BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penduduk suatu kota memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kajian studi perkotaan. Hal ini disebabkan karena perkembangan penduduk kota baik yang menyangkut kuantitas maupun kualitas merupakan faktor utama dari eksistensi kota itu sendiri. Seiring berkembangnya beragam aktivitas perkotaan, memicu pertumbuhan penduduk sebagai sarana pelaksananya. Pertumbuhan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang. Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi pula kebutuhan akan ruang kota, oleh karena itu penduduk menjadi salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terbesar bagi terbentuknya aktivitas perkotaan. Terdapat berbagai macam aktivitas yang menjadi ciri perkotaan, antara lain permukiman, industri, komersial, dan lain-lain. Kota Medan sebagai kota sentral ekonomi di daerah Sumatera Utara adalah kota yang mempunyai perkembangan yang tumbuh dengan pesat, oleh karena itu maka pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana kota untuk menunjang kelancaran dari pertumbuhan kota Medan itu sendiri.
haruslah lebih tinggi dari presentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.
Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan memberikan implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan suatu kota. Namun, perkembangan transportasi sampai saat ini tidak hanya memberikan implikasi positif tetapi juga implikasi negatif, seperti kemacetan, kesemrawutan, dan kecelakaan lalu lintas. Menurut Bayu A. Wibawa (1996), terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan berkembangnya masalah transportasi yang terjadi. Implikasi negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan transportasi salah satunya disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk yang memberikan pengaruh pada meningkatnya demand terhadap sarana maupun prasarana transportasi. Transportasi juga sangat berkaitan erat dengan kebijakan tata ruang. Pakar ilmu transportasi Warpani (1987) berpendapat bahwa ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas lahan kota, sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan satu ruang kegiatan dan ruang kegiatan lainnya. Perencanaan kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi akibat dari perencanaan itu sendiri akan menimbulkan keruwetan lalu lintas dikemudian hari yang berakibat dengan meningkatnya kemacetan lalu lintas dan akhirnya meningkatkan pencemaran udara (Sukarto, 2006).
yang pada akhirnya mengakibatkan kemacetan lalu lintas, kenyamanan perjalanan terganggu, kebosanan, kelelahan, pemborosan waktu dan materi, yang pada akhirnya terjadi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Saat ini lalu-lintas Kota Medan yang macet merupakan masalah sehari-hari warga Kota Medan, khususnya di daerah sekitar lokasi sekolah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan bermotor tidak seimbang dan perilaku masyarakat yang tidak mematuhi peraturan sehingga membuat lalu-lintas di Kota Medan macet.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana kondisi Transportasi di Kota Medan. 2. Mengetahui bagaimana kondisi Tata Guna Lahan di Kota Medan.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah didalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi yang dianalisis adalah Kota Medan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Kota Medan 2.1.1 Sejarah Singkat Kota Medan
Medan didirikan oleh seorang guru yang bernama Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson adalah orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini hanya memiliki penduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai Kota. Pada tahun berikutnya berganti menjadi ibukota Karesidenan Sumatera Timur sekaligus Ibu Kota Kesultanan Deli. Pada tahun 1909 Medan menjadi sebuah kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran.
2.1.2 Letak Geografis Kota Medan
Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan minimum 24°C.
mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
Gambar 2.1 Peta Kota Medan Sumber: www.republika.co.id 2.1.3 Kota Medan Secara Demografis
adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran dan tingkat kematian, meningkatnya arus perpindahan antar daerah dan proses urbanisasi, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan
Secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional. pada tahun 2011, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 70,92 persen, subsektor sekunder sebesar 26,57 persen dan perolehan dari sektor primer hanya sebesar 2,50 persen. Hal ini dikarenakan memang Kota Medan memang bukan daerah pertanian sehingga struktur PDRB Kota Medan didominasi oleh subsektor tersier.Kualitas perekonomian daerah terkait erat dengan aspek ketenagakerjaan dan kemiskinan. Peningkatan kualitas perekonomian daerah seyogyanya dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan menyerap angkatan kerja sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan semakin berkurang, karena ketersediaan kesempatan kerja yang menjamin perolehan pendapatan.
Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.
pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen.
Masing-masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 terjadi peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor pertanian 4,18 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94 persen, sektor industri 1,71 persen, dan penggalian tumbuh 0,46 persen. Besaran PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 33,43 triliun.
Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar 2,20 persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.
Gambar 2.2 Kondisi Ekonomi di Kota Medan Sumber: hariansib.com
2.1.5 Kondisi Sosial Budaya di Kota Medan
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.
2.1.6 Kondisi Kultural di Kota Medan
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.
Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
Gambar 2.3 Kondisi Sosial Budaya di Kota Medan Sumber: ktckembaren.blogspot.com
Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi semangat penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004, yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan Sumber: www.pemkomedan.go.id
1. Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum),
2. Urusan pemerintahan umum.
Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan Legislatif Kota. Kewenagan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh Wlikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota. Bersasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.
2.1.8 Kemampuan Keuangan Daerah
Dalam mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok, yaitu: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) Lain- lain penerimaan yang sah. Sebagai daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum dari pada sekedar budgeter.
Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar-benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat.
Tabel 2.2 Realisasi APBD Pemerintah Kota Medan
Tahun Rencana Realisasi Presentase
Jalan-jalan raya yang digunakan sebagai prasarana dalam lalu lintas angkutan jalan khususnya angkutan kota pada waktunya perlu dibangun dalam arti baru maupun ditingkatkan mutunya untuk diperbaiki dan direhabilitasi. Suatu jalan seharusnya dibangun atau diperbaiki jika berdasarkan berbagai pertimbangan teknis, finansial, ekonomi, politis, dan sebagainya yang menunjukkan kelayakannya untuk diperbaiki. Berhubung karena dalam setiap negara sangat banyak jalan yang perlu dibangun khususnya ditingkatkan dan diperbaiki, sedangkan di lain pihak dana yang tersedia untuk keperluan itu sangat terbatas, maka diperlukan penentuan prioritas dalam membangun atau memperbaiki jalan tersebut. Tujuan dari penetapan prioritas dalam perencanaan pembangunan prasarana transportasi adalah agar dalam pembangunan dan perbaikan jalanjalan tersebut dilakukan lebih utama (lebih dahulu diprioritaskan).
Pemerintah Kota Medan dan swadaya masyarakat, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut berdasarkan pada panjang jalan menurut kondisinya di kota Medan.
Tabel 2.3 Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Medan tahun 2000
Sumber: BPS Kota Medan
2.3 Kondisi Sarana Transportasi di Kota Medan
Melihat kondisi sarana transportasi angkutan umum Kota Medan di tahun 1960-an, dapat dipahami tentunya belum sebaik sekarang, karena yang ada saat itu hanyalah sarana angkutan umum yang sangat masih minim dan sederhana, seperti Becak Dayung dan sebagian kecil telah ada Becak Mesin yang masing-masing beroda tiga. Becak Dayung dianggap kurang layak secara manusiawi, karena menggunakan tenaga manusia secara langsung, demikian pula mengenai jarak tempuh dan daya angkut, hanya mampu menjangkau jarak tempuh yang pendek dan mengangkut jumlah penumpang yang terbatas pula.
tetap. Ini merupakan sebuah gambaran bahwa belum adanya sistem transportasi terpadu di Kota Medan pada saat itu.
2.4 Jumlah Kendaraan di Kota Medan 2.4.1 Sarana Angkutan Umum dan Pribadi
Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota Medan berjumlah 2.708.511 kendaraan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 menunjukkan kenaikan 23,82 % per tahun. Pertumbuhan yang sangat signifikan terlihat pada sepeda motor dengan rata-rata pertumbuhan 31, 23 % per tahun.
Tabel 2.4 Data jumlah kendaraan di Kota Medan dari tahun 2004-2009
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
2.4.2 Kendaraan Tak Bermotor
Dari Tabel 2.5 berikut dapat dilihat data statistik kendaraan tidak bermotor, dimana penggunaan becak sebagai sarana angkutan cukup signifikan, serta pertumbuhan kepemilikan sepeda yang memiliki kecenderungan meningkat.
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)
Sementara pada Tabel 2.6 berikut disajikan jumlah kendaraan angkutan penumpang umum tidak dalam trayek. Dari data tersebut dapat dilihat dominasi becak bermotor sebagai alternatif angkutan umum tidak dalam trayek. Pada tahun 2005 jumlah becak bermotor mencapai 90.58%, pada tahun 2006 turun menjadi 82.82% dan pada tahun 2007 sebesar 83.05%, pada tahun 2008 sebesar 84,95 % serta pada tahun 2009 sebesar 85,00 %.
Data tersebut juga memperlihatkan kecenderungan menurunnya jumlah taksi dengan argometer, sementara untuk taksi tanpa argo meter memiliki kecenderungan yang meningkat. Keadaan ini sangat kontradiktif dengan tujuan Kota Medan sebagai kota jasa dan industri.
Tabel 2.6 Data jumlah kendaraan tak bermotor tahun 2004-2009
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan 2010
Kedudukan Kota Medan dan peranannya yang sangat penting, telah mendorong perkembangan kota yang sangat pesat. Agar perkembangan yang terjadi secara langsung, terpadu dan berkelanjutan maka untuk itu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan wilayah pengembangan pembangunan. Pembentukan satuan-satuan wilayah pembangunan tersebut didasarkan pada hasil analisis terhadap kondisi pembangunan yang dicapai. Oleh karena itu perlu upaya untuk meratakan laju pertumbuhan di setiap Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP). Pembangunan di setiap sektor akan dioptimalkan dan disesuaikan menjadi lima WPP, yaitu:
1. WPP A, meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, dan Medan Marelan dengan pusat pengembangan di Belawan. Wilayah ini dibangun untuk pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi air, dan usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septik tank, sarana pendidikan;
2. WPP B, meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Medan Deli dengan pusat pengembangan di Tanjung Mulia. Wilayah ini dibangun sebagai kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, dan permukiman, dengan program kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan;
3. WPP C, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Area, Medan Denai dan Medan Amplas dengan pusat pengembangan di Aksara. Wilayah ini dibangun untuk permukiman, perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan pembangunan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan;
5. WPP E, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Selayang dan Medan Tuntungan dengan pusat pengembangan di Sei Sikambing. Wilayah ini dibangun untuk permukiman, perdagangan, rekreasi, dengan program kegiatan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.
2.6 Struktur Ruang Wilayah Kota Medan
Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumber daya air dan sistem jaringan lainnya. Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk:
1. Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk merupakan perkiraan jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang selanjutnya diuraikan dalam rencana pendistribusian untuk setiap kawasan sesuai dengan daya dukungnya. 2. Rencana Sistem Pusat Pelayanan yang merupakan pengembangan sistem
penyebaran pusat-pusat pelayanan kota yang disusun secara hirarkis dan terstruktur sesuai dengan arahan dan rencana fungsi masing-masing pusat. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan regional, yang meliputi:
Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota.
3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi merupakan pengembangan sistem jaringan yang menggambarkan pola pergerakkan dan penyebaran prasarana dan sarana penunjangnya, mencakup sistem transportasi darat, sistem jaringan kereta api, sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan, sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.
4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas adalah pengembangan sistem jaringan pelayanan yang memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan memperhatikan arahan pengembangan dan distribusi penduduk, sistem pusat-pusat pelayanan serta arah pengembangan kota dalam jangka panjang.
2.6.1 Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk
Penyebaran penduduk Kota Medan saat ini tidak merata, terkonsentrasi di kawasan pusat kota seperti di Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan fisik kota, saat ini perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan. Perkembangan permukiman ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan ini merupakan daerah konservasi. Untuk itu pada masa yang akan datang perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke Utara, seperti Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan. Arahan pengembangan dan strategi distribusi penduduk Kota Medan adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan penduduk diarahkan sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang.
2. Pengendalian pertambahan penduduk di kawasan pusat kota, berupa pembatasan pembangunan perumahan baru pada kawasan tertentu atau meningkatkan pajak untuk lahan dan bangunan.
dan fasilitas umum). Secara umum arahan distribusi penduduk pada masing-masing kecamatan di Kota Medan, dapat diuraikan pada tabel 2.7 berikut ini: Tabel 2.7 Arahan Distribusi Penduduk di Kota Medan Tahun 2030
Tabel 2.8 Arahan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun 2030
Sumber: Rencana tata ruang wilayah Kota Medan Tahun 2010-2030
2.6.2 Sistem Pusat Pelayanan Kota
Setidaknya terdapat tiga teori utama tentang gambaran pola perkembangan kota yang selama ini dijadikan bahan analisis dalam mengidentifikasi kecenderungan pola perkembangan suatu kota maupun dalam menentukan pola pengembangan kota dimasa mendatang, yaitu:
1. Teori Lingkaran Konsentrik (concentric zone theory) yang dikembangkan oleh Ernest Burgess (1923). Teori ini mengidentifikasi 5 zona penggunaan lahan, yaitu:
Kawasan pusat kegiatan usaha/niaga (central business district-CBD) yang merupakan pusat kegiatan.
Zona perumahan penduduk berpendapatan rendah. Zona perumahan penduduk berpendapatan sedang. Zona perumahan penduduk commuter.
2. Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939) menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik saja, tetapi dalam sektor-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang serupa. 3. Teori Banyak Pusat (multiple nuclei theory) dikembangkan oleh Chauncy
Harris dan Edward Ullman (1945), yang mengemukakan bahwa pola-pola penggunaan tanah dipandang sebagai serangkaian pusat, yang masing-masing mempunyai fungsi yag berbeda. Setiap pusat berkembang dari interdependensi ruang dari fungi-fungsi tertentu.
Gambar 2.5 Teori Banyak Pusat Sumber: ktckembaren.blogspot.com
2.6.3 Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pengembangan sistem jaringan transportasi bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi terhadap pusat pusat kegiatan produksi atau pusat-pusat pelayanan dan pemasaran, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kota Medan yang dilakukan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan udara.
Sistem jaringan transportasi Kota Medan yang direncanakan mencakup Sistem Jaringan Transportasi Darat, Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan Transportasi Laut. Ketiga sistem jaringan tersebut akan sangat menentukan struktur dan pola ruang Kota Medan sampai dengan tahun 2030, karena faktor yang paling menentukan dalam pembentukan struktur kota adalah jaringan transportasi, khususnya jaringan transportasi berupa jaringan jalan raya dan jaringan jalan kereta api. Sedangkan sistem jaringan transportasi udara dan laut lebih terkait kepada sistem perpindahan antar moda transportasi. Tujuan pengembangan sistem jaringan transportasi Kota Medan, adalah untuk:
a. Meningkatkan aksessibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke pusat primer, pusat sekunder dan pusat-pusat lingkungan.
b. Memperkuat interaksi antar pusat-pusat perkembangan/pelayanan di wilayah Kota Medan dan ke wilayah-wilayah sekitarnya (Mebidangro) agar dapat tercipta sinergi perkembangan wilayah.
c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan orang dan barang dan jasa serta memfungsikannya sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
seperti pasar dan sebagainya. Pengembangan sistem jaringan transportasi di wilayah Kota Medan, meliputi:
2.6.3.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Medan didasari oleh kebijaksanaan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Sumatera Utara, RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro, sistem jaringan jalan eksisting, pola pemanfaatan ruang dan sebaran pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. Pengembangan sistem jaringan jalan Kota Medan ini akan lebih difokuskan pada sistem primer dan sekunder, baik untuk fungsi Jalan Arteri, Kolektor, maupun Lokal.
Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya adalah: 1. Jalan Arteri Primer
Tabel 2.9 Fungsi Jaringan Jalan Arteri Primer Kota Medan
Sumber: RUTRK Kota Medan 2005
2. Jalan Arteri Sekunder
3. Jalan Kolektor Primer
Fungsi Jalan Kolektor Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas ruas jalan yang melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder maupun. Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan kolektor primer dan arteri sekunder.
Tabel 2.10 Fungsi Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota Medan
Sumber: RUTRK Kota Medan 2005 4. Jalan Lingkungan
Fungsi Jalan lingkungan terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan dari pusat tersier dengan pusat tersier lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Lingkungan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2.11 Fungsi Jaringan Jalan Lingkungan di Kota Medan
2.7 Sistem Prasarana dan Sarana Angkutan Umum di Kota Medan
Pengembangan sistem angkutan umum massal direncanakan untuk menghubungkan sistem pusat primer, Pusat primer, primer dan sekunder, serta sekunter antar sekunder. Serta dikawasan CBD Polonia. Adapun pengembangan terminal angkutan umum massal di Kota Medan meliputi:
a. Terminal Amplas, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas;
b. Terminal Pinang Baris, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal;
c. Terminal Belawan, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan;
d. Terminal Agribisnis, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan;
e. Terminal Terpadu, Tipe B, ditetapkan di CBD Polonia; dan
f. Terminal Sambu, Tipe C, ditetapkan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan Medan Timur.
2.7.1 Sistem Jaringan Perkeretaapian
Sistem jaringan perkeretaapian adalah sistem jaringan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan kawasan.
1. Terminal dan Stasiun Kereta Api
Rencana pengembangan sistem terminal ialah dengan membangun terminal terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal Belawan dan Terminal Pinang Baris. Untuk mendukung pengembangan kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah terminal yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta api. Pengembangan terminal terpadu, selain terintegrasi dengan Stasiun Kereta Api juga terpadu dengan guna lahan lainnya (multi use), seperti:
Terpadunya dengan trayek angkutan, seperti: AKAP dan AKDP.
Terpadunya dengan moda transportasi, seperti: bus, minibus, angkot, mobil pribadi dan pejalan kaki.
Terpadunya dengan tata guna lahan, seperti: fasilitas umum dan sosial, pasar, perdagangan dan jasa, permukiman maupun perkantoran.
2. Angkutan Kereta Api
Fungsi Jalan/Rel Kereta Api terhadap sistem jaringan transportasi Kota Medan diarahkan sebagai salah satu alternatif angkutan moda transportasi darat, baik untuk mengangkut orang maupun barang inter dan intra regional, yaitu dengan mendorong percepatan realisasi dari pengoperasian jaringan jalan/rel kereta api dengan terkoneksi dalam sistem jaringan kereta api Sumatera. Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan dimasa mendatang adalah;
Jalur kereta api Medan – Belawan; Jalur kereta api Medan – Deli Tua; Jalur kereta api Medan – Pancur Batu; jalur kereta api Medan – Kuala Namo; Jalur kereta api Medan – Gabion.
Gambar 2.7 Stasiun Kereta Api di Kota Medan Sumber: www.warnaunyu.com
2.7.2 Sistem Jaringan Angkutan Sungai
Gambar 2.8 Prasarana Transportasi Sungai/danau di Kota Medan Sumber: Wikipedia.com
2.7.3 Sistem Jaringan Transportasi Laut
Rencana pengembangan transportasi laut dilakukan dengan meningkatkan pelayanan di pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama, sehingga dapat menampung pergerakan orang dan barang. Untuk mengintegrasikan seluruh moda tranport tersebut perlu dibangun terminal terpadu di Belawan, sehingga dapat menjadi satu kesatuan sistem transportasi Kota Medan dan Mebidangro. Integrasi antara terminal penumpang, pelabuhan laut dengan stasiun kereta api Belawan.
nasional lainnya. Dan untuk pelayanan internasional, diharapkan Pelabuhan Belawan dapat melayani kapal pesiar dan kapal barang dari luar negeri, khususnya dari/ke negara-negara Asia. Beberapa kegiatan dan pelayanan yang akan dikembangkan di Kawasan Pelabuhan Hubungan Internasional Belawan, antara lain:
Zona penumpang;
Zona industri dan pergudangan; Zona peti kemas;
Zona proses ekspor–import; Zona perkantoran, dan Zona perikanan samudera
Gambar 2.9 Pelabuhan Belawan di Kota Medan Sumber: Wikipedia.com
2.7.4 Sistem Jaringan Transportasi Udara
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang yang menghubungkan Medan dan sekitarnya dengan kota-kota seperti Bandung, Padang, Pekanbaru, Batam, Palembang, Jakarta, Gunung Sitoli serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh, di Malaysia dan Singapura.
Gambar 2.10 Bandara Kuala Namu di Kabupaten Deli Serdang Sumber: Wikipedia.com
2.7.5 Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki
dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat dan jalur khusus pejalan kaki. Jalur khusus pejalan kaki tersebut sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur hijau jalan.
Pedestrian adalah jalur sirkulasi khusus bagi pejalan kaki, terpisah jelas dari jalur kendaraan, dapat ditempatkan sepanjang jalur kendaraan atau pada kawasan lainnya, menghubungkan dua atau lebih kawasan, tempat atau bangunan. Keberhasilan sebuah kota atau areal kota yang berkembang bergantung pada bagaimana sistem penghubungnya bekerja. Ukuran keberhasilannya tidak terletak pada tampilan fisiknya, tetapi lebih kepada kontribusinya pada kualitas dan pembentukan karakter ruang kota. Ruang kota sebagai tempat untuk berinteraksi dipengaruhi oleh sistem pergerakan. Sistem pergerakan di dalam ruang kota dikatakan berhasil apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tersedianya beberapa pilihan rute bagi pelaku perjalanan untuk mencapai tujuannya.
Perkembangan kota didukung oleh semua jenis pergerakan baik kendaraan umum, kendaraan pribadi, pemakai sepeda dan pejalan kaki.
Jalur-jalur dan fasilitas-fasilitas perkotaan terhubung dengan baik.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sarana dan Prasarana Transportasi yang terdapat di Kota Medan adalah: Sistem Transportasi Darat.
Sistem Transportasi Laut. Sistem Transportasi Udara. Sistem Transportasi Sungai. Sistem Transportasi Perkretaapian.
2. Sistem Tata Guna Lahan dalam Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) pada setiap sektor di Kota Medan terdiri dari:
WPP A (Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, dan Medan Marelan) Wilayah ini dibangun untuk pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi air, dan usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septik tank, sarana pendidikan.
WPP B (Kecamatan Medan Deli) Wilayah ini dibangun sebagai kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, dan permukiman, dengan program kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan.
WPP C (Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Area, Medan Denai dan Medan Amplas) Wilayah ini dibangun untuk permukiman, perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan pembangunan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.
program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan.
WPP E (Kecamatan Medan Barat, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Selayang dan Medan Tuntungan) Wilayah ini dibangun untuk permukiman, perdagangan, rekreasi, dengan program kegiatan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam menganalisis Sistem Transportasi dan Tata Guna Lahan di Kota yang ditinjau adalah sebagai berikut: