• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Model Pembelajaran Examples Non Examples dan Model Pembelajaran Picture and Picture Ditinjau dari Hasil Belajar IPA Kelas 5 Sekolah Dasar Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektifitas Model Pembelajaran Examples Non Examples dan Model Pembelajaran Picture and Picture Ditinjau dari Hasil Belajar IPA Kelas 5 Sekolah Dasar Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

53

02, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian adalah kelas 5. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2015 sampai bulan April 2015. Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 sebagai kelompok eksperimen dan kelas 5 SD Negeri Plumbon 02 sebagai kelompok kontrol.

Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sudah diuji kesamaan variannya melalui hasil pretest yang menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas homogen. Artinya memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat diberi perlakuan. Pelaksanaan pemberian perlakuan dilakukan tiga pertemuan setiap kelasnya. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non

Examples, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran Picture and Picture.

(2)

Pertemuan pertama dan kedua pada kelompok kontrol, dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran Picture and Picture mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pembagian materi pada pertemuan pertama dan kedua sama seperti pembagian materi pada kelompok eksperimen. Pada pertemuan ketiga, guru sedikit mengulang pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian memberi posttest sebagai evaluasi.

Tabel 4.1 merupakam jadwal penelitian dan tes yang dilaksanakan di kelas 5 SD Negeri Plumbon 01, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Tabel 4.1

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di SD Negeri Plumbon 01 Tahun Ajaran 2014/2015

No Tanggal Uraian Kegiatan

1. 17 Maret 2015 Memberikan tes awal untuk kelompok

eksperimen yang digunakan untuk uji kesetaraan dua kelas penelitian.

2. 31 Maret 2015 Pertemuan 1

Mengajar pada kelompok eksperimen dengan materi manfaat air dan cara menghemat air bersih.

3. 1 April 2015 Pertemuan 2

Mengajar pada kelompok eksperimen melalui model Examples Non Examples dengan materi daur air dan hal-hal yang dapat menghambat proses daur air.

4. 8 April 2015 Pertemuan 3

Kelompok eksperimen diberi soal posttest sebagai evaluasi

(3)

Pertemuan pertama, alat peraga berupa gambar disiapkan dan digunakan guru dalam menjelaskan dan bertanya jawab dengan siswa tentang materi manfaat air serta cara menghemat air bersih. Kemudian guru melakukan demonstrasi proses daur air melalui kegiatan mendidihkan air. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui oleh siswa mengenai demontrasi yang dilakukan oleh guru.Setelah itu siswa mencoba apa yang telah didemostrasikan oleh guru. Guru bertanya pada siswa mengenai hubungan dari kegiatan mendidihkan air dengan daur air. Setelah itu guru menjelaskan sedikit mengenai hubungan dari kegiatan mendidihkan air dengan daur air. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, setelah itu guru menutup pembelajaran. Secara keseluruhan guru melaksanakan pembelajaran secara baik hanya ada sedikit kendala untuk menjelaskan hubungan antara kegiatan mendidihakan air yang telah didemonstrasikan dengan proses daur air.

(4)

hasil diskusi dan menjelaskan lebih lanjut tentang proses daur air yang benar. Setelah itu guru menjelaskan tentang hal-hal yang menghambat proses daur air. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran, dan guru menutup pembelajaran. Secara umum pembelajaran menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples berlangsung dengan baik namun belum sesuai dengan RPP. Hal tersebut dikarenakan tidak terlakasananya satu kegiatan yaitu pemberian kesempatan bagi setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada 8 April 2015, diikuti oleh seluruh siswa. Awal pembelajaran guru bersama siswa mengingat kembali materi pada pertemuan pertama dan kedua. Setelah itu guru membagikan soal posttest sebagai bentuk evaluasi pembelajaran. Siswa mengerjakan soal tersebut selama 30 menit.

Tabel 4.2

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di SD Negeri Plumbon 02 Tahun Ajaran 2014/2015

No Tanggal Uraian Kegiatan

1. 17 Maret 2015 Memberikan tes awal untuk kelompok

eksperimen yang digunakan untuk uji kesetaraan dua kelas penelitian.

2. 24 Maret 2015 Pertemuan 1

Mengajar pada kelompok eksperimen dengan materi manfaat air dan cara menghemat air bersih.

3. 25 Maret 2015 Pertemuan 2

Mengajar pada kelompok eksperimen melalui model Picture and Picture dengan materi daur air dan hal-hal yang dapat menghambat proses daur air.

4. 31 Maret 2015 Pertemuan 3

(5)

Pertemuan pertama kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2015, diikuti oleh 30 siswa atau seluruh siswa hadir dalam kegiatan pembelajaran. Materi yang dilaksanakan adalah materi dari indikator 1 sampai 4. Pertemuan pertama, alat peraga berupa gambar disiapkan dan digunakan guru dalam menjelaskan dan bertanya jawab dengan siswa tentang materi manfaat air serta cara menghemat air bersih. Kemudian guru melakukan demonstrasi proses daur air melalui kegiatan mendidihkan air. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui oleh siswa mengenai demontrasi yang dilakukan oleh guru.Setelah itu siswa mencoba apa yang telah didemostrasikan oleh guru. Guru bertanya pada siswa mengenai hubungan dari kegiatan mendidihkan air dengan daur air. Setelah itu guru menjelaskan sedikit mengenai hubungan dari kegiatan mendidihkan air dengan daur air. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, setelah itu guru menutup pembelajaran. Sama seperti kelompok eksperimen, secara keseluruhan guru melaksanakan pembelajaran secara baik hanya ada sedikit kendala untuk menjelaskan hubungan antara kegiatan mendidihakan air yang telah didemonstrasikan dengan proses daur air.

(6)

air. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran, dan guru menutup pembelajaran. Secara umum pembelajaran menggunakan model pembelajaran Picture and Picture berlangsung dengan baik namun ada satu langkah model pembelajaran Picture and Picture yang tidak dilakukan guru sesuai dengan yang tertulis di RPP. Langkah tersebut adalah menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. Langkah tersebut dilakukan guru hanya dengan memanggil nama siswa yang guru inginkan untuk maju menempelkan gambar. Langkah tersebut seharusnya dilakukan guru dengan inovasi, misalnya dengan teknik talking stick, sehingga guru dapat meyakinkan seluruh siswa untuk berperan aktif mengikuti pembelajaran.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada 31 Maret 2015, dan tidak ada siswa yang absen. Awal pembelajaran guru bersama siswa mengingat kembali materi pada pertemuan pertama dan kedua. Setelah itu guru membagikan soal posttest sebagai bentuk evaluasi pembelajaran. Siswa mengerjakan soal tersebut selama 30 menit.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. deskripsi data meliputi data posttestdari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji t.

4.2.1 Deskripsi Data

Nilaiposttest yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masih berupa data mentah. apabila diperhatikan data mentah tersebut, sangatlah sulit untuk menarik kesimpulan yang berarti. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data tersebut.

(7)

mudah. Deskripsi data meliputi penyusunan data dalam bentuk tampilan yang udah terbaca secara lengkap. Tabel destribusi frekuensi merupakan cara penyajian paling umum untuk deskripsi data, yang sering pula secara visual dalam bentuk diagram batang atau histogram.Untuk itu sebelum dilakukan analisis deskriptif, terlebih dahuu dibuat tabel destribusi frekuensi nilaiposttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Data posttest diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 telah diterapkan pembelajaran melalui model Examples Non Examples, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu siswa kelas 5 SD Negeri Plumbon 02 sudah diterapkan model pembelajaran Picture and Picture.

Nilai hasil belajar dari hasil posttest yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masih berupa data mentah. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang baik mengenaidata tersebut. Berikut ini akan disajikan tabel destribusi frekuensi nilai hasil belajar dari hasil posttest pada kelompok eksperimen. Untuk mempermudah membuat tabel destribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA, menurut Sugiyono (2010: 36) pertama menentukan banyaknya kelas (K), setelah itu menghitung jangkauannya (Range), dan panjang Interval Kelasnya (I) dengan rumus seperti di bawah ini:

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 32

= 1 + 3,3 . 1,50

= 1 + 4,95

= 5,95 (dibulatkan menjadi 6 kelas)

Range (R) = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1

= (95 – 60) + 1

= 35 +1

= 36

Interval (I) = Range

(8)

= 36

6

= 6

Banyaknya kelas (K) telah diketahui, setelah itu menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensinya sepertiyang terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Destribusi Frekuensi NilaiPosttest Kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 91 – 96 3 9,375%

2 84 - 90 10 31,25%

3 78 – 83 5 15,625%

4 72 – 77 6 18,75%

5 66 – 71 5 15,625%

6 60 – 65 3 9,375%

Jumlah 32 100%

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui nilai posttest kelompok eksperimen, dari seluruh siswa kelas 5 SD Negeri Plumbon 01, siswa yang mendapat nilai 91 sampai dengan 96 terdiri dari 3 anak dengan persentase 9,375%. Siswa yang mendapat nilai 84 sampai dengan 90 terdiri dari 10 anak dengan persentase 31,25%. Siswa yang mendapat nilai 78 sampai dengan 83 terdiri dari 5 anak dengan persentasi 15,625%. Siswa yang mendapat nilai 72 sampai dengan 77 terdiri dari 6 anak dengan persentase 18,75%. Siswa yang mendapat nilai dari 66 sampai dengan 71 terdiri dari 5 dengan persentase 515,625%. Siswa dengan nilai 60 sampai dengan 65 terdiri dari 3 anak dengan persentase 9,375%.

(9)

Gambar 4.1 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai PosttestKelompok Eksperimen Tahun Ajaran 2014/2015

Tabel destribusi frekuensi nilai posttest hasil belajar IPA kelompok kontrol juga akan disajikan. Pertama menghitung banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I) dengan rumus seperti berikut ini:

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 30

= 1 + 3,3 . 1,48

= 1 + 4,78

= 5,78 (dibulatkan menjadi 6 kelas)

Range (R) = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1

(10)

Rumus tersebut dapat diketahui banyaknya kelas (K), jangkuannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas 5 SD Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 91 – 96 3 10%

2 84 - 90 7 23,337%

3 78 – 83 7 23,33%

4 72 – 77 3 10%

5 66 – 71 5 16,67%

6 60 – 65 5 16,67%

Jumlah 30 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui nilai posttestkelompok kontrol, dari seluruh siswa kelas 5 SD Negeri Plumbon 02, siswa yang mendapat nilai 91 sampai dengan 96 terdiri dari 3 anak dengan persentase 10%. Siswa yang mendapat nilai 84 sampai dengan 90 terdiri dari 7 anak dengan persentase 23,33%. Siswa yang mendapat nilai 78 sampai dengan 83 terdiri dari 7 anak dengan persentasi 23,33%. Siswa yang mendapat nilai 72 sampai dengan 77 terdiri dari 3 anak dengan persentase 10%. Siswa yang mendapat nilai dari 66 sampai dengan 71 terdiri dari 5 dengan persentase 16,67%. Siswa dengan nilai 60 sampai dengan 65 terdiri dari5 anak dengan persentase 16,67%.

(11)

Gambar 4.2 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai PosttestKelompok Kontrol Tahun ajaran 2014/2015

4.2.2 Analisis Data

4.2.2.1Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan setelah destribusi frekuensi berupa tabel dan grafik disajikan. Data deskriptif statistik nilai posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang akan disajikan nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata dan standar deviasi nilai hasil belar IPA terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Analisis Deskriptif Nilai PosttestKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Tahun Ajaran 2014/2015

(12)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai posttestkelompok eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 32 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 95. Sedangkan mean pada kelompok eksperimen yaitu 79,84 dan standart deviation yaitu 9,629. Sedangkan hasil belajar IPA kelompok kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 30 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 95. Kelompok kontrol mempunyai mean yaitu 78,17 dan standart deviation yaitu 10,626.

4.2.2.2Uji t

Uji prasyarat dilakukan sebelum dilakukan analisis uji t. Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan pada data posttest untuk mengetahui data posttest berdestribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan setelah pemberian tes, baik dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Uji normalitas data posttest juga menggunakan teknikOne Sample Kolmogrov-Smirnov. Syarat suatu data dikatakan berdestribusi normal jika signifikan >0,05.

Tabel 4.6

Uji Normalitas Posttest

nilai

kelompok Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

ekperimen ,135 32 ,143

kontrol ,135 30 ,170

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdestribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai signifikan hasil perhitungan kelompok eksperimen yang menunjukkan angka signifikan sebesar 0,143 (0,143> 0,05) dan nilai signifikan hasil perhitungan kelompok kontrol menunjukkan angka sebesar 0,170 (0,170> 0,05). Data hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdestribusi normal.

(13)

Gambar 4.3 Kurva Uji Normalitas Nilai PosttestKelompok eksperimen

(14)

Uji normalitas telah dilakukan maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji homogenitasnya adalah data nilai posttestkelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS Statistic 20 yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa tingkat signifikan > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varians yang dimiliki oleh sampel-sampel tersebut homogen.

Tabel 4.7

Hasil Uji Homogenitas Posttest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,293 1 60 ,590

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa signifikan uji homogenitas sebesar 0,508. Kriteria bahwa kelas dinyatakan homogen apabila signifikannya > 0,05. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diperoleh hasil bahwa 0,590> 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dinyatakan homogen.

(15)

Tabel 4.8

Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.8t hitung sebesar 0,652. Jika dk = 60,

maka α = 2,000 (lihat pada t tabel).Jadi,-2,000 < 0,652 < 2,000, artinya H0diterima dan Ha ditolak. Sig. (2-tailed) dengan probabilitas signifikan (> 0,05) yaitu 0,517dan perbedaan berkisar antara -3,469sampai6,823 (lower-upper). Sehingga H0diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan antaramodel pembelajaranExamples Non Examplesdan model pembelajaranPicture and Picture ditinjaudarihasilbelajarIPAkelas 5 SD semester 2 tahunajaran 2014/2015.

4.3 Pembahasan Penelitian

(16)

Reading angComposition (CIRC), Picture and Picture, danMake a Match (CariPasangan) (Hosnan, 2014: 246-259). Sementara pembelajaran IPA yang dilakukan di SD Negeri Plumbon 01 dan SD Negeri Plumbon 02 masih banyak dilakukan secara konvesional, guru hanya menggunakan metode ceramah saja, atau hanya terpacu pada buku paket saja. Melihat begitu banyaknya model pembelajaran dan pembelajaran IPA yang dilakukan masih dilakukan secara konvensional, hal itu seperti bertolak belakang. Sehingga peneliti tertarik untuk membandingkan efektifitas dua model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar IPA. Dari berbagai model-model pembelajarantersebut, peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas model Examples Non Examples dan model Picture and Picture.

Penelitian ini diawali dengan memberi pretest pada siswa kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 dan SD Negeri Plumbon 02 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dengan materi pembelajran gaya. Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas tersebut, kemudian kedua kelas diberikan tes (posttest), yang nantinya data hasil posttest tersebut digunakan untuk kepentingan analisa serta pengujian hipotesis.

Berdasarkan hasil analisis hasil pretest pada peserta didik kelas 5 SD Negeri Plumbon 01 dan SD Negeri Plumbon 02 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut homogen. Artinya data berdestribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan dan kedua kelas sebelum diberi perlakuan mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimenyaitu SD Negeri Plumbon 01 dapat diberi treatment yaitu menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples sedangkan kelompok kontrolyaitu SD Negeri Plumbon 02 menggunakan model pembelajaran Picture and Picture. Selain diberi treatment pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi posttest atau tes akhir.

(17)

Hasil penelitian dan pengolahan data menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan pada rata-rata hasil belajar untuk posttest pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu 79,84 pada kelompok eksperimen dan 78,17 pada kelompok kontrol. Selisih dari rata-rata posttestkelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,67. Dari hasil posttest tersebut dibandingkan pretest pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata pretest pada kelompok eksperimen75,47 sedangkan nilai rata-rata posttestkelompok eksperimen79,84. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebanyak 4,37 pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol mengalami kenaikan yaitu nilai pada pretestkelompok kontrol73,83 sedangkan nilai rata-rata posttestkelompok kontrol78,17. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan yaitu 4,34 pada kelompok kontrol.Uraian di atas menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Secara singkat deskripsi komparasi hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut

Tabel 4.9

Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tahappengukuran Rata-rata nilai (mean) kelompok Keteranganselisihnilai

Eksperimen Kontrol

Awal(pretest) Akhir (posttest)

Gain score

75,47 79,84 4,37

73,83 78,17 4,34

(18)

Gambar 4.5 Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Berdasakan pada hasil analisis uji t hasil belajar pada Tabel 4.8 t hitung

sebesar 0,652 . Jika dk = 60, maka α = 2,000 (lihat pada t tabel) jadi,.-2,000 < 0,652 < 2,000, artinya H0diterima dan Ha ditolak. Sig. (2-tailed) dengan probabilitas signifikan (> 0,05) yaitu 0,517 dan perbedaan berkisar antara -3,469 sampai 6,823 (lower-upper). Sehingga H0diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimendan kontrol ternyata tidak terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan antara model pembelajaran Examples Non Examples dan model pembelajaran Picture and Picture ditinjau dari hasil belajar IPA kelas 5 Sekolah Dasar semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2013), dan Paradana Herawati (2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widihastuti (2014).Penelitian tersebut menyatakan bahwa H0diterima dan Ha ditolak. yang berarti model pembelajaran Examples Non Examples maupun model pembelajaran Picture and Picture tidak memiliki perbedaan efektifitas yang signifikan ditinjau dari hasil belajar IPA.

Hasil uji t yang menyatakan bahwa H0 diterima atau tidak ada perbedaan yang signifikan antara efektifitas model pembelajaran Examples Non Examples dan model pembelajaran Picture and Picture ditinjau dari hasil belajar IPA, dapat

(19)

disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama dapat ditinjau dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa persamaan kendala yang dialami masing-masing guru dalam menerapkan masing-masing model. Kendala yang sama yaitu pada saat guru mengarahkan siswa untuk memberikan alasan. Dalam model pembelajaran Examples Non Examples, guru mengalami kendala untuk mengarahkan siswa dalam memberikan alasan mengapa siswa memilih salah satu gambar daur air yang mereka anggap benar dari dua gambar skema daur air yang ditampilkan oleh guru. Sementara itu pada model Picture and Picture, guru mengalami kendala untuk mengarahkan siswa dalam memberikan alasan mengapa siswa mengurutkan gambar-gambar yang diberikan oleh guru menjadi urutan daur air yang mereka anggap benar.

Dilihat dari lembar observasi yang telah diisi oleh peneliti yang dalam pelaksanaan pembelajaran bertindak sebagai observer, ada satu langkah dari masing-masing model dan satu langkah pada kegiatan lainnya yang tidak dilaksanakan guru sesuai dengan RPP.Hal itu menyebabkan masing-masing guru hanya melaksanakan 92% kegiatan sesuai dengan RPP. Persentase tersebut diperoleh dari jumlah kegiatan yang telah dilaksanakan guru : jumlah keseluruhan kegiatan yang harus dilakukan guru x 100%. Dalam hal ini guru kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ada 23 kegiatan yang dilaksanakan guru dan 25 kesesluruhan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru. Jadi,

kegiatan yang guru laksanakan=banyak kegiatan yang telah dilakukan guru

banyak kegiatan yang ha rus dilakukan x 100%

=23

25 x 100%

= 92%

(20)

gambar-gambar yang ada. Langkah tersebut seharusnya dilakukan guru dengan inovasi, misalnya dengan teknik talking stick. Hal tersebut menyebabkan guru tidak meyakinkan seluruh siswa untuk berperan aktif.

Secara teoritis ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efektifitas yang signifikan antara model pembelajaran Examples Non Examples dan Picture and Picture ditinjau dari hasil belajar IPA siswa kelas 5 Sekolah Dasar semester 2 tahun ajaran 2014/2015. Faktor yang pertama adalah model pembelajaran Examples Non Examples dan Picture and Picture termasuk dalam model pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2012: 125). Faktor kedua yaitu dilihat dari media yang digunakan antara model pembeljaran Examples Non Examples dan Picture and Picture sama-sama menggunakan media gambar dalam penyampaian materi. Ditinjau dari kelemahan maupun kelebihan dari masing-masing model pembelajaran, dari pendapat para ahli yang tertulis dalam bab II model pembelajaran Examples Non Examples memiliki lima kelebihan dan dua kelemahan. Kelebihan dari mode pembelajaran Examples Non Examples adalah:

1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya melalui diskusi dan pemamparan hasil diskusi di depan kelas.

4. Siswaterlibatdalamsatu proses discovery (penemuan).

5. Siswa terlibat aktif, dapat bekerja sama, dan berinteraksi dengan siswa lain melali diskusi.

Kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran Example Non Examplesadalah tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar, dan penggunaan model Examples Non Examples memerlukan waktu yang banyak.

Sementara itu, model pemebelajaran Picture and Picture memiliki delapan kelebihan dan delapan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran Examples Non Examples adalah sebagai berikut:

(21)

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar. 3. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa. 4. Pembelajaran lebih berkesan.

5. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 6. Melatih berpikir logis dan sistematis.

7. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang baik.

8. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. Kelemahan dari model pembelajaran Examples Non Examples adalah

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.

3. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Memakan banyak waktu. 5. Banyak siswa yang pasif.

6. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas.

7. Banyak siswa tidak senang apabila diminta bekerja sama dengan yang lain. 8. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

Uraian Kelebihan dan kelemahan dari kedua modelpembelajaran menunjukkan bahwa kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran Examples Non Examples lebih sedikit daripada model pembelajaran Picture and Picture. Namun, kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran Picture and Picture lebih banyak daripada model pembelajaran Examples Non Examples. Hal tersebut menjadi alasan model Examples Non Examples dan Picture and Picture tidak memiliki perbedaan efektifitas yang signifikan ditinjau dari hasil belajar IPA.

(22)

dapat dilihat persamaan yang dimiliki oleh kedua model yang menjadikan kedua model tersebut tidak memilki perbedaan efektifitas yang signifikan ditinjau dari hasil belajar IPA.

Tabel 4.10

Sintak Model Pembelajaran Examples Non Examples dan Pictur and Picture

No Examples Non Examples Picture and Picture

1. Guru mempersiapkan

gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menempelkan gambar di

papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.

Memberikan materi pengantar

sebelum kegiatan.

3. Guru memberi petunjuk dan

memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar

Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi).

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.

Guru menunjuk siswa secara bergilir

untuk mengurutkan atau

memasangkan gambar-gambar yang ada.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Dari alasan tersebut guru akan

mengembangkan materi dan

menanamkan konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan/rangkuman. Guru menyampaikan kesimpulan.

(23)

Gambar

Tabel 4.1 merupakam jadwal penelitian dan tes yang dilaksanakan di kelas
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di SD Negeri Plumbon 02
tabel destribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA, menurut Sugiyono (2010: 36)
Gambar 4.1 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai PosttestKelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian tersebut digunakan jaringan syaraf tiruan, keakuratan model JST yang paling ideal adalah menggunakan parameter hasil pengolahan citra sebagai data masukan

citra yang telahdirekam yang berasal dari interaksi antaragelombang elektromagnetik dengan sutauobjek.Pemanfaatannya telah lama dilakukan di beberapa negara

Dari makalah yang telah disusun, maka dapat disampaikan beberapasimpulan, antaralain: Media transmisi adalah media yang menghubungkan antara pengirim danpenerima informasi

[r]

Circuit Switching atau dalam bahasa Indonesia disebut sambungan sirkuit menurut wikipedia.com adalah jaringan yang mengalokasikan sebuah sirkuit (atau kanal) yang dedicated di

sealing apical opening of the root canal caused by External Root Resorption combined with custom cast post and core and lithium dis- ilicate aesthetic restoration for

Alternatif strategi yang muncul dari matriks TOWS adalah memperluas pangsa pasar yang dimiliki, mengambil alih perusahaan pesaing yang dapat memberikan kontrihusi, dan

Anak dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB), menunjukkan perilaku anak yang sangat baik dalam menjawab pertanyaan dengan metode bermain peran yang diukur