• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KORELASI BELANJA DAERAH DALAMPERUBAHAN APBK KABUPATEN/KOTA (Studi di Aceh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KORELASI BELANJA DAERAH DALAMPERUBAHAN APBK KABUPATEN/KOTA (Studi di Aceh)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

39 - Volume 5, No. 3, Agustus 2016

ANALISIS KORELASI BELANJA DAERAH DALAM PERUBAHAN APBK KABUPATEN/KOTA

(Studi di Aceh)

Nikmawati1, Dr. Syukriy Abdullah, SE, M.Si, Ak2, Dr. rer. pol. Heru Fahlevi, SE, M.Sc3

1)Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)Dosen Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Abstract: This study aimed to determine the correlation shopping areas in the change APBK districts / cities in Aceh. The analysis conducted on the correlation between spending categories and types of expenditure on APBK change. Observations in this study are all kinds of budgeted expenditure in the whole district / city governments in Aceh. The population in this study as many as 23 districts / cities. Data used in this research is secondary data. Data was collected using documentation technique. For data analysis was performed using the software Statistical Package for Social Science (SPSS). The results showed that the indirect spending by shopping directly on APBK changes in 2011 through 2013 had a positive correlation, while the overall Seara has a weak correlation. For an analysis of the type of expenditure on each of the spending categories have correlation but not significant.

Keywords: Regional Expenditure, The Budget Changes.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi belanja daerah dalam perubahan APBK kabupaten/kota di Aceh. Analisis dilakukan terhadap korelasi antar kelompok belanja dan jenis belanja pada perubahan APBK. Observasi dalam penelitian ini adalah semua jenis belanja yang dianggarkan pada seluruh pemerintah kabupaten/kota di Aceh. Populasi pada penelitian ini sebanyak 23 kabupaten/kota. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data skunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi. Untuk analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS). Hasil penelitian menunjukan bahwa antara belanja tidak langsung dengan belanja langsung pada perubahan APBK di tahun 2011 sampai 2013 memiliki korelasi positif, sedangkan seara keseluruhan memiliki korelasi lemah. Untuk analisis antar jenis belanja pada masing-masing kelompok belanja memiliki korelasi namun tidak signifikan.

Kata Kunci: Belanja Daerah, Perubahan APBK.

PENDAHULUAN

Cakupan keuangan daerah termasuk pengelolaan belanja daerah, yang dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah (provinsi atau kabupaten/kota) yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja daerah adalah pengeluaran pemerintah daerah dalam APBD atau APBK. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 36 ayat (1) juga telah menentukan, klasifikasi menurut kelompok belanja terdiri dari belanja langsung dan belanja tak langsung.

(2)

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 40 langsung merupakan belanja yang dianggarkan

terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang meliputi belanja modal.

Anggaran yang sudah ditetapkan membutuhkan penyesuaian atau direvisi selama tahun berjalan dalam rangka untuk memasukan perubahan prioritas dan menghadapi kejadian tak terduga dan munculnya surplus yang berasal dari tahun sebelumnya (Anessi-Pessina, et al., 2012). Perubahan Anggaran merupakan usaha pemerintah daerah untuk menyesuaikan rencana keuangan dan perkembangannya yang telah terjadi selama tahun berjalan. Perubahan Anggaran dapat terjadi karena meningkatnya anggaran penerima maupun pengeluaran, atau sebaliknya, dari perkiraan awal. Dalam

budgeting process, perubahan anggaran

merupakan hal yang lazim terjadi sekaligus menjadi faktor penting di pemerintahan daerah (Forrester & Mullins, 1992). Rebudgeting dibutuhkan untuk membuat anggaran lebih responsif terhadap kebutuhan anggaran partisipan dan untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan (Forrester & Mullins, 1992).

Perkembangan situasi dan kondisi keuangan daerah yang terjadi dapat berimplikasi terhadap meningkatnya anggaran penerimaan maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk mengakomodasi pergeseran dalam satu SKPD. Jadi perubahan APBK tidak berarti selalu tentang penambahan anggaran, seperti dijelaskan pada Permendagri Nomor 13 tahun

2006, bahwa terjadinya keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja.

KAJIAN PUSTAKA

Penganggaran pada Pemerintah Daerah

APBK yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DRPD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat dan bagaimana program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu: (1) membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah; (2) membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalaui proses prioritasan; (3) memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja; (4) meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DRPD dan masyarakat (Mardiasmo, 2002:68).

Anggaran dan Perubahan Anggaran pada Pemerintah Daerah

(3)

41 - Volume 5, No. 3, Agustus 2015 penerima maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk mengakomodasi pergeseran-pergeseran dalam satu SKPD. Perubahan atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan berbeda. Ada perbedaan alasan untuk perubahan anggaran pendapatan dan perubahan anggaran belanja. Begitu juga untuk alasan perubahan atas anggaran pembiayaan, kecuali untuk penerimaan pembiayaan berupa SiLPA) (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu), yang menang menjadi salah satu alasan utama mengapa perubahan APBD dilakukan (Abdullah, 2013a).

Penyusunan APBD terhadap perkembangan atau perubahan keadaan diusulkan oleh pemerintah daerah dan dibahas bersama dengan DPRD. Menurut pasal 154 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:

1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA. Perkembangan yang tidak sesuai adalah pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, dan lain-lain.

2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja. Dapat dilakukan dengan melakukan perubahan APBD.

3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan. Merupakan sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya yang dapat digunakan untuk membayar

bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah, melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang, mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS, kegiatan lanjutan, program dan kegiatan baru, serta kegiatan-kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan.

4. Keadaan darurat. keadaan yang tidak biasa terjadi dan tidak diinginkan terjadi secara berulang dan berada diluar kendali pemerintah.

5. Keadaan luar biasa. Merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen) yang didapat dari kenaikan pendapatan atau efisiensi belanja.

Belanja Daerah dan Perubahannya

(4)

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 42 terhadap berkurangnya saldo kas maupun uang

entitas yang berada di bank (Bastian, 2007:151). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 31 ayat (1), memberikan secara rinci klasifikasi belanja daerah berdasarkan urusan wajib, urusan pilihak atau klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan serta jenis belanja.

Perubahan alokasi belanja dilakukan karena proses dalam anggaran awal memiliki ketidakpastian akibat kekurangan atau kelebihan anggaran sehingga disusun kembali sebagai penyesuaian anggaran sebagai tanggungjawab yang harus disampaikan kepada masyarakat. Salah satu hal yang memainkan peranan penting dalam perubahan anggaran pemerintah yaitu adanya ketidakpastian terhadap perkiraan pendapatan, di mana yang secara langsung akan mempengaruhi revisi anggaran. Untuk menghindari risiko ketidakpastian maka dilakukan penyesuaian atas kelebihan dan kekurangan anggaran terhadap rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan (Cornia et al., 2004).

Belanja Langsung dan Perubahannya

Berdasarkan konsep Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 50, kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: (a) belanja pegawai, (b) belanja barang dan jasa dan (c) belanja modal.

a. Belanja Pegawai: digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

b. Belanja Barang dan Jasa: digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

c. Belanja Modal: adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat serta meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Belanja Tidak Langsung dan Perubahannya.

Anggaran belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Mekanisme penganggaran dan besaran alokasi untuk belanja tidak langsung diatur dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan berpedoman kepada peraturan daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.

(5)

43 - Volume 5, No. 3, Agustus 2015 hasil, (g) Bantuan keuangan; dan (h) belanja tidak terduga.

a. Belanja Pegawai: merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

b. Belanja Bunga: Sesuai pasal 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

c. Belanja Subsidi: digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. d. Belanja Hibah: Berdasarkan pasal 42 ayat

(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, dan kelompok masyarakat/ perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.

e. Belanja Bantuan Sosial: Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dikatakan bantuan

sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

f. Belanja Bagi Hasil: Menurut Darise (2008:44) menulis belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

g. Belanja Bantuan Keuangan: Menurut pasal 47 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bantuan keuangan digunakan untuk yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya.

h. Belanja Tidak Terduga: Dalam pasal 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dijelaskan bahwa belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan berulang.

Perubahan APBK dan Belanja Daerah

(6)

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 44 Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan

APBD tahun anggaran 2013 ditetapkan, perubahan APBD tahun anggaran berjalan harus dilakukan setelah penetapan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun anggaran sebelumnya dan laporan semester pertama pelaksanaan APBD Tahun Anggaran berjalan. Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran berjalan ditetapkan paling lambat akhir bulan September tahun anggaran berjalan.

Menurut Abdullah (2013a) perubahan atas alokasi anggaran belanja merupakan bagian terpenting dalam perubahan APBD, khususnya pada kelompok belanja langsung. Bentuk perubahan alokasi untuk belanja modal berdasarkan penyebabnya adalah:

1. Perubahan belanja karena adanya varian SiLPA.

2. Perubahan belanja karena adanya pergeserananggaran (virement).

3. Perubahan belanja karena adanya perubahan dalam penerimaan, khususnya pendapatan.

Pengertian Belanja menurut PSAP No.2, Paragraf 7 (dalam Erlina, et al., 2008) adalah “ semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo Anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah”.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

kedua. “Belanja Daerah didefenisikan sebagai

kewajiban pemerintah daerah yang diakui

sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.

Istilah belanja terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), oganisasi dan fungsi.

Kerangka Pemikiran

Anggaran belanja dalam APBD mencerminkan rencana keuangan yang akan dilaksanakan selama satu tahun anggaran. Dalam pelaksanaannya selama tahun anggaran berkenaan, kemungkinan dibutuhkan beberapa penyesuaian (Anessi-Pessina et al., 2012; Forrester & Mullins ,1992; Cornia, et al., 2004). Menurut Abdullah (2013a) perubahan atas alokasi anggaran belanja merupakan bagian terpenting dalam perubahan APBD, khususnya pada kelompok belanja langsung. Beberapa bentuk perubahan alokasi untuk belanja berdasarkan penyebabnya, antara lain: (1) Perubahan belanja karena adanya varian SiLPA, (2) Perubahan belanja karena adanya pergeseran anggaran (virement), dan (3) Perubahan belanja karena adanya perubahan dalam penerimaan, khususnya pendapatan.

(7)

45 - Volume 5, No. 3, Agustus 2015 korelasi antara perubahan satu jenis belanja dengan belanja lain. Beberapa pergeseran anggaran dilakukan dengan tidak mengubah total jumlah pagu anggaran, namun dengan mengubah proporsi rincian anggaran belanja. Artinya, pagu anggaran di SKPD dapat saja tidak berubah, tetapi jumlah anggaran komponen belanja bisa berubah. Perubahan anggaran belanja langsung dapat terjadi karena adanya pemindahan alokasi dari belanja tidak langsung atau sebaliknya. Dengan asumsi tidak terjadi penambahan alokasi belanja, maka kenaikan dalam belanja langsung berkorelasi dengan penurunan belanja tidak langsung. Begitu juga sebaliknya. Namun, jika diasumsikan total belanja mengalami perubahan maka bentuk korelasi antara belanja tidak langsung dengan belanja langsung bisa positif atau negatif. Untuk memperjelas hubungan antara variabel maka dapat dilihat skema kerangka pemikiran Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran

Belanja Langsung dan Belanja Tidak langsung serta Perubahannya.

Warsito, et al. (2008) mengatakan bahwa belanja daerah dirinci menurut urusan Pemerintah Daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi

atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Belanja penyelenggaran urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung.

METODE PENELITIAN

Jenis investigasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah studi korelasi, melalui analisa hubungan setiap objek belanja daerah pada perubahan APBK. Komponen desain penelitian tentang intervensi penelitian, intervensi dilakukan di tingkat minimal, yaitu peneliti hanya melakukan pengumpulan data untuk di analisa. Maka pada tahapan situasi studi peneliti hanya melakukan analisa hubungan yang terjadi antara objek belanja dalam perubahan APBK kabupaten/kota di Aceh.

Untuk unit analisis berupa qanun tentang perubahan APBK. Tahap analisis data selanjutnya (Sekaran, 2006:172). Horizon waktu, penelitian ini menggunakan dua jenis

Perubahan belanja tidak langsung

(8)

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 46 horizon waktu yaitu paduan time series dan

cross sectional atau dikenal dengan data

pooling (pooled data).

Populasi Penelitian

Populasi yang akan diteliti termasuk kecil, sehingga menggunakan data sensus. Jenis yaitu data pooling dengan populasi berjumlah 23 kabupaten/kota. Periode pengamatan selama 5 (lima) tahun, dari tahun 2010 s/d 2014. Terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota. Kriteria ditetapkan yaitu Perda Perubahan APBK.

Rancangan Pengujian Hipotesis

Untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan, maka dilakukan pengujian secara statistik.

1. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) serta menentukan besarnya nilai koefisien korelasi (r).

Ho : jika ri≠0; Perubahan belanja tidak langsung tidak berkorelasi dengan perubahan belanja langsung; Ha : jika r1=0; Perubahan belanja tidak langsung

berkorelasi dengan perubahan belanja langsung;

2. Menentukan tingkat

signifikansi pengaruh dengan α = 5%. Jika

nilai p-value atau sig value < 5%, maka antara variabel memiliki hubungan yang signifikan.

3. Menentukan arah korelasi

berdasarkan tanda pada t-value. Jika bertanda positif maka korelasi positif yang

berarti jika salah satu variabel meningkat, maka variabel lain juga meningkat.

HASIL PEMBAHASAN

Analisis korelasi belanja daerah dalam perubahan APBK Kabupaten/Kota di Aceh, dilakukan terhadap jenis belanja yang dianggarkan, yaitu belanja tidak langsung, belanja langsung, belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja tidak terduga, belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.

Analisis Korelasi Antar Kelompok Belanja Tidak Langsung.

Belanja pegawai dan belanja hibah dalam perubahan APBK pada tahun 2011, 2014 dan analisis keseluruhan data tidak miliki korelasi. Tetapi untuk tahun 2010, 2012 dan 2013 memiliki korelasi. Perbedaan hasil ini menjadi satu bahan penelitian yang dapat dikembangkan lebih lanjut, agar dapat di ketahui kenapa hal tersebut terjadi. Selanjutnya dalam perubahan APBK belanja pegawai tidak memiliki korelasi dengan belanja bantuan sosial, dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Begitu juga terhadap keseluruhan data.

(9)

47 - Volume 5, No. 3, Agustus 2015 pengolehan data disimpulkan bahwa tidak memiliki korelasi. Baik data dari tahun 2012 sampai tahun 2014 maupun analisis secara keseluruhan data. Tahun 2010 dan 2011 yang ada korelasi pada tingkat rendah antara belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga.

Korelasi antara belanja hibah dengan belanja tidak terduga dari tahun 2010 sampai 2014 secara keseluruhan data tidak memiliki korelasi. Untuk belanja hibah dengan belanja bantuan sosial juga tidak memiliki korelasi pada semua tahun amatan dan secara keseluruhan data dari tahun 2011-2014. Dari kedua analisis tersebut, kedua jenis belanja tidak memiliki korelasi di dalam perubahan APBK Kabupaten/Kota di Aceh.

Analisis Korelasi Belanja dalam perubahan APBK pada Kelompok Belanja Langsung.

Analisis pada kelompok belanja langsung seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja pegawai pada kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Sedangkan belanja pegawai dalam kelompok belanja langsung merupakan pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/ pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program

dan kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang atau pemakaian jasa mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor,

cetak/penggandaan, sewa

rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

Seperti pada penelitian sebelumnya, alokasi antar jenis belanja pada perubahan APBK kabupaten/kota di Aceh. Pada kelompok belanja langsung jenis belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal, memilik korelasi yang kuat antar belanja dan secara keseluruhan dari data pada kelompok belanja langsung. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa proses penganggaran dalam APBK Perubahan, untuk menetukan besaran alokasi pada setiap kelompok belanja maupun jenis belanja.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan penelitian adalah:

(10)

Volume 5, No. 3, Agustus 2016 - 48 b. Analisis korelasi perubahan APBK antar

jenis belanja dalam kelompok belanja tidak langsung secara umum memiliki korelasi lemah namun tidak signifikan.

c. Analisis korelasi perubahan APBK jenis belanja dalam kelompok belanja langsung, secara keseluruhan memiliki korelasi lemah.

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya data penelitian dapat diperluas dan terperinci terhadap jenis belanja. Serta dapat melakukan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi berbedaan pola korelasi kelompok belanja pada setiap tahunnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy & Ramadhaniatun Nazry. 2014. Analisis Varian Anggaran

Pemerintah Daerah (Penjelasan

Empiris dari Perspektif Keagenan). Makalah disajikan pada Konferensi Ilmiah Akuntansi (KIA) I, yang diselenggarakan oleh IAI KPAd Wilayah DKI Jakarta dan Banten, di Universitas Mercu Buana, Jakarta: 27 Februari 2014.

____________ 2013a. Perubahan APBD. Melalui <syukriy.wordpress.com /2013/04/22/perubahan-apbd/>

[2/10/15]

_____________. 2013b. Proses Penyusunan Anggaran Daerah: Masalah Keagenan

yang Tidak Tuntas.

Melalui<http://syukriy.wordpress.com> [2/10/15].

Anessi-Pessina, Eugenio, Mariafrancesca Sicilia & Ileana Steccolini, 2012. Budgeting and Rebudgeting in Local Gevernments-Siamese Twins Public Adminstration Review 72 (6): 875-884 Bastian, Indra. 2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Cooper, Donald R. and Pamela S. Schindler. 2006.Business Research Methods. 9th

Editions. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Cornia, Garry C., Ray D. Nelson & Andrea Wilko. 2004. Fiscal Planning, Budgeting, and Rebudgeting Using Revenue Semaphores. Public Administration Review 64 (2): 164-179.

Erlina, 2008. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen, Edisi Kedua, USU

Erlina, dkk, 2012. Pengelolaan Dan Akuntansi

Keuangan Daerah, USU Press,

Medan.

Forrester, John P. & Daniel R. Mullins. 1992. Rebudgeting: The Serial Nature of Municipal Budgetary Processes. Public Administration Review 52 (2): 467-473.

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Ekonometrics, New York: McGraw-Hill.

Kuncoro, Haryo. 2009. Variansi Anggaran dan Realisasi Anggaran Penerimaan: Studi Kasus Pemprov DKI Jakarta. Jurnal Studi Ekonomi 4 (1): 19-28.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Miller, Gerald J., Donijo Robbins, and Jaeduk Keum. 2007. Certification, and Targets in Performance Budgeting.

Public Administration Review

30(4):469-495.

Program Studi Magister Sains Ilmu Akuntansi. 2012. Buku Panduan Umum

Penulisan Tesis. Banda Aceh:

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Republik Indonesia Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah.

_________________. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007

tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah

_________________. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pedoman penyusunan APBD tahun anggaran 2013.

_________________. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintaha Daerah.

(11)

49 - Volume 5, No. 3, Agustus 2015 Realisasi Anggaran.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis: Edisi Keempat. Alih Bahasa: Kwan Men You. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis: Edisi Ketujuhbelas. Bandung: Alfabeta

Warsito Kawedar, Abdul Rohman, dan Sri Handayani. 2008. Akuntansi Sektor Publik Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,.

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh Dosen Fakultas Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, yang telah memberikan seluruh ilmu yang diperlukan untuk menyelesaikan

tersebut berada pada Range nilai 4,22 ± 3,43 yang menunjukkan bahwa kemampuan kerja berada pada kategori baik. Hasil skor rata-rata jawaban mengenai kinerja karyawan

Secara keseluruhan kendala yang dihadapi oleh peserta didik dan satuan pendidikan dalam mengantisipasi UN dapat diuraikan seperti berikut: (a) peserta didik tidak diajar

Dalam makalah ini kami akan menyoroti strategi-strategi yang harus kita lakukan agar setiap tahun kita dapat menjadi juara di Olimpiade Fisika Asia maupun di Olimpiade

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan kuantisasi rata-rata dalam menghasilkan vektor ciri bentuk dalam gambar rambu

layak tambang, kedalaman, ketebalan lapisan tanah atau batuan yang akan dibuang, bentuk permukaan tanah/batuan penutup endapan bahn galian dan kemantapan lereng penggalian

3) Keakraban, suatu tim kerja yang sukses biasanya ditandai dengan hidup keakraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. 4) Tanggung

Abdul, Majid, 2014, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal.. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa dalam menemukan