• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Sistem Kontrol Fakultas Program St (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dasar Sistem Kontrol Fakultas Program St (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Dasar

Sistem

Kontrol

Kesalahan Keadaan Tunak

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Fakultas Teknik Teknik Elektro

10

Triyanto Pangaribowo, ST, MT

Abstract

Kompetensi

Kebanyakan sistem kontrol didisain untuk beroperasi dengan masukan referensi,

r(t), yang sama dengan harga konstan tertentu atau waktu tertentu. Oleh karena itu, kesalahan keadaan tunak (steady state error, ess) merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk dianalisa pada sebuah sistem kontrol. Kesalahan keadaan tunak didefinisikan sebagai perbedaan antara

(2)

masukan dan keluaran sistem terhadap masukan uji tertentu pada saat waktu mendekati tak hingga, t. Masukan tangga (step input), adalah masukan uji yang sering digunakan untuk mengetahui kesalahan keadaan tunak sebuah sistem.

KESALAHAN KEADAAN TUNAK

10.1. DEFINISI KESALAHAN KEADAAN TUNAK

Kebanyakan sistem kontrol didisain untuk beroperasi dengan masukan referensi, r(t), yang sama dengan harga konstan tertentu atau waktu tertentu. Oleh karena itu, kesalahan keadaan tunak (steady state error, ess) merupakan salah satu karakteristik yang penting untuk dianalisa pada sebuah sistem kontrol. Kesalahan keadaan tunak didefinisikan sebagai perbedaan antara masukan dan keluaran sistem terhadap masukan uji tertentu pada saat waktu mendekati tak hingga, t. Masukan tangga (step input), adalah masukan uji yang

sering digunakan untuk mengetahui kesalahan keadaan tunak sebuah sistem. Selain tangga satuan, masukan lain yang digunakan untuk pengujian kesalahan keadaan tunak sistem kontrol adalah masukan ramp dan masukan parabolic. Masukan-masukan tersebut ditampilkan pada Gambar 10.1. Tabel fungsi waktu dan fungsi Laplace ditampilkan pula pada Tabel 10.1.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 0.5 1

Unit Step Input

Jenis-jenis Input Penguji Kesalahan Keadaan Tunak Sistem

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 5 10

Ramp Input

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 20 40 60

Parabolic Input

t

(3)

Tabel 10.1. Masukan, Fungsi Waktu dan Fungsi Laplace

Nama Masukan Fungsi Waktu Fungsi Laplace

Tangga Satuan 1 1/s

Ramp t 1/s2

Parabolik ½ t2 1/s3

Masukan tangga merepresentasikan posisi yang konstan dan amat berguna untuk menentukan kemampuan sebuah sistem kontrol untuk memposisikan dirinya dengan keluaran yang harganya konstan. Beberapa contoh dari step input adalah mempertahankan satelit agar tetap pada orbitnya, posisi antena, dan pengendali temperatur ruangan. Sedangkan masukan ramp merepresentasikan masukan dengan kecepatan konstan. Masukan ini digunakan untuk menguji kemampuan sistem mengikuti kenaikan input yang bertambah secara linier. Aplikasi masukan ini dimanfaatkan untuk menetapkan kecepatan sebuah satelit agar dapat mengikuti kecepatan perputaran bumi. Terakhir, masukan parabolik menggambarkan fungsi percepatan yang konstan. Fungsi ini digunakan untuk merepresentasikan kemampuan mengikuti target yang bertambah kecepatannya secara konstan. Masukan ini dimanfaatkan untuk menggerakkan peluru kendali dalam rangka mencapai target yang tetap ataupun terus bergerak-gerak.

Ilustrasi dari kesalahan keadaan tunak untuk masukan tangga satuan tampak pada Gambar 10.2 di bawah ini. Dari gambar tersebut tampak bahwa Output1 memiliki kesalahan

keadaan tunak yang sangat kecil sekali dan Output3 memiliki kesalah keadaan tunak yang

(4)

Gambar 10.2 Ilustrasi Kesalahan Keadaan Tunak

10.2. DERIVASI RUMUS KESALAHAN KEADAAN TUNAK

Untuk lebih memahami konsep kesalahan keadaan tunak, pertama-tama, sebuah blok diagram sistem kontrol yang memiliki umpan balik satuan (unity feedback), digambarkan di bawah ini:

Gambar 10.3 Sistem dengan Umpanbalik Satuan

Karena kesalahan (error) adalah perbedaan antara masukan dan keluaran sebuah sistem, maka fungsi alih lup tertutup, T(s), adalah:

) ( 1

) ( )

( ) ( ) (

s G

s G s

R s C s T

 

 (10.1)

dimana, sinyal kesalahan, E(s), adalah:

G(s) C(s)

R(s)

(5)

)

sedangkan

)

maka, substitusi persamaan (10.2) dan (10.3) ini akan menghasilkan

)

Kemudian, sesuai dengan definisi sebelumnya, kesalahan keadaan tunak adalah:

)

maka, menurut teorema keadaan akhir dari Transformasi Laplace, bahwa:

)

Sehingga, kesalahan keadaan tunak sebuah sistem (lihat persamaan (10.4) dan (10.6)), adalah:

Contoh 10.1

(6)

Gambar 10.4 Blok diagram Contoh 10.1

Berdasarkan persamaan (10.7), maka:

21

Respon waktu yang menunjukkan besarnya kesalahan keadaan tunak sistem ditampilkan pada Gambar 10.5 di bawah ini.

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05 0

Step Response

Time (sec)

A

m

pl

itu

de

Gambar 10.5. Respon Waktu untuk menunjukkan Kesalahan Keadaan Tunak

pada Contoh 10.1

(7)

Contoh 10.2

Sebuah sistem kontrol yang lain memiliki blok diagram seperti Gambar 10.6 di bawah ini. Jika diberikan masukan tangga (unit step), maka tentukan kesalahan keadaan tunak sistem tersebut!

Gambar 10.6 Blok diagram Contoh 10.2

Berdasarkan persamaan (10.7), maka:

31

Gambar 10.7 di bawah ini menunjukkan besarnya kesalahan keadaan tunak sistem dalam bentuk respon waktu ditampilkan.

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

1 INPUT

OUTPUT

ERROR

Step Response

Time (sec)

(8)

Gambar 10.7. Respon Waktu untuk menunjukkan Kesalahan Keadaan Tunak

pada Contoh 10.2

10.3. KESALAHAN KEADAAN TUNAK DAN Kp

Jika pada sistem kontrol kita tambahkan blok konstanta proporsional, (Kp), sebagai

kompensator sistem, maka gambar blok diagramnya menjadi:

Gambar 10.8 Blok Diagram Sistem Kontrol dengan Kp

Maka sinyal kesalahan, E(s), adalah:

) ( ) ( )

(s R s C s

E   (10.8)

sedangkan

) ( ) ( )

(s E s K G s

Cp

(10.9)

maka, substitusi persamaan (10.2) dan (10.3) ini akan menghasilkan

) ( 1

) ( )

(

) ( )) ( 1

)( (

), ( ) ( ) ( ) (

s G K

s R s

E

s R s G K s

E

s G K s E s R s E

p p

p

 

 

 

(10.10)

Sehingga, kesalahan keadaan tunak sebuah sistem (lihat persamaan (10.6) dan (10.10)), adalah:

G(s) R(s)

+ _

E(s) C(s)

(9)

)

Contoh 10.3

Sebuah sistem kontrol ditunjukan seperti gambar di bawah ini. Tentukan kesalahan keadaan tunak, jika K = 1, K = 10 dan K = 20!

Gambar 10.9 Blok Diagram Sistem Kontrol dengan Kp untuk Contoh 10.3

Sesuai dengan persamaan (10.11), maka:

(10)

77 . 0 

ss

e

Dari Contoh 10.3, dapat disimpulkan bahwa jika Kp dinaikkan, maka kesalahan

keadaan tunak sistem, ess, akan berkurang. Dengan kata lain, untuk mengurangi kesalahan keadaan tunak sistem, ess, dapat dilakukan dengan menaikkan konstanta proporsional, Kp.

Gambar 10.10 menjelaskan kesimpulan ini secara grafik.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0

0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

K=1 K=10 K=20

Step Response

Time (sec)

A

m

pl

itu

de

Gambar 10.10. Kesalahan Keadaan Tunak untuk berbagai harga K

10.4. KESALAHAN KEADAAN TUNAK UNTUK MASUKAN LAIN

Sebagaimana disebutkan di bagian awal, selain masukan tangga satuan (unit step), terdapat juga masukan lain untuk menguji kesalahan keadaan tunak suatu sistem, yaitu masukan ramp dan parabolik. Contoh berikut ini menjelaskan pengujian sistem menggunakan ketiga input tersebut.

Contoh 10.3

(11)

Gambar 10.11. Blok Diagram Sistem Kontrol Contoh 10.3

Tentukan kesalahan keadaan tunak sistem jika masukannya adalah masukan tangga satuan, masukan ramp dan masukan parabolik!

Jika masukan tangga satuan (R(s) = 1/s), berdasarkan persamaan (10.7), maka:

0

Jika masukan parabolik (R(s) = 1/s3), berdasarkan persamaan (10.7), maka:

(12)

Perhatikan hasil-hasil perhitungan keadaan kesalah keadaan tunak diatas. Apakah kesimpulan yang anda dapatkan?

Daftar Pustaka

Distefano, J.J., Stubberud, A.R., and Williams, I.J., 1992,

Teori dan Soal-soal SistemPengendalian dan Umpan Balik (Terjemahan Herman Widodo

Soemitro) SeriScaum, Edisi SI, Erlangga, Jakarta.

Dorf, R.C., 1983 . Sistem Pengaturan, Edisi 3, Erlangga, Jakarta

Kuo, B.C., 1995, Teknik Kontrol Automatik, Edisi 7, Jilid 1, Aditya Media, Jogjakarta.Ogata,

Katsuhiko., 1997, Teknik Kontrol Otomatik, Edisi 2 Jilid 1/2, Erlangga Jakarta

Pakpahan, Sahat, 1988,Kontrol Otomatik Teori dan Penerapan, Penerbit Erlangga,Jakarta.

Phillips, Harbor, 1998, Sistem Kontrol (alih bahasa Widodo), Edisi 3 Jilid 1/2,Prenhallindo,

Jakarta

Gunterus, Frans. 1994. Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses. Jakarta : PT Elex Media

Komputindo.

Stephanopoulos, George. 1984, Chemical Process Control An Introduction To Theory And

Practice, Prentice Hall International, London.

http://che.ft-untirta.ac.id/download-center/category/1- operasi-teknik-kimia?

download=7%3Apenukar-panas

Shaw, John A. 2001 Process Control Solutions

Ebeling,Charles E. 1997. An Introduction to Reliability and Maintainability Engineering, The

McGraw-Hill Companies, Singapore.

Candrawati, Galih.2009, “Studi Performansi Sistem Pengendalian Dan Safety Pada Unit

Thermal Ventilation Thema Dry Tunnel TH 009 PT. Ecco Tannery Indonesia”. Tugas Akhir,

jurusan Teknik Fisika – ITS.

Bagus, Andhika P.2010, “Study Reliability, Safety and Quality Pada Instrumen Waste Heat

Boiler di Petrokimia”. Tugas Akhir, jurusan Teknik Fisika – ITS.

http://maintenance-group.blogspot.com/2010/09/keandalanreliability.html

Gambar

Gambar 10.1. Jenis-jenis Input Penguji Kesalahan Keadaan Tunak Sistem
Tabel 10.1. Masukan, Fungsi Waktu dan Fungsi Laplace
Gambar 10.3 Sistem dengan Umpanbalik Satuan
Gambar 10.5. Respon Waktu untuk menunjukkan Kesalahan Keadaan Tunak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kelembaban di dalam ruang inkubator dikontrol dengan menggunakan rangkaian sistem kontrol kelembaban yang tersusun atas dua masukan pada penguat selisih (IC LM

Sinyal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal umpan-balik (yang dapat berupa sinyal keluaran atau suatu fungsi sinyal keluaran dan

Hasil yang di dapat dari pengujian adalah semua komponen alat dalam pengujian dapat bekerja dengan baik dan hasil monitor dan kontrol keadaan genset dapat ditampilkan pada

Dalam setiap konfigurasi kontrol, kontroler merupakan elemen aktif yang menerima informasi dari pengukuran dan mengambil aksi pengontrolan yang tepat untuk menyetel

Setelah ada perubahan klok dari 1 ke 0, bagian master dalam keadaan memori, tidak merespon masukan S-R, pada saat yang sama klok bagian slave terbuka (berlogik 1), bagian

Sedangkan Sistem Kontrol Lingkar Tertutup ( Closed Loop ) adalah sistem pengontrolan dimana besaran keluaran memberikan efek terhadap besaran masukan, sehingga

Hasil yang di dapat dari pengujian adalah semua komponen alat dalam pengujian dapat bekerja dengan baik dan hasil monitor dan kontrol keadaan genset dapat ditampilkan pada

Sensor yang digunakan yaitu sensor infrared (IR) sebagai transimitter dan photodiode receiver. Sensor ini digunakan sebagai saklar otomatis untuk masukan PLC. Dalam keadaan