Aspek Perilaku Penting
Anopheles vagus
dan Potensinya sebagai
Vektor Malaria di Sulawesi Tengah : Suatu Telaah Kepustakaan
Malonda Maksud*
Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jl. Masitudju No.58 Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia
Malaria is caused by protozoa from the genus of Plasmodium which transmitted by Anopheles mosquitoes. There are 90 species of Anopheles in Indonesia, included Anopheles vagus which is suspected as malaria vector. This article was a review of several studies related to An. vagus conducted in Central Sulawesi in which descriptively present the behavior of An. vagus and its potential as malaria vector in Central Sulawesi. The results showed that the habitats of An. vagus larvae were irrigations, the edge of rivers, swamps, ponds, and tire tracks. An. vagus was a dominant species in biting human compared to other Anopheles species. The Plasmodium sporozoite was also found in An. vagus, which show the possibility of An. vagus as vector of malaria. The vectorial capacity need to examine further in order to know the porosity and human blood index of An. vagus.
A B S T R A C T / A B S T R A K INFO ARTIKEL
Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk
Anopheles. Ada 90 jenis nyamuk Anopheles di Indonesia, dan Anopheles vagus diduga menjadi salah satu vektor malaria. Tulisan ini merupakan telaah penelitian An. vagus di Sulawesi Tengah disajikan secara deskriptif untuk melihat aspek perilaku nyamuk An. vagus dan potensinya sebagai vektor malaria di Sulawesi Tengah. Hasil telaah menunjukan bahwa An. vagus memiliki habitat di saluran irigasi, bekas tapak/roda, tepi sungai, rawa-rawa, dan kolam. An. vagus juga merupakan spesies paling dominan, ditemukan relatif banyak menggigit orang dibanding spesies Anopheles lainnya, dan ditemukannya sirkum sporozoit Plasmodium spp. pada tubuh nyamuk. Hal ini, sangat mendukung potensi An. vagus sebagai vektor malaria di Sulawesi Tengah. Perlu mengetahui parousitas dan Human Blood Index untuk mengetahui kompotensi vektorialnya.
© 2016 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved Kata kunci:
malaria,
Anopheles vagus, vektor,
Sulawesi Tengah
Article History: Received: 23 Sept. 2016 Revised: 12 Des. 2016 Accepted: 14 Des. 2016
*Alamat Korespondensi : email : malonda_loka@yahoo.co.id
The Important Aspect of
Anopheles vagus
and Its Potential as Malaria
Vector in Central Sulawesi : A Literature Review
Keywords: malaria, Anopheles vagus, vector,
Central Sulawesi
1-3
keterbelakangan.
Penyebaran malaria di dunia sangat luas yakni antara garis bujur 60° di utara dan 40° di selatan yang meliputi lebih dari 100 negara
4
yang beriklim tropis dan sub tropis. Pada tahun 2013 ada sekitar 198 juta kasus malaria di dunia, dan diperkirakan sekitar 584.000
5
diantaranya meninggal.
Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium, pada manusia Plasmodium
terdiri dari empat spesies, yaitu P. falciparum,
P. vivax, P. malariae, dan P. ovale. Sedangkan
Plasmodium knowlesi yang hanya ditemukan PENDAHULUAN
menginfeksi kera, pernah dilaporkan sudah
4
menginfeksi manusia.
Penularan malaria tidak lepas dari peran
6
sentral nyamuk Anopheles spp. Ada 430
7
spesies Anopheles di dunia, sementara di Indonesia terdapat sekitar 90 spesies
Anopheles, dan 20 spesies diantaranya telah
1,8
dikonfirmasi sebagai vektor malaria. Spesies
Anopheles di Sulawesi yang telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria, yaitu An. barbirostris, An. subpictus, An. flavirostris dan An.
8,9
parangensis.
Penelitian tentang bioekologi vektor malaria yang pernah dilakukan di Sulawesi Tengah, memberikan gambaran spesies vektor malaria yang sering tertangkap saat penelitian dilakukan. An. barbirostris dan An. subpictus merupakan spesies Anopheles
sering dijumpai. Selain kedua spesies tersebut yang telah dinyatakan sebagai vektor, ada spesies lain yang sering dijumpai dan patut diperhatikan serta dicurigai sebagai vektor malaria, spesies tersebut adalah An. v a g u s. N ya m u k i n i m a s i h k u ra n g mendapatkan perhatian, meskipun sudah banyak laporan yang menyatakan bahwa nyamuk ini dapat bertindak sebagai vektor malaria melalui konfirmasi ELISA (Enzyme linked Immunosorbent Assay). Di Indonesia,
An. vagus telah dikonfirmasi sebagai vektor
10
malaria di Sukabumi (P. falciparum),
8
Purworejo (P. falciparum), dan Kupang.
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji beberapa aspek perilaku nyamuk An. vagus
dan potensinya dalam penularan malaria di Sulawesi Tengah.
BAHAN DAN METODE
Kajian ini dilakukan dengan melakukan
review terhadap literatur hasil penelitian bioekologi nyamuk Anopheles yang pernah dilakukan di Sulawesi Tengah yang telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Kemudian disajikan secara deskriptif.
HASIL
Berbagai artikel yang berhubungan dengan studi bionomik vektor malaria di Sulawesi Tengah, menunjukkan bahwa hampir semua melaporkan adanya An. vagus
dalam setiap penangkapannya. Berikut hasil
sintesa dari hasil-hasil penelitian yang berhasil dikumpulkan :
A. Jenis dan Karakteristik Habitat
Habitat perkembangbiakan An. vagus di Sulawesi Tengah adalah saluran irigasi, bekas tapak/roda, tepi sungai, rawa-rawa, dan kolam. Karakteristik habitat biasanya ditemukan tumbuhan Oryza sativa (padi), Paspalum spp. (rumput-rumputan), Salvinia natans(paku air), Imperata cylindrical (alang-alang), Sprogyra sp.(lumut/ganggang),dan
Eichornia crasspes (eceng gondok). Suhu airnya berkisar antara 26-27⁰C dengan tingkat keasaman air (pH) antara 6-7 dan
11
tingkat salinitas 0,0‰.
B. Kelimpahan Nisbi
An. vagus memperlihatkan dominansinya di lima lokasi dari tujuh lokasi yang menjadi sumber review. Di Desa Sidoan Kecamatan Tinombo, An. vagus merupakan spesies yang paling dominan dengan kelimpahan nisbi (KN) 51,36%, demikian pula di Desa K a s i m b a r, K e c a m a t a n A m p i b a b o (KN=39,47%), di Desa Toro (KN= 56,91%), di Kota Palu (KN=65,22%), dan di Bungku,
12-15
Kabupaten Morowali (KN=32,88%).
C. Perilaku Mengisap Darah
Hasil penelitian yang dilakukan di Sulawesi Tengah memberikan gambaran bahwa An. vagus cenderung bersifat zoofilik (lebih menyukai darah hewan).
Hal ini sesuai dengan hasil penangkapan nyamuk di Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Donggala dan Kota Palu. Pada penangkapan tersebut ditemukan An. vagus
paling dominan tertangkap di sekitar kandang. Di Desa Sidoan dan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong didapatkan angka dominansinya masing-masing sebesar
12
81,81% dan 89,75%
.
Di Desa Malino didapatkan angka dominansinya sebesar 84,44%.
16 Bahkan di Desa Toro dan Kota Palu13,14
hanya tertangkap di sekitar kandang.
mencapai 44,64%, sedangkan dengan metode
12
UOL (umpan orang luar) mencapai 43,02%. Di Desa Malino, Kecamatan Marawola, Kabupaten Donggala An. vagus yang
Tabel 1. Kelimpahan Nisbi An. vagus berdasarkan lokasi penangkapan di Sulawesi Tengah
Konfirmasi Sirkum Sporozoit
Untuk melihat potensi An. vagus sebagai vektor malaria, dilakukan pemeriksaan adanya protein sirkum sporozoit pada tubuh nyamuk dengan metode uji ELISA. Hasil inkriminasi vektor terhadap An. vagus di Desa Malino diperoleh hasil positif mengandung sirkum sporozoit Plasmodium spp.. Di Momunu, Kabupaten Buol An. vagus
mengandung sirkum sporozoit P. vivax dan di Mendui, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali An. vagus dinyatakan posotif mengandung sirkum sporozoit P.
15-17
vivax.
PEMBAHASAN
An. vagus termasuk spesies Anopheles
yang hampir tidak memiliki preferensi t e r s e n d i r i t e r h a d a p t e m p a t perkembangbiakannya. Jentik nyamuk ini bisa ditemukan di habitat yang permanen maupun temporer atau habitat yang natural maupun buatan manusia. Beberapa penelitian menunjukan An. Vagus merupakan spesies yang paling umum ditemukan disemua
8,10,18
habitat Anopheles. Spesies ini biasanya ditemukan di air yang tenang atau mengalir lambat dan disinari matahari langsung. Habitat alaminya terdapat di tepi sungai, kolam-kolam kecil/kolam ikan di dekat pantai
19
dan mata air. Larva An. vagus juga dapat ditemukan di banyak habitat buatan manusia seperti sawah, saluran irigasi, bekas/tapak
roda dan bahkan di berbagai wadah buatan
8,20
seperti ban, drum dan perahu. Secara topografi habitatnya terutama di dataran rendah, dekat dengan tempat tinggal manusia, dan salinitas airnya rendah dengan
8
suhu hangat.
Bervariasinya habitat An. vagus, memungkinkan nyamuk ini menyebar luas di berbagai tipe ekosistem. Penelitian yang dilakukan di tiga tipe ekosistem (pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi) di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebutkan nyamuk ini ditemukan di semua tipe
2 1
ekosistem tersebut. Luasnya area penyebaran An. vagus ini, tentunya dapat memberikan peluang besar untuk kontak dengan manusia.
An. vagus merupakan spesies yang sering dominan dalam setiap penangkapan nyamuk di Sulawesi Tengah. Hal yang sama terjadi di Simpenan , Kabupaten Sukabumi, nyamuk ini menjadi yang paling dominan dari semua
10
nyamuk yang tertangkap. Penelitian ini juga didukung oleh Ndoen (2010) yang menyatakan bahwa nyamuk An. vagus
merupakan nyamuk yang paling banyak tertangkap selama penelitian di Jawa Tengah
2 1 , 2 2
dan NTT. Kelimpahan nisbi bisa menetukan jumlah atau frekuensi kontak antara nyamuk, parasit malaria, dan
10,23,24
manusia, artinya semakin dominan spesies tertentu semakin besar peluang untuk kontak dengan manusia.
Penelitian di Sulawesi Tengah
Lokasi Penangkapan KN (%)
Sidoan * 51,36
Kasimbar * 44,61
Malino 13,39
Toro * 56,91
Palu * 65,22
Momunu, Buol 18,59
Bungku, Morowali * 32,88
*) Kelimpahan paling tinggi dibanding spesies lain
tertangkap dengan metode UOD sebanyak 1,61% dan dengan metode UOL sebanyak
16
transmisi malaria dari yang sakit ke yang
2 4
sehat. Beberapa penelitian di NTT menyebutkan bahwa An. vagus diperkirakan memiliki rentang umur 21 hari sedangkan di
22
Jawa Tengah hanya tiga hari. Di Halmahera, Maluku Utara An. vagus pernah ditemukan
29
berdilatasi lima (lima kali bertelur). Bila nyamuk siklus gonotropiknya tiga hari, maka umur nyamuk tersebut adalah 15 hari. Rentang umur nyamuk yang bisa memenuhi pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk adalah minimal delapan hari, tergantung
24
spesies Plasmodium. Jika umur nyamuk An. vagus di Sulawesi Tengah sama dengan umur nyamuk di beberapa daerah lainnya, maka nyamuk ini sangat berpotensi sebagai vektor malaria.
KESIMPULAN
Nyamuk An. vagus sangat berpotensi menjadi vektor malaria di Sulawesi Tengah, karena beberapa syarat untuk menjadi vektor telah terpenuhi, seperti dominansi spesies yang relatif tinggi, tertangkap dengan metode umpan orang, dan ditemukan sirkum sporozoit Plasmodium spp., serta telah dinyatakan sebagai vektor di daerah lain.
SARAN
Pembedahan ovarium untuk melihat parousitas, guna memprediksi rata-rata umur nyamuk dan pengujian pakan darah (uji presipitin) untuk menghitung indeks darah manusia perlu dilakukan untuk menetukan kompetensi vektorialnya di Sulawesi Tengah. Bagi pemegang program malaria, perlu m e m p e r h a t i k a n d a n m e w a s p a d a i keberadaan nyamuk ini, karena dapat bertindak sebagai vektor malaria.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala serta seluruh rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas arahan/saran, bantuan, dan dorongannya sehingga artikel ini terpublikasikan.
menunjukan bahwa An. vagus cenderung bersifat zoofilik atau lebih menyukai darah hewan. Penelitian di Mayong, Kabupaten Jepara, menemukan An. vagus lebih banyak
25
tertangkap di sekitar kandang. Demikian pula dengan di Banyuwangi, Jawa Timur nyamuk ini lebih banyak ditemukan di sekitar kandang dibanding yang menggigit orang baik umpan orang dalam maupun umpan orang
26
luar. Pada dasarnya nyamuk Anopheles lebih bersifat zoofilik, akan tetapi bila tidak menemukan hewan sebagai sumber darah, maka nyamuk akan menghisap darah
1,27
manusia. Hasil penelitian di Simpenan, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara membuktikan bahwa di daerah tersebut ternak tidak ditemukan, sehingga pada saat penangkapan, An. vagus sepanjang malam banyak tertangkap saat kontak dengan
10
manusia. Sifat antropofilik (kesukaan nyamuk mengisap darah manusia) merupakan sifat mutlak nyamuk untuk dapat terinfeksi dan menularkan parasit antar
23
manusia.
An. vagus di Sulawesi Tengah mulai memperlihatkan indikasi adanya kecocokan fisiologis antara nyamuk dan parasit malaria. Nyamuk Anopheles dapat dinyatakan sebagai vektor bila ditemukan sporozoit di dalam kelenjar air ludah nyamuk, perkembangan teknologi saat ini memungkinkan sporozoit bisa dideteksi memalui metode ELISA. Adanya sporozoit dalam tubuh nyamuk menunjukan kerentanan nyamuk Anopheles terhadap parasit, hal ini menandakan adanya kecocokan fisiologis antara nyamuk Anopheles
10,23,24
dan Plasmodium. Penelitian di Kokap, Kabupaten Kulon Progo menemukan An. vagus positif mengandung sirkum sporozoit P.
28
falciparum, di NTT positif P. falciparum dan P. vivax, sedangkan di Jepara positif
8,10
mengandung sirkum Plasmodium spp.
A s p e k p e n t i n g l a i n n y a d a l a m menentukan potensi vektor nyamuk
Anopheles adalah rentang umur nyamuk. Rentang umur nyamuk dapat menentukan kelangsungan siklus seksual dan sporogonik parasit malaria pada nyamuk yang
10,23,24
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi UF. Manajemen Penyakit Berbasis
Wilayah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas; 2005.
2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal P2PL; 2008.
3. Munif A, Imron M. Panduan Pengamatan
Nyamuk Vektor Malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2010.
4. Nugroho A. Patogenesisi malaria berat. In: Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA, eds.
Malaria Dari Molekuler Ke Klinis. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
5 . W H O . M a l a r i a . W H O .
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs094 /en/. Published 2015.
6. Arsin AA. Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek
Epidemiologi. Makassar: Masagena Press; 2012.
7. CDC. Anopheles Mosquitoes. CDC. www.cdc.gov/malaria/about/biology/mosq uitoes/. Published 2015.
8. Elyazar IRF, Sinka ME, Gething PW, et al. The Distribution and Bionomics of Anopheles
Malaria Vector Mosquitoes in Indonesia. Adv
P a r a s i t o l. 2 0 1 3 ; 8 3 : 1 7 3 - 2 6 6 . doi:10.1016/B978-0-12-407705-8.00003-3. 9. Marwoto HA, Atmosoedjono S, Richi TL, et al.
Anopheles Parangensis (Ludlow 1914) Sebagai Vektor Malaria Di Sulawesi Utara. Jakarta; 2002.
10. Munif A, Rusmiarto S, Aryati Y, Andris H, Stoops CA. Konfirmasi Status Anopheles vagus Sebagai Vektor Pendamping Saat Kejadian Luar Biasa Malaria di Kabupaten Sukabumi,
Indonesia. J Ekol Kesehat.
2008;7(April):689-696.
11. Rosmini, Jastal, Srikandi Y, Risti, Nurwidayati A. Habitat Nyamuk Anopheles Spp. di Kecamatan Labuan dan Kecamatan Sindue
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. J
Vektor Penyakit. 2013;7(1):1-8.
12. Garjito TA, Jastal, Widjaja J, et al. Studi Bioekologi Nyamuk Anopheles di Wilayah Pantai Timur Kabupaten Parigi Moutong,
Sulawesi Tengah. Bul Penelit Kesehat.
2004;32(2):49-61.
13. Jastal, Widjaja J, Lili. Fauna Nyamuk Anopheles Pada Beberapa Tempat di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dan Peranannya
Dalam Penularan Penyakit Malaria. Media
Litbang Kesehat. 2001;11(2):14-20.
14. Chadijah S. Fauna Nyamuk Anopheles di
Daerah Perbatasan Kota Palu, Sulawesi Tengah. J Vektor Penyakit. 2009;3(2):50-54. 15. Veridiana NN, Chadijah S, Srikandi Y, Octaviani.
Konfirmasi Vektor Malaria Dengan ELISA di Daerah Mendui, Kec. Bungku Tengah, Kab.
Morowali, Sulawesi Tengah. J Vektor Penyakit.
2009;3(1):25-32.
16. Jastal, Labatjo Y, Maksud M. Bionomik Nyamuk Anopheles spp. Pada Daerah Perkebunan Cokelat di Desa Malino Kecamatan Marawola
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. J
Vektor Penyakit. 2007;1(1):6-13.
17. Chadijah S, Veridiana NN, Kurniawan A. Konfirmasi Nyamuk Anopheles sebagai Vektor Malaria dengan ELISA di Desa Pinamula, Kec.
Momunu, Kab. Buol. J Vektor Penyakit.
2010;4(1):1-8.
18. Nurdin A, Syafruddin D, Wahid I, Noor NN, Sunahara T, Mogi M. Malaria and Anopheles spp in the villages of Salubarana and Kadaila , Mamuju District , South Sulawesi Province ,
Indonesia. Med J Indones.
2003;12(4):252-258.
19. Sari W, Zanaria TM, Agustina E. Studi Jenis N y a m u k A n o p h e l e s p a d a Te m p a t Perindukannya di Desa Rukoh, Kecamatan
Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. J UNSYIAH.
2 0 1 1 ; 3 ( 1 ) : 3 1 - 3 4 . http://jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/article/view /456/616.
20. Mardiana, Perwitasari D. Habitat Potensial Anopheles Vagus di Kecamatan Labuan dan Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, P r o v i n s i B a n t e n . J E k o l Ke s e h a t. 2010;9(1):1139-1143.
21. Ndoen E, Wild C, Dale P, Sipe N, Dale M. Relationships between anopheline mosquitoes and topography in West Timor and Java , Indonesia. Malar J. 2010;9(242):1-9. http://www.malariajournal.com/content/9/ 1/242.
22. Ndoen E, Wild C, Dale P, Sipe N, Dale M. Mosquito Longevity , Vector Capacity , and Malaria Incidence in West Timor and Central
Java , Indonesia. ISRN Publich Heal.
2012;2012. doi:10.5402/2012/143863. 23. Widyastuti U, Boewono DT, Widiarti,
Supargiyono, Satoto TBT. Kompetensi Vektorial Anopheles maculatus , Theobald di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo.
Media Litbang Kesehat. 2013;23(2):47-57. 24. Mardiana, Munif A. Komposisi Umur Nyamuk
Anopheles Sp Yang Diduga Sebagai Vektor Di Daerah Pegunungan Kecamatan Lengkong,
Kabupaten Sukabumi. J Ekol Kesehat.
25. Mardiana, Yusniar, Aminah AN St., Yunanto. Fauna dan Tempat Perkembangbiakan Potensial Nyamuk Anopheles spp di Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Te n g a h . M e d i a L i t b a n g K e s e h a t. 2005;15(2):39-44.
26. Shinta, Sukowati S, Mardiana. Komposisi Spesies dan Dominasi Nyamuk Anopheles di Daerah Pantai Banyuwangi, Jawa Timur.
Media Litbang Kesehat. 2003;13(3):1-8. 27. Santoso, Taviv Y. Keragaman Anopheles Di
Desa Sungai Tuhu dan Desa Purwodadi Oku
Timur Tahun 2012. J Pembang Mns.
2013;7(2):65-78.
28. Wigati RA, Mardiana, Mujiyono, Alfiah S. Deteksi Protein Circum Sporozoite Pada Spesies Nyamuk Anopheles vagus Tersangka Vektor Malaria di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo Dengan Uji
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
Malar J. 2010;20(3):118-123.
29. Soekirno M, Santiyo K, Nadjib A, Suyitno, Mursiyanto, Hasyimi A. Fauna Anopheles dan Status, Pola Penularan Serta Endemisitas
Malaria di Halmahera, Maluku Utara. Cermin