• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan kepatuhan wajib pajak melal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meningkatkan kepatuhan wajib pajak melal"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI LAYANAN PERPAJAKAN ONLINE

Oleh: Sabila Rosyida

BAB I PENDAHULUAN

Indonesia menerapkan Self Assessment System(SAS) sejak tahun 1983, yang sebelumnya memakai Official Assesment System (OAS). Berubahnya penggunaan OAS ke SAS dianggap sebagai reformasi yang besar karena OAS tidak melibatkan keaktifan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban

perpajakan sedangkan SAS melibatkan peran keaktifan WP dalam penentuan besarnya pajak yang terutang dan melaporkan secara teratur jumlah pajak yang

terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan kata lain, sistem ini memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Dalam hal ini, administrasi perpajakan berperan aktif dalam

melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. 1

Direktorat pajak sebagai instansi pemerintah dibawah Departemen

Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem

(2)

perpajakan yang lebih modern.2 Pembaharuan dalam sistem perpajakan ini

ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan

dikembangkannya administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di berbagai aspek kegiatan.3 Diantaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) yang semula berdasarkan pendekatan fungsi menjadi Sistem

Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case

management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomatisasi kantor serta berbagai pelayanan berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e Payment, Taxpayer’s Account, e-Registration, dan e-Counceling.4

Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem

administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non

Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar

29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai WP.5

2 Saifhul Anuar Syahdan et al, “Dimensi Keadilan Atas Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal InFestasi. (Vol. 10 No. 1, Juni 2014), p. 64.

3 Nurul Citra Noviandini, “Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta”, dalam Jurnal Nominal. (Vol.1 No.1, 2012), p. 16.

4 Sri Rahayu, “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi. (Vol. 1 No. 2, November 2009), p. 120.

(3)

Dari statistik pembayaran pajak diketahui bahwa dari sekitar 249 juta

penduduk Indonesia saat ini, baru 27,6 juta (11%) yang sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak orang pribadi dan 2,4 juta sebagai WP badan. Dari 27,6 juta

WP OP tahun 2015, baru 10,25 juta WP OP (4,1%) yang melaporkan penghasilanya melalui surat pemberitahuan tahunan (SPT Tahunan). Dari 10,25 juta WP OP tersebut, hanya 0,8 (7,9%) juta WP yang melakukan pembayaran dan

diperoleh penerimaan sebesar Rp. 8,2 triliun. Dengan jumlah WP OP pengusaha yang sekitar 5 juta orang saat ini, angka Rp. 8,2 triliun sangatlah kecil. Padahal

petensi ekonomi WP OP di Indonesia sangat besar dan tumbuh pesat. Idealnya, angka 10 kali lipatnya atau bahkan lebih. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah.6

Berdasarkan sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia yakni Self assessment system semestinya sistem administrasi akan meningkat lebih efisien dan lebih produktif. Namun, kenyataannya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Oleh karena itulah peneliti

ingin meneliti tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui layanan perpajakan online.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

(4)

Sebuah jurnal yang berjudul Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, yang ditulis oleh John Hutagaol, Wing Wahyu Winarno dan Arya

Pradipta. Jurnal ini bertujuan untuk mencari solusi atas suatu masalah yaitu rendahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar dan kepatuhannya. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat

eksploratif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu besarnya penghasilan,

sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas, perlakuan perpajak yang adil, penegakan hukum dan Database. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh atas penerimaan negara dari sektor pajak. Diseminasi kebijakan dan perlakuan perpajakan secara berkesinambungan dilaksanakan dengan mengikutsertakan seluruh lapisan

masyarakat. Penyempurnaan perangkat aturan yang tidak mendorong dunia usaha yang kondusif misalnya aturan yang menimbulkan deskriminasi usaha atau yang mendorong wajib pajak tidak patuh. Dalam rangka pengenalan

kegiatan usaha wajib pajak untuk tujuan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, pemerintah seyogyanya melaksanakan kegiatan pendukung, yaitu

kemitraan dengan dunia usaha, aktivitas himbauan, dan kunjungan ke lokasi usaha wajib pajak.7

Sebuah jurnal yang berjudul Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Kemauan Membayar Pajak, yang ditulis oleh Nila Yulianawati. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesadaran membayar pajak,

(5)

pengetahuan perpajakan, pemahaman peraturan perpajakan, persepsi

efektifitas sistem perpajakan, kualitas layanan terhadap kemauan membayar pajak. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif

dengan teknik convinience random sampling dengan membagikan kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap kesadaran

membayar pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kemauan membayar pajak, sikap wajib pajak terhadap pengetahuan peraturan perpajakan tidak

berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, sikap wajib pajak terhadap pemahaman peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, persepsi efektifitas sistem perpajakan juga tidak

berpengaruh terhadap kemauan membayarb pajak, dan untuk kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Secara

keseluruhan model tersebut fit.8

Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, persepsi pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi

terhadap kepatuhan, yang ditulis oleh Jessica Novia Susanto. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisa Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak,

persepsi pengetahuan wajib pajak, dan persepsi pengetahuan korupsi terhadap kepatuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa jika pengujian dilakukan pada

(6)

masing variabel, variabel pelayanan aparat pajak tidak mempengaruhi

kepatuhan, variabel persepsi pengetahuan wajib pajak tidak mempengaruhi kepatuhan, namun aparat pelayanan pajak bersama-sama dengan persepsi

pengetahuan wajib pajak dan pengetahuan korupsi akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. hasil ini ditunjukkan dengan nilai uji F dan uji t nya. Berdasarkan uji ini

menunjukkan bahwa tingkat keeratan adalah sangat lemah dengan nilai 5,4%.9

Sebuah jurnal yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Wajib Pajak Untuk Menggunakan E-Filling, yang ditulis oleh Ricky Alfiando Wowor, Jenny Morasa dan Inggriani Elim. Jurnal

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan terhadap perilaku

penggunaan e-Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian jika

menggunakan uji F menunjukan persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan berpengaruh secara simultan atau

bersama-sama terhadap perilaku penggunaan e-Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado. Hasil uji t menunjukan persepsi pengalaman berpengaruh secara signifikan, persepsi keamanan dan kerahasiaan

berpengaruh secara signifikan, dan persepsi kecepatan tidak berpengaruh

(7)

secara signifikan terhadap perilaku penggunaan e-Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado. Kesimpulannya menunjukkan bahwa persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan

secara bersama berpengaruh terhadap perilaku penggunaan e Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado.10

Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi, yang ditulis oleh Arif Angga Ardyanto dan Nanik Sri Utaminingsih. Jurnal ini bertujuan untuk menguji pengaruh sanksi pajak dan pelayanan

aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan preferensi risiko sebagai variabel moderasi. Adapun metode penelitian menggunakan Metode

kuantitatif dengan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar

pada KPP Pratama Blora, pelayanan aparat pajak secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko berpengaruh secara

negatif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko tidak

berpengaruh secara signifikan pada hubungan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko berpengaruh secara negatifdan signifikan

(8)

pada hubungan pelayanan aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

(WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora.11 Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan,

Persepsi Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta, yang ditulis oleh Nurul Citra Noviandini. Jurnal ini bertujuan (1) mengetahui Pengaruh

Persepsi Kebermanfaatan terhadap Penggunaan e-Filing (2) Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Penggunaan e-Filing (3)

Pengaruh Kepuasan Wajib Pajak terhadap Penggunaan e-Filing (4) Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak secara bersama-sama terhadap Penggunaan e-Filing. Adapun metode

penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)

Terdapat pengaruh positif Persepsi Kebermanfaatan terhadap Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang menunjukkan angka positif (0,122) dan mempunyai signifikansi 0,021 (di bawah 0,05), (2)

Terdapat pengaruh positif Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang

menunjukkan angka positif (0,340) dan mempunyai signifikansi 0,000 (di bawah 0,05), (3) Terdapat pengaruh positif Kepuasan Wajib Pajak terhadap Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang

menunjukkan angka positif (0,130) dan mempunyai signifikansi 0,011 (di

11 Arif Angga Ardyanto et al, “Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi”, dalam

(9)

bawah 0,05), (4) Terdapat pengaruh positif Persepsi Kebermanfaatan,

Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak secara bersama-sama terhadap Penggunaan eFiling ditunjukkan dengan koefisien regresi semua

yang menunjukkan angka positif. Dengan Sumbangan Relatif (SR) yang diberikan oleh X1 adalah sebesar 7 %, X2 adalah sebesar 73 %, dan X3 adalah sebesar 20 %, dengan total sumbangan efektif (SE) sebesar 36,7%.

Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,342 atau 34,2% yang berarti bahwa Penggunaan e-Filing yang dapat dijelaskan oleh variabel

Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak adalah sebesar 34,2%.12

Sebuah jurnal yang berjudul Analisa Penerapan Sistem Pelaporan Pajak

Dengan Aplikasi E-Filling Secara Online, yang ditulis oleh Iim Ibrahim Nur. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisa (1) proses pelaporan pajak dengan

aplikasi e-Filling (2) kelebihan dan kekurangan dari aplikasi e-Filling dalam sistem perpajakan di Indonesia (3) menganalisa peningkatan penerimaan negara melalui aplikasi e-Filling. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan sumber data sekunder baik dari berita ataupun dari literatur dan laporan keuangan instansi lain. Hasil

penelitian menujukkan bahwa (1) penerapan aplikasi e-Filling membuat proses pelaporan perpajakan menjadi lebih mudah, murah dan fleksibel. Dengan adanya sistem pelaporan pajak dengan aplikasi e-Filling, Wajib pajak dapat menyampaikan SPT kapan saja dan dimana saja, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. (2) Selain itu wajib pajak akan menerima konfirmasi

(10)

diterimanya SPT secara real time dari kantor pajak. Dengan aplikasi e-Filling pekerjaan wajib pajak menjadi lebih efisien karena setiap kesalahan dapat dengan mudah diperbaiki. Adapun kekurangan dari sistem ini yaitu

sering sekali gagal karena koneksi yang putus atau server mengalami overload, dan juga membayar pajak harus tetap menyerahkan hardcopy dari form utama SPT secara manual, terutama halaman yang berisi tanda tangan

selama belum ada regulasi mengenai keaslian dari tanda tangan digital, serta halangan yang datang dari inkompatibelnya format data digital dari ASP

dengan data yang ada di server kantor pajak (3) aplikasi e-Filling dalam sistem pelaporan pajak tidak membuat kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan negara, dapat diprediksi bahwa kenaikan pendapatan dari sektor

pajak tahun 2008 tidak serta merta karena adanya aplikasi e-Filling.13 B. Landasan Teori

Pembangunan nasional di Indonesia, khususnya di bidang ekonomi terus diupayakan dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup masyarakat. Pencapaian sasaran dan target pembangunan ekonomi membutuhkan sumber

pembiayaan yang cukup. Anggaran Pendapatan dan belanja negara adalah gambaran terhadap kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh

pendapatan dan pengeluaran untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dalam hal ini negara menggunakan penerimaan pajak untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan nasional. Pajak dalam segi

(11)

ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada

sektor publik. 14

Definisi pajak menurut Soemitro, seperti dikutip Waluyo dan Ilyas

menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum. Sebagaimana ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak seperti tersebut di atas, terlihat dua fungsi pajak, yaitu: a.

Fungsi penerimaan (budgetair): pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. b. Fungsi mengatur (regular): pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Mengacu pada pengertian dan fungsi pajak seperti tersebut di atas, maka kepatuhan

(compliance) masyarakat untuk membayar pajak dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara menjadi sangat penting.15

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu official assesment system, self assessment system, dan withholding system.Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak

14 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, edisi ketiga. (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), P.238.

(12)

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar. Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk

memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Sistem self assessment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang

tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut. Harahap menyatakan bahwa dianutnya sistem selfassessment membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga

masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance).16 Masalah kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi

dihampir semua negara yang menerapkan sistem perpajakan. Masalah

kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan publik, penegakan hukum, struktur

organisasi, tenaga kerja, etika atau gabungan dari semua segi tersebut. Dari segi keuangan publik, kalau pemerintah mampu menujukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan benar dan sesuai dengan

keinginan wajib pajak, maka wajib pajak cenderung untuk mematuhi aturan perpajakan. Namun sebaliknya bila pemerintah tidak dapat menunjukkan

penggunaan pajak secara transparan dan akuntabilitas, maka wajib pajak tidak mau membayar pajak dengan benar.17

Direktorat pajak sebagai instansi pemerintah dibawah Departemen

Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha

16 Abdul Asri Harahap dalam Banu Witono, “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. (Vol. 7 No. 2, September 2008), p. 197.

(13)

meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem

perpajakan yang lebih modern.18 Pembaharuan dalam sistem perpajakan ini ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan

perpajakan. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan

dikembangkannya administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di berbagai aspek kegiatan.19 Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan

dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan. Terdapat sedikitnya 3

aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun 2005, meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment dan sistem Pelaporan Pajak dengan aplikasi e-Filling.20

E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara on-line yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak

(www.pajak.go.id ) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Sehingga Wajib Pajak (WP) tidak perlu lagi melakukan

pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual. Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa

(14)

konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga

apabila data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik. Wajib Pajak tidak perlu lagi

datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika sudah menggunakan fasilitas efiling sehingga penyampaian SPT menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini karena pengiriman data SPT d apat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta

dikirim langsung ke database Direktorat Jenderal Pajak dengan fasilitas internet yang disalurkan melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa

Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. E-filing mempermudah penyampaian SPT dan memberi keyakinan kepada Wajib pajak bahwa SPT itu sudah benar diterima Direktorat Jenderal Pajak serta

keamanan jauh lebih terjamin.21

Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan

kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Secara sederhana definisi kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pelayanan

perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan prima kepada masyarakat wajib pajak akan terpenuhi bilamana

SDM melakukan tugasnya secara profesional, disiplin, dan transparan. Dalam kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya,

(15)

maka mereka akan cenderung akan melaksanakan kewajiban membayar pajak

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ketentuan perpajakan dibuat sederhana, mudah dipahami oleh wajib pajak, maka pelayanan perpajakan

atas hak dan kewajiban mereka dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan demikian sistem informasi perpajakan dan kualitas SDM yang handal akan menghasilkan pelayanan perpajakan yang semakin baik.22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

(16)

Jenis penelitian yang digunakan pada penulisan ini merupakan

penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang objek utamanya berupa buku, ensiklopedia, jurnal-jurnal, artikel dan lain-lain.

Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk memperoleh landasan teori terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat mendukung landasan berpikir agar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.23

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian Kualitatif, yaitu metode penelitian yang tidak mengadakan penghitungan

matematis, statistik dan lain sebagainya. Metode kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.24

Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk dalam analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini peneliti mempunyai tujuan untuk memahami (to

understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada

memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.

Metode analisa yang digunakan adalah analisis data kualitatif dimana datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya. Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan berupa data primer dan

23 Hendri Tanjung et al, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. (Bekasi: Gramata Publishing, 2013), p. 20.

(17)

data Sekunder. Sumber Primer meliputi karangan-karangan asli yang ditulis

oleh orang yang secara langsung mengalami, melihat atau mengerjakan. Sumber sekunder meliputi tulisan mengenai karangan orang lain yang

disajikan dalam bentuk komentar atau tinjauan pustaka oleh orang yang secara tidak langsung mengamati atau ikut terlibat. Hal yang meliputi sumber sekunder antara lain adalah laporan penelitian sebelumnya, jurnal- jurnal

yang diterbitkan lembaga-lembaga, laporan-laporan prospektus perusahaan dan lain-lain. 25

Metode teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

pengumpulan pustaka. Teknik pengumpulan data lewat pustaka yaitu penyusun menelusuri sumber data baik itu karya ilmiah, disertasi, skripsi maupun buku

buku yang berhubungan dengan pembahasan yang akan dikaji. Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi lewat

media cetak ataupun media elektronik.26

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinngga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.27

25 Hendri Tanjung et al, op.cit., p. 77. 26 Ibid, p. 115.

(18)

Dalam menganalisis data dan materi, peneliti mengunakan metode

induktif. Induktif adalah cara berfikir yang dimulai dari pernyataan yang bersifat khusus untuk memperoleh konklusi yang bersifat umum. Proses

berfikir ilmiah tidak dimulai dari teori yang bersifat umum, tetapi dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun, diolah, dan dikaji

untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum. Analisis data dengan analisis domain yang dilakukan

untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup disuatu fokus atau pokok permasalahan yang diteliti.28

B. Sistematika Pembahasan

Berdasarkan perolehan data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dari situs

Direktorat Jendral Pajak, diketahui bahwa jumlah WPOP sangat rendah. Hal ini disebabkan masih minimnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang sangat

penting dalam administrasi perpajakan. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan. Perkembangan

teknologi yang sangat pesat telah memungkinkan DJP untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, dengan mereformasi pelaksanaan sistem perpajakan yang lebih modern.29 Beragam inovasi pemanfaatan teknologi telah

dikembangkan oleh DJP untuk memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib

(19)

Pajak. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan dikembangkannya

administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di berbagai aspek kegiatan.30

Keberadaan situs pajak dimaksudkan untuk mendukung DJP dalam menerapkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi publik, dimana setiap badan publik termasuk DJP diwajibkan

menyediakan informasi publik dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, dengan

informasi yang lebih lengkap dan terbuka diharapkan tingkat kepercayaan publik kepada DJP akan semakin tinggi sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat guna memenuhi kewajiban perpajaknnya.

Terdapat sedikitnya 3 aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun

2005, meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment atau e-Billing dan sistem Pelaporan Pajak dengan aplikasi e-Filling. Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan.

Salah satu layanan yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah e-Registration, dimana layanan ini memberikan kemudahan terhadap Wajib

Pajak guna mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP). Melalui pendaftaran NPWP secara online ini, Wajib pajak tidak perlu

(20)

lagi datang ke kantor pelayanan pajak, cukup dilakukan melalui komputer yang

mempunyai jaringan internet dimanapun, kemudian mengirimkan softcopy dokumen pendukung yang dibutuhkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

setempat dan hanya perlu menunggu kartu NPWP disampaikan ke alamat wajib pajak.

Selain e-Registration, layanan yang banyak dimanfaatkan oleh Wajib Pajak adalah layanan e-Filing. E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik

yang dilakukan secara online yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika sudah menggunakan fasilitas e-filing sehingga penyampaian SPT menjadi lebih mudah dan cepat, Wajib Pajak (WP) juga tidak perlu lagi melakukan

pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual.

Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila

data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik.31 Bagi Direktorat Jenderal Pajak, penggunaan

aplikasi e-Filing meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran. Anggaran pengadaan maupun pemeliharaan berkas dapat dikurangi. Demikian pula anggaran untuk mencetak formulir SPT Tahunan dapat diminimalkan.

31 Direktorat Jendral Pajak, Pakai E-Filling Itu Mudah Dan Praktis, www.pajak.go.id

(21)

Ditjen Pajak menerapkan layanan pembayaran pajak elektronik dengan

sebutan e-Billing. Aplikasi ini menawarkan kemudahan pembayaran pajak melalui metode pembayaran elektronik dengan segala kelebihannya: cepat,

mudah, nyaman dan fleksibel. E-billing merupakan metode pajak secara elektronik yang menggunakan kode Billing. Kode Billing sendiri adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui sistem Billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan Wajib pajak. Sistem e-billing menerbitkan kode billing untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara

elektronik, tanpa perlu membuat surat setoran (SSP, SSBP, SSPB) manual, yang digunakan e-Billing Direktorat Jendral Pajak.32

Kode biling akan diberikan setelah wajib pajak mendaftarkan diri melalui situs e-Billing (www.sse.pajak.go.id). Setelah Kode Billing diperoleh,

pembayaran dapat dilakukan melalui Kantor Pos dan Bank persepsi.

Penggunaan ATM maupun Internet Banking untuk pembayaran pajak dapat dilakukan dengan memasukkan Kode Billing ini, namun masih terbatas pada Bank Mandiri. Sebagai bukti pembayaran, wajib pajak akan memperoleh

Bukti Penerimaan Negara. Untuk transaksi melalui teller, bukti yang diterbitkan berupa Dokumen Bukti Penerimaan Negara. Apabila transaksi

dilakukan melalui ATM, bukti transaksi berupa struk ATM, sementara apabila pembayaran dilakukan melalui Internet Banking, Bukti Pembayaran yang diterbitkan dalam format elektronik yang dapat dicetak oleh Wajib Pajak.

32 Direktorat Jendral Pajak, Layanan perpajakan online melalui situs pajak,

(22)

Layanan pembayaran pajak secara elektronik melalui e-Billing ini merupakan perwujudan komitmen pelayanan prima Ditjen Pajak.33

Selain layanan perpajakan online, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga mengeluarkan kebijakan berupa pengecualian pengenaan Denda atas

Keterlambatan Penyampaian SPT Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Secara e-Filing melalui Situs Pajak (www.pajak.go.id). Menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, batas akhir penyampaian SPT Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah akhir

bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan, keterlambatan penyampaian SPT dikenakan denda sebesar Rp 100 ribu. Kebijakan ini

dilatarbelakangi oleh besarnya antusiasme masyarakat wajib pajak orang

pribadi untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh-nya melalui sarana e-Filling. Hal ini terlihat dari jumlah penerbitan Electronic Filing Identity Number (e-FIN) yang mencapai angka 2 juta lebih. DJP juga merasa perlu untuk memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak untuk memanfaatkan fasilitas e-Filing karena hal tersebut dapat meningkatkan kualitas data perpajakan.

Kebijakan di atas diatur melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP-62/PJ/2014 tanggal 25 Maret 2014. Yang perlu menjadi perhatian para Wajib

Pajak adalah bahwa dalam kebijakan pengecualian denda tersebut hanya diberikan kepada pengguna e-Filing melalui Situs Pajak. Selain itu, dalam kebijakan tersebut juga diatur bahwa pengecualian denda diberikan apabila penyampaian SPT Tahunan tidak melebihi akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun pajak yang

bersangkutan.DJP telah melaksanakan berbagai upaya dan terobosan untuk

(23)

memaksimalkan penerimaan pajak sekaligus mengawal kebijakan Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP) 2015, sosialisasi yang dilakukan selain melalui internet diantaranya melalui dialog perpajakan, pengawasan intensif, penegakan hukum secara selektif, hingga ekspansi ke berbagai sentra ekonomi. DJP juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun Gerai Layanan Terpadu di pusat perbelanjaan Tanah Abang, upaya ini dilakukan untuk melayani berbagai jenis pelayanan kewajiban perpajakan pajak pusat dan daerah kepada para pedagang di Pasar Tanah Abang. 34

BAB VI

KESIMPULAN

Rendahya tingkat kepatuhan wajib pajak menggalakkan munculnya

upaya-upaya yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak untuk memberikan kemudahan layanan perpajakan. Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah

(24)

memungkinkan DJP untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak,

Beragam inovasi pemanfaatan teknologi telah dikembangkan oleh DJP untuk memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib Pajak.

Terdapat sedikitnya 3 aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun 2005, meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment atau e-Billing dan sistem Pelaporan Pajak dengan aplikasi e-Filling. Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh

peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan.

Keberadaan situs pajak dimaksudkan untuk mendukung DJP dalam

menerapkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi publik, dimana setiap badan publik termasuk DJP diwajibkan

menyediakan informasi publik dengan cara yang mudah dijangkau oleh

masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, dengan informasi yang lebih lengkap dan terbuka diharapkan tingkat kepercayaan publik kepada

DJP akan semakin tinggi sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat guna memenuhi kewajiban perpajaknnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islami, edisi ketiga Jakarta: Rajawali Pers. P.238.

(25)

Variabel Moderasi”, dalam Accounting Analysis Journal. Vol.3 No.2, Mei 2014, p. 220-229.

Ayu, Stephana Dyah. “Persepsi Efektifitas Pemeriksaan Pajak Terhadap

Kecenderungan Melakukan Perlawanan Pajak”, dalam Jurnal Seri Kajian Ilmiah. Vol. 14 No. 1, Januari 2011, p. 1-51.

Direktorat Jendral Pajak, “Musim SPT Telah Tiba, Ditunggu Partisipasi Wajib

Pajak Orang Pribadi”. 2016, Senin, 28 Maret. Republika p. 13.

Direktorat Jendral Pajak, E-Billing Layanan Pembayaran Pajak Elektronik. dalam situs http://www.pajak.go.id diakses pada Sabtu, 9 April 2016 23:41 WIB.

Direktorat Jendral Pajak, Layanan perpajakan online melalui situs pajak. dalam situs http://www.pajak.go.id, diakses pada, Sabtu, 23 April 2013 23:49 WIB.

Direktorat Jendral Pajak, Pakai E-Filling Itu Mudah Dan Praktis. dalam situs www.pajak.go.id diakses pada Sabtu, 9 April 2016, 23:41 WIB.

Direktorat Jendral Pajak, Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.dalam situs http:// www.pajak.go.id, diakses pada Rabu, 23 Maret 2016, 07:59 WIB. Direktorat Jendral Pajak, Telah Berupaya Maksimal, DJP Berharap Kepatuhan

Sukarela Meningkat, dalam situs http://www.Pajak.go.id, diakses pada sabtu, 9 April 2016, 23:36 WIB.

Hardiningsih, Pancawati. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan

(26)

Hutagaol, John et al. “Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam

Jurnal Akuntabilitas. Vol.6 No. 2, Maret 2007, p. 186-193.

Ibrahim Nur, Iim. “Analisa Penerapan Sistem Pelaporan Pajak Dengan Aplikasi

E-Filling Secara Online”, dalam JurnalUltima InfoSys. Vol. 1 No.1, Desember 2009, p. 34-39.

Noviandini, Nurul Citra. “Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi

Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap

Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta”, dalam Jurnal Nominal. Vol.1 No.1, 2012, p. 15-22

Rahayu, Sri. “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi. Vol. 1 No. 2, November 2009, p. 120.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cetakan ke-19. Bandung: Alfabeta, p. 9-244.

Susanto, Jessica Novia. “Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, persepsi pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi terhadap

kepatuhan”, dalam Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2 No.1, 2013, p. 1-17.

Syahdan, Saifhul Anuar et al, “Dimensi Keadilan Atas Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal InFestasi. Vol. 10 No. 1, Juni 2014, p. 64.

(27)

Waluyo dalam Banu Witono, “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib

Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. (Vol. 7 No.2, September 2008), p. 196.

Witono, Banu. “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 7 No. 2, September 2008, p. 197. Wowor Ricky Alfiando et al. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan penelitian ini, dampak komodifikasi Pura Tirta Empul dalam konteks pariwisata global terhadap sosial budaya masyarakat setempat tidak dapat secara cepat

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Melalui tindakan yang sengaja dilakukan yang bertujuan untuk mendorong

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang sifat-sifat produksi saat lahir dan sapih pada babi hasil perkawinan dengan pejantan yang berbeda

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis “Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran perusahaan, dan Ukuran KAP secara simultan berpengaruh terhadap audit delay pada

Padankan simbol komponen tersebut dengan komponen yang betul dengan menulis P, Q atau R pada ruang yang disediakan.. P Q R Rajah 7  5  1  2  3  4  8  7  6.. Nyatakan

Pada tahapan pembebanan ketiga (step 3), elemen longitudinal busur pada bagian rangka atas yang terletak antara As 7 dan As 8 mencapai kapasitas puncaknya dan menyebabkan sistem

Rombongan sekitar 60 orang yang mengatasnamakan Gabungan Kekuatan Reformasi Masyarakat Riau (GKRR) yang terdiri dari unsur tokoh/pemuka masyarakat Riau, Forum Cendekiawan