  Yang paling penting  adalah evaluasi klinis kemungkinan terjadi efek samping obat.  Bila pada evaluasi klinis dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efek samping obat sesuai pedoman. • Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan

darah lengkap.

Fungsi hati: SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan gula darah , serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping pengobatan.

Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid.

Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol (bila ada keluhan).

Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan).

(29)

Evalusi keteraturan

berobat

 Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan

berobat dan diminum / tidaknya obat tersebut.  Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien, keluarga dan lingkungannya.

 Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.

Kriteria Sembuh

-  BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat

-  Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/ perbaikan

-  Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.

 Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan

berobat dan diminum / tidaknya obat tersebut.  Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien, keluarga dan lingkungannya.

 Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.

Kriteria Sembuh

-  BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat

-  Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/ perbaikan

(30)

Evaluasi pasien yang telah sembuh

Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh

sebaiknya tetap dievaluasi  minimal dalam 2

tahun pertama setelah sembuh, hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan.

Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA

dahak dan foto toraks. Mikroskopis BTA dahak

3,6,12 dan 24 bulan (sesuai indikasi/bila ada

gejala) setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi

foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan

sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).

Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh

sebaiknya tetap dievaluasi  minimal dalam 2

tahun pertama setelah sembuh, hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan.

Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA

(31)

Komplikasi

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan

benar akan menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas:

Komplikasi dini

: pleuritis, efusi pleura, empiema, dan

laringitis

Komplikasi lanjut

: obstruksi jalan napas (SOPT:

Sindrom Obstruksi Paska Tuberkulosis), kerusakan

parenkim berat, fbrosis paru, kor-pulmonal, sindrom

gagal napas, yang sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB.

Komplikasi sistemik

: menigitis TB, tamponade

jantung, kerusakan Ginjal dan Hepar

Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan

benar akan menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas:

Komplikasi dini

: pleuritis, efusi pleura, empiema, dan

laringitis

Komplikasi lanjut

: obstruksi jalan napas (SOPT:

Sindrom Obstruksi Paska Tuberkulosis), kerusakan

parenkim berat, fbrosis paru, kor-pulmonal, sindrom

gagal napas, yang sering terjadi pada TB milier dan

kavitas TB.

Komplikasi sistemik

: menigitis TB, tamponade

(32)
(33)

Nama pasien

: Tn. BN / 981394

Jenis kelamin

: Laki-laki

Usia

: 42 tahun

Pekerjaan

: Tukang ojek

Alamat

: Tenayan Raya,

Pekanbaru

Tanggal masuk RS : 16 Maret 2018

Tanggal keluar RS : 20 Maret 2018

(34)

Keluhan Utama:

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin (16/03/2018)

HGB : 12,7 gr/dl

HCT : 39,5 %

RBC : 4,48x 10

6

/uL

WBC : 7.600 /ul

PLT

: 403.000 /ul

Elektrolit

(16/03/2018)

Na+ : 135 mmol/L

K+

: 3,3 mmol/L

Cl : 98 mmol/L

Kimia Darah

(16/03/2018)

GDS

: 93 g/dL

Ureum : 9 mg/dL

Kreatinin: 0,66 mg/Dl

SGOT : 25 U/L

(41)

Pemeriksaan

Penunjang

Foto Toraks

Interpretasi:

• Identitas sesuai • Marker R

• Foto thorak posisi PA • Foto simetris

• Kekerasan cukup

• Tulang dan jaringan lunak baik • Kedua sudut kostofrenikus

lancip

• Trakea di midlineCor : CTR <50%

Pulmo : Tampak gambaran infltrat di seluruh lapang paru kanan dan kiri

(42)

Resume

• Tn BN, 42 tahun masuk via IGD dengan keluhan sesak napas yang memberat 1 minggu SMRS. Sesak dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat dan tidak dipengaruhi oleh cuaca, debu atau makanan. Terdapat batuk yang sudah dirasakan dalam 2 bulan terakhir. Batuk berdahak, warna putih. Riwayat batuk berdarah

(-).Terdapat nyeri dada (+).Terdapat demam yang hilang timbul sejak 2 bulan disertai keringat pada malam hari. Pasien juga

merasakan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan 15 kg dalam 2 bulan terakhir. Pasien merasakan badan terasa semakin

lemas. Mual (+) muntah (+) setiap selesai makan. Dari pemeriksaan fsis didapatkan frekuensi napas 28x/menit, suhu tubuh 37,8oC,

IMT= 16,1 Kg/m2 (underweight). Pada pemeriksaan fsis paru

ditemukan vokal fremitus kanan dan kiri meningkat, Pada pemeriksaan fsis abdomen didapatkan nyeri tekan (+).

Pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan elektrolit didapatkan

(43)

Diagnosis kerja

TB paru BTA (?) kasus baru HIV ?

Anjuran Pemeriksaan:

Sputum BTA I,II,III

GeneXpert

Daftar Masalah:

Hipokalemia

(44)

Tatalaksana

– Anjuran untuk menutup mulut jika batuk dan

tidak membuang

dahak sembarangan.

Makan makanan yang sehat terutama yang mengandung

karbohidrat, serat dan protein. Hindari

konsumsi alkohol dan merokok.

(45)

Follow

up

Sabtu, 17 Maret 2018

S : Sesak napas (+), batuk berdahak (+), nyeri dada (-), demam (-)  

O : TD : 110/90 mmHg RR : 28 x/mnt sat O2: 96% HR : 86x/mnt T : 36,8 C

 

Pem. Toraks paru : Simetris, penggunaan otot bantu pernapasan (-)

VF kanan kiri meningkat, sonor kedua lapangan paru Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

 

A : Tb paru BTA ? kasus baru status HIV (?)  

P : O2 3L/mnt nasal canul

IVFD NaCl 0,9 % 500 cc/ 8 jam PCT tab 3x500 mg

(46)

Follow

up

Minggu, 18 Maret 2018

S : Sesak napas (+) sudah berkurang, batuk berdahak (+), nyeri dada (-),

Pem. Toraks paru : Simetris, penggunaan otot bantu pernapasan (-)

VF kanan kiri meningkat, sonor kedua lapangan paru Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

 

A : Tb paru BTA ? kasus baru status HIV (?)  

P : O2 3L/mnt nasal canul

IVFD NaCl 0,9 % 500 cc/ 8 jam Ambroxol syr 3x2 cth

(47)

Follow

up

Senin, 19 Maret 2018

S : Sesak napas (-), batuk berdahak (+), nyeri dada (-), demam (-)  

O : TD : 110/90 mmHg RR : 22 x/mnt sat O2: 98% HR : 86x/mnt T : 36,3 C

 

Pem. Toraks paru : Simetris, penggunaan otot bantu pernapasan (-) VF kanan kiri meningkat, sonor kedua lapangan paru Ambroxol syr 3x2 cth

Ranitidine inj 2x50 mg Curcuma tab 3x200 mg KSR tab 2x1 mg

 

(48)

Follow up

Selasa, 20 Maret 2018

S : Sesak napas (-), batuk berdahak (+) sudah berkurang, nyeri dada (-),demam (-)  

O : TD : 110/90 mmHg RR : 20 x/mnt sat O2: 97% HR : 86x/mnt T : 36,5 C

 

Pem. Toraks paru : Simetris, penggunaan otot bantu pernapasan (-) VF kanan kiri meningkat, sonor kedua lapangan paru

Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)  

A : Tuberkulosis paru bakteriologis kasus baru status HIV ? on OAT kategori I fase intensif

P :

IVFD NaCl 0,9 % 500 cc/ 8 jam OAT 4FDC 1x3 tab

Ambroxol syr 3x2 cth Ranitidine inj 2x50 mg Curcuma tab 3x200 mg

Pemeriksaan sputum BTA II (+)

 

PASIEN PULANG

Edukasi :

- Pasien perlu dijelaskan tentang pengobatan TB paru yang

berlangsung selama 6 bulan. Obat harus diminum secara teratur dan tidak boleh putus obat.

(49)

PEMBAHASAN

Anamnesis:

Sesak nafas 1 minggu, batuk berdahak 2

bulan, demam, penurunan berat badan, badan lemas,

penurunan nafsu makan.

PF :

Vesikuler (+/+), Vokal Fremitus kiri kanan

meningkat

PP

Radiologik: Lesi aktif

Anamnesis:

Sesak nafas 1 minggu, batuk berdahak 2

bulan, demam, penurunan berat badan, badan lemas,

penurunan nafsu makan.

PF :

Vesikuler (+/+), Vokal Fremitus kiri kanan

(50)

Pembahasan

Teori

Gejala respiratorik

batuk >3 minggubatuk berdarahsesak nafas nyeri dada

Gejala sistemik

DemamMalaise

keringat malam – Anoreksia

– berat badan menurun

Pada pasien

Gejala respiratorik

batuk >3 mingguSesak nafas

– Nyeri dada

Gejala sistemik

DemamMalaise

Keringat malamAnoreksia

(51)

Batuk kronik

Mycobacterium tuberculosis

berkembang dalam paru + perlawanan

dari sistem pertahanan tubuh sehingga

peningkatan produksi mukosa dan

infamasi pada sal. Nafas

produksi

sputum

menyumbat saluran nafas

sesak nafas.

(52)

Pembahasan

Diagnosis TB

gejala klinis TB + ditemukan kuman

tuberkulosis

Dahak SPS

lnterpretasi

++-  mikroskopik positif

– +--  periksa ulang BTA 3 kali

+--  mikroskopis positif – ---  mikroskopik negatif

Radiologik

tuberkulosis aktif

jika BTA +--

tidak

perlu ulang BTA

sudah bisa ditegakkan TB

Pada pasien ini

gejala klinis TB + 1 kali pemeriksaan

sputum BTA I dan II (+) + radiologis menunjukkan

(53)

Pemberian

FDC (

Fixed Drugs Combination

)

bertujuan

agar memudahkan pasien dalam minum OAT, sehingga

kepatuhan pasien dalam minum obat dapat ditingkatkan

dibandingkan pemberian OAT dalam tablet yang terpisah.

Selain itu, dosis FDC disesuaikan dengan berat badan

pasien dan jumlah komponen obat yang harus diminum

pasien, sehingga dapat meminimalisasi efek samping

OAT.

Penatalaksanaan TB pada pasien ini berupa OAT

kategori 1 yaitu 4FDC dengan dosis 1x3 tablet.

Pemberian ambroxol bertujuan untuk mengencerkan

(54)

Pasien juga mengalami sindrom dispepsia, hal ini didasari

dari anamnesis pasien yang mengeluhkan mual dan muntah setiap kali selesai makan, berisi makanan disertai penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fsik ditemukan nyeri tekan epigastrium (+). Pasien diberikan injeksi Ranitidin 2x50 mg untuk mengatasi keluhan dispepsia.

Pada pemeriksaan elektrolit juga didapatkan hipokalemia

(55)

Referensi

Dokumen terkait

Pegawai yang dilantik oleh Pengarah atau TPSA untuk mengurus dan mengawalselia hal-hal yang berkaitan Hal Ehwal Pelajar di jabatan akademik

Dengan tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat agar dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Termodinamika dan Pindah Panas

viridula pada perlakuan K1 (kacang kedelai) disebabkan kandungan nutrisi yang dibutuhkan serangga untuk kelangsungan hidupnya lebih tinggi pada perlakuan K1

terhadap siswa. Penilaian berdasarkan data angket yang diperoleh. Kriteria analisis nilai rata-rata yang digunakan disajikan dalam tabel. dibawah

Apabila dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan semua kebutuhan itu, maka perlu dilakukan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan

variabel dan konstanta dalam model regresi logistik ini memiliki nilai signifikan kurang dari 0,05 (p&lt;0,05) maka hal ini berarti bahwa ada hubungan antara pola asuh

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada umumnya. 2) Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan