• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas PENGANTAR KEWARGANE GARAAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas PENGANTAR KEWARGANE GARAAN INDONESIA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR KEWARGANEGARAAN

KELOMPOK 1 :

1. MUHAMAD USMAN SOFYAN (E1M014034)

2. MUHAMAD IQBAL (E1M014035)

3. NI PUTU RAYMITANUARY (E1M014037)

4. NI WAYAN WIDA S.P (E1M014038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan “MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN”.

Dalam penyusunan makalah ini, Kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu Kami mengucapkan terima kasih kepada mereka, kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi Kami.

Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bias memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Kami tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh Kami.

Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, Kami mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...2

BAB II KAJIAN TEORI...3

BAB III PERMASALAHAN...5

BAB IV PEMBAHASAN...6

4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan...6

4.2 Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan...6

4.3 Kompetensi yang diharapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan..9

4.4 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan...9

4.5 Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan...10

BAB V KESIMPULAN...12

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perjalanan panjang sejarah bangsa indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian di lanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan yang menimbulkan kondisi dan tutunan yang berbeda sesuai dengan jamannya.

Semangat perjuangan bangsa yang telah ditunjukan pada kemerdekaan 17 Agustus 1945 tersebut ditunjukan dengan keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan keikhlasan untuk berkoban. Landasan perjuangan tersebut merupakan nilai-nilai perjuangan Bangsa Indonesia.

Namun kini, semangat tersebut telah luntur akibat pengaruh globalisasi yang membuat dunia menjadi transparan. Pada masa perjuangan fisik, kekuatan yang dasyat terlahir karena kekuatan mental para pejuang bangsa. Untuk masa sekarang dan masa depan, diperlukan juga perjuangan non fisik sesuai dengan profesi melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ?

b. Apa landasan hukum dari pendidikan kewarganegaraan?

c. Apa saja kompetensi yang diharapkan dalam pendidikan kewarganegaraan? d. Apa tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan?

e. Apa fungsi pendidikan kewarganegaraan? 1.3 Tujuan

a. Mengetahui pengertian pendidikan kewarganegaraan

b. Mengetahui landasan hukum dari pendidikan kewarganegaraan

c. Mengetahui kompetensi yang diharapkan pendidikan kewarganegaraan b. Memahami tujuan pendidikan kewarganegaraan

(6)

BAB II KAJIAN TEORI

Pendidikan Kewarganegaraan adalah terjemahan dari istilah asing civic education atau

citizenship education. Terhadap dua istilah ini, John C. Cogan telah membedakan dengan mengartikan civic education sebagai “...the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives” (Cogan, 1999:4), atau suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya. Sedangkan

citizenship education digunakan sebagai istilah yang memiliki pengertian yang lebih luas yang mencakup “...both these inschool experiences as well as out-of school or non-formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen” (Cogan, 1999:4). Artinya, pendidikan kewarganegaraan merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi di lingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media.

Di sisi lain, David Kerr mengemukakan bahwa Citizenship or Civics Education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (through schooling, teaching and learning) in that preparatory process. (Kerr, 1999:2). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan (termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar) dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Untuk konteks di Indonesia, citizenship education oleh beberapa pakar diterjemahkan dengan istilah pendidikan kewarganegaraan (ditulis dengan menggunakan huruf kecil semua). (Somantri, 2001; Winataputra, 2001) atau pendidikan kewargaan (Azra, 2002). untuk kepentingan penulisan diktat ini kedua istilah tersebut digunakan secara bertukar pakai sebagai Pendidikan Kewarganegaraan.

(7)

negara muda akan hak-hak, peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, sedang civic education adalah citizenship education yang dilakukan melalui persekolahan.

Mempertegas tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, Cholisin (Samsuri, 2011) berpandangan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik yang yang fokus materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itudiproses dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Sejalan dengan pendapat Cholisin di atas, Soedijarto (dalam ICCE, 2003) juga mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikut serta dalam membangun system politik yang demokratis..

(8)

BAB III PERMASALAHAN

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang menjadikan warga negara Indonesia cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Pada dasarnya karakter yang dibentuk oleh PKn yaitu karakter bangsa, karakter yang dapat mencerminkan to be good citizenship (menjadi warga negara yang baik).

Dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 35 ayat 3 ditegaskan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat : (a) pendidikan agama, (b) Pendidikan Pancasila, (c) Pendidikan Kewarganegaraan, dan (d) Bahasa Indonesia. Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu muatan wajib kurikulum pendidikan tinggi di seluruh Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan selanjutnya dalam struktur kurikulum pendidikan tinggi merupakan salah satu komponen Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang dikenal juga dengan Mata Kuliah Umum (MKU).

(9)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli diantaranya :

a. Zamroni (2001) mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.

b. Merphin Panjaitan (dalam Tim ICCE UIN Jakarta, 2003) mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga Negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.

c. Soedijarto (dalam Tim ICCE UIN Jakarta, 2003) mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.

Dari berbagai pengertian Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa “Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan demokrasi dan politik, yang secara substansial untuk mencerdaskan generasi bangsa dan sadar akan kewajiban dan hak-hak untuk membangun negara serta siap dalam warga dunia”.

4.2 Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

1.UUD 1945 .

a. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).

b. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan pemerintahan. c. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.

d. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

(10)

2.UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3.Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Contoh Kasus .

Atas undangan dan niat positif PSSI, Irfan Bachdim dan Sergio van Dijk datang ke Indonesia. Dari hasil pertandingan eksebisi di atas lapangan, baik pelatih maupun penonton sama-sama puas. Dukungan agar keduanya membela Merah-Putih kian deras. PSSI menyambut positif. Apa lagi yang dibutuhkan? Tepat, status kewarganegaraan kedua pemain.

Irfan memiliki darah Indonesia dari sang ayah yang menikahi seorang wanita Belanda, sedangkan kakek-nenek Sergio adalah orang Indonesia asli sebelum mengungsi ke Negeri Kincir Angin itu 1950-an silam. Keduanya masih memiliki sanak keluarga di Indonesia dan acap mengunjungi nusantara.

Berdasarkan undang-undang tentang kewarganegaraan terbaru, UU no.12/2006, dikenal status kewarganegaraan ganda dalam tataran hukum Indonesia. Namun, status tersebut hanya berlaku pada anak hasil pernikahan antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara asing (WNA). Hingga berusia 18 tahun atau menikah, anak tersebut harus memilih kewarganegaraannya.

Jika memilih menjadi WNI, dia harus menyatakan dengan tertulis kepada pemerintah/pejabat yang membidangi/Departemen Kehakiman. Pernyataan tersebut harus disampaikan dalam tenggang waktu tiga tahun setelah ulang tahun ke-18. Berdasarkan prinsip ini, Irfan harus menentukan sikap. Lahir tanggal 11 Agustus 1988, Irfan masih punya hak untuk menjadi WNI hingga 11 Agustus 2009. Jika tidak ada pernyataan hingga tenggat tersebut, hak untuk menjadi WNI otomatis hilang. Irfan saat ini terdaftar sebagai pemain FC Utrecht dengan menggunakan paspor Belanda.

Untuk kasus Sergio, sedikit lebih rumit karena UU tersebut tidak menyebutkan secara spesifik status kewarganegaraan dari kakek/nenek, melainkan langsung dari orangtua. Jadi, karena Indonesia tidak mengenal kewarganegaraan ganda, Sergio harus menanggalkan kewarganegaraan Belanda untuk menjadi WNI.

(11)

tahun, lahir di wilayah Republik Indonesia atau setidaknya sudah tinggal selama lima tahun berturut-turut, dan cukup datat berbahasa Indonesia.

Proses tersebut dapat berjalan “instan” jika Pemerintah atau terlebih dahulu PSSI melakukan inisiatif dengan alasan kepentingan negara atau karena prestasi yang luar biasa, dalam hal ini di bidang olahraga, yaitu sepakbola. Status WNI akan diberikan oleh Presiden Republik Indonesia setelah memperoleh pertimbangan dari DPR RI.

Kasus naturalisasi di dunia olahraga pernah terjadi ketika pebasket Mario Wuysang dan pebulutangkis senior Ferry Sonneville memilih membela bendera Indonesia di pentas internasional. Namun, berbeda dengan Sergio, keduanya relatif memiliki “kemudahan” karena lahir di bumi Indonesia. Mario lahir di Sidoarjo, sedangkan opa Ferry terlahir di Jakarta.

Harus diingat, semua proses tersebut baru akan dilalui jika kedua pemain yang diharapkan segenap penggila sepakbola negeri ini memantapkan pilihannya. Irfan masih ragu-ragu, karena usianya masih muda dan pintu ke timnas Belanda relatif masih terbuka. Sedangkan Sergio tampak lebih yakin, meski dalam wawancara eksklusif GOAL.com, striker berusia 26 tahun ini menandaskan harus memutuskannya dengan masak-masak karena harus memikirkan kepentingan keluarganya – antara lain pacar yang segera melahirkan anaknya.

Berdasarkan prinsip ius sanguinis yang dikenal dalam hukum ketatanegaraan internasional, seseorang yang dilahirkan dari keturunan warga negara tertentu berhak atas kewarganegaraan negara tersebut. Vietnam memanfaatkan prinsip ini dengan memperkenalkan status kewarganegaraan ganda untuk menyatukan sanak keluarga warganya yang tercerai-berai akibat perang.

(12)

4.3 Kompetensi yang Diharapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seseorang afar ia mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.

Kompetensi lulusan Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari seorang warga negara dalam hubungan dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan konsepsi flasasah bangsa, wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.

Sifat cerdas yang dimaksud tersebut tampak pada kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat bertanggung jawab tampak pada kebenaran tindakan, ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, etika maupun kepatutan ajaran agama dan budaya.

Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :

1.) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3.) Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. 4.) Besifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

5.) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.

4.4 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Tim ICCE UIN Jakarta (2003) disebutkan bahwa tujuan PKn adalah sebagai berikut:

(13)

b. Menjadikan warga masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, dan demokratis.

c. Menghasilkan mahasiswa yang berfikir komprehensif, analitis, kritis, dan bertindak demokratis.

d. Mengembangkan kultur demokrasi, yaitu kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi, kemampuan meahan diri, kemampuan melakukan dialog, negosiasi, kemampuan mengambil keputusan serta kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan politik bermasyarakatan.

e. Membentuk mahasiswa menjadi good and responsible citizen (warga Negara yang baik dan bertanggung jawab) melalui penanaman moral dan keterampilan social sehingga kelak mereka mampu memahami dan memecahkan persoalan-persoalan actual kewarganegaraan, seerti toleransi, perbedaan pendapat, bersikap empati, menghargai pluralitas, kesadaran hokum dan tertib sosil, menjujung tinggi HAM, mengebngkan demokratisasidalam berbagai lapangan kehidupan dan menghargai kearifan local.

4.5 Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Winataputra (2003) menegaskan bahwa PKn dengan paradigm barunya sebagai pendidikan demokrasi mengemban tiga fungsi pokok, yaitu :

a. Mengembangkan kecerdasan warga Negara (civic intelligence) b. Membina tanggung jawab warga Negara (civic responsibility) c. Mendorong partisipasi warga Negara (civic participation)

Fungsi PKn sebagaimana dikemukakan diatas memperlihatkan adanya beban berat yang dipikulkan kepada PKn sebagai salah satu mata kuliah di Perguruan Tinggi.

(14)

sikap positif sekaligus memilah dan memilih mana yang seharusnya dan mana yang tidak seharusnya. Selanjutnya kecerdasan sosial terkait dengan kemampuan mengembangkan komunikasi dan interaksi sosial dalam rangka membangun sikap saling menghormati, menghargai dan saling tolong menolong antar sesame, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, maupun budaya. Sementara itu, kecerdasan emosional terkait dengan kemampuan menjaga emosi dengan stabil, tidak emosional, menanggapi setiap permasalahan secara arif dan bijaksana.

Pada fungsi kedua, membina tanggung jawab warga Negara (civic responsibility) mengamanatkan upaya pembinaan terhadap warga Negara yang senantiasa melaksanakan kewajiban dan hak secara seimbang.dalam hal ini, warga Negara yang hendak dibangun melalui PKn adalah warganegara yang tidak hanya menuntut hak atau melaksanakan kewajiban saja akan tetapi keseimbangan antar keduanya.

Pada fungsi ketiga, yaitu mendorong partisipasi warga Negara (civic participation), berorientasi pada upaya memberi motivasi kepada warga Negara untuk senantiasa dapat ambil bagian dalam membangun bangsa dan Negara sesuai dengan kedudukan dan fungsi yang di embannya. Berkenaan dengan hal ini maka, sebagai bagian dari warganegara Indonesia tidak selayaknya berpangku tangan, mengharap sesuatu tanpa melakukan sesuatu, akan tetapi ikut ambil bagian melalui berbagai aksi positif yang memberi kemanfaatan tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi orang lain, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Selain ketiga fungsi pokok Pengantar pendidikan tersebut, adapun fungsi yang lain diantaranya :

Membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional /tujuan negara a. Dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam

menyelsaikan masalah pribadi, masyarakat dan negara.

b. Dapat mengapresiasikan cita-cita nasional dan dapat membuat keputusan-keputusan yang cerdas.

(15)

BAB V KESIMPULAN

1. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah pendidikan demokrasi dan politik, yang secara substansial untuk mencerdaskan generasi bangsa dan sadar akan kewajiban dan hak-hak untuk membangun negara serta siap dalam warga dunia.

2. Menurut landasan Hukum Kewarganegaraan di Indonesia, seseorang haruslah mempunyai satu kewarganegaraan saja dan tidak boleh ganda. Untuk mendapatkan perlindungan hukum internasional dari Negara.

3. Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :

a.) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b.) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara. c.) Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. d.) Besifat profesional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.

e.) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.

4. Tujuan Pendidikan kewarganegaraan (PKn)

a.untuk menjadikan mahasiswa cerdasbaik dan bertanggung jawab, kritis dan analisis b.mengembangkan masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan

c.membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab. 3. Fungsi pendidikan kewarganegaraan

a.untuk mencerdaskan warga Negara (citizen intelligent)

b.untuk membina tanggung jawab warga Negara (citizen responsible) c.mendorong partisipasif warga Negara (citizen partisifatip)

(16)

DAFTAR PUSTAKA http://stkip.files.wordpress.com/2011/05/ppkn1. pdf

http:// yantifitriyani.blogspot.com/2012/03/pentingnya -pendidikan-kewarganegaraan.html

http://abaslessy.wordpress.com/2012/04/02/bab-i-pengantar-pendidikan-kewarganegaraan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Pasha, MK. (2002). Pendidikan Kewarganegaaan (Civics Education). Yogyakarta: Citra Karsa mandiri.

Wahab, A. A dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Daya aktif adalah daya yang dipakai untuk keperluan menggerakkan mesin atau mekanik, dimana daya tersebut dapat diubah menjadi panas. Daya aktif ini merupakan pembentuk dari

Berdasarkan paparan tersebut, dapat peneliti jelaskan bahwa pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan akan bertambah. Keterampilan kinestetik berupa

Seluruh petugas Rumah Sakit yang melayani pasien dan tenaga khusus promosi kesehatan.. Kapan menurut saudara saat yang tepat dalam melaksanakan

Dari fabel di atas, bagian komplikasi sampai klimaks terdapat pada. paragraf

kemampuan pemerintah dalam mengelola sampah telah menimbulkan penumpukan sampah di lokasi-lokasi penampungan sampah sementara. Sampah yang menumpuk dan masuk ke dalam

Tabel. 1 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran.. Selain itu dalam memotivasi dan membimbing siswa untuk memecahkan masalah juga sudah baik, karena guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mimba dengan dosis 1% mampu mempertahankan SR sebesar 100%, meningkatkan jumlah eritrosit ikan nila sebesar 15,0×10

Dalam makna yang demikian ini pula, kiranya tindakan Abu Bakar dalam memerangi orang- orang yang murtad serta orang yang enggan untuk berzakat 40 tidaklah dinilai sebagai