Inlahadi Putra1), Nasfryzal Carlo2) dan Nursyaifi Yulius3) Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta e-mail :inlahadi@gmail.com,carlo@bunghatta.ac.id
ABSTRAK
Rendahnya layanan pengadaan barang dan jasa yang selama ini dilaksanakan secara konvensional kadang tidak memenuhi harapan masyarakat, proses yang tak efisien dan efektif, transparansi dan akuntabilitas yang rendah, menjadi dasar perlunya reformasi untuk mencapai pengadaan barang dan jasa yang bersih. Pemerintah Kota Sungai Penuh saat ini berusaha mewujudkan pemerintahan yang bersih dan menerapkan tata kelola yang baik. Namun demikian tanpa didasarkan pada prinsip kepastian hukum, professional, visioner, efisien, akuntabel, transparan, dan partisipatif kedua program tersebut tidak mungkin akan tercapai. Melalui perangkat teknologi e-Procurement, semua aktivitas kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi lebih transparan, efisien, efektif dan memeprcepat proses pengadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui capaian efektifitas pelaksanaan e-procurementyang diselenggarakan oleh Pemerintahan Kota Sungai Penuh didalam pengadaan barang dan jasa, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi capaian efektifitas pelaksanaan e-procurement, dan untuk mengetahui faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi capaian efektifitas pelaksanaan e-procurement. Survey melalui kuesioner yang dilakukan pada 130 orang responden memberikan hasil bahwa pelaksanaan e-procurement hanya baru berdampak pada efektifitas pengadan barang dan jasa sebesar 57.14%, sementara efektif tidaknya pelaksanan pengadaan barang dan jasa di Kota Sungai Penuh dipengaruhi oleh tiga faktor e-procurement yaitu Faktor “Jadwal dan Waktu Pelaksanan Sanggah” dengan
tingkat signifikan paling besar (t=0.58), kemudian urutan kedua Faktor “Pelaksanaan Standar Akuntabilitas Lelang” (t=0.57) dan ketiga Faktor Ketepatan Waktu Pelaksanaan Lelangm(t=0.29), secara keseluruhan ketiga faktor tersebut memiliki pengaruh secara bersama-sama (R2) menyebabkan baik tidaknya efektifitas PBJ adalah sebesar 79.4% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari tiga faktor yang ditemukan, faktor yang paling menentukan secara signifikan keberhasilan e-procurement di Kota Sungai Penuh adalah Jadwal dan Waktu Pelaksanan Sanggah melalui 3 dimensi yaitu Adanya Sanggah Banding dalam Paket Pekerjaan, Keakuratan jangka Waktu Diterbitkannya Jawaban Sanggah Banding dan Lelang Gagal Akibat Adanya Sanggah atau Sanggah Banding. Terkait dengan hasil penelitian ini, maka diharapkan kedepan penyelenggara PBJ di Kota Sungai Penuh harus mempersiapkan diri untuk lebih handal didalam penanganan sanggah pada proses lelang dimaksud.
ABSTRACT
The low of procurement services that have been implemented conventionally sometimes does not meet the expectations of society, a process that is not efficient and effective, low transparency and accountability, the basis of the need for reforms to achieve the procurement of goods and services that are clean. The Kota Sungai Penuh government is currently trying to realize a clean government and implement good governance. However, without being based on the principle of legal certainty, professional, visionary, efficient, accountable, transparent, and participatory both programs may not be achieved. Through the e-Procurement technology, all activities procurement of goods and of the government to be more transparent, efficient, effective and expedite of procurement process. This study aims to determine the effectiveness of the implementation of the outcomes of e-procurement organized by the Kota Sungai Penuh Government in the procurement of goods and services, to determine the factors that affect the achievement of the effective implementation of e-procurement, and to determine the factors that significantly affect the achievement of the effective implementation of e-procurement. Through a questionnaire survey conducted on 130 respondents gave the result that the implementation of the e-procurement only have an impact on the effectiveness of the procurement of goods and services amounted to 57.14%, while the effectiveness of the conduct of the procurement of goods and services in the Kota Sungai Penuh influenced by three factors namely Factor e-procurement "Schedule and Execution Time disclaimer" the most significant level (t=0.58), then the second factor "Implementation of Accountability Standard Auction" (t=0.57) and the third factor Timeliness the auction Implementation (t=0:29), Overall these three factors have influence together (R2) whether or not the effective cause PBJ amounted to 79.4% and the rest influenced by other factors. Of the three factors were found, the most decisive factor significantly the success of e-procurement in the Kota Sungai Penuh and Schedule Execution Time disclaimer three dimensions of existence disclaimer Appeal within Work Package, accuracy of the publication time period to Answer of disclaimer and Auction Fails Due to the existence of disclaimer. Related to the results of this study, it is expected that future organizers PBJ in Kota Sungai Penuh should prepare themselves to be more reliable in the handling of the bidding process referred disclaimer
Keywords: Procurement Effectiveness Goods and Services.
1. Pendahuluan
Pengadaan Barang dan Jasa merupakan aktivitas pemerintah yang paling signifikan, tidak hanya dalam jumlah aktivitas namun juga dana yang dialokasikan (Moon, 2005). Dalam APBN 2013 tercatat total nilai belanja yang melalui proses pengadaan barang dan jasa adalah Rp 534 triliun atau 31,73 % dari total APBN, yang terdiri dari 284 triliun yang merupakan bagian dari Belanja Pemerintah Pusat dan Rp 240 triliun adalah Belanja Daerah (Depkeu, 2014). Sayangnya besaran dana yang dialokasikan
belum diimbangi dengan pengelolaan yang baik. Dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) semester II tahun 2012 untuk Belanja Pemerintah Pusat yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa ditemukan 212 kasus diantaranya terdapat indikasi kerugian Negara sebanyak 65 kasus (BPK, 2013).
Pengadaan barang/jasa secara konvensional memiliki beberapa kelemahan (LKPP, 2009) yaitu pengadaan barang secara arisan dan adanya kickback
rencana pengadaan, pemesok memasang harga yang lebih tinggi (mark-up), memenagkan perusahan kerabat, saudara atau kelompok tertentu, tidak membuka akses bagi peserta dari daerah sekitarnya
Untuk mengatasi berbagai kelemahan yang ada dalam proses pengadaan barang/jasa secara konvensional, maka Pemerintah mengeluarkan sebuah inovasi dalam pengadaan barang/jasa di sektor publik, yaitu e-Procurement. Pentingnya e-Procurement secara eksplisit dinyatakan oleh pemerintah sejak dikeluarkannya Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. E-Procurement atau pengadaan barang/jasa secara elektronik sebenarnya sudah lama diterapkan di sektor swasta. Implementasi
e-Procurement di sektor swasta
memberikan dampak positif bagi organisasi membuat banyak organisasi sektor publik dan organisasi pemerintah di berbagai Negara mulai mengadopsi sistem ini (Reddick, 2004).
e-Procurement adalah sistem
pengadaan barang dan jasa yang proses pelaksanaanya dilakukan secara elektronik dan berbasis web dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 207/PRT/M/2005 Tentang Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Pemerintah Secara Elektronik).
Vaidya (2006) mencoba mebuat sebuah model penelitian mengenai factor-faktor apa saja yang menentukan keberhasilan implementasi e-Procurement
di sektor public. Hasil studinya menyatakan ada sebelas factor penentu keberhasilan implementasi e-Procurement.
Kesebelas factor tersebut adalah penerimaan pengguna akhir dan pelatihan, adopsi oleh penyedia barang/jasa, kesesuaian dengan best practice untuk perkara bisnis, integrasi sistem, keamanan
yang dilakukan oleh manajemen, strategi implementasi e-Procurement dan adanya standar komunikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui capaian efektifitas pelaksanaan e-procurement yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Kota Sungai Penuh didalam pengadaan barang dan jasa.
2. Metodologi Penelitian
• Rendahnya Capaian Kinerja Efektifitas e-procurement didalam pengadaan barang dan jasa di Lingkungan Pemerintahan Kota Sungai Penuh. • Dorongan untuk menyelenggarakan
pengadaan barang dan jasa secara trnsparan, akuntbel dan efektif ISU DAN LATAR BELAKANG MASALAH
PENELITIAN VARIABEL BEBAS (X)
Parameter yang menyebabkan baik tidaknya capaian efektifitas PBJ
• Faktor Efisiensi dan Efektifitas • Faktor Transparnsi
• Faktor Kompetitif • Faktor Akuntabilitas
Efektifitas berdasarkan faktor input, proses dan outputt
VARIABEL TERIKAT (Y)
Ukuran baik tidaknya capaian efektifitas PBJ
Gambar 1
Diagram Model Penelitian
Dari gambar diatas dapat dideskripsikan secara sederhana model dari penelitian ini yaitu :
1. Permasalahan yang disajikan didalam penelitian ini didukung dengan adanya fakta/gejala antara lain : rendahnya capaian kinerja efektifitas e-procurement didalam pengadaan barang dan jasa untuk beberapa tahun sebelumnya. Hal ini tentunya akan membawa dampak pada kinerja penyelenggaraan APBD Kota Sungai Penuh. Gejala kedua yang dijadikan dasar didalam penelitian ini adalah semangat dan motivasi untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa secara transparan, akuntabel dan efektif.
2. Dimensi kedua didalam model penelitian ini adalah kondisi yang menjelaskan secara terukur baik tidaknya capaian efektifitas e-procurement pada pengadaan barang jasa di lingkungan Pemerintahan Kota Sungai Penuh. Menurut Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah tahun 2014 efektifitas
e-procurement diukur dari tiga dimensi yaitu :
A. Efektifitas yang diukur berdasarkan peningkatan efektifitas sumber daya baik secara kuantitas ataupun secara kualitas (faktor input). B. Efektifitas ketaatan terhadap jadwal
dan ketaatan terhadap ketentuan/standar yang dipersyaratkan (faktor proses) C. Peningkatan kuantitas, perbaikan
proses, peningkatan efisiensi, peningkatan kualitas dan perubahan Perilaku pihak-pihak terkait (faktor output).
Karakteristik responden yang dituju didasari dari beberapa parameter antara lain : Jenis Kelamin (Sex), Kelompok Responden, Pengalaman Personil dan Pendidikan Terakhir. Pengklasifian responden ini dimaksudkan untuk memberikan justifikasi bahwa jumlah sampel sebanyak 130 orang yang telah ditetapkan mewakili keberagaman karakteristik populasi, seperti pada tabel 1 terlampir.
3.2 Pengujian Validitas dan Realibiltas
Parameter statistik yang digunakan untuk masing-masing pengujian adalah korelasi bivariate (r) dimana, sebuah variabel dikatakan valid ketika nilai r yang diperoleh > 0.5, sedangkan pengujian yang kedua adalah uji realibilitas dengan tingkat keyakinan 95% maka seharusnya sebuah instrument dikatakan memenuhi nilai kehandalan (realibilitas) pada saat nilai
alpha cronbac’s > 0.7. Dari hasil uji vailiditas ditemukan 10 variabel yang dinyatakan tidak mampu menjelaskan tujuan penelitian dan tidak digunakan lagi pada analisis selanjutnya, dapat dilihat pada tabel 2 terlampir. Sedangkan hasil uji reabilitas menunjukkan empat faktor yang digunakan realible untuk digunakan.
3.3 Analisis Pelaksanaan E-Procurement Saat Ini
Analisis ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pertama penelitian,
yaitu “Bagaimanakan pelaksanaan e -procurement yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Kota Sungai Penuh didalam pencapaian efektifitas pengadaan barang
dan jasa”. Pertanyaan ini akan dijawab
melalui analisis statistik yaitu dengan melihat nilia korelasi (r) antar masing-masing variabel terhadap keseluruhan nilai
menyimpulkan bahwa saat ini pelaksanaan e-procurement dalam pengadan barang dan jasa khususnya untuk jenis pengadaan jasa konsultansi dan jasa konstruksi hanya baru memenuhi kriteria efektif sebesar 57.14%. Angka ini diperoleh dari hasil perbandingan jumlah variabel yang memiliki nilai korelasi > 0.5
3.4 Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Efektifitas
E-Procurement
Penentuan Nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin) dan MSA (Measure of Sampling Adequacy), nilai ini diperlukan untuk melihat apakah variabel yang tersisa sebanyak 21 variabel dengan jumlah case (responden) 130 layak dilakukan analisis faktor dengan kriteria jika nilai KMO > 0.5 maka analisis faktor dapat dilanjutkan. Parameter nilai kedua yang diperlukan adalan nilai MSA yang ditujukan untuk melihat apakah variabel-variabel yang ada mewakili ukuran faktor yang akan dijelaskan nantinya dengan kriteria jika nilai MSA yang diperoleh > 0.5, maka disebut variabel tersebut layak untuk dikelompokkan. Dilakukan tiga kali pengujian, karena pada pada pengujian pertama dan kedua masih didapat variabel yang tidak bisa dipakai untuk menjelaskan faktor-faktor yang digunakan, karena memiliki nilai < 0,5.
Variabel yang tersisa yang selanjutnya dapat digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang akan terbentuk adalah sebanyak 14 variabel.
Selanjutnya ditentukan jumlah faktor yang terbentuk didasari dari nilai
Eigenvalues yang diperoleh dari
Berdasarkan nilai kriteria eigenvalue yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa baik tidaknya efektifitas e-procurement pada proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintahan Kota Sungai Penuh amat bergantung pada tiga faktor. Selanjutnya 14 variabel yang tersisa tadi akan dikelompokkan kedalam tiga faktor yang terbentuk melalui nilai loading pada komponen matrik (> 0.5).
Setelah dilakukan pengelompokan faktor berdasarkan Nilai Loading Komponen Matrik, selanjutnya dilakukan penamaan faktor baru yang terbentuk seperti pada tabel 4, tabel 5 dan tabel 6 terlampir.
Untuk menguji apakah jumlah faktor yang terbentuk sudah memenuhi kriteria memadai untuk menampung 14 variabel yang tersisa maka perlu ditentukan nilai Component Transformation Matrix dengan kriteria jumlah faktor dianggap memadai jika Component Transformation Matrix masing-masing faktor > 0.5. Hasil perhitungan yang dilakukan disajikan seperti pada tabel 7 terlampir yang menunjukkan bahwa pengelompokkan 14 variabel kedalam 3 faktor sudah mewakili untuk digunakan pada tahap analisis berikutnya karena Component Transformation Matrix masing-masing faktor > 0.5.
3.5 Faktor-Faktor Signifikan
Mempengaruhi Efektifitas
E-Procurement
Faktor-faktor yang memiliki pengaruh signifikan pada baik buruknya pencapaian efektifitas e-procurement didapatkan dengan menggunakan analisis regresi melalui beberapa kriteria penilaian secara statistik. Hasil rekapitulasi perhitungan parameter regresi disajikan kedalam tabel dibawah ini.
Tabel 8
Rekapitulasi Perhitungan Parameter Regresi
Hasil rekapitulasi pada tabel 8 diatas menunjukkan bahwa secara keseluruhan faktor 1, faktor 2 dan faktor 3 menentukan baik atau tidaknya efektifitas penyelenggaraan e-procurement sebesar 79.4% dan sisanya 20.6% ditentukan oleh faktor lain diluar dari tiga faktor tersebut. Untuk tingkat signifikansi pengaruh yang ditimbulkan oleh tiga faktor secara bersama-sama atau simultan terlihat dari hasil uji F yang diperoleh. Hasil uji F yang diperoleh sebesar 31.48. Sementara untuk
standar F pada α = 5% (n-k-1) dimana n adalah jumlah sampel (130), k adalah jumlah variabel (3 variabel) diperoleh nilai 2.68. Dari dua nilai F yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa F1, F2 dan F3 memiliki pengaruh yang signifikan karena F hitung > F tabel. Selanjutnya untuk melihat signifikansi masing-masing faktor terhadap baik buruknya efektifitas e-procurement ditentukan berdasarkan nilai t hitung yang diperoleh. Untuk penelitian ini t tabel adalah sebesar 1.65 dengan nilai
α=0.05
Berdasarkan nilai parameter yang diperoleh maka dapat dituliskan persamaan regresi yang terbentuk untuk menjelaskan pengaruh faktor-faktor e-procurement terhadap capaian efektifitas pengadaan barang dan jasa khususnya untuk pekerjaan konsultansi dan konstruksi dengan persamaan sebagai berikut:
Y = 0.04 + 0.29F1 + 0.57F2 + 0.58F3
terikat. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi hubungan multikolineritas antara masing-masing variabel bebas. Kondisi ini akan terpenuhi jika nilai VIF (variance inflation factor) yang didapat < 10 dan nilai tolerasi yang diperoleh > 0.1. Berdasarkan hasil olahan maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi yang dibuat sudah memenuhi syarat untuk digunakan karena nilai toleransi dan VIF memenuhi kriteria yang ditetapkan
3.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada bagian sebelumnya terlihat bahwa efektifitas pengadaan barang jasa yang selama ini diselenggarakan melalui e-procurement di Kota Sungai Penuh masih belum optimal, hal ini disebabkan karena beberapa kendala diantaranya karena adanya lelang ulang yang disebabkan oleh peminat/penawar yang tidak memenuhi jumlah minimal (kecil dari 3 Penawar), Adanya Sanggah Banding dalam Paket Pekerjaan, Keakuratan jangka Waktu Diterbitkannya Jawaban Sanggah Banding dan Lelang Gagal Akibat Adanya Sanggah atau Sanggah Banding.
Hasil kedua yang diperoleh dari penelitian ini adalah faktor-faktor pelaksanaan e-procurement yang mempengaruhi efektifitas penyelenggaraan barang dan jasa di Kota Sungai Penuh, penelitian yang dilakukan menyimpulkan terdapat 3 faktor dominan yang mempengaruhi efektifitas PBJ di Kota Sungai Penuh diantaranya yaitu: Ketepatan Waktu Pelaksanaan Lelang, Pelaksanaan Standar Akuntabilitas Lelang, Jadwal dan Waktu Pelaksanaan Sanggah
Untuk hasil ketiga yang diperoleh dari penelitian ini memperlihatkan bahwa kedepan efektifitas PBJ di Kota Sungai Penuh melalui e-procurement ini akan dapat terpenuhi jika dilakukannya
upaya-dan Ketepatan Waktu Pelaksanaan Lelang, Pelaksanaan Standar Akuntabilitas Lelang dan Jadwal dan Waktu Pelaksanan Sanggah. Ketiga faktor ini akan menentukan keberhasilan e-procurement didalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Kota Sungai Penuh dimasa akan datang.
4. Kesimpulan
a. E-procurement yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Kota Sungai Penuh saat ini relatif belum optimal, kondisi ini ditunjukan dari tingkat kesesuaian antara faktor-faktor penyelenggaraan e-procurement dengan efektifitas penyelenggaraannya hanya baru mencapai angka 57.14% dari 100% yang diharapkan. Angka ini diperoleh dari perbandingan jumlah variable pertanyaan yang memiliki tingkat keeratan (r>0.5) dengan keseluruhan variabel penentu tinggi rendahnya efektifitas e-procurement.
b. Ditemukan tiga faktor utama yang mempengaruhi capaian efektifitas pelaksanaan e-procurement di Kota Sungai Penuh, yaitu Ketepatan Waktu Pelaksanaan Lelang (F1), Pelaksanaan Standar Akuntabilitas Lelang (F2) dan Jadwal dan Waktu Pelaksanan Sanggah (F3). Jumlah faktor ini terbentuk berdasarkan perolehan nilai eigenvalues komponen yang lebih besar dari 1 (satu). Selanjutnya masing-masing faktor dijelaskan melalui beberapa variabel berdasarkan nilai loading faktor pada matrik komponen > 0.6.
Akuntabilitas Lelang (t=0.57) dan ketiga Faktor Ketepatan Waktu Pelaksanaan Lelang (t=0.29).
5. Saran
a. Untuk mencapai efektifitas e-procurement dalam proses pengadaan barang dan jasa maka perlu adanya peningkatan kapasitas pengelolaan terutama untuk memastikan ketepatan jadwal untuk sanggahan yang disampaikan oleh rekanan.
b. Perlu adanya SDM yang handal dan professional yang terlibat secara langsung didalam proses pengadaan barang jasa melalui e-procurement
untuk meningkatkan standar akuntabilitas penyelanggaraan e-procurement dan untuk menghasilkan pengadaan barang dan jasa yang efektif dan efisien.
c. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk menggali lebih jauh faktor-faktor lain yang memiliki peluang menyebabkan rendahnya capaian efektifitas e-procurement, seperti misalnya faktor sarana dan prasarana teknologi di masing-masing daerah yang berbeda.
6. Daftar Pustaka
Andrianto, Nico, (2007) Good e-Government, Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e-Government. Malang, Banyumedia Publishing
Avraham Shtub, Jonathan F. Bard and Shlomo Globerson (1994), Project management: engineering, technology and implementation, New Jersey: prentice Hall: inc
Dirgantara (2009), Rekomendasi Tindakan Dalam Upaya Mengatasi Hambatan Penyedia Jasa Pada Proses Pengadaan Jasa Konsultansi Secara Elektronik (e-procurement), Tesis pada Program Pascasarjana Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Fitrah, Agus, Ahmad (2006), “Pengaruh
tingkat pemahaman risk dan safety management oleh manajer konstruksi terhadap peningkatan kinerja waktu
dan biaya pelaksanaan proyek”, Tesis Teknik Sipil UI.
G. Sullivan, James. A. Bontadelli, Wlin. M .Wicks (1997), Engineering Economy”, Prentice Hall Inc., New Jersey
J. Campbell Martin (1993), the succesfull engineer, presonal and profesionall skills a Scource book, mc graw hill,inc
Jurgen Hauschildt, et al (2000), Realistic Criteria for Project manager Selection and development, project managemen journal.
Kishor Vaidya (2006), Critical Factors
That Influence E-Procurement
Implementation Success in The Public Sector, Journal of Public Procurement, Volume 6, University of New England Australia
M. Jae Moon (2005) E-Procurement Management In State Governments: Diffusion of E-Procurement Practices and Its Determinant, Departemen of Public Administration of Korea University Mahendra Sultan Syah (2004), Manajemen
Proyek, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Mattwesh, Joseph. R (2005). Measuring For Result: The Dimensions Of Public Library Effectiveness. London : Libraries Unlimited
Nilai Keeratan Hubungan Masing-Masing Karakteristik Responden
Kriteria Karakteristik
Responden
Skor Total Nilai Korelasi
Jenis Kelamin 0.531
Kelompok 0.883
Pengalaman 0.607
Pendidikan 0.642
Tabel 2
Variabel Penyelenggaraan e-procurement yang Tidak Digunakan
Tabel 3
Tabel 4
Faktor 1 : Ketepatan Waktu Pelaksanaan Lelang
Tabel 5
Faktor 2 : Pelaksanaan Standar Akuntabilitas Lelang
Tabel 6
Faktor 3 : Jadwal dan Waktu Pelaksanan Sanggah
Tabel 7