• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR - Analisis Risiko Bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kab. Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KATA PENGANTAR - Analisis Risiko Bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kab. Jember"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko)

Oleh:

Winda Yulia S (NIM 122110101012)

Atika Nurul Hidayah (NIM 122110101135)

Akbarrio (NIM 122110101147)

Kelompok 10

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Risiko yang berjudul “Analisis Risiko Bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang tegak di atas agama-Nya hingga akhir zaman.

Makalah Manajemen Risiko ini membahas tentang pengertian, identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian atas risiko bencana, beserta studi kasus terkait risiko bencana

Penulisan Makalah Manajemen Risiko ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember;

2. Dr. Isa Ma’rufi, M.Kes selaku dosen mata kuliah Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yakni Manajemen Risiko;

3. Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungannya kepada kami, baik moril maupun materiil;

4. Teman-teman FKM angkatan 2012 yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, atas segala bentuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sama halnya dengan makalah ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga penulis dapat mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat memberikan sumbang pikir yang positif bagi pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Jember, 3 Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB 1. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...3

1.3.1 Tujuan Umum...3

1.3.2 Tujuan Khusus...3

1.4 Manfaat...3

1.4.1 Manfaat Teorttis...3

1.4.2 Manfaat Praktis...3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Definisi Bencana Banjir...5

2.2 Definisi Risiko Bencana...5

2.3 Konsep Manajemen Risiko Bencana...5

2.4 Tujuan Manajemen Risiko Bencana...6

2.5 Tahapan Manajemen Risiko Bencana...7

2.5.1 Pra bencana...7

2.5.2 Saat Bencana...8

2.5.3 Pasca Bencana...10

2.6 Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana...10

2.6.1 Identifikasi Bencana...13

2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana...14

2.6.3 Pengendalian Risiko Bencana...14

2.7 Sumberdaya Penanganan Bencana...15

2.8 Komunikasi...15

2.9 Investigasi dan Pelaporan...16

2.10 Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana...16

(4)

3.1 Profil Desa Kemiri...17

3.1.1 Gambaran Umum Desa Kemiri...17

3.1.2 Kondisi Topografi...17

3.1.3 Struktur Kependudukan...17

3.1.4 Sarana dan Prasarana...19

3.2 Identifikasi Risiko Bencana...20

3.3. Pengendalian risiko...25

3.4. Upaya yang Harus Dilakukan...25

BAB 4. PENUTUP...27

4.1 Kesimpulan...27

4.2 Saran...28

(5)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rentan terhadap gerakan tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Pada tanggal 1 Januari 2006, hujan yang berintensitas tinggi (178 mm/ hari), menyebabkan gerakan tanah yang berkembang menjadi banjir bandang. Tepat pada 2 Januari 2006 Kabupaten Jember banjir bandang melanda kecamatan Panti. Banjir bandang yang terjadi di malam hari tersebut membawa serta lumpur, bebatuan-bebatuan besar serta membawa kayu dari atas gunung Argopuro. Longsoran tersebut menghanyutkan dan mengubur rumah-rumah penduduk khususnya di sekitar bantaran Kali Dinoyo dan Kali Putih. Lima desa yang dilaluinya hancur diterjang lumpur, kayu dan bebatuan, yaitu Desa Kemiri, Suci, Pakis, Gelagahwero dan Desa Panti sendiri.

Desa Kemiri dan Suci merupakan areal terparah yang terlanda banjir. Dari data BPS Kabupaten Jember bencana banjir bandang yang terjadi 2 Januari 2006 mengakibatkan 76 orang meninggal dunia, 15 orang hilang, 1.900 orang mengungsi dan 36 rumah hanyut, 2.400 rumah rusak, 6 jembatan putus serta 140 ha sawah rusak terendam lumpur.

Banjir yang terjadi di awal tahun 2006 tersebut banyak menyebabkan korban jiwa, 57 orang meninggal, 15 orang hilang, puluhan orang luka-luka, dan sekitar 300 orang masih terisolasi (Indofirstaid,2006). Pada awal tahun 2009, banjir kembali terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Jember salah satunya wilayah Panti dan Rambipuji (Surya Online, 2009). Di awal tahun 2011, sekitar awal bulan maret banjir kembali terjadi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Banjir yang terjadi pada tahun 2011 ini menyebabkan 4 orang luka, ratusan rumah rusak, dan satu rumah hancur total (Kompas.com, 2011). Hal ini membuktikan kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir.

(6)

besar sebaran pemukiman penduduk berada di dataran rendah dengan ketinggian 50 m hingga 140 m dari permukaan laut dan sebagian kecil lainnya berada pada ketinggian di atas 140 m dari permukaan laut dengan kondisi kemiringan lereng yang relatif curam. Berdasarkan kondisi topografi tersebut kecamatan Panti menjadi sangat rawan akan bencana (Nurul Priyantari, dkk)

Pemukiman penduduk di Desa Kemiri berada di lereng gunung dan berkelok di sepanjang tebing sungai. Selain sungai-sungai kecil, dua sungai besar mengapit Desa Kemiri, sungai Dinoyo dan Kali Putih, membuat masyarakat tidak terlalu banyak pilihan untuk tempat berlindung. Pemukiman penduduk yang cukup padat meningkatkan tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana, khususnya bencana longsor dan banjir bandang terutama saat musim penghujan tiba.

Bencana dan risikonya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan melihat data kejadian banjir di Desa Kemiri, diperlukan upaya manajemen risiko bencana. Manajemen risiko bencana adalah upaya sistematis dan komprehensif untuk menanggulangi semua kejadian bencana secara cepat, tepat, dan akurat untuk menekan korban dan kerugian yang ditimmbulkannya (Ramli, 2011). Dalam upaya penanganan risiko bencana harus disesuaikan dengan kondisi desa setempat. Terdapat unsur-unsur penting dan pertimbangan-pertimbangan dasar yang harus diperhatikan. Unsur-unsur tersebut manajemen risiko yang terdiri dariproses identifikasi, pengukuran risiko, analisa hasil pengukuran, mitigasi dan pengendalian risiko, monitoring dan reporting risiko.

1.2 Rumusan Masalah

(7)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi risiko bencana di DesaKemiri Kecamatan Panti KabupatenJember ?

2. Mengukur risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

3. Merumuskan pengendalian terhadap risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

1.4 Manfaat

1.4.1Manfaat Teorttis

Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Kesehatan Masyarakat khususnya bidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terkait studi manajemen risiko bencana.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dapat menambah data dan referensi tentang manajemen risiko bencana utamanya di bidang Keselamatandan Kesehatan Kerja

4. Bagi Penulis

(8)
(9)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Banjir

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana didefinisikan sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana dapat disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).

2.2 Definisi Risiko Bencana

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang dinyatakan dalam hidup, status kesehatan,mata pencaharian, aset dan jasa, yang dapat terjadi pada suatu komunitas tertentu ataumasyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu (UNISDR, 2009). Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Definisi risiko bencana mencerminkan konsep bencana sebagai hasil dari hadirnya risiko secara terus menerus. Risiko bencana terdiri dari berbagai jenis potensi kerugian yang sering sulit untuk diukur.Namun demikian, dengan pengetahuan tentang bahaya, pola populasi, dan pembangunansosial-ekonomi, risiko bencana dapat dinilai dan dipetakan, setidaknya dalam arti luas.

2.3 Konsep Manajemen Risiko Bencana

(10)

sebab, antara lain; jarak waktu dimulai perencanaan, keterbatasan informasi yang diperlukan, keterbatasan pengetahuan pengambil keputusan dan sebagainya.

a. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.

b. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi. c. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai

suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian. Manajemen risiko bencana adalah proses sistematis menggunakan arahan administrasi, organisasi, dan keterampilan operasional dan kapasitas untuk mengimplementasikan strategi, kebijakan dan peningkatan kapasitas penanggulangan untuk mengurangi dampak merugikan dari bahaya dan kemungkinan terjadinya bencana (UNISDR, 2009). Menurut Agus Rahmat (2006:12) Manajemen Risiko Bencana merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus Manajemen Risiko Bencana yang bertujuan antara lain:

a. Mencegah kehilangan jiwa seseorang b. Mengurangi penderitaan manusia.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat dan juga kepada pihak yang berwenang mengenai risiko.

d. Mengurangi kerusakan insfrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis lainnya.

Manajemen risiko bencana dibagi 2, yaitu:

1. Manajemen risiko bencana korektif, merupakan aktivitas pengelolaan yanga mengatasi dan berupaya untuk mengoreksi atau mengurangi risko bencana yang sudah ada

2. Manajemen risiko bencana prospektif, merupakan aktivitas-aktivitas pengelolaan yang menangani dan berupaya menghindarkan berkembangnya risiko bencana baru atau meningkatnya risiko bencana.

2.4 Tujuan Manajemen Risiko Bencana

(11)

terjadi. Sebagai akibatnya, manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah pengamanan dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.

Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan untuk:

a. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang tidak diinginkan. b. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu bencana atau

kejadian.

c. Meningkatkan kesadaran semua pihakdalam masyarakat atau organisasai tentang bencana sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana

d. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana sehingga korban dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi.

2.5 Tahapan Manajemen Risiko Bencana

Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:

2.5.1 Pra bencana

Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi.

1. Kesiapsiagaan

Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.

2. Peringatan dini

Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan datangnya suatu bencana.

3. Mitigasi

(12)

Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan antara lain:

1. Pendekatan teknis

Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana misalnya membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman, misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya. 2. Pendekatan manusia

Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadapinya.

3. Pendekatan admisnistratif

Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya di tahap mitigasi sebagai contoh:

1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko bencana

2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industry berisiko tinggi.

3. Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat di setiap organisasi baik pemerintahan maupun industry berisiko tinggi.

4. Pendekatan kultural

Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang telah mebudaya sejak lama.

2.5.2 Saat Bencana

Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.

(13)

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.

Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalm kondisi tanggap darurat antara lain:

1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya.

2) Penentuan status keadaan darurat bencana.

3) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.

4) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkenA bencana.

Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Hal yang dapat dilakukan antara lain:

a) Pemenuhan kebutuhan dasar

b) Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang dengan keterbatasan fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang dikategorikan lemah) c) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.

b. Penanggulangan bencana

Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus menurut kondisi dan skala kejadian.

Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana.

2.5.3 Pasca Bencana

(14)

a. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

b. Rekonstruksi

Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana

2.6 Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana

Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah identifikasi dan penilaian risiko bencana. Identifikasi bencana mutlak diperlukan sebelum mengembangkan sistem manajemen bencana.

Menurut PP No. 21 tahun 2008 , risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta. Dan gangguan kegiatan masyarakat.

Persyaratan analisi risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.

b. Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.

c. Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyususnan analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.

d. Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.

(15)

f. Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

g. BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.

Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau kegiatan yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis Risiko Bencana (ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data mengenai potensi bencana yang mungkin dapat terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau tingkat risiko atau keparahannya.

Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan tingkat keparahan bencana yang mungkin terjadi.

Risiko = f (bahaya x kerentanan/kemampuan) Sumber : Peraturan Kepala BNPB No. 04 Tahun 2008

Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena bencana. Demikian pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau penduduk, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.

Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian:

Nilai Probabilitas Keterangan

5 Pasti hampir dipastikan 80 - 99%

4 Kemungkinan Besar 60-80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang

3 Kemungkinan terjadi 40-60% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 100 tahun

2 Kemungkinan kecil 20-40% terjadi dalam 100 tahun 1 Kemungkinan sangat kecil Hingga 20%

(16)

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila bencana itu memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:

a. jumlah korban; b. kerugian harta benda;

c. kerusakan prasarana dan sarana;

d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,

Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

Nilai Dampak Keterangan

5 Sangat parah 80 - 90% wilayah hancur dan lumpuh total

4 Parah 60-80% wilayah hancur

3 Sedang 40-60% wilayah rusak

2 Ringan 20-40% wilayah rusak

1 Sangat Ringan < 20% wilayah rusak Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

No Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak

1 Gempa Bumi diikuti tsunami 1 4

2 Tanah Longsor 4 2

3 Banjir 4 3

4 Kekeringan 3 1

5 Angin Puting beliung 2 2

Sumber : Peraturan kepala BNPB No. 04 tahun 2008

(17)

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya yang perlu ditangani.

Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1) a. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)

b. Bahaya/ancaman sedang nilai 2 c. Bahaya/ancaman rendah nilai 1

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi bencana

b. Penilaian dan evaluasi risiko bencana c. Menentukan pengendalian bencana

2.6.1 Identifikasi Bencana

Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca, alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan suatu bencana yang dapat terjadi.

2.6.2 Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana

Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan dan skala dampak yang mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan demikian dapat diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.

a. Penilaian Risiko Bencana

Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan melalui penilaian Risiko Bencana. Banyak Metoda yang dapat dilakukan untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan permodelan risiko.

b. Evaluasi Risiko

(18)

2.6.3 Pengendalian Risiko Bencana

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai. Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Mengurangi kemungkinan

Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.

b. Mengurangi dampak atau keparahan

Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program kerja penerapannya.

2.7 Sumberdaya Penanganan Bencana

Penanganan bencana memerlukan sumberdaya yang memadai sesuai dengan tingkat dan jenis bencana yang akan dihadapi. Oleh karena itu, manajemen atau pimpinan tertinggi harus menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk mengelola bencana di lingkungan masing-masing.

Berbagai sumberdaya yang diperlukan untuk menangani suatu bencana anta lain: a. Sumberdaya manusia

Penanganan bencana memerlukan sumberdaya manusia yang memadai baik dari segi jumlah mapun kompetensi dan kemampuannya. Oelh karena itu sebelum menyusun sistem manajemen bencana yang baik, terlebih dahulu harus diidentifikasi kebutuhan sumberdaya manusia yang diperlukan, misalnya untuk Tim penanggulangan bencana, Tim medis, logistic, Tim teknis, dan lain-lain.

b. Prasarana dan Material

(19)

Oleh karena itu setiap daerah harus memiliki sarana minimal yang diperlukan dalam suatu bencana sehingga keterlambatan dalam membantu korban dapat dihindarkan. Jenis sarana yang diperlukan tentunya disesuaikan dengan sifat bencana dan skala bencana yang mungkin terjadi sesuai hasil identifikasi.

c. Sumberdaya finansial.

Kegiatan manajemen tanggap darurat jelas membutuhkan biaya, baik sebelum maupun saat dan setelah bencana. Oleh karena itu komitmen manajemen atau pimpinan tertinggi sangat diperlukan.

2.8 Komunikasi

Selama keadaan darurat berlangsung, diperlukan komunikasi yang baik guna menjamin kelancaran upaya penanggulangan. Komunikasi diperlukan dalam sistem manajemen bencana mulai tahap perencanaaan, mitigasi, tanggap darurat, sampai ke rehabilitasi.

Komunikasi dalam manejemn bencana dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Komunikasi organisasi tanggap darurat

b. Komunikasi kepada masyarakat

c. Komunikasi dengan pihak eksternal baik nasional maupun internasional. 2.9 Investigasi dan Pelaporan

Setiap kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah harus diinvestigasi dan dilaporkan kepada instansi atau pihak yang ditunjuk, misalnya BNPB atau BPBD kabupaten/ kota.

Investigasi atau penyelidikan bencana sangat diperlukan dengan tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya bencana

b. Mengetahui kelemahan atau kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan penanganan bencana yang dilakukan

c. Mengetahui efektivitas organisasi penanganan bencana yang ada

d. Menentukan langkah perbaikan atau pencegahan terulangnya suatu bencana

e. Sebagai masukan dalam melakukan perbaikan atau penyempurnaan sistem manajemen bencana dan dalam menentukan kebijakan pembangunan.

2.10 Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana

(20)

Inspeksi adalah suatu upaya pemeriksaan rutin atau berkala untuk memeriksa kesiapan penanganan bencana. Semua peralatan penanganan bencana harus diperiksa dan diuji kelayakannya sehingga siap digunakan setiap saat.

(21)

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Profil Desa Kemiri

3.1.1 Gambaran Umum Desa Kemiri

Desa Kemiri terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Desa ini memiliki luas wilayah 1.578.584 Ha. Desa Kemiri membawahi lima dusun yaitu, Dusun Delima, Dusun Kantong, Dusun Krajan, Dusun Krajan, Dusun Sodong, Dusun Danci, dan Dusun Tenggiling. Sebelah utara desa berbatasan dengan Pegungan Argopuro, sebelah timur desa berbatasan dengan Desa Sukorambi, sebelah selatan desa berbatasan berbatasan dengan Desa Serut dan Desa Suci, dan sebelah barat desa berbatasan dengan Desa Suci (Profil Desa Kemiri, 2009).

3.1.2 Kondisi Topografi

Topografi Desa Kemiri berupa 20% dataran rendah dengan luas 303 Ha dan 80 % perbukitan atau pegunungan dengan luas 1.275 Ha. Sebagian besar lahan di Desa Kemiri digunakan sebagai lahan perkebunan. Perkebunan tersebut terdiri atas perkebunan daerah (700.000 Ha) dan perkebunan swasta (350.000 Ha). Lahan yang digunakan untuk sawah pertanian seluas 290.584 Ha. Sedangkan lahan untuk pemukiman dan pekarangan memiliki luas 142.500 Ha. Sisanya untuk Tegalan dengan luas 94.000 Ha dan kuburan dengan luas 1.500 Ha) (Profil Desa Kemiri, 2009).

3.1.3 Struktur Kependudukan

1. Jumlah penduduk menurut kepala keluarga

No DUSUN JUMLAH

PENDUDUK JML K.K.

1 Delima 2,006 Jiwa 530 KK

2 Kantong 1,204 Jiwa 305 KK

3 Krajan 1,242 Jiwa 277 KK

4 Sodong 1,441 Jiwa 596 KK

5 Danci 1,539 Jiwa 376 KK

(22)

Jumlah 8,807 Jiwa 2,440 KK

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009 2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur

NO KELOMPOK UMUR

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009 3. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 Petani 108 Orang

2 Buruh Tani 543 Orang

3 Peternak Sapi/Kambing 257 Orang

4 Buruh Perkebunan 881 Orang

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009 4. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1 SD / MI 2,741 Orang

2 SMP / MTs 2,005 Orang

3 SLTA / MA 744 Orang

(23)

5 SARJANA S,1 39 Orang

6 SARJANA S,II - Orang

7 Pondok Pesantren 681 Orang

8 Buta Huruf 1,567 Orang

JUMLAH 7,832 Orang

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009 3.1.4 Sarana dan Prasarana

1. Sarana dan prasarana transportasi

NO JENIS PRASARANA VOLUME KONDISI

1 Jalan Negara - -

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009 2. Sarana dan prasarana telekomunikasi dan informasi

NO JENIS PRASARANA DAN SARANA JUMLAH 1 Prasarana Kantor Pos - Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009 3. Prasarana pendidikan

NO JENIS PRASARANA JUMLAH

(24)

2 SD / MI 6 Unit

3 SLTP / MTs 2 Unit

4 SLTA / MA 2 Unit

5 UNIVERSITAS/PERGURUAN TINGGI -

6 PONDOK PESANTREN 3 Unit

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009 4. Prasarana Kesehatan

NO JENIS PRASARANA JUMLAH

1 Puskesmas

-2 Puskesmas pembantu

-3 Polindes 1 unit

4 Posyandu 12 unit

Sumber: Profil Desa Kemiri, 2009

3.2 Identifikasi Risiko Bencana a. Identifikasi risiko

Langkah awal dalam perspektif manajemen risiko adalah melakukan identifikasi risiko. Keberhasilan suatu proses manajemen risiko bencana sangat ditentukan oleh kemampuan dalam menentukan atau mengidentifikasi semua risiko dan penyebab bencana. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko sebanyak mungkin. Dalam manajemen risiko bencana, identifikasi risiko dapat dimulai dari mendaftar jenis risiko, factor bahaya, factor kerentanan dan kapasitas.

Berikut risiko bencana di Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember

Risiko Faktor Bahaya Faktor Kerentanan Faktor Kapasitas Banjir 1. Kondisi topografi

(25)

mengapit Desa Kemiri yaitu sungai Dinoyo dan Kali Putih 3. Derasnya aliran

(26)

Keterangan :

 Untuk probabilitas memiliki nilai 4, yakni kemungkinan Besar terjadi (60-80% terjadi tahun depan, atau sekali dalam 10 tahun mendatang)

(27)
(28)
(29)

3.3. Pengendalian risiko

a. Mengurangi kemungkinan

Sangat sulit untuk mengurangi kemungkinan banjir di desa kemiri, karena banjir sangat dipengaruhi siklus hujan.

b. Mengurangi dampak

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak adalah sebagai berikut: 1) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan

2) Pembangunan system pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir

3) Tidak membuang sampah ke sungai, mengadakan program pengerukan sungai.

4) Program penghijauan daerah hulu sungai c. Menurunkan tingkat kerentanan

Upaya untuk menurunkan tingkat kerentanan sulit dilakukan, karena ini menyangkut dengan karakteristik geografi wilayah, jumlah penduduk dan lain sebagainya.

d. Meningkatkan kapasitas

1) Mengadakan simulasi bencana melibatkan masyarakat 2) Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat tentang banjir 3) Meningkat pengetahuan masyarakat tentang banjir

3.4. Upaya yang Harus Dilakukan a. Sebelum banjir

a. Tingkat warga

a) Bersama aparat terkait, dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan sekitar, terutama saluran air dari timbunan sampah

b) Membentuk tim penanggulangan banjir dan menentukan posko c) Koordinasi untuk pengadaan alat evakuasi

d) Komunikasi

b. Tingkat keluarga

a) Simak informasi atau peringatan dini dari tim warga mengenai curah hujan b) Amankan dokumen-dokumen penting dan persiapkan obat-obatan dan

(30)

b. Saat banjir

a) Matikan aliran listrik

b) Mengungsi ke daerah yang aman c. Setelah banjir

a) Sesegera mungkin membersihkan rumah untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare

(31)

BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

No Identifikasi Penilaian Pengendalian

Wilayah Jenis risiko Risiko Faktor Bahaya

(32)

masyarakat tentang banjir 9) Meningkatka

n

pengetahuan masyarakat tentang banjir

4.2 Saran

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat Ramli, Soehatman.2010. Manajemen Risiko. Jakarta: Dian Rakyat

http://www.preventionweb.net/files/7817_isdrindonesia.pdf [diakses tanggal 2 Mei 2015]

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33906/4/Chapter%20II.pdf [diakses tanggal 2 Mei 2015]

Referensi

Dokumen terkait

Di awal filem, antara lirik nyanyian kumpulan rock SYJ dalam lagu Orang Timur berbunyi: “Apa dah jadi dengan Malaysia!” Klip-klip video musik arahan Mamat seakan menyamai apa

Ketika saya sedang tidak semangat berkerja, ada seseorang yang akan memberikan saya semangat Ketika saya merasa lelah bekerja, ada rekan kerja yang mau membantu menulis

Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,

Skripsi yang berjudul ” Pengaruh Diet Rendah Magnesium Terhadap Jumlah Makrofag dan Kadar TNF-α Pada Tikus Wistar Jantan ” ini diajukan untuk memenuhi salah

Alasannya adalah karena tetap atau stabilnya pernikahan melalui kesaksian keduanya, yaitu tatkala anak-anak bersaksi terhadap kedua orang tuanya, “orang yang tidak

Menurut Moeljatno hukum pidana merupakan bagian dari hukum yang mengadakan dasar dan aturan untuk menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang

Hasil pengujian menunjukkan bahwa sisipan resonator celah sempit pada rancangan standar QRD dapat memicu peningkatan koefisen serapan yang bersifat akumulatif dan berdampak