77
PENGEMBANGAN ASPEK LEGAL FORMAL DAN
PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK TANI ORGANIK
Putriana Kristanti, Purwani Retno Andalas, dan Agustini Dyah Respati
Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5 -25 Yogyakarta
email: putriana_kristanti@yahoo.com
ABSTRACT
This article is the result of science and technology program implementation for the community. This service program aims to help solve the problems of partners, which are Organic Farmers Group Mulyo Karangdowo Sesarengan that located in the district Klaten, Central Java. The groups is no yet gained recognition from local authorities and other parties. The solve problem through informal discussion groups, counseling, workshops, and mentoring. Service held by the method: situation analysis, problem identification, determining the purpose of work, problem-solving plan, social approach, implementation, and evaluation of activities and results. The outcome of this program are: (1) the legal aspect are the PIRT and the status of the group; (2) the formal aspects, namely the Articles of Association, the organizational structure, a list of management board, job descriptions, and standard operating procedures; (3) business aspects of organizational, marketing, and financial management and financial reporting.
Keywords: farmers group, formal legal aspects, articles of association, business aspects
ABSTRAK
Artikel ini merupakan hasil pelaksanaan program Ipteks bagi Masyarakat (IbM). Program pengabdian ini bertujuan untuk membantu memecahkan masalah mitra, yang adalah Kelompok Tani Organik Mulyo Sesarengan berlokasi di Kecamatan Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah. Permasalahn yang dihadapi oleh kelompok adalah belum memperoleh pengakuan dari pemerintah setempat dan pihak lainnya. Kelompok belum memenuhi aspek legal formal, dan kelompok masih menghadapi beberapa kendala dalam mengembangkan usahanya. Pemecahkan masalah kelompok dilakukan melalui kegiatan sarasehan, penyuluhan, workshop, dan pendampingan. Pengabdian diselenggrakan melalui metoda: analisis situasi, identifikasi masalah, menentukan tujuan kerja, rencana pemecahan masalah, pendekatan sosial, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi kegiatan dan hasil. Adapun luaran program ini adalah: (1) aspek legal yaitu PIRT (dalam proses) dan status kelompok (tingkat desa); (2) aspek formal yaitu Anggaran Dasar, struktur organisasi, daftar susunan pengurus, deskripsi tugas pengurus, dan prosedur operasi standar; (3) aspek usaha yaitu manajemen organisasi, manajemen pemasaran, serta manajemen keuangan dan pelaporan keuangan.
Kata Kunci: kelompok tani, aspek legal formal, anggaran dasar, aspek usaha
PENDAHULUAN
Artikel ini merupakan hasil laporan pelaksanaan program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Kelompok Tani Organik Mulya
Sesarengan, yang dimulai pada bulan Maret dan berakhir bulan November 2015. Program pengabdian ini adalah lanjutan dari program IbM terdahulu pada mitra yang sama.
78
Organik. Kelompok Padi Organik melakukan budidaya padi organik. Budidaya padi organik adalah budidaya padi yang mengutamakan kelestarian lingkungan dan keamanan pangan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya dengan menggunakan pupuk dan bahan lainnya organik. Budidaya organik tdak menggunakan bahan-bahan kimia. Definisi organik secara umum harus memenuhi persyaratan antara lain: tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis, kesuburan tanah dipelihara secara alami, pengendalian hama dan penyakitpun diatasi secara alami (Deptan, 2008). Padi organik telah banyak dikembangkan di negara-negara maju, yang telah menyadari pentingnya keseimbangan lingkungan, dan harga jual yang lebih tinggi karena mempunyai manfaat kesehatan yang lebih baik.Demikian juga akhir-akhir ini di Jawa Tengah, Indonesia.
Kabupaten Klaten telah lama dikenal sebagai daerah penghasil padi berkualitas baik.Masyarakat Indonesia telah mengenalnya dengan sebutan Beras Delanggu, yang terkenal karena kualitasnya yang baik.Kecamatan Karangdawa berbatasan dengan Kecamatan Delanggu.Sebagian dari persawahannya telah mendapat pengairan teknis dan air tersedia
sepanjang tahun.Oleh karena itu
pengembangan padi organik di daerah ini diharapkan semakin mengangkat kabupaten Klaten sebagai penghasil padi yang baik di Indonesia.
Kelompok Tani Mulyo Sesarengan juga mengembangkan pengolahan kompos dari kotoran ternak serta urine sebagai pupuk organik dengan produksi 10 ton/musim tanam.Hal ini belum mencukupi untuk kebutuhan seluruh anggota, bahkan kotoran ternak masih banyak didatangkan dari desa lain, karena populasi ternak terbatas.Produksi pupuk organik (kompos) ini terutama untuk memenuhi kebutuhan Kelompok Padi Organik. Pelaksanaan dari program IbM terdahulu untuk kelompok ini telah memperbaiki kelompok terutama dari sisi bidang manajemen khususnya organisasi, pemasaran, dan keuangan. Pengembangan organisasi telah membawa kelompok menjadi
kelompok yang mulai diperhatikan
keberadaannya oleh masyarakat sekitarnya. Kelompok telah memiliki draft Anggaran
Dasar organisasi. Pemasaran produk sudah mulai meningkat, kemasan menjadi lebih baik dan jaringan pemasaranpun juga bertambah luas. Keuangan mulai dikelola, dilakukan pencatatan dan penyusunan laporan (Putriana dkk., 2014).
Berdasarkan diskusi dengan pengurus kelompok, serta hasil pengamatan yang dilakukan dalam program IbM sebelumnya tersebut, telah diidentifikasi permasalahan yang dihadapi mitra I (Padi Organik) dan mitra II (Pupuk Organik) dengan perumusan sebagai berikut:
a. Kelompok belum memenuhi aspek legal formal untuk diterima oleh pemerintah dan pihaklainnya.
b. Kelompok masih menghadapi beberapa
kendala dalam mengembangkan
usahanya.
TARGET DAN LUARAN
Rekayasa Sosial
Berdasarkan identifikasi permasalahan mitra, maka diperlukan rekayasa sosial sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan organisasi yang dapat diterima secara legal maupun secara formal. Adapun rekayasa sosial yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek legal formal dan mengembangkan usaha, antara lain adalah:
a. Aspek legal: perolehan PIRT, pengakuan desa dan kecamatan atas keberadaan kelompok.
b. Aspek formal: penyempurnaan dan
pengesahan Anggaran Dasar,
penyusunan struktur organisasi, penentuan daftar susunan pengurus, penetapan deskripsi tugas pengurus, dan penetapan prosedur operasi standar. c. Aspek usaha: manajemen organisasi,
manajemen pemasaran, manajemen dan pelaporan keuangan.
1) Memperkuat organisasi
2) Memperbaiki dan mengembangkan pemasaran: pemahaman tentang konsistensi jenis produk, peningkatan jejaring pemasaran, perbaikan kemasan produk, peningkatan kegiatan promosi.
79 transparansi keuangan, pencatatan
dan pelaporan keuangan, dan penguatan modal.
Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah melalui seminar atau publikasi prosiding, ataupun penerbitan artkel ilmih dalam jurnal. Publikasi dimaksudkan sebagai upaya diseminasi hasil pengabdian, yang diharapkan dapat digunakan untuk mengebangkan kelompok lainnya.
METODA PENGABDIAN
Metode Pengabdian kepada Masyarakat merupakan pola atau sistem yang dilakukan ataupun tahapan-tahapan dalam menjalankan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (Murdjito, 2012). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan IbM ini adalah sebagai berikut:
Analisis Situasi
Analisis situasi sebagai awal dari
kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.Analisis dilakukan dengan maksud untuk membantu pengembangan kelompok. Tahap ini dilakukan melalui 2 (dua) sub-tahapan, yaitu:
a. Menentukan khalayak sasaran. Sasaran dalam program IbM ini adalah:
Kelompok Tani Organik Mulyo
Sesarengan diKecamatan Karangdawa, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kelompok tani ini terdiri dari:
1) Kelompok Padi Organik 2) Kelompok Pupuk Organik
b. Menentukan bidang permasalahan yang akan dianalisis, secara komprehensif keseluruhan masalah, atau secara terbatas pada satu atau dua bidang permasalahan saja. Bidang permasalahan yang akan dianalisis dalam program ini adalah bidang Manajemen, terutama yang
berhubungan denganorganisasi,
pemasaran, dan keuangan serta laporan keuangan.
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah sebagai hasil dari tahap analisis situasi. Hasil berupa dapat ditemukannya dan dapat dirumuskannya permasalahan yang dihadapi oleh kelompok sasaran yang dipilih, yang akan ditangani melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini.Masalah yang dihadapi oleh kedua kelompok saat ini, antara lain adalah;
a. Masalah legal formal
Kelompok belum diakui keberadaannya secara sepenuhnya oleh pemerintah dan pihak lainnya, misal oleh:bank, serta oleh mitra atau rekanan bisnis.Kelompok belum tercatat sebagai kelompok tani di tingkat desa maupun kecamatan. Hal ini menyebabkan kelompok ini tidak memperoleh fasilitas-fasilitas yang ada di pemerintahan desa maupun kecamatan. Kelompok tidak memperoleh penyuluhan dan pendampingan oleh PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). Kelompok tidak memperoleh kesempatan mendapatkan bantuan dana atau pinjaman dengan bunga ringan. Kelompok tidak mendapatkan undangan pertemuan-pertemuan penting yang membahas perihal pertanian
maupunpeternakan, serta tidak
memperoleh fasilitas lainnya. yang tersedia di masyarakat maupun yangdisediakan oleh pemerintah untuk mengembangkan usahanya.
Dikarenakan jumlah kelompok tani di tingkat desa dan kecamatan dirasa cukup, maka Kelompok Tani Mulyo Sesarengan harus bersedia bergabung dengan kelompok tani yang sudah ada. Hal ini berarti bahwa kelompok harus bersedia untuk bekerjasama dengan kelompok tempat bernaung dan bersedia memenuhi persyaratan-persyaratan administrasi dan manajerial.
b. Masalah manajemen usaha
1) Organisasi
Kedua mitramasih belum memiliki komitmen yang kuat untuk mengembang-kan organisasinya.Kelompok belum
memiliki Anggaran Dasar yang
80
2) Pemasaran
Mitra I : Kelompok Padi Organik
Belum adanya standarisasi hasil panen, baik dari segi jenis maupun kualitas padi organik, dikarenakan kualitas bibit padi yang belum memadai.Hal ini mengakibatkan kelompok ini belum bisa secara kontinyu memenuhi permintaan pasar dan kepuasan konsumen belum dapat tercapai secara optimal.Kelompok tani ini masih mengalami kesulitan untuk mengakses sumber bibit yang
berkualitas dan dalam membangun
kemandirian penyediaan bibit agar dapat mencapai biaya produksi padi yang lebih efisien.
Mitra II: Kelompok Pupuk Organik
Produk pupuk yang dihasilkan kelompok tani belum memenuhi standar kualitas maupun kuantitas yang memadai.Hal ini disebabkan belum tercapainya kemandirian penyediaan pupuk sebagai pendukung tercapainya efisiensi biaya produksi padi/beras organik.Kotoran ternak sebagai bahan dasar pupuk belum mencukupi, dikarenakan jumlah ternak yang dimiliki belum banyak, sehingga masih harus menambah bahan dari luar.
3) Keuangan
Masalah yang paling besar yang dihadapi oleh kelompok saat ini adalah adanya masalah belum terciptanya transparansi keuangan kelompok (Andalas dkk, 2015).
Penerimaan (uang masuk) dan
pengeluaran (uang keluar) belum dicatat/didokumentasikan dengan baik, sehingga kelompok belum dapat dengan baik memberikan informasi keuangan yang dimilikinya kepada anggota maupun kepada pihak lain yang berkepentingan. Hal ini menyebabkan terjadi ketidaknya-manan dalam hubungan antar pengurus
maupun dengan anggota.Saling
mencurigai dan tingkat kepercayaan yang
rendah menyebabkan munculnya
hambatan-hambatan dalam
mengembang-kan usahanya.Selain itu juga masalah pengelolaan (manajemen) keuangan. Pengelolaan keuangan yang kurang baik menyebabkan tersendatnya pengembangan modal dan lainnya.
Gambar 1. Identifikasi Masalah
Menentukan Tujuan Kerja
Tujuan kerja ditentukan secara spesifik.
Pada tahap ini ditentukan “kondisi baru” yang
diinginkan, atau perubahan yang ingin dicapai melalui kegiatan pengabdian yang akan dilaksanakan. Kondisi sekarang harus dapat dibedakan dengan kondisi baru.
Tujuan kerja dari program IbM ini adalah peningkatan pendapatan bagi mitra, yaitu Kelompok Tani Organik di Kecamatan Karangdawa, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Peningkatan pendapatan akan diupayakan melalui perubahan-perubahan secara fundamental khususnya dalam bidang aspek legal formal, organisasi, pemasaran, dan transparansi keuangan. Melalui kegiatan pengabdian ini diharapkan kelompok dapat:
a. Memenuhi aspek legal formal b. Menjadi organisasi yang kuat.
c. Memiliki pemasaran produk yang efisien dan efektif.
d. Transparan dalam pengelolaan keuangan
Rencana Pemecahan Masalah
Tahap rencana ini terdiri dari sub-tahapan, yaitu:
81 Beberapa alternatif pemecahan masalah
yang dapat dipilih, antara lain: 1) Sarasehan
2) Penyuluhan
3) Workshop
4) Pendampingan
b. Memilih alternatif yang terbaik.
Program IbM ini memilih untuk memecahkan masalah kelompok/mitra melalui:
1) Sarasehan tentang:
a) Potensi dan peluang pasar produk organik dan motivasi petani untuk memiliki alternatif penghasilan dari pemasaran, misalnya pupuk.
b) Memotivasi pentingnya
pengelolaan kelompok dengan prinsip good governance menuju kelompok yang transparan, akuntabel dan mandiri
c) Perlunyan sistem pengelolaan keuangan yang transparan d) Arti penting aspek legal formal
untuk mendapatkan pengakuan dan keabsahan kelompok
2) Penyuluhan partisipatif untuk meningkatkan kemampuan kelom-pok petani padi dalam mengakses jejaring untuk mendapatkan informasi dan meningkatkan kemampuan antara lain dalam pengelolaan organisasi, keuangan, pemasaran dan pemenuhan aspek legal formal.
3) Memberikan workshop para petani dalam:
a) Pengelolaan organisasi b) Pengelolaan keuangan
c) Pengelolaan pemasaran:
membangun jejaring kerjasama untuk meningkatkan kemampuan produksi, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya faktor produksi, peningkatan kualitas produk dan pengembangan distribusi
d) Pemenuhan aspek legal formal
Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial dimaksudkan sebagai pendekatan terhadap masyarakat sasaran. Masyarakat sasaran dijadikan subyek dari kegiatan pengabdian ini. Masyarakat sebanyak mungkin dilibatkan dalam kegiatan, termasuk dalam proses perencanaan. Semua orang yang akan menjadi subyek program pengabdian ini dijadikan sasaran pendekatan. Masyarakat ditumbuhkan kesadarannya bahwa masalah itu adalah masalah mereka yang perlu untuk dipecahkan mereka atau bersama pihak lain..
Pendekatan sosial dalam program IbM ini dilakukan melalui pendekatan dan melibatkan masyarakat serta pihak-pihak lain sebanyak mungkin yang merupakan bagian dari lingkungan sosial kelompok mitra program ini, yaitu antara lain: segenap anggota kelompok, pejabat setempat, dinas terkait, kelompok lain dalam masyarakat, perbankan dan instansi lainnya.
Pelaksanaan kegiatan
Pada tahap ini pelaksanaan kegiatan yang akan segera dilakukan direncanakan secara matang dan terinci. Penyusunan rencana kerja termasuk:
a. Penetapan bagaimana kegiatan itu akan dilakukan
b. Penetapan waktu pelaksanaan
c. Penetapan tempat-tempat pelaksanaan kegiatan
d. Penetapan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
Dalam penetapan-penetapan tersebut pendapat dan saran dari masyarakat sasaran sangt perlu untuk diperhatikan.
Evaluasi Kegiatan dan Hasil
Evaluasi dilakukan terhadap setiap tahapan serta diadakan penyempurnaan selama proses kegiatan berlangsung. Proses evaluasi mengikutsertakan masyarakat. Proses ini menghasilkan bentuk pertanggungjawaban dari segala sesuatu yang telah dilakukan dalam program pengabdian.
Adapun prosedur kerja dalam
melaksanakan kegiatan adalah sebagai berikut:
82
IbM dengan melakukan kunjungan ke lokasi kedua mitra, untuk membicarakan dengan pengurus kelompok persiapan-persiapan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan program IbM.
b. Sarasehan diselenggrakan dengan mengundang seluruh pengurus dan anggota kelompok beserta masyarakat sekitarnya. Sarasehan dilakukan di lokasi salah satu mitra.
c. Workshop diikuti oleh segenap pengurus kelompok.
Tabel 1. Penetapan Kegiatan, Waktu, Tempat, dan yang Terlibat
No Kegiatan Waktu Tempat
Yang
Klaten Pengurus, anggota,
Klaten Pengurus, anggota
Klaten Pengurus, anggota
Klaten Pengurus, anggota tim IbM
6 Monitoring Bulan ke 2-7
Klaten Pengurus kelompok, tim IbM
7 Evaluasi Bulan Ke 8
Klaten Pengurus, anggota
manajerial. Penyuluhan dilakukan dengan mengundang narasumber pakar di bidang aspek legal formal organisasi. Tim pengabdi melayani penyuluhan bidang manajerial. Penyuluhan mengundang seluruh pengurus dan anggota kelompok. e. Pendampingan pelaksanaan, tim pengabdi
melakukan pendampingan terhadap kegiatan-kegiatan yang disepakati untuk dilakukan oleh kelompok.
f. Monitoring dilakukan selama kunjungan lapangan maupun pertemuan kelompok. g. Evaluasi kegiatan melalui diskusi internal
dan melalui diskusi dengan masyarakat dan pihak-pihak yang terkait. Pada akhir program dilakukan evaluasi bersama. Evaluasi dipergunakan sebagai upaya perbaikan program dalam tahun-tahun mendatang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan IbM bagi Kelompok Tani Mulyo
Sesarengan Kecamatan Karangdawa,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini telah mencapai beberapa hasil dari masing-masing kegiatan.
Sarasehan
Sarasehan tentang arti penting organisasi yang transparan, akuntabel dan mandiri bagi kelompok.Melalui sarasehan ini diharapkan memunculkan memotivasi kelompok untuk mewujudkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
good governance dalam pengelolaan kelompok.
Berdasarkan identifikasi masalah yang digali melalui sarasehan ini, ternyata nilai-nilai good governance(keterbukaan, akuntabilitas, tanggungjawab, kemandirian dan keadilan) sebenarnya sudah ada dalam pengelolaan kelompok, namun belum terwujud dalam sistem dan pedoman kerja secara tertulis
83 prinsip good governance. Hal ini ditunjukkan
oleh adanya kesepakatan kelompok untuk
menyusun struktur organisasi,
mengembangkan Anggaran Dasar kelompok, dan menyusun sistem keuangan yang baku.
Penyuluhan
Penyuluhan interaktif tentang implementasi
good governancedalam pengelolaan Kelompok. Implementasi good governance
dilakukan melalui pengembangan struktur organisasi, kejelasan deskripsi tugas bagi para pengelola kelompok.
Materi penyuluhan meliputi:
a.Prinsip-prinsip Good Governance
mencakup: Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Tanggungjawab (Responsibility), Kemandirian (Independency), Keadilan dan kewajaran (Fairness).
b.Implementasi Good Governance yang akan diwujudkan dalam pengembangan: 1) Struktur organisasi: Anggaran Dasar,
bagan struktur organisasi kelompok, daftar susunan pengurus, deskripsi tugas pengurus, dan prosedur operasi standar.
2) Pengelolaan pemasaran produk 3) Sistem pengelolaan keuangan
Pada akhir penyuluhan, para pengurus memiliki pemahaman akan prinsip-prinsip pengelolaan organisasi dan struktur organisasi sebagai pedoman pengelolaan kelompok.
Workshop
Hasil kegiatan Workshop antara lain adalah:
a. Penetapan dan pengesahan Anggaran Dasar kelompok
Anggaran Dasar kelompok sebagai landasan kerja kelompok menuju pengelolaan yang transparan, akuntabel, bertanggung jawab, mandiri dan adil, diperlukan Anggaran Dasar. Dalam
workshop ini dihasilkan sebuah Anggarad Dasar yang telah disepakati oleh seluruh pengurus dan anggota kelompok, dan disahkan pada tanggal 15 Juni 2015.
b. Penyusunan struktur organisasi.
Workshop penyusunan struktur organisasi
merupakan tindak lanjut dari
kegiatanworkshop penyusunan Anggaran Dasar Kelompok Tani Organik di Karangdawa. Struktur organisasi dan diskripsi tugas pengurus akan menjadi salah satu perwujudan dari implementasi
good governance dalam pengelolaan kegiatan Kelompok Tani Organik Mulyo Sesarengan di Kecamatan Karangdowo. c. Penetapan susunan pengurus
d. Penyusunan deskripsi tugas
e. Penyusunan prosedur operasi standar
Luaran dari kegiatan workshop adalah:
a.
Anggaran Dasar
Kelompok Tani Mulyo Sesarengan Karangdowo Klatenb. Bagan Struktur Organisasi c. Daftar Susunan Pengurus d. Diskripsi Tugas pengurus e. Prosedur Operasi Standar
Gambar2. Pengembangan Aspek Legal Formal dan Pengembangan Usaha
SIMPULAN
Penyelenggaraan IbM pada Kelompok Tani
Mulyo Sesarengan di Kecamatan
Karangdawa, Kabupatenn Klaten, Jawa Tengah ini sangat bermanfaat bagi pengembangan kelompok tersebut. Kelompok ini berkembang dan mengalami peningkatan, khususnya dalam hal pengelolaan organisasi.
Pada akhir program ini kelompok telah memiliki:
84
1) PIRT (dalam proses)
2) Status kelompok (tingkat desa) b. Aspek formal:
1) Anggaran Dasar 2) Struktur organisasi 3) Daftar susunan pengurus 4) Deskripsi tugas pengurus 5) Prosedur operasi standar c. Aspek usaha:
1) Manajerial organisasi 2) Manajerial pemasaran
3) Manajerial keuangan dan pelaporan keuangan
SARAN
Kondisi kelompok masih sangat potensial untuk dikembangkan.Pendampingan kepada kelompok masih diperlukan.
DAFTAR REFERENSI
Andalas, Purwani Retno, Putriana Kristanti, Agustini Dyah Respati. 2015. Penerapan
Good Corporate Governance Pada Kelompok Tani Organik. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
Forum Manajemen Indonesia ke 7. 10-12 November 2015. Jakarta.
Berman, B. dan Evan, J. R. 1998.Retail Management.Seventh Edition. Prentice-Hall International, Inc.
Cateora , P. R dan Graham, John, L. 2007.
International Marketing: a
StrategicApproach. International Edition, McGraw Hill: New York.
Deptan 2008. Padi Organik. Informasi Ringkas Bank Pengetaghuan Padi Indonesia.Disadur oleh Bawolye dan M. Syam.www.pustaka.deptan.go.id.
Evans III, John H.; R. Lynn Hannan; Ranjani Krishnan; dan Donald V. Moser. 2001. Honesty in Managerial Reporting. The Accounting Review, Vol. 76 (4): 537-559.
Gibson, J.L. J., John M. Ivanchevich, James
H. Donnelly Jr. 2013. Organization: Behavior, Structure, Processses, Edisi 13. IRWIN: Boston.
Handoko, Hani. 2004, Manajemen.BPFE UGM: Yogyakarta.
Hitt, M. A., J. Steward Black dan Lyman W, Porter. 2012. Management. Perason: Upper Saddle River New Jersey.
Jenal Mutakin. 2005. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of RiceIntensification). Bandung.
Murdjito, Gatot. 2012. Metoda
Pengabdian pada Masyarakat.Bahan Pelatihan Metodologi Pengabdian kepada Masyarakat.
PSAK No. 1 (Revisi 2013). 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Putriana, Kristanti, Purwani Retno Andalas, Agustini Dyah Respati. 2014. Pengelolaan Organisasi, Pemasaran, Keuangan dan Akuntansi Kelompok Tani Organik. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10 (1): 73-81.
Robbins, S. P. 2010. Organizational Behavior. Pearson: Upper Saddle River New Jersey.
SAK ETAP. 2009. Standar Akuntansi Keuangan: Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Suwarto. 2009. Perilaku Keorganisasian. PUAJ: Yogyakarta.
Utami, Ch. W. 2010. Manajemen Ritel:
Strategi dan Implementasi