• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI STRUKTUR PASAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN HARGA (Studi Kasus Pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI STRUKTUR PASAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN HARGA (Studi Kasus Pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang )"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI STRUKTUR PASAR DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN

HARGA

(Studi Kasus Pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan

Malang )

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh:

WINDA WAHYU WIDYASARI

0910210094

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

IDENTIFIKASI STRUKTUR PASAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBENTUKAN HARGA

(Studi Kasus Pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang) Winda Wahyu Widyasari

Asfi Manzilati

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: windawahyu09@yahoo.com

ABSTRAK

Dalam rangka meningkatkan peran UKM, aspek mikroekonomi juga perlu diterapkan. Salah satunya pemikiran mengenai struktur pasar dan pembentukan harganya. Dalam pemikiran level mikro neoklasik, dijelaskan tentang bagaimana struktur pasar atau mekanisme pasar (permintaan dan penawaran) dapat menjadi determinan dalam pembentukan harga, output dan pendapatan. Sanan merupakan salah satu daerah UKM di Kota Malang yang perekonomiannya berkembang pesat karena usaha keripik tempenya. Sampai sekarang para pedagang di daerah Sanan tersebut masih bisa mempertahankan perkembangan usahanya. Dan bahkan beberapa dari mereka ada yang semakin maju dalam pengembangan usahanya. Dalam hal ini pembentukan harga memiliki peran yang sangat penting didalamnya, bagaimana mekanisme harga di dalam usaha tersebut dan harga para pesaing terbentuk sehingga nantinya mereka tetap dapat menarik minat konsumen serta mempertahankan para pelanggannya. Maka untuk mengetahui itu semua diperlukan identifikasi struktur pasar di dalamnya, serta tentang bagaimana struktur pasar tersebut dapat berimplikasi terhadap proses terbentuknya harga, sehingga mereka bisa tetap mempertahankan perkembangan usahanya. Untuk itu disini peneliti akan mengamati bagaimana identifikasi struktur pasar dan implikasinya terhadap pembentukan harga (studi kasus pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang).

Dengan menggunakan analisis kualitatif dan pendekatan fenomenologis sehingga dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa struktur pasar di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan lebih mengarah ke pasar persaingan monopolistik dilihat dari ciri-cirinya yang tidak terdapat hambatan untuk masuk, banyaknya penjual, tidak ada kerja sama dan diferensiasi produk. Hal ini berimplikasi terhadap pembentukan harga di Sanan yang juga sendiri-sendiri dan tidak ada kerjasama.

Kata kunci: Struktur pasar, harga, pembentukan harga

A. LATAR BELAKANG

UKM merupakan salah satu sektor usaha yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Jadi dapat dikatakan adanya UKM merupakan peran penting dalam perekonomian nasional. Sebab, selain membuka peluang usaha, UKM juga dapat meminimalisir pengangguran. UKM juga dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga, sehingga UKM juga memerlukan perhatian khusus dan perlu dijaga eksistensinya, UKM juga dituntut untuk mempunyai daya saing tinggi di tengah persaingan pasar yang begitu ketat. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, UKM ternyata mampu bertahan dibandingkan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki skala besar. Manfaat UKM yang cukup besar juga dirasakan oleh oleh masyarakat, khususnya bagi pemerintah itu sendiri.

Pengembangan UKM merupakan suatu alternatif penting yang dapat membantu permasalahan perekonomian nasional. Karena kita ketahui sekarang bahwa UKM saat ini sedang marak diperbincangkan dan masyarakat juga mulai banyak yang bergelut di bidang tersebut, sehingga UKM dapat dikatakan merupakan kegiatan yang dominan dimiliki oleh bangsa ini. Selain itu dalam memulai usaha ini juga tidak terlalu susah, karena modal yang diperlukan juga tidak terlalu besar, apalagi UKM juga dikenal sebagai industri yang kuat bertahan, dalam krisis

(3)

ekonomi yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu, UKM ternyata mampu bertahan dibandingkan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki skala besar.Dalam rangka meningkatkan peran UKM, aspek mikroekonomi juga perlu diterapkan. Salah satunya pemikiran mengenai struktur pasar dan pembentukan harganya. Dalam pemikiran level mikro neoklasik, dijelaskan tentang bagaimana struktur pasar atau mekanisme pasar (permintaan dan penawaran) dapat menjadi determinan dalam pembentukan harga, output dan pendapatan.

Munir (2008) berpendapat, struktur pasar merupakan pengelompokan produsen/perusahaan yang terdapat didalam industri ke dalam beberapa bentuk pasar, yaitu : pasar persaingan sempurna, pasar monopoli (persaingan tidak sempurna), pasar persaingan monopolistik (persaingan tidak sempurna), dan pasar oligopoli (persaingan tidak sempurna). Menurut Muslim dan Nurasa (2007) menyatakan bahwa struktur pasar yang terjadi akan mempengaruhi perilaku pasar, sementara perilaku pasar akan berdampak terhadap kinerja perusahaan. Untuk mengetahui perkembangan dan peran UKM maka struktur pasar menjadi hal yang sangat penting di dalamnya, karena identifikasi struktur pasar dapat digunakan untuk menentukan bagaimana pembentukan harga bisa terjadi.

Menurut Jaya dalam (Shinta, 2011) di setiap pasar, perusahaan–perusahaan mencoba untuk memperoleh dan memanfaatkan pangsa pasar yang besar, dengan tujuan memaksimumkan keuntungan. Ketika perusahaan-perusahaan saling bersaing, tidak ada perusahaan yang mampu meraih pangsa pasar yang besar, hal ini dapat dikatakan sebagai persaingan yang sehat karena penetapan harga yang rendah akan memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi dan melakukan kegiatan inovasi agar tetap dapat bersaing. Hal tersebut menjelaskan bahwa kekuatan pasar menentukan bentuk-bentuk tertentu dari biaya sosial dan menghasilkan manfaat tertentu bagi perusahaan termasuk dalam pembentukan harganya.

Seperti dalam beberapa penjelasan diatas, maka dalam hal ini kita perlu mengetahui struktur pasar dari sebuah UKM, tentang bagaimana pembentukan harganya yang membuat UKM itu terus berkembang. Pesaing yang kuat dalam suatu pasar tidak hanya memiliki keunggulan dalam kualitas produk tetapi mereka memiliki modal yang besar untuk melayani sejumlah besar konsumen. Menghadapi situasi yang tidak menguntungkan tersebut perusahaan kecil melakukan strategi agar dapat bertahan dipasar. Namun di sisi lain selain adanya persaingan yang sehat dalam struktur pasarnya terkadang ada juga yang melakukan kerja sama dalam usaha tersebut agar nantinya dapat menguntungkan bagi keduanya untuk menjaga perkembangan usahanya.

Salah satu UKM yang sampai sekarang banyak diminati adalah Industri Kripik Tempe Sanan. Sanan merupakan salah satu daerah UKM di Kota Malang yang perekonomiannya berkembang pesat karena usaha keripik tempenya. Apalagi Sanan merupakan pusat oleh-oleh khas Malang yang banyak diminati oleh masyarakat luar kota yang datang ke Malang. Maka tak salah jika daerah Sanan disebut sebagai icon oleh-oleh khas malang. Lokasi UKM ini terletak di Jl. Sentra Industri Tempe Sanan. Di sana terdapat banyak sekali home industry tempe yang masih tradisional. Hampir seluruh penduduk Kampung Sanan menyulap rumah mereka menjadi sebuah toko keripik tempe. Bahkan Sentra Industri Keripik Tempe Sanan merupakan salah satu contoh UKM yang sampai sekarang masih terjaga eksistensinya. Dapat kita ketahui jika kita pergi kearah Sanan Malang, maka disitu kita dapat melihat para penjual keripik tempe yang begitu banyak dan jarak usaha yang satu dengan yang lain sangat berdekatan bahkan rata-rata bersebelahan serta jenis barang yang dijual juga sama. Hal ini yang membuat UKM di daerah Sanan berbeda dengan UKM yang lain. Walaupun jenis barang yang dijual sama yakni kripik tempe dan jaraknya berdekatan, akan tetapi para pedagang di daerah Sanan tersebut masih bisa mempertahankan perkembangan usahanya. Dan bahkan beberapa dari mereka ada yang semakin maju dalam pengembangan usahanya. Tentunya dalam hal ini pembentukan harga memiliki peran yang sangat penting didalamnya, bagaimana mekanisme harga di dalam usaha tersebut dan harga para pesaing terbentuk sehingga nantinya mereka tetap dapat menarik minat konsumen serta mempertahankan para pelanggannya. Maka untuk mengetahui itu semua diperlukan identifikasi struktur pasar di dalamnya, serta tentang bagaimana struktur pasar tersebut dapat berimplikasi terhadap proses terbentuknya harga, sehingga mereka bisa tetap mempertahankan perkembangan usahanya.

(4)

B. KERANGKA TEORI Posisi Pasar Dalam Ekonomi

Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan 3 kegiatan pokok yaitu : produksi, distribusi dan konsumsi. Kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi merupakan fakta yang tidak bisa di bantah, apapun bentuk sistem perekonomian suatu masyarakat, mulai dari masyarakat yang masih tradisional sampai dengan masyarakat yang sudah modern (Burhan, 2006:15). Begitu juga menurut Winardi (1991:115) bahwa dalam setiap perekonomian senantiasa terdapat dua kesatuan ekonomi dasar yaitu, produsen dan konsumen. Sedangkan di dalam mikroekonomi, ketiga kegiatan tersebut juga tidak bisa lepas dari 2 faktor yaitu, permintaan (demand) dan penawaran (supply). Model permintaan dan penawaran digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini sangat penting untuk melakukan analisis ekonomi mikro terhadap perilaku serta interaksi para pembeli dan penjual. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif, harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen (demand) dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen (supply), sehingga terciptalah keseimbangan.

Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara produsen dan konsumen, adapula yang menyebutkan pasar merupakan tempat berinteraksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, dan tentunya di dalam pasar tersebut juga terdapat aktivitas ekonomi seperti dalam produksi, distribusi ataupun konsumsi, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. Aktivitas usaha yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan dua subyek pokok, yaitu produsen dan konsumen. Kedua subyek tersebut masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pembentukan harga barang di pasar. Sehingga dengan adanya pasar akan dapat membantu masyarakat dalam melakukan aktivitas perekonomian, sehingga masing-masing pihak baik konsumen maupun produsen dapat terbantu dalam mencapai kepentingan masing-masing serta dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Struktur Pasar pada Perekonomian

Istilah struktur pasar menurut Lipsey (1990 : 2) mengarah pada seluruh aspek pasar, seperti jumlah perusahaan dan jenis produk yang dijual, yang mungkin mempengaruhi perilaku dan operasi perusahaan-perusahaan di pasar tersebut.

Maka dapat dikatakan dalam struktur pasar jumlah penjual dan sifat produknya merupakan dimensi yang sangat signifikan dari struktur pasar, kemudian ada juga lainnya seperti mudahnya memasuki industri, sifat dan jumlah produk perusahaan, dan kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan melalui periklanan. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan oleh Sukirno (2002 : 225) bahwa berdasarkan kepada ciri-ciri jenis barang yang dihasilkan, banyaknya para penjual dan pembeli dalam kegiatan menghasilkan barang tersebut, mudah tidaknya perusahaan baru menjalankan kegiatan untuk memproduksi barang tersebut dan besarnya kekuasaan sesuatu perusahaan dalam pasar, maka struktur pasar dalam perekonomian dibedakan jadi 4 golongan yaitu : pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan monopolistik dan pasar oligopoli.

Pasar Persaingan Sempurna

Menurut Sukirno (2002 : 227) pasar persaingan sempurna merupakan pasar yang paling ideal, karena sistem pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Ciri-ciri selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah sebagai berikut :

a) Perusahaan adalah pengambil harga (price taker) b) Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk c) Menghasilkan barang serupa (homogen) d) Terdapat banyak perusahaan di pasar

(5)

Sesuai dengan beberapa panjelasan dan ciri-ciri di atas bahwa dalam pasar persaingan sempurna, setiap perusahaan bebas keluar masuk untuk ikut persaingan di dalamnya. Selain bebas keluar masuk dalam pasar persaingan sempurna jumlah penjual dan pembeli juga banyak serta barang yang dijual jenisnya homogen, sehingga perusahaan yang ada didalamnya diasumsikan sebagai price taker.

Pasar Monopoli

Pasar monopoli merupakan pasar yang sangat bertentangan ciri-cirinya dengan pasar persaingan sempurna. Pasar monopoli merupakan suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat satu perusahaan saja, dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat. Biasanya keuntungan yang dimiliki perusahaan monopoli adalah keuntungan melebihi normal dan ini diperoleh karena terdapat hambatan yang sangat tangguh kepada perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut (Sukirno, 2002 : 265).

Sedangkan untuk ciri-ciri pasar monopoli adalah sebagai berikut a) Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan

b) Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip.

c) Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri d) Dapat mempengaruhi penentuan harga

e) Promosi iklan kurang diperlukan

Menurut pendapat Burhan (2006 : 191), seberapa kuat sebuah monopoli dapat mempertahankan statusnya sangat tergantung pada kemudahan atau kesulitan perusahaan potensial untuk masuk ke pasar (barriers to entry). Jika barriers to entry sangat kuat maka status monopoli dapat bertahan lama dan sebaliknya jika lemah maka akan segera muncul perusahaan-perusahaan baru untuk menyaingi perusahaan-perusahaan yang sudah ada. Oleh sebab itu, biasanya perusahaan monopoli akan menempuh berbagai cara untuk memperkuat barriers to entry.

Pasar Persaingan Monopolistik

Pasar persaingan monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis pasar yang eksterm, yaitu pasar persaingan sempurna dan monopoli, oleh karena itu sifatnya mengandung unsur-unsur sifat monopoli dan pasar persaingan sempurna. Karena memang sulit menemukan pasar dimana barang-barang yang diperdagangkan betul-betul homogen, dan setiap pelaku pasar memiliki informasi seperti yang disyaratkan oleh pasar persaingan sempurna, dan juga sulit menemukan pasar yang benar-benar monopoli dimana tidak terdapat barang subtitusi didalamnya.

Menurut Burhan (2006 : 203) bentuk pasar persaingan monopolistik lebih mencerminkan keadaan yang lebih realistis dimana terdapat banyak perusahaan yang menghasilkan produk yang bersifat heterogen, tetapi merupakan subtitusi dekat. Karakteristik pasar ini sama dengan pasar persaingan sempurna, kecuali barang yang dihasilkan tidak homogen. Kekuatan dari pasar monopolistik sebagai akibat dari produk yang dijual oleh perusahaan-perusahaan di pasar bersifat heterogen, sehingga samapai batas-batas tertentu konsumen memiliki loyalitas terhadap suatu produk tertentu. Ciri-ciri selengkapnya dari pasar persaingan monopolistik yaitu:

1. Terdapat banyak penjual

2. Barangnya bersifat berbeda corak atau diferensiasi produk 3. Tidak ada hambatan untuk masuk.

4. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan mempengaruhi harga

Kekuasaan mempengaruhi harga oleh persaingan monopolistik bersumber dari sifat barang yang dihasilkannya, yaitu yang bersifat berbeda corak atau differentiated product. Dalam mempengaruhi harga, pengaruhnya rata-rata relatif kecil jika dibandingkan dengan perusahaan oligopoli dan monopoli (Sukirno, 2002 : 299).

Pasar Oligopoli

Oligopoli merupakan bentuk struktur pasar yang dicirikan oleh adanya beberapa perusahaan dominan. Produknya mungkin homogen atau terdiferensiasi. Perilaku tiap satu perusahaan dalam oligopoli sangat bergantung pada perilaku perusahaan yang lain (Case&Fair, 2007 : 364). Dalam pasar oligopoli perilaku satu perusahaan akan berpengaruh secara signifikan terhadap perusahaan yang lain, akibatnya akan ada sifat saling ketergantungan di antara perusahaan-perusahaan tersebut

(6)

Menurut pendapat Burhan (2006:212), para pelaku dalam pasar oligopoli cenderung menunjukkan perilaku bersaing yang paling ketat. Sebelum mengambil suatu keputusan atau langkah, sebuah perusahaan akan memperhitungkan atau mengantisipasi reaksi dari para pesaingnya. Dalam pengambilan keputusan, perusahaan dalam pasar oligopoli dapat memutuskan jumlah output yang akan dihasilkan atas beberapa harga yang akan ditetapkan.

Pasar oligopoli juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Menghasilkan barang standar maupun barang berbeda corak

b) Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya sangat tangguh c) Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan

Implikasinya Terhadap Pembentukan Harga

Dalam analisis ekonomi, permintaan suatu barang dipengaruhi oleh tingkat harganya. Harga suatu barang juga selalu dipandang sebagai faktor penting dalam menentukan penawaran barang tersebut. Harga sesuatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Oleh karena itu dalam menganalisis mekanisme pembentukan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan maka secara serentak diperlukan analisis permintaan dan penawaran terhadap sesuatu barang tertentu yang ada di pasar. Menurut Sukirno (2002 : 92) keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keadaan seimbang atau ekuilibrium apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan demikian harga sesuatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar.

Pembentukan Harga dalam Pasar Persaingan Sempurna

Pada pasar persaingan sempurna setiap perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga. Dalam pasar persaingan sempurna jika seorang penjual menaikkan harga barangnya di atas harga keseimbangan pasar maka dia kan kehilangan seluruh pembelinya. Dalam pasar yang bersaing sempurna, setiap perusahaan hanya dapat menyesuaikan jumlah outputnya. Tujuan untuk memaksimumkan laba dikejarnya untuk menaikkan atau menurunkan jumlah outputnya sampai ia menyamakan biaya marjinal jangka pendeknya dengan harga yang berlaku untuk produknya, yaitu harga yang ditetapkan oleh pasar (Lipsey, 1990 : 9), dalam persaingan sempurna kurva penawaran perusahaan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva biaya marjinal perusahaan di atas variabel biaya rata-rata. Pada harga ekuilibrium setiap perusahaan memproduksi dan menjual suatu jumlah yang biaya marjinalnya sama dengan harga. Tak satupun perusahaan terdorong untuk merubah outputnya dalam jangka pendek, karena jumlah total yang diminta sama dengan jumlah total yang ditawarkan, maka tak ada alasan bagi harga pasar untuk berubah dalam jangka pendek

Dalam pasar persaingan sempurna, reaksi penawaran jauh lebih flexibel dalam jangka panjang ketimbang dalam jangka pendek karena dua alasan, yaitu :pertama kurva biaya jangka panjang perusahaan mencerminkan fleksibilitas masukan yang lebih besar yang dimiliki perusahaan dalam jangka panjang, kedua, kurun waktu yang panjang juga memungkinkan perusahaan untuk masuk atau keluar industri sebagai reaksi terhadap peluang laba. Hal ini mempunyai implikasi yang penting atas penetapan harga (Nicholson, 1995 : 21). Suatu pasar persaingan sempurna berada dalam keseimbangan (ekulibrium) bila tak ada satupun perusahaan didalamnya yang berkeinginan mengubah perilakunya. Selain itu jika kita melihat beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan yang berada didalamnya tidak berdaya dalam mempengaruhi apalagi dalam menentukan harga sehingga pandapatan marjinalnya akan sama dengan harga yang ditetapkan oleh pasar. Mungkin ini juga didasari oleh sifat dari pasar persaingan sempurna yang membebaskan perusahaan untuk keluar masuk dalam persaingan tersebut.

Pembentukan Harga dalam Pasar Monopoli

Kekuasaan dalam pasar monopoli sangat besar, sehingga dia dapat mempengaruhi pasar. Sedangkan untuk keseimbangan monopoli dapat dicapai jika ia menjual barang dengan jumlah dan harga tertentu diperoleh laba maksimum. Tidak ada keputusan keluaran perusahaan di pasar persaingan sempurna (yang tidak mempengaruhi harga pasar), keputusan keluaran perusahaan monopoli akan sepenuhnya menentukan harga barang.

(7)

Pada jangka pendek, perusahaan monopoli akan berproduksi dimana penerimaan marginal sama dengan biaya marjinal. Harga yang bersesuaian dengan output tersebut ditentukan oleh kurva permintaan. Monopoli yang memaksimalkan laba tidak akan pernah memaksa penjualan komoditinya hingga tingkat dimana kurva permintaan menjadi inelastis. (Lipsey, 1990:23). Dalam keseimbangan jangka panjang, jika perusahaan monopoli dapat bertahan dalam jangka panjang maka pasti ada rintangan masuk bagi perusahaan lain ke dalam industri yang bersangkutan. Masuknya perusahaan ke dalam industri selalu akan mengikis laba, sementara laba selalu menarik masuknya perusahaan ke dalam industri.

Dalam pasar monopoli terkadang juga seringkali terjadi diskriminasi harga, menurut Lipsey (1990) diskriminasi harga dalam monopoli terjadi apabila pembeli yang berbeda dikenakan harga yang berbeda, atau pembeli yang sama dikenakan harga yang berbeda atas unit yang berbeda dari komoditi yang dibeli tanpa alasan yang berkaitan dengan biaya yang berbeda. Perusahaan yang berhasil melakukan diskriminasi harga dapat merebut sebagian surplus konsumen yang diperolehnya pada monopoli dengan satu harga.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pasar monopoli memang sangat berbeda dengan pasar persaingan sempurna, begitu juga dalam penentuan harganya. Dimana bila dalam pasar persaingan sempurna penjual adalah penerima harga (price taker), sedangkan dalam pasar monopoli para penjual memiliki kekuasaan penuh atas harga atau biasa disebut dengan price setter. Hal itu juga dikarenakan dalam pasar monopoli hanya terdapat satu penjual dan perusahaan lain sulit untuk masuk ke dalamnya yang biasa disebut barriers to entry.

Pembentukan Harga dalam Pasar Persaingan Monopolistik

Dalam persaingan monopolistik permintaan yang dihadapi perusahaan adalah sebagian dari keseluruhan permintaan pasar. Walaupun perusahaan persaingan sempurna dan perusahaan monopolistis sama-sama mendapat keuntungan normal, tetapi dalam perusahaan monopolistis biaya per unit lebih tinggi, harga barang lebih tinggi dan jumlah produksi lebih rendah (sehingga kapasitas memproduksi yang digunakan adalah di bawah tingkat yang optimal) (Case&Fair, 2007). Permintaan dalam monopolistik lebih elastis , artinya setiap kenaikan sedikit akan menyebabkan berkurangnya jumlah pembeli relatif lebih banyak, oleh karena itu kecenderungan yang terjadi adalah menurunkan harga ketimbang menaikkan harga.

Menurut pendapat Miller (2000:483) dalam ekuilibrium jangka pendek dalam persaingan monopolistik didefinisikan sebagai suatu situasi dimana harga yang tengah berlaku di pasar berhasil membuat setiap perusahaan mempertahankan tingkat harga dan outputnya. Ini hanya bisa terjadi jika pada harga itu pendapatan marjinal perusahaan sama dengan biaya marjinalnya. Sedangkan untuk jangka panjang modelnya hampir sama seperti ekulibrium jangka pendek, tapi laba ekonomisnya sama dengan nol. Laba tersebut menghilang karena selalu diperebutkan oleh banyak perusahaan termasuk para pendatang baru seperti laba yang diperebutkan dalam sistem kompetitif sempurna dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek, ancaman persaingan dari pesaing memang bisa diabaikan sehingga perusahaan seolah-olah sebagai monopoli.

Dalam jangka panjang tidak bisa bertahan karena dalam persaingan monopolistik terdapat produk subtitusi lain sehingga setiap keputusan yang diambil yang dapat memberikan keuntungan pada satu perusahaan akan diikuti perusahaan lain sehingga keuntungan perusahaan dalam jangka panjang cenderung nol sama dengan perusahaan pada persaingan sempurna. Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa meningkatkan penjualan. Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra yang baik di dalam hati masyarakat, sehingga membuat mereka mau membeli produk tersebut meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar persaingan monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citra perusahaannya.

Pembentukan Harga dalam Pasar Oligopoli

Dalam pasar oligopoli apabila perusahaan menurunkan harga, perusahaan lain akan kehilangan pelanggan karena sebagian pelanggan mereka akan membeli barang yang harganya jauh lebih rendah. Sehingga keadaan ini akan mendorong perusahaan lain menurunkan harga, untuk menjaga agar pelanggan mereka tidak pindah membeli barang dari perusahaan yang memulai melakukan penurunan harga. Dengan demikian, di dalam pasar oligopoli, penurunan harga dari suatu perusahaan berkecenderungan akan menyebabkan perusahaan-perusahaan lain akan melakukan penurunan harga juga agar mereka tidak kehilangan pelanggan. Sebagai akibatnya perusahaan yang menaikkan harga akan kehilangan pelanggan, sedangkan perusahaan lain yang

(8)

tidak menaikkan harga bertambah banyak pelanggannya. Maka tidak ada alasan untuk perusahaan lain tersebut untuk mengubah tingkat harganya (Sukirno, 2002 : 318).

Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lipsey (1990) bahwa harga oligopoli jangka pendek relatif kaku dalam menanggapi fluktuasi musiman dan siklikal dari pemerintah. Walaupun harga berubah bila biaya perusahaan berubah atau sebagai reaksi atas pergeseran permintaan yang permanen, namun perusahaan oligopoli merasa beruntung untuk merubah output, sementara tetap menjaga harga tetap kalau permintaan berfluktuasi di sekitar tingkat normalnya. Untuk itu dalam perusahaan oligopoli harus membuat perhitungan yang cermat mengenai reaksi dari perusahaan lain apabila ia menurunkan atau menaikkan harga barangnya. Setiap perusahaan oligopoli menyadari bahwa apabila ia mengubah harga penjualannya, langkah ini akan sangat mempengaruhi penjualan dari perusahaan-perusahaan lain. Harga oligopoli biasanya berubah bilamana terdapat perubahan besar pada biaya produksi. Kenaikan harga bahan baku atau tingkat upah dengan agak cepat dapat dialihkan pada kenaikan harga produk.

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian memberikan panduan berpikir dalam penelitian, sehingga penelitian berjalan efektif dan sistematis. Metode penelitian digunakan untuk memandu peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan, sehingga peneliti dapat memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya (Moelong, 2004). Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih mendalam, penuh makna dan kredibel sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Metode kualitatif juga cocok untuk digunakan dalam upaya memperoleh gambaran menyeluruh mengenai hasil-hasil evaluasi kebijakan, serta untuk menambah kejelasan pemahaman akan situasi yang dihadapi.

Berdasarkan tujuan dari penelitian yakni mengenai identifikasi struktur pasar terbentuk dan bagaimana implikasinya terhahadap mekanisme pembentukan harga di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang. Maka pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis tersebut dipilih untuk memahami arti dari suatu peristiwa dan keterkaitan yang ada di dalamnya secara lebih mendalam. Dengan pendekatan ini diasumsikan bahwa peneliti tidak mengetahui arti sesuatu dari informan yang sedang diteliti, sehingga peneliti lebih banyak diam untuk menguak secara lebih mendalam tentang pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Sedangkan menurut (Bungin, 2007 : 9) pendekatan fenomenologis juga dapat dipahami sebagai suatu upaya untuk mengungkap ataupun membongkar sesuatu yang tersembunyi dari dalam diri pelaku.

Unit analisis pada penelitian ini adalah struktur pasar dan implikasinya terhadap pembentukan harga di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang. Untuk informan dalam penelitian ini, terdapat dua macam informan yaitu informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci merupakan para pedagang atau pelaku usaha keripik tempe di Sanan Malang, untuk para informan pendukungnya adalah distributor kemudian pembeli yang bersifat sebagai konsumen akhir, serta para karyawan di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang langsung didapatkan dari sumber informasi tersebut, yang didapat dari wawancara dan dokumentasi yang dilakukan sendiri oleh peneliti dan sumber atau informan. Untuk teknik pengumpulan data ini peneliti menggunakan wawanvara dan observasi. Wawancara dan observasi sangat penting dilakukan karena dengan begitu peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menjelaskan situasi fenomena yang terjadi serta untuk memahami, mencari jawab dan mendapatkan informasi yang dapat membantu penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini.

Tahap terakhir setelah informasi diperoleh adalah informasi-informasi tersebut di uji atas keabsahan dan kereliabelannya. Pengujian keabsahan data akan dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber. Pengecekan data dapat dengan metode pengumpulan data yang berbeda (wawancara dan observasi) maupun dengan menggunakan informan pendukung. Untuk akuratisasi data, peneliti juga melakukan member check yakni proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

(9)

pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2008:129). Kemudian membandingan antara data hasil pengamatan dengan wawancara terhadap beberapa pengusaha keripik tempe Sanan serta informan pendukung yang mampu menjawab serta memberikan informasi yang nantinya mampu memunculkan kejadian di balik fenomena yang terjadi pada struktur pasar dan implikasinya terhadap pembentukan harga keripik tempe di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang .

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, peneliti akan mengungkap mengenai bagaimana kegiatan yang ada dalam Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang, yaitu tentang struktur pasar dan implikasinya terhadap pembentukan harga keripik tempe. Kemudian akan dijelaskan lebih spesifik mengenai aspek-aspek yang membentuk struktur pasar dan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap pembentukan harga di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan.

Identifikasi Struktur Pasar di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan

Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai ciri-ciri yang mengarah terhadap struktur pasar yang terbentuk di Sentra Industri keripik tempe Sanan. Seperti yang dikatakan oleh Sukirno (2002 : 225) bahwa berdasarkan kepada ciri-ciri jenis barang yang dihasilkan, banyaknya para penjual dan pembeli dalam kegiatan menghasilkan barang tersebut, mudah tidaknya perusahaan baru menjalankan kegiatan untuk memproduksi barang tersebut dan besarnya kekuasaan sesuatu perusahaan dalam pasar, maka struktur pasar dalam perekonomian dibedakan jadi 4 golongan yaitu : pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan monopolistik dan pasar oligopoli.

Mudah Tidaknya Suatu Perusahaan Masuk atau Keluar Dalam Menjalankan Industri

Salah satu aspek yang berpengaruh dalam pembentukan struktur pasar yaitu mengenai mudah tidaknya suatu perusahaan masuk atau keluar dalam suatu industri. Ketika tidak ada hambatan masuk dalam suatu industri maka akan menarik perusahaan-perusahaan lain untuk masuk ke dalam industri tersebut. Begitu pula sebaliknya ketika terdapat hambatan untuk masuk ke dalam industri maka itu akan membatasi perusahaan yang ingin masuk ke industri tersebut.

Di Kampung Sanan Kota Malang, industri keripik tempe bukan merupakan hal asing bagi warga setempat, karena hampir sebagian besar penduduk Kampung Sanan merubah rumah mereka menjadi sebuah toko keripik tempe dan banyak pula penduduk Kampung Sanan yang bertindak sebagai pemilik usaha. Jika kita melihat banyaknya penduduk Sanan yang berjualan keripik tempe, biasanya dalam menjalankan usaha terdapat beberapa kendala yang timbul, hal ini termasuk juga dengan mudah tidaknya perusahaan lain masuk ke dalam industri tersebut.

Dalam menjalankan usaha di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan juga dapat dikatakan relatif mudah atau tidak ada hambatan yang dapat menghalangi usaha tersebut. Walaupun dari beberapa ada yang menggunakan ijin tapi bagi mereka itu bukanlah suatu kendala bagi usaha mereka, ijin itu ditujukan kepada Dinas Kesehatan untuk produk mereka. Namun beberapa toko juga ada yang tidak menggunakan ijin. Adapun kendala mengenai persaingan usaha bagi mereka itu memang wajar dan mereka tidak terlalu mempermasalahkan karena mereka sudah punya pelanggan serta yang penting tetap mempertahankan kualitasnya, sehingga jika ada usaha lain yang ingin masuk pasar atau industri tersebut mereka tidak mempersalahkan. Untuk itu dapat dikatakan tidak ada kesulitan yang berarti dalam memasuki industri tersebut. Dimana hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri pasar persaingan monopolistik. Seperti yang juga dijelaskan oleh Sukirno (2002 : 298) mengenai ciri pasar pasar persaingan monopolistik yaitu perusahaan yang akan masuk dan menjalankan usaha di dalam pasar persaingan monopolistik, tidak akan mengalami banyak kesukaran. Hambatan yang dihadapi tidaklah seberat seperti yang dialami oligopoli dan monopoli. Tetapi kemasukan juga tidak semudah seperti dalam pasar persaingan sempurna. Maka ciri-ciri tersebut sesuai dengan kondisi yang ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan.

(10)

Jumlah Penjual dan Pembeli Dalam Suatu Industri

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk dapat menentukan suatu kesepakatan harga. Dalam struktur pasar jumlah penjual dan pembeli juga berpengaruh terhadap pembentukan struktur pasar tersebut. Ketika dalam industri tersebut hanya terdapat satu penjual maka dapat dikatakan industri tersebut mengarah ke pasar monopoli, karena ciri pasar monopoli adalah satu atau sedikit penjual sehingga kekuasaan penuh ada pada penjual. Ketika industri tersebut banyak penjual dan pembeli bisa jadi mengarah kepada pasar persaingan monopolistik atau bisa ke pasar persaingan sempurna, namun ketika hanya beberapa penjual saja bisa dikatakan industri tersebut mengarah pada pasar oligopoli. Untuk itu banyak tidaknya jumlah penjual dan pembeli merupakan salah satu aspek terbentuknya struktur pasar. Bila kita melihat keadaan di Sanan, ternyata terdapat banyak penjual dan pembeli, bukan hanya satu penjual atau pembeli. Banyaknya penjual tersebut juga dikarenakan tidak adanya hambatan yang berarti untuk memasuki pasar sehingga ini yang memicu orang-orang untuk mendirikan usaha di Sanan.

Terkait banyaknya jumlah penjual hal tersebut sesuai dengan pendapat Sukirno ( 2002 : 298) mengenai definisi pasar persaingan monopolistik yaitu suatu pasar dimana terdapat banyak penjual di dalamnya dan menghasilkan barang yang differensiasi produk. Maka ciri tersebut juga mengacu pada keadaan pasar yang ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan.

Ada Tidaknya Kerjasama dalam Suatu Industri

Menurut Zainuddin dalam (Shinta, 2011) kerjasama dapat dikatakan sebagai salah satu alat untuk meraih keuntungan lebih, secara teoritis istilah kerjasama telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi yang dapat memberikan keuntungan ekonomi tersendiri. Dalam sebuah sistem kerjasama dibutuhkan adanya tujuan tertentu yang sama hingga akhirnya diperoleh manfaat bersama dari sistem kerjasama tersebut. Dalam suatu perusahaan atau industri biasanya kerjasama juga sering dilakukan. Kerjasama dilakukan selain untuk menambah jaringan juga dilakukan untuk dapat mendapatkan manfaat tertentu. Pada perekonomian, dengan adanya kerjasama diharapkan dapat meringankan beban masing-masing, selain itu agar dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka.

Pada kenyataannya ternyata Industri Keripik Tempe Sanan tidak ada kerja sama antarsesama pelaku usaha di Sanan. Dalam menjalankan usahanya murni sendiri-sendiri. Dengan tidak adanya kerjasama antara para pelaku usaha tersebut menjadikan persaingan dalam Sentra Industri Keripik Tempe Sanan semakin kompetitif, apalagi ditambah dengan banyaknya para pedagang keripik tempe yang ada di Sanan sehingga menjadikan industri tersebut semakin kompetitif. Industri kompetitif ini merupakan ciri yang mengarah ke pasar persaingan monopolistik seperti yang telah diungkapakan Burhan (2006 : 204) bahwa jika dilihat dari aspek persaingan, pasar persaingan monopolistik merupakan pasar yang kompetitif karena jumlah perusahaan di pasar yang banyak.

Barang yang Dijual Sejenis Tapi Beda Merk.

Di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan, barang yang dijual adalah sejenis yaitu keripik tempe, akan tetapi semuanya berbeda merk tentunya dengan resep yang berbeda-beda pula. Walaupun terkesan barang yang dijual homogen namun nyatanya berbeda, karena mereka memiliki komposisi resep dan merk sendiri-sendiri, hal seperti ini dapat dikatakan sebagai diferensiasi produk. Dalam contoh diferensiasi produk seperti yang dikatakan oleh Lipsey (1990:58), diferensiasi produk itu contohnya seperti sabun perusahaan yang satu mungkin serupa dengan sabun perusahaan lainnya, tetapi berbeda dalam komposisi kimianya, warna, wangi, kelembutan, merk, reputasi, dan banyak ciri-ciri lain yang penting bagi para pelanggan, inilah yang dapat disebut sebagai diferensiasi produk. Begiru juga menurut Case&Fair (2007 : 355 ) diferensiasi produk adalah strategi yang disunakan perusahaan untuk mencapai kekuatan pasar, dilakukan dengan memproduksi produk yang memiliki identitas positif berbeda dalam pikiran konsumen. Hal tersebut hampir serupa dengan kasus yang ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan, dimana barang yang dijual setiap pedagang adalah sama-sama yaitu keripik tempe, akan tetapi berbeda dalam komposisi resepnya, bumbunya yang juga masing-masing berbeda sesuai selera konsumen serta merknya sehingga dapat dikatakan barang yang dijual di Sanan adalah difererensiasi produk.

Dapat kita ketahui bahwa di Sanan terdapat banyak kios yang sama-sama menjual keripik tempe akan tetapi dengan merk yang berbeda-beda. Itu menujukkan walaupun memang sama-sama menjual keripik tempe akan tetapi tetap berbeda baik dalam hal merk maupun pembuatan

(11)

bumbunya dan pastinya setiap pelaku usaha memiliki ciri khas resep yang berbeda-beda dalam pembuatan bumbu keripik tempe sesuai dengan selera masing-masing konsumen. Hal ini termasuk dalam kategori diferensiasi produk. Mengenai jenis barang yang dijual yaitu di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan termasuk dalam diferensiasi produk, maka hal ini mengarah ke salah satu aspek pembentukan struktur pasar, yaitu mengarah ke pasar persaingan monopolistik, karena ciri-ciri dari pasar persaingan monopolistik mengenai jenis barang yang dijual adalah diferensiasi produk seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Perlunya Promosi atau Iklan Untuk Meningkatkan Produksi

Dalam beberapa perusahaan biasanya iklan sangat diperlukan dalam mempromosikan produknya, biasanya pemasangan iklan ini bertujuan untuk menarik minat konsumen dan mengenalkan produknya agar masyarakat mengerti mengenai informasi produk tersebut, sehingga nantinya dapat meningkatkan produksi. Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan Sukirno (2002 : 308) yaitu di dalam perusahaan kegiatan mempersiapkan dan membuat iklan adalah suatu bagian penting dari usaha untuk memasarkan hasil produksinya. Perusahaan-perusahaan melakukan kegiatan pengiklanan untuk mencapai salah satu atau gabungan dari tiga tujuan yakni untuk memberikan informasi mengenai produk, menekankan kualitas produk secara persuasif serta untuk memelihara hubungan baik dengan para konsumen.

Untuk mempromosikan usahanya beberapa pelaku usaha ada yang menggunakan iklan ada juga yang tidak. Iklan yang digunakan ada yang berupa melalui online, ada pula yang menggunakan baliho. Sedangkan untuk para pelaku usaha yang tidak menggunakan iklan, mereka mempercayakan kepada para pelanggannya sendiri-sendiri, karena biasanya produk mereka dikenal melalui promosi yang dilakukan pelanggan kepada teman-temannya ataupun saudaranya. Berkaitan dengan perlu atau tidaknya promosi iklan dalam suatu struktur pasar, hal itu tergantung oleh para pelaku usaha tersebut dalam menggunakan iklan. Dalam setiap struktur pasar biasanya memiliki kadar yang berbeda-beda dalam hal promosi melalui iklannya, seperti yang diungkapkan oleh Miller (2000 : 481) menurutnya kompetisi monopolistik berbeda dari kompetisi sempurna dalam hal iklan atau promosi penjualan, dalam hal ini kompetisi sempurna tidak memerlukannya, dalam pasar persaingan sempurna tak satupun perusahaan mengiklankan produknya. Sedangkan dalam sistem monopolistik kondisinya berbeda, iklan bisa memperbesar kekuatan itu yang sekaligus menaikkan mangsa pasar dan laba, biasanya iklan dilancarkan sejauh itu masih menguntungkan bagi usahanya. Untuk pasar monopoli menurut Sukirno (2002 : 267) dalam pasar monopoli promosi iklan kurang diperlukan karena monopoli adalah satu-satunya perusahaan didalam industri sehingga ia tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan iklan tetapi terkadang perusahaan monopoli ada yang membuat iklan untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat.

Implikasi Terhadap Pembentukan Harga

Menurut Utaminingsih dalam Jurnal Keuangan dan Perbankan (2006 : 16) pengambilan keputusan penetapan harga produk/jasa dalam suatu perusahaan atau industri menjadi penentu strategi bersaing guna memenangkan pasar. Kompetisi pada bentuk pasar tertentu membutuhkan strategi bersaing yang berbeda pula. Begitu juga yang telah diungkapkan oleh Lipsey (1990 : 18) perilaku pasar menyangkut apakah dan bagaimana perusahaan individu bersaing satu sama lain, struktur pasar mempengaruhi tingkat kekuatan yang dimiliki perusahaan-perusahaan individu untuk mempengaruhi variabel pasar seperti harga produk.

Keseimbangan harga biasanya dapat dijelaskan dengan adanya permintaan (demand) dan penawaran (supply), disini harga berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen. Untuk itu setiap pasar memiliki pengaruh sendiri-sendiri terhadap strategi persaingan dalam suatu usaha, begitu juga dalam pembentukan harganya. Dalam menentukan harga tersebut juga harus dilihat dari beberapa aspek yang berpengaruh, yakni apakah dalam usaha tersebut ada kerjasama dengan usaha serta bagaimanakah persaingannya karena setiap pasar memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu usaha.

Pembentukan Harga Sendiri-Sendiri

Menurut penjelasan dari beberapa informan, bila terjadi kerjasama dalam suatu industri akan terasa lebih menguntungkan bagi mereka, karena menurut mereka dengan adanya kerjasama nantiya akan menjadi lebih murah dalam produksinya, karena bahan bakunya bisa dibeli dengan

(12)

berkelompok selain itu dengan kerjasama pastinya harga akan dipukul rata ke semua pelaku usaha sehingga tidak terjadi persaingan harga yang semakin kompetitif seperti saat ini. Kerjasama yang diinginkan Pak Andik itu sesuai dengan salah satu bentuk dari pasar Oligopoli yakni model Kartel, dalam Case&Fair (2007 : 366) Kartel merupakan suatu kelompok perusahaan yang bersatu dan membuat keputusan harga dan output bersama untuk memaksimalkan laba bersama. Mungkin model kerjasama seperti ini sesuai dengan yang diinginkan oleh Pak Andik dan Mbak Karinan nantinya. Akan tetapi sampai saat ini tidak ada kerjasama dalam hal pembentukan harga di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan, setiap usaha murni sendiri-sendiri untuk menetapkan harganya sesuai dengan penjelasan dari beberapa informan tersebut.

Tidak Adanya Keterkaitan Dengan Perilaku Usaha Lain

Bentuk pasar yang memiliki ciri bergantung dengan perusahaan lain adalah pasar Oligopoli, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Case&Fair (2007 : 364) yakni dijelaskan bahwa oligopoli merupakan suatu bentuk struktur industri (pasar) yang dicirikan oleh adanya beberapa perusahaan dominan, perilaku tiap satu perusahaan dalam oligopoli sangat bergantung pada perilaku perusahaan yang lain. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat kita ketahui bahwa pada dasarnya para penjual keripik tempe di Sanan tidak memiliki keterkaitan dengan penjual yang lain baik dalam hal menaikkan harga ataupun hal lainnya. Ada juga yang melihat kondisi penjualan sekitar bila ingin menaikkan harga termasuk bila Lebaran karena banyak konsumen atau pembeli yang membeli pada saat itu. Selain itu kenaikan harga juga dilihat dari harga bahan bakunya, bila harga bahan bakunya naik maka harga produk juuga dinaikkan.

Kekuasaan Pada Pembeli atau Penjual

Pada pasar monopoli biasanya kekuasaan terdapat pada penjualnya karena dalam pasar monopoli hanya terdapat satu penjual dalam industri tersebut selain itu tidak ada barang subtitusi yang serupa atau sejenis yang dijual dengan jarak berdekatan dengan usaha tersebut sehingga jika membutuhkan, mau tidak mau pembeli harus membeli barang tersebut sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh para penjual. Seperti yang diungkapkan oleh Case&Fair (2007: 318) monopoli merupakan industri dengan satu perusahaan tunggal yang memproduksi suatu produk dimana tidak ada barang subtitusi yang dekat dan dimana hambatan masuk yang signifikan mencegah perusahaan lain memasuki industri tersebut untuk bersaing mendapatkan laba. Tentunya hal itu sangat berkebalikan dari sifat pasar persaingan sempurna, dimana dalam pasar persaingan sempurna para penjual merupakan price taker sehingga harga ditentukan oleh permintaan pasar, ini disebabkan karena dalam pasar persaingan sempurna tiap usaha bebas keluar masuk sehingga banyak perusahaan yang bisa memasuki pasar tersebut.

Maka dari penjelasan beberapa informan dapat dikatakan pembeli cenderung pasif dalam menentukan harga, mereka cenderung menerima dengan harga yang sudah ditetapkan oleh para penjual apalagi untuk pembeli yang sudah menjadi pelanggan sangat jarang melakukan tawar menawar. Yang penting bagi pembeli rasa dan kualitas keripik tempe mereka tidak berubah. Sehingga ini menjadi celah tersendiri bagi para penjual atau pelaku usaha untuk menentukan harga sesuai dengan keinginan mereka.

Harga Khusus Pada Para Pelanggan

Menarik hati para pembeli/konsumen adalah hal yang wajar dilakukan penjual untuk mempromosikan produknya. Berbagai cara dilakukan untuk menarik minat konsumen agar mereka mau membeli barang dagangannya. Jika suatu toko tersebut memiliki pelanggan, maka pasti para pedagang juga akan melakukakan berbagai upaya untuk mempertahankan para pelanggannya. Hal itu yang juga dilakukan oleh para pedagang keripik tempe di Sanan, selain dengan tetap mempertahankan cita rasa dan kualitasnya, mereka juga memberikan diskon atau harga khusus bagi para pelanggannya atau pembeli yang membeli dalam jumlah banyak. Cara tersebut biasanya yang dilakukan pedagang untuk memepertahankan para pelanggannya

.

Sistem Persaingan Penjualan

Dalam mempertahankan perkembangan usahanya, para pedagang keripik tempe di Sanan memiliki cara-cara tersendiri. Ada yang menggunakan potongan harga seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada yang menerapkan sistem bandling, dan ada pula yang tetap mempertahankan harga walaupun harga di sekitar sudah naik namun mereka memiliki kiat

(13)

tersendiri agar nantinya tidak rugi. Salah satu cara persaingan penjualan yang digunakan oleh pelaku usaha di Sanan adalah dengan menggunakan sistem bundling, contohnya adalah dengan pembelian 10.000/3 jadi dengan pembelian Rp 10.000,00 akan mendapat 3 bungkus keripik tempe, cara tersebut dirasa berbeda dengan cara yang digunakan oleh toko-toko lain, yang biasanya menjual keripik tempe dengan harga yang berkisar Rp 5.000,00 – Rp 6.000,00. Sistem pembelian seperti itu diharapkan nantinya dapat menarik minat pembeli sehingga mereka tetap dapat mempertahankan usahnya. Masih terkait dengan strategi yang dilakukan para pelaku usaha, di sisi lain ada pula penjual yang memperdagangkan usahanya di pinggir jalan daerah Sanan ketika ada event tertentu, ketika ada event tertentu seperti tahun baru ada juga yang berjualan di pinggir jalan agar diketahui para konsumen

Mempertahankan Kualitas Produk

Pada umumnya konsumen selalu selektif dalam membeli suatu produk, selain harga biasanya kualitas juga menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk. Hal ini pulalah yang menyebabkan sebagian besar pelaku usaha di Sanan tetap mempertahankan kualitasnya. Dengan mempertahankan kualitas produknya maka mereka akan dapat menjaga kepercayaan konsumen. Sehingga nantinya mereka dapat mempertahankan perkembangan usahanya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil dari pembahasan yang dijelaskan pada bab sebelumnya telah menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Struktur Pasar pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan :

Jika melihat dari ciri-ciri pasar yang ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan dimana tidak ada kesulitan berarti dalam memasuki pasar, banyaknya penjual dan pembeli, jenis barang yang dijual yaitu diferensiasi produk, tidak ada kerjasama antar pelaku usahanya kemudian beberapa usaha ada yang menggunakan iklan ada yang tidak, dari ciri-ciri tersebut maka dapat dikatakan struktur pasar yang ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan lebih mengarah ke pasar persaingan monopolistik. Seperti yang kita ketahui bahwa ciri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah tidak ada hambatan masuk bagi perusahaaan yang ingin memasuki pasar, diferensiasi produk, banyak penjual dan pembeli, dan tidak ada kerjasama antar para penjual, maka hal ini sesuai dengan ciri-ciri pasar yang ada di Sanan. Walaupun memang beberapa penjual ada yang menggunakan ijin ke Dinkes akan tetapi itu bukan merupakan hambatan yang berarti bagi para pelaku usaha di Sanan.

2. Pembentukan Harga yang Ada di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan :

Struktur pasar dapat mempengaruhi tingkat kekuatan yang dimiliki perusahaan-perusahaan individu untuk mempengaruhi variabel pasar seperti harga produk. Maka seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tidak ada kerjasama yang terjadi antara para pelaku usaha di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan, maka hal ini juga berimplikasi terhadap pembentukan harga yang terjadi di Sanan, dimana pembentukan harganya juga murni sendiri-sendiri tanpa ada kerja sama jadi setiap pelaku usaha memiliki kekuasaan sendiri-sendiri-sendiri-sendiri untuk menentukan harganya, hal ini juga ditunjukkan dengan tidak adanya pengaruh dengan usaha lain dalam masalah pembentukan harga. Walaupun ada beberapa penjual yang menginginkan kerjasama agar nantinya harga yang dibentuk bisa di samaratakan kepada para penjual, akan tetapi pada kenyataannya kerjasama ini belum terdapat di Sentra Industri Keripik Tempe Sanan.

Tidak adanya hambatan masuk menyebabkan banyaknya jumlah penjual yang ada di Sanan sehingga hal ini menyebabkan persaingan harga yang ada di Sanan semakin kompetitif apalagi ditambah dengan adanya diferensiasi produk yang ada di Sanan. Untuk mengatasi itu semua maka para pelaku usaha memiliki cara sendiri untuk dapat bersaing dengan para pelaku usaha lain, yaitu ada yang menggunakan iklan, memberikan harga khusus kepada para pelanggan, ada yang memberikan bonus namun yang terutama mereka tetap mempertahankan kualitas produk mereka agar dapat menarik minat konsumen. Tentunya itu semua dapat berpengaruh terhadap

(14)

pembentukan harga produk di Sanan agar nantinya mereka dapat bersaing dengan para pelaku usaha lain.

Saran

Dari kesimpulan di atas maka dapat disarankan :

1. Karena tidak terdapat hambatan berarti untuk memasuki pasar maka menyebabkan semakin banyaknya penjual yang ada di Sentra industri Keripik Tempe Sanan, untuk itu para pelaku usaha diharapakan nantinya tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas serta cita rasa produk agar dapat menarik minat pembeli, karena biasanya kualitas menjadi bahan pertimbangan konsumen untuk membeli suatu barang.

2. Selain dari segi kualitas dan rasa perlu juga diperhatikan untuk masalah pelayanan terhadap konsumen yang perlu ditingkatkan karena hal ini akan dapat memberikan kenyamanan pada konsumen.

3. Pelaksanaan promosi perlu ditingkatkan dan dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat dari sarana promosi yang dilakukan agar produk yang dihasilkan lebih diketahui oleh masyarakat luas. Promosi bisa dilakukan juga melalui online.

4. Untuk para pedagang yang belum mendaftarkan ijin usaha ke Dinas Kesehatan agar segera mendaftarkan produknya ke Dinas Kesehatan , dengan adanya ijin dari Dinas Kesehatan maka itu akan menjadi poin plus dari pelaku usaha untuk menarik minat konsumen karen tidak sedikit para konsumen yang sangat selektif untuk membeli suatu produk. Selain itu dengan adanya ijin dari Dinas Kesehatan akan memberikan rasa aman bagi konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan, R, dan Taylor, S. 1993. Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian. Surabaya, Usaha Nasional.

Burhan, M. Umar. 2006. Konsep Dasar Teori Ekonomi Mikro. Malang : BPFE Unibraw.

Burhan, Agus, Pudjiharjo dan Noer Sutjipto. 2011. Analisis Ekonomi Terhadap Struktur, Perilaku, dan Kinerja pasar Pupuk Di Jawa Timur (Kasus di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Ngawi). Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 5 No. 1 Mei

2011, 68-92.

Burhan, Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu

Sosial lainnya. Jakarta : Kencana.

Burhan, Bungin. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi Ke Arah Ragam

Varian Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Case, Karl E dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Hartono, Jogiyanto. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Maulidah, Silvana. 2010. Struktur Pasar Minyak Kayu Putih (Studi Kasus di Kecamatan Namlea Kabupaten Buru–Maluku). Jurnal Manajemen Pemasaran VOL. 5, NO. 1, April 2010: 9-13

Meita Sari, Chresentia Shinta. 2011. Identifikasi Struktur Pasar dan Persepsi Pelaku Industri Rumahan Sangkar Burung Mengenai Kerjasama dan Persaingan (Studi Kasus di Desa Kaumrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

(15)

Moelong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munir, Sahibul. 2008. Pengantar Mikroekonomi : Struktur Pasar. Modul 9. Fakultas Ekonomi Universitas Mercubuana.

M.Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Muslim, C dan T.Nurasa. 2007. Analisis Marjin Pemasaran Lada Putih Dalam Mendukung Daya Saing Produk Agroindustri Lada Indonesia. Jurnal Sosio Ekonomika 13(2): 8 – 23.

Miller, Roger Leroy dan Roger E. Meiners. 2000. Teori Mikroekonomi Intermediate. Cetakan 4. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Nicholson, Walter. 1995. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.

Lipsey, Steiner dan Douglas. 1990. Pengantar Mikroekonomi. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Tri Candra N.,Panji D., Mas’ud Effendi. 2011. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Pada Sentra Industri Bakpia Yogyakarta. Jurnal Industria Vol.1 No.1 Hal 50-56.

Utaminingsih, Alifiulahatin. 2006. Analisis Pengambilan Keputusan Penetapan Harga sebagai Penentu Strategi Bersaing di Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan Tahun X, No.1, januari 2006.

Winardi. 1991. Ekonomi Mikro : Aspek Pengusaha Badan Usaha Perusahaan. Bandung : Penerbit Bandar Maju

Yulia. 2004. Analisis Struktur Pasar dan Perilaku Usaha Bak Truk di Kota Palembang. IESP - FE Universitas Sriwijaya 2004. Sumber :

http://sarmanpsagala.blogspot.com/2009/04/analisis-struktur-pasar-dan-perilaku.html. Diakses 18 Oktober 2012.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012. Buku Prioritas Pembangunan: Rancangan Akhir Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013. Sumber :

http://www.sungaipenuhkota.go.id/dokumen/Dokumen/BAPPEDA/RKP%202013/B UKU%20I/BUKU%20I%20RKP.pdf. Diakses 10 September 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 6 menun- jukkan bahwa kemampuan guru da- lam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang Tipe II termasuk kategori sangat tinggi, meskipun

Berdasarkan uji beda paired sample test pada kinerja keuangan dengan metode EVA pada PT Bank Mandiri Tbk sesudah melakukan akuisisi diperoleh nilai signifikan 0.090 > 0.05

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dengan fokus penelitian untuk menganalisis pengaruh strategi

Itulah sebabnya kata tanda (semeion) diayat 11 adalah tanda yang seharusnya bermakna dalam hubungannya dengan percaya. Tanda menjadi tanda yang tanpa makna ketika tidak mampu

Jika tidak demikian, maka alternatifnya adalah menormalkan galat dengan menggunakan hampiran terbaik yang tersedia dari nilai eksak, yaitu terhadap hampiran itu sendiri,

Organisasi 2.01.2.01.01 ~ Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Program 2.01.2.01.01.01 ~ Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Kegiatan 2.01.2.01.01.01.08 ~ Penyediaan

Secara umum, kegiatan pelatihan budaya lokal dan wisatawan berjalan dengan lancar, motivasi peserta dalam pemahaman budaya lokal dan wisatawan dapat ditingkatkan, peserta

Sedang pendapat lain yang sangat berpengaruh sebagaimana pendapat Tripomo (2005:89) Key Success Factors adalah faktor-faktor internal organisasi (sumber daya dari kompetensi) yang