• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - RADIO STREAMING ETNIK ( Studi Etnografi mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - RADIO STREAMING ETNIK ( Studi Etnografi mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan )"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di zaman yang semakin canggih, dimana pemanfaatan teknologi dan

informasi menjadi sebuah keharusan dan kebutuhan, manusia dituntut untuk

mampu beradaptasi dengan segala perubahannya. Dalam kehidupan, manusia

tidak lepas dari proses komunikasi, yaitu sebuah proses saling bertukar informasi

atau berita yang berjalan lancar dan terus menerus.

Komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communis yang secara harfiah dapat diartikan sebagai sama atau kesamaan, yang secara lebih lanjut diartikan

sebagai suatu proses mengupayakan suatu kesamaan atau kebersamaan melalui

interaksi yang tercipta antar manusia baik melalui materi alat ataupun bersifat

langsung.

Dalam berkomunikasi, individu manusia menggunakan materi alat atau

yang biasa disebut dengan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi

merupakan perangkat dan sistem hasil rekayasa manusia yang digunakan sebagai

media transmisi atau media untuk menyampaikan pesan, opini atau gagasan

kepada orang lain atau khalayak. Beberapa contoh yang bisa dikatakan sebagai

teknologi komunikasi adalah radio, televisi, telepon, faksimili, komputer, dan

(2)

Latar belakang penciptaan teknologi radio (istilah yang dipergunakan

secara umum) dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai sarana

penyampaian informasi. Suara yang dihasilkan dari pesawat radio secara teknis

merupakan perubahan bentuk energi elektromagnetik dari gelombang radio yang

ditangkap oleh pesawat radio, kemudian dirubah melalui loudspeaker (pengeras suara) menjadi energi bunyi sehingga bisa kita dengar.

Perkembangan teknologi yang turut serta mempengaruhi perkembangan

media yang salah satunya adalah penggunaan media radio sebagai alat

penyampaian pesan ataupun alat penyebarluasan informasi. Radio merupakan

salah satu bentuk media massa yang banyak digunakan masyarakat untuk

mengakses informasi, pada awalnya radio berfungsi sebagai alat untuk

menyampaikan informasi dan berita ataupun untuk kepentingan kenegaraan secara

umum. Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi

tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan

ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi.

Pemilihan radio dengan media suara sebagai penyampaian informasi

menjadi pilihan media yang jamak dipilih oleh sebahagian masyarakat

dikarenakan radio dapat dimiliki dengan harga terjangkau, pancaran gelombang

radio yang luas, mata acara stasiun radio yang beragam serta ringkas (dapat

dibawa-bawa). Aspek keuntungan atau kemudahan yang ditawarkan oleh radio

menjadi alasan utama masyarakat memilih radio sebagai media sumber informasi

(3)

Di Indonesia, secara umum radio sebagai media yang terkait dengan media

kebutuhan lokal. Media komunikasi massa yang hanya memiliki skala lokalitas

suatu daerah tertentu berbeda dengan televisi dan film yang skalanya nasional.

Perkembangan radio di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda,

penjajahan Jepang, masa kemerdekaan, dan zaman orde baru. Radio siaran secara

umum dianggap memiliki lima kekuatan yaitu, fungsi kontrol sosial, memberikan

informasi, menghibur, mendidik serta melakukan kegiatan persuasif. Sebelum

berkembang pada tahapan penggunaan media televisi yang dapat memuat media

suara dan gambar secara simultan, pada masa lampau masyarakat menggunakan

dan mengandalkan radio sebagai sumber informasi yang dipancarkan oleh stasiun

radio yang hanya memuat media suara.

Radio sebagai sumber informasi media suara dalam sistematika kerjanya

memiliki susunan mata acara sebagai suatu cara dapat menyajikan informasi tidak

secara monoton dan membosankan, pada umumnya stasiun pemancar radio

memiliki susunan mata acara, seperti pembukaan (opening), berita (news), hiburan (entertainment) dan penutup (closing) dalam satu putaran siaran radio dalam durasi waktu satu hari.

Berkaitan dengan penyiaran radio dan konten siaran radio, maka stasiun

siaran radio memiliki mata acara yang bersifat khas atau dalam kata lain sebagai

bentuk karakteristik siaran dari sebuah stasiun pemancar siaran radio, seperti

siaran radio karakteristik berita, hiburan, informasi bersifat lokal dan etnik. Mata

acara tersebut biasanya berbeda antara stasiun radio yang satu dengan stasiun

(4)

Siaran radio dengan konten siaran etnik memiliki catatan tersendiri

ditengah-tengah penggunaan media teknologi sebagai suatu bentuk upaya

melestarikan dan menyebarluaskan pemahaman budaya terhadap individu

pendukung kebudayaan tersebut maupun kepada masyarakat umum.

Media teknologi radio seiring perkembangan zaman beradaptasi menjadi

bentuk siaran radio berbasis jaringan internet, yang kemudian dikenal dengan

istilah radio streaming. Radio streaming pada dasarnya adalah radio yang dipancarluaskan melalui jaringan internet. Tidak seperti webcasting, radio

streaming adalah aliran siaran yang berlangsung secara terus menerus, dan dilakukan secara online.

Mengutip Compaine dan Smith (1998) yang mengatakan bahwa radio

streaming adalah :

“For the purposes of this study, Internet radio broadcasters are defined as entities that deliver entertainment and/or news and information content as an audio stream via the Internet. These audio streams may be delivered live or archived to be accessed on demand, but in both cases the audio files were initially created as programming to be delivered to an audience of more than one.”

Terjemahan bebas :

’’Untuk keperluan studi ini, penyiar radio internet didefinisikan sebagai entitas yang memberikan hiburan, berita dan konten informasi sebagai streaming audio melalui Internet. Streaming audio ini dapat disampaikan langsung atau diarsipkan untuk diakses pada permintaan, tetapi dalam kedua kasus file audio awalnya diciptakan sebagai program untuk disampaikan kepada audiens lebih dari satu

Pendapat tersebut menekankan bahwa radio berbasis internet merupakan

suatu bentuk penyampaian bentuk informasi (berita dan hiburan) dalam bentuk

(5)

Sehingga secara singkat radio internet atau radio streaming merupakan bentuk siaran radio yang mempergunakan jaringan internet dan berdasarkan permintaan

pendengar.

Konteks perkembangan radio streaming di Kota Medan terdiri dari beberapa stasiun radio streaming, yakni :

Tabel 1.

Jumlah Stasiun Radio Streaming di kota Medan

Radio 95,9 FM City Radio - Medan

Radio Sikamoni Medan FM

Radio Mix Fm Radio Suara Medan Radio Kardopa

M Radio Radio Hot visi Radio

Kiss FM i-Radio Star FM

sumber : penulis

Siaran radio streaming sebagai bagian dari perkembangan teknologi komunikasi juga turut mempengaruhi aspek sosio-kultural, hal ini sebagai bagian

dan wujud manifestasi dari perkembangan secara globalisasi yang turut

menyertakan aspek teknologi dan sosio-kultural sebagai bentuk materi dan

pengguna.

Pengaruh globalisasi disatu sisi menciptakan terobosan baru dalam

perkembangan teknologi informasi, dan juga mendorong sisi sosio-kultural

pengguna perkembangan teknologi informasi sebagai bagian dari penguatan

budaya. Hal inilah yang kemudian diambil oleh siaran radio streaming berbasis etnik sebagai bagian penguatan identitas budaya dalam konteks penggunaan

(6)

Kehadiran radio streaming juga turut membuka celah baru terhadap perkembangan siaran radio secara umum, dahulunya siaran radio bersifat lokal

dan terbatas namun dengan adanya radio streaming yang didukung oleh jaringan internet dapat memancarkan siaran radio dan diakses tanpa batas wilayah dan

waktu.

Siaran radio streaming berbasis etnik merupakan suatu bentuk siaran radio yang berdasarkan permintaan, dalam arti bahwasanya siaran radio merupakan

kumpulan aspirasi individu maupun kelompok etnis sebagai bagian dari proses

penguatan identitas budaya. Berbeda dengan siaran radio umum yang mana

konten siaran didasarkan atas ide stasiun radio (kebijakan pemilik radio dan

sponsor), radio streaming justru berdiri pada konten siaran yang menyesuaikan terhadap permintaan pendengar sebagai bentuk strategi penguatan identitas etnik.

Identitas etnik mengutip pendapat Torres (dalam Chavez, 1999:42) yang

mengatakan bahwa identitas etnik merupakan :

“ethnic identity is developed from shared culture, religion, geogra- phy, and language of individuals who are often connected by strong loyalty and kinship as well as proximity”.

Terjemahan bebas :

“identitas etnis dikembangkan dari budaya bersama, agama, geografi, dan bahasa individu yang sering dihubungkan dengan loyalitas yang kuat dan kekeluargaan serta kedekatan”

Pendapat tersebut berpandangan bahwa identitas etnik dibangun dari

proses berbagi kebudayaan, agama, batas-batas geografis dan bahasa dari seorang

individu yang selalu terhubung secara keturunan dan juga sikap loyal sebagai

(7)

Identitas budaya dalam lingkup siaran radio streaming etnik merupakan bagian dari suatu proses penguatan identitas dan juga proses pembelajaran budaya

bagi masyarakat dalam konteks kehidupan yang menggunakan perkembangan

teknologi informasi secara aktif.

Berdasarkan alasan yang dikemukakan tersebut, penulisan ini bertujuan

melihat siaran radio streaming berbasis etnik dalam menyampaikan dan sebagai bagian dari eksistensi etnik dalam perkembangan teknologi komunikasi.

1.2 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang dilakukan nantinya membutuhkan suatu tinjauan pustaka

sebagai bentuk konstruksi literatur pendukung yang bersifat konseptual dan juga

berfungsi sebagai pembatas penelitian terhadap fokus penelitian agar tidak keluar

dari tujuan awal.

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini mencakup; konsepsi mengenai

kebudayaan sebagai pengantar dan ideologi penelitian antropologi yang berbasis

etnografi, konsepsi mengenai komunikasi dalam ranah kebudayaan, dan konsepsi

identitas etnik mengenai pelestarian dan ekspresi dalam siaran radio streaming

berbasis siaran etnik.

a. Kebudayaan

Kebudayaan dalam hal ini mengutip pendapat E.B Tylor (1871:1) yang

mengatakan bahwa :

(8)

Terjemahan bebas :

"Budaya atau peradaban ... adalah bahwa keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat." "Budaya atau peradaban ... adalah bahwa seluruh kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat."

Secara umum pendapat Tylor (1871:1) mengenai kebudayaan dapat

diartikan bahwa kebudayaan atau peradaban merupakan suatu bentuk secara

keseluruhan yang didalamnya terdapat aspek pengetahuan, kepercayaan, seni,

moral, hukum, norma, dan kemampuan lainnya serta perilaku yang diperlukan

oleh individu manusia sebagai anggota dari masyarakat.

Lebih lanjut, Kottak (2007:42) mengungkapkan bahwa “On the basis of cultural learning, people create, remember, and deal with ideas”. Dalam hal ini, Kottak (2007:42) menyatakan bahwa dasar dari suatu bentuk pembelajaran

kebudayaan adalah penciptaan oleh masyarakat, mengingat dan kesepakatan

terhadap beragam ide dalam kehidupan.

Kottak (2007:43) juga menyatakan bahwa kebudayaan adalah suatu bentuk

yang dibagi diantara individu masyarakat pendukung kebudayaan, lebih lengkap

Kottak (2007:43) menyebutkan “Culture is an attribute not of individuals person but of individuals as members of group. Culture is transmitted in society.” Secara sederhana diartikan bahwa kebudayaan merupakan bentuk atribusi yang tidak

mewakili individu secara tunggal melainkan individu sebagai bagian dari

(9)

Dalam konteks ini, siaran radio streaming berbasis etnik merupakan suatu bentuk kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat pendukung kebudayaan atau

bentuk komunitas yang disebutkan oleh Turner (Kottak, 2007:214) sebagai :

“a social aspect of collective liminality called communitas ... an intense community spirit, a feeling of great social solidarity, equality, and togetherness. People experiencing liminality together form a community of equals”.

Terjemahan bebas :

"Aspek sosial liminalitas kolektif disebut communitas ... semangat komunitas yang kuat, rasa solidaritas yang besar sosial, kesetaraan, dan kebersamaan. Orang yang mengalami liminalitas bersama-sama membentuk sebuah komunitas yang setara ".

Pendapat tersebut memberi penekanan terhadap peran serta individu dalam

kelompok/komunitas budaya sebagai bagian dari penciptaan, pelestarian dan

bentuk kesepakatan terhadap ide dan identitas etnik dalam kehidupan masa kini.

Selanjutnya Appadurai (1996:33) menegaskan hal tersebut dengan

membagi pada lima bagian gejala globalisasi, yaitu :

“... five dimensions of global cultural flows that can be termed (a) ethnoscapes, (b) mediascapes, (c) technoscapes, (d) financescapes, and (e) ideoscapes.”

Terjemahan bebas :

"... Lima dimensi arus budaya global yang dapat disebut (a) ethnoscapes, (b) mediascapes, (c) technoscapes, (d) financescapes, dan (e) ideoscapes."

Pendapat Appadurai (1996:33) tersebut membagi pada lima dimensi yang

(10)

perkembangan budaya global, b. Mediascapes, peranan dan perkembangan media1

Siaran radio streaming etnik dalam globalisasi sumber : penulis

sebagai bagian dari arah perubahan kebudayaan global, c. Technoscapes, perkembangan dalam ranah teknologi yang mempengaruhi arah perkembangan

kebudayaan global, d. Financescapes, pemenuhan atas ekonomi atau penyesuaian kemampuan ekonomi terhadap arah perubahan kebudayaan global dan, d.

Ideoscapes, yaitu perkembangan ideologi dalam kehidupan yang berkembang. Gambar 1.

Appadurai (1996:3) mengatakan bahwa perkembangan media yang terjadi

saat ini turut serta mempengaruhi kehidupan kultural, dimana media tidak hanya

sebagai alat komunikasi mengenai aspek internal melainkan telah melangkah pada

(11)

aspek eksternal dan berkaitan dengan fenomena yang terjadi pada berbagai

belahan dunia. Perubahan media dari konvensional menjadi media elektronik

(modern) telah dapat menembus sekat-sekat yang selama ini sulit untuk dilalui

dan dilakukan melalui penggunaan media konvensional.

Ginsburg (2005:21-22) mengatakan bahwa :

“Anthropologists at last are coming to terms with the inescapable presence of media as a contemporary cultural force engaged with the mediation of hegemonic forms and resistence of them; the growth and transnational circulation of public culture; the creation of national and activist social imaginaries, with the development of media as new arenas for political expression and the production of ide ntity.”

Terjemahan bebas :

"Antropolog akhirnya datang untuk berdamai dengan kehadiran tak terhindarkan media sebagai kekuatan budaya kontemporer terlibat dengan mediasi bentuk hegemoni dan resistensi dari mereka; pertumbuhan dan sirkulasi transnasional budaya masyarakat; penciptaan imaginaries sosial nasional dan aktivis, dengan perkembangan media sebagai arena baru untuk ekspresi politik dan produksi identitas. "

Kutipan Ginsburg (2005:21-22) tersebut menyebutkan bahwa antropologi

(antropologi media) menjadi sebentuk kajian yang mampu melihat media sebagai

bagian budaya kontemporer masa kini, dimana didalamnya terdapat bentuk

hegemoni2

2 Bentuk hegemoni dan perlawanan dalam konteks media merupakan suatu hal yang lazim terjadi, seperti dalam penggunaan media sebagai bentuk perpanjangan tangan suatu rezim pemerintahan dan juga dipergunakan oleh masyarakat sebagai alat perlawanan terhadap sistem kekuasaan dimana saluran penyampaian aspirasi bersifat terbatas. Hegemoni dan perlawanan dengan menggunakan media dapat dilihat seperti penguasan sarana media televisi dan radio (TVRI dan RRI) sebagai alat rezim pemerintah pada orde baru dan disisi lain media teknologi komunikasi juga berkembang serta dipergunakan secara aktif sebagai perlawanan terhadap rezim seperti contoh penggunaan sarana media internet sebagai perlawanan terhadap suatu rezim kekuasaan di China, yang membatasi penggunaan media internet bagi warga sebagai bagian strategi politik.

dan perlawanan sebagai bagian dari keterkaitan antara media dan

(12)

b. Komunikasi

Matei (2009:155) mendefinisikan komunikasi dalam ranah etnografi

sebagai bentuk kajian antropologi sebagai “Communication is theoretically a neutral way of sharing knowledge or worldviews and of maintaining social relationships”. Hal ini diartikan bahwa komunikasi secara teoritis merupakan jalur netral yang tidak berpihak sebagai sarana penyampaian dan berbagi pengetahuan

atau wawasan serta sebagai bentuk pemeliharaan hubungan sosial.

Selanjutnya Troike (2003:2) mengatakan bahwa fokus utama dalam kajian

etnografi komunikasi adalah community speech sebagai suatu sarana komunikasi yang didalamnya terdapat pola dan diorganisasikan sebagai sistem dari

penyelenggaraan komunikasi, dimana dalam proses interaksi tersebut

mengikutsertakan keseluruhan sistem budaya.

Community speech yang dalam hal ini diartikan sebagai komunitas yang mempergunakan artikulasi bahasa sebagai media komunikasi yang

menghubungkan antara individu, baik secara langsung melalui proses percakapan,

bahasa maupun secara tidak langsung melalui penggunaan media lainnya (radio).

Komunikasi antar individu dan kelompok menurut Troike (2003:13)

memiliki fungsi ekspresif (untuk menyatakan perasaan dan emosi), direktif

(permintaan), referensial (proposisi konten benar atau salah), puisi (estetika),

phatic (empati dan solidaritas), dan metalinguistik (sumber kepada bahasa asli atau penggunaan bahasa).

Mengutip Auge (1995:45) yang mengatakan bahwa bahasa identitas

(13)

lingkaran etnik untuk menjadikannya tetap berarti dan memiliki nilai bagi

masyarakat (etnik) tersebut.

Penggunaan radio dalam hal ini merupakan suatu bentuk proses diseminasi

atau penyebarluasan pemahaman terhadap kebudayaan yang menggunakan sarana

komunikasi dan mencakup fungsi-fungsi dalam komunikasi antar individu dan

kelompok, dimana radio juga dianggap sebagai media yang mampu melewati

batas ruang dan waktu dalam penyampaian informasi secara lokal (kebudayaan)

maupun lintas kebudayaan.

c. Identitas Etnik dan Media

Istilah media dan kebudayaan merupakan bentuk dari perkembangan

kebudayaan dan keterkaitannya dengan kekuasaan, dimana penyebaran

kebudayaan pada masa kini mempergunakan media sebagai alat penyebaran.

Identitas etnik secara sederhana adalah bentuk kepribadian yang menjadi

ciri atau jatidiri seorang individu yang berakar pada nilai, norma yang berlaku

dalam kelompok etnisnya, seperti penggunaan bahasa, sistem nilai dan perilaku

serta aturan-aturan yang berkaitan dengan kehidupan.

Kebudayaan masing-masing etnis memiliki perbedaan dan persamaan pada

tahapan-tahapan tertentu, seperti bahasa, nilai dan norma. Dalam kehidupan

perbedaan dan persamaan budaya tersebut memunculkan hubungan kebudayaan

sebagai suatu strategi dan adaptasi dalam kehidupan.

Identitas etnik dan hubungan kebudayaan dalam dua hal yang saling

memiliki keterkaitan dan juga memerlukan suatu proses untuk dapat

(14)

sebagai suatu bentuk keterkaitan dengan media, yang dianggap sebagai jalan

penyebarluasan terhadap pemahaman mengenai identitas etnik.

Hubungan antara media dan kebudayaan menurut Pitout (dalam Hart,

2011:26-27) dapat diintepretasikan pada dua bentuk, yaitu media sebagai bagian

dari kebudayaan dan media sebagai bentuk refleksi atau gambaran dari suatu

kebudayaan.

Media teknologi komunikasi berupa radio dianggap sebagai bagian dari

public sphere (ruang umum), dalam hal ini hubungan antara media dan kebudayaan difokuskan pada media sebagai bentuk refleksi atau gambaran dari

suatu kebudayaan, yang direpresentasikan pada bentuk siaran radio streaming

berbasis etnik. Identitas etnik dalam hal ini melampaui identitas etnik secara

konvensional yang memberi penekanan terhadap pemahaman mengenai identitas

etnik dalam lingkup perkembangan zaman dan teknologi.

Barth (1969:10-11) menyatakan bahwa dalam konteks antropologi istilah

kelompok etnik melingkupi : 1. Kesinambungan biologis dalam skala besar, 2.

Berbagi nilai kebudayaan yang bersifat fundamental (kesatuan terbuka dalam

bentuk kebudayaan), 3. Menciptakan lapangan komunikasi dan interaksi, dan 4.

Memiliki identitas yang dapat dikenali oleh sesama anggota kelompok etnik

maupun diluar anggota kelompok etnik.

Pada tahapan perkembangan lebih lanjut, identitas kelompok etnik

berkembang menjadi bentuk yang beragam disebabkan oleh perkembangan media

(radio, televisi, internet). Mengutip Woodward (dalam Hart, 2011:33) yang

(15)

“The media are representation systems that circulate identities with meanings attached to them to help us make sense of ourselves and others ... They are thus important sites in shaping identity because they provide the discursive fields through which meaning can be negotiated”.

Terjemahan bebas :

"Media adalah sistem representasi yang beredar identitas dengan makna yang melekat pada mereka untuk membantu kita memahami diri kita sendiri dan orang lain ... Mereka adalah situs demikian penting dalam membentuk identitas karena mereka menyediakan bidang diskursif di mana artinya dapat dinegosiasikan".

Pendapat tersebut memiliki fokus terhadap media sebagai sistem

representasi terhadap kesinambungan identitas dengan arti menggabungkan

individu untuk dapat menyadari diri sendiri dan orang lain, dimana individu

memiliki hal penting yakni menguatkan peran identitas dalam kehidupan mereka

Kahn (dalam Maunati, 2004:24) memberi gambaran mengenai konstruksi

identitas menjadi suatu hal yang umum, ketika identitas budaya dibangun

berdasarkan seperangkat kepercayaan dan bersifat secara organik serta memiliki

keterbatasan. Hal ini membuka ruang kebebasan dalam merefleksikan identitas

yang disesuaikan dengan kondisi tertentu.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka media dan identitas merupakan suatu

kaitan atau hubungan dalam suatu proses menguatkan peran identitas itu sendiri

dan sebagai upaya menegosiasikan mengenai hal-hal tertentu untuk dapat menjadi

bagian dari identitas sendiri maupun berbagi untuk menjadi bentuk identitas

terhadap orang lain.

(16)

ekspresi dan pelestarian kebudayaan dan konsumsi etnik lainnya sebagai bentuk

perbendaharaan kebudayaan yang luas.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana peran radio streaming berbasis etnik menguatkan identitas etnik dan sebagai bagian dari bentuk ekspresi identitas etnik. Rumusan

tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian berikut :

1. Bagaimana radio streaming berbasis etnik menjadi bagian dari bentuk ekspresi identitas etnik ?

2. Mengapa pilihan ekspresi identitas etnik berupa radio streaming ?

3. Bagaimana peran radio streaming berbasis etnik dalam menguatkan identitas etnik ?

4. Bagaimana fungsi radio streaming etnik bagi pendengarnya ?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mendeskripsikan radio

streaming berbasis etnik di Kota Medan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah secara akademis penelitian ini akan menambah wawasan keilmuan

dalam bidang Antropologi. Khususnya dalam memperkaya literatur mengenai

penggunaan media (radio) sebagai sarana ekspresi dan penguatan nilai etnik di

(17)

1.5 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam hal ini adalah Kota Medan yang kemudian

dikhususkan pada beberapa stasiun radio streaming yang memiliki siaran berbasis etnik, adapun stasiun radio tersebut adalah :

1. Radio 95,9 FM City Radio - Medan - Medan, sebagai siaran radio

streaming yang berbasis pendengar masyarakat Tionghoa berbahasa Mandarin yang berada di Jl. Pembangunan I No. 6, Medan – 20238

2. Radio 97,10 FM Sikamoni - Medan, sebagai siaran radio streaming

berbasis pendengar masyarakat Karo. Radio ini beralamat di Jl Bunga

Cempaka Pasar III Nomor 17, Tanjungsari, Medan

Pemilihan lokasi penelitian pada dua stasiun radio streaming berbasis etnis sebagai bagian mendeksripsikan secara utuh dan menyeluruh mengenai

keberadaan siaran radio streaming sebagai bagian dari perkembangan teknologi dan juga penggunaan teknologi dalam hal menunjukkan indentitas etnik.

Penggambaran pada dua karakter etnis, yaitu Tionghoa dan Karo ditujukan

untuk mendapatkan gambaran mengenai identitas etnik dalam konteks kehidupan

Kota Medan. Etnis Tionghoa dalam penelitian ini dilihat sebagai etnis pendatang

yang telah lama bertempat tinggal dan berkembang di Kota Medan, sedangkan

etnis Karo adalah etnis tempatan (lokal) dimana keduanya mengisi komposisi

(18)

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan secara etnografi. Peneliti akan mengungkapkan native’s point of view bagaimana bentuk ekspresi identitas melalui siaran radio streaming

berbasis etnik di Kota Medan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian guna

mendapat data-data di lapangan antara lain :

a. Teknik Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan secara langsung di lapangan. Proses pengamaran dilakukan dengan

cara mengamati ruang dan tempat, siapa pelaku yang terlibat, pendengar (audien),

cara dan isi siaran serta instrumen yang digunakan dalam radio streaming berbasis etnik di Kota Medan.

Observasi dalam bentuk partisipasi dan non-partisipasi dalam penelitian

yang dilakukan mencakup pada dua bentuk obervasi, yaitu proses observasi pada

stasiun radio streaming berbasis etnik dan proses observasi terhadap pendengar siaran radio berbasis etnik. Kedua bentuk ini dilakukan untuk mendapatkan data

penelitian yang lebih mendalam mengenai siaran radio streaming berbasis etnik di Kota Medan.

Proses obervasi dilakukan pada dua stasiun radio streaming yang memiliki konten siaran etnik, yaitu radio 95,9 FM City Radio dan radio 97,10 FM

Sikamoni. Pada kedua stasiun radio tersebut peneliti melakukan observasi

(19)

berinteraksi dengan penyiar maupun staf radio dan juga turut serta dalam kegiatan

siaran on-air dengan peran terbatas maupun off-air, sedangkan dalam kegiatan observasi non-partisipasi peneliti mengikuti dan mendengarkan siaran radio

tersebut melalui radio maupun fasilitas radio streaming.

Dalam kegiatan observasi partisipasi peneliti juga ikut serta dalam

melakukan aktivitas yang berkaitan dengan siaran radio streaming berbasis etnik. Tujuan peneliti melakukan observasi partisipasi ini adalah untuk mendekatkan diri

lebih dalam pada objek penelitian.

Peneliti mengamati bagaimana cara stasiun radio streaming mengelola siaran berbasis etnik, peneliti juga akan mengamati bagaimana proses siaran radio

streaming berbasis etnik.

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dua orang yaitu

pewawancara (interviewer) yang memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan informasi atau jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2006 : 135) dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, yaitu peneliti dan informan berinteraksi satu sama lain dalam waktu

yang relatif lama sehingga peneliti dapat membangun rapport dengan informan. Wawancara yang peneliti lakukan merupakan bentuk wawancara informal

yang bertujuan menghindari kesan kaku, proses wawancara peneliti lakukan

kepada beberapa pihak yang terkait, seperti penyiar radio dan pendengar radio

(20)

Pada stasiun radio 95,9 FM City FM peneliti melakukan wawancara

kepada beberapa orang penyiar radio tersebut dengan latar belakang etnik

Tionghoa yang berbahasa Mandarin maupun dengan latar belakang etnik Jawa dan

lainnya, seperti wawancara yang peneliti lakukan kepada Xiao-ling (etnik

Tionghoa) dan Aisyah (etnik Jawa).

Proses wawancara pada stasiun radio 97,10 FM Sikamoni peneliti memulai

proses observasi dan wawancara terhadap individu yang berada di lokasi stasiun

radio dan termasuk juga pengelola stasiun radio, hal ini peneliti lakukan selain

untuk dapat memperoleh izin melakukan penelitian dan juga sebagai upaya

pendekatan secara personal terhadap pengelola stasiun radio ...

c. Penentuan Informan

Dalam penelitian ini, individu yang menjadi informan penelitian

merupakan individu yang memiliki pengetahuan dan kemampuan terhadap radio

streaming berbasis etnik sebagai informan kunci penelitian, termasuk juga didalam kategorisasi tersebut adalah penyiar radio streaming etnik maupun pendengar siaran radio. Sedangkan, informan pangkal penelitian ini adalah

individu yang memberikan data, keterangan yang cukup serta mendukung

jalannya penelitian ini.

Kategori informan biasa adalah individu yang memiliki pengetahuan dan

kemampuan namun tidak berkaitan langsung dengan kegiatan siaran radio

(21)

Tabel 2.

Nama : Aisha Widodo Umur : 29 Tahun

Nama : Bapak Wijaya Umur : 34 Tahun

Nama : Firman Ginting Umur : 27 Tahun

Nama : Andy Tarigan Umur : 28 Tahun

Nama : S. Br Karo-karo Umur : 44 Tahun

Sumber : penelitian yang dilakukan antara bulan Agustus 2014 hingga Januari 2015.

1.7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian merupakan suatu pandangan mengenai

penulis untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh dilapangan.

Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan

diteliti kembali atau diedit ulang, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk

memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan hasil wawancara.

Analisis data merupakan proses lanjutan dari bentuk catatan lapangan

sebagaimana ditulis oleh Emerson (1995:4-5) sebagai :

“Fieldnotes are accounts describing experiences and observations the researcher has made while participating in an intense and involved manner.”

(22)

“Catatan lapangan yang menggambarkan kumpulan pengalaman dan pengamatan peneliti yang dicatat saat turut berpartisipasi secara intens dan terlibat.”

Penelitian antropologis dengan metode etnografi memberikan suatu bentuk

analisis data lapangan berupa “ongoing analysis” yang berarti sebagai proses analisa berjalan terhadap kerja lapangan yang berdasarkan pada observasi dan

wawancara terhadap informan.

Langkah selanjutnya data-data ini akan dianalisa secara kualitatif melalui

teknik taksonomi data, sehingga data yang diperoleh akan dikategorikan

berdasarkan jenisnya. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara

dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman akan fokus penelitian

atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian.

1.8 Pengalaman Lapangan

Judul skrispsi saya adalah radio streaming berbasis etnis (Studi Etnografi

Mengenai Siaran Radio Streaming Berbasis Etnik di Kota Medan). Dalam

penelitian ini, yang menjadi informan pangkal saya adalah radio sedangkan

informan kunci saya adalah radio dan pendengarnya. Untuknmendapatkan

informasi yang saya butuhkan, untuk pertama kali saya mencari tahu siapa saja

penyiar atau pegawai yang bekerja di radio 95,9 FM City Radio - Medan dan

radio sikamoni. Setelah saya mendapatkan informasi mengenai penyiar, saya

menghubungi dan mengajak mereka untuk melakukan pertemuan. Penyiar yang

pertama sekali saya jumpai adalah Dian. Saya mendapatkan informasi mengenai

(23)

Anggraini. Dini adalah adik kandung dari Dian yang merupakan seorang penyiar

di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Setelah saya mendapatkan nomornya Dian,

saya menghubungi beliau dan membuat janji ketemu di radio. Hal ini ternyata

gagal saya lakukan karena Dian tidak mempunyai waktu luang. Dian akan

melangsungkan pernikahan dan sdang mengurus segala urusan untuk menikah.

Saya diminta untuk menunggu hingga dua minggu.

Setelah menunggu selama dua minggu, kami berjanji untuk bertemu di

sebuah cafe di jalan Dr. Mansyur medan. Beliau sudah bekerja sebagai penyiar di

radio tersebut selama dua tahun. Beliau bercerita mengenai awal mula bekerja

sebagai penyiar di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Akan tetapi informasi yang

saya dapatkan kurang banyak dikarenakan waktu Dian yang tidak banyak. Hal ini

dikarenakan kk dian harus pergi untuk mengurus tiket keberangkatan ke Bali.

Dian adalah seorang istri tentara yang harus setia mengikuti suami yang bekerja di

luar kota. Oleh karana itu, beliau harus pindah ke Bali untuk mengikuti suaminya

yang ditugaskan disana. Akan tetapi, saya diminta menghubungi Kiki selaku

program director di radio 95,9 FM City Radio - Medan.

Satu minggu berjalan setelah pertemuan saya dengan Dian, saya mencoba

menghubungi Kiki yang nomor teleponnya sudah saya dapatkan dari Dian.

Setelah saya hubungi ternyata Kiki tidak sedang di Medan. Kiki sedang ada

pertemuan dan pelatihan di Jakarta. Saya diminta untuk menunggu beliau pulang

dari Jakarta. Beliau akan berada di Jakarta selama satu minggu. Selama satu

minggu tersebut saya harus membuat daftar pertanyaan yang akan di ajukan

(24)

Satu minggu berlalu, dan akhirnya saya bertemu dengan Kiki di kantor

radio 95,9 FM City Radio - Medan. Setiba saya di radio City, saya tidak bisa

langsung masuk dikarenakan yang boleh masuk kedalam radio adalah pegawai

termasuk penyiar dengan menggunakan sidik jari. Satpam melarang saya masuk

karena dia belum dapat izin dari dalam radio. Hal ini dikarenakan Kiki belum

sampai di radio sehingga tidak ada informasi ke satpam tersebut apakah saya

boleh masuk atau tidak. Setelah hampir 30 menit saya menunggu di luar, Kiki tiba

di radio. Saya di persilahkan masuk dan menunggu di ruang tunggu. Akhirnya

Kiki datang menhampiri saya dan kami memulai percakapan. Kiki menjelaskan

semua mengenai radio dari awal terbentuk dan sampai akhirnya pindah ke tempat

yang sekarang. Beliau adalah orang yang paling lama bekerja untuk radio 95,9

FM City Radio - Medan. Belaiu menjawab semua pertanyaan saya dengan baik

mengenai sistem bekerja di radio. Beliau adalah orang yang bertanggung jawab

dalam setiap program yang di siarkan. Program yang beliau atur adalah program

radio berbahasa Indonesia. Beliau mengatur semua program mulai dari jadwal

siaran, penentuan penyiar mengudara, serta mengatur iklan dan jadwal tamu yang

akan ikut mengudara. Tidak terasa sudah satu jam saya berbincang-bincang

dengan Kiki yang akhirnya harus kami akhiri dikarenakan Kiki harus bertugas

kembali.

Setelah dua minggu saya mengolah data di rumah, saya merasa data yang

saya peroleh kurang sehingga mengharuskan saya untuk kembali ke radio City.

Saya menghubungi Kiki kembali. Ternyata kiki berada di Jakarta dan tidak bisa

(25)

seorang pegawai di radio tersebut. Aisyah adalah seorang penyiar di radio 95,9

FM City Radio - Medan. Beliau memberikan saya company profile dan memberikan saya waktu untuk melemparkan beberapa pertanyaan. Aisyah

termasuk seorang penyiar yang sudah lama bekerja di radio 95,9 FM City Radio -

Medan sehingga beliau tahu dengan baik mengenai radio. Beliau bercerita tentang

program radio yang terdapat di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Beliau juga

menceritakan pengalaman beliau di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Aisyah

menjelaskan secara jelas mengenai segmentasi program maupun pendengar.

Beliau mengenalkan saya dengan beberapa penyiar yang sudah lama maupun

penyiar yang baru bergabung di radio 95,9 FM City Radio - Medan. Aisyah

menemani saya ke beberapa ruangan dan mengijinkan saya untuk mengambil

foto. Aisyah memberikan saya izin untuk masuk ke ruangan studio dan berfoto

dengan penyiar yang sedang mengudara. Beliau adalah orang yang ramah dan

bersahabat. Setelah dua jam lebih saya berada di kantor radio City, saya harus

pulang karena hari sudah malam.

Setalah seminggu saya mengerjakan data yang sudah saya dapat, saya

merasa kuarang karena saya harus mendapatkan informasi dari penyiar yang

beretnis Cina dengan menggunakan bahasa Mandarin. Sehingga saya harus

kembali datang ke radio 95,9 FM City Radio - Medan. Saya membuat janji

dengan Aisyah untuk bertemu di radio. Aisyah menyambut saya dengan baik.

Aisyah mengenalkan saya dengan program director untuk program Mandarin. Aisyah mengenalkan saya dengan Xiao Ling. Xiao ling mempunyai jabatan yang

(26)

menjelaskan semua program Mandarin yang ada di radio 95,9 FM City Radio -

Medan. Beliau menjelaskan bagaimana cara untuk memperoleh bahan siaran,

bahasa yang digunakan, hingga bagaimana cara menjadi seorang penyiar yang

baik. Xiao Ling memberikan saya daftar program yang sedang digunakan untuk

membantu saya dalam mengerjakan skripsi saya. Beliau membuatkan saya bahan

siaran pembukaan dan penutupan dengan menggunakan huruf Cina, huruf

universal, serta artinya dalam bahasa Indonesia. Beliau juga memberikan saya

struktur organisasi perusahaan mereka.

Keesokan harinya saya datang kembali ke kantor radio 95,9 FM City

Radio - Medan untuk mencari informasi mengenai bahan berbahasa Mandarin.

Akan tetapi saya tidak bertemu dengan Xiao Ling dikarenakan beliau sedang ada

rapat. Sebelum Xiao Ling rapat, beliau sudah berpesan kepada temannya kalau

saya akan datang dan memintanya untuk menemani saya di radio. Temannya

bernama Qiu Xia dan Ding Sum. Mereka memberikan saya banyak informasi

mengenai bagaimana menjadi penyiar yang baik. Beliau juga memberi tahu saya

bagaimana cara beliau mengudara. Mereka memberikan saya jalan untuk bertemu

dengan pendengar setia dari radio 95,9 FM City Radio - Medan. Mereka meminta

saya untuk hadir di acara amal dan gathering yang radio buat 2 minggu kedepan. Di acara tersebut saya mendapatkan informasi dari beberapa pendengar setia 95,9

FM City Radio - Medan yaitu Bapak Sugianto, Yanti Lubis, Acuan, Bapak

Wijaya, dan Cynthia, dan Bapak Soemardi.

Dua minggu setelah saya mendapatkan data dari radio 95,9 FM City Radio

(27)

Medan. Saya mencari tahu terlebih dahulu radio sikamoni dari internet. Setelah

mendapatkan alamat tersebut, saya bergegas utnuk pergi ke kantor radio 97,10 FM

Radio Sikamoni - Medan. Setelah tiba di radio 97,10 FM Radio Sikamoni -

Medan, saya sangat beruntung bertemu dengan pemilik dari radio 97,10 FM

Radio Sikamoni - Medan yaitu ibu Drs. Seniwati Br Bangun. Akan tetapi saya

harus menunggu 3 hari dikarenakan beliau sedang ada acara yang tidak bisa di

tinggalkan.

Akhirnya saya bertemu dengan ibu Drs. Seniwati Br Bangun di radio

97,10 FM Radio Sikamoni - Medan. Beliau menanyakan kepada saya tujuan dan

maksud saya datang ke radio. Setelah selesai menjelaskan semuanya, saya diminta

untuk membuat daftar pertanyaan yang akan di tanyakan kepada beliau. Saya

diminta datang kembali besok untuk menyerahkan daftar pertanyaan tersebut.

Keesokan harinya saya datang kembali ke radio. Akan tetapi saya tidak

bertemu dengan ibu Drs. Seniwati Br Bangun. Saya hanya bertemu dengan

seorang penyiar radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan bernama Rosa. Beliau

mengambil daftar pertanyaan yang telah saya buat dan diserahkan ke pihak kantor.

Saya meminta nomor telepon Rosa untuk membuat janji bertemu. Rosa adalah

penyiar yang ramah dan bersahabat. Rosa dengan senang hati memberikan nomor

telepon dan membuat janji dengan saya. Walaupun sibuk, beliau tetap bersedia

meluangkan waktu buat saya. Akhirnya saya memuat janji bertemu minggu depan.

Seminggu berlalu dan saya bersiap untuk bertemu dengan Rosa. Kami

membuat janji bertemu dengan saya di salah satu rumah makan di Medan. Saya

(28)

Karo. Beliau memberikan saya banyak informasi mengenai siaran berbahasa

Karo. Mulai dari pembukaan siaran hingga penutupan siaran. Beliau juga

memberikan informasi mengenai program radio serta sistem bekerja di radio

tersebut. Semua informasi yang saya butuhkan dapat diberikannya dengan baik

dan jelas sehingga saya merasa sudah cukup bahan untuk skripsi saya.

Selanjutnya Rosa memperkenalkan saya dengan beberapa pendengar yang

selalu mendengarkan radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan. Ternyata mereka

sudah lama bersahabat sehingga saya dapat dengan mudah mendapatkan

informasi dari mereka. Mereka adalah Firman Ginting dan ibu S. Br. Karo karo.

Rosa menghubungi mereka dan membuat janji bertemu minggu depan di tempat

yang sama saya bertemu dengan Rosa. Setelah seminggu menunggu, saya bertemu

dengan mereka dan salah seorang teman saya yang merupakan pendengar setia

Sikamoni. Namanya adalah Andy. Semua informan saya sangat cerdas dan

mampu bekerja sama dengan memberikan informasi yang saya butuhkan.

Keesokan harinya, saya merasa kurang mendapatkan informasi dari salah

seorang informan saya yang bernama Andy. Andy adalah seorang pegawai di

salah satu rumah makan di Medan. Andy sering mendengarkan radio 97,10 FM

Radio Sikamoni - Medan Fm sebelum dan sesudah bekerja. Beliau mendengarkan

radio karena tidak memiliki televisi di rumahnya. Beliau sangat senang

mendengarkan radio 97,10 FM Radio Sikamoni - Medan Fm dan mengetahui

program yang dibuat oleh radio. Semua bahan yang saya dapat sebelumnya dapat

(29)

Akhirnya semua bahan yang butuhkan terkumpul. Saya mulai untuk

mengolah data yang sudah saya dapat. Saya sangat senang karena semua informan

saya dapat bekerja sama dengan baik dan mampu merespon semua pertanyaan

yang saya berikan. Saya tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam

Gambar

Tabel 1.
Siaran radio streaming etnik dalam globalisasi Gambar 1.
Tabel 2. Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan realibilitas menggunakan skala likert, data yang diperoleh dari kuisioner tersebut sudah reliabel dan dapat dipercaya,

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah semua pedagang bakso keliling di Kecamatan Siulak yang berjumlah 12 pedagang bakso dan jumlah sampel juga sebanyak 12 pedagang

Kolaborasi KPK dan FPBA dalam penerbitan buku diawali dengan Training dan Workshop Anti Korupsi yang diikuti para kreator bacaan anak. Buku yang merupakan komitmen dan upaya

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi mengenai beberapa jenis pohon yang berpotensi sebagai pohon induk penghasil benih dalam rangka restorasi lahan

Menurut ukuran dan bentuk prosesus mereka, kebanyakan neuron dapat dimasukkan dalam salah satu golongan berikut ini : neuron multipolar, yang mempunyai lebih dari 2 prosesus sel,

Banyak masyarakat/warga RW.07-RW.09 Desa Bringin Bendo Kecamatan Taman belum memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan, contohnya seperti masih membuang sampah

Neste ponto pode diminuir-se ou aumentar-se a temperatura na parte superior do aparelho através dos botões “seta para cima e seta para baixo”.. A temperatura pode ser regulada entre 8

Soekartawi (1992) menyatakan bahwa penggunaan model analisa program linier mempunyai keunggulan dalam memberikan tambahan informasi ekonomi yang berguna mengenai pemecahan