• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Us

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Us"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

Perkembangan emosional terkaity dengan kemampuan anak dalam mengendalikan emosi dan dirinya. setiap anak selalu punya obsesi,marah,kecewa,sedih sebagai efek atas pengetahuan yang diperolehnya. Namun dalam mengatasi setiap gejolak rasa ini setiap anak berbeda-beda. Anak yang memiliki perkembangan emosi bagus akan memilioki kecenderungan bisa mengatur segala bentuk perasaannya dengan baik.

Pada masa anak ini keadaan emosi berkecenderungan ekspresi-spontan. Ekspresi-sdpontan ini berarti anak selalu ingin mengungkan segala keadaan perasaannya saat itu juga, dengan tidak memperhatikan hal-hal yang ada disekitarnya serta resikop bagui dirinya sendiri. hal ini terjadi kjerena pengetahuan anak belum kompleks tentang akibat-akibat sebuah tindakan. Tugas kita yang kemudian memberikan pemahaman pada anak tentang suatu akibat bila emosi tidak dikendalikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep perkembangan dan kecerdasan emosi anak ? 2. Apa saja karakteristik perkembangan dan kecerdasan emosi anak ?

(2)

BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Kecerdasaan Emosi

Dalam perkembangan individu, ada dua istilah yang sering muncui, pertam adalah istilah “perkembangan” (Development) dan kedua adalah istilah “pertumbuhan” (greowth). Pertumbuhan (growth) cenderung bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan aspek fisik. Sedangkan perkembang cenderung bersifat kualitatif, berkaitan dengan fungsi organ individu.

Dalam perkembangan, ada dua proses perkembangan yang saling bertentantangan yang terjadi secara serempak selama kehidupan yaitu pertumbuhan atau evolusi dan kemunduran atau involusi, dalam tahun-tahun pertama pertumbuhan berperan, sekalipun perubahan-perubahan yang bersifat kemunduran juga terjadi pada fase janin, pada bagian kehidupan selanjutnya kemunduran yang berperan sekalipun pertumbuhan tidak berhenti, rambut tumbuh terus, sel-sel terus menerus berganti pada usioa lanjut, bebrapa bagian tubuh dan alam pikiran lebih banyak berubah dari apa yang lain1.

Perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia menjelaskan adanya tujuh karakteristik dasar yang harus dipahami untuk mkelihat perkembangan manusia, yaitu:

1. Perkembangan adalaj sumur hidup; perkembangan yang menyangkut berbagai macam perubahan dari hasil interaksi faktor-faktor perkembangan akan berlangsung secara berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan.

2. Perkembangan bersifat multidimensional; perkembang meliputi berbagai ranah perkembangan mellip[uti berbagai macam ranah perkembangan seperti fisik, intelektual, yang menyangkut kognitif, bahasa, emosi , sosial dan moral.

(3)

3. Pekembangan adala multi direkisional: ranah-ranah perkembang mengalami perubahan dengan arah tertentu misal: pada massa bayio perkembangan yang tumbuhg pertama adalah ranah fisik, yang kecepatan arah pertumbuhannya tidak sama dengan ranah yang lain, sementara pada masa awal kanak-kanak perkembangan emopsi dan sosial berkembang lebih cepat dibanding perkembangan aspek yang lain.

4. Perkembang bersifat lentur (plastis); bahwa perkembangan berbagai macam ranah dapat si stimulasi untuk berkembang secara maksimal, contoh : kelentuiran berfikir anak-anak dapat diasah sejak dini dengan memberikan latihan-latihan pada anak untuk terbiasa memecahkan masal;ah dengan baik dengan berbagai macam cara dari hasil eksplorasinya.

5. Perkembangan selalu melekat dengan sejarahg\; nahwa perkembangan individu tidak dapat lepas dengan keadaan sekitarnya.

6. Perkembangan bersifat multidisiliner: perkembangan manusia dipelajari oleh para ahli dari berbagai bidang dengan ilmu diantaranya ilmu psikolgi, sosiologi, antropologi, kedokteran, kesehatan mental.

7. Perkembangan bersifat kontekstual.2

Menurut Syeikh Khalid bin Abdurrahman dalam bukunya Tarbiyah al-abna wa al-Banat fi Dhau’ al Quran wa As-sunah. Emosi merupakan unsur psikologis yang muncul dan menjadi penopang terhadap eksistensi manusia, baik yang bersikap secara positif maupun negatif, yamh dihadapkan pada sesuatu yang bersifat materi maupun maknawi. Antara satu orang dengan orang lain memiliki tingkat emosional yang berbeda-beda; dalam hal kuantiotas, frekuensi, dan tingkat kekuatan serta kelemahannya.

Sesungguhnya, emosi itu pentingh bagio kehidupan manusia. Seba, hal itu dapat memberikan motivasi kepada seseorang untuk melakukkan sesuatu yang menarik baginya dan meninggalkan sesuatu yang tidak di

(4)

sukainya, dengan syarat, emosi emosi tersebut tetap berada di bawah kendali akal rasionalnya. Jika tidak, sesorang akan terjerumus pada emiosi yang tidak rasional. Dan emosi yang tidak rasional akan menggiring seorang tersebut pada kerusakan dan menjadikan hidupnya penuh dengan kesengsaraan.3

Menurut Golemen kecerdasaan emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikira khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak .

Syamsuddin mengemukakan bahwa kecerdasaan emosi merupakan suatu suasana yang komples dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya sesuatu perilaku. Berdasarkan definisi tersebut kita dapat memahami bahwa kecerdasan emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul menyertai terjadinya suatu perilaku.

B. Karakteristik Perkembangan Kecerdasaan Emosi Anak Usia Dini

Emosi pada awal kanak-kanak sangat kuat. Pada fase ini merupakan saat ketidakseimbangan, dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Menurut Harluck perkembangan emosi ini mencolok pada anak usia 2,5 – 3,5 tahun dan 5,5 – 6,5 tahun.

Seperti telah diurakan sebelumnya bahwa perkembangan emosi dipengaruhi oleh kematengan dan belajar. Maka, hal ini dapat menyebabkan adanya perbedaan antara reaksi emosi anak dan orang dewasa. Adapun karakteristik reaksi emosi anak adalah berikut ini.

1. Reaksi Emosi Anak Sangat Kuat

Anak akan memperlihatkan reaksi emosi yang sama kuatnya dalam menghadapi setiap peristiwa, baik yang sederhana sifatnya maupun yang berat. Bagi anak semua peristiwa adalah menarik dan menakjubkan. Tidak ada peristiwa yang dianggap sderhana oleh anak. Semua peristiwa memiliki nilai yang sangat berarti. Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilah dan memilih kadar keterlibatan emosionalnya.

(5)

2. Reaksi Emosi Sering Kali Muncul pada Setiap Peristiwa dengan Cara yang Diinginkan

Kita sering melihat anak tiba-tiba menangis atau merajuk dengan sebab yang tidak jelas. Anak melakukan hal tersebut, dikarenakan ia memang menginginkannya, sekalipun tidak ada pecetusnya, misalnya anak tiba-tiba menangis karena merasa bosan. Untuk anak yang lebih muda usianya, hal ini masih bisa di toleransi. Namun, bagi anak usia 4 atau 5 tahun, hal ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Semakin emosi anak berkembang menuju kematanganya, mereka akan belajar mengontrol diri dan memperlihtkan reaksi emosi dengan cara yang dapat diterima lingkungan.

3. Reaksi Emosi Anak Mudah Berubah dari Satu Kondisi ke Kondisi Lainnya

Bagi seorang anak sangat mungkin saat ia menangis dengan keras ia dapat langsung berhenti menangis ketika ibunya mengalihkan perhatiannya pada benda-benda yang dikuasainya, dan melupakan kejadian yang baru saja membuatnya marah dan kecewa. Reaksi emosi anak mudah teralihkan dan mudah berganti dari satu kondisi yang lain.

4. Reaksi Emosi Bersifat Individual

Reaksi emosi bersifat individual, artinya sekalipun peristiwa pencetus emosi adalah sama, namun reaksi setiap orang akan berbeda dalam menyikapinya. Hal ini disebabkan oleh adanya pengalaman yang diperoleh dari lingkungan setiap individu berada sehingga menyebabkan reaksi emosi yang diperlihatkan pun dapat berbeda-beda pula. Cntohnya, dalam satu peristiwa sangat mungkin terjadi dua orang anak kehilangan mainan kesayanganya, satu anak menyikapinya dengan marah dan menangi keras, merajuk dan sulit dibujuk dengan apa pun. Sementara anak yang lain hanya menunjukkan ekspresi wajah yang sdih, setelah itu ia dapat bermain kembali. 5. Keadaan Emosi Anak dapat Dikenali Melalui Gajala Tingkah Laku yang Ditampilkan

Pada dasarnya semua anak lebih mudah mengekspresikan emosinya melalui sikap dan perilaku, dibandingkan mengungkapkannya secara verbal. Hal ini juga tampak pada anak yang mengalami hambatan dalam mengekspresikan kehidupan emosinya secara terbuka. Mereka biasanya sering memperlihatkan gejala tingkah laku, antara lain melamun, tingkah laku gelisah, seperti menghisap jari, menggigit kuku, kesulitan bicara (stuttering). Jika kita menemukan gejala tersebut, dapat kita pahami bahwa anak sedang mengalami masalah emosional.

a. Bentuk Reaksi Kecerdasaan Emosi Pada Anak

(6)

hingga 2 bulan, yaitu anak yang mengenal rasa senang (apabila kenyang, hangat, diayun) dan rasa tidak senang (apabila sakit, dingin, lapar, basah) yang ditampilkan dalam reaksi reaksi menanggis.

Adapun beberapa bentuk emosi secara umum terjadi pada awal masa kanak-kanak sebagaimana yang dikemukakan Hurlock adalah berikut ini.

1. Amarah

Marah sering kali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati, dan merasa terancam. Pada umumnya, frustasi atau keinginan yang tidak terpenuhi merupakan hal yang paling sering menimbulkan kemarahan pada tiap tingkat usia. Dibandingkan rasa takut, rasa marah lebih sering muncul pada kanak-kanak. Hal ini disebabkan rangsangan-rangsangan untuk marah lebih sering dialami anak ketimbang rangsangan yang menimbulkan rasa takut. Selain itu, dalam tahun-tahun pertama, anak sering belajar dari pengalaman bahwa dengan marah keinginannya akan terpenuhi.

Secara umum hal-hal yang menimbulkan rasa marah, apabila anak tehambat melalukan sesuatu. Hambatan bisa berasal dari dirinya sendiri, misalnya ketidakmampuan anak melakukan sesuatu. Hambatan itu dapat pula berasal dari orang lain, misalnya larangan, berbagai macam batasan terhadap gerak yang diinginkan atau direncakan anak, serta kejengkelan yang menumpuk.

Bayi-bayi biasanya marah karena secara fisik ia merasa tidak nyaman, dihambat untuk bergerak, dimandikan atau dipakaikan baju. Kadang-kadang ketidakmampuan anak untuk menyatakan sesuatu secara verbal pada saat awal anak belajar bicara dan kurang mendapat perhatian juga bisa membuat ia marah. Penyebab marah pada anak prasekolah umumnya tidak jauh berbeda dengan penyebab marah pada bayi. Selain itu, anak prasekolah akan bereraksi marah bila benda-benda atau mainan milinya dipegang atau diambil anak lain. Apabila ini terjadi biasanya mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk merbut kembali benda miliknya.

Menurut Hurlock reaksi marah umumnya bisa dibedakan menjadi 2 kategori besar, yaitu berikut ini.

a) Marah yng impulsif biasanya disebut juga agresi. Marah jenis ini ditunjukan langsung pada orang lai, binatang atau objek, bisa dalam bentuk reaksi fisik, bisa pula verbal, bisa ringan, bisa berat atau intens. b) Marah yang terhambat adalah marah yang tidak dicetuskan karena

(7)

Reaksi takut pada bayi dan anak-anak berupa rasa tak berdaya. Hal ini tampak pada ekspresi wajah yang khas, tangisan yang merupakan permintaan tolong, menyembunyikan wajah dan sejauh mungkin menghindari objek atau orang yang ditakuti atau bersembunyi di belakang orang dewasa atau kursi. Semakin meningkatnya usia, reaksi rasa takut berubah karena adanya tekanan sosial. Reaksi menangis tidak ada lagi walau ekspresi wajah yang khas masih tetap ada, dan biasanya mereka menghindar dari objek yang ditakuti.

Setiap periode mempunyai ciri ekspresi rasa takut yang berbeda-beda. Reaksi takut sering diperlihatkan dengan gejala fisik, yaitu mata membelalak, menangis sembunyi, memegang orang, atau diam tak bergerak.

Jeffrey Gray mengemukakan beberapa bentuk penyebab rasa takut pada anak dapat diakibatkan oleh adanya rangsangan berupa suara keras, pengalaman menghadapi tempat atau orang asing, tempat tinggi, kamar gelap, berada seorang diri, rasa sakit atau karena interaksi sosial, terancam atau marah dengan orang lain. Pada periode awal anak, rasa tkut timbul disaat dirinya merasa terancam oleh benda-benda yang ditemuinya (misalnya pisau dan mobil). Stranger anxiety di sini anak belum mengenal / mampu memahami bahwa bukan dirnya yang terancam oleh benda tersebut. Reaksi yang di tampilkan adalah anak melakukan gerakan motorik, misalnya berlari, bersembunyi, memegang orang yang dikenalnya.

Pada periode akhir anak-anak, rasa takut timbul akibat fantasi yang dibentuk oleh anak itu sendiri yang menyebabkan harga dirinya terancam oleh lingkungannya (misal takut gagal, berbeda dengan orang lain, status, dan lain sebagainya). Keadaan ini disebabkan anak telah mengalami perkembangan kemampuan berpikir sehingga mampu membentuk fantasi dan menilai dirinya sendiri. Reaksi yang ditampilkan dapat secara langsung, misalnya berlari, sembunyi, menangis, ataupun marah. Reaksi ini dapat pula secara tidak langsung misalnya sakit perut, badan panas. Berkenaan dengan rasa takut ini Hurlock mengemukakan adanya reaksi emosi yang berdekatan dengan reaksi takut, yaitu Shyness atau rasa malu, embarrassement atau merasa kesulitan, khawatir, dan anxiety atau cemas. Adapun penjelsan masing-masing bagian dapat kita ikuti berikut ini.

a) Shyness atau malu adalah reaksi takut yang ditandai dengan “rasa segan” berjumpa dengan orang yang dianggap asing.

(8)

c) Khawatir timbul disebabkan oleh rasa takut yang dibentuk oleh pikiran anak sendiri, biasanya mengenai hal-hal khusus, misalnya takut dihukum orang tua, takut sekolah, takut terlambat, takut teman sebaya, takut dimusuhi, takut tidak populer.

d) Anxiety atau cemas, merupakan perasaan takut sesuatu yang tidak jelas dan dirasakan oleh anak sendiri karena sifatnya subjektif.

3. Cemburu

Cemburu adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang, baik kehilangan secara nyata terjadi maupun yang hanya sekedar dugaan. Perasaan cemburu muncul karena anak takut kehilangan atau merasa tersaingi dalam memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang yang dicintainya. Cemburu adalah bentuk lai dari marah yang menimbulkan rasa kesal atau benci terhadap orang yang disayang maupun terhadap saingannya. Rasa cemburu biasanya bercampur dengan marah dan takut. Dengan kemarahan dan rasa takutnya ini, anak yang cemburu biasanya merasa tidak aman. Reaksi cemburu dapat langsung ataupun ditekan. Reaksi perlawanan agresif, seperti menggingit, menendang, memukul, mendorong, menninju, dan menyakar, sedangkan cemburu yang tidak langsung bersifat lebih halus dari pada reaksi langsung sehingga lebih sukar untuk dikenali. Menurut Hurlock reaksi ini meliputi pengunduran diri ke arah bentuk perilaku yang infantile, seperti mengompol, menghisap jempol, makan-makan yang aneh, kenakalan yang umum perilaku merusak, menunjukkan kasih sayang dan masih banyak lagi.

Tiga penyebab utama yang menimbulkan kecemburuan pada masa kanak-kanak, yaitu sebagai berikut.

a. Cemburu yang terjadi di masa kanak-kanak biasanya berasal dari kondisi rumah.

b. Situasi sosial di sekolah jga bisa menjadi penyebab timbulnya rasa cemburu pada anak.

c. Cemburu pada anak-anak juga bisa timbul karena anak merasa saudaranya atau anak lain memiliki barang atau mainan yang lebih bagus dari miliknya.

4. Ingin Tahu

Rasa ingin tahu yang besar merupakan perilaku khas anak prasekolah. Bagi mereka kehidupan ini sangat ajaib dan menarik untuk dieksplorasi. Rasa ingin tahu melibatkan emosi kegembiraan dalam diri anak, terutama jika mereka dihadapkan pada aktivitas atau benda-benda yang baru. Rasa ingin tahu ini sangat efektif dalam membantu proses pembelajaran.

(9)

Iri hati muncul pada saat anak merasa ia tidak memperoleh perhatian yang diharapkan sebagaimana yang diperoleh teman atau kakak adiknya. Perasaan iri hati muncul lebih bersifat emosi negtif, ia timbul karena anak kurang memiliki rasa aman dan kepercayaan terhadap dirinya sendiri.

6. Senang / Gembira

Gembira adalah emosi yang menyenangkan. Rasa senang atau gembira ini adalah reaksi emosi yang ditimbulkan bila anak mendapatkan apa yang diinginkan, kondisi yang sesuai dengan harapannya. Rasa gembira bisa berbentuk kepuasan dalam hati, bisa pula lebih ekspresif, yaitu tersenyum, tertawa, sampai terbahak-bahak. Pada anak balita kegembiraan biasanya terlihat saat ia bermain dengan anak-anak seusianya, terutama saat ia bisa menunjukkan kemampuan yang melebihi teman-temannya. Dengan bertambahnya usia, anak pun akan belajar mengekspresikan kegembiraannya dalam cara-cara yang lebih diterima oleh lingkungan. Anak akan tahu kapan dan di mana ia boleh tertawa dengan bebas atau tahu bahwa menertawakan orang itu tidak baik.

7. Sedih

Sebagaimana yang telah dikemukankan pada pembahasan sebelumnya, perasaan sedih merupakan emosi negatif yang kemunculannya didorong oleh perasaan kehilangan atau ditinggalkan terutama oleh orang yang disayanginya. Perasaan sedih juga muncul karena anak merasa kecewa atas kegagalan atau ketidakberhasilan yang menimpanya.

8. Kasih sayang

Kasih sayang merupakan emosi positif yang sangat penting keberadaannya, ia menjadi dasar berbagai macam perilaku emosi dan kepribadian yang sehat, kekurangan kasih sayang pada awal masa kanak-kanak dapat berdampak buruk terhadap pembentukan kepribadiannya di masa depan.4

b. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

Sampai sekarang belum ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa ciri-ciri yang mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional. Goleman menyatakan bahwa secara umum ciri-ciri seseorang memiliki kecerdasan emosi adalah mampu memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres

(10)

tidak melumpuhkan kemampuan berfikir serta berempati dan berdoa.5Lebih lanjut Salovey dalam Goleman (1996) memerinci lagi aspek-aspek kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut:6

1. Mengenali emosi diri, yaitu kesadaran diri—mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi—merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.

2. Mengelola emosi, yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melapaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan.

3. Memotivasi diri sendiri, yaitu menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan.7 Ini adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan mengendalikan emosi, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. 4. Mengenali emosi orang lain (empati), yaitu kemampuan yang juga

begantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

5. Membina hubungan, yaitu keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini

5Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 45

(11)

akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.

c. Pengaruh Kecerdasaan Emosi Terhadap Kehidupan Anak Usia Dini

Menurut Hurlock, emosi sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi anak dalam lingkungan sosialnya, Antara lain:

1) Emosi akan membuat tubuh bersiap untuk melakukan suatu tindakan, emosi yang snagat kuat dapat mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh. Misalnya rasa marah yang luar biasa, tubuh akan bersiap untuk melakukan aktivitas yang biasa dilakukan ketika timbul rasa gelisah, tidak nyaman atau amarah yang terpendam.

2) Keterampilan motorik juga dapat terganggu oleh ketegangan emosi. Misalnya, karena merasa tegang seorang anak dapat terarah dan mengganggu kemampuan motoriknya apabila berlangsung lama.

3) Perasaan dan pikiran dapat dinyatakan melalui emosi yang dirasakan, yang akan menyebabkan perubahan ekspresi wajah, bahasa tubuh atau gesture tubuh, intonasi suara dan sebagainya.

4) Kegiatan mental pun dapat terganggu oleh emosi, maka dari itu proses berfikir, belajar, berkonsentrasi dan lainnya akan terpengaruh apabila emosi tidak stabil.

5) Pengelolaan emosi oleh seorang anak akan mempengaruhi bagaimana orang dewasa memperlakukan anak, dan hal ini akan mendasari bagaimana cara anak menilai dirinya sendiri.

6) Peranan anak dalam masyarakat dan keluarga secara sosial sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka dan memperngaruhi pandangan anak terhadap kehidupan.

7) Interaksi anak dengan lingkungannya juga dapat menjadi panduan cara berperilaku bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial. 8) Anak perlu dibiasakn untuk mengulan perilaku positif, karena reaksi

emosional yang diulang akan menetap menjadi suatu kebiasaan yang akan sulit diubah pada satu saat tertentu.

(12)

khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa

yang menyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.8

Sasaran Pengembangan Emosi. Hal yang penting untuk diperhatikan dan dibutuhkan anak dalam upaya pengembangan emosi yang sehat adalah sebagai berikut: rasa saling memiliki, rasa cinta dan kasih sayang keputusan sendiri, rasa aman, diberi kepercayaan pada dirinya, dipeelakukan sesuai dengan harapannya, diterima apa adanya dan diberikan sesuatu dengan ketulusan. Sasaran pengembangan sosial di TK adalah:

1) Keterampilan berkomunikasi 2) Keterampilan memiliki rasa humor 3) Menjalin persahabatan

4) Berperan serta dalam kelompok 5) Memiliki tata karma

6) Materi pembelajaran

Pengembangan sosial di TK meliputi cinta dan kasih sayang, empati, afiliasi, identifikasi, disiplin, tolong menolong dan tanggung jawab. Beberapa metode yang dapat membantu proses perkembangan emosi anak di Taman Kanak-kanak, di antaranya berikut ini.

1) Bernyanyi dan bermain musik. 2) Bermain peran.

3) Hand puppet. 4) Bercerita. 5) Gerak dan lagu.

6) Relaksasi dan meditasi.

7) Permainan feeling band (band perasaan). 8) Demonstrasi.

9) Permainan personifikasi.9

C. Urgensi mempelajari perkembangan dan kecerdasan emosi pada Anak Usia Dini Pentingnya kecerdasan emosional untuk masa depan anak. Kecerdasan emosional memegang peranan penting dan menyukseskan dan membentuk anak yang berhasil.

8 Ali Nugraha, dan Yeni Rahmawati. Metode Pengembangan Sosial Emosional. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005). Hal: 1.2-1.4.

(13)

Kecerdasan emosional memiliki porsi yang sangat besar dari pada kecerdasan intelektual anak. Kecerdasan intelektual atau yang bisa kita sebut dengan intelligence Quotient (IQ) hanya memiliki porsi sekitar 20 persen untuk membantu mensukseskan anak. Selebihnya atau sekitar 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosional atau EQ dan kecerdasan lainnya. Alasan kenapa kecerdasan emosional menjadi penting dikarenakan kebanyakan orang pasti akan menggunakan sisi emosionalnya dulu bila dibandingkan dengan sisi logisnya.

Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional anak maka kita bisa melihatnya dari perilakunya. Kecerdasan emosional yang baik akan bisa kita lihat dari:

1. Kemampuan anak untuk mengidentifikasi dan menentukan perasaan dan kemauan yang ada pada dirinya. Anak akan mengontrol rasa takut, rasa cemas, bahagia, susah dan perasaan lainnya dan tidak serta merta anak mengungkapkan rasa yang bersifat negatif dengan melakukan hal yang tidak terpuji.

2. Anak memiliki kecerdasan emosional yang baik akan bisa mengungkapkan perasaan terutama kepada orang lain jika memang hal tersebut memang harus dilakukan. Anak akan bisa menentukan kapan waktu yang pas, dan manfaat apa yang bisa didapatkab ketika mengungkapkan perasaan tersebut, khususnya terhadap anak lain.

3. Anak akan bisa mengatur suasana hatinya dan tidak akan melukai perasaan orang lain. 4. Kemampuan anak dalam berbagi dan berempati kepada orang lain terutama kepada orang yang membutuhkan. Anak akan bisa menentukab bentuk bantuan positif yang bisa diberikannya sesuai dengan kemampuannya.

5. Anak siap menghadapi masalah yang mendera dalam dirinya dan anak mampu mengatasinya dengan baik.

6. Anak memiliki rasa optimism dan anak mampu untuk memotivasi dirinya sendiri manakala sedang down.

7. Anak memiliki jiwa kemandirian yang kuat.10

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Bab II Tinjauan Pustaka, adalah dasar-dasar teori dari literatur ilmiah yang menjadi acuan yang digunakan di dalam penulisan penelitian meliputi geologi

Padahal Rhodamin B merupakan pewarna untuk kertas dan tekstil sehingga pewarna ini berbahaya bagi kesehatan (Salam, 2008). Permasalahan ini mendorong untuk

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh signifikan antara Earning Per Share (EPS) secara individu terhadap

Guru yang menyatakan My Atom tidak dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis pada indikator menjawab pertanyaan tentang elektron, menganalisis

Pada penelitian ini akan difokuskan terhadap cara mengatasi rendahnya tingkat proses pembelajaran siswa yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa pada mata

Keterlambatan bicara disebabkan karena beberapa hal, yang paling sering terjadi adalah tingkat intelegensi yang rendah, kurangnya rangsa (terutama pada tahun pertama), dan

[r]