• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Politik Negara Berkembang TRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemikiran Politik Negara Berkembang TRAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pemikiran Politik Negara Berkembang

“TRANSISI DEMOKRASI NEGARA POLANDIA”

DISUSUN OLEH :

Andi Muhammad Achmad Rabsandi Putra Abdi

E13113015

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

ABSTRAK

Polandia merupakan salah satu negara berkembang di Eropa. Namun begitu, pendapatan per kapita penduduk Polandia tergolong tinggi, yaitu US$13.275. salah satu aspek yang membuatnya tergolong ke negara berkembang ialah tingginya angka kelahiran di negara ini. Negara di Eropa Tengah ini dipadati oleh 38.157.055 orang penduduk. Negara yang berbatasan langsung dengan Jerman ini menjadikan sektor pariwisatanya sebagai sektor ekonomi. Banyaknya warisan arsitektur dan bangunan (semisal kastil) yang tersebar di negara ini serta berlimpahnya pemandangan indah menjadi daya tarik turis asing untuk berwisata ke negara beribu kota Warsawa ini. Dari sektor inilah, pemerintah Polandia mendapatkan paling banyak pemasukan.

Jika kita berbicara perihal Polandia, maka kita tidak boleh tidak memasukkan nama satu sosok yang berperan penting dalam transisi demokrasi di negara ini. Ya, dialah Lech Walesa. Dialah pendiri Partai Serikat Buruh Independen yang memimpin penggulingan rezim komunisme di negaranya. Beliau hanyalah mantan tukang listrik yang memiliki kebulatan tekad dan keinginan yang kuat untuk mendirikan sebuah negara yang tidak lagi dikekang oleh serikat komunisme.

(3)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada tahun 1978 ada sebuah lembaga global yang melakukan pemantauan seberapa jauh demokratisasi telah berlangsung di dunia dengan melakukan asesmen pada 192 negara dan 18 kawasan yang dilanda konflik. Pada tahun 1991 Freedom House menerbitkan hasil surveinya dengan temuan bahwa 45% negara di dunia adalah negara demokratis --yang berarti peningkatan dari sebelumnya 24,6%.

Freedom House mengembangkan pengukuran demokrasi dengan mempergunakan dua dimensi dari demokrasi, yaitu dimensi hak-hak politik yang terdiri dari kompetisi dan partisipasi, dan dimensi kebebasan sipil, di mana untuk masing-masing dimensi digunakan skala 1-7, dengan dimensi tertinggi 1-1 dan dimensi terendah 7-7, dengan rating:

 1 – 2,5 masuk kategori negara bebas (65 negara)

 3 – 5,5 masuk kategori negara setengah bebas (50 negara)

 5,5 – 7 masuk kategori negara tidak bebas (50 negara)

Survey ini banyak dikritik karena mempergunakan perkiraan kasar, sehingga tidak mampu mengungkapkan ciri-ciri sistem politik suatu negara, dan mengabaikan dimensi-dimensi penting yang lain dari demokrasi, misalnya hak-hak dan kebebasan politik. Selain itu dengan survey ini negara-negara yang diragukan memberikan kekebasan politik yang sesungguhnya (liberal) seperti AS, Swis, Belanda, Denmark, juga masuk kategori “paling demokratis”, juga negara-negara seperti Jepang, Kosta Rika (dengan rata-rata skor 1), Ekuador, Jamaika (skor rata-rata 2), Papua Nugini, Thailand (dengan skor rata-rata 2.5).

(4)

bukunya yang berjudul The Third Wave: Democratization in the Late 21th Century,

1991. Di dalam bukunya dituliskan bahwa terjadi transisi pada sekelompok rezim-rezim yang non-demokratik menjadi rezim yang demokratik. Huntington sendiri mengklasifikasikan bahwa gelombang demokratik di dunia terjadi dalam beberapa momen yang terbagi ke-3 fase.

Gelombang panjang demokratisasi pertama (1828-1926) yang berakar pada Revolusi Prancis dan Revolusi Amerika. (Gelombang balik pertama (1922-1942) yang berakar dari tumbuhnya negara-negara fasis di Italia dan Jerman, yang kemudian menyebarkan kudeta militer di Portugal (1926), Brasil dan Argentina (1930), otoritarianisme di Uruguay (1933), kudeta dan perang saudara yang mematikan negara republik di Spanyol (1936)).

Gelombang demokratisasi kedua (1943-1962) yang berakar pada pendudukan oleh tentara Sekutu pada masa Perang Dunia II dan sesudahnya (termasuk yang sebelumnya otoriter). (Gelombang balik kedua (1958-1975) yang ditandai dengan naiknya rezim otoritarian di Amerika Latin (Peru, Uruguay, Cile, Bolivia, Ekuador, Brasil, dan Argentina), Asia (Pakistan -Zia, Korea -Rhee, Indonesia -Soekarno, Filipina -Marcos, India –Gandhi, Taiwan -KMT), Eropa (Yunani, Turki), dan Arika (hampir seluruh Afrika, khususnya Nigeria –tahun 1966 dikudeta oleh militer, kecuali Botswana).

(5)

merubah Polandia menjadi negara non-komunis, sementara itu Uni Sovit lahir parlemen nasional yang non-komunis (1990), intervensi AS mengakhiri rejim marxis-leninis di Grenada (1983) dan diktator Noriega di Panama (1989).

Seperti itulah kira-kira gambaran gelombang demokratik dan gelombang anti-demokratik oleh negara-negara di muka bumi ini. Kita bisa lihat, pada akhirnya di “demokratik gelombang ketiga”-milik Huntington ini, menjelaskan seberapa penting dan vitalnya pengaruh serta dampak yang akan dibawa oleh demokrasi dan demokratisasi pada suatu negara.

Selanjutnya dalam tulisan ini, penulis akan mengambil salah satu sampel negara berkembang yang menjadi salah satu bagian dari “demokratik gelombang ketiga”-milik Huntington, yakni negara Polandia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah awal terbentuknya negara Polandia? 2. Seperti apa periode-periode sulit yang dihadapi oleh Polandia?

3. Bagaimana perjuangan Partai Serikat Buruh dalam mencapai demokrasi di negaranya?

(6)

PEMBAHASAN

A. Sejarah Negara Polandia

Dahulu, jauh sebelum Polandia merdeka, jauh sebelum di intervensi oleh Jerman dan Hitler-nya, terdapat dua kubu internal yang saling berseteru di Polandia. Yakni Big Polland dan Little Polland. Big Polland merupakan gabungan suku-suku yang mendiami sebelah utara Polandia. Besar ( utara ) Polandia didirikan pada 966 oleh Mieszko I, yang berasal dari dinasti Piast. Suku-suku di selatan Polandia kemudian membentuk Little Polland. Pada 1047, baik Big Polland dan Little Polandia bersatu di bawah pemerintahan Casimir I Restorer tersebut. Polandia bergabung dengan Lithuania dengan pernikahan kerajaan pada tahun 1386. Negara Polandia-Lithuania mencapai puncak kekuatannya antara abad ke 14 dan 16, mencetak keberhasilan militer terhadap ( Germanic ) Knights of the Teutonic Order, Rusia, dan Turki Ottoman.

Kurangnya monarki yang kuat diaktifkan Rusia, Prusia, dan Austria untuk melakukan partisi pertama negara pada tahun 1772, kedua tahun 1792, dan yang ketiga pada tahun 1795. Selama lebih dari satu abad setelah itu, tidak ada negara Polandia, hanya Austria, Prusia, dan sektor Rusia, namun Polandia pernah berhenti upaya mereka untuk merebut kembali kemerdekaan mereka. Orang-orang Polandia memberontak terhadap dominasi asing sepanjang abad ke-19. Polandia secara resmi dibentuk kembali pada tahun 1918 November, dengan Marshal Josef Pilsudski sebagai kepala negara. Pada tahun 1919, Ignace Paderewski, pianis terkenal dan patriot, menjadi perdana menteri pertama. Pada tahun 1926, Pilsudski merebut kekuasaan dalam kudeta lengkap dan memerintah diktatorial sampai kematiannya pada tanggal 12 Mei 1935.

(7)

Perancis pada tahun 1940. Semua Polandia diduduki oleh Jerman setelah serangan Nazi pada Uni Soviet pada bulan Juni 1941. Kebijakan pendudukan Nazi Jerman di Polandia dirancang untuk memberantas budaya Polandia melalui eksekusi massal dan untuk membasmi minoritas Yahudi yang besar di negara itu .

Para pemerintah Polandia di pengasingan digantikan dengan Komite Polandia didominasi Komunis – Pembebasan Nasional oleh Uni Soviet pada tahun 1944. Pindah ke Lublin setelah pembebasan kota itu, ia menyatakan dirinya Pemerintahan Sementara Polandia. Beberapa mantan anggota pemerintah Polandia di London bergabung dengan pemerintah Lublin untuk membentuk Pemerintah Polandia Persatuan Nasional, yang Inggris dan Amerika Serikat diakui. Pada 2 Agustus 1945, di Berlin, Presiden Harry S. Truman, Joseph Stalin, dan Perdana Menteri Clement Attlee dari Inggris mendirikan de facto perbatasan barat baru untuk Polandia sepanjang Sungai Oder dan Neisse sungai. ( Perbatasan tersebut akhirnya disetujui oleh Jerman Barat di sebuah pakta non-agresi yang ditandatangani pada 7 Desember 1970) Pada 16 Agustus 1945, Uni Soviet dan Polandia menandatangani perjanjian delimitasi perbatasan Soviet-Polandia. Berdasarkan perjanjian ini, Polandia bergeser ke arah barat. Di timur, itu kehilangan 69.860 mil persegi ( 180.934 km persegi), di barat, ia memperoleh (tergantung persetujuan akhir konferensi perdamaian ) 38.986 mil persegi(100.973 km persegi).

(8)

B. Periode Sulit Polandia

Sejak tahun 1979, pendapatan nasional Polandia turun menjadi 2,2 % dan 4 % padahal tahun-tahun sebelumnya rata-rata pertumbuhannya 9,4%. Factor utama menurunnya pertumbuhan ekonomi di karenakan salah urus dalam modernisasi industri yang menekannkan impor dan industry berat. Akibatnya meningkatkan hutang Polandia hingga 27 milyear dollar USA. Utang tersebut di perkirakan terus meningkat menjadi 33 milyar dollar USA pada 1985.

Sebab lainnya kemerosotan Polandia yaitu penguasaan komunis yang menitik beratkan anggaran belanja untuk membeli keperluan militer. Selain itu adalah pemerintahan yang totaliter.

Pemerintahan yang totaliter itu tidak efisien dan kontra produktif. Hal ini dapat di cermati dari ideologi Marxisme-Leninisme membuat tidak ada kemajemukan termasuk pendapat, ide maupun pikiran sehingga adanya ide yang berbeda berarti menentang dan menentang berarti mati. Sehingga rakyat membenci pemeritahan tersebut.

Pada tanggal 30 Juni 1980, terjadi konflik antar presiden Edward Gierek dan rakyatnya serta pemerintahan dengan kaum buruh. Gierek mengumumkan adanya kenaikan harga daging. Naiknya harga daging ini memberikan goncangan sosial. Keterbatasan daya beli masyarakat untuk memeperoleh kebutuhan pokok menyulut terjadinya aksi-aksi kaum buruh. Tuntutan ini lambat laun menjadi tuntutan politis dengan di akui keberadaan kaum buruh secara hukum sebagai salah satu kekuatan sosial politik buruh non-komunis.

C. Upaya Pencapaian Demokrasi

(9)

buruh pada tanggal 14 Agustus 1980. Para demonstran kemudian melakukan pemogokan di galangan kapal Lenin, Gdansk. Tuntutan demonstran yaitu di perbolehkan membentuk serikat buruh bebas, tahanan politik di bebaskan dan akan ada kebebasan pers. Hal ini memaksa Edward Gierek untuk berkompromi dengan kaum buruh. Secara marathon di adakan perjanjian di Szeczecin pada 30 Agustus 1980, tanggal 31 Agustus di Gdansk dan 1 September 1980 di Jastrzebie. Melalui perjanjian ini aktivitas politik Serikat Buruh Bebas telah mendapatkan legitimasi yuridis dari pemerintahan.

Dengan ketiga perjanjian tersebut, kaum buruh memperoleh sejumlah keuntungan. Keuntungan itu mencakup hak mogok dan menggunakannya, Serikat Buruh Solidaritas di akui pemerintah, di hapuskannya hak monopoli partai atas media masa, penyiaran misa pada hari minggu secara regular, janji pemerintah untuk melakukan perbaikan ekonomi, janji pemerintah untuk memperhatikan masa depan petani swasta, lima hari kerja dalam satu minggu dan janji pemerintah untuk memberikan informasi mengenai keadaan ekonomi Polandia. Dengan kemenangain ini, kaum buruh solidaritas makin kuat kedudukannya walaupun belum memenangkan semua tuntutannya. Kemudian dalam partai buruh sendiri muncul serikat buruh independen, yang mengaibatkan konflik dalam tubuh Komite Sentral Partai Buruh Polandia. Konflik ini menjadi sebab utama Edward Gierek di pecat pada 11 Februari 1981 di gantikan oleh Stanislaw Kania.

(10)

Sehingga mengakibatkan kehidupan sosial ekonomi dalam negeri semakin kacau. Kekacauan ini tampaknya akan munculnya penyelesaian internasional. Sehingga Serikat Buruh Solidaritas mendapat dukungan dari Inggris, Perancis dan Jerman.

Reaksi keras kemudian muncul dari kelompok komunis radikal terhadap pemerintah karena parlemen membubarkan Solidaritas secara sepihak. Peristiwa ini menunjukkan adanya perbedaan antara Serikat Buruh Bebas dengan serikat buruh milik pemerintahan. Peristiwa ini semakin menambah simpati dunia terhadap perjuangan Serikat Buruh Babas.

Pemerintah pada tanggal 1 Pebruari 1988 mengumumkan kenaikan harga kebutuhan pokok sekitar 40% sampai 200 %. Hal ini membawa rakyat Polandia dalam kehidupan yang sangat sulit di samping ancam konflik antara Serikat Buruh Bebas dengan Pemerintah. Serikat Burh Bebas semakin bertindak keras dengan melakukan aksi mogok pada 16 April 1988. Akibat berbagai tekanan terhadap prmerintah, maka Jaruzelski pada 28 Agustus 1988 mengumumkan bahwa pemerintah bersedia bekerjasama dengan Solidaritas. Selang beberapa bulan pada tanggal 16 Januari 1989 dalam sidang Komite Sentral Partai Buruh Polandia Jeruzelski menunjukkan sikap kompromi pada Solidaritas.

Pada 6 Pebruari sampai 5 April 1989 di adakan Round Table Talks (RTT). Pihak pemerintah di wakili oleh Patai Petani dan Partai Demokrasi dan pihak non pemerintah terdiri dari Gereja Katolik, Kelompok Independen dan Solidaritas. Pihak barat memandang RTT sebagai symbol kemenangan Solidaritas. Dari hasil kesepakatan dari RTT ini menunjukkan bahwa komunis Polandia telah kehilangan dominasi pemerintahannya atas negaranya. Di pihak lain kemenangan ini mencerminkan kemenangan perjuangan Solidaritas.

(11)

berkunjung ke Polandia pada tanggal 18 Juni 1989. Hal ini secara implisit menunjukkan bahwa pemerintahan komunis Polandia telah kehilangan kekuatan politiknya.

Sebuah gelombang serangan memukul Polandia pada bulan April dan Mei 1988, dan gelombang kedua dimulai pada tanggal 15 Agustus 1988 ketika pemogokan terjadi di Manifesto Juli tambang batubara di Jastrzębie-Zdrój, para pekerja menuntut kembali legalisasi Solidaritas . Selama beberapa hari berikutnya enam belas tambang lainnya melakukan pemogokan diikuti oleh sejumlah galangan kapal, termasuk pada tanggal 22 Agustus Galangan Kapal Gdansk terkenal sebagai pusat dari kerusuhan tahun 1980 industri yang menelurkan Solidaritas.

Pada 31 Agustus 1988 Lech Walesa, pemimpin dari Solidaritas, diundang ke Warsawa oleh otoritas komunis yang akhirnya setuju untuk pembicaraan. Pada tanggal 18 Januari 1989 di sesi badai dari Sidang Pleno Kesepuluh yang berkuasa Partai Komunis, Jenderal Jaruzelski berhasil mendapatkan dukungan partai untuk negosiasi formal dengan Solidaritas mengarah ke legalisasi masa depan meskipun ini dicapai hanya dengan mengancam pengunduran diri seluruh Partai Komunis kepemimpinan jika digagalkan.

(12)

Pada tanggal 15 Agustus 1989, menyusul pembelotan untuk Solidaritas dua Komunis 'mitra koalisi lama, para Orang Serikat `Partai (ZSL) dan Partai Demokrat (SD), Komunis terakhir Perdana Menteri Polandia, Jenderal Czeslaw Kiszczak , katanya akan mengundurkan diri untuk memungkinkan non-Komunis untuk membentuk pemerintahan. Ini hampir meyakinkan bahwa anggota Solidaritas akan menjadi perdana menteri.

Pada tanggal 19 Agustus 1989 di daerah aliran sungai saat menakjubkan Tadeusz Mazowiecki, editor anti-Komunis, pendukung Solidaritas, dan Katolik yang taat, dinominasikan sebagai Perdana Menteri Polandia - dan Uni Soviet menyuarakan protes tidak, meskipun panggilan dari garis keras diktator Rumania Nicolae Ceauşescu untuk Pakta Warsawa untuk campur tangan militer untuk 'menyelamatkan sosialisme' seperti yang terjadi di Praha pada tahun 1968. Lima hari kemudian, pada tanggal 24 Agustus 1989, Parlemen Polandia mengakhiri lebih dari 40 tahun satu partai aturan dengan membuat Mazowiecki negara Menteri pertama non-Komunis Perdana sejak tahun-tahun pascaperang awal. Dalam Parlemen tegang, Mr Mazowiecki mendapat 378 suara, dengan 4 menentang dan 41 abstain. Pada tanggal 13 September 1989 pemerintah non-Komunis yang baru disetujui oleh parlemen, yang pertama dari jenisnya di mantan Blok Timur.

(13)

D. Penilaian Penulis

Kehadiran Lech Walesa dan partainya merupakan angin segar bagi sebagian besar masyarakat Polandia di masa krisis. Bagaimana tidak, ekonomi Polandia mengalami kemerosotan yang tajam, dan itu tak lebih karena pemerintahan komunis yang berkuasa lebih memilih menghabiskan anggaran belanja negara untuk membeli persenjataan dan keperluan militer. Sehingga memaksa pemerintah menaikkan harga bahan mentah dan produksi hingga 200%. Hal ini jelas kan menimbulkan rasa benci pada diri tiap penduduk Polandia, khususnya yang bekerja sebagai petani dan buruh. Keadaan seperti inilah, yang membuat kekuasaan rakyat akan terlihat. Seberapa kuat dan seberapa hebatnya pengaruh dari rakyat, setidaknya jika mereka ingin bersatu.

(14)

PENUTUP

(15)

Daftar Pustaka & Referensi

http://www.bappenas.go.id/files/3213/5028/6740/02mustopadidjaja__200910 14125643__2248__0.pdf

http://hikmat.web.id/sejarah-dunia/sejarah-negara-polandia/

http://politik.kompasiana.com/2010/05/09/keluguan-lech-walesa-137197.html

http://sejarahsugie29.blogspot.com/2013/04/revolusi-yugoslavia-dan-revolusi.html

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) pemenuhan sumber daya pendidik profesional dipenuhi dengan cara konvensional, yakni melalui pemberian penghargaan terhadap profesi

Tidak mengetahui cara-cara yang tepat untuk mengatakan kepada orang lain tentang sesuatu yang baik atau buruk,benar atau salah.. Khawatir atau merasa ketakutan

Posisi penolong pada tindakan piat antung na'as buatan (*P4) adalah tersebut di bawah ini- kecuali.. "aris bahu penolong seaar dengan sumbu tulang dada

Dalam arti luas, adalah kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih berdasarkan pembagian kerja yang telah ditentukan dalam struktur organisasi dengan

Dari berbagai teori tentang konflik kenelayanan, konflik kenelayanan di Desa Bendar tergolong tipe konflik kategori kedua dalam konsep Charles ( 1992:379-395) , yaitu

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh Progresive Muscle Relaxation (PMR) dan terapi dzikir dengan pendekatan caring terhadap penurunan kecemasan pada

Hasil kajian terhadap data anak Indonesia sehat dan berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas dengan keterbatasannya (non exlusively breastfed),

Di mana waktu tunggu yang dipakai kapal lebih besar dari pada waktu layarnya untuk jarak 34 mile (Baubau – Dongkala) dan 14 mile (Dongkala – Mawasangka), dengan