MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI LAYANAN PERPAJAKAN ONLINE
Oleh: Sabila Rosyida
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia menerapkan Self Assessment System(SAS) sejak tahun 1983, yang sebelumnya memakai Official Assesment System (OAS). Berubahnya penggunaan OAS ke SAS dianggap sebagai reformasi yang besar karena OAS tidak melibatkan keaktifan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan sedangkan SAS melibatkan peran keaktifan WP dalam penentuan besarnya pajak yang terutang dan melaporkan secara teratur jumlah pajak yang
terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan kata lain, sistem ini memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Dalam hal ini, administrasi perpajakan berperan aktif dalam
melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. 1
Direktorat pajak sebagai instansi pemerintah dibawah Departemen
Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem
perpajakan yang lebih modern.2 Pembaharuan dalam sistem perpajakan ini
ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan
dikembangkannya administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di berbagai aspek kegiatan.3 Diantaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) yang semula berdasarkan pendekatan fungsi menjadi Sistem
Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case
management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomatisasi kantor serta berbagai pelayanan berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e Payment, Taxpayer’s Account, e-Registration, dan e-Counceling.4
Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem
administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non
Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar
29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai WP.5
2 Saifhul Anuar Syahdan et al, “Dimensi Keadilan Atas Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal InFestasi. (Vol. 10 No. 1, Juni 2014), p. 64.
3 Nurul Citra Noviandini, “Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta”, dalam Jurnal Nominal. (Vol.1 No.1, 2012), p. 16.
4 Sri Rahayu, “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi. (Vol. 1 No. 2, November 2009), p. 120.
Dari statistik pembayaran pajak diketahui bahwa dari sekitar 249 juta
penduduk Indonesia saat ini, baru 27,6 juta (11%) yang sudah mendaftarkan diri sebagai wajib pajak orang pribadi dan 2,4 juta sebagai WP badan. Dari 27,6 juta
WP OP tahun 2015, baru 10,25 juta WP OP (4,1%) yang melaporkan penghasilanya melalui surat pemberitahuan tahunan (SPT Tahunan). Dari 10,25 juta WP OP tersebut, hanya 0,8 (7,9%) juta WP yang melakukan pembayaran dan
diperoleh penerimaan sebesar Rp. 8,2 triliun. Dengan jumlah WP OP pengusaha yang sekitar 5 juta orang saat ini, angka Rp. 8,2 triliun sangatlah kecil. Padahal
petensi ekonomi WP OP di Indonesia sangat besar dan tumbuh pesat. Idealnya, angka 10 kali lipatnya atau bahkan lebih. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah.6
Berdasarkan sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia yakni Self assessment system semestinya sistem administrasi akan meningkat lebih efisien dan lebih produktif. Namun, kenyataannya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Oleh karena itulah peneliti
ingin meneliti tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui layanan perpajakan online.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Sebuah jurnal yang berjudul Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak, yang ditulis oleh John Hutagaol, Wing Wahyu Winarno dan Arya
Pradipta. Jurnal ini bertujuan untuk mencari solusi atas suatu masalah yaitu rendahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar dan kepatuhannya. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat
eksploratif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu besarnya penghasilan,
sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas, perlakuan perpajak yang adil, penegakan hukum dan Database. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh atas penerimaan negara dari sektor pajak. Diseminasi kebijakan dan perlakuan perpajakan secara berkesinambungan dilaksanakan dengan mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat. Penyempurnaan perangkat aturan yang tidak mendorong dunia usaha yang kondusif misalnya aturan yang menimbulkan deskriminasi usaha atau yang mendorong wajib pajak tidak patuh. Dalam rangka pengenalan
kegiatan usaha wajib pajak untuk tujuan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, pemerintah seyogyanya melaksanakan kegiatan pendukung, yaitu
kemitraan dengan dunia usaha, aktivitas himbauan, dan kunjungan ke lokasi usaha wajib pajak.7
Sebuah jurnal yang berjudul Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kemauan Membayar Pajak, yang ditulis oleh Nila Yulianawati. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesadaran membayar pajak,
pengetahuan perpajakan, pemahaman peraturan perpajakan, persepsi
efektifitas sistem perpajakan, kualitas layanan terhadap kemauan membayar pajak. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif
dengan teknik convinience random sampling dengan membagikan kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap kesadaran
membayar pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kemauan membayar pajak, sikap wajib pajak terhadap pengetahuan peraturan perpajakan tidak
berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, sikap wajib pajak terhadap pemahaman peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, persepsi efektifitas sistem perpajakan juga tidak
berpengaruh terhadap kemauan membayarb pajak, dan untuk kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Secara
keseluruhan model tersebut fit.8
Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, persepsi pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi
terhadap kepatuhan, yang ditulis oleh Jessica Novia Susanto. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisa Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak,
persepsi pengetahuan wajib pajak, dan persepsi pengetahuan korupsi terhadap kepatuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa jika pengujian dilakukan pada
masing variabel, variabel pelayanan aparat pajak tidak mempengaruhi
kepatuhan, variabel persepsi pengetahuan wajib pajak tidak mempengaruhi kepatuhan, namun aparat pelayanan pajak bersama-sama dengan persepsi
pengetahuan wajib pajak dan pengetahuan korupsi akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. hasil ini ditunjukkan dengan nilai uji F dan uji t nya. Berdasarkan uji ini
menunjukkan bahwa tingkat keeratan adalah sangat lemah dengan nilai 5,4%.9
Sebuah jurnal yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Wajib Pajak Untuk Menggunakan E-Filling, yang ditulis oleh Ricky Alfiando Wowor, Jenny Morasa dan Inggriani Elim. Jurnal
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan terhadap perilaku
penggunaan e-Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian jika
menggunakan uji F menunjukan persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan berpengaruh secara simultan atau
bersama-sama terhadap perilaku penggunaan e-Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado. Hasil uji t menunjukan persepsi pengalaman berpengaruh secara signifikan, persepsi keamanan dan kerahasiaan
berpengaruh secara signifikan, dan persepsi kecepatan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap perilaku penggunaan e-Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado. Kesimpulannya menunjukkan bahwa persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan
secara bersama berpengaruh terhadap perilaku penggunaan e Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado.10
Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi, yang ditulis oleh Arif Angga Ardyanto dan Nanik Sri Utaminingsih. Jurnal ini bertujuan untuk menguji pengaruh sanksi pajak dan pelayanan
aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan preferensi risiko sebagai variabel moderasi. Adapun metode penelitian menggunakan Metode
kuantitatif dengan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar
pada KPP Pratama Blora, pelayanan aparat pajak secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko tidak
berpengaruh secara signifikan pada hubungan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko berpengaruh secara negatifdan signifikan
pada hubungan pelayanan aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
(WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora.11 Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan,
Persepsi Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta, yang ditulis oleh Nurul Citra Noviandini. Jurnal ini bertujuan (1) mengetahui Pengaruh
Persepsi Kebermanfaatan terhadap Penggunaan e-Filing (2) Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Penggunaan e-Filing (3)
Pengaruh Kepuasan Wajib Pajak terhadap Penggunaan e-Filing (4) Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak secara bersama-sama terhadap Penggunaan e-Filing. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Terdapat pengaruh positif Persepsi Kebermanfaatan terhadap Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang menunjukkan angka positif (0,122) dan mempunyai signifikansi 0,021 (di bawah 0,05), (2)
Terdapat pengaruh positif Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang
menunjukkan angka positif (0,340) dan mempunyai signifikansi 0,000 (di bawah 0,05), (3) Terdapat pengaruh positif Kepuasan Wajib Pajak terhadap Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang
menunjukkan angka positif (0,130) dan mempunyai signifikansi 0,011 (di
11 Arif Angga Ardyanto et al, “Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi”, dalam
bawah 0,05), (4) Terdapat pengaruh positif Persepsi Kebermanfaatan,
Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak secara bersama-sama terhadap Penggunaan eFiling ditunjukkan dengan koefisien regresi semua
yang menunjukkan angka positif. Dengan Sumbangan Relatif (SR) yang diberikan oleh X1 adalah sebesar 7 %, X2 adalah sebesar 73 %, dan X3 adalah sebesar 20 %, dengan total sumbangan efektif (SE) sebesar 36,7%.
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,342 atau 34,2% yang berarti bahwa Penggunaan e-Filing yang dapat dijelaskan oleh variabel
Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak adalah sebesar 34,2%.12
Sebuah jurnal yang berjudul Analisa Penerapan Sistem Pelaporan Pajak
Dengan Aplikasi E-Filling Secara Online, yang ditulis oleh Iim Ibrahim Nur. Jurnal ini bertujuan untuk menganalisa (1) proses pelaporan pajak dengan
aplikasi e-Filling (2) kelebihan dan kekurangan dari aplikasi e-Filling dalam sistem perpajakan di Indonesia (3) menganalisa peningkatan penerimaan negara melalui aplikasi e-Filling. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan sumber data sekunder baik dari berita ataupun dari literatur dan laporan keuangan instansi lain. Hasil
penelitian menujukkan bahwa (1) penerapan aplikasi e-Filling membuat proses pelaporan perpajakan menjadi lebih mudah, murah dan fleksibel. Dengan adanya sistem pelaporan pajak dengan aplikasi e-Filling, Wajib pajak dapat menyampaikan SPT kapan saja dan dimana saja, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. (2) Selain itu wajib pajak akan menerima konfirmasi
diterimanya SPT secara real time dari kantor pajak. Dengan aplikasi e-Filling pekerjaan wajib pajak menjadi lebih efisien karena setiap kesalahan dapat dengan mudah diperbaiki. Adapun kekurangan dari sistem ini yaitu
sering sekali gagal karena koneksi yang putus atau server mengalami overload, dan juga membayar pajak harus tetap menyerahkan hardcopy dari form utama SPT secara manual, terutama halaman yang berisi tanda tangan
selama belum ada regulasi mengenai keaslian dari tanda tangan digital, serta halangan yang datang dari inkompatibelnya format data digital dari ASP
dengan data yang ada di server kantor pajak (3) aplikasi e-Filling dalam sistem pelaporan pajak tidak membuat kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan negara, dapat diprediksi bahwa kenaikan pendapatan dari sektor
pajak tahun 2008 tidak serta merta karena adanya aplikasi e-Filling.13 B. Landasan Teori
Pembangunan nasional di Indonesia, khususnya di bidang ekonomi terus diupayakan dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup masyarakat. Pencapaian sasaran dan target pembangunan ekonomi membutuhkan sumber
pembiayaan yang cukup. Anggaran Pendapatan dan belanja negara adalah gambaran terhadap kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh
pendapatan dan pengeluaran untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Dalam hal ini negara menggunakan penerimaan pajak untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan nasional. Pajak dalam segi
ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada
sektor publik. 14
Definisi pajak menurut Soemitro, seperti dikutip Waluyo dan Ilyas
menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Sebagaimana ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak seperti tersebut di atas, terlihat dua fungsi pajak, yaitu: a.
Fungsi penerimaan (budgetair): pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. b. Fungsi mengatur (regular): pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Mengacu pada pengertian dan fungsi pajak seperti tersebut di atas, maka kepatuhan
(compliance) masyarakat untuk membayar pajak dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara menjadi sangat penting.15
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu official assesment system, self assessment system, dan withholding system.Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
14 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, edisi ketiga. (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), P.238.
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar. Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Sistem self assessment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang
tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem tersebut. Harahap menyatakan bahwa dianutnya sistem selfassessment membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga
masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance).16 Masalah kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi
dihampir semua negara yang menerapkan sistem perpajakan. Masalah
kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan publik, penegakan hukum, struktur
organisasi, tenaga kerja, etika atau gabungan dari semua segi tersebut. Dari segi keuangan publik, kalau pemerintah mampu menujukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
keinginan wajib pajak, maka wajib pajak cenderung untuk mematuhi aturan perpajakan. Namun sebaliknya bila pemerintah tidak dapat menunjukkan
penggunaan pajak secara transparan dan akuntabilitas, maka wajib pajak tidak mau membayar pajak dengan benar.17
Direktorat pajak sebagai instansi pemerintah dibawah Departemen
Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha
16 Abdul Asri Harahap dalam Banu Witono, “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. (Vol. 7 No. 2, September 2008), p. 197.
meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem
perpajakan yang lebih modern.18 Pembaharuan dalam sistem perpajakan ini ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan
perpajakan. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan
dikembangkannya administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di berbagai aspek kegiatan.19 Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan
dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan. Terdapat sedikitnya 3
aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun 2005, meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment dan sistem Pelaporan Pajak dengan aplikasi e-Filling.20
E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara on-line yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id ) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Sehingga Wajib Pajak (WP) tidak perlu lagi melakukan
pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual. Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa
konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga
apabila data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik. Wajib Pajak tidak perlu lagi
datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika sudah menggunakan fasilitas efiling sehingga penyampaian SPT menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini karena pengiriman data SPT d apat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta
dikirim langsung ke database Direktorat Jenderal Pajak dengan fasilitas internet yang disalurkan melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa
Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. E-filing mempermudah penyampaian SPT dan memberi keyakinan kepada Wajib pajak bahwa SPT itu sudah benar diterima Direktorat Jenderal Pajak serta
keamanan jauh lebih terjamin.21
Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Secara sederhana definisi kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pelayanan
perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas pelayanan prima kepada masyarakat wajib pajak akan terpenuhi bilamana
SDM melakukan tugasnya secara profesional, disiplin, dan transparan. Dalam kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya,
maka mereka akan cenderung akan melaksanakan kewajiban membayar pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ketentuan perpajakan dibuat sederhana, mudah dipahami oleh wajib pajak, maka pelayanan perpajakan
atas hak dan kewajiban mereka dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan demikian sistem informasi perpajakan dan kualitas SDM yang handal akan menghasilkan pelayanan perpajakan yang semakin baik.22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penulisan ini merupakan
penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang objek utamanya berupa buku, ensiklopedia, jurnal-jurnal, artikel dan lain-lain.
Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk memperoleh landasan teori terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat mendukung landasan berpikir agar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.23
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian Kualitatif, yaitu metode penelitian yang tidak mengadakan penghitungan
matematis, statistik dan lain sebagainya. Metode kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.24
Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk dalam analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini peneliti mempunyai tujuan untuk memahami (to
understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada
memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.
Metode analisa yang digunakan adalah analisis data kualitatif dimana datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya. Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan berupa data primer dan
23 Hendri Tanjung et al, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. (Bekasi: Gramata Publishing, 2013), p. 20.
data Sekunder. Sumber Primer meliputi karangan-karangan asli yang ditulis
oleh orang yang secara langsung mengalami, melihat atau mengerjakan. Sumber sekunder meliputi tulisan mengenai karangan orang lain yang
disajikan dalam bentuk komentar atau tinjauan pustaka oleh orang yang secara tidak langsung mengamati atau ikut terlibat. Hal yang meliputi sumber sekunder antara lain adalah laporan penelitian sebelumnya, jurnal- jurnal
yang diterbitkan lembaga-lembaga, laporan-laporan prospektus perusahaan dan lain-lain. 25
Metode teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
pengumpulan pustaka. Teknik pengumpulan data lewat pustaka yaitu penyusun menelusuri sumber data baik itu karya ilmiah, disertasi, skripsi maupun buku
buku yang berhubungan dengan pembahasan yang akan dikaji. Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi lewat
media cetak ataupun media elektronik.26
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinngga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.27
25 Hendri Tanjung et al, op.cit., p. 77. 26 Ibid, p. 115.
Dalam menganalisis data dan materi, peneliti mengunakan metode
induktif. Induktif adalah cara berfikir yang dimulai dari pernyataan yang bersifat khusus untuk memperoleh konklusi yang bersifat umum. Proses
berfikir ilmiah tidak dimulai dari teori yang bersifat umum, tetapi dari fakta atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun, diolah, dan dikaji
untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum. Analisis data dengan analisis domain yang dilakukan
untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tentang apa yang tercakup disuatu fokus atau pokok permasalahan yang diteliti.28
B. Sistematika Pembahasan
Berdasarkan perolehan data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dari situs
Direktorat Jendral Pajak, diketahui bahwa jumlah WPOP sangat rendah. Hal ini disebabkan masih minimnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang sangat
penting dalam administrasi perpajakan. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat telah memungkinkan DJP untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, dengan mereformasi pelaksanaan sistem perpajakan yang lebih modern.29 Beragam inovasi pemanfaatan teknologi telah
dikembangkan oleh DJP untuk memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib
Pajak. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan dikembangkannya
administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di berbagai aspek kegiatan.30
Keberadaan situs pajak dimaksudkan untuk mendukung DJP dalam menerapkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi publik, dimana setiap badan publik termasuk DJP diwajibkan
menyediakan informasi publik dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, dengan
informasi yang lebih lengkap dan terbuka diharapkan tingkat kepercayaan publik kepada DJP akan semakin tinggi sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat guna memenuhi kewajiban perpajaknnya.
Terdapat sedikitnya 3 aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun
2005, meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment atau e-Billing dan sistem Pelaporan Pajak dengan aplikasi e-Filling. Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan.
Salah satu layanan yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah e-Registration, dimana layanan ini memberikan kemudahan terhadap Wajib
Pajak guna mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Melalui pendaftaran NPWP secara online ini, Wajib pajak tidak perlu
lagi datang ke kantor pelayanan pajak, cukup dilakukan melalui komputer yang
mempunyai jaringan internet dimanapun, kemudian mengirimkan softcopy dokumen pendukung yang dibutuhkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat dan hanya perlu menunggu kartu NPWP disampaikan ke alamat wajib pajak.
Selain e-Registration, layanan yang banyak dimanfaatkan oleh Wajib Pajak adalah layanan e-Filing. E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik
yang dilakukan secara online yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika sudah menggunakan fasilitas e-filing sehingga penyampaian SPT menjadi lebih mudah dan cepat, Wajib Pajak (WP) juga tidak perlu lagi melakukan
pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual.
Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila
data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah sampai dikirim secara elektronik.31 Bagi Direktorat Jenderal Pajak, penggunaan
aplikasi e-Filing meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran. Anggaran pengadaan maupun pemeliharaan berkas dapat dikurangi. Demikian pula anggaran untuk mencetak formulir SPT Tahunan dapat diminimalkan.
31 Direktorat Jendral Pajak, Pakai E-Filling Itu Mudah Dan Praktis, www.pajak.go.id
Ditjen Pajak menerapkan layanan pembayaran pajak elektronik dengan
sebutan e-Billing. Aplikasi ini menawarkan kemudahan pembayaran pajak melalui metode pembayaran elektronik dengan segala kelebihannya: cepat,
mudah, nyaman dan fleksibel. E-billing merupakan metode pajak secara elektronik yang menggunakan kode Billing. Kode Billing sendiri adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui sistem Billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan Wajib pajak. Sistem e-billing menerbitkan kode billing untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara
elektronik, tanpa perlu membuat surat setoran (SSP, SSBP, SSPB) manual, yang digunakan e-Billing Direktorat Jendral Pajak.32
Kode biling akan diberikan setelah wajib pajak mendaftarkan diri melalui situs e-Billing (www.sse.pajak.go.id). Setelah Kode Billing diperoleh,
pembayaran dapat dilakukan melalui Kantor Pos dan Bank persepsi.
Penggunaan ATM maupun Internet Banking untuk pembayaran pajak dapat dilakukan dengan memasukkan Kode Billing ini, namun masih terbatas pada Bank Mandiri. Sebagai bukti pembayaran, wajib pajak akan memperoleh
Bukti Penerimaan Negara. Untuk transaksi melalui teller, bukti yang diterbitkan berupa Dokumen Bukti Penerimaan Negara. Apabila transaksi
dilakukan melalui ATM, bukti transaksi berupa struk ATM, sementara apabila pembayaran dilakukan melalui Internet Banking, Bukti Pembayaran yang diterbitkan dalam format elektronik yang dapat dicetak oleh Wajib Pajak.
32 Direktorat Jendral Pajak, Layanan perpajakan online melalui situs pajak,
Layanan pembayaran pajak secara elektronik melalui e-Billing ini merupakan perwujudan komitmen pelayanan prima Ditjen Pajak.33
Selain layanan perpajakan online, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga mengeluarkan kebijakan berupa pengecualian pengenaan Denda atas
Keterlambatan Penyampaian SPT Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Secara e-Filing melalui Situs Pajak (www.pajak.go.id). Menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, batas akhir penyampaian SPT Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah akhir
bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan, keterlambatan penyampaian SPT dikenakan denda sebesar Rp 100 ribu. Kebijakan ini
dilatarbelakangi oleh besarnya antusiasme masyarakat wajib pajak orang
pribadi untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh-nya melalui sarana e-Filling. Hal ini terlihat dari jumlah penerbitan Electronic Filing Identity Number (e-FIN) yang mencapai angka 2 juta lebih. DJP juga merasa perlu untuk memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak untuk memanfaatkan fasilitas e-Filing karena hal tersebut dapat meningkatkan kualitas data perpajakan.
Kebijakan di atas diatur melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-62/PJ/2014 tanggal 25 Maret 2014. Yang perlu menjadi perhatian para Wajib
Pajak adalah bahwa dalam kebijakan pengecualian denda tersebut hanya diberikan kepada pengguna e-Filing melalui Situs Pajak. Selain itu, dalam kebijakan tersebut juga diatur bahwa pengecualian denda diberikan apabila penyampaian SPT Tahunan tidak melebihi akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun pajak yang
bersangkutan.DJP telah melaksanakan berbagai upaya dan terobosan untuk
memaksimalkan penerimaan pajak sekaligus mengawal kebijakan Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP) 2015, sosialisasi yang dilakukan selain melalui internet diantaranya melalui dialog perpajakan, pengawasan intensif, penegakan hukum secara selektif, hingga ekspansi ke berbagai sentra ekonomi. DJP juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun Gerai Layanan Terpadu di pusat perbelanjaan Tanah Abang, upaya ini dilakukan untuk melayani berbagai jenis pelayanan kewajiban perpajakan pajak pusat dan daerah kepada para pedagang di Pasar Tanah Abang. 34
BAB VI
KESIMPULAN
Rendahya tingkat kepatuhan wajib pajak menggalakkan munculnya
upaya-upaya yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak untuk memberikan kemudahan layanan perpajakan. Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah
memungkinkan DJP untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak,
Beragam inovasi pemanfaatan teknologi telah dikembangkan oleh DJP untuk memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib Pajak.
Terdapat sedikitnya 3 aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun 2005, meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment atau e-Billing dan sistem Pelaporan Pajak dengan aplikasi e-Filling. Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh
peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan.
Keberadaan situs pajak dimaksudkan untuk mendukung DJP dalam
menerapkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi publik, dimana setiap badan publik termasuk DJP diwajibkan
menyediakan informasi publik dengan cara yang mudah dijangkau oleh
masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, dengan informasi yang lebih lengkap dan terbuka diharapkan tingkat kepercayaan publik kepada
DJP akan semakin tinggi sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat guna memenuhi kewajiban perpajaknnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islami, edisi ketiga Jakarta: Rajawali Pers. P.238.
Variabel Moderasi”, dalam Accounting Analysis Journal. Vol.3 No.2, Mei 2014, p. 220-229.
Ayu, Stephana Dyah. “Persepsi Efektifitas Pemeriksaan Pajak Terhadap
Kecenderungan Melakukan Perlawanan Pajak”, dalam Jurnal Seri Kajian Ilmiah. Vol. 14 No. 1, Januari 2011, p. 1-51.
Direktorat Jendral Pajak, “Musim SPT Telah Tiba, Ditunggu Partisipasi Wajib
Pajak Orang Pribadi”. 2016, Senin, 28 Maret. Republika p. 13.
Direktorat Jendral Pajak, E-Billing Layanan Pembayaran Pajak Elektronik. dalam situs http://www.pajak.go.id diakses pada Sabtu, 9 April 2016 23:41 WIB.
Direktorat Jendral Pajak, Layanan perpajakan online melalui situs pajak. dalam situs http://www.pajak.go.id, diakses pada, Sabtu, 23 April 2013 23:49 WIB.
Direktorat Jendral Pajak, Pakai E-Filling Itu Mudah Dan Praktis. dalam situs www.pajak.go.id diakses pada Sabtu, 9 April 2016, 23:41 WIB.
Direktorat Jendral Pajak, Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.dalam situs http:// www.pajak.go.id, diakses pada Rabu, 23 Maret 2016, 07:59 WIB. Direktorat Jendral Pajak, Telah Berupaya Maksimal, DJP Berharap Kepatuhan
Sukarela Meningkat, dalam situs http://www.Pajak.go.id, diakses pada sabtu, 9 April 2016, 23:36 WIB.
Hardiningsih, Pancawati. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan
Hutagaol, John et al. “Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam
Jurnal Akuntabilitas. Vol.6 No. 2, Maret 2007, p. 186-193.
Ibrahim Nur, Iim. “Analisa Penerapan Sistem Pelaporan Pajak Dengan Aplikasi
E-Filling Secara Online”, dalam JurnalUltima InfoSys. Vol. 1 No.1, Desember 2009, p. 34-39.
Noviandini, Nurul Citra. “Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi
Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap
Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta”, dalam Jurnal Nominal. Vol.1 No.1, 2012, p. 15-22
Rahayu, Sri. “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi. Vol. 1 No. 2, November 2009, p. 120.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cetakan ke-19. Bandung: Alfabeta, p. 9-244.
Susanto, Jessica Novia. “Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, persepsi pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi terhadap
kepatuhan”, dalam Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2 No.1, 2013, p. 1-17.
Syahdan, Saifhul Anuar et al, “Dimensi Keadilan Atas Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal InFestasi. Vol. 10 No. 1, Juni 2014, p. 64.
Waluyo dalam Banu Witono, “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib
Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. (Vol. 7 No.2, September 2008), p. 196.
Witono, Banu. “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 7 No. 2, September 2008, p. 197. Wowor Ricky Alfiando et al. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi