Rusdi Muchtar
Mahmud Thoha
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2 0 1 2
TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
(BIDANG IPS)
~ Edisi Revisi ~
Oleh
Rusdi Muchtar dan Mahmud Thoha
Editor: Enny Sudarmonowati/Iroh Siti Zahroh/Anisah/Yoke Pradanatama Desain Modul: Dewi Salma Prawiradilaga
Desain Grafis: Yoke Pradanatama
© Pusbindiklat Peneliti LIPI Kompleks Cibinong Science Center (CSC)
Jl. Raya Bogor Km. 46 - Cibinong Kab. Bogor, 16916
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak
seluruh atau sebagian isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
(BIDANG IPS)
Edisi Revisi
Modul Diklat Jabatan Fungsional Peneliti
Tingkat Pertama
Rusdi Muchtar
Mahmud Thoha
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ii Modul DJFP. Tingkat Pertama
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil, maka Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) sebagai pembina Jabatan Fungsional Peneliti
(JFP) berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
(diklat) bagi pejabat fungsional peneliti secara nasional.
Pasal 20 Keputusan Bersama Kepala LIPI dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 3719/D/2004 dan
Nomor 60 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor
412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya
menyebutkan bahwa untuk menjamin kualitas profesionalisme
dan pelaksanaan JFP, LIPI berkewajiban menyelenggarakan
diklat serta menyusun kurikulumnya.
Untuk mengejawantahkan pasal tersebut, LIPI menyusun
dan menetapkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 04/H/2008
tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional
Peneliti Berjenjang. Peraturan tersebut menyatakan bahwa
terdapat dua jenjang diklat yang wajib diikuti oleh pejabat
peneliti, yaitu Diklat JFP Tingkat Pertama dan Diklat JFP
Tingkat Lanjutan.
Pedoman,
kurikulum,
dan
aspek
lainnya
dari
penyelenggaraan Diklat Berjenjang disusun berdasarkan uraian
tugas peneliti, standar kompetensi serta mengakomodasi
kebutuhan lembaga penelitian dan pengembangan maupun
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI iii
bersifat standar minimal dan menjadi acuan dalam proses
pembelajaran.
Penulisan modul Diklat JFP Tingkat Pertama dirintis
sejak tahun 2004. Rintisan dimulai dengan diselenggarakannya
Focused Group Discussion
(FGD) tentang isi dan materi yang
akan disampaikan.
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Diklat JFP
Tingkat Pertama serta penyesuaian dengan peraturan JFP
terkini, maka perlu dilakukan
revisi terhadap modul yang ada,
salah satunya adalah modul
Teknik Penulisan Ilmiah Bidang
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
.
Untuk penyempurnaan penulisan revisi, modul ini telah
diseminarkan secara terbatas dengan mengundang narasumber
Prof. Dr. Yekti Maunati, MA. (Puslit Sumber Daya Regional–
LIPI) dan Drs. Masyhuri Imron, MA. (Puslit Kemasyarakatan dan
Kebudayaan-LIPI).
Setelah penulisan modul selesai, penyuntingan bahasa
dilakukan oleh ahli dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan kebudayaan.
Secara
paralel
dilakukan
proses
pendaftaran
International Standard Book Number
(ISBN) sehingga modul
ini merupakan karya nyata yang dapat digunakan sebagai acuan
baik dalam penyampaian materi Diklat JFP Tingkat Pertama
maupun sebagai tambahan pengayaan bagi sivitas ilmiah lainnya.
Akhirnya kepada penulis kami sampaikan ucapan terima
kasih serta penghargaan setinggi-tingginya, atas kerja sama
dalam menyelesaikan modul ini. Harapan kami, modul ini dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan sumber
daya manusia (SDM) peneliti dan memberikan manfaat bagi
pengguna.
Jakarta, 17 Desember 2012
iv Modul DJFP. Tingkat Pertama
E. Saran-Saran Pembelajaran dan Pustaka Pendukung ... 3
SKEMA PB-SATU ... 5
2.2 Nama Penulis dan Alamat Korespondensi ... 20
2.3 Abstrak dan Kata Kunci ... 20
2.4 Pendahuluan ... 21
Pusbindiklat Peneliti - LIPI v
3.3 Kutipan, Catatan Kaki, dan Catatan Belakang ... 41
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 1
A. DESKRIPSI MATA DIKLAT
Mata diklat
Teknik Penulisan Ilmiah (Bidang IPSH)
ini
menguraikan pengertian karya tulis ilmiah (KTI), jenis tulisan
ilmiah (misalnya disertasi, laporan penelitian, makalah seminar,
dst), sistematika penulisan, dan teknik penulisan.
Modul
Teknik Penulisan Ilmiah (Bidang IPS)
terdiri atas
tiga proses belajar (PB), yaitu:
1.
PB-Satu: Mengenal Jenis KTI;
2.
PB-Dua: Mengenal Struktur KTI;
3.
PB-Tiga: Teknik Penulisan KTI.
Setiap PB dan/atau penggalannya diikuti oleh tugas
dan/atau latihan serta tindak lanjutnya. Selain itu, untuk
mempermudah pemahaman, modul ini juga disertai
lampiran-lampiran berupa contoh-contoh tulisan ilmiah.
Jangka waktu pembelajaran untuk materi ini adalah
delapan jam. Pelaksanaannya mencakup kegiatan tatap muka,
dengan metode ceramah, diskusi/tanya jawab selama empat jam.
Sementara itu pelatihan penulisan diselesaikan selama empat
jam.
2 Modul DJFP. Tingkat Pertama
B.
KARAKTERISTIK AKADEMIK
1Berikut adalah karakteristik akademik peserta.
1.
kandidat peneliti;
2.
paling rendah berijazah S-1 segala bidang/ilmu;
3.
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar;
4.
memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik;
5.
mampu mengoperasikan perangkat komputer (
personal
computer
) terutama pengolah kata (
word processing
).
C.
MANFAAT
Dengan memahami teknik penulisan ilmiah, Anda akan
memperoleh masukan berguna, yaitu:
1.
pemahaman tentang bentuk dan struktur suatu tulisan
ilmiah;
2.
pendalaman mengenai pembuatan Judul, Abstrak, Isi, dan
Kesimpulan dari suatu tulisan ilmiah;
3.
penyusunan suatu tulisan ilmiah untuk skala nasional (di
bawah bimbingan);
4.
pemahaman tentang peran penting suatu tulisan ilmiah bagi
pengembangan karier sebagai peneliti.
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharap peserta mampu menguasai
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 3
1.
Kompetensi Dasar
Anda diharapkan dapat menyusun suatu naskah tulisan
ilmiah
berdasarkan
hasil
penelitian
sesuai
dengan
persyaratan. Kriteria tersebut adalah penulisan dan penilaian
seperti tercantum dalam penjelasan tugas akhir dalam modul
ini.
Anda memiliki satu pekan untuk menyelesaikan tulisan
ilmiah tersebut.
2.
Indikator Keberhasilan
Setelah selesai pembelajaran diharapkan peserta mampu:
a.
menjelaskan susunan struktur formal suatu KTI dengan
benar;
b.
menguraikan seluruh struktur formal penulisan suatu
artikel dengan benar.
E.
SARAN-SARAN PEMBELAJARAN DAN PUSTAKA
PENDUKUNG
1.
Saran-saran Pembelajaran
a.
Peserta dianjurkan untuk membentuk tim belajar
b.
Diskusikan kesulitan belajar dengan anggota tim lain
c.
Catatlah semua pertanyaan atau kesulitan yang timbul
sewaktu Anda belajar dan segera tanyakan kepada
fasilitator pada kegiatan tatap muka.
d.
Cobalah berlatih sendiri untuk membuat tulisan dengan
4 Modul DJFP. Tingkat Pertama
2.
Pustaka Pendukung
Selain membaca modul ini, peserta diklat sebaiknya
membaca referensi lain yang relevan, antara lain sebagai
berikut.
Keraf, G. 1997.
Komposisi
. Ende: Nusa Indah.
Koentjaraningrat. 1999.
Metode Penelitian Sosial
. Jakarta:
Gramedia.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 5
Mengenal Jenis KTI
Definisi KTI
Kategori Karya
Tulis
Jenis-jenis KTI
Konsumen KTI
• Laporan Penelitian • Makalah
• Artikel dalam Jurnal Ilmiah • Makalah Singkat
6 Modul DJFP. Tingkat Pertama
P
P
r
r
o
o
s
s
e
e
s
s
B
B
e
e
l
l
a
a
j
j
a
a
r
r
S
S
a
a
t
t
u
u
1.1
KATEGORI KARYA TULIS
Suatu karya tulis dapat dikatagorikan dalam tiga jenis,
yaitu ilmiah, semiilmiah dan popular. Masing-masing karya tulis
itu memiliki ciri-ciri dan teknik penulisan tersendiri.
Perhatikan uraian berikut tentang katagori karya tulis!
Tulisan ilmiah adalah karya tulis tentang satu topik yang
dibuat berdasarkan hasil penelitian atau pengkajian,
tinjauan,
ulasan (review)), kajian dan pemikiran sistematis.
Penelitian
pada umumnya dilakukan dengan pengumpulan dan analisis
data primer dan/atau data sekunder dari lapangan, sedangkan
pengkajian biasanya dilakukan dengan mengandalkan analisis
dokumen dan data sekunder serta studi kepustakaan/
library
research
/
desk research
. Penyajian suatu tulisan ilmiah
berdasarkan sistimatika yang sudah terstandar, atau mengikuti
aturan tertentu yang sudah baku. Tulisan ilmiah biasanya
diterbitkan dalam bentuk buku (monografi atau bunga rampai),
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 7
artikel di jurnal ilmiah. Sasaran tulisan ini adalah masyarakat
ilmiah seperti peserta diklat.
Tulisan semi ilmiah adalah karya tulis tentang suatu topik
yang ditulis berdasarkan hasil penelitian atau kajian dan
ditujukan untuk khalayak yang lebih luas.
Tulisan populer adalah suatu karya tulis tentang satu
topik dengan teknik penulisan yang tidak menggunakan
istilah-istilah atau konsep konsep keilmuan tertentu. Tulisan ini disusun
sedemikian rupa sehingga bisa diikuti oleh pembaca awam.
Biasanya khalayak pembacanya sangat luas. Tulisan ini biasanya
diterbitkan dalam surat kabar, tabloid atau majalah-majalah
populer.
1.2
DEFINISI KTI
Yang dimaksud dengan KTI adalah tulisan hasil
penelitian baik yang berasal dari penelitian lapangan, maupun
studi kepustakaan (kajian) yang akan disebarluaskan untuk
diketahui umum dan diterbitkan oleh suatu badan hukum
(penerbit) atau instansi pemerintah. Dalam Peraturan Kepala
LIPI Nomor: 04/E/2012 yang dimaksud dengan KTI adalah
tulisan hasil Litbang dan/atau tinjauan ulasan (Review), kajian,
dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan
atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Adapun yang
8 Modul DJFP. Tingkat Pertama
dimaksud dengan kaidah ilmiah adalah atueran buku dan
berlaku umum yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan/
Fungsi karya tulis bagi peneliti adalah sebagai
bukti bahwa suatu penelitian sudah selesai dilakukan;
bukti
pertanggungjawaban
kepada
penyandang
dana
(pemerintah atau swasta);
pertanggungjawaban ilmiah kepada kalangan ilmuwan.
Simaklah contoh KTI hasil penelitian lapangan berikut!
Djohan, E. et al. 2003.
Bukittinggi &
Pariwisata;
Perspektif
Ketenagakerjaan
.
Jakarta:
Sinar
Harapan.
(KTI ini adalah hasil penelitian tentang perspektif tenaga kerja di
bidang pariwisata di Propinsi Sumatra Barat).
Data yang dipakai dalam KTI hasil penelitian adalah data
lapangan yang diperoleh dengan suatu teknik/metode penelitian
tertentu.
Kelebihan KTI hasil penelitian lapangan ialah bahwa data
yang dikumpulkan di lapangan adalah data primer yang tentu
saja sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Kelemahan hasil
penelitiannya hanya bisa berlaku untuk daerah yang diteliti saja
dan di samping itu membutuhkan biaya penelitian yang cukup
mahal.
Contoh KTI Hasil Studi Kepustakaan:
Hisyam. M. (ed). 2003.
Krisis Masa Kini
dan Orde Baru.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 9
(KTI ini adalah hasil kajian kepustakaan tentang keadaan sosial
budaya dan politik masa kini dan masa Orde Baru, di Indonesia).
Sumber informasi untuk KTI hasil studi kepustakaan
adalah bahan bahan (dokumen, data sekunder, dan literatur)
yang sudah ditulis oleh orang sebelumnya. Untuk bisa membuat
KTI seperti ini, seorang peneliti harus memeriksa puluhan
bahkan ratusan bahan literatur.
Kelebihan KTI studi kepustakaan, peneliti cukup
memeriksa semua bahan literatur di perpustakaan dan mereka
tidak perlu melakukan penelitian lapangan. Kelemahan studi
literatur adalah bahwa peneliti sukar mendapat informasi yang
dibutuhkan dan data yang tersedia kadang-kadang tidak cocok
dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.
1.3 JENIS-JENIS KTI
Cermati dengan seksama uraian jenis-jenisKTI di bawah ini!
1.3.1
Laporan Penelitian
Laporan penelitian adalah KTI yang merupakan laporan
akhir tugas penelitian yang dilakukan oleh suatu lembaga
penelitian baik negeri maupun swasta (seperti LIPI,
BATAN, LAPAN, Bakosurtanal,
perguruan tinggi, dan
kementerian).
Biasanya penelitian seperti ini dibiayai oleh
sponsor atau disediakan dana anggaran khusus penelitian.
Penulisan laporan penelitian juga harus memenuhi standar
10 Modul DJFP. Tingkat Pertama
1.3.2
Makalah Seminar
Makalah Seminar adalah KTI berupa tulisan hasil
penelitian yang dibuat khusus untuk disampaikan dalam
forum pertemuan ilmiah (seminar, simposium, lokakarya,
koloqium dsb). Makalah seminar biasanya dibuat dalam
jumlah halaman yang terbatas. Bagian yang penting dalam
makalah seminar adalah permasalahan, metode, dan hasil
penelitian.
1.3.3
Makalah Lengkap
dalam Majalah Ilmiah
/Jurnal
Makalah di majalah ilmiah adalah KTI yang dibuat secara
singkat yang bersumber dari hasil penelitian atau kajian
dan diterbitkan dalam
majalah
ilmiah.
Makalah
yang
dimuat di majalah biasanya juga berasal dari makalah
seminar, yang sudah diedit dan/atau ditulis kembali.
Makalah lengkap juga dapat didefinisikan sebagai tulisan
ilmiah yang disusun berdasarkan analisis dan sintesis data
hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (
review
), kajian,
dan pemikiran sistematis yang belum pernah ditulis dan
dipublikasikan oleh orang lain serta topik yang dibahas
berupa topik baru yang menambah informasi baru
dan/atau memperkuat temuan/topik sebelumnya.
1.3.4
MakalahSingkat/
Komunikasi
Pendek/
Working
Paper
/
Occassional Paper
Makalah singkat adalah KTI yang berisi laporan penelitian
secara singkat.
Makalah singkat ini sering juga disebut
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 11
pendek. Menurut peraturan Kepala LIPI No. 04/E/2012
yang dimaksud dengan komunikasi pendek adalah KTI
pendek yang memuat informasi penting dan memiliki nilai
ilmiah tinggi serta perlu segera diketahui oleh dunia
Litbang atau dapat juga berupa laporan awal yang ringkas
dan independen serta berkontribusi secara signifikan dan
relevan untuk dipublikasikan atau tulisan sederhana, tetapi
lengkap dengan maksud untuk menjelaskan hasil dari
investigasi suatu masalah atau penjelasan mengenai
model/hipotesis baru, inovasi metode, teknik, atau
peralatan.
1.3.5
Laporan Eksekutif
Laporan Eksekutif, adalah laporan ringkas yang dibuat
khusus untuk pengambil keputusan. Isinya berupa
kesimpulan
penelitian
dan
saran-saran
yang
diformulasikan dari kesimpulan.
1.3.6
Skripsi/Tesis/Disertasi
Skripsi, Tesis, dan Disertasi adalah KTI berupa tugas akhir
setelah melalui suatu proses pendidikan formal di
perguruan tinggi. Skripsi adalah
karangan ilmiah sebagai
tugas akhir dan persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana pada tingkat pendidikan strata satu (S1), tesis
adalah KTI untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S2);
sedangkan karangan ilmiah yang ditulis untuk disertasi
12 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Ketiga KTI tersebut dibuat untuk konsumsi perguruan
tinggi atau masyarakat ilmiah pada umumnya. Cara
penulisan KTI ini harus memenuhi patokan-patokan
terstandar, baik dalam bahasa, organisasi penyajian (urutan
dan susunan bagian-bagian), dan teknis penyajian (cara
mengutip, menulis daftar pustaka, menulis catatan kaki,
dan sebagainya).
Perbedaan utama antara ketiganya
terutama terletak pada tingkat kedalaman /ketajaman
analisis dan interpretasi data serta komprehensivitas dari
dan metodologi yang digunakan.
Jenis-jenis KTI lainnya menurut Peraturan Kepala LIPI
nomor 04/E/2012 adalah monografi, kajian kebijakan, makalah
kebijakan, buku ilmiah dan bunga rampai yang selanjutnya dapat
didefinisikan sebagai berikut.
Monografi adalah KTI hasil litbang yang detail pada sebuah
topik/subjek dengan tingkat pembahasan yang mendalam
dan/atau mengaitkan melalui berbagai pendekatan keilmuan
serta ditulis dalam satu format publikasi yang cukup tebal,
secara khusus dipublikasikan untuk satu topik tersebut,
biasanya sebagai ”terbitan khusus yang berurut” dari suatu
penerbit majalah ilmiah/jurnal.
Kajian Kebijakan adalah tulisan yang dibuat atas respon
terhadap suatu kebijakan tertentu/khusus yang dikeluarkan
oleh suatu instansi pemerintah/nonpemerintah dengan
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 13
pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang terkait atas
kebijakan yang dibuat serta bagi masyarakat umum.
Makalah Kebijakan adalah tulisan mengenai isu kontemporer
yang memberikan alternatif kebijakan yang didukung oleh
analisis tajam terhadap berbagai keluaran (
output
) yang
dihasilkan dan sebagai informasi masukan (
input
) untuk
membuat keputusan atas suatu kebijakan, baik terhadap
kebijakan yang telah ada maupun kebijakan baru yang
dianggap penting.
Buku Ilmiah adalah KTI dengan pembahasan mendalam
tentang masalah kekinian suatu keilmuan dengan merangkup
hasil-hasil penelitian yang terbaru dengan menekankan pada
aspek teori, panduan penjelasan filosofis atas suatu langkah
panduan atau suatu bentuk kajian yang dicetak dalam format
buku serta susunan dalam bagian per bagian atau bab per bab
yang dibuat secara berkesinambungan dan bertautan.
Bunga rampai adalah kumpulam KTI dengan satu topik
permasalahan dengan pendekatan dari beberapa aspek/sudut
pandang keilmuan. Masing-masing bab dpat berdiri sendiri
dengan susunan KTI lengkap dan ada benag merah yang
mengkaitkan keseluruhan bab. KTI yang dikeluarkan dalam
bentuk bungan rampai mempunyai makna yang mandiri dan
jelas.
Prosiding adalah kumpulan KTI yang diterbitkan sebagai
hasil suatu pertemuan ilmiah.
14 Modul DJFP. Tingkat Pertama
1.4
KONSUMEN KTI
Beberapa pihak yang berkepentingan atas KTI, yaitu:
Masyarakat Ilmiah, yaitu kalangan akademisi (pengajar,
peneliti, mahasiswa) di universitas atau lembaga pendidikan
tinggi serta para peneliti dan tenaga ahli yang ada di berbagai
lembaga penelitian;
Sponsor Penelitian adalah suatu lembaga atau perorangan
yang memberikan dana untuk suatu kegiatan penelitian;
Masyarakat Umum adalah publik atau masyarakat banyak
yang bisa dicapai oleh media massa maupun pembaca
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 15
L
L
a
a
t
t
i
i
h
h
a
a
n
n
1:
1
(Anda boleh menggunakan lembar kertas terpisah untuk
menjawab seluruh Latihan 1 ini).
Jawablah dengan singkat dan benar !
Katagori karya tulis, yaitu: 1 …….…… 2 …….……, 3 ………….…
Tulisan ilmiah yang biasanya ada di lembaga pendidikan tinggi
adalah 4 ……….…....……... 5 ………...…………..., 6 ………...………...
Konsumen utama hasil penelitian yang dilakukan oleh
lembaga penelitian atau universitas adalah 7 .…………...………...
Laporan 8 ………... adalah untuk dibaca oleh para
pengambil kebijakan. Tulisan yang dibuat secara ringkas dari satu
hasil penelitian dan disampaikan dalam suatu pertemuan ilmiah
disebut 9 ………...
Artikel ilmiah yang tidak begitu panjang biasanya
dipublikasikan dalam 10 ………...
Sumber dana untuk laporan penelitian berasal dari 11 …………...
Karya tulis yang berupa 12 ………..., dapat juga dimuat
dalam jurnal ilmiah setelah ditambah dan di edit.
16 Modul DJFP. Tingkat Pertama
R
R
i
i
n
n
g
g
k
k
a
a
s
s
a
a
n
n
:
KTI adalah tulisan hasil penelitian baik yang berasal dari
penelitian lapangan maupun studi kepustakaan (kajian),
tinjauan
ulasan (reviu), kajian dan pemikiran sistematis
yang akan
disebarluaskan untuk diketahui umum dan diterbitkan oleh
suatu badan hukum (penerbit) atau instansi pemerintah.
Jenis
KTI untuk perguruan tinggi
terutama
berupa
skripsi,
tesis,
dan
disertasi.
Untuk
lembaga
litbang
pemerintahan, KTI
pada umumnya
berupa laporan penelitian,
makalah seminar
, makalah
di majalah ilmiah,
working paper
,
makalah singkat, laporan eksekutif,
monografi, buku ilmiah,
bunga rampai, prosiding, kajian kebijakan, makalah kebijakan
dan makalah lengkap.
Konsumen KTI terutama adalah masyarakat ilmiah dan
sponsor penelitian, tetapi bisa juga masyarakat umum yang
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 17
Tindak lanjut
1.
Jika Anda, perorangan, dapat menjawab
seluruhnya
benar untuk
L
atihan 1
, serta telah mengerjakan tugas
tim
dengan
nilai A
atau B,
maka Anda dapat langsung mempelajari ke PB-2.
Selamat!!
2.
Jika Anda perorangan dapat menjawab benar
seluruh
Latihan 1,
tetapi
tim
Anda memperoleh
nilai C
untuk salah satu tugasnya,
Anda secara pribadi diperkenankan untuk melanjutkan PB-2.
Akan tetapi, Anda dapat berdiskusi terlebih dahulu dengan
anggota tim lain mengenai kesulitan teman Anda, serta cobalah
berkonsultasi dengan fasilitator.
3.
Jika Anda, perorangan hanya dapat menjawab
Latihan 1
sebanyak
lima
s.d. enam soal
dengan
benar
, dan
tim
Anda
memperoleh
nilai A atau B
untuk tugasnya, maka Anda
dianjurkan untuk
mengulang subbagian
modul yang dianggap
sulit
. Cobalah minta bantuan fasilitator.
4.
Jika Anda, perorangan hanya dapat menjawab
Latihan 1
sebanyak
lima
s.d. enam soal
dengan
benar
, dan
tim
Anda
memperoleh
nilai C
untuk tugasnya, maka Anda dan tim Anda
dianjurkan
mengulang kembali
seluruh materi. Jangan segan
untuk bertanya kepada fasilitator.
5.
Segeralah cek hasil belajar Anda!
18 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Struktur KTI
Abstrak
Judul
Input: Masalah dan Tujuan Penelitian
Proses:
• Tinjauan Pustaka • Metode Penelitian • Hasil & Pembahasan
Output:
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 19
P
P
r
r
o
o
s
s
e
e
s
s
B
B
e
e
l
l
a
a
j
j
a
a
r
r
Du
D
ua
a
Sistematika KTI berikut terutama adalah untuk jenis makalah
2.1
JUDUL
Judul karya tulis ilmiah (KTI) ibarat nama bagi
seseorang. Oleh karena itu judul harus dibuat menarik, singkat,
padat, dan jelas serta menggambarkan isi dengan mencakup
variabel-variabel utama yang dibahas dalam KTI tersebut. Judul
KTI juga dapat diibaratkan seperti baju atau jaket. Oleh karena
itu hindari pembuatan judul yang terlalu sempit atau terlalu
longgar ketimbang isi. Hindari juga kata penelitian, kajian, studi,
analisis, dan lain-lain kecuali kata tersebut merupakan pokok
bahasan. Misalnya, studi kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir di Gunung Muria. Jumlah kata dalam judul maksimal
terdiri dari 17 buah. Nama instansi/lembaga atau organisasi
seperti Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan lain-lain dianggap satu kata.
2Contoh: a. Dampak Sosial Ekonomi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri; b. Benang Merah
20 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Agama, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan; dan c.
Aksesibilitas Nelayan terhadap Kredit Usaha Rakyat.
2.2
NAMA PENULIS DAN ALAMAT KORESPONDENSI
Hanya peneliti yang memiliki kontribusi signifikan dalam
suatu tulisan yang berhak mendapatkan sebutan sebagai penulis,
baik dalam bentuk pengumpulan dan analisis data, membuat
proposal/rancangan penelitian dan menulis laporan. Alamat
yang dimaksudkan adalah institusi tempat penulis bekerja. Hal
ini terkait dengan kompetensi, tanggung jawab, afiliasi, dan
konsekuensi yuridis yang akan diemban oleh lembaga tempat
penulis bekerja. Nama Penulis, alamat kantor, dan pos el harus
dicantumkan guna memudahkan korespondensi antara dewan
redaksi dan/atau stafnya dengan penulis tentang hal-hal yang
masih harus diperbaiki, sebelum KTI dinyatakan layak terbit atau
ditolak. Nama dan alamat tersebut juga diperlukan bagi pembaca
yang ingin berkorespondensi dengan penulis bila KTI tersebut
telah diterbitkan.
2.3
ABSTRAK DAN KATA KUNCI
Abstrak merupakan uraian singkat tentang keseluruhan
isi KTI, sehingga harus memuat empat hal: latar belakang,
permasalahan/ tujuan penelitian, metode penelitian, dan
temuan-temuan penting berupa kesimpulan dan saran (kalau
ada). Lawan kata dari abstrak adalah konkret sehingga narasinya
tidak perlu ada rincian, argumentasi dan penjelasan. Abstrak
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 21
250 kata dalam bahasa Indonesia atau 200 kata dalam bahasa
Inggris, sedangkan kata kunci terdiri dari beberapa variabel
penting, paling banyak terdiri dari tujuh kata. Penulisan abstrak
dan kata kunci dalam bahasa Inggris menggunakan huruf miring.
2.4
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan KTI pada umumnya mencakup latar
belakang, perumusan masalah, dan/atau tujuan serta kegunaan
penelitian (bila perlu):
2.4.1
Latar Belakang
Bagian ini memuat tentang latar belakang dilakukan
penelitian, berupa ilustrasi kondisional dan situasional
mengenai fenomena yang sedang berlangsung sebagaimana
diamati oleh peneliti,
2termasuk alasan pentingnya
penelitian tersebut dilakukan. Untuk itu, idealnya pada
bagian ini perlu dikemukakan data dan informasi mutakhir
serta hasil-hasil studi terdahulu hingga terkini (
state of the
art
) yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Tujuan
utama dari pemaparan data dan informasi mutakhir di sini
adalah dalam rangka menemukan masalah penting yang
layak untuk diteliti baik dari segi aktualitas maupun
relevansinya. Aktual, artinya masalah yang diteliti belum
usang dan unik. Relevan, artinya masalah yang ingin diatasi
diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan atau
22 Modul DJFP. Tingkat Pertama
2.4.2
Perumusan Masalah
Perumusan masalah itu mencakup dua hal yakni
mengemukakan pokok permasalahan dan merumuskan
pertanyaan
penelitian
atau
research
question
.
Permasalahan penelitian itu mencakup inti persoalan yang
akan diteliti dan merupakan
starting point
suatu proses
kegiatan penelitian. Ibarat mendiagnosa jenis penyakit
seorang pasien, upaya untuk mengidentifikasi pokok
permasalahan penelitian itu seringkali bukanlah pekerjaan
yang mudah. Akan tetapi melalui penelusuran literatur
pada bagian latar belakang (
state of the art
) diharapkan
pokok permasalahan penelitian tersebut dapat dirumuskan
dengan jelas. Ada satu kata kunci untuk membantu
mempercepat identifikasi pokok permasalahan, yaitu
gap
atau kesenjangan. Jelasnya, pokok permasalahan ini dapat
diidentifikasi karena adanya
gap
atau kesenjangan antara
teori dan praktek, antara harapan dan kenyataan, antara
target dan realisasi antara
das sein
dan
das sollen.
3Pokok
permasalahan terkait perlu dikemukakan dalam bentuk
kalimat pernyataan
dan harus dikaitkan dengan ramah
ilmu pengetahuan
.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 23
Setelah berhasil mengidentifikasi pokok permasalahan,
maka perlu dilanjutkan dengan merumuskan pertanyaan
penelitian atau
research question.
Pertanyaan penelitian
adalah pertanyaan yang jawabannya hanya bisa diperoleh
melalui penelitian dan dirumuskan dengan menggunakan
salah satu atau beberapa kata dari “
seven magic words
”
yakni
what
(termasuk
to what extent
)
, why, where, when,
which, who
dan
how
(termasuk
how much, how many,
how far
). Walaupun demikian, tidak setiap pertanyaan
yang diawali dengan salah satu dari ketujuh kata ajaib itu
dapat
dikategorikan
sebagai
pertanyaan
penelitian.
Misalnya: dimana Anda dilahirkan, kapan kemerdekaan
Indonesia diproklamasikan, dll. Pertanyaan semacam ini
bisa dijawab secara langsung tanpa melalui proses
penelitian yang panjang dan berbiaya mahal sehingga tidak
dapat dikategorikan sebagai pertanyaan penelitian.
Berikut adalah beberapa contoh perumusan pokok
permasalahan dalam bidang sosial dan humaniora: 1)
permasalahan hak waris anak dari hasil pernikahan siri
menurut hukum adat, hukum positif dan hukum Islam; 2)
ketegangan gender dalam puisi mutakhir Indonesia; 3)
Komplikasi
kewenangan
Jaksa
Agung
dalam
mengesampingkan tindak pidana korupsi; 4) semakin
maraknya
peredaran
dan
penyalahgunaan
narkoba
merupakan cerminan dari keresahan jiwa dan kehampaan
24 Modul DJFP. Tingkat Pertama
yang dirancang pemerintah untuk memberdayakan
usaha-usaha kecil ternyata belum menjangkau nelayan tangkap; 6)
secara teoritis, pemilukada langsung diharapkan dapat
meminimalkan peluang terjadinya korupsi oleh pejabat
daerah tetapi dalam kenyataannya justru menumbuh
suburkannya; 7) nelayan kecil dianggap tidak
bankable
oleh
pihak perbankan karena dianggap tidak mempunyai
penghasilan yang teratur dan persyaratan lainnya seperti
agunan,
modal,
karakter
dan
lain-lain
sehingga
diperkirakan tidak akan mampu mengembalikan pinjaman
secara teratur/bulanan. Dalam kenyataannya, nelayan
ternyata bisa memperoleh kepercayaan dari pihak non bank
meskipun tidak punya agunan, penghasilan secara teratur
dan persyaratan lainnya. Nelayan ternyata juga bisa
mengembalikan pinjaman kepada pemodal individual
meskipun tidak diangsur secara bulanan. Dengan demikian
permasalahan kecilnya akses nelayan terhadap permodalan
dari perbankan adalah karena tidak adanya skim kredit
atau pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik usaha
nelayan.
Dari pokok permasalahan sebagaimana teridentifikasi pada
contoh
7,
selanjutnya dapat dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian atau
research question
sebagai
berikut. 1) Bagaimana karakteristik usaha, perilaku sosial
dan budaya nelayan dalam usaha perikanan tangkap? 2)
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 25
bagaimana pola pembiayaannya? 3) Bagaimana model
pembiayaan bagi lembaga keuangan formal yang sesuai
dengan karakteristik usaha, perilaku sosial dan budaya
nelayan?
2.4.3
Tujuan
Tujuan penelitian adalah
output
yang akan dihasilkan dari
penelitian. Tujuan penelitian dirumuskan dari pertanyaan
penelitian. Perbedaannya adalah pertanyaan penelitian
dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sedangkan tujuan
penelitian berbentuk pernyataan. Dengan demikian
keduanya adalah identik tetapi tidak sama, ibarat dua sisi
dari satu mata uang yang sama.
2.4.4
Manfaat
Ada dua manfaat yang diharapkan dari KTI, yaitu
kontribusinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan
(
knowledge contribution
) dalam bentuk teori, dalil, atau
hukum; dan atau kontribusinya dalam memberikan
masukan dalam pengambilan keputusan, perumusan
26 Modul DJFP. Tingkat Pertama
kebijakan (
Policy Contribution
) atau pemecahan masalah
praktis
(
Problem
Solving
).
3,4Kontribusinya
dalam
pengembangan ilmu nantinya dapat dilihat pada bagian
kesimpulan, sedangkan manfaat praktisnya dapat diketahui
dari saran atau rekomendasi kebijakan yang dikemukakan.
4Selain kedua jenis manfaat tersebut, KTI terkadang
memberikan kontribusi dalam bentuk temuan baru dalam
bidang metode, model atau proses. Kontribusi semacam ini
disebut dengan
methodology contribution
. KTI juga bisa
memberikan kontribusi dalam bentuk, bahan evaluasi dan
kurasi.
2.5
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk mencari
dasar-dasar teoritis, konsep maupun hasil penelitian yang relevan yang
diharapkan bisa dijadikan sebagai pisau analisis untuk
memahami permasalahan atau menjawab pertanyaan penelitian.
2.5.1
Teori/Konsep
Teori atau konsep yang perlu digali dari tinjauan pustaka
ini adalah teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dan
bisa membantu dalam memahami persoalan penelitian.
Teori-teori atau konsep-konsep yang ada juga perlu dikritisi
keunggulan dan kelemahannya masing-masing dalam
konteks
penelitian
yang
dilakukan
sehingga
bisa
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 27
teori atau konsep tertentu sebagai dasar pijakan dalam
penelitian tersebut.
2.5.2
Penelitian Terdahulu
Dalam tinjauan pustaka ini juga perlu diungkapkan
hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menggunakan teori atau
konsep tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
posisi dan keunikan penelitian yang sedang dilakukan
dalam kancah penelitian sejenis.
2.5.3
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelusuran teori atau konsep dan hasil
penelitian terdahulu tersebut diharapkan dapat dibangun
suatu kerangka pemikiran yang jelas tentang hubungan
antar variabel yang diteliti, yang selanjutnya dapat
dikemukakan dalam bentuk model, yaitu: model skematik/
bagan, model input – proses-output, atau model
simbolik/matematis.
5Untuk penelitian yang bersifat
kualitatif
kemukakan beberapa variabel dan indikator
penting yang digunakan dalam penelitian. Kerangka
28 Modul DJFP. Tingkat Pertama
pemikiran tersebut merupakan argumentasi yang dibuat
oleh penulis sendiri (bukan buatan orang lain) dalam
rangka perumusan hipotesis.
2.5.4
Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah disusun, selanjutnya
dapat dirumuskan hipotesis atau jawaban sementara
terhadap beberapa pertanyaan penelitian. Dalam hal ini ada
pertanyaan
yang
memerlukan
hipotesis,
tetapi
kemungkinan juga ada pertanyaan yang belum atau tidak
memerlukan hipotesis. Hipotesis yang merupakan jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian tersebut harus
dirumuskan dalam bentuk: 1) penjelasan hubungan
antarvariabel atau faktor, dan 2) dapat diuji secara empiris.
2.6
METODE PENELITIAN
2.6.1
Pendekatan
Pendekatan penelitian biasanya mengacu pada disiplin ilmu
yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian,
seperti ilmu ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi,
komunikasi, ilmu hukum, sejarah, sastra dan lain-lain.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 29
Semakin spesifik pendekatan disiplin ilmu yang digunakan,
semakin baik. Dalam disiplin ilmu ekonomi misalnya, dapat
digunakan pendekatan sejarah ekonomi, ekonomi industri,
ekonomi kelembagaan, ekonomi syariah dan lain-lain. Hal
ini penting dikemukakan terutama untuk penelitian yang
bersifat multidisipiliner atau interdisipliner.
2.6.2
Koleksi dan Sumber Data
Guna menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan
penelitian dengan tepat maka perlu dikemukakan teknik
pengumpulan data yang digunakan. Bila pertanyaan
penelitiannya tentang apa (
what
) atau berapa banyak (
how
much
), atau pada tingkat apa (
to what extent
) maka
penelitiannya bersifat kuantitatif, sehingga instrumen
pengumpulan data yang tepat adalah kuesioner, jajak
pendapat/
pooling
, atau angket. Apabila pertanyaan
penelitiannya tentang mengapa (
why
) atau bagaimana
(
how
) maka penelitiannya bersifat kualitatif sehingga
instrumen pengumpulan data yang sesuai untuk itu adalah
melalui wawancara mendalam, observasi, dan atau
Focus
Group Discussion
(FGD).
6Bila penelitiannya bersifat
kuantitatif perlu disebutkan teknik sampling dan jumlah
serta
persentase
sampelnya
dari
populasi.
Bila
penelitiannya bersifat kualitatif, maka sewaktu masuk
dalam bagian hasil dan pembahasan perlu disebutkan siapa
narasumber atau informan kuncinya. Jika nara sumber
30 Modul DJFP. Tingkat Pertama
dicantumkan nama inisialnya atau gunakan nama orang
lain yang sama sekali berbeda dengan nama nara sumber
aslinya. Bila datanya bersifat sekunder, perlu disebutkan
sumbernya baik berupa hasil penelitian, jurnal, buku,
dokumen dan atau instansi yang mengeluarkan data
tersebut.
2.6.3
Teknik Analisis
Dalam suatu penelitian biasanya digunakan teknik analisis
kualitatif atau analisis kuantitatif tetapi tidak menutup
kemungkinan menggunakan kedua-duanya, tergantung
pada pertanyaan penelitiannya. Jika pertanyaannya
penelitiannya merupakan gabungan dari
what
atau
how
much
dan
why
atau
how
, maka jelas diperlukan teknik
analisis kuantitatif dan kualitatif karena setiap pertanyaan
penelitian memerlukan teknik analisis yang sesuai.
2.6.4
Lokasi dan Waktu
Sebutkan lokasi penelitian dan alasan pemilihannya serta
kapan penelitian tersebut dilakukan.
2.7 HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistematika hasil dan pembahasan sebaiknya mengacu
pada
temuan hasil penelitian kajian berdasarkan
pertanyaan atau
tujuan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan tidak
keluar dari pertanyaan atau tujuan penelitian yang telah
dirumuskan sebelumnya karena pada hakikatnya hasil dan
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 31
penelitian berdasarkan data dan fakta empiris yang ditemukan di
lapangan atau studi kepustakaan dengan pisau analisis teori-teori
dan atau konsep-konsep serta hasil penelitian yang relevan.
Mengacu pada contoh pertanyaan penelitian yang dikemukakan
sebelumnya maka sistematika penelitian pada bagian hasil dan
pembahasan ini adalah sebagai berikut.
Karakteristik usaha, perilaku
sosial,
dan budaya nelayan
dalam usaha perikanan tangkap.
Sumber dan Pola Pembiayan Nelayan
Model Pembiayaan yang Sesuai dengan Karakteristik
Usaha Nelayan
Hasil dan pembahasan ini pada umumnya terdiri dari tiga
aspek yaitu deskripsi tentang data, analisis hasil penelitian, dan
pembahasan atau interpretasi hasil analisis. Dalam KTI,
ketiganya biasanya dilakukan secara simultan tetapi bisa juga
dilakukan secara terpisah dan bertahap. Apabila pembahasan
dilakukan secara simultan, maka data yang ditampilkan sekaligus
dianalisis dan diinterpretasikan. Jika datanya berupa opini atau
persepsi individu yang digali dari wawancara mendalam dan atau
opini/persepsi kelompok yang digali dari FGD maka beberapa
pernyataan penting dari narasumbernya harus dikutip, kalau
perlu sesuai dengan kalimat aslinya, yang selanjutnya perlu
dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan kerangka pemikiran
32 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Kedalaman analisis dan ketajaman interpretasi sangat
dipengaruhi oleh teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu serta
jumlah daftar pustaka yang benar-benar dijadikan acuan dalam
penelitian. Semakin banyak teori atau konsep dan hasil
penelitian yang relevan yang dijadikan acuan maka semakin
dalam analisis dan semakin tajam pula interpretasi terhadap data
yang disajikan. Sebaliknya semakin sedikit acuan kepustakaan
yang digunakan maka hampir tidak dapat dihindari bahwa
analisis dan interpretasi terhadap data terasa dangkal dan kurang
tajam, bahkan seringkali hanya mampu menarasikan data dalam
tabel saja. Hal ini jelas perlu dihindari. Apabila ini yang terjadi,
hampir dapat dipastikan draf KTI akan ditolak oleh dewan
redaksi jurnal ilmiah. Oleh karena itu dalam jurnal ilmiah
tertentu, seringkali disebutkan jumlah daftar pustaka minimal
dari KTI, misalnya 20 buah.
2.8
PENUTUP
2.8.1
S
impulan
S
impulan adalah pernyataan-pernyataan yang merupakan
jawaban
langsung
terhadap
pertanyaan
penelitian
berdasarkan interpretasi peneliti terhadap data dan hasil
analisis. Simpulan yang baik tidak melenceng dari
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 33
pertanyaan atau permasalahan pokok penelitian. Oleh
karena itu sistematika penyusunan kesimpulan sebaiknya
mengacu kepada pertanyaan atau tujuan penelitian,
sehingga jumlah simpulan mestinya sama dengan jumlah
pertanyaan atau tujuan penelitian.
Simpulan yang
dirumuskan dari hasil analisis disebut dengan kesimpulan
khusus, sedangkan kesimpulam umum adalah hasil
generalisasi atau keterkaitan serupa di wilayah lain yang
dibaca dari publikasi terdahulu.
2.8.2
Saran
Saran adalah usul dan rekomendasi yang disampaikan oleh
peneliti berdasarkan hasil penelitiannya. Saran-saran itu
bisa bersifat teoritis/akademik ataupun bersifat aplikatif/
policy
. Bila sarannya bersifat aplikatif, maka harus
dikemukakan secara jelas kepada siapa atau lembaga apa
saran tersebut ditujukan. Rumusan saran tersebut juga
harus bersifat operasional atau dapat diimplementasikan
dengan langkah konkrit. Ide-ide yang dikemukakan dalam
saran atau rekomendasi juga sudah harus muncul pada
waktu
peneliti
melakukan
analisis
pembahasan,
berdasarkan teori, konsep atau pengalaman empiris yang
telah teruji. Perlu dihindari adanya saran-saran yang
tiba-tiba muncul, tanpa didahului dengan pembahasan pada
34 Modul DJFP. Tingkat Pertama
2.9
UCAPAN TERIMA KASIH (Opsional)
Disadari bahwa ada beberapa pihak yang secara langsung
maupun
tidak
langsung
memberikan
kontribusi dalam
melakukan penelitian dan penyusunan KTI, maka dari segi etika
sudah seharusnya peneliti mengungkapkan rasa terima kasihnya
secara eksplisit dengan menyebutkan beberapa orang atau pihak
yang
telah
membantu
terselenggaranya
penelitian
dan
terwujudnya KTI tersebut. Apalagi bila KTI tersebut diangkat
dari suatu hasil penelitian yang dilakukan secara berkelompok
maka penulis KTI harus mendapatkan persetujuan dari peneliti
lainnya.
2.10 DAFTAR PUSTAKA
Penulisan daftar pustaka adalah merupakan satu hal yang
penting dalam penulisan KTI. Daftar pustaka adalah daftar
literatur yang dipakai peneliti sebagai rujukan pada penulisan
laporan penelitian. Daftar Pustaka berfungsi:
agar pembaca tahu sumber sumber literatur;
agar pembaca bisa mencari sumber aslinya jika diperlukan;
untuk ungkapan terima kasih kepada penulis bahwa
karangannya diambil sebagai salah satu sumber literatur.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
nama pengarang;
tahun terbit publikasinya;
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 35
tempat terbit dan penerbit (dengan versi yang berbeda, untuk
jurnal atau berkala).
2.11
LAMPIRAN (Opsional)
Lampiran biasanya berisi data atau informasi yang
dianggap penting dan perlu tetapi bila dimasukkan dalam bagian
utama KTI justru akan mengganggu terutama dari aspek
substantif.
Faktor Penting:
Ada dua faktor penting yang harus selalu diperhatikan oleh peneliti sewaktu menulis KTI. Pertama, peneliti itu mempunyai watak jujur dan teliti. Kejujuran tersebut harus tercermin dalam KTI seperti: a) Seluruh data dan informasi yang tertuang dalam KTI adalah benar dan akurat; tidak ada yang direkayasa , serta disebutkan sumbernya dengan jujur dan benar; b) Draft KTI sebelum dikirimkan ke Sekretariat Jurnal Ilmiah harus dibaca secara teliti dan berulang-ulang sampai penulis yakin bahwa tidak ada lagi masalah yang bersifat teknis redaksional menurut kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga Dewan Redaksi hanya terfokus pada aspek substansi sewaktu membaca naskah tersebut. Kedua, sistematika adalah salah satu unsur penting dalam KTI. Oleh karena itu, sebelum draft KTI dikirimkan ke jurnal ilmiah, perlu diteliti ulang apakah sudah ada benang merah sistematika yang logis dan runtut antar. judul pertanyaan/tujuan penelitian, metodologi, hasil, dan pembahasan serta simpulan dan saran.
36 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Latihan 2.
A. Jawablah dengan singkat dan benar!
1. Unsur apa saja yang harus ada dalam suatu abstrak KTI?
2. Dalam perumusan masalah terkandung dua aspek, yaitu pokok
permasalahan dan pertanyaan penelitian. Apa perbedaan antara ke
duanya?
3. Apa perbedaan fungsi dari tinjauan teori, konsep dan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan, yang ada pada bagian: a) Latar
Belakang, b) Tinjauan Pustaka, c) Hasil dan Pembahasan ?
4. Pada bagian yang mana, knowledge contribution itu dapat diketahui dari KTI?
5. Apa fungsi daftar pustaka dalam KTI?
B. Isilah titik-titik pada kalimat di bawah ini dengan benar !
Abstrak merupakan uraian singkat tentang keseluruhan isi KTI
sehingga harus memuat empat hal, yaitu 1)………..
2)………..………, 3)……….………, dan 4)………..
Ada satu kata kunci yang dapat digunakan untuk membantu
mempercepat proses identifikasi pokok permasalahan penelitian, yaitu
gap atau kesenjangan, yakni kesenjangan antara teori dan 5)………., harapan dan 6)………, target dan 7) ………, serta
antara 8)………….. dan das sollen. Dalam setiap KTI diharapkan mampu memberikan manfaat dalam bentuk: 9)………, dan/atau 10)
…………..… dan atau 11) ……….
Kerangka pemikiran dapat dikemukakan dalam bentuk model, yaitu
12). ………..., 13) ……….………….., dan 14)……….
Instrumen penelitian kuantitatif adalah 15) …………..……..………., 16)
………..………., dan 17) ………….…………. Sedangkan instrumen
penelitian kualitatif adalah 18) ………, 19)………..,
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 37
Ringkasan
Sistematika KTI terutama dalam bentuk makalah lengkap
untuk jurnal, secara umum terdiri dari beberapa bagian:
Bagian satu: Judul, nama penulis dan alamat korespondensi, serta
abstrak dan kata kunci.
Bagian dua: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat.
Bagian tiga: Tinjauan pustaka yang terdiri dari teori/konsep,
penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran sera
hipotesis.
Bagian empat: Metode Penelitian yang terdiri dari pendekatan, koleksi
dan sumber data, teknik analisis serta lokasi dan waktu.
Bagian lima: Hasil dan Pembahasan.
Bagian enam: Penutup yang terdiri simpulan dan saran, serta ucapan
terima kasih.
Bagian tujuh: Daftar Pustaka dan Lapiran.
Penerapan sistematika KTI tersebut dalam bentuk makalah
lengkap dan atau jenis KTI lainnya bisa fleksibel dan menyesuaikan
38 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Tindak lanjut
1.
Jika Anda, perorangan, dapat menjawab seluruhnya untuk
Latihan 2A dan 16 – 20 soal dari Latihan 2B, maka Anda
dinyatakan berhasil telah menguasai materi modul ini. Selamat!!
2.
Jika Anda, perorangan, dapat menjawab benar tiga s.d. empat
soal dari latihan 2A dan 12 – 14 soal dari Latihan 2B, maka
Anda dianjurkan untuk mengulang materi yang dianggap sulit
dari PB-2 ini. Cobalah berkonsultasi dengan fasilitator.
3.
Jika Anda, perorangan, menjawab benar dua soal dari latihan 2A
serta hanya sepuluh soal atau kurang dari Latihan 2B dengan
benar, maka Anda dianjurkan untuk mengulang kembali seluruh
materi PB-2 ini. Cobalah berdiskusi dengan fasilitator agar
Anda dapat mengatasi kesulitan belajar!
4.
Segeralah cek hasil belajar Anda!
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 39
Teknik Penulisan
KTI
Ejaan dan Tanda Baca
Kalimat dan Paragraf
Kutipan, Catatan Kaki, dan Catatan Belakang
Teknis Format
Penyajian Visual
40 Modul DJFP. Tingkat Pertama
m
m
a
a
P
P
r
r
o
o
s
s
e
e
s
s
B
B
e
e
l
l
a
a
j
j
a
a
r
r
T
T
i
i
g
g
a
a
Segi-segi teknis penulisan KTI biasanya berkaitan dengan
tata tulis yang perlu diindahkan para peneliti. Tata tulis itu
lazimnya sudah sangat teknis misalnya bagaimana format
menulis judul, membuat tabel dan sebagainya. Tata tulis juga
harus mengikuti pedoman yang sudah dibuat oleh jurnal ilmiah
terakreditasi yang diharapkan akan memuat KTI yang diusulkan
leh penulis.
Untuk para kandidat peneliti yang sekarang mengikuti
diklat, maka hal yang mau dijelaskan dalam tata tulis adalah:
Teknis format
Ejaan dan tanda baca
Kutipan, catatan kaki, dan catatan belakang
Kalimat dan paragraph (alinea)
Penyajian visual
Daftar pustaka
Judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, tinjauan pustaka, metode
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 41
3.1
TEKNIS FORMAT
Teknis format laporan penelitian biasanya menggunakan
ukuran kertas yang standar (A4 atau quarto). Huruf yang sudah
umum dipakai adalah times new roman/arial dengan font 12,
sedangkan margin kertas biasanya juga ditentukan. Apabila tidak
ada pedoman tentang itu, maka peneliti bisa membuatnya
dengan aturan sendiri, yang penting konsisten dan sama.
3.2
EJAAN DAN TANDA BACA
Penggunaan ejaan dan tanda baca juga mengikuti aturan
baku Ejaan Bahasa Indonesia yang Diperbaharui 2009.
7Dianjurkan pada setiap peneliti memiliki buku pedoman ejaan
tersebut.
3.3
KUTIPAN,
CATATAN
KAKI,
DAN
CATATAN
BELAKANG
Seringkali penulis harus memperkuat pernyataannya
tentang suatu hal dengan mengutip pendapat orang lain. Jika
kutipan itu pendek, artinya satu kalimat, maka penempatan
kutipan itu langsung dalam kalimat dan diberi tanda petik.
Biasanya peneliti juga harus menyatakan siapa yang menulis dan
kapan publikasinya.
Contoh:
…... Sementara itu menurut Helena Agustien (2003):
“…Tidak jelas benar kapan manusia mulai menggunakan
42 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Jika kutipan lebih dari lima baris, maka kalimat atau
paragraf yang dikutip itu harus dicetak khusus dengan huruf
yang berbeda dari teks lain, dan agak dipisah dari uraian lain.
Misalnya:
... Menurut Arendt, kekuatan (strength) adalah sesuatu yang dimiliki seorang. Kekuatan seseorang tidak tergantung pada orang lain. Sementara itu daya adalah semacam energi yang dilepaskan oleh gerakan sosial atau bencana alam…..
Catatan kaki (
footnotes
) adalah suatu informasi yang
merupakan suatu penjelasan tentang sesuatu yang dinyatakan
dalam teks. Penjelasan itu di luar konteks dari teks tersebut.
Biasanya catatan kaki itu diberi nomor berurut menurut teks.
Tempat catatan kaki itu di bagian bawah halaman dari apa yang
dijelaskan.
Catatan belakang (
backnote
s), pada prinsipnya fungsinya
sama dengan catatan kaki, tapi penempatannya adalah di bagian
belakang teks. Baik catatan kaki maupun catatan belakang berisi:
Keterangan khusus atau tambahan penting, tetapi tidak
dimasukkan dalam teks, karena uraiannya akan menyimpang
dari garis besar laporan, atau karena uraiannya akan bersifat
berlarut-larut dan di luar konteks.
Komentar khusus mengenai bagian yang bersangkutan dalam
teks.
Kutipan yang akan mengganggu kelancaran penyajian uraian
bila dimuat dalam teks.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI 43
3.4
KALIMAT DAN PARAGRAF
Dalam pembuatan kalimat dan paragraf, maka Anda
dianjurkan untuk melihat pedoman penulisan dan komposisi
sebagai mana ditulis oleh Gorys Keraf.
83.4.1
Kalimat
Penulisan kalimat hendaklah memenuhi syarat komposisi
yang sesuai dengan tata bahasa atau grammar bahasa
Indonesia. (Pokok kalimat, predikat, keterangan atau
objek). Dianjurkan agar penulisan kalimat tidak panjang.
Kalimat yang baik adalah kalimat yang singkat dan padat.
Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.
9Misalnya:
Para petani selalu menyediakan waktu untuk
melakukan upacara sebelum melakukan kegiatan di
sawah.
Pelajar SMA umumnya menyukai acara sinetron di
televisi.
3.4.2