• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode sorogan pada pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh - Digital Library IAIN Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan metode sorogan pada pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh - Digital Library IAIN Palangka Raya"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: NORHAMIDAH NIM.1421111897

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN TARBIYAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

PENERAPAN METODE SOROGAN PADA PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN YASIN MUARA TEWEH

ABSTRAK

Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama. Dalam keadaan aslinya pondok pesantren memiliki sistem pendidikan non klasikal yang di kenal dengan nama Sorogan dan bandungan. Sejalan dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan pesantren juga tidak menutup diri untuk mengadakan pembaharuan metode maupun teknik dalam pelaksanaan pendidikan. Adapun salah satu dari ciri utama pesantren sebagai pembeda dengan lembaga keilmuan lain adalah kitab kuning, yaitu kitab- kitab Islam klasik yang di tulis dalam bahasa Arab, baik yang ditulis oleh ulama Timur Tengah maupun ulama Indonesia dan sebagian besar di cetak dengan kertas berwarna kuning.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode sorogan pada pembelajaran kitab kuning di Pondok pesantren Yasin Muara Teweh.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, subjek (sumber data) dalam penelitian ini adalah 3 orang guru yang mengajar kitab kuning dengan kriteria tertentu. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) tahapan analisis yaitu; 1) Data Collection (Pengumpulan Data), 2) Data Reduction (Pengurangan Data), 3) Data Display (Penyajian Data), 4) Conclusion Drawing and Verifying (Penarikan kesimpulan dan verifikasi).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Penerapan metode pada pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh dalam pelaksanaannya memiliki keseragaman antara guru yang satu dan yang lainnya. Persamaan tersebut terlihat pada saat memasuki ruang kelas guru pengajar kitab kuning mengucap salam, dengan serempak para santri menjawab salam, kemudian dilanjutkan dengan membaca surah al- Fatihah kepada Rasulullah dan pengarang kitab, setelah itu baru guru memulai membacakan kitab dan disimak dengan baik oleh santri. Pada saat pembelajaran berlangsung guru meminta satu persatu santri maju ke depan untuk membacakan kitab yang di pelajari. Di samping itu, metode lain juga di gunakan, seperti metode bandongan (wetonan) ceramah, talqin, tanya jawab atau berupa hafalan, sesuai materi yang diajarkan dan sesuai dengan tingkatan kelas masing-masing.

Kata kunci : Sorogan, Pembelajaran Kitab Kuning

THE IMPLEMENTATION OF SOROGAN METHOD IN KITAB KUNING

(6)

vi ABSTRACT

Boarding school is a education institute and teaching of religion. In the real condition boarding school has a non-clasical education system that known as Sorogan or Bandungan. In line with age development, boarding school also not to close itslef to reconditional method or technique in implement education. One of the main feature of boarding school as differentiator with other institute is Kitab Kuning that Islamic clasic books that written in Arabic, written by Middle East Ulama or Indonesian Ulama and most of it printed with yellow paper.

The research problem of this research is how does the implementation sorogan method on Kitab Kuning learning at Yasin Boarding School Muara Teweh.

This research applied descriptive quantitative method, the subject (source data) was 3 teachers that taught Kitab Kuning with some certain requirements. The data collcetion procedure that researcher used were observation, interview and documentation. This research used 4 steps analysis ; 1) Data Collection, 2) Data Reduction, 3) Data Display, 4) Conclusion and Verifying Data.

The result of this research showed that : Implementation of Kitab Kuning Learning at Yasin Boarding School Muara Teweh in its implementation had similarity among the teacher with other teachers. That similiarity can be seen when enter the classroom the teacher who taught kitab kuning said salam, with all together the students answer the salam, then continued with recite Al-Fatihah to Rasulullah

and kitab‟s author, after that the teacher started recite the kitab and listen it well by

students. When the learning process happened the teacher asked the students one by one to come to front of the class to recite the kitab the learned. Beside that, other method also used, like bandongan (wetonan) lecture method, talqin, question answer or memorization, appropriate with the level of each classes.

Key Words : Sorogan, Learning of Kitab Kuning

(7)

vii

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kemudahan dan melancarkan jalannya penyusunan dan penyelesaian penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Sorogan pada Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Yasin Muara Teweh”.

Peneliti tidak akan bisa menyusun dan menyelesaikan penelitian sampai sejauh ini, tanpa ada bantuan pemikiran dari tangan-tangan dingin yang berkompeten dalam bidangnya. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Fahmi M.Pd, Dekan Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

2. Ibu Dra. Hj Rodhatul Jennah, MPd, wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya yang telah memberikan izin kepada penulis agar terlaksananya sidang skripsi.

3. Ibu Jasiah, M.Pd. Ketua Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Palangka Raya yang telah memberikan izin kepada penulis agar terlaksananya sidang skripsi. 4. Bapak Gito Supriadi, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik yang telah berkenan

mengarahkan dan memberikan izin untuk pengajuan judul.

(8)

viii

6. Dr. Hj. Hamidah, MA. pembimbing II yang juga telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, memberikan Ilmu pengetahuan dan pengalaman yang tak ternilai harganya bagi peneliti.

7. Pihak Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung, dan

8. Semua pihak yang memberikan motivasi, bantuan dan dukungan demi penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT meridho‟i dan merahmati usaha kita semua,

Amiin.

Palangka Raya, Oktober 2017 Penulis

(9)
(10)

x

MOTTO









“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Q.S Yusuf : 02)

(11)

xi

PERSEMBAHAN

Bissmillahirrahmanirraahim,

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan dalam segala hal.

Bersama do’a orang-orang yang terkasih...

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang selalu menyelipkan do’a untuk ku Suami dan anakku, Kakak dan adik-adiku yang selalu memberikan dukungan

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

NOTA DINAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ix

MOTTO ... x

PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Hasil Penelitian yang Relevan/Penelitian Sebelumnya ... 4

C. Fokus Penlitian ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 7

H. Sistematika penulisan ... 8

BAB II TELAAH TEORI A. Deskripsi Teori ... 9

1. Pengertian Penerapan ... 9

2. Pengertian Pembelajaran ... 9

(13)

xiii

3. Pengertian Kitab Kuning ... 22

4. Pondok Pesantren ... 23

B. Kerangka Pikir dan Pertanyaan Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif ... 27

... B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

C. Instrumen Penelitian ... 28

D. Sumber Data ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Pengabsahan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV PEMAPARAN DATA A. Temuan Penelitian ... 36

B. Pembahasan hasil penelitian ... 45

BAB V PEMBAHASAN A. Pembelajaran kiab kuning ... 57

B. Komponen Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh ... 59

BAB VI PENUTUP A. kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sarana dan Prasarana Gedung Sekolah Dan Kantor Pesantren Yasin Muara Teweh Tahun 2017 ... 38 Tabel 2. Sarana dan Prasarana lainnya di Lingkungan Pesantren Yasin Muara Teweh

(15)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya, yang proses ini akan melibatkan dan mengikut sertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen yang termasuk di dalam proses pembelajaran adalah siswa, tujuan, kondisi, sumber-sumber belajar, dan hasil belajar ( Wina sanjaya, 2011: 9-13).

Pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu, agama Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi laki- laki maupun perempuan, dan berlangsung seumur hidup.

(16)

keadaan aslinya pondok pesantren memiliki sistem pendidikan non klasikal yang di kenal dengan nama Sorogan dan bandungan. Sejalan dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan pesantren juga tidak menutup diri untuk mengadakan pembaharuan metode maupun teknik dalam pelaksanaan pendidikan.Namun, tidak semua pesantren mau membuka mengadakan inovasi serta pembaharuan terhadap metode pembelajaran yang ada.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal memiliki ciri khas. Karena pesantren memiliki tradisi keilmuan yang berbeda dengan tradisi keilmuan lembaga-lembaga lainya seperti sekolah atau madrasah. Salah satu dari ciri utama pesantren sebagai pembeda dengan lembaga keilmuan lain adalah kitab kuning, yaitu kitab- kitab Islam klasik yang di tulis dalam bahasa Arab, baik yang ditulis oleh ulama Timur Tengah maupun ulama Indonesia dan sebagian besar di cetak dengan kertas berwarna kuning.

Peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang pelaksanaan pembelajaran kitab kuning yang ada di pondok pesantren menemukan beberapa permasalahan. Permasalahan itulah yang menjadi salah satu kendala dalam proses belajar kegiatan mengajar di Pondok Pesantren Yasin Muara teweh.

(17)

Kondisi tersebut yang mengharuskan santri untuk terbiasa dalam tulisan-tulisan Arab agar mereka dapat dengan mudah menerima dan memahami materi yang akan di sampaikan oleh seorang guru, yang mana untuk pembiasaan tersebut memerlukan proses pembelajaran yang tepat, kesabaran serta kedisiplinan.

Metode pembelajaran juga mempengaruhi terhadap pemahaman santri atas apa yang disampaikan oleh guru, serta mengatasi permasalahan yang di hadapi oleh santri pemula yang ingin belajar baca tulis bahasa Arab.

Di kalangan pesantren, kitab kuning dianggap formulasi final dari ajaran-ajaran Al- qur‟an dan sunnah Nabi. Impliksi selanjutnya adalah kitab kuning itu dianggap suci atau sakral yang mengandung kebenaran sejati. Oleh karena itu kitab kuning sebaiknya disikapi seperti kitab-kitab lainnya sebagai produk yang mungkin sekali mengalami kelemahan dan kesalahan yang mana harus di pelajari dan dikaji.

Berdasarkan hal tersebutlah peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “PENERAPAN METODE SOROGAN PADA PEMBELAJARAN KITAB

(18)

B. Hasil Penelitian yang Relevan /Penelitian Sebelumnya

Dalam penulusuran peneliti ada beberapa penelitian yang berhubungan juga dengan pembelajaran kitab kuning diantranya:

1. Penelitian Nina (Alumni IAIN Palangka Raya) pernah melakukan penelitian pada tahun 2013 dengan judul ”Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di

pondok Pesantren Darul Ulum Palangka Raya”. Fokus penelitiannya adalah rangkaian proses tahapan pelaksaan pembelajaran kitab kuning yang di mulai pada saat guru memasuki ruangan sampai dengan guru mengevaluasi yang di laksanakan di pondok Pesantren Darul Ulum Palangka Raya.

(19)

2 Penelitian Arnova Dinata (alumni Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ahlussunnah Bukit tinggi) pernah melakukan penelitian pada tahun 2004

dengan judul “Pelaksanaan Pengajaran Kitab Kuning Pada Madrasah Ulumi

Syar‟iyah V Suku Candung” tentang metodologi guru mata pelajaran kitab

kuning yang tidak berlatar belakang pendidikan keguruan.

Hasil penelitiaanya menunjukkan bahwa guru yang mengajar kitab kuning mayoritas para buya yang tidak mempunyai kesempatan untuk meneruskan jenjang pendidikannya tinggi. Jadi, guru yang mengajar kitab kuning kurang menguasai metodologi pengajian ini terbukti dan juga kurang tepatnya metode yang digunakan dalam penyampaian materi.

Dari uraian beberapa penelitian di atas, persamaan yang di teliti adalah sama-sama membahas tentang kitab kuning. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang sebelumnya dan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu :

a. Permasalahan yang diambil peneliti lebih fokus tentang penerapan metode sorogan pada pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Yasin Muara Teweh.

b. Penelitian ini lebih menekankan pada pelaksanaan pembelajaran kitab kuning, baik dari materi pelajaran, metode dan pemanfaatan sumber belajar.

(20)

berbeda sekolahnya yang mana masih banyak yang belum mengenal tulisan Arab untuk mempelajari kitab kuning.

C. Fokus Penelitian

Adapun fokus dari penelitian ini yaitu:

Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kitab kuning yang di laksanakan di pondok pesantren Yasin Muara Teweh.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti uraikan diatas, maka masalah dalam penelitan ini adalah : Bagaimana penerapan metode sorogan pada pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Yasin Muara Teweh?

E. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah yang peneliti paparkan sebelumnya, maka peneliti bertujuan untuk : Mendeskripsikan penerapan metode sorogan pada pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Yasin Muara Teweh. F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi pondok pesantren Yasin tentang pelaksanaan pembelajaran kitab kuning sehingga dapat meningkatkan cara pembelajaran di kemudian hari.

(21)

3. Agar dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat memperkaya khazanah perpustakaan IAIN Palangka Raya.

4. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti berikutnya yang berminat melanjutkan penelitian ini.

G. Definisi Operasional

1. Metode Sorogan adalah metode belajar individual dimana seorang murid/santri berhadapan langsung dengan kyai atau ustadz muda sehingga terjadi proses pembelajaran individual dan bersifat dua arah, biasanya disamping di pesantren juga dilangsungkan di langgar, masjid atau terkadang malah di rumah-rumah. 2. Pembelajaran Kitab kuning adalah suatu kegiatan atau proses membelajarkan

(22)

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan ini penulis membuat sistematika penulisan dalam beberapa sub bab sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, hasil penelitian yang relevan/ sebelumnya, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II : Telaah teori yang terdiri dari deskripsi teoritik, kerangka berpikir dan pertanyan penelitian.

BAB III : Metode Penelitian yang terdiri dari metode dan alasan menggunakan metode, waktu dan tempat penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengabsahan data, dan teknik analisis data.

BABIV : Pemaparan Data yang terdiri dari Temuan Penelitian dan Pembahasan Penelitian.

BAB V : Pembahasan

(23)

BAB II

TELAAH TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Pengertian Penerapan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,1989 :180 ), penerapan adalah proses, cara, perbutan menerapkan. Sedangkan menurut Uzer Usman (2001: 35) dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Guru

Profesional” menyatakan bawa penerapan adalah kemampuan menggunakan

atau materi yang sudah di pelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan prinsip.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahai bahwa penerapan adalah adalah cara atau proses seseorang untuk melakukan sesuatu atau mempraktekan suatu pengetahuan dalam suatu keadaan tertentu.

2. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan dan menjadi pokok utama yang menentukan pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Pembelajaran yang di langsungkan harus memiliki landasan atau asas-asas yang menjadi acuan dan arahan dalam berlangsungnya pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

(24)

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Menurut Wina sanjaya (2005:78) Kata pembelajaran adalah terjemahan dari Instruction. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Pembelajaran menurut Corey dalam syaiful sagala (2003: 61) “Adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”.

Dijelaskan pula dalam UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibagun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hingga nanti sampai pada tahap pengembangan.

(25)

a. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pengajaran adalah suatu cita-cita yang bersifat normatif, dengan kata lain dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik besikap dan berbuat dlam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.(Syaiful Bahri Djamarah, 2002 : 41-42)

Dalam pembelajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa/subyek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar (Sardiman, 1996 : 57)

Segala sesuatunya harus memilki tujuan, dan banyak cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan itu. Tentu tujuan tersebut sebagai titik akhir dari proses untuk mencapainya. Sama halnya dengan tujuaan pendidikan yang integralnya adalah pembelajaran (belajar mengajar).

b. Guru

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mngajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukkan sumber daya manusia yang potesial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur bidang kependidikan arus berperan secara aktif dalam menempatkan kedudukkannya sebagai tenaga profesional.

(26)

sekaligus “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa

(santri) dalam belajar (Sardiman, 1996: 123).

Syaiful Bahri Djamarah (2002:31) mengemukakan bahwa guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal tetapi bisa juga di masjid, surau atau rumah.

c. Siswa

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar di dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa atau anak didik itu akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajaranya (Sardiman, 1996: 109).

Ahmadi dan Uhbiyati (2001: 251) menyatakan :

Anak didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai pribadi atau individu.

(27)

kegiatan-kegiatan dan menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi bangsa dan negara.

d. Materi

Materi (bahan pelajaran) adalah subtansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan, karena itu guru yang mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik. Kitab kuning yang merupakan bahan pelajaran pokok yang menjadi komponen dari sebuah kehidupan pesantren khususnya pesantren salafiyah.

Zamakhsyari Dhofier (1982: 50) menurutnya dari Keseluruhan kitab-kitab kuning yang diajarkan di pondok pesantren dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok :

1. Nahwu dan sharaf

2. Fiqh

3. ushul fiqh

4. Hadits

5. Tafsir

6. Tauhid

7. Tasawuf

8. Cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Balaghah.

e. Media

(28)

perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatakan pengalaman belajar agar menjadi lebih kongkrit. Pengajaran melalui media tidak hanya menggunakan kata-kata atau simbol verbal (Muhammad Ali,2002: 88-89).

Media merupakan sesuatu yan bersifat menyalurkan pesan dan merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Pengunaan media secara kreatif akan memungkinkan santri (siswa) untuk belajar baik dan dapat meningkatkan performan mereka dengan tujuan yang ingin dicapai.

f. Metode

Metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau kelompok/ klasikan, agar pelajaran itu dapat di serap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan.(Abu Ahmadi dan joko Tri Prasetya,1997 : 52)

(29)

Metode pembelajaran yang di gunakan di pondok pesantren sangat bervariasi. Sebagiannya mempunyai kesamaan antara satu pesantren dengan pesantren lainnya. Sebagiannya lagi mempunyai perbedaan. Berikut adalah beberapa metode yang sering diterapkan di pondok pesantren (Endin mujahidin, 2005: 46).

1) Sorogan

Sorogan adalah metode belajar individual dimana seorang murid/santri berhadapan langsung dengan kyai atau ustadz muda. Teknisnya, seorang santri membaca materi yang telah disampaikan oleh kyai. Selanjutnya, kyai atau ustadz muda membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh santri tersebut.

Metode ini merupakan bagian yang paling sulit dari semua metode `pembelajaran, sebab metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi, baik dari santri maupun dari kyai atau ustadz. Meskipun demikian metode ini sangat efektif karena terjadi proses pembelajaran individual dan bersifat dua arah.

(30)

Di pesantren, sasaran metode ini adalah kelompok santri tingkat rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan Al- Qur‟an dan belajar kitab kuning agar dapat di ketahui kemampuan seorang santri oleh seorang guru secara utuh. Dia dapat memberikan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka. Sebaliknya, penerapan metode sorogan menuntut kesabaran dan keuletan pengajar. Santri dituntut memiliki disiplin tinggi. Di samping itu aplikasi metode ini membutuhkan waktu yang lama, yang berarti pemborosan, kurang efektif dan efisien (Mujamil qomar 142-143).

Namun bukan berarti metode sorogan tidak memiliki efektivitas dan signifikasi yang tinggi dalam mencapai hasil belajar. Sebab metode ini memungkinkan kiai/ ustadz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan santri dalam menguasai materi. Metode yang di terapkan pada pesantren pada prinsipnya mengikuti selera kiai/ ustadz, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan pendidikannya.

Teknik Pembelajaran Sorogan

Secara teknik, Ditpekapontren Agama RI menguraikan teknik pembelajaran dengan metode sorogan sebagai berikut :

1. Seorang santri yang mendapat giliran menyorogkan kitabnya menghadap langsung secara tatap muka kepada ustadz/kiai pengampu kitab tersebut. Kitab yang menjadi media sorogan diletakkan di atas meja atau bangku kecil yang ada diantara mereka berdua.

(31)

3. Santri dengan tekun mendengarkan apa yang dibacakan ustadz/kiai dengan mencocokkan dengan kitab yang dibawanya. Selain mendengarkan dan menyimak, santri terkadang juga melakukan catatan-catatan seperlunya.

4. Setelah selesai pembacaanya oleh ustaaz/kiai, santri kemudian menirukan kembali apa yang telah disampaikan didepan, bisa juga pengulangan ini dilaksanakan kembali pada pertemuan selanjutnya sebelum memulai pelajaran baru. Dalam peristiwa ini, ustadz/kiai melakukan monitoring dan koreksi seperlunya kesalahan atau bacaan sorogan santri( Depag, 2003:75).

Metode sorogan memang memungkinkan kiai/ ustadz menguji kedalaman pengetahuan santri secara individual. Lebih dari itu, kiai/ ustadz dapat memanfaatkan metode ini untuk menyelami gejolak jiwa atau problem yang dihadapi masing-masing santri terutama yang berpotensi mengganggu proses penyerapan pengetahuan mereka. Di samping itu metode ini mengakibatkan kedekatan antara kiai dan santri, sehingga kiai mampu mengetahui dan memahami problem santrinya.

Adapun Kelebihan dan kekurangan Metode sorogan (Armai Arif, 2002 : 152) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan metode sorogan :

(32)

2. Memungkinkan bagi sorang guru untu mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab.

3. Murid mendapatka penjelasan yang pasti tanpa harus merek-reka tentang interpensi suatu kitab karen berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan tanya jawab.

4. Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya.

b. Kekurangan metode sorogan

1. Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid.

2. Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi.

2) Bandongan/ Wetonan

Badongan/ Wetonan adalah metode pembelajaran kelompok (group methods) dan bersifat klasikal, dimana seluruh santri untuk kelas-kelas tertentu mengikuti kyai membaca dan menjelaskan berbagai kitab. 3) Musyawarah/Muzakarah

(33)

4) Hafalan

Hafalan adalah metode untuk menghafal berbagai kitab yang diwajibkan kepada santri. Biasanya materi hafalan disesuikan dengan kecenderungan dari pesantren tersebut dan minat kyai terhadap ilmu yang digelutinya.

5) Lalaran

Lalaran adalah metode pengulangan materi yang dilakukan oleh seorang santri secara mandiri. Dengan demikian, aspek yang diperkuat dengan metode ini, pada dasarnya adalah aspek penguasaan materi, bukan pengembangan pemahaman.

6) Talqin

Talqin adalah bacaan dengan teknik secara khusus di gunakan dalam pembelajaran al-qur‟an. Dalam prakiknya, seorang guru memperdengarkan bacaan al-qur‟an kepada murid/santrinya sebagian demi sebagian, setelah itu murid/santri tersebut disuruh mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang hingga hafal (Endin Mujahidin, 2005:52).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penetapan metode

(34)

a) Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan instrusional khusus merupakan unsur utama yang harus dikaji dalam rangka menetapkan metode. Metode yang hendak dipergunakan itu harus sesuai dengan tujuan, karena tujuan itulah yang menjadi tumpuan dan arah untuk memperhitungkan afektivisas suatu metode.

b) Keadaan murid-murid

Murid merupakan unsur yang harus diperhitungkan, karena metode-metode yang hendak ditetapkan itu merupakan alat untuk menggerakkan mereka agar dapat mencerna/mempelajari bahan yang akan disajikan. Kita hanya mungkin menggerakkan murid seandainya metode itu sesuai dengan tingkat perkembangan/ kematangan murid, baik secara kelompok (kelas) maupun secara individual.

c) Materi atau bahan pengajaran

(35)

d) Situasi

Yang dimaksud situasi disini ialah suasana belajar atau suasana kelas. Termasuk kedalam pengertian ini ialah suasana yang bersangkut-paut dengan keadaan murid-murid.

e) Fasilitas

Fasilitas ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar kerja dalam rangka mencapai sutu tujuan, baik itu fasilitas yang bersifat fisik seperti tempat dan perlengkapan belajar, maupun fasilitas yang bersifat nonfisik, seperti : waktu, kesempatan, dan berbagai aturan serta kebijaksanaan pimpinan sekolah (Zakiah Darajat, 1996:137).

g. Evaluasi

Evaluasi berasal dar bahasa Inggris yaitu Evaluation. Suharsimi Arikunto (2004:1) “ evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan

informasi tentang bekerjanya sesuatu, dan informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan”.

(36)

Tujuan itulah yang mengarahkan evaluasi itu digunakan pada hal apa saja dengan melihat tujuan yang ingin dicapai.

3. Pengertian Kitab kuning

Kitab kuning sering disebut dengan istilah kitab klasik (kutub Al-qadimah). Harus di akui, sulit untuk melacak kapan waktu persis mulai pembentukan awal tradisi Kitab Kuning di Indonsia. Penelitian Van den Berg tentang buku-buku yang digunakan di lingkungan pesantren di Jawa pada abad ke-19 memang mendaftar kitab-kitab yang ditulis para ulama Timur Tengah sejak abad ke-9, tetapi tidak berarti kitab tersebut telah beredar di Indonesia. (Azyumardi Azra, 2012: 143-144).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006: 267) ”Kitab ” berarti buku suci yakni buku yang berisi segala sesuatu yang bertalian dengan agama. Sumber lain menyebutkan bahwa kata itu berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. (Dewan redaksi Ensiklopedia Islam,1999: 99 ).

Adapun menurut Djunaidatul Munawaroh dalam buku “Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia” (Abuddin

(37)

konteks ini merupakan kartas yang digunakan berwarna kuning, mungkin karena lapuk ditelan masa. Oleh karena itu, kitab kuning juga disebut kitab kuno.

Menurut Azyumardi Azra (2012 : 143) dalam bukunya Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, menjelaskan bahwa :

Kitab kuning, selanjutnya disebut KK umumnya dipahami sebagai kitab-kitab keagamaan Arab, menggunakan aksara Arab yang dihasilkan para ulama dan pemikir muslim lainnya di masa lampau, khususnya berasal dari Timur Tengah. KK mempunyai format sendiri

yang khas, dan warna kertas “kekuning-kuningan”. Tetapi dalam

pembahasan ini, saya memperluas pengertia KK “sebagai kitab-kitab

keagamaan” berbahasa Arab, Melayu, dan Jawa atau bahasa lokal lain

di Indonesia dengan menggunakan aksara Arab, yang selain di tulis ulama Timur Tengah, juga di tulis ulama Indonesia sendiri.

Dengan demikian, kitab kuning adalah sebutan atau istilah kitab-kitab keagamaan yang merupakan karangan ulama yang memaparkan sebuah ulasan dengan bahasa Arab tanpa baris atau tanda harakat atau dikenal pula dengan istilah “kitab gundul” yang dari segi fisiknya kitab kuning identik

dengan kertas yang berwarna kuning, walaupun pada saat ini sudah mengalami perubahan sebagian sudah memakai kertas putih, dan sebagian sudah diberi harakat dan dijilid rapi tidak lagi berupa lembaran-lembaran. 4. Pondok Pesantren

a. Pengertian Pondok Pesantren

(38)

belajar agama Islam). Sedangkan kata pesantren atau santri diduga berasal dari bahasa Tamil yang berarti ”guru megaji”. Sumber lain

menyebutkan pesantren yaitu bangunan yang didalamnya berlangsung kegiatan belajar mengajar.

b. Unsur-unsur Pesantren

Dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur : kiai yang mengajar dan mendidik serta jadi panutan, santri yang belajar kepada kiai, masjid sebagai tempat penyelenggara pendidikan, dan sholat berjamah, dan asrama tempat tinggal santri. Sementara itu, menurut Zamakhsyari Dhofier (1982 : 44 ) ada lima elemen utama pesantren yaitu pondok, masjid, pengajian kitab-kitab klasik, santri, dan kiai.

B. Kerangka Pikir dan Pertanyaan penelitian 1. Kerangka Pikir

(39)

Semua hal diatas tidak terlepas dari beberapa komponen pembelajaran agar terlaksana dengan maksimal, yakni tujuan pembelajaran, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran. Komponen tersebut satu sama lain saling mempengaruhi dalam menciptakan suatu pembelajaran yang ideal dan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari kerangka pikir di atas, maka dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut ini:

Kurikulum/ Materi Metode Evaluasi

(40)

2. Pertanyaan Penelitian

Adanya uraian kerangka pikir di atas menimbulkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana tujuan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara teweh?

b. Bagaimana keadaan guru-guru yang mengajar kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh?

c. Bagaimana keadaan siswa (santri) dalam pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh?

d. Apa saja materi yang diajarkan dalam pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara teweh?

e. Apa saja metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh?

f. Apa saja media yang digunakan pada pelaksaan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh?

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Alasan Menggunakan Metode

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Data deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memberikan gambaran tentang Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di pondok Pesantren Yasin Muara Teweh.. Menurut Lexy Moleong

(2004 : 3) “data deskriptif yaitu berupa data-data tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Dengan kata lain penelitian deskriptif untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan dapat melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian ini tidak menguji suatu hipotesis atau tidak ada hipotesa, melainkan hanya mendeskriptifkan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti (Mardalis, 2004 : 26).

B.Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pondok Pesantren Yasin yang beralamat di Jl. Negara, Km 04, Simp. Nongo, RT 08, Kel. Jingah, Kec. Teweh Baru, Kab. Barito utara, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Peneliti memilih tempat tersebut dengan alasan sebagai berikut :

(42)

1. Pondok pesantren ini sampai sekarang masih aktif melaksanakan pembelajaran kitab kuning.

2. Pondok pesantren ini sejak berdiri sampai sekarang semakin berkembang dan maju baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

3. Pondok pesntren ini memiliki citra yang baik di masyarakat dan terus diminati. 2.Waktu Penelitian

Alokasi waktu penelitian tentang Penerapan Metode Sorogan pada Pembelajaran Kitab Kuning dengan Pemaknaan Arab Melayu di pondok Pesantren Yasin Muara Teweh ini direncanakan selama 6 Bulan dengan perincian waktu sebagai berikut: bulan ke 1-2 penulisan proposal, bulan ke 3-4 penelitian sekaligus analisis data, dan bulan ke 5-6 penulisan skripsi dan dilanjutkan dengan penyerahan penelitian skripsi.

C.Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya: angket, daftar cocok, skala, pedoman wawancara, pedoman pengamatan atau panduan pengamatan, soal ujian dan sebagainya.

(43)

Tabel. 1

INSTRUMEN PENELITIAN

No. Jenis Metode Jenis Instrumen

1. 2.

3.

Pengamatan (Observation) Wawancara (Interview)

Dokumen

a. Pedoman pengamatan a. Pedoman wawancara

b. Alat bantu (tape recorder, HP, kertas, dll.)

a. Profil Pondok Pesantren Yasin Muara teweh

b. Data jumlah santri yang tinggal

c. Data jumlah guru yang mengajar

Sumber: (Riduan,2010 :68) D.Sumber Data

Menurut Lofland (Lexy Moleong, 2004:112-116) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.

1. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.

(44)

jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu lain dan dari satu situasi ke situasi lainnya.

2. Sumber tertulis

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

3. Foto

Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.

4. Data statistik

Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian.

(45)

E.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Margono (2000:158) menyatakan observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan secara langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Moh.Nasir, 2005 : 175).

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan yang ada di lokasi penelitian. Adapun data yang digali melalui teknik ini adalah sebagai berikut: a. Gambaran umum proses belajar mengajar kitab kuning

b. Materi yang diajarkan. c. Metode yang digunakan. d. Media yang digunakan.

e. Teknik evaluasi pembelajaran yang di gunakan 2. Wawancara

(46)

langsung untuk mendapatkan informasi dan keterangan informan tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian. Adapun data yang akan digali melalui teknik wawancara ini adalah:

a. Gambaran umum pelaksanaan pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren Yasin Muara Teweh.

b. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning. c. Materi yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning. d. Media yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning. e. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran kitab kuning. 3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara melalui dokumen-dokumen tertulis yang ada di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh. Adapun dokumen-dokumen yang dicari meliputi:

a. Profil Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh;

b. Keadaan guru Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh; c. Keadaan santri Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh ; d. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh ;

(47)

F.Teknik Pengabsahan Data

Keabsahan data adalah untuk menjamin bahwa semua yang diamatidan diteliti penulis sesuai atau relevan dengan yang sesungguhnya danmemang terjadi. Hal ini dilakukan penulis untuk memelihara dan menjamin bahwa data maupun informasi yang dihimpun/dikumpulkan memang benar-benar ada.Untuk memperoleh data yang valid penulis membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain. Cara ini biasa disebut dengan triangulasi. Teknik yang sesuai dengan penelitian ini adalah triangulasi sumber, yakni membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang di katakan orang sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang pendidikan atau orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Lexy Moleong, 2004: 330-331).

G.Teknik Analisis Data

(48)

substantif. Dalam menganalisis data, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dengan berpedoman pada pendapat Milles dan Hubberman, yang dikutip oleh Bungin yang mengemukakan bahwa teknik analisis data dalam suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Data Collection

Pengumpulan data adalah peneliti mengumpulkan data dari sumber sebanyak mungkin untuk dapat diproses menjadi bahasan dalam penelitian tentunya hal-hal yang berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

2. Data Reduction

Reduksi data dalam penelitian kualitatif adalah mencakup kegiatan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahnya ke dalam konsep-konsep tertentu, kategori tertentu atau tema tertentu (Burhan Bugin, 2003:70). Pada reduksi data, data yang begitu banyak dan kompleks serta mungkin masih bercampur aduk yang diperoleh dari penelitian ditajamkan, diseleksi, digolongkan, diarahkan, dibuang yang tidak relevan dan diorganisasikan dengan cara sedemikian rupa untuk pemecahan masalah atau untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3. Data display

(49)

disajikan,Penyajian data merupakan bagian dari analisis dengan maksud agar data atau informasi yang telah terkumpul dapat tersusun dalam bentuk grafik, jaringan dan bagan. Pada penyajian data, dikembangkan format berupa ringkasan untuk menjelaskan dan menyederhanakan kekomplekan data agar menjadi lebih mudah dipahami.

4. Conclusion drawing dan Verifying

Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah melakukan dengan melihat kembali pada reduksi data (pengurangan data) dan display data (penyajian data) sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang dianalisis. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian secara kongkrit sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan.(Burhan Bugin,2003: 69-70).

Kesimpulan data dilakukan secara sementara, kemudian diverifikasi dengan cara mencari data yang lebih mendalam dengan mempelajari kembali hasil data yang telah terkumpul.

(50)

BAB IV

PEMAPARAN DATA

A. Temuan Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Data sekolah

1. Nama Sekolah : Pondok Pesantren Yasin

2. Alamat/ Domisili : Jl. Negara, Km 04, Simpang Nonggo, RT 08, Kel. Jingah, Kec.Teweh Baru, Kab. Barito Utara, Kalimantan Tengah. 3. Tahun Berdiri : 26 Desember 2001

4. Nama Pendiri/Pengasuh : KH. Ahmad Fahmi Zamzam, MA 5. Nama Pimpinan sekarang : H. Rusmadi Darsani, Lc.

6. Status Pondok Pesaren : Swasta

7. No. Statis Pontren NSB : 512362050001

8. Status Tanah dan Gedung : Hak Milik Pondok Pesantren Yasin,

Yayasan Islam Nurul Hidayah Yasin, Cabang Muara Teweh.

9. Luas Area : 10 Ha

b. Sejarah Singkat dan Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Yasin Bercermin kepada Barito Utara, khususnya kota Muara Teweh yang perkembangannya cukup cepat dan kehidupan masyarakatnya yang mulai tersentuh oleh arus modernisasi dan globalisasi, sehingga pertumbuhan moral dan mental generasi muda islam terancam rusak dan hancur. Terlihat bahwa gairah

(51)

hidup beragama dengan melaksanakan syariat islam tidak bersemangat dan memadai, maka hal ini perlu ada antisipasi.

Usaha untuk mencetak kader ulama atau mukmin bertaqwa dan perhatian yang serius terhadap ilmu agama tidak diberikan perhatian dengan sewajarnya, sehingga terasa kurang lembaga-lembaga yang dibangun untuk tujuan tersebut. Terasa akan kurangnya Ulama sebagai pewaris para Nabi yang dapat membimbing dan membawa umat ini ke arah kebaikan hidup di dunia dan kesejahteraan di akhirat.

Kurangnya ulama berarti pertanda akan hilangnya ilmu dari permukaan bumi ini. Sementara keperluan ummat kepada ulama seperti kata Imam Ibnul

Qayyim rahimahullahu ta‟ala adalah lebih dari pada keperluan mereka kepada

makanan dan minuman serta udara untuk mereka bernafas. Umat tanpa makanan dan minuman serta udara untuk bernafas, maka musibah yang paling besar menimpa mereka hanyalah kematian yang menghilangkan segala kesenangan dunia saja. Sedangkan bila umat tanpa ulama, maka mereka akan sengsara di dunia dan akan binasa di akhirat dan Ini merupakan malapetaka dan musibah yang teramat dahsyat bagi seseorang.

Sejak awal berdirinya hingga sekarang telah terlihat perkembangan yang cukup menggembirakan. Dengan luas lahan + 10 Ha yang kemudian diolah menjadi komplek perkampungan sebanyak 5 Ha dan lagi untuk proses kepesantrenan 5 Ha, maka kini dapat terlihat bukti nyata dukungan dan do‟a

(52)

dan melengkapinya secara bertahap dengan berbagai macam kemudahan dan fasilitas. Pada dasarnya yang namanya Pondok pesantren Yasin ini adalah milik umat, dalam arti kata “berdirinya dan kelangsungan hidupnya adalah bergantung

kepada dukungan umat dan hasilnya akan kembali dinikmati oleh umat”.

“Umatlah yang mendirikannya, umatlah yang mendukungnya serta umat pula

yang akan mendapat keuntungannya.

c. Visi & Misi Pendidikan

1. Visi kearah melahirkan santri sbb : a) Generasi ulama rabbani,

b) Intelektual muslim yang berakhlak mulia, c) Karyawan Muslim yang terampil

2. Misi Pendidikan sbb :

a) Melaksanakan pendidikan dengan ikhlas dan karena mendambakan Mardhatillah,

b) Mengumpulkan dan menghimpunkan sistem pengajaran antara sistem tradisi lama yang baik dan berkah dengan sistem baru modern yang bermanfaat,

c) Melaksanakan pendidikan mengikuti aturan “Maratibul „Ulum” dengan

jenjang keilmuan yang sesuai dengan anak didik dan tuntutan zaman serta mengutamakan ciri-ciri keberkahan dalam penyampaian,

d) Menjaga dan menjunjung tinggi adab-adab terhadap kitab, guru dan murid, e) Mengutamakan berpakaian dan berprilaku ala sunnah Rasulullah Saw,

(53)

g) Membentuk pribadi santri yang berakhlak mulia dan berkarakter serta cinta tanah air,

h) Membantu pemerintah dalam mensukseskan program mencerdaskan anak bangsa,

i) Menciptakan lingkungan hidup yang mencerminkan kemantapan ilmu dan ketinggian budi pekerti.

d. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh

Sarana dan Prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh dalam menunjang keberhasiln pendidikan Santri adalah sebagai berikut :

TABEL 1

SARANA DAN PRASARANA GEDUNG SEKOLAH & KANTOR PONTREN YASIN MUARA TEWEH TAHUN 2017

NO Nama

Ruang

Uraian

Ket Meja

Belajar

Papan Tulis

Meja Guru

Kursi Guru

Kipas Angin

1 I‟dadiyah 23 1 1 1 - Lesehan

2 Kelas Satu 17 1 1 1 - Lesehan

3 Kelas Dua 8 1 1 1 - Lesehan

4 Kelas Tiga 10 1 1 1 - Lesehan

5 Kantor - 1 3 3 2 Kursi Sofa

(54)

TABEL 2

SARANA DAN PRASARANA LAINNYA DI LINGKUNGAN PESANTREN YASIN MUARA TEWEH TAHUN 2017

NO. Nama Jumlah Keterangan

1 Asrama Santri 3

2 Asrama Guru 3

3 Mushola 1

4 Kantin 1

5 Lapangan Olahraga 1

Sumber data : Dokumentasi Pontren Yasin

Bedasarkan tabel di atas maka dapat diketahui sarana dan prasarana, baik yang merupakan pendukung pembelajaran atau tidak, sudah cukup memadai dan mampu menunjang aktivitas pembelajaran di pondok Pesantren Yasin Muara Teweh. e. Keadaan Guru

Adapun keadaan guru pengajar kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

TABEL 3

KEADAAN GURU PONDOK PESANTREN YASIN MUARA TEWEH TAHUN 2017

No Nama TTL Pendidikan

Terakhir Jabatan

1 H. Rusmadi Darsani, Lc Amuntai, 05-05-1972

S1/ Ma‟had Aly Siria, Damascus. Th 2002

Kepala

2 Parman Rida, A.Ma Amuntai, 27-02-1976

D II/ Fakultas STAIS Samarinda. Th 2002

Sekretaris/ Guru

3 Muhdari Sungai Tabuk,

15-05-1990

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin. Th. 2013

(55)

4 M. Izzuddin Kifli, S.Pdi Kelua, 28-08-1986

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2006 S1/ STAI Siti Khadijah Muara Teweh Th. 2014

Guru

5 Muhammad Saidi Tambalang, 05-05-1983

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th. 2008

Guru

6 Abdurrahman Pasungkan,

09-11-1990

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2013 D II/

Guru

7 Muhammad Fahmi Banjarmasin, 06-06-1985

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2009

Guru

8 Muhammad Husin Muara Teweh, 23-11-1989

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2013

Guru

9 Ahmad Aulia Rahman Lemo II, 05-12-1985

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2013

Guru

10 Muhammd Yamani

Gudang Tengah, 17-08-1982 Marhalah Aliyah, Ma‟had Yasin Th.2006 Guru

11 Hamli Muara Teweh,

11-01-1993

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2016

Guru

12 Syufi Ramadhan Muara Teweh, 13-02- 1994

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2016

Guru

13 Muhammad Rifa‟i Harusan,

12-09-1996

D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Th.2017

Guru

Sumber data : Dokumentasi PontrenYasin

(56)

belakang pendidikan guru-guru yang mengajar di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh semua guru berasal dari Pondok Pesantren yang memang mempelajari kitab kuning, dan sebagian pula ada yang merupakan lulusan sekolah tinggi dan universitas.

f. Keadaan Siswa (Santri)

Jumlah santri yang belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh dapat diketahui pada tabel dibawah ini :

TABEL 4

KEADAAN SISWA (SANTRI) DI PONDOK PESANTREN YASIN MUARA TEWEH TAHUN 2017

No Jenjang Kelas Jumlah Ket

1 Pra Tsanawiyah ( „Idadiyah ) 18

2 1 Tsanawiyah 29

3 2 Tsanawiyah 15

4 3 Tsanawiyah 13

Jumlah 75 Semua laki-laki

Sumber : Dokumentasi Pontren Yasin

(57)

g. Waktu Pembelajaran Kitab Kuning

Waktu pembelajaran kitab kuning mulai dilaksanakan pada pagi hari dari pukul 07.00-10.45 WIB dan di lanjutkan pada malam hari yakni pukul 20.00- 20.45 WIB, kegiatan belajar megajar dilaksanakan selama 6 hari dalam satu

minggu, kecuali hari jum‟at kegiatan belajar mengajar libur.

Diantara waktu pembelajaran itu juga dimanfaatkan dengan kegiatan keagamaan pondok pesantren lainnya, yaitu dapat dilihat sebagai berikut :

Waku Hari

Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu kamis

07.00-08.30.

Kitab kuning 08.30

-09.15

Istirahat

09.15- 10.45

Kitab Kuning 20.00

-20.45

muhadharah Kitab kuning

2. Gambaran Umum Subjek dan Informan Penelitian A. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini terdiri dari 3 Orang guru/ ustadz menurut kriteria tertentu dan dapat dilihat sebagai berikut : 1) MHD

Nama : MHD

TTL : Sungai tabuk,15 Mei 1990

Alamat : Jl.Nonggo komp. Yasin Muara Teweh

(58)

2) MR

Nama : MR

TTL : Harusan, 12 September 1996

Pendidkan terakhir : Ma‟had Aly Taffaquh Fiddin (Matin) Pondok Pesantren Yasin Banjar Baru.

Bidang yang diajarkan : Hadits 3) AAR

Nama : AAR

TTL : Lemo II, 05-12-1985

Pendidkan terakhir : D II/ Ma‟had Tafaquh Fiddin, Yasin Banjar Baru. Bidang yang diajarkan : Hadits dan Nahwu

B. Informan Penelitian

Adapun yang menjadi Informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 Orang guru/ ustadz menurut kriteria tertentu dan dapat dilihat sebagai berikut :

Nama : PR

TTL : Amuntai, 27-02-1976

Alamat : Jl.Negara Km.4 Simpang Nonggo. Muara teweh Pendidkan terakhir : D II/ STAIS Samarinda

(59)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi serta penelitian secara langsung di lapangan, peneliti mendapatkan gambaran tentang pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Yasin Muara Teweh sebagai berikut :

Pada ketika observasi, guru MHD pada saat itu beliau mengajar di kelas 1 tsanawiyah, Ketika memasuki ruangan di awali dengan mengucap salam, kemudian beliau duduk, sebelum membaca kitab, beliau terlebih dahulu mempimpin para santri untuk membaca surah al-fatihah untuk Rasulullah. Kemudian setelah itu beliau mulai membacakan kitab Akhlak dan seluruh santri masing-masing memperhatikan kitab mereka. Kebetulan kitab yang dibacakan oleh guru MHD merupakan kitab berbahasa melayu yang tidak perlu lagi untuk di terjemahkan kaliamatnya, sehingga para santri hanya perlu fokus pada apa yang dibacakan oleh guru MHD. Sesekali guru MHD menanyakan tentang materi yang beliau sampaikan kepada santrinya dan santripun berhasil menjawab. Kemuadian mereka melanjutkan kembali materi tersebut hingga sampai di beberapa menit sebelum waktu istirahat guru MHD kembali menguatkan inti dari materi yang disampaikan dan menyimpulkannya. Dan pada saat itu memang tidak ada evalusai pada akhir pembelajaran, beliau mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam.

1. Tujuan

(60)

“Tujuan dari pembelajaran kitab kuning itu tujuan utamanya adalah untuk mengkaji ilmu-ilmu yang sulit-sulit, kan untuk mengetahui ilmu-ilmu fiqih yang sulit-sulit itu dikitab kuning. Nah lewat kitab kuning itukan dapat mengetahuinya.” (Wawancara dengan MHD, 12 juli 2017 )

Informan PR juga menguatkan pendapat subjek MHD :

“Tujuan dari pembelajara kitab kuning untuk mempelajari kitab-kitab yang

lain karena dia merupakan ilmu alat untuk dapat membaca dan memahami kitab hadits, ataupun tauhid, sirah ataupun fiqih itu mesti orang itu mempelajari kitab nahwu dan sharaf jadi dua pokok ini disebut orang ilmu

alat.” (Wawancara dengan PR, 08 juli 2017 )

Dari hasil wawancara di atas dapat peneliti pahami bahwa tujuan dari pembelajaran kitab kuning itu sendiri adalah untuk mempermudah memahami kitab-kitab yang lain yang berhubungan dengan ilmu pendidikan agama Islam.

2. Materi

Adapun menurut MHD berkenaan dengan materi, beliau mengungkapkan: “Materi yang di sampaikan kalau yang di Muara Teweh

ini masih tingkatan yang rendah masih Jurumiyah, itu saja dulu. Kalau yang tingkatan Aliyah nya di Banjar Baru.” (Wawancara dengan MHD, 12 Juli

2017 )

Informan PR mengungkapkan : “Kebetulan yang diajarkan ustadz MHD ini

adalah kitab akhlak al bahjatul mardhiyah (arab melayu).”

(61)

3. Metode

Adapun menurut MHD tentang metode pembelajaran yang di pakai dalam pembelajaran kitab kuning : “Kalau saya sendiri kan tidak kitab kuning

tetapi khusus Arab Melayunya. Kalau saya metodenya dengan cara ceramah dan dengan maju satu-satu kedepan.” (Wawancara dengan MHD, 12 Juli 2017 )

Informan PR mengungkapkan terkait dengan metode:

“kalau kita lihat metode yang digunakan beliau (MHD) itu metode talaqi, yang metodenya seperti orang menalkin cuman anak-anak disuruh mengikuti apa yang beliau ucapkan, tujuannya supaya anak-anak juga ikut membaca dengan apa yang dibaca sebelumnya oleh ustadz MHD.” (Wawancara dengan PR, 08 Juli 2017 )

Dari hasil wawancara di atas dapat peneliti pahami bahwa MHD menggunakan metode ceramah, sorogan dan tanya jawab yang umumnya digunakan dalam metode pembelajaran dan ada juga metode talqin yang beliau gunakan dalam menyampaikan pembelajaran sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Informan PR menyesuaikan dengan materi yang disampaikan.

4. Media

Adapun menurut MHD tentang metode pembelajaran yang di pakai dalam pembelajaran kitab kuning : “ Media yang digunakan itu dengan kitab

dan dengan langsung maju ke depan dengan papan tulis.”

Senada dengan yang di ungkapkan oleh informan PR: “Medianya

(62)

tutup buku selama kurang lebih 15 menit disuruh menghafal umpama tiga

point.” (Wawancara dengan PR, 08 Juli 2017 )

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti pahami bahwa media yang digunakan oleh guru MHD adalah kitab kuning itu sendiri dan papan tulis dan itu juga sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh informan PR .

5. Evaluasi

Terkait evaluasi hasil pembelajaran kitab kunig MHD mengungkapkan : “Dalam satu minggu pasti ada ulangan harian untuk

mengetahui apakah perkembangan anak itu yang belum diketahui dapat diketahui.” (Wawancara dengan MHD, 12 Juli 2017 )

PR juga mengungkapkan:

“Beliau (MHD) langsung, biasanya 45 menit itu ada 15 menit atau 10

menit langsug dievaluasi, jadi kalau ada hal-hal yang penting itu disuruh dihafal atau distabilo kadang-kadang diberi PR lagi, ditanyakan dari pelajaran yang telah diberikan umpama satu pertemuan itu ada soal tiga. Jadi, disitu akan ada hasil apakah mereka

memahami atau tidak”. (Wawancara dengan PR, 08 Juli 2017 )

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat peneliti pahami bahwa evaluasi selalu dilakukan oleh MHD setiap minggunya dan sesuai dengan keterangan informan hasil observasi .

(63)

membacakan dengan santai, setelah membacakan beberapa kalimat kemudian beliau menerjemahkannya, dan pada saat yang bersamaan para santri memperhatikan dan menyimak dengan baik apa yang di sampaikan oleh guru AAR dan memberikan makna pada kitab yang mereka miliki. Di tengah pelajaran sesekali guru AR menanyakan apa yang telah beliau sampaikan dan ada beberapa yang memberikan tanggapan. Guru AR juga memberikan kesempatan kepada santri untuk membacakan kitab yang telah dimaknai untuk mengetahui apakah memang santri tersebut sudah menyimak dengan benar, sehingga pembelajaran lebih komunikatif , kemudian begitulah seterusnya hingga beberapa menit sebelum pelajaran berakhir guru AAR lah yang menyimpulkan dan menuliskan secara singkat di papan tulis. Dan beliau mengakhiri pelajaran dengan membaca do‟a.

1. Tujuan

Terkait dengan hal tujuan dalam pembelajaran kitab kuning dari hasil wawancara peneliti terhadap guru AR, beliau mengungkapkan bahwa :

“Tujuan dari mempelajari kitab kuning ini agar santri dapat memahami kitab yang berbahasa Arab, selain itu juga agar mereka menjadi pribadi yang mengerti ilmu Agama dan berakhlak mulia”. (Wawancara dengan AR, 11 Juli 2017 )

Senada dengan apa yang di ungkapkan oleh informan PR:

(64)

Dari hasil wawancara dengan AR dan dikuatkan oleh informan PR bahwa salah satu juan dari mempelajari kitab kuning adalah agar mudah memahami ilmu agama yang bebahasa Arab.

2. Materi

Adapun materi yang di ajarkan AR pada Saat wawancara menurut

pengakuan beliau adalah “ Hadits dan Nahwu”. Dan Informan PR juga

menguatkan bahwa :

“Materinya Hadits, kitabnya At-At Targhib wat Tarhib, ini jarang di

suruh menghafal ia memahami tata bahasa atau asbabul wurud, sebab turunnya hadits.” (Wawancara dengan PR, 08 Juli 2017 )

Dari hasil observasi dan wawancara diatas bahwa benar AR mengajarkan materi Nahwu dan juga Materi Hadits seperti apa yang di sampaikan oleh informan PR.

3. Metode

Terkait metode pembelajaran kitab kuning, AR mengungkapkan bahwa : “Metode yang saya gunakan itu guru membacakan kitab kemudian

membacakan artinya lalu menerangkan, kemudian baru santrinya di tanya lagi, ada juga ceramah.” (Wawancara dengan AR,11 Juli 2017)

Informan PR pun membenarkan terkait metode yang AR terapkan : “Metode lebih banyak semacam Tausiyah namun tidak menutup

(65)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat peneliti pahami bahwa metode yang digunakan oleh AR adalah metode bandongan, ceramah, dan tanya jawab.

4. Media

AR menyebutkan bahwa media yang digunakan beliau ketika mengajar adalah “papan tulis, kitab, dan kalau praktek medianya santri itu sendiri.”

Hal ini sama seperti yang di ungkapkan oleh informan PR bahwa:

“Medianya buku (Kitab), papan tulis, dan nanti dituliskan soalannya, Bisa

juga mereka tutup buku selama kurang lebih 15 menit disuruh menghafal umpama tiga point.” (Wawancara dengan PR, 08 Juli 2017 )

Dari hasil wawancara dan observasi dapat peneliti pahami bahwa media yang digunakan oleh AR adalah kitab kuning itu sendiri dan papan tulis jika di perlukan.

5. Evaluasi

Berkenaan dengan evaluasi AR mengungkapkan bahwa: “Evaluasi

diadakan terus, biasanya ketika pertemuan berikutnya, dengan sekedar

bertanya .” (Wawancara dengan AR, 11 Juli 2017 )

Informan PR juga mengungkapkan bahwa: “Sesekali waktu saya liat persatu

bulan ada juga itu evaluasi dia melalui soalan-soalan.” (Wawancara dengan PR, 08 Juli 2017 )

(66)

Adapun guru MR sewaktu peneliti observasi, pada saat itu beliau mengajar di kelas 1, ketika awal beliau masuk kelas dan duduk untuk mengajar terlebih dahulu beliau mengucap salam dan memimpin santri untuk membaca surat al-fatihah kepada Rasulullah. Kemudian beliau membacakan kitab kebetulan kitab yang beliau ajarkan adalah kitab hadits . Beliau membacakan dengan santai, dan santri mengikuti apa yang beliau ucapkan dengan sambil membaca pada kitab yang mereka miliki. Di tengah pelajaran sesekali guru MR menanyakan apa yang telah beliau sampaikan dan ada beberapa yang memberikan tanggapan hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah memang santri tersebut sudah menyimak dengan benar, sehingga pembelajaran lebih komunikatif, kemudian begitulah seterusnya hingga beberapa menit sebelum pelajaran berakhir guru MR lah yang menyimpulkan. Dan beliau mengakhiri pelajaran dengan membaca do‟a.

a) Tujuan

Terkait dengan tujuan pada saat peneliti wawancara MR menyampaikan bahwa “ Tujuannya adalah agar mereka dapat memahami

pelajaran-pelajaran yang lain karena ilmu nahwu dan sharaf itu merupakan ilmu alat untuk membaca kitab-kitab yang lain seperti tauhid, hadits ataupun

tafsir, atau fiqih.” (Wawancara dengan MR, 11 Juli 2017 )

Senada dengan MR informan PR menyampaikan bahwa :

“Tujuan dari pembelajaran kitab kuning untuk mempelajari kitab-kitab

(67)

Dari hasil wawancara di atas dapat peneliti pahami bahwa tujuan dari pembelajaran kitab kuning itu sendiri adalah untuk mempermudah memahami kitab-kitab yang lain yang berhubungan dengan ilmu pendidikan agama Islam dengan mempelajari ilmu dasarnya terlebih dahulu.

b) Materi

Berkenaan dengan materi MR menyamaikan bahwa:

“Disini karena masih awal jadi kita juga mengambil ilmu yang

awal-awal dulu, ilmu dasar itu yang pertama nahwu kemudian ilmu sharaf ilmu yang terendah yang kita ambil dari kitab-kitab yang ada diajarkan dipesantren-pesantren baik itu di Ibnul Amin, Pamangkih ataupun di Darussalam Martapura. Contohnya Is’afut Thalibin untuk nahwu dan untuk sharafnya susunan pak kiyai Ahmad Fahmi Zam-zam sendiri, dan diadakan dimasukkan kekurikulum yang ada di Pondok Yasin ini.” (Wawancara dengan MR, 11 Juli 2017 )

Terkait materi untuk subjek MR Informan PR menyampaikan bahwa : “Dia mengajarkan kitab sama dengan AR Hadits cuman dia mengajarkan

di jenjang kelas 1 nya, karena kitab itu ketebalan jadi di bagi antara kelas

2 dan kelas 1dipelajari 2 tahun.” (Wawancara dengan

Gambar

Tabel. 1 INSTRUMEN PENELITIAN
TABEL 1 SARANA DAN PRASARANA GEDUNG SEKOLAH & KANTOR PONTREN
TABEL 2
TABEL 4 KEADAAN SISWA (SANTRI) DI PONDOK PESANTREN YASIN
+2

Referensi

Dokumen terkait

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara/daerah dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu : lama

Rasio Aktivitas berdasarkan perhitungan,dapat dikatakan bahwa pada tahun 2010 memiliki nilai minimum yang paling rendah adalah tiga pilar sejahterah dibandingkan dengan

Hasil ini membuktikan dengan adanya pendanaan dari luar yaitu hutang maka akan memberikan sinyal positif oleh para investor tentang kemampuan perusahaan untuk

Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan

Manajemen berbasis sekolah diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada sekolah.Model ini juga mendorong

Modifikasi aspal polimer telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir, umumnya dengan sedikit penambahan bahan polimer (biasanya sekitar 2-6%) sudah dapat

Jika melihat dari ciri-ciri pasar yang ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan dimana tidak ada kesulitan berarti dalam memasuki pasar, banyaknya penjual dan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Tingkat partisipasi anggota kelompok masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove pada kategori tinggi