• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data Geofisika, Edisi 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Data Geofisika, Edisi 1"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Data Geofisika:

Memahami Teori Inversi

Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc

Edisi I

Departemen Fisika-FMIPA Univeristas Indonesia

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Kata Pengantar

Buku ini semula merupakan diktat perkuliahan mata kuliah Analisis Data Geofisika yang diberikan kepada mahasiswa Geofisika pada Departemen Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia.

Acuan utama untuk edisi perdana ini adalah bukuGeophysical Data Analysis: Understanding Inverse Problem Theory and Practice yang ditulis oleh Max A. Meju dan diterbitkan oleh Society of Exploration Geophysicists pada tahun 1994.

Semoga keberadaan buku ini dapat membantu mahasiswa geofisika untuk memiliki ke-mampuan memformulasikan masalah, menyusun hipotesis, metode dan solusi sehingga mampu menyelesaikan masalah-masalah geofisika secara mandiri.

Terima kasih yang tak terhingga ingin saya sampaikan kepada Dede Djuhana yang telah bersedia berbagi memberikan file format buku dalam LATEX sehingga tampilan buku ini menjadi jauh lebih baik.

Depok, 15 Maret 2007 Supriyanto S.

(8)
(9)

Daftar Isi

Lembar Persembahan i

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xi

1 Pendahuluan 1

1.1 Definisi dan Konsep Dasar . . . 1

1.2 Proses geofisika . . . 3

1.3 Eksplorasi geofisika dan inversi . . . 3

1.4 Macam-macam data geofisika . . . 3

1.5 Deskripsi proses geofisika: Model matematika . . . 4

1.6 Diskritisasi dan linearisasi . . . 5

2 Formulasi Masalah Inversi 9 2.1 Klasifikasi masalah inversi . . . 9

2.2 Inversi Model Garis . . . 9

2.3 Inversi Model Parabola . . . 15

2.4 Inversi Model Bidang . . . 20

2.5 Contoh aplikasi . . . 24

2.5.1 Menghitung gravitasi di planet X . . . 24

2.5.2 Analisa data seismik pada reflektor tunggal horizontal . . . 28

2.5.3 Analisa data seismik pada reflektor tunggal miring . . . 29

2.6 Kesimpulan . . . 30

3 Penyelesaian Masalah Overdetermined 31 3.1 Regresi linear sederhana . . . 31

3.2 Metodeleast square . . . 31

3.3 Aplikasi regresi linear pada analisis data seismik refraksi . . . 34

3.4 Regresi linear dengan pendekatan matriks . . . 36

3.5 Soal . . . 39

(10)
(11)

Daftar Gambar

1.1 Alur pemodelan inversi . . . 2

1.2 Alur pemodelan forward . . . 2

1.3 Alur eksperimen lapangan dan eksperimen laboratorium . . . 4

1.4 Konfigurasi elektroda pada metode Schlumberger . . . 6

2.1 Data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman dari permukaan tanah . . . 10

2.2 Hasil inversi atas data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman . . . 14

2.3 Data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman dari permukaan tanah . . . 15

2.4 Hasil inversi atas data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman. Tanda titik merah adalah data observasi sementara kurva biru adalah kurva hasil inversi 18 2.5 Data observasi perubahan nilai terhadap posisi koordinat x dan y . . . 20

2.6 Hasil inversi berbentuk bidang. Saya sebut saja sebagai bidang inversi . . . 23

2.7 Ini adalah hasil inversi yang sama, hanya saja bidang inversi diputar (di-rotasi) pada suatu arah sehingga kita bisa saksikan dan pastikan bahwa sebaran titik data observasi beradadi-dekatpermukaan bidang inversi . . . 23

2.8 Grafik data pengukuran gerak batu . . . 26

2.9 Grafik hasil inversi parabola . . . 28

2.10 Reflektor mendatar pada kedalaman z. Kecepatan gelombang v dianggap kon-stan. S adalah sumber gelombang seismik dan R adalah penerima gelombang seismik. Jarak antara S dan R disebut offset (x). Sementara garis merah yang ada panahnya adalah lintasan gelombang seismik. . . 29

2.11 Reflektor miring dengan sudut kemiringan sebesar α. Kecepatan gelombang v dianggap konstan. S adalah sumber gelombang seismik danRadalah penerima gelombang seismik. Jarak antara S dan R disebut offset (x). Sementara garis merah yang ada panahnya adalah lintasan gelombang seismik. . . 30

3.1 Hasilplottingdata observasi dalam sumbu-x dan sumbu-y . . . 32

3.2 Contoh solusi regresi linear . . . 34

(12)
(13)

Daftar Tabel

2.1 Data temperatur bawah permukaan tanah terhadap kedalaman . . . 10

2.2 Data temperatur bawah permukaan tanah terhadap kedalaman . . . 15

2.3 Distribusi suatu nilai dalam area tertentu . . . 20

2.4 Data ketinggian terhadap waktu dari planet X . . . 25

2.5 Data variasioffset(x) dantravel time(t) . . . 29

2.6 Data variasioffset(x) dantravel time(t) . . . 30

3.1 Contoh data observasi yang dapat diolah olehleast squares . . . 32

3.2 Data seismik refraksi: waktu-datang gelombang, ti, dan jarak antarasource dan receiveratau jarakoffset,xi . . . 35

3.3 Data seismik refraksi: waktu-datang gelombang (ti) pada empat posisi geophone (xi) . . . 37

4.1 Data seismik refraksi: waktu-datang gelombang (ti) pada empat posisi geophone (xi) . . . 45

(14)
(15)

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Definisi dan Konsep Dasar

Dalam geofisika, kegiatan pengukuran lapangan selalu dilakukan berdasarkan prosedur yang sudah ditentukan. Kemudian, hasil pengukuran dicatat dan disajikan dalam bentuk tabel angka-angka pengukuran. Hasil pengukuran tersebut sudah barang tentu sangat tergantung pada kondisi dan sifat fisis batuan bawah permukaan. Tabel angka-angka itu selanjutnya disebut data observasiatau juga biasa disebutdata lapangan.

Kita berharap data eksperimen dapat memberi informasi sebanyak-banyaknya, tidak sekedar mengenai sifat fisis batuan saja, melainkan juga kondisi geometri batuan bawah permukaan dan posisi kedalaman batuan tersebut. Informasi itu hanya bisa kita dapat bila kita mengetahui hubungan antara sifat fisis batuan tersebut dan data observasinya. Penghubung dari keduanya hampir selalu berupa persamaan matematika atau kita menyebutnya sebagai model matem-atika. Maka dengan berdasarkan model matematika itulah, kita bisa mengekstrak parameter fisis batuan dari data observasi. Proses ini disebut prosesinversi atau istilah asingnya disebut

inverse modelling, lihat Gambar 2.9. Sementara proses kebalikannya dimana kita ingin mem-peroleh data prediksi hasil pengukuran berdasarkan parameter fisis yang sudah diketahui, maka proses ini disebut prosesforwardatauforward modelling, lihat Gambar 1.2.

Proses inversi adalah suatu proses pengolahan data lapangan yang melibatkan teknik penye-lesaian matematika dan statistik untuk mendapatkan informasi yang berguna mengenai dis-tribusi sifat fisis bawah permukaan. Di dalam proses inversi, kita melakukan analisis terhadap data lapangan dengan cara melakukancurve fitting(pencocokan kurva) antara model matem-atika dan data lapangan. Tujuan dari proses inversi adalah untuk mengestimasi parameter fisis batuan yang tidak diketahui sebelumnya (unknown parameter). Proses inversi terbagi dalam level-level tertentu mulai dari yang paling sederhana seperti fitting garis untuk data seismik refraksi sampai kepada level yang rumit seperti tomografi akustik danmatching(pencocokan) kurva resistivity yang multidimensi. Contoh problem inversi dalam bidang geofisika adalah

1. Penentuan struktur bawah tanah

2. Estimasi parameter-parameter bahan tambang

(16)

Gambar 1.1: Alur pemodelan inversi

(17)

1.2. PROSES GEOFISIKA 3

3. Estimasi parameter-parameter akumulasi sumber energi

4. Penentuan lokasi gempa bumi berdasarkan waktu gelombang datang

5. Pemodelan responlithospereuntuk mengamati proses sedimentasi

6. Analisis sumur bor pada hidrogeologi

1.2 Proses geofisika

Perambatan gelombang seismik, perambatan gelombang elektromagnetik di bawah tanah dan juga aliran muatan (arus listrik) ataupun arus fluida pada batuan berpori adalah contoh-contoh proses geofisika. Data lapangan tak lain merupakan refleksi dari kompleksitas sistem geofisi-ka yang sedang diamati, yang dikontrol oleh distribusi parameter fisis batuan berikut struktur geologinya.

1.3 Eksplorasi geofisika dan inversi

Tujuan utama dari kegiatan eksplorasi geofisika adalah untuk membuat model bawah per-mukaan bumi dengan mengandalkan data lapangan yang diukur bisa pada perper-mukaan bumi atau di bawah permukaan bumi atau bisa juga di atas permukaan bumi dari ketinggian tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, idealnya kegiatan survey atau pengukuran harus dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan dan terintegrasi menggunakan sejumlah ragam metode geofisika. Seringkali –bahkan hampir pasti– terjadi beberapa kendala akan muncul dan tak bisa di-hindari, seperti kehadiran noise pada data yang diukur. Ada juga kendala ketidaklengkapan data atau malah kurang alias tidak cukup. Namun demikian, dengan analisis data yang paling mungkin, kita berupaya memperoleh informasi yang relatif valid berdasarkan keterbatasan data yang kita miliki.

Dalam melakukan analisis, sejumlah informasi mengenai kegiatan akuisisi data juga diper-lukan, antara lain: berapakah nilai sampling rate yang optimal? Berapa jumlah data yang diperlukan? Berapa tingkat akurasi yang diinginkan? Selanjutnya –masih bagian dari pros-es analisis– model matematika yang cocok mpros-esti ditentukan yang mana akan berperan ketika menghubungkan antara data lapangan dan distribusi parameter fisis yang hendak dicari.

Setelah proses analisis dilalui, langkah berikutnya adalah membuat model bawah permukaan yang nantinya akan menjadi modal dasar interpretasi. Ujung dari rangkaian proses ini adalah penentuan lokasi pemboran untuk mengangkat sumber daya alam bahan tambang/mineral dan oil-gas ke permukaan. Kesalahan penentuan lokasi berdampak langsung pada kerugian meter-il yang besar dan waktu yang terbuang percuma. Dari sini terlihat betapa pentingnya proses analisis apalagi bila segala keputusan diambil berdasarkan data eksperimen.

1.4 Macam-macam data geofisika

(18)

pen-Gambar 1.3: Alur eksperimen lapangan dan eksperimen laboratorium

gukuran.

Pada pengukuran lapangan, data geofisika yang terukur antara lain bisa berupa densitas, kecepatan gelombang seismik, modulus bulk, hambatan jenis batuan, permeabilitas batuan, suseptibilitas magnet dan lain sebagainya yang termasuk dalam besaran fisis sebagai karakter-istik bawah permukaan bumi.

Pada pengukuran di laboratorium, model lapisan bumi ataupun keberadaan anomali dalam skala kecil dapat dibuat dan diukur respon-nya sebagai data geofisika. Diharapkan hasil uji laboratorium tersebut bisa mewakili kondisi lapangan yang sesungguhnya yang dimensinya jauh lebih besar.

Jika suatu pengukuran diulang berkali-kali, entah itu di lapangan maupun di laboratorium, seringkali kita temukan hasil pengukuran yang berubah-ubah, walaupun dengan variasi yang bisa ditolerir. Variasi ini umumnya disebabkan oleh kesalahan instrumen pengukuran (instru-mental error) atau bisa juga dikarenakan kesalahan manusia (human error). Seluruh variasi ini bila di-plot kedalam histogram akan membentuk distribusi probabilistik.

1.5 Deskripsi proses geofisika: Model matematika

(19)

1.6. DISKRITISASI DAN LINEARISASI 5

geofisika.

Kebanyakan proses geofisika dapat dideskripsikan oleh persamaan integral berbentuk

di=

Z z

0

Ki(z)p(z)dz (1.1)

dimanadi adalah respon atau data yang terukur,p(z) adalah suatu fungsi yang berkaitan den-gan parameter fisis yang hendak dicari (misalnya: hambatan jenis, densitas, kecepatan, dan lain-lain) yang selanjutnya disebutparameter model, danKidisebutdata kernel. Data kernel menjelaskan hubungan antara data dan parameter modelp(z). Parameter model (misalnya ke-cepatan, resistivitas dan densitas) bisa jadi merupakan fungsi yang kontinyu terhadap jarak atau posisi. Sebagai contoh, waktu tempuhtantara sumber gelombang seismik dengan penerimanya sepanjang lintasan L dalam medium, yang distribusi kecepatan gelombangnya kontinyuv(x, z), ditentukan oleh

t= Z

L

1

v(x, z)dl (1.2)

Deskripsi matematika terhadap sistem geofisika seperti contoh di atas disebut forward mod-elling. forward modelling digunakan untuk memprediksi data simulasi berdasarkan hipotesa kondisi bawah permukaan. Data simulasi tersebut biasanya dinamakandata teoritikataudata sintetikatau data prediksi ataudata kalkulasi. Cara seperti ini disebut pendekatan forward atau lebih dikenal sebagaipemodelan forward(Gambar 1.2).

1.6 Diskritisasi dan linearisasi

Dalam banyak kasus, model bumi selalu fungsi kontinyu terhadap jarak dan kedalaman. Mari kita ambil kasus massa dan momen inersia bumi. Keduanya terkait dengan densitas bawah permukaan sesuai rumus-rumus berikut

M assa = 4π

Z R

0

r2ρ(r)dr (1.3)

M oment inersia = 8π

3 Z R

0

r4ρ(r)dr (1.4)

dimanaR adalah jejari bumi danρ(r) merupakan fungsi densitas terhadap jarakr. ρ(r) juga berhubungan denganp(z) pada persamaan (1.1). Persamaan (1.4 dan 1.4) dapat dinyatakan dalam formulasi yang lebih umum yaitu

di=

Z R

0

Ki(r)p(r)dr (1.5)

sama persis dengan persamaan (1.1). Integral ini relatif mudah dievaluasi secara komputasi dengan matematika diskrit. Pendekatan komputasi memungkinkan kita untuk menyederhanakan

ρ(r)drmenjadim, sementaraKi menjadiGi sehingga persamaan (1.5) dapat dinyatakan seba-gai

di =

X

(20)

Gambar 1.4: Konfigurasi elektroda pada metode Schlumberger

Ini adalah bentuk diskritisasi. Secara umum, memang pada kenyataannya ketika melakukan eksperimen di lapangan, data pengukuran maupun paremeter model selalu dibatasi pada inter-val tertentu. Kita sering berasumsi bahwa bawah permukaan bumi terdiri dari lapisan-lapisan yang masing-masing memiliki sifat fisis atau parameter fisisp(z)yang seragam. Misalnya lapisan tertentu memiliki densitas sekian dan ketebalan sekian. Langkah praktis ini yang terkesan menyederhanakan obyek lapangan disebut langkah parameterisasi. Dalam kuliah ini, kita akan selalu memandang model yang diskrit dan juga parameter yang diskrit daripada model dan paremeter yang kontinyu. Sehingga proses inversi yang akan kita lakukan disebut sebagai teori inversi diskritdan bukanteori inversi kontinyu.

Dalam bentuk diskrit, persamaan (1.2) bisa dinyatakan sebagai

ti= p

X

j=1

Lij

vj

(1.7)

Perlu dicatat disini bahwa waktu tempuh t tidak berbanding lurus dengan parameter model

v, melainkan berbanding terbalik. Hubungan ini dinamakan non-linear terhadap v. Namun demikian, jika kita mendefinisikan parameter modelc= 1/v, dimanacadalah slowness gelom-bang seismik, maka problem ini bisa dinyatakan sebagai

ti= p

X

j=1

Lijcj (1.8)

Hubungan ini disebut linear. Persamaan memenuhi bentukd=Gm. Operasi transformasi seper-ti itu dinamakanlinearisasi parameter. Dan proses menuju kesana dinamakanlinearisasi.

Sekarang mari kita lihat problem dari pengukuran resistivitas semu dengan metode Schlum-berger untuk mengamati lapisan bawah permukaan yang diasumsikan terdiri dari dua lapisan. Formula model yang diturunkan oleh Parasnis, 1986 adalah

ρa(L) =ρ1

1 + 2L2 Z ∞

0

K(λ)J1(λL)λdλ

(21)

1.6. DISKRITISASI DAN LINEARISASI 7

dimanaL=AB/2adalah jarak masing-masing elektroda terhadap titik tengah,J1adalah fungsi

Bessel orde 1 dan K(λ) adalah fungsi parameter (resistivitas masing-masing lapisan yaitu ρ1

danρ2 serta ketebalan lapisan paling atast) dari sistem yang kita asumsikan. K(λ)dinyatakan

sebagai

K(λ) = −k

(−2λt)

1,2

1 +−k(−2λt)

1,2

dimana

k1,2 =

ρ1−ρ2

ρ1+ρ2

(22)
(23)

Bab 2

Formulasi Masalah Inversi

2.1 Klasifikasi masalah inversi

Dalam masalah inversi, kita selalu berhubungan dengan parameter model (M) dan data (N); yang mana jumlah dari masing-masing akan menentukan klasifikasi permasalahan inversi dan cara penyelesaiannya. Bila jumlah model parameter lebih sedikit dibandingkan data observasi (M < N), maka permasalahan inversi ini disebutoverdetermined. Umumnya masalah ini dis-elesaikan menggunakan pencocokan (best fit) terhadap data observasi. Dalam kondisi yang lain dimana jumlah parameter yang ingin dicari (M) lebih banyak dari pada jumlah datanya (N), maka masalah inversi ini disebut underdetermined. Dalam kasus ini terdapat sekian banyak model yang dapat sesuai kondisi datanya. Inilah yang disebut dengan masalahnon-uniqness. Bagaimana cara untuk mendapatkan model yang paling mendekati kondisi bawah permukaan? Menurut Meju, 1994 persoalan ini bisa diselesaikan dengan model yang parameternya berben-tuk fungsi kontinyu terhadap posisi. Kasus yang terakhir adalah ketika jumlah data sama atau hampir sama dengan jumlah parameter. Ini disebut evendetermined. Pada kasus ini model yang paling sederhana dapat diperoleh menggunakan metode inversi langsung.

Pada bab ini, saya mencoba menyajikan dasar teknik inversi yang diaplikasikan pada model garis, model parabola dan model bidang. Uraian aplikasi tersebut diawali dari ketersediaan data observasi, lalu sejumlah parameter model (unknown parameter) mesti dicari dengan teknik inversi. Mari kita mulai dari model garis.

2.2 Inversi Model Garis

Secara teori, variasi temperatur bawah permukaan akan semakin meningkat ketika temper-atur tersebut diukur semakin kedalam permukaan bumi. Misalnya telah dilakukan sebanyak sepuluh kali (N = 10) pengukuran temperatur (Ti) pada kedalaman yang berbeda beda (zi) sebagaimana ditunjukan datanya pada Tabel 2.6.

(24)

0 20 40 60 80 100 0

50 100 150 200 250

Kedalaman (m)

Suhu (Celcius)

Variasi Suhu vs Kedalaman

Gambar 2.1: Data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman dari permukaan tanah

Source code untuk menggambar grafik tersebut dalam Matlab adalah

1 clc

2 clear

3 close

4

5 % Data observasi

6 z = [5 16 25 40 50 60 70 80 90 100];

7 T = [35.4 50.1 77.3 92.3 137.6 147.0 180.8 182.7 188.5 223.2];

8

9 % Plot data observasi

10 plot(z,T,’*r’);

11 grid;

12 xlabel(’Kedalaman (m)’);

13 ylabel(’Suhu (Celcius)’);

(25)

2.2. INVERSI MODEL GARIS 11

Lalu kita berasumsi bahwa variasi temperatur terhadap kedalaman ditentukan oleh rumus berikut ini:

m1+m2zi=Ti (2.1) dimanam1 danm2 adalah konstanta-konstanta yang akan dicari. Rumus di atas disebut

mod-el matematika. Sedangkan m1 dan m2 disebut parameter model atau biasa juga disebut

unknown parameter. Pada model matematika di atas terdapat dua buah parameter model,

(M = 2). Sementara jumlah data observasi ada empat, (N = 10), yaitu nilai-nilai kedala-man,zi, dan temperatur,Ti. Berdasarkan model tersebut, kita bisa menyatakan temperatur dan kedalaman masing-masing sebagai berikut:

m1+m2z1 =T1

Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini:

Lalu ditulis secara singkat

Gm=d (2.3)

(26)

menda-1. Tentukan transpos dari matrik kernel, yaituG

2. Lakukan perkalian matriksGTG

GTG=

dimanaN = 10atau sesuai dengan jumlah data observasi; sementarai= 1,2,3, ...,10.

1Matrik G biasanya tidak berbentuk bujursangkar. Akibatnya tidak bisa dihitung nilai invers-nya. Dengan

(27)

2.2. INVERSI MODEL GARIS 13

3. Kemudian tentukan pulaGTd

GTd=

4. Dengan menggunakan hasil dari langkah 2 dan langkah 3, maka persamaan (2.4) dapat dinyatakan sebagai

Berdasarkan data observasi pada tabel di atas, diperoleh

m = [GTG]−1

Operasi matriks di atas akan menghasilkan nilaim1 = 24.9danm2 = 2.0.

Perintah di Matlab untuk menghitung elemen-elemen m, yaitu

m=inv(G’*G)*G’*d

Secara lebih lengkap, source code Matlab untuk melakukan inversi data observasi adalah

1 clc

2 clear

3 close

4

5 % Data observasi

6 z = [5 16 25 40 50 60 70 80 90 100];

7 T = [35.4 50.1 77.3 92.3 137.6 147.0 180.8 182.7 188.5 223.2];

(28)

25 m = inv(G’*G)*G’*d;

26

27 % Plot hasil inversi (berupa garis least-squares)

28 hold on;

29 zz = 0:0.5:z(n);

30 TT = m(1) + m(2)*zz;

31 plot(zz,TT);

0 20 40 60 80 100

0 50 100 150 200 250

Kedalaman (m)

Suhu (Celcius)

Variasi Suhu vs Kedalaman

Gambar 2.2: Hasil inversi atas data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman

Demikianlah contoh aplikasi teknik inversi untuk menyelesaikan persoalan model garis. An-da bisa mengaplikasikan paAn-da kasus lain, dengan syarat kasus yang anAn-da tangani memiliki bentuk model yang sama dengan yang telah dikerjakan pada catatan ini, yaitu model garis:

(29)

2.3. INVERSI MODEL PARABOLA 15

2.3 Inversi Model Parabola

Kembali kita ambil contoh variasi temperatur terhadap kedalaman dengan sedikit modifikasi data. Misalnya telah dilakukan sebanyak delapan kali(N = 8)pengukuran temperatur(Ti)pada kedalaman yang berbeda beda (zi). Tabel pengukuran yang diperoleh adalah: Data observasi

Tabel 2.2: Data temperatur bawah permukaan tanah terhadap kedalaman Pengukuran ke-i Kedalaman(m) Temperatur(OC)

1 z1 = 5 T1 = 20,8

2 z2 = 8 T2 = 22,6

3 z3 = 14 T3 = 25,3

4 z4 = 21 T4 = 32,7

5 z5 = 30 T5 = 41,5

6 z6 = 36 T6 = 48,2

7 z7 = 45 T7 = 63,7

8 z8 = 60 T8 = 74,6

tersebut selanjutnya di-plot ke dalam grafik variasi suhu terhadap kedalaman.

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 20

30 40 50 60 70 80

Kedalaman (m)

Suhu (Celcius)

Variasi Suhu vs Kedalaman

Gambar 2.3: Data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman dari permukaan tanah

Lalu kita berasumsi bahwa variasi temperatur terhadap kedalaman memenuhi model matem-atika berikut ini:

m1+m2zi+m3zi2 =Ti (2.8) dimanam1,m2danm3adalahunknown parameter. Jadi pada model di atas terdapat tiga buah

model parameter,(M = 3). Adapun yang berlaku sebagaidataadalah nilai-nilai temperaturT1,

T2,..., danT8. Berdasarkan model tersebut, kita bisa menyatakan temperatur dan kedalaman

(30)

Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini:

Lalu ditulis secara singkat

Gm=d (2.10)

dimanadadalah data yang dinyatakan dalam vektor kolom, madalah model parameter, juga dinyatakan dalam vektor kolom, danGdisebutmatrik kernel. Lantas bagaimana cara menda-patkan nilaim1,m2 danm3pada vektor kolomm? Manipulasi berikut ini bisa menjawabnya

GTGm=GTd (2.11)

(31)

2.3. INVERSI MODEL PARABOLA 17

1. Tentukan transpos dari matrik kernel, yaituGT

G=

3. Kemudian tentukan pulaGTd

GTd=

4. Sekarang persamaan (2.16) dapat dinyatakan sebagai

(32)

0,02.

Gabungan antara data observasi dan kurva hasil inversi diperlihatkan oleh Gambar 2.4 Script

0 10 20 30 40 50

10 20 30 40 50 60 70 80

Kedalaman (m)

Suhu (Celcius)

Variasi Suhu vs Kedalaman

Gambar 2.4: Hasil inversi atas data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman. Tanda titik merah adalah data observasi sementara kurva biru adalah kurva hasil inversi

Matlab yang lengkap untuk tujuan ini adalah

1 clc

2 clear

3 close

4

5 % Data observasi

6 z = [5 8 14 21 30 36 45 50];

7 T = [20.8 22.6 25.3 32.7 41.5 48.2 63.7 74.6];

8

9 % Plot data observasi

(33)

2.3. INVERSI MODEL PARABOLA 19

11 grid;

12 xlabel(’Kedalaman (m)’);

13 ylabel(’Suhu (Celcius)’);

14 title(’\fontsize{14} Variasi Suhu vs Kedalaman’);

15

16 % Membentuk matrik kernel G dan vektor d

17 n = length(z);

18 for k = 1:n

19 G(k,1) = 1;

20 G(k,2) = z(k);

21 G(k,3) = z(k).^2;

22 end

23 d = T’;

24

25 % Perhitungan inversi dengan general least-squares

26 m = inv(G’*G)*G’*d;

27

28 % Plot hasil inversi (berupa garis least-squares)

29 hold on;

30 zz = 0:0.5:z(n);

31 TT = m(1) + m(2)*zz + m(3)*zz.^2;

32 plot(zz,TT);

Demikianlah contoh aplikasi teknik inversi untuk menyelesaikan persoalan model parabola. Anda bisa mengaplikasikan pada kasus lain, dengan syarat kasus yang anda tangani memiliki bentuk model yang sama dengan yang telah dikerjakan pada catatan ini, yaitu model garis:

y = m1 +m2x+ +m3x2. Selanjutnya mari kita pelajari inversi model bidang atau model

(34)

7 6 4 25,4

8 9 1 33,5

9 8 5 33,2

10 4 5 24,1

0

2 4

6 8

10

0 5

10 10 15 20 25 30 35

X (m)

Sebaran nilai terhadap X dan Y

Y (m)

Nilai

Gambar 2.5: Data observasi perubahan nilai terhadap posisi koordinat x dan y

Source code untuk menggambar grafik tersebut dalam Matlab adalah

1 clc

2 clear

3 close

4

5 % Data observasi

6 x = [2 5 7 4 1 3 6 9 8 4];

7 y = [3 6 2 7 8 9 4 1 5 5];

(35)

2.4. INVERSI MODEL BIDANG 21

9

10 % Plot data observasi

11 plot3(x,y,nilai,’*r’);

12 grid;

13 xlabel(’X (m)’);

14 ylabel(’Y (m)’);

15 zlabel(’Nilai’);

16 title(’\fontsize{14} Sebaran nilai terhadap X dan Y’);

Model matematika untuk 2-dimensi berikut ini digunakan untuk analisa data tersebut:

m1+m2xi+m3yi =di (2.14) dimanam1,m2 danm3 merupakanunknown parameteryang akan dicari. Adapun yang berlaku

sebagai data adalah d1, d2, d3, ..., dN. Berdasarkan model matematika tersebut, kita bisa ny-atakan

Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini:

Lalu ditulis secara singkat

Gm=d (2.15)

dimana d adalah data yang dinyatakan dalam vektor kolom, m adalah unknown parameter, juga dinyatakan dalam vektor kolom, dan G disebut matrik kernel. Lantas bagaimana cara mendapatkan nilaim1,m2 danm3 pada vektor kolomm? Sama seperti sebelumnya, kita harus

membuat persamaan matriks berikut ini

GTGm=GTd (2.16)

(36)

GTG=

3. Kemudian tentukan pulaGTd

Gtd=

4. Sekarang, persamaan (2.16) dapat dinyatakan sebagai

5. Sampai disini, jika tersedia data observasi, maka anda tinggal memasukan data tersebut ke dalam persamaan di atas, sehingga nilai elemen-elemenmdapat dihitung dengan perintah matlab

m=inv(G’*G)*G’*d

Langkah-langkah selanjutnya akan sama persis dengan catatan sebelumnya (model linear danmodel parabola)

(37)

2.4. INVERSI MODEL BIDANG 23

0 2

4 6

8 10

0 5

10 0 10 20 30 40

X (m)

Sebaran nilai terhadap X dan Y

Y (m)

Nilai

Gambar 2.6: Hasil inversi berbentuk bidang. Saya sebut saja sebagai bidang inversi

Gambar 2.7: Ini adalah hasil inversi yang sama, hanya saja bidang inversi diputar (di-rotasi) pada suatu arah sehingga kita bisa saksikan dan pastikan bahwa sebaran titik data observasi beradadi-dekatpermukaan bidang inversi

Script Matlab yang lengkap untuk tujuan ini adalah

(38)

18 % Membentuk matrik kernel G dan vektor d

19 ndata = length(x);

20 for k = 1:ndata

21 G(k,1) = 1;

22 G(k,2) = x(k);

23 G(k,3) = y(k);

24 end

25 d = nilai’;

26

27 % Perhitungan inversi dengan general least-squares

28 m = inv(G’*G)*G’*d;

29

30 % Plot hasil inversi (berupa garis least-squares)

31 hold on;

32 [X,Y] = meshgrid(min(x):max(x),min(y):max(y));

33 Z = m(1) + X.*m(2) + Y.*m(3);

34 surf(X,Y,Z);

Anda bisa mengaplikasikan data pengukuran yang anda miliki, dengan syarat kasus yang anda tangani memiliki bentukmodelyang sama dengan yang telah dikerjakan pada catatan ini, yaitu memiliki tiga buah model parameter yang tidak diketahui dalam bentuk persamaan bidang (atau 2-dimensi): d=m1+m2x+m3y.

2.5 Contoh aplikasi

2.5.1 Menghitung gravitasi di planet X

Seorang astronot tiba di suatu planet yang tidak dikenal. Setibanya disana, ia segera mengelu-arkan kamera otomatis, lalu melakukan ekperimen kinematika yaitu dengan melempar batu vertikal ke atas. Hasil foto-foto yang terekam dalam kamera otomatis adalah sebagai berikut Plot data pengukuran waktu vs ketinggian diperlihatkan pada Gambar 2.8. Anda diminta un-tuk membantu proses pengolahan data sehingga diperoleh nilai konstanta gravitasi di planet tersebut dan kecepatan awal batu. Jelas, ini adalah persoalan inversi, yaitu mencari unkown parameter (konstanta gravitasi dan kecepatan awal batu) dari data observasi (hasil foto gerak sebuah batu).

(39)

2.5. CONTOH APLIKASI 25

Tabel 2.4: Data ketinggian terhadap waktu dari planet X Waktu(dt) Ketinggian(m) Waktu(dt) Ketinggian(m)

0,00 5,00 2,75 7,62

0,25 5,75 3,00 7,25

0,50 6,40 3,25 6,77

0,75 6,94 3,50 6,20

1,00 7,38 3,75 5,52

1,25 7,72 4,00 4,73

1,50 7,96 4,25 3,85

1,75 8,10 4,50 2,86

2,00 8,13 4,75 1,77

2,25 8,07 5,00 0,58

2,50 7,90

matematika, yang digali dari konsep-konsep fisika, yang kira-kira paling cocok dengan situasi pengambilan data observasi. Salah satu konsep dari fisika yang bisa diajukan adalah konsep tentang Gerak-Lurus-Berubah-Beraturan (GLBB), yang formulasinya seperti ini

ho+vot−

1 2gt

2 =h

Berdasarkan tabel data observasi, ketinggian pada saatt= 0adalah5m. Itu artinyaho = 5m. Sehingga model matematika (formulasi GLBB) dapat dimodifikasi sedikit menjadi

vot−

1 2gt

2 =hh

o (2.18)

Selanjut, didefinisikanm1 danm2 sebagai berikut

m1=vo m2 =−

1

2g (2.19)

sehingga persamaan model GLBB menjadi

m1ti+m2t2i =hi−5 (2.20) dimanaimenunjukkan data ke-i.

Langkah berikutnya adalah menentukan nilai tiap-tiap elemen matrik kernel, yaitu dengan memasukan data observasi kedalam model matematika (persamaan (2.20))

m1t1+m2t21 = h1−5

m1t2+m2t22 = h2−5

m1t3+m2t23 = h3−5

..

. ... = ...

(40)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0

1 2

Waktu (detik)

Gambar 2.8: Grafik data pengukuran gerak batu

Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik berikut ini:

Operasi matrik di atas memenuhi persamaan matrik

Gm=d

Seperti yang sudah dipelajari pada bab ini, penyelesaian masalah inversi dimulai dari proses manipulasi persamaan matrik sehingga perkalian antaraGtdanGmenghasilkan matriks bujur-sangkar

GtGm=Gtd (2.21)

(41)

2.5. CONTOH APLIKASI 27

1. Menentukan transpos matrik kernel, yaituGt

G=

3. Kemudian menentukan hasil perkalianGtd

Gtd=

4. Sekarang persamaan (2.21) dapat dinyatakan sebagai

"

Berdasarkan data observasi, diperoleh

"

(42)

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0

1

Waktu (dt)

Gambar 2.9: Grafik hasil inversi parabola

m=inv(G’*G)*G’*d

Hasil inversinya adalah nilai kecepatan awal yaitu saat batu dilempar ke atas adalah sebesar

m1 =vo= 3,2009 m/dt. Adapun percepatan gravitasi diperoleh darim2 dimanam2 =−12g =

-0,8169; maka disimpulkan nilaigadalah sebesar 1,6338m/dt2.

Gambar 2.9 memperlihatkan kurva hasil inversi berserta sebaran titik data observasi. Garis berwarna biru merupakan garis kurvafittinghasil inversi parabola. Sedangkan bulatan berwar-na merah adalah data pengukuran ketinggian (m) terhadap waktu (dt). Jelas terlihat bahwa garis kurva berwarna biru benar-benar cocok melewati semua titik data pengukuran. Ini me-nunjukkan tingkat akurasi yang sangat tinggi. Sehingga nilai kecepatan awal dan gravitasi hasil inversi cukup valid untuk menjelaskan gerak batu di planet X.

2.5.2 Analisa data seismik pada reflektor tunggal horizontal

Suatu survei seismik dilakukan untuk mengetahui kedalaman sebuah reflektor mendatar seba-gaimana tampak pada gambar

Waktu tempuh gelombang (t), yang bergerak sesuai dengan lintasan warna merah, memenuhi model matematika berikut ini

4z2

v2 +

x2

v2 =t

2 (2.23)

Data observasi yang berhasil dihimpun dari survei tersebut adalah

Berdasarkan data tersebut, tuliskan langkah demi langkah proses inversi selengkap mungkin untuk menentukan:

• kecepatan gelombang seismik (v) pada lapisan

(43)

2.5. CONTOH APLIKASI 29

S R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8

v

z

Surface

Reflektor

Gambar 2.10: Reflektor mendatar pada kedalamanz. Kecepatan gelombangvdianggap konstan.

Sadalah sumber gelombang seismik danRadalah penerima gelombang seismik. Jarak antara S dan R disebut offset (x). Sementara garis merah yang ada panahnya adalah lintasan gelombang seismik.

Tabel 2.5: Data variasioffset(x) dantravel time(t) ReceiverR ke-i Offset(x), meter Travel time(t), detik

1 60 0,5147

2 80 0,5151

3 100 0,5155

4 120 0,5161

5 140 0,5167

6 160 0,5175

7 180 0,5183

8 200 0,5192

Petunjuk: sederhanakan model matematika di atas menjadi

m1+m2x2 =t2 (2.24)

Hasil yang benar adalah: kecepatan = 2797 m/dt ; kedalaman = 719 meter. Jika anda tidak mendapatkan kedua angka tersebut, maka proses inversi anda mungkin masih keliru!

2.5.3 Analisa data seismik pada reflektor tunggal miring

Suatu survei seismik dilakukan untuk mengetahui keberadaan sebuah reflektor miring seba-gaimana tampak pada gambar

Waktu tempuh gelombang (t), yang bergerak sesuai dengan lintasan warna merah, memenuhi model matematika berikut ini

t2 = 4z

2

v2 +

4xzsinα

v2 +

x2

v2 (2.25)

Data observasi yang berhasil dihimpun dari survei tersebut adalah Berdasarkan data tersebut, tentukan:

• kecepatan gelombang seismik (v) pada lapisan

• kedalaman reflektor miring (z) terhadap permukaan (surface) — jarak terdekat ke sumber gelombang seismik

(44)

O

O

Gambar 2.11: Reflektor miring dengan sudut kemiringan sebesar α. Kecepatan gelombang v dianggap konstan. S adalah sumber gelombang seismik dan R adalah penerima gelombang seismik. Jarak antara S dan R disebut offset (x). Sementara garis merah yang ada panahnya adalah lintasan gelombang seismik.

Tabel 2.6: Data variasioffset(x) dantravel time(t) ReceiverR ke-i Offset(x), meter Travel time(t), detik

1 60 0,4877

2 80 0,4900

3 100 0,4924

4 120 0,4949

5 140 0,4974

Petunjuk: sederhanakan model matematika di atas menjadi

m1+m2x+m3x2=t2 (2.26)

2.6 Kesimpulan

(45)

Bab 3

Penyelesaian Masalah Overdetermined

3.1 Regresi linear sederhana

Jika suatu masalah inversi dapat direpresentasikan kedalam persamaand=Gm, maka ia dise-butlinear. Kita dapat menjalankan prosedur yang sederhana untuk memperoleh nilai m dari data observasi. Dalam kenyataannya, tidak semua data observasi berhimpit dengan satu garis lurus. Jika kita mencoba melakukan fitting terhadap semua titik data observasi kepada satu garis, maka garis yang didapat disebut garisregresi. Misalnya, ada satu set data observasi yang ditulis sebagai(x1, y1),(x2, y2),...,(xn, yn), garis regresi dinyatakan sebagai

y =a0+a1x (3.1)

dan setiap data memenuhi relasi berikut

yi =a0+a1xi+ei (3.2) dimanaei disebuterror, residual, atau sering juga disebutmisfit atau kesalahan prediksi (pre-diction error). Garis regresi tidak akan berhimpit dengan setiap data observasi dan biasanya untuk kasus inversi seperti ini selaluoverdetermined. Secara umum, tipe masalah inversi seper-ti ini diselesaikan dengan metode least squares. Dengan metode least squares, kita mencoba meminimalkan error, ei, dengan cara menentukan nilai a0 dan a1 sedemikian rupa sehingga

diperoleh jumlah-kuadrat-error, (S), yang minimal.

3.2 Metode

least square

Diketahui data eksperimen tersaji pada Tabel 3.1 Lalu data tersebut di-plot dalam sumbu x

dany. Sekilas, kita bisa melihat bahwa data yang telah di-plot tersebut dapat didekati dengan sebuah persamaan garis, yaitu a1xi +a0. Artinya, kita melakukan pendekatan secara linear,

dimana fungsi pendekatan-nya adalah

P(xi) =a1xi+a0 (3.3)

(46)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

2 4 6 8 10

X

Y

Gambar 3.1: Hasilplottingdata observasi dalam sumbu-x dan sumbu-y

Problemnya adalah berapakah nilai konstanta a1 dan a0 yang sedemikian rupa, sehingga

po-sisi garis tersebut paling mendekati atau bahkan melalui titik-titik data yang telah di-plot di atas? Dengan kata lain, sebisa mungkinyi (pada persamaan (3.2)) sama denganP(xi) (pada persamaan (3.3)) atau dapat diformulasikan sebagai

m

X

i=1

yi−P(xi) = 0 (3.4)

m

X

i=1

yi−(a1xi+a0) = 0 (3.5)

dimana jumlah data, m = 10. Suku yang berada disebelah kiri dinamakan fungsierror (error function), yaitu

E(a0, a1) =

m

X

i=1

yi−(a1xi+a0) (3.6)

(47)

3.2. METODE LEAST SQUARE 33

Agar fungsierrorbisa mencapai nilai minimum, maka syarat yang harus dipenuhi adalah:

∂E(a0, a1)

∂ai

= 0 (3.8)

dimanai= 0dan1, karena dalam kasus ini memang cuma adaa0 dana1. Maka mesti ada dua

buah turunan yaitu:

∂E(a0, a1)

Akhirnya persamaan (3.9) dan (3.10) dapat dicari solusinya berikut ini:

a0 =

Berdasarkan data ekperimen yang ditampilkan pada tabel diawal catatan ini, maka didapat:

(48)

0 2 4 6 8 10 −2

0 2 4 6 8 10

Gambar 3.2: Contoh solusi regresi linear

Teknik diatas diterapkan secara rutin dalam analisis data geofisika, khususnya ketika kita mencoba meng-esktrak satu atau dua parameter model dari data observasi. Teknik ini disebut analisis regresi linear (linear regression analysis) atau classical least squares fitting. Teknik ini pertama kali dipakai oleh Gauss pada tahun 1809. Teknik ini pada mulanya digunakan untuk mencari solusi dari masalah overdeterminednamun pada perkembangannya teknik ini diterap-kan juga pada underdetermined problem setelah dimodifikasi. Ketika kita ingin mendapatkan lebih dari 2 parameter maka teknik ini disebut analisis regresi multipel (multiple regression analysis).

3.3 Aplikasi regresi linear pada analisis data seismik refraksi

Tabel 3.2 menampilkan data survei seismik refraksi yang dilakukan dengan jarak offsetxi dan waktu tempuh gelombang darisourcekereceiverdicatat dalamti. Anggap saja persamaantravel timeadalah

ti=

xi

v +Th (3.13)

(49)

3.3. APLIKASI REGRESI LINEAR PADA ANALISIS DATA SEISMIK REFRAKSI 35

Tabel 3.2: Data seismik refraksi: waktu-datang gelombang, ti, dan jarak antara source dan receiveratau jarakoffset,xi

Trace xi(m) ti(ms)

1 2 5,1

2 4 9,2

3 6 11,9

4 8 14,9

linearisasi dilakukan terhadap persamaan (3.13) sehingga menjadi

ti =a0+a1xi dimana a0 =Th dan a1 =

1

v (3.14)

Kesalahan (error) diasumsikan hanya berasal dari cuplikan waktu gelombang datang. Pen-erapan metode regresi linear yang berusaha meminimalkan jumlah kuadrat dari error, ei =

ti−(a0 +a1xi), dapat dinyatakan sesuai persamaan (3.11) dan (3.12). Dengan jumlah data,

Dengan demikian kecepatan gelombang seismik pada medium tersebut1 adalah v = 1/a1 =

623,053m/dt. Adapunstandard errorχ2a1 danχ

2

a0 ditentukan oleh rumus berikut

χ2a1 = m

Sebagai catatan tambahan, χ2 adalah nilai deviasi rms (root mean square) dari data ti terhadap garis regresi hasil analisis (a0+a1xi) dengan faktor (m−2) karena dalam masalah ini hanya dicari 2 parameter model (a0dana1).

1Nilai kecepatan yang diperoleh adalah nilai hasil analisis regresi linear. Namun itu bukan nilai yang mutlak,

(50)

Itu artinya keberadaanmisfittidak pernah bisa dihindari. Konsekuensinya,misfit(baca: error) tersebut mesti disertakan padad=Gm

d=Gm+ei (3.17)

dan selanjutnya, solusi regresi linear diupayakan dengan cara meminimalkan jumlah kuadrat darierror,ei. Cara ini tak lain berupaya untuk memperolehmisfitterkecil yaitu jarak perbedaan terkecil antara data survei dan model. Dalam formulasi matematika, kuadrat error tersebut dinyatakan dengan

q =eTe= (d−Gm)T(d−Gm) (3.18)

Dimana simbolT maksudnya adalah operasi transpose. Agar kuadraterrordi atas menghasilkan nilai minimal, maka persamaan (3.18), diturunkan terhadapmdan hasilnya harus sama dengan nol

∂q ∂mj

= ∂

dTddTGmmTGTd+mTGTGm ∂mj

= 0

sehingga

−dTG−GTd+GTGm+mTGTG= 0

akhirnya diperoleh

2GTGm = 2GTd

GTGm = GTd (3.19)

Persamaan (3.19) disebutpersamaan normal2. Dengan persamaan normal, estimasiunknown parameteryang terkandung pada vektormditentukan oleh

m=

GTG−1

GTd (3.20)

Persamaan (3.20) disebut unconstrained least squares terhadap masalah inversi d = Gm. Bagian

GTG−1

GT dinamakanGeneralized Inverseyang mengolah dataduntuk memperoleh

(51)

3.4. REGRESI LINEAR DENGAN PENDEKATAN MATRIKS 37

parameter model m. Untuk menyelesaikan persamaan (3.20) dengan operasi matriks secara numerik atau komputasi bisa menggunakan beberapa metode, diantaranya metode Eliminasi Gauss, LU-Decomposition, Iterasi Gauss-Seidel, dan Singular Value Decomposition.

3.4.0.1 Aplikasi pada data survei seismik refraksi

Kembali kita tampilkan Tabel 3.3 merupakan data survei seismik refraksi yang dilakukan dengan jarak offsetxi, dan persamaantravel timeadalah

ti=

xi

v +Th

Tabel 3.3: Data seismik refraksi: waktu-datang gelombang (ti) pada empat posisi geophone (xi)

Trace xi(m) ti(ms)

1 2 5,1

2 4 9,2

3 6 11,9

4 8 14,9

Pertama-tama proses linearisasi dilakukan terhadap persamaantravel timesehingga menjadi

ti =a0+a1xi dimana a0 =Th dan a1 =

1 v

Berdasarkan linearisasi tersebut, kita bisa menyusun sistem persamaan linear sebagai berikut:

t1=a0+a1x1

t2=a0+a1x2

t3=a0+a1x3

t4=a0+a1x4

Semua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam operasi matrik (d=Gm) berikut ini:

(52)

GTG=

3. Kemudian menentukan perkalianGTd

GTd=

4. Sekarang persamaan (3.20) dapat dinyatakan sebagai

"

Berdasarkan data survei pada Tabel 3.3 di atas, diperoleh

"

Operasi matriks di atas akan menghasilkan nilai a0 = 2,25 dan a1 = 1,605. Dengan

(53)

3.5. SOAL 39

3.5 Soal

Diketahui data temperatur borehole sebagai berikut. Tentukan slope dan intercept pada z-axis dan kemudian perkirakan temperatur pada kedalaman 390m.

Depth, z(m) Temp, t(oC)

30 25,0

70 26,2

(54)
(55)

Bab 4

Constrained Linear Least Squares

Inversion

Geofisika merupakan ilmu yang bertujuan untuk memahami kondisi bawah permukaan bu-mi dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmu fisika. Karena letaknya yang berada dibawah permukaan bumi, maka obyek geofisika tidak bisa diamati dengan mata telanjang. Sebagai gantinya, mau tidak mau obyek tersebut dipelajari dengan mengamati respon bawah permukaan bumi ketika suatu gangguan fisis diberikan padanya. Selanjutnya, respon tersebut dianalisis hingga diperoleh solusi yang nantinya siap menjadi acuan interpretasi.

Masalahnya, pada kebanyakan pengamatan geofisika, sangat mungkin mendapatkan solusi yang berbeda-beda, yang semuanya itu bisa saja dipakai untuk menjelaskan data observasi. Inilah yang disebut dengan istilah non-uniqueness problem atau non-unik. Namun demikian pada akhirnya, kita harus memilih satu buah solusi yang paling baik menurut kita. Karena kita sadar bahwa obyek yang sedang kita incar dibawah sana, pastilah hanya berada dalam satu kondisi tertentu yang unik.

Untuk mendapatkan solusi yang unik, kita harus menambahkan sejumlah informasi yang sebelumnya tidak ada pada persamaanleast square d = Gm. Informasi tambahan ini disebut a priori information, yang selanjutnya akan digunakan untuk meng-constrainsolusi sehingga diperoleh solusi yang dianggap paling tepat untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan. A priori information, atau yang saya indonesiakan menjadiinformasi awal, ini didapat dari data geofisika yang lainnya, atau bisa juga dari databorehole, atau juga bersumber dari data geologi.

4.1 Inversi dengan informasi awal

Kita dapat menambahkan informasi awal (h) kepada parameter model dalam suatu proses in-versi. Secara umum, informasi awal (h) tersebut diharapkan membantu pemodelan inversi sehingga diperoleh hasil yang unik dari sejumlah kemungkinan solusi. Sekali lagi, proses ini disebut meng-constrain, sementara solusi yang diperoleh disebut solusi ter-constrain. Constrain

(56)

Untuk mendapatkanerror minimummaka turunanφterhadap parameter modelmdibuat sama dengan nol

2GTGm−2GTd+ 2β2DTDm−2β2DTh= 0

sehingga diperolehpersamaan normal

(GTG+β2DTD)m=GTd+β2DTh (4.3) KetikaDadalah matrik identitas, makapersamaan normalberubah menjadi

(GTG+β2I)m= (GTd+β2h) (4.4) Dari sini solusi ter-constraindidapat sebagai berikut

ˆ

mc = (GTG+β2I)

−1

(57)

4.1. INVERSI DENGAN INFORMASI AWAL 43

4.1.1 Memformulasikan persamaan terkonstrain

PersamaanDm=hsecara umum memiliki bentuk

Namun demikian, persamaan matrik di atas dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Misalnya jika informasi awal yang diketahui hanya ada satu, modifikasinya menjadi

h

Jika pada kasus lain, kita punya informasi awal yaitu parameter pertama dan parameter ke empat, maka persamaan matrik terkonstrain menjadi

4.1.2 Contoh aplikasi inversi terkonstrain

Contoh 1: Least squares garis terkonstrain

Sekarang kita ingin menerapkan inversi terkonstrain pada pengolahan data first arrivals dari seismik refraksi. Persamaan least square garis adalah

ti =m1+m2xi (4.9) dengan parameter model yang terdiri atas m1 dan m2. Sementara data lapangan merupakan

pasangan dari jarak offsetxidan waktu datang gelombang (first arrival time)ti. Jika ada 4 data lapangan, sistem persamaan linear yang bisa disusun adalah

t1 =m1+m2x1

t2 =m1+m2x2

t3 =m1+m2x3

t4 =m1+m2x4

(58)

Tentu anda masih ingat pada least square tidak terkonstrain, dimana dikenal dua komponen

Agar menjadi terkonstrain kedua komponen itu mesti dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi

Sebelum dilanjut, mari kita tengok lagi persamaan normal (4.4) secara utuh, yaitu

(GTG+β2I)m= (GTd+β2h)

Sekarang mari kita masukkan kedua komponen kedalam persamaan (4.4)

(59)

4.1. INVERSI DENGAN INFORMASI AWAL 45

Tabel 4.1: Data seismik refraksi: waktu-datang gelombang (ti) pada empat posisi geophone (xi)

Trace xi(m) ti(ms)

1 2 5,1

2 4 9,2

3 6 11,9

4 8 14,9

Akhirnya, solusi terkonstrain terhadap inversi garis yang melewati (xc, tc) adalah

ˆ

Sekarang, kita melangkah pada kasus nyata. Tabel 4.1 menunjukkan data pengukuran seismik refraksi. Tentukan parameter model untuk persamaan garis yang melewati titik (xc = 8, yc =

14,9)! Langkah pertama kita hitung komponen matrik

(GTG+β2I) =

Kemudian kita hitung komponen matrik yang lain

(GTd+β2h) =

Problem ini dapat diselesaikan secara numerik dengan metode Eliminasi Gauss. Solusi yang diperoleh adalahm1 = 2,3857,m2= 1,5643danβ= 0,2714. Berikut ini adalah script

lengkap-nya dalam Matlab

(60)

end

end

end

% akhir dari proses triangularisasi

---a

x(n,1)=a(n,n+1)/a(n,n);

% berikut ini proses substitusi mundur

---for k=1:n-1

i=n-1-k+1;

j=i+1;

sum=0;

for k=j:n

sum = sum + a(i,k) * x(k,1); end

x(i,1)=(a(i,n+1)-sum)/a(i,i);

end

% akhir dari proses substitusi mundur

---x

4.2 Inversi dengan Smoothness

Cara yang paling efektif untuk menginversi data yang terbatas adalah dengan menentukan kon-strain sehingan solusi yang diinginkan menjadismooth(halus). Tingkatan smooth dapat diukur berdasarkan kondisi fisis atau kondisi geologi.

4.2.1 Formulasi masalah

(61)

4.2. INVERSI DENGAN SMOOTHNESS 47

Perbedaan ini dinyatakan sebagai persamaan konstrainDm=h

dimanaDadalah operator selisih yang bertindak sebagaimatrik smoothnessdanDmdisebut penghalus (flatness) solusi vektor parameter modelm.

Jika parameter model tidak bervariasi secara smooth terhadap posisi, maka gunakanlah per-samaan konstrain berbentuk

Dalam kasus ini,Dadalah matrik identitas dengan dimensi p×pdan dimensi hadalahp×1. Operasi ini akan mendorong proses inversi menuju kondisi stabil. Untuk mendapatkan solusi yang smooth, kita gunakan ukuran selisih seperti persamaan (4.2), dinyatakan sebagai

q2(m) = (Dm−h)T(Dm−h) =mTDTDm=mTHm (4.19)

dimanaH=DTD.

Kita nyatakan mengenai masalah terkonstrain adalah: Dimulai dari data lapangan yang tidak komplit, tidak lengkap, tidak cukup, kita mencari seluruh kemungkinan solusi dengan residual

q1 =|d−Gm|2 dan solusi yang paling smoothness dengan judgement dari ukuranq2(m).

Secara matematik, pernyataan di atas memiliki maksud: meminimalkanq2 =mTHmdibawah

kondisi |d−Gm|2 = q1 atau secara umum |d−Gm|2 ≤ qT, dimana qT adalah nilai toleransi maksimum dari residual ataumisfit.

Masalah konstrain membutuhkan minimalisasikd−Gmk2 danq2(m)secara bersamaan,

φ= (d−Gm)T(d−Gm) +β2(mTDTDm) (4.20)

4.2.2 Solusi masalah

(62)
(63)

Daftar Pustaka

[1] Meju, A Max., Geophysical Data Analysis: Understanding Inverse Problem Theory and Prac-tice, (1994), Society of Exploration Geophysicists (SEG)

(64)
(65)

Indeks

akurasi, 3 arus fluida, 3

bahan tambang, 1 bessel, 7

data lapangan, 1 data observasi, 1 densitas, 4

eksplorasi, 3 elektroda, 7

fitting, 1 forward, 1

gelombang elektromagnetik, 3 gelombang seismik, 3

gempa bumi, 3 geologi, 4

hambatan jenis, 4 hidrogeologi, 3 highly non-linear, 7 human error, 4

instrumen, 4

instrumental error, 4 inversi, 1

inversi diskrit, 6

jejari bumi, 5

kernel, 5 komputasi, 5

laboratorium, 3 linearisasi, 6 lithospere, 3

matematika diskrit, 5 model fisik, 4

model konseptual, 4 model matematika, 1, 4 modulus bulk, 4

momen inersia, 5

noise, 3 non-linear, 6

observasi, 31

parameterisasi, 6 permeabilitas, 4

resistivity, 1

sampling rate, 3 Schlumberger, 6 sedimentasi, 3 seismik refraksi, 1 slowness, 6 sumur bor, 3

unknown parameter, 1

Gambar

Gambar 1.1: Alur pemodelan inversi
Gambar 1.3: Alur eksperimen lapangan dan eksperimen laboratorium
Gambar 1.4: Konfigurasi elektroda pada metode Schlumberger
Gambar 2.1: Data observasi perubahan suhu terhadap kedalaman dari permukaan tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Zona Subduksi dan Busur Gunungapi Jawa Timur berdasarkan Analisis Data Gravitasi.. Muhamad Ragil Setiawan * dan

Berdasarkan profil kecepatan gelombang geser ini pula dapat diketahui struktur batuan bawah permukaan pada Lapangan Bola Anggur dapat dilihat pada Tabel 6. Struktur

Semenjak berdirinya majelis taklim Al-Kautsar hingga sekarang, program bidang ekonmo belum bisa kami laksanakan, seperti membuat lapangan pekerjaan, atau pun

Pengukuran geofisika dengan metode geolistrik menggunakan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data geologi bawah permukaan berdasarkan

pasangan citra stereoskopik dari suatu daerah pada permukaan bumi sepanjang jejak satelit dengan kemampuan lebar liputan satuan citra 30 km. Kedua kamera pada satelit

Pemetaan terhadap kondisi geologi bawah permukaan pada lapangan ini sangat diperlukan guna mengetahui bentukan morfologi bawah permukaannya yang dapat memperlihatkan

Metode magnetik merupakan metode geofisika yang bekerja memanfaatkan sifat- sifat magnetik dari batuan dan material- material yang berada di bawah permukaan bumi. Data

Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi berdasarkan variasi nilai densitas batuan