• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penggunaan Antipiretik dengan Profil Demam Dibagian Anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Penggunaan Antipiretik dengan Profil Demam Dibagian Anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIPIRETIK DENGAN PROFIL DEMAM

DIBAGIAN ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

OLEH :

SYARIFAH LUTHFIAH SIREGAR

120100177

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIPIRETIK DENGAN PROFIL DEMAM

DIBAGIAN ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran”

OLEH :

SYARIFAH LUTHFIAH SIREGAR

120100177

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari batas normal yang berhubungan dengan peningkatan set point di hipotalamus akibat infeksi virus dan bakteri atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.obat antipiretik yang sering digunakan adalah Paracetamol (Acetaminofen) dan Ibuprofen.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan penggunaan Antipiretik dengan profil demam dibagian anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Metode : Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional dengan pendekatan studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan melalui metode consecutive sampling diruang rawat inap anak RSUP. Haji Adam Malik Medan pada bulan September 2015 sampai dengan Desember 2015. Data tentang penggunaan antipiretik diperoleh melaui wawancara kuesoner kepada orang tua dan tenaga medis yang merawat anak yang bersedia menjadi responden, dan derajat demam anak didapat melalui data status pasien. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji Chi-square.

Hasil : Didapatkan 51 orang anak demam yang dapat obat antipiretik (parasetamol) di RSUP. Haji Adam Malik Medan selama periode penelitian. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan antipiretik dengan profil demam anak yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan dengan nilai hasil chi-square (p=<0,05). Sebanyak 23 orang anak yang tidak demam tapi tetap dapat obat antipiretik untuk menghilangkan rasa sakit akibat nyeri.

Simpulan : Didapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian antipiretik dengan profil demam anak yang dirawat dibagian anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

(5)

ABSTRACT

Background : Fever is a rise in body temperature of the normal associated with increased set point in the hypotalamus the result of infection viruses and bakteria and the imbalance between the production and spending heat. Medicine antipyretic often used is parasetamol (asetaminofen) and ibuprofen.

Aim : To know relationship the use of profile antipyretic fever to your children in RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Metods : Research conducted an observational study with cross-sectional study approach. Sampling was carried out through consecutive sampling method in patient rooms the RSUP. Haji Adam Malik Medan in September 2015 until Desember2015. Data on the use of antipyretic obtained through interview kuesoner to parent and medical workers child care is willing to be responden, and degrees fever the data was obtained through the status of medical records. Hypotesis testing is done using Chi-square test.

Result : Data obtained 51 the children can be drug antipyretic (parasetamol) in RSUP. Haji Adam Malik Medan over a period of reserch. Based on the result of data analysis obtained there are meaningful relation beetween the use antipyretic profile fiver children who are treated at RSUP. Haji Adam Malik Medan with results Chi-square (p=<0,05). 23 children without fever but still can antipyretic drugs to relieve the pain of pain.

Conclusion : a significant association between the administration of antipyretics febril children admitted to the profile section in the department of children at RSUP. Haji Adam Malik Medan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis ilmiah ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan program

studi Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah

atas kesabaran, tenaga, dan waktu yang telah diberikan untuk membimbing

penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. dr. Johannes H. Saing Sp.A (K) dan dr. M. Fauzi Siregar, Sp.Onk.Rad selaku

dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat

berarti dalam membuat karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik.

3. dr. Delfi sp.M selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing

selama menempuh pendidikan.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara atas bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ilmiah

ini.

5. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun

materil sehingga proses penelitian dapat berjalan dengan baik. Terutama kepada

ayah, mama dan kedua adik saya yang selalu ada dan selalu mendukung.

6. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2011 yang telah memberikan saran,

kritik, dukungan dan membantu dalam berjalannya proses penelitian atau pun

pengambilan data terutama ayu, feby, nazar, intan, pearsna, citra dan teman

lainnya.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat

(7)

Penulis menyadari penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna baik dari

segi materi atau pun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.Akhir kata, semoga

karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi kita semua dan sekiranya dapat

menjadi rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.

Medan, Desember 2015

Penulis

(8)
(9)

2.4. Ibuprofen ... ………… 10

BAB 3KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep ... ………… 13

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... ………… 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ………… 18

5.1.2. Karakteristik Individu ... ………… 18

5.1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin….. 18

5.1.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Rawat……….. 19

5.1.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengukuran Suhu ... ………… 20

5.1.6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Pemberian Obat Antipiretik Per hari ... ………… 20

5.2. Hasil Analisa Data ... ………… 21

(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... ………… 24 6.2. Saran ... ………… 24

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Analisa Statistik……….. 19

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis

kelamin………..

19

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama

Rawat………..

19

Tabel 5.3 Distribusi berdasarkan frekuensi pemberian obat antipiretik

perhari dan jenis

antipiretik……….

20

Tabel 5.4 Analisa Uji

Chi-Square………...

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Kerangka Teori………... 12

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan

Lampiran 1 : Surat Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 3 : Lembar Pengamatan Data Pemberian Antipiretik

Dengan Profil Demam Anak di RSUP.HAM

Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5 : Anggaran Biaya Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Output Program Statitik

Lampiran 7 : Data Induk

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian

(15)

ABSTRAK

Latar Belakang : Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari batas normal yang berhubungan dengan peningkatan set point di hipotalamus akibat infeksi virus dan bakteri atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.obat antipiretik yang sering digunakan adalah Paracetamol (Acetaminofen) dan Ibuprofen.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan penggunaan Antipiretik dengan profil demam dibagian anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Metode : Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional dengan pendekatan studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan melalui metode consecutive sampling diruang rawat inap anak RSUP. Haji Adam Malik Medan pada bulan September 2015 sampai dengan Desember 2015. Data tentang penggunaan antipiretik diperoleh melaui wawancara kuesoner kepada orang tua dan tenaga medis yang merawat anak yang bersedia menjadi responden, dan derajat demam anak didapat melalui data status pasien. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji Chi-square.

Hasil : Didapatkan 51 orang anak demam yang dapat obat antipiretik (parasetamol) di RSUP. Haji Adam Malik Medan selama periode penelitian. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan antipiretik dengan profil demam anak yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan dengan nilai hasil chi-square (p=<0,05). Sebanyak 23 orang anak yang tidak demam tapi tetap dapat obat antipiretik untuk menghilangkan rasa sakit akibat nyeri.

Simpulan : Didapatkan hubungan yang bermakna antara pemberian antipiretik dengan profil demam anak yang dirawat dibagian anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

(16)

ABSTRACT

Background : Fever is a rise in body temperature of the normal associated with increased set point in the hypotalamus the result of infection viruses and bakteria and the imbalance between the production and spending heat. Medicine antipyretic often used is parasetamol (asetaminofen) and ibuprofen.

Aim : To know relationship the use of profile antipyretic fever to your children in RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Metods : Research conducted an observational study with cross-sectional study approach. Sampling was carried out through consecutive sampling method in patient rooms the RSUP. Haji Adam Malik Medan in September 2015 until Desember2015. Data on the use of antipyretic obtained through interview kuesoner to parent and medical workers child care is willing to be responden, and degrees fever the data was obtained through the status of medical records. Hypotesis testing is done using Chi-square test.

Result : Data obtained 51 the children can be drug antipyretic (parasetamol) in RSUP. Haji Adam Malik Medan over a period of reserch. Based on the result of data analysis obtained there are meaningful relation beetween the use antipyretic profile fiver children who are treated at RSUP. Haji Adam Malik Medan with results Chi-square (p=<0,05). 23 children without fever but still can antipyretic drugs to relieve the pain of pain.

Conclusion : a significant association between the administration of antipyretics febril children admitted to the profile section in the department of children at RSUP. Haji Adam Malik Medan.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari batas normal yang berhubungan dengan

peningkatan set point di hipotalamus akibat infeksi virus dan bakteri atau adanya

ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas. Suhu tubuh normal berkisar

antara 36,50C - 37,20C (Nelwan, 2009). Demam biasanya terjadi sebagai respon terhadap

infeksi atau peradangan.

Demam bukan suatu penyakit melainkan hanya merupakan gejala dari suatu

penyakit.Demam juga dapat merupakan suatu gejala dari penyakit yang serius seperti

Demam Berdarah Dengue, demam typhoid, infeksi dan lain-lain (Riandita, 2012) . Maka

dari itu, terlebih dahulu harus difikirkan penyebab demam pada anak.

Demam dengan peningkatan suhu tubuh yang terlalu tinggi memerlukan

kewaspadaan karena dapat berdampak buruk seperti meningkatkan resiko kejang demam

terutama pada anak dibawah 5 tahun. Selain itu demam di atas 410C dapat menyebabkan

hiperpireksia yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai perubahan

metabolism, fisiologis, dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat. Keadaan koma terjadi

bila suhu >430C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 430C sampai 450C

(Riandita, 2012).

Pada pasien demam yang diakibatkan oleh infeksi virus maupun bakteri perlu untuk

dilakukan rawat inap di rumah sakit dibagian anak. Karena pada pasien demam yang

diakibatkan infeksi virus ataupun bakteri butuh perawatan yang intensif dan pengobatan

(18)

simptomatis kepada anak berupa pemberian obat Antipiretik yang diberi hanya pada saat

anak demam/kalau perlu.

Pemberian obat Antipiretik adalah pilihan utama dalam menurunkan demam pada

anak. obat antipiretik yang sering digunakan adalah Paracetamol (Acetaminofen) dan

Ibuprofen. Paracetamol cepat dalam menurunkan demam dan paling aman diberikan pada

anak dengan syarat dosisnya tidak berlebihan, sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja

yang lama dan dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal jika di konsumsi dalam jangka

panjang (Wilmana dan Gun, 2009).

Obat Antipiretik diberi hanya pada saat anak demam, dan kalau demam pada anak

turun maka hentikan pemberian obat Antipiretik. Karena penggunaan obat Antipiretik dalam

jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti

kerusakan hati bahkan dapat menyebabkan over dosis pada anak.

Sebelumnya peneliti telah melakukan survei awal ke RSUP. Haji Adam Malik untuk

melihat pasien anak demam yang dirawat inap dan yang dapat terapi antipiretik. Dari hasil

survei awal yang telah peneliti lakukan selama 1 minggu di RSUP. Haji Adam Malik

medan, bahwa ada beberapa anak yang tidak demam tapi masih tetap diberi antipiretik

dengan suhu tubuh 360C. Padahal obat antipiretik hanya dapat diberikan jika anak demam.

Oleh karena itu perlu diteliti hubungan penggunaan antipiretik dengan profil demam

dibagian anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan penggunaan Antipiretik dengan profil demam dibagian

anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

2. Apakah ada anak yang demam namun tidak mendapat antipiretik dan anak yang

tidak demam mendapat antipiretik?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan penggunaan Antipiretik dengan profil demam dibagian

(19)

a. Untuk mengetahui proporsi anak demam yang mendapat antipiretik

b. Untuk mengetahui kapan obat antiiretik dihentikan pada anak yang dirawat

dibagian anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

c. Untuk mendata jenis Antipiretik yang digunakan pada anak yang dirawat dibagian

anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Di bidang akademik/ilmiah

Meningkatkan pengetahuan peneliti dibidang pengobatan demam anak.

Khususnya dalam hal hubungan pengguaan obat antipiretik dengan profil

demam anak

2. Dibidang pelayanan masyarakat

Meningkatkan pelayanan kesehatan anak, khususnya untuk mengatasi demam

pada anak dan pengobatan yang tepat untuk demam pada anak

3. Dibidang pengembangan penelitian

Dapat memberi masukan kepada peneliti lain dan sebagai rujukan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan obat antipiretik untuk

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam

2.1.1. Definisi Demam

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang

regulasi hipotalamus. Pusat regulasi/pengaturan panas hipotalamus mengendalikan suhu

tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan

panas. Faktor pengaturan lainnya adalah suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus.

Integrasi sinyal-sinyal ini mempertahankan agar suhu didalam tubuh normal pada titik

ambang 370C (980F) dan sedikit berkisar antara 1-1,50C. Suhu aksila mungkin 10Clebih

rendah dari dalam tubuh, sebagian karena vasokonstriksi kulit, dan suhu oral mungkin

rendah palsu karena pernafasan yang cepat (Nelson, 2012).

Menurut Nelwan (2009), “Suhu tubuh normal berkisar antara 36,50C-37,20C. Suhu

subnormal di bawah 360C. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas

37,20C. Hipereksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setingg5 41,20C atau

lebih, sedangkan hipotermi adalah keadaan suhu tubuh di bawah 350C. Biasanya terdapat

perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal.

2.1.2. Etiologi Demam

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi maupun faktor non infeksi. Demam

akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi

(21)

yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak antara lain viral pneumoni, influenza,

demam berdarah dengue, demam chikungunya dan virus-virus umum seprti H1N1 (Davis,

2011). Demam yang secara tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit infeksi

virus (Nelwan, 2009).

Demam akibat non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor

lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll),

Keganasan (penyakin Hodgkin,leukimia, hematoma, penyakit metastasis, limfoma, non

hodgkin, leukoma, dll), Penyakit autoimun (artritis, systemic lupus erythematosus,

vaskulitis, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, dan antihistamin), penyakit radang

(penyakit radang usus) (Nelson, 2012). Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam

sebagai efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari (Graneto, 2010).

2.1.3. Mekanisme Demam

Menurut (Sherwood, 2012) “Demam terjadi akibat adanya infeksi atau peradangan.

Sebagai respon masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu

bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen. Selain efek-efeknya dalam melawan

infeksi juga bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan

termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu ditingkat yang baru dan tidak

mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen

meningkatkan titik patokan menjadi 38,90C (1020F), maka hipotalamus mendeteksi bahwa

suhu normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu

mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 38,90C. Secara spesifik,

hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat dan mendorong suhu

naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan demam. Setelah suhu

baru tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respon terhadap panas dan

dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadi demam sebagai respon

terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan

mekanisme termoregulasi.

Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan

memicu pelepasan lokal prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung

(22)

Aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesa prostaglandin. Tanpa

adanya pirogen endogen maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah

bermakna (Sherwood, 2012).

2.1.4. Patogenesis demam

Menurut (Nelson, 2012) “berbagai macam agen infeksius, imunologis, atau agen

yang yang berkaitan dengan toksin (pirogen eksogen) mengimbas produksi pirogen endogen

oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini adalah sitokin, misalnya interleukin (IL-1.β

IL-1.α IL-6). Faktor nekrosis tumor (TNF.α TNF.β), dan interferon α (INF). Pirogen

endogen menyebabkan demam dalam waktu 10-15 menit, sedangkan respon demam

terhadap pirogen eksogen (misalnya, endotoksin) timbul lambat menimbulkan sintesis dan

pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung

menstimulasi hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E yang kemudian mengatur

kembali titik ambang pengaturan suhu. Selanjutnya transmisi neuronal ke perifer

menyebabkan konservasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu didalam tubuh

meningkat.

2.1.5. Faktor Risiko

Demam memiliki penyakit serius pada anak dan dipengaruhi oleh usia. Pada umur

tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang

serius dibanding dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi pada anak pada

umumnya disebabkan oleh infeksi virus, akan tetapi infeksi bakteri yang serius dapat pula

terjadi pada anak seperti meningitis, infeksi saluran kemih, pneumoni. Pada anak dengan

usia diantara dua bulan sampai dengan tiga tahun dapat meningkatkan risiko terkena

penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk

komplemen yang berfungsi mengatasi infeksi bakteri.

2.1.6. Tipe Demam

Ada lima tipe demam menurut Nelwan (2009) dari Ilmu Penyakit Dalam, yang

terdiri dari :

(23)

normal pada pagi hari. Sering disertai menggigil dan

berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke

tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

Demam Remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap

hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.

Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai

dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat

pada demam septik.

Demam Intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat

yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila

demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut

tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di anatara

dua serangan demam disebut kuartana.

Demam Kontinyu : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari

tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam

yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

Demam Siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan

selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas

demam untuk beberapa hari kemudian diikuti oleh

kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, seperti

misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seseorang pasien mungkin dapat

dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya : abses pneumoni,

infeksi saluran kemih atau malaria; tetapi kadang-kadang sama sekali tidak dapat

dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul demam, lama

demam, sifat harian demam, tinggi demam, dan keluhan serta gejala lain yang menimbulkan

demam (Nelwan, 2009).

2.2. Antipiretik

Antipiretik adalah obat penurun panas yang sering di gunakan untuk anak demam.

(24)

pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase

sehingga membuat pembuluh darah kulit melebar dan pengeluaran panas ditingkatkan.

Antipiretik yang sering di berikan kepada anak adalah paracetamol (acetaminofen) dan

ibuprofen.

2.3. Parasetamol 2.3.1. Definisi

Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit aktif fenasetin dan bertanggung

jawab atas efek analgesiknya. Obat ini adalah penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah

pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi. Temuan terbaru menunjukkan

bahwa asetaminofen dapat menghambat enzim ketiga, yakni COX-3, di sistem saraf pusat

(SSP). COX-3 tampaknya merupakan varian splice gen COX-1 (Katzung, 2012)

Rumus bangun asetaminofen adalah :

(Sumber : Frust & Ulrich, Basic and Clinical Pharmacology 10th Ed, 2007) Gambar 2.1. Rumus Bangun Asetaminofen

2.3.2. Farmakodinamik

Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau

mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan

mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.Efek

anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu paresetamol tidak digunakan Antireumatik.

Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah.

(25)

Parasetamol diberikan per oral. Absorbsinya bergantung dengan kecepatan

pengosongan lambung, dan kadar puncaknya dalam darah biasanya tercapai dalam waktu

30-60 menit. Parasetamol sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian dimetabolisme

oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukoronida. Selain

itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat

menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Waktu paruh obat ini adalah 1-3

jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh dan dieksresi melalui ginjal, sebagian kecil

sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

2.3.4. Indikasi

Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah

menggantikan penggunaan salisilat. Obat ini tidak mempengaruhi kadar asam urat dan tidak

mempunyai sifat menghambat trombosit. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai

sedang seperti nyeri kepala, mialgia, sakit gigi, demam disertai influenza, dan demam

setelah imunisasi. Parasetamol infus diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek untuk

sakit sedang, terutama setelah operasi dan dan pengobatan jangka pendek demam. ketika

pemberian intravena adalah pemberian yang dianggap perlu secara klinis untuk

mengobatirasa sakit atau hipertermi dan/atau ketika pemberian rute yang lain tidak

memungkinkan (ISO, 2014/2015).

Bila dikonsumsi dalam dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, pusing, sakit

kepala, distonia, mual, muntah, konstipasi, ruam kulit atau utrikaria sampai syok anafilaksis

pernah terjadi dan pengobatan harus dihentikan. Malaise dan hipersensitifitas, hipotensi dan

peningkatan kadar serum transaminase dihati, trombositopenia, leukopenia, neutropenia.

2.3.7. Dosis terapi

Dosis parasetamol perkali beri :

(26)

- 1 – 5 tahun : 50-100 mg/kali beri

Ibuprofen merupakan turunan sederhana asam fenilpropionat. Pada dosis sekitar

2400 mg per hari, efek anti-inflamasi ibuprofen setara dengan 4 g aspirin. Ibuprofen oral

sering diresepkan dalam dosis yang lebih kecil (<2400mg/ hari); pada dosis ini ibuprofen

efektif sebagai analgesik tapi tidak sebagai anti-inflamasi. Obat ini tersedia bebas dalam

dosis yang kecil dan dijual dalam berbagai nama dagang.

(27)

Obat Anti-Inflamasi Non Steroit (AINS) derifat asam propionat hampir seluruhnya

terikat pada protein plasma, efek interaksi misalnya penggeseran obat warfarin dan oral

hipoglikemik hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian bersamaan dengan warfarin, tetap

harus waspada karena adanya gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa

perdarahan. Derivat asam propionat dapat mengurangi efek diuresis dan natriuresis furosemid dan tiazid, juga mengurang efek antihipertensi obat β- bloker, prazosin dan kaptopril. Efek ini mungkin akibat hambatan biosintesis PG ginjal.

2.4.3. Farmakokinetik

Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimal dalam plasma dalam

dicapai selama 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 90% ibuprofen terkait

dalam protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira- kira 90% dari

dosis yang diabsorbsi akan dieksresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya.

Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi.

2.4.4. Indikasi

Meringankan rasa nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri haid, sakit gigi dan sakit

kepala.

2.4.5. Kontraindikasi

Pada orang-orang yang hipersensitif ibuprofen, penderita ulkus peptikum, gejala

ashma dan kehamilan trimester pertama. Perhatian : untuk pasien dengan riwayat penyakit

saluran cerna bagian atas, gangguan fungsi ginjal, gangguan pembekuan darah dan asma

harap mengkonsultasikan ke dokter terlebih dahulu pemakaian jangan dibarengi dengan

pemakaian asetosal atau obat lain yang mengandung ibuprofen.

2.4.6. Efeksamping

Jarang terjadi; mual, muntah, gangguan saluran cerna. Pernah dilaporkan ruam kulit,

trombositopenia dan limfopenia. Penurunan ketajaman penglihatan (sangat jarang).

2.4.7. Dosis terapi

Dewasa : 3- 4x sehari dalam 200mg

Anak- anak : 1- 2 thn = 30 mg

3- 7 thn = 100mg

(28)

Untuk demam dosis rekomendasi sehari 20 mg/kgBB dalam dosis terbagi. Tidak

direkomendasikan untuk anak- anak <1 thn.

(29)

Skema 2.2 KerangkaTeori

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1.KerangkaKonsepdanDefinisiOperasional

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Antipiretik

Antipiretik adalahobat penurun panas yang mencegah pembentukan prostaglandin

dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase dihipotalamus. Obat Antipiretik yang

sering diberi ketika anak demam adalah parasetamol dan ibuprofen. Parasetamol lebih

sering diberi pada anak karena efek samping dari obat parasetamol lebih kecil dibanding

dengan ibuprofen.

- Cara ukur : Observasi dan wawancara

- Alat ukur : kuisoner dan data status pasien

- Skala Pengukuran : Data Nominal

- Hasil Ukur :- Demam dapat antipiretik

(30)

- Tidak demam tidak dapat antipiretik

3.2.2. Demam

Demam adalah peningkatan set point dihipotalamus akibat adanya infeksi atau

proses peradangan. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,50C-37,20C. Demam dapat

dikatakan jika suhu tubuh >37,20C. Penyebab demam yang sering menyebabkan demam

pada anak adalah infeksi bakteri dan virus. Suhu lingkungan yang tinggi juga dapat

menyebkan demam pada anak. Banyak kasus anak demam yang dirawat di Rumah Sakit

karena infeksi seperti meningitis, infeksi saluran nafas, pneumonia, infeksi saluran kemih,

sepsis, dll. Pada bayi umur tiga bulan pertama paling sering terkena infeksi bakteri.

- Cara Ukur : Observasi langsung dengan pasien dan

Melihatdata status pasien.

- Alat Ukur : Data status pasien

- Skala Pengukuran : Data Nominal

- Hasil Ukur : - Demam

- Tidak demam

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara penggunaan Antipiretik dengan profil demam anak yang

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan

rancangan cross sectional study. Yaitu rancangan penelitian yang mencari hubungan antara

variabel bebas (demam) dengan variabel tergantung (antipiretik) dengan melakukan

pengukuran sesaat yang dimana variable bebas dan variable tergantung diukur menurut

keadaan atau statusnya pada waktu observasi.

4.2. Lokasi dan waktu penelitian 4.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUPHaji Adam Malik Medan dibagian ruang rawat

inap anak. Karena RSUP Haji Adam Malik adalah rumah sakit rujukan tertinggi yang ada di

Sumatera Utara dan rumah sakit pendidikan. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam

Malik Medan untuk mengetahui pemberian antipiretik pada anak demam yang dirawat inap

di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan setelah proposal disetujui oleh Komisi Etik dalam

waktu 4 bulan kedepan.

(32)

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien anak demam yang dirawat di RSUP

Haji Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi.

Yang menjadi kriteria inklusi :

a) Pasien anak demam yang di rawat di RSUPHaji Adam Malik.

b) Pasien anak yang dapat Antipiretik.

c) Pasien anak yang dilakukan pengukuran suhu tubuh.

4.3.2. Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang digunakan akan di kira menggunakan formula:

n = 2

d = 0.1 (kesalahan absolut yang dapat di toleransi)

P = 0.4 (proporsi pasien anak demam yang dapat antipiretik)

Q = 1-P

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan consecutif

sampling. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari responden dengan cara

diwawancara langsung oleh peneliti dengan menggunakan lembar kuisoner. Data sekunder

adalah data yang didapat dari data status paien anak demam yang dirawat dibagian rawat

(33)

Setelah mendapat izin dari komisi etik dan RSUP. Haji Adam Malik Medan, peneliti

langsung melihat pasien anak yang dirawat dibangsal melalui rekam medik yang ada. Lalu

dicatat data pribadi anak dan keluhan anak. Setelah itu peneliti mencatat suhu tubuh anak

(dan waktu pengukurannya), obat (antipiretik) yang digunakan anak. Dan yang terakhir

dilakukan tabulasi seperti tabel 3.1

4.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka data akan diolah dan dianalisa dengan uji chi

squaremenggunakan program komputerisasi yaitu program SPSS.

4.6. Analisa Statistik

Data akan ditampilkan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 3.1.AnalisisStatistik

Demam

Antipiterik

+ -

+ A B

- C D

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan sebuah rumah sakit

pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera

Utara, Rumah Sakit H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan

pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei

1992. Pada tahun 1990 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik berdiri sebagai rumah

sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Kemudian di tahun

1991 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.

502/Menkes/SK/IX/1991 RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah

Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

Rumah sakit ini terletak di Jl. Bunga Lau No. 17. Visi RSUP H Adam Malik Medan adalah

Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Pendidikan dan Penelitian yang Mandiri dan

Unggul di Sumatera tahun 2015. Data diambil langsung dari Departemen Anak Rindu B

yang berada di lantai 1 gedung B.

(35)

Dari penelitian ini data total sampling ada 92 orang. Pasien yang memenuhi kriteria

inklusi dari penelitian ini terdiri dari 46 orang yang semuanya merupakn pasien anak yang

di rawat di bangsal anak Rindu B di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

5.1.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi sampel berdasarkan usia berada pada rentang 1 bulan-17 tahun dengan

sampel penelitian ini terdiri dari 48 orang berjenis kelamin laki-laki (52,2%) dan 44 orang

berjenis kelamin perempuan (47,8%). Distribusi dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin

Variabel Frekuensi (jumlah) Persentase (%)

Umur

Pasien anak demam dalam penelitian ini berada pada rentang usia 1 bulan-17 tahun

distribusi terbanyak pada pasien balita36 orang dan anak-anak 36 orang. Sedangkan pada

pasien bayi hanya terdapat 20 orang yang dirawat dirumah sakit Haji Adam Malik Medan.

3.1.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Rawat

Tabel 5.2. Distribusi sampel berdasarkan lama rawat

Variabel Frekuensi (Jumlah) Persentasi (%)

(36)

Sementara itu jika dilihat dari tabel 5.2 dengan jumlah sampel sebanyak 92 orang

anak yang demam yang dirawat inap dengan distribusi lama rawat terbanyak terdapat

selama 3-7 hari sebanyak 48 orang yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Sedangkan pada distribusi lama rawat yang paling sedikit terdapat 12 orang yang dirawat

selama 15-21 hari. Dan 29 orang lainnya dirawat selama 8-14 hari.

5.1.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengukuran Suhu

Distribusi sampel berdasarkan pengukuran suhu pada anak demam yang dirawat di

Rumah Sakit haji Adam Malik Medan bahwa sebanyak 92 (100%) sampel anak demam

yang diteliti seluruhnya dilakukan pengukuran tubuh, terutama ketika anak mulai masuk.

Pengukuran suhu juga dilakukan sesering mungkin, dalam satu hari dapat dilakukan 5-6 kali

sehari.

5.1.6. Karakteristik Sampel Berdasarkan Frekuensi Pemberian Obat Antipiretik per hari

Tabel 5.3. Distribusi berdasarkan frekuensi pemberian obat antipiretik perhari dan jenis antipiretik

Karakteristik Frekuensi (Jumlah) Persentasi (%) Karakteristik pemberian antipiretik

Perhari : - 3x1 - >3x1

- Tergantung kondisi pasien (kalau perlu)

(51,1%) mendapat obat antipiretik tergantung kondisi pasien (kalau perlu). Selain itu

sebagian besar juga terdapat 43 orang (46,7%) anak demam yang dapat pemberian obat

antipiretik 3x1 dalam satu hari. Untuk pemberian obat antipiretik >3x1 hari hanya terdapat 2

(37)

Pada tabel 5.3 juga dapat dilihat jenis antipiretik yang digunakan pada anak demam

hanya parasetamol 92 (100,0%), tidak ada terlihat penggunaan ibuprofen pada hasil

penelitian ini.

5.2. Hasil Analisa Data

Sebanyak 92 sampel dalam penelitian ini dilakukan wawancara kepada orang tua dan

para medis serta melihat data status pasien anak yang dirawat di bangsal anak ruang Rindu

B di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Data yang dikumpulkan dianalisa melalui uji

Chi-square. Untuk melihat hubungan profil demam anak dengan pemberian obat antipiretik.

Adapun uji chi-square pada kedua variabel penelitian ini dapat dinyatakan pada tabel

berikut :

Tabel 5.4 Analisa Uji Chi-Square

Hubungan Profil Demam dengan Penggunaan Antipiretik

Demam

medis mengatakan bahwa obat antipiretik selalu diberikan pada anak demam yang dirawat

di RSUP. Haji Adam Malik Medan, namun mereka lupa untuk menuliskannya didata status

pasien.

Tabel diatas juga menunjukkan 23 orang anak yang dapat antipiretik walaupun

bebas demam, wawancara lebih lanjut dikatakan obat antipiretik tersebut digunakan sebagai

analgesik, dan tidak ada anak yang bebas demam mendapat obat antipiretik. Didapatkan

hasil pearson Chi-square p=0,006 yang berarti p=<0,05. Jika di dapati nilai p=<0,05, berarti

hipotesis nol penelitian ditolak (Ha=diterima). Dengan demikian, dapat disimpulkan ada

(38)

5.3. Pembahasan

Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui wawancara kuisoner

kepada orang tua dan petugas medis yang menjaga anak, dan di tunjang dengan melihat data

status pasien selama periode 4 bulan di ruang rawat inap anak Rindu B Rumah Sakit Haji

Adam Malik Medan. Didapatkan data-data demografi seperti jenis kelamin anak,

pengukuran suhu, lama rawat, derajat demam anak selama 3 hari, pemberian antipiretik,

frekuensi pemberian antipiretik, dan pemberian obat tambahan yang diberikan kepada anak

yang dirawat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat anak demam yang dapat obat

antipiretik sebanyak 51 orang. Ada juga anak yang tidak demam tapi tetap dapat obat

antipiretik sebanyak 23 orang dan yang demam tidak dapat antipiretik sebanyak 18 orang.

Dari hasil tanya jawab wawancara dengan orang tua dan tenaga medis, pemberian obat

antipiretik untuk anak yang tidak demam hanya untuk membuat anak merasa nyaman dan

menghilangkan rasa sakit akibat nyeri yang dirasakan.

Pada penelitian ini didapat ada anak yang demam tapi tidak dapat obat antipiretik.

Dari hasil wawancara dengan para medis (dokter/perawat) yang menjaga anak bahwa

sebenarnya obat antipiretik selalu diberi jika anak demam, hanya saja terkadang mereka

lupa untuk menuliskannya didata status pasien.

Sebelum pemberian obat terlebih dahulu dilakukan pengukuran suhu kepada anak

untuk mengetahui derajat demam anak. Pengukuran suhu dilakukan sesering mungkin

sebanyak 5-6 kali dalam satu hari untuk tetap memantau kondisi pasien.

Frekuensi pemberian obat antipiretik perhari diberikan 3x1 hari untuk pemberian

oral dengan dosis tergantung usia pasien dan berat badan pasien. Obat antipiretik juga

diberikan tergantung kondisi pasien (kalau perlu). Pemberian obat antipiretik tergantung

kondisi pasien pada anak yang bebas demam diberikan untuk mengurangi nyeri dan

membuat anak merasa nyaman. Karna banyak pasien yang juga memerlukan obat antipiretik

walaupun kondisinya tidak demam. hanya saja antipiretik digunakan untuk efek

analgesiknya.

(39)

hipersensitivitas, dan penyakit ginjal tidak diberikan obat parasetamol. Karena obat

parasetamol dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Dalam hasil penelitian ini tidak

ditemukan penggunaan ibuprofen pada anak yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik

Medan, karena efek dari parasetamol lebih aman dibanding ibuprofen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan teori yang mengatakan bahwa

pemberian obat parasetamol lebih aman dibandingkan dengan obat antipiretik yang lain

untuk anak karena parasetamol tidak menghambat fungsi dari platelet dan tidak

menyebabkan perdarahan gastrointestinal sehingga dianggap lebih aman dibanding

ibuprofen dan AINS lainnya. Selain itu parasetamol efektif dalam melawan demam

(Rachmawati 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yag telah dilakukan sebelumnya

oleh A. Perrott, dkk yang menyatakan bahwa penggunaan obat parasetamol lebih aman

dibandingkan penggunaan obat ibuprofen untuk penggunaan jangka pendek nyeri anak atau

demam.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu penelitian yang sangat terbatas

sehingga jumlah sampel yang didapat hanya memenuhi jumlah sampel yang minimal dan

hanya anak demam dengan penyakit serius saja yang dirawat di rumah sakit. Dalam

wawancara kuesioner, beberapa orang tua hanya dapat menyebutkan jenis atau merek

antipiretik yang diberikan dan tidak dapat memberikan keterangan dosis yang diberikan

secara pasti. Sehingga peneliti hanya mampu melihat data status pasien. Didata status pasien

juga masih ada beberapa yang kurang lengkap tentang pemberian obat antipiretik karena

yang peneliti dapat ada beberapa anak yang demam tapi tidak dapat antipiretik padahal

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah disebutkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini

dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Setiap anak demam yang dirawat inap di ruang Rindu B mendapat obat antipiretik.

2. Obat antipiretik yang digunakan hanyalah parasetamol dan tidak ada penggunaan

ibuprofen pada anak demam yang di rawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan

3. Pemberian obat antipiretik berupa sprn (kalau perlu) untuk anak yang bebas demam

tergantung kondisi pasien.

4. Penggunaan obat antipiretik di RSUP. Haji Adam Malik digunakan bukan hanya

untuk menurunkan demam anak, tapi juga digunakan untuk meredahkan nyeri akibat

rasa sakit yang dirasakan anak

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan

(41)

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu keamanan dari pilihan

obat antipiretik yaitu, parasetamol dan ibuprofen

2. Perlu ditingkatkan lagi kelengkapan dari data status pasien agar data peneliti

selanjutnya lebih lengkap dan lebih terpercaya.

3. Kepada para medis agar lebih memberi tahu orang tua tentang dosis dan pemberian

obat yang telah diberikan kepada pasien anak demam

DAFTAR PUSTAKA

A.Perrot, dkk 2004. Efficacy and Safety of Acetaminophen vs Ibuprofen for Treating

Children’s Pain or Fever. Arch PediatrAdolesc Med

Behreman, kiliegman, & Arvin - 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ED, 15, Vol.2. edisi

bahasa indonesia : prof. Dr. dr.A. Samik Wahab, sp.A(K). Penyakit Infeksi., hal

854-855.

Davis, C.P., 2011. Fever in Adult. University of Texas Healt Science Center at San Antonio.

Available from ver :

http://emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=58831.

[update 19 April 2011].

Dr.Sastroasmoro, Sudigdo., 2011. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis., Ed.

Keempat-Jakarta : Sagung Seto.

Dr. Evaria., dkk., 2014/2015. MIMS Indonesia : petunjuk konsultasi. Ed. 14.Jakarta.

Indonesia : MIMS pte Ltd

Graneto, JW., 2010. Pediatric Fever. Chicago College of Osteopathic Medicine of

(42)

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari tahu keamanan dari pilihan

obat antipiretik yaitu, parasetamol dan ibuprofen

2. Perlu ditingkatkan lagi kelengkapan dari data status pasien agar data peneliti

selanjutnya lebih lengkap dan lebih terpercaya.

3. Kepada para medis agar lebih memberi tahu orang tua tentang dosis dan pemberian

obat yang telah diberikan kepada pasien anak demam

DAFTAR PUSTAKA

A.Perrot, dkk 2004. Efficacy and Safety of Acetaminophen vs Ibuprofen for Treating

Children’s Pain or Fever. Arch PediatrAdolesc Med

Behreman, kiliegman, & Arvin - 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ED, 15, Vol.2. edisi

bahasa indonesia : prof. Dr. dr.A. Samik Wahab, sp.A(K). Penyakit Infeksi., hal

854-855.

Davis, C.P., 2011. Fever in Adult. University of Texas Healt Science Center at San Antonio.

Available from ver :

http://emedicinehealth.com/script/main/art.asp?articlekey=58831.

[update 19 April 2011].

Dr.Sastroasmoro, Sudigdo., 2011. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis., Ed.

Keempat-Jakarta : Sagung Seto.

Dr. Evaria., dkk., 2014/2015. MIMS Indonesia : petunjuk konsultasi. Ed. 14.Jakarta.

Indonesia : MIMS pte Ltd

(43)

http://emedicine.medscape.com//article801598-overview. [Update 20 May 2010.

ISFI., 2014-2015. Redaksi ISO Indonesia., Informasi spesialite obat. Vol., 49- Jakarta.

Katjung, Bertram G., 2012. Farmakologi Dasar & Klinik., Katzung Ed. 10 Jakarta : EGC,

2010., hal 608-609.

Nelwan., 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Demam : Tipe dan Pendekatan. Ed. V. Jilid. III.

Halaman., 2767-2768.

Pramudianto, arliana dan evaria., 2012/2013. MIMS Indonesia : petunjuk konsultasi. Ed.

12-Jakarta. Indonesia : UBM Medika Asia Pte Ltd.

Riandita, A..2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam dengan

Pengelolaan Demam Pada Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,

Semarang.

Sherwood, Laureel., 2012. editor edisi bahasa indonesia dr. Nella Yesdelita., fisiologi

manusia : Dari Sel ke Sistem.,Ed. 6.—Jakarta : EGC, 2011., hal 716-717.

Wilmana Freddy dan Sulistia Gan., 2009. Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran

UI. Ed 5-Jakarta., hal 230-240.

Rachmawati, Elfian., 2012. Hubungan Antara Jenis Antipiretika Yang Digunakan Dengan

Manisfestasi Perdarahan Pada Anak Yang Menderita Demam Berdarah. Fakultas

(44)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

“Hubungan Penggunaan Antipiretik Dengan Profil Demam Dibagian Anak Di RSUP. Haji Adam Malik Medan”

Saya, Syarifah Luthfiah Siregar, mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara sedang melaksanakan penelitian berjudul “Hubungan

Penggunaan Antipiretik Dengan Profil Demam Dibagian Anak Di RSUP. Haji Adam Malik Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan antipiretik dengan profil demam anak yang dirawat di RSUP. Haji Adam Malik

Medan.Untuk kepentingan data pengumpulan data dalam penelitian ini, saya memohon

kesediaan Bapak/ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan suka rela tanpa

paksaan.Saya akan melakukan wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan seputar

demam anak dan pemberian obat antipiretik untuk anak pada lembar kuisoner untuk diisi.

Saya mengaharapkan Bapak/ibu menjawab semua pertanyaan dengan kejadian

sebenar-benarnya yang dialami. Setiap data yang terdapat pada jawaban kuisoner ini bersifat rahasia

dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian ini saja.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan

(45)

yang kurang dimengerti, bapak/ibu dapat langsungmenanyakan kepada saya sebagai

peneliti.

Medan, 2015

Hormat saya

Syarifah Luthfiah siregar

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ...

Hubungan keluarga :...

Alamat : ...

Menyatakan bahwa :

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian :

HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIPIRETIK DENGAN PROFIL DEMAM

DIBAGIAN ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN.

2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut dengan penuh kesadaran tanpa paksaan

dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi :

a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya

(46)

b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar+tidak berpartisipasi

lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun.

Tanda Tangan

Lampiran 3 ...

LEMBAR PENGAMATAN DATA PEMBERIAN ANTIPIRETIK DENGAN PROFIL DEMAM DIBAGIAN ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK

IDENTITAS PASIEN :

NAMA : ...

UMUR : ...

JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI ( )

PEREMPUAN ( )

ALAMAT : ...

...

Lama pasien dirawat? ...

Apakah dilakukan pengukuran suhu tubuh? ...

Seberapa sering dilakukan pengukuran suhu? ...

Tabel pengamatan status pasien rawat inap selama 3 hari di RSUP. HAM

Hari Jam Suhu Obat Antipiretik

(47)

Berapa kali sehari obat antipiretik diberi?

...

Jika suhu pasien turun, apakah obat antipiretik tetap diberikan?

...

Kenapa obat Antipiretik masih tetap diberikan padahal anak sudah tidak demam lagi?

...

...

OBAT TAMBAHAN LAIN :

a). ...

b). ...

c). ...

d). ...

(48)

Lampiran 4

CURRICULUM VITAE

Nama : Syarifah Luthfiah Siregar

Tempat/Tanggal Lahir : Sibolga/05 April 1994

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jalan Perjuangan. Komplek Green Visela No.12A

Medan

(49)

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar 081240 Sibolga Selatan, Kota Sibolga 2000-2006

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Sibolga Selatan 2006-2009

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sibolga 2009-2012

Riwayat Organisasi :

1. Anggota OSIS SMAN 2 Sibolga

2. Anggota Divisi Keputrian PHBI FK USU

Lampiran 5

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

No. Rincian Keterangan Banyak Harga

Satuan Jumlah Harga

1 Print proposal Lembar 420 Rp 500 Rp 210.000

2 Jilid Proposal Jilid 12 Rp 2.500 Rp 30.000

3 Izin Penelitian Rp 175.000 Rp 175.000

4 Imbalan Penelitian Orang 92 Rp 7.500 Rp 690.000

5 Fotokopi Kuesioner Lembar 276 Rp 125 Rp 34.500

6 CD RW Buah 1 Rp 7.000 Rp 7.000

(50)

Lampiran 6

HASIL OUTPUT PROGRAM STATISTIK Hasil analisa deskriptif berdasarkan umur dan jenis kelamin

Statistics

Umur Jenis Kelamin

N Valid 92 92

Missing 0 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 bln 7 7,6 7,6 7,6

1 thn 13 14,1 14,1 21,7

10 thn 4 4,3 4,3 26,1

11 bln 1 1,1 1,1 27,2

11 thn 1 1,1 1,1 28,3

12 thn 5 5,4 5,4 33,7

13 thn 1 1,1 1,1 34,8

14 thn 1 1,1 1,1 35,9

(51)

2 bln 2 2,2 2,2 43,5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 48 52,2 52,2 52,2

perempuan 44 47,8 47,8 100,0

Total 92 100,0 100,0

Distribusi sampel berdasarkan lama rawat Lama Rawat

Frequency Percent Valid Percent

(52)

5 hari 18 19,6 19,6 75,0

Deskripsi Sampel Berdasarkan Pengukuran Suhu Pengukuran Suhu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 92 100,0 100,0 100,0

Karakteristik pemberian obat perhari

Frekuensi Pemberian Obat Perhari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(53)

Value df

Continuity Correctionb 5,894 1 ,015

Likelihood Ratio 11,747 1 ,001

Fisher's Exact Test ,005 ,003

Linear-by-Linear

Association 7,378 1 ,007

N of Valid Cases 92

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,50.

b. Computed only for a 2x2 table

(54)
(55)

80 Wulandar perempuan 6 bln 8 hari ada iya ada sprn

81 Monisya perempuan 3 thn 5 hari ada iya tidak dapat 3x1

82 Roy laki-laki 1 bln 6 hari ada tidak ada 3x1

83 Erwin laki-laki 7 thn 11 hari ada iya ada 3x1

84 Khaira perempuan 1 thn 3 hari ada iya ada sprn

85 Melia perempuan 2 thn 9 hari ada tidak ada sprn

86 Ariani perempuan 4 thn 5 hari ada iya ada sprn

87 Umarudin laki-laki 6 bln 12 hari ada tidak ada 3x1

88 Kumang laki-laki 9 thn 5 hari ada iya ada sprn

89 Desi perempuan 1 thn 4 hari ada iya ada sprn

90 Erik laki-laki 12 thn 5 hari ada tidak ada 3x1

91 Dikki laki-laki 10 thn 8 hari ada iya ada sprn

92 Deren laki-laki 7 thn 12 hari ada iya ada 3x1

(56)
(57)

Gambar

Gambar 2.1. Rumus Bangun Asetaminofen
Tabel 3.1.AnalisisStatistik
Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan umur dan jenis kelamin
Tabel 5.4 Analisa Uji Chi-Square

Referensi

Dokumen terkait

KEY WORDS: Polarimetric Synthetic Aperture Radar (PolSAR), Unsupervised Wishart Classification, Fisher Linear Discrimination, Feature

Rubrik Penilaian RPP ini digunakan peserta pada saat penelaahan RPP peserta lain dan digunakan Fasilitator untuk menilai RPP yang disusun oleh masing-masing

With this information we can make façade image for 3D model, limit relaxation matching bounds, and estimate building planes from 3D point clouds after matching.. 2.4 Point

In this study, approaches (Approach 1 and Approach 2) have been proposed for the automatic point based classification of raw LiDAR point cloud with the combine

If the points spacing of all interest features are much smaller than their profiles spacing and the profile spacing is stable during the scan, in the original RGPL (Nguyen et

SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ATAU BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, YANG TELAH TERDAFTAR

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W3, 2017 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

[r]