Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 75
PENGARUH ZAKAT MAAL TERHADAP TINGKAT
KESEJAHTERAAN MUSTAHIQ DI YATIM MANDIRI KEDIRI
Keywords:Zakat Maal, Kesejahteraan Masyarakat
Pendahuluan
Zakat sebagaimana sudah banyak dipahami merupakan sebuah konsep yang unik dalam ajaran Islam. Dikatakan
demikian, karena pertama, tidak ada
konsep yang sebanding dengan zakat dalam agama lain. Kedua, zakat sekaligus menyentuh dua dimensi, yakni vertikal dan horizontal. Dalam bahasa lain dapat
dikatakan bahwa zakat, sekaligus berkaitan dengan dua aspek, yakni ukhrawi sebagai bagian dari ibadah mahdhah, dan aspek duniawi karena sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial kemanusiaan. Ketiga, ketentuan zakat sudah diatur sedemikian rinci oleh Islam, tidak hanya menyangkut jenis harta yang wajib dizakatkan, tetapi juga Siti Nur Mahmudah
Abstract
Yatim Mandiri merupakan salah satu embaga yang menangani masalah zakat, yang juga merupakan salah satu Lembaga Pengelola Zakat Nasional yang telah memiliki legalitas melalui aspeklegal formal yang didirikan pada tahun 2008. Dibandingkan dengan lembaga infaq lainnya, yang mana Yatim Mandiri lebih mengkhususkan membantu yatim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis penyaluran zakat maal, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan pengaruh zakat maal terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat (mustahiq) di Lembaga Yatim Mandiri.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptifyakni berupa angka dan statistik. Sumber data diperoleh dari hasil angket yang disebarkan pada mustahiq yang telah menerima bantuan dari zakat maal dan datatambahan berupa dokumen. Analisis dilakukan dengan cara pengujian validitas & realibilitas Instrumen penelitian, uji normalitas, analisis korelasi, analisis regresi linier sederhana, dan terakhir uji t.Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa variabel zakat maal (X) dan variabel tingkat kesejahteraan masyarakat (Y) berdistribusi normal, dilihat dari plot yang titik-titiknya mengikuti garis sumbu.
Dari analisis menggunakan Korelasi Pearson Product Moment mengemukakan
bahwa nilai r sebesar 0,787, artinya hubungan antara variabel zakat maal (X) dan variabel tingkat kesejahteraan masyarakat (Y) adalah searah. Sedangkan dari analisis menggunakan rumus Regresimenghasilkan model persamaan Y= 15,764+ 0,690x. Kesimpulannya penelitian ini menerima Ha, artinya terdapat pengaruh zakat maal terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Lembaga Yatim Mandiri.
nurmaaja2@gmail.com Fath Ervan Zulfa
STAI Badrus Sholeh
F
76 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97 perhitungan, bahkan pihak-pihak yang
berhak menerimanya.
Dalam perbincangan perspektif fiqh pun, kewajiban zakat tidak pernah menjadi bahan yang diperdebatkan oleh kalangan ulama’, karena dasar kewajiban dari ibadah ini sangat jelas berdasarkan Al-Qur’an maupun hadits Nabi. Ibadah ini harus dijalankan bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan putaran (haul) dan jumlah (nisab) yang ditentukan, misalnya 2,5% dari emas, perak dan perdagangan, 5% sampai 10% dari hasil pertanian dan perkebunan. Sedangkan dari hasil peternakan , wujud dan jumlah zakatnya bervariasi tergantung pada jenis ternak yang dipelihara. Pembayaran zakat juga telah diyakini sebagai bagian dari upaya membersihkan harta dari hak orang miskin. Singkatnya, secara teologis zakat sudah menjadi bagian ajaran Islam yang harus ditunaikan
Dalam sejarah perkembangannya, zakat telah menjadi instrumen yang mampu menggeser status sosial umat dari mustahik (orang yang berhak menerima zakat) menjadi muzakki dan mampu memberdayakan ekonomi umat. Pergeseran status sosial dan kemampuan dana zakat dalam memberdayakan ekonomi umat tidak lepas dari mekanisme dan prinsip pengelolaan zakat yang dilakukan secara profesional, akuntabel dan amanah. Keberhasilan pengelolaan potensi zakat ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul ‘Azis. Pada masa ini masyarakat yang semula menjadi mustahik dianggap tidak layak menerima zakat. Secara ekonomi mereka
telah masuk dalam kategori masyarakt sejahtera dan wajib membayar zakat. Dana zakat yang tidak terdistribusi akibat ketiadaan penerima menjadi melimpah dan disalurkan ke wilayah lain untuk
membantu memenuhi kepentingan
masyarakat yang membutuhkan
Pengelolaan zakat sudah ada sejak
zaman Nabi guna meningkatkan
kesejahteraan bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, maka pengelolaan zakat seharusnya ditangani oleh pemerintah. Umat Islam melalui lembaga-lembaga, wajib mengusahakan pengelolaan zakat dengan sebaik-baiknya.1 Pelaksanaan zakat oleh negara menunjukkan terbentuknya keadaan ekonomi yakni peningkatan produktivitas yang dibarengi dengan pemerataan pendapatan serta peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat.
Sampai saat ini, tidak sedikit muncul Badan Amil Zakat, yang berada di tingkat pusat, wilayah, daerah dan bahkan tingkat desa, baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun oleh organisasi sosial keagamaan seperti Nahdhatul
Ulama, Muhammadiyah, maupun
organisasi keagamaan lainnya.
Masyarakat pada saat ini, sudah tidak akan mengalami kesulitan saat akan mengeluarkan zakat. Bahkan, akhir-akhir ini muncul berbagai model pelayanan zakat, seperti diantaranya telah muncul di beberapa tempat relawan (volunteer)
yang bersedia melayani untuk
menghitung.
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 77 Yatim Mandiri merupakan salah
satu lembaga yang menangani masalah zakat, yang juga merupakan salah satu Lembaga Pengelola Zakat Nasional yang telah memiliki legalitas melalui aspek legal formal yang didirikan pada tahun 2008. Kelebihan Yatim Mandiri yaitu menjemput donasi yang terkumpul sesuai jadwal yang telah disepakati dalam setiap bulannya.
Carapenyalurannya yaitu melalui program-programnya antara lain : program pendidikan, program kesehatan, program kemandirian yatim purna asuh,
program pemberdayaan bunda yatim, dan program kemanusiaan. Selama ini program yang dijalankan Yatim Mandiri berjalan dengan baik, hal ini terbukti dari Penganugerahan Rekor MURI(Museum Rekor Indonesia) : Yatim Mandiri ditetapkan sebagai Lembaga Sosial Pemberi Beasiswa Terbanyak untuk Anak Yatim Tidak Mampu.
Berikut akan dijelaskan
pencapaian zakat yang diterima Yatim Mandiri dalam tiga tahun terakhir :
Tabel 1
Pencapaian Zakat dan Pendistribusian Program Yatim Mandiri Wilayah Kediri
Periode 2010-2012 (Dalam Jutaan)
Thn. Zakat Program
Penyaluran %pertum-buhan
Pendidikan Kesehatan Kemandirian Pemberda
-yaan Kemanusiaan
2010 Rp. 650. Rp. 59. Rp. 45. Rp. 400. Rp. 55. Rp. 34. 0,1 % 2011 Rp. 950. Rp. 116. Rp. 18. Rp. 253. Rp. 10.5 Rp. 71. 0,03% 2012 Rp. 1.100. Rp. 39. Rp. 149. Rp. 669. Rp. 0,362 Rp. 164. 0,013%
Sumber Data : Laporan Pembukuan Penerimaan Zakat di Yatim Mandiri Dari penjelasan tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa zakat di Yatim Mandiri yang disalurkan hanya zakat maal. Dalam hal ini memang zakat maal lebih rutin dibandingkan dengan zakat fitrah yang hanya setahun sekali diterima dari donatur. Lalu dalam tabel ini juga menjelaskan antara tahun 2010-2012 mengalami peningkatan yang semua itu dapat ditunjukkan di tahun 2010 sebesar Rp. 650.000.000,- lalu tahun 2011 sebesar Rp. 950.000.000,- kemudian di tahun 2012 sebesar Rp. 1.100.000.000,- . Namun bila diperhatikan dalam tiga tahun
terakhir tersebut, pada tahun 2012 mengalami selisih penerimaan yang signifikan. Dimana pada tahun 2010-2011 selisih 0.03% lalu pada tahun 2011-2012
mengalami penurunan 0.013%.
Penurunan penerimaan zakat ini
disebabkan para donatur lebih ingin menyalurkan zakatnya lewat infaq dan sodaqoh di Yatim Mandiri Kediri yang lebih dikenal oleh masyarakat luas
dibandingkan kewajiban untuk
78 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97 Zakat berasal dari bentukan kata
zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Menurut terminologi syari’at (istilah) zakat adalah nama dari sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Alloh SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak dengan persyaratan tertentu pula.
Dalam Al-Qur’an zakat seringkali digandeng penyebutannya dengan shalat, ini menunjukkan bahwa antara zakat dan shalat mempunyai kaitan yang sangat erat, meskipun terdapat perbedaan antar keduanya. Zakat adalah suatu ibadah maliyah yang lebih menjurus kepada
aspek sosial kemasyarakatan
(ijtima’iyah), untuk mengatur hubungan kehidupan manusia dan hubungannya dengan Alloh SWT, serta dalam hubungannya dengan sesama manusia. Sedangkan shalat lebih menjurus kepada kepribadian yang mulai dan bersifat personal (fardiyah). Oleh karena itu, kewajiban mengeluarkan zakat ini sama dengan wajibnya kita melaksanakan shalat lima waktu
Dasar Disyariatkannya Zakat
Dalam kajian keuangan negara dan ekonomi pembangunan, sistem zakat disebut-sebut sebagai suatu sistem yang mirip dengan sistem perpajakan. Fatwa ulama mengenai hal ini cukup beragam, walau pada akhirnya tertuju kepada suatu pemahaman bahwa sistem zakat berbeda dengan sistem pajak terutama pada keeratan aspek normatif sistem zakat. Perbedaan cara pandang antara seorang muslim dengan muslim lainnya dalam
memahami pajak akan berimbas kepada cara menghitung keduanya. Artinya, bila kesepakatan menyatakan bahwa zakat sama dengan pajak, maka implikasinya adalah seorang muslim tidak perlu lagi membayar zakat setelah membayar pajak.
Sedangkan apabila kesepakatan
mengarah kepada adanya perbedaan
antara zakat dan pajak, maka
implikasinya adalah munculnya
perdebatan tentang kewajiban membayar zakat setelah pajak atau malah sebaliknya.
Pemerintah Republik Indonesia secara tegas telah mengeluarkan UU N0.38 Tahun 1999, tanggal 23 September 1999 tentang pengelolaan zakat, yang menyebutkan bahwa : “Zakat yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku”. Kemudian disusul ketetapan UU No. 17 Tahun 2000, yang diberlakukan mulai tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, dimana UU tersebut menegaskan bahwa zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk dan
disahkan oleh pemerintah dapat
dikurangkan atas penghasilan kena pajak. Selain itu, UU ini juga menetapkan bahwa zakat yang diterima mustahik tidak menjadi objek wajib pajak.
Perkembangan intervensi
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 79 memberikan pendidikan manajemen
zakat yang profesional terus dilaksanakan hingga kini. Tercatat beberapa peraturan yang pernah dikeluarkan, yaitu :
a. UU No 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat.
b. Keputusan Menteri Agama RI No.373
/ 2003 tentang pengelolaan zakat
sebagai upaya menyadarkan
masyarakat muslim untuk
menunaikan zakat.
c. Keputusan Direktorat Jenderal
Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. Pada tanggal 29 Mei 2002 Presiden RI meresmikan silaturahmi dan rapat koordinasi nasional kesatu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat seluruh Indonesia di Istana Negara. Dalam pidatonya, Presiden menekankan agar Badan Amil Zakat baik ditingkat Nasional maupun Daerah untuk tidak ragu-ragu bekerjasama dengan Menteri Agama, Menteri Keuangan, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan maupun Menteri terkait lainnya. Macam-macam Zakat
Setiap muslimin diwajibkan
mengeluarkan zakat, ada dua macam zakat yaitu : zakat maal (bagi yang berpunya) dan zakat fitrah (zakat jiwa). a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah yaitu zakat yang
dikeluarkan pada saat bulan
Ramadhan diwajibkan untuk
menyucikan diri dari orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya. Zakat fitrah itu diberikan kepada orang miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka dan jangan sampai meminta-minta pada hari raya itu.
b. Zakat Harta (Zakat Maal)
Zakat harta yaitu bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu, setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.
Pihak Yang Berhak Menerima Zakat Agama Islam memberi petunjuk siapa orang yang pantas dan perlu dibantu dan diperhatikan menurut keadaan yang sebenarnya. Kelompok penerima zakat (mustahiq al-zakat) ada delapan orang, yaitu :
Tabel
Kelompok Penerima Zakat
No. Nama Golongan Penjelasan
1. Fakir Orang yang tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya, seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. 2. Orang Miskin Orang yang tidak memiliki harta untuk mencukupi dirinya dan keluarganya,
seperti makanan. Minuman, pakaian, dan tempat tinggal.
3. Amil Zakat Orang yang bekerja dan sibuk mengurusi zakat, seperti orang yang menjaga, mengumpulkan, dan membawa zakat kepada imam, menulis, dan
membagikannya.
4. Muallaf Orang yang lemah niatnya untuk memasuki Islam, mereka diberi bagian dari zakat agar niat mereka masuk Islam menjadi kuat
5. Budak Seorang muslim yang menjadi budak, lalu dibeli dari harta zakat dan dibebaskan di jalan Allah.
Rasul-80 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97
berutang nya dan tidak sanggup melunasi.
7. Fi sabilillah Orang-orang yang berperang dijalan Allah secara sukarela. 8. Ibnu Sabil Musafir yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya di negeri lain. Salah satu yang diwajibkan membagi
zakat yang dianjurkan adalah kepada anak yatim. Yatim itu sendiri dapat diartikan sebagai berikut : yatimani atau yatimaini. Sedangkan bentuk jamaknya banyak, yaitu aitam, yatama, yatmah, maitamah, dan yata'im. Menurut Syafii, dalam Ensiklopedia Al-Qur'an, bentuk tunggal, dual, dan jamak kata ini akan ditemukan seluruhnya di dalam Al-Qur'an. Namun, bentuk jamak yang digunakan dalam Al-Qur'an hanyalah satu, yaitu yatama. Ketiga bentuk kata itu disebut oleh Al-Qur'ān sebanyak 23 kali dan tersebar di dua belas surah. An-Nisa (Perempuan) adalah surah yang paling banyak menyebut kata yatim dengan segala bentukannya, yaitu 8 kali. Ini menjadi isyarat bahwa:
(1) Wanita adalah yang paling berat menanggung beban anak yatim itu, sama seperti nasib anak yatim itu sendiri.
(2) Anak yatim dan wanita adalah dua kelompok yang sama-sama lemah dalam struktur masyarakat.
Anak yatim mendapat perhatian serius
dari Al-Qur'an bersama dengan
kelompok-kelompok masyarakat lain, yaitu orang-orang miskin, budak-budak, anak-anak perempuan, dan orang-orang yang tidak bersuku dalam budaya masyarakat Arab. Kelompok-kelompok ini harus diberdayakan dengan cara meningkatkan kesejahteraan mereka. Kelembagaan Zakat
Lembaga zakat sebagaimana tercantum dalam UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah lembaga yang dibentuk oleh lembaga masyarakat. Lembaga-lembaga ini bisa lingkup operasinya tingkat regional ataupun nasional. Lembaga tersebut bisa dibentuk organisasi politik, takmir masjid, pesantren, media massa, bank dan
lembaga keuangan dan lembaga
kemasyarakatan.
Tumbuhnya lembaga-lembaga zakat merupakan cermin timbulnya kesadaran akan perlunya lembaga yang mampu mengelola zakat masyarakat. Selain itu, hal ini merupakan hasil yang telah dilakukan lembaga zakat tersebut dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Pengertian Kesejahteraan
Kesejahteraan mempunyai arti aman, sentosa makmur atau selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran dan sebagainya). Dalam ilmu ekonomi modern, kesejahteraan ekonomi dapat
didefinisikan sebagai bagian
kesejahteraan yang dapat dikaitkan
dengan alat pengukur uang.2 Dalam
bahasa Inggris kesejahteraan sama dengan welfare yang berarti keselamatan.
Sedangkan dalam bahasa Arab
kesejahteraan sepadan dengan kata ar-arafah atau ar-rafahiyah yang berati kemakmuran atau kenyamanan
Kesejahteraan memiliki lima fungsi pokok, antara lain :
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 81 1. Perbaikan secara progresif daripada
kondisi-kondisi kehidupan orang.
2. Pengembangan sumber daya
manusia.
3. Berorientasi orang terhadap
perubahan sosial dan penyesuaian diri.
4. Penggerakan dan penciptaan
sumber-sumber komunitas untuk tujuan-tujuan pembangunan.
5. Pengertian struktur-struktur
intutisional untuk berfungsinya
pelayanan-pelayanan terorganisir
lainnya.
Jadi, kesejahteraan masyarakat
yaitu terpenuhinya kebutuhan
masyarakat yang diperlukan dalam kehidupan setiap masyarakat.
Tingkat Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan manusia terdiri dari beberapa pemenuhan kebutuhan yaitu sebagai berikut :
a. Tingkat Kesejahteraan Dasar
Tingkat kesejahteraan dasar adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia secara fisiologis.
Misalkan: Kebutuhan pangan,
sandang, dan papan.
b. Tingkat Kesejahteraan Menengah
Tingkat kesejahteraan
menengah adalah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan sekundernya. Misalkan:
kebutuhan akan pendidikan,
kendaraan, lemari es dan lain-lain.
c. Tingkat Kesejahteraan Atas
Tingkat kesejahteraan atas adalah terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder ditambah
dengan kebutuhan akan aktualisasi
diri, kebanggaan (prestige) dan
kebutuhan akan eksistensi diri. Sedangkan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat kota Kediri, peneliti mengambil indikator dan kriteria
kesejahteraan berdasarkan aspek
tahapan keluarga sejahtera Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kota Kediri, dengan melihat kriteria mana yang tidak terpenuhi maka dapat diasumsikan bahwa semakin seseorang tidak termasuk ke dalam kriteria kesejahteraan yang dicantumkan BKKBN Kota Kediri, maka seseorang
tersebutsemakin tidak sejahtera.
Sebaliknya, semakin seseorang banyak memiliki kriteria yang diberikan, makaseseorang tersebut semakin dekat dengan yang dikategorikan sejahtera. Indikator dan kriteria keluarga sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung di dalam UU No. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa
kesejahteraan merupakan variabel
komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif
rendah, untuk mengukur derajat
82 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97 Atas dasar pemikiran di atas, maka
indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah berdasarkan aspek tahapan keluarga sejahtera yang terdiri dari variabel :
1. Agama
9. Interaksi dalam keluarga
10. Interaksi dalam lingkungan 11. Informasi
12. Peranan dalam masyarakat.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, keluarga dikelompokkan menjadi lima tahapan yaitu Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, dan Keluarga Sejahtera III, dengan penjelasan indikator masing-masing tahapan sebagai berikut :
1. Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari lima kebutuhan dasarnya (basic needs). Sebagai keluarga sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang, dan kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I
Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu :
a. Melaksanakan ibadah menurut
agama oleh masing-masing
anggota keluarga.
b. Pada umumnya seluruh anggota
keluarga makan 2 (dua) kali dalam sehari atau lebih.
c. Anggota keluarga memiliki
pakaian yang berbeda untuk di
rumah, bekerja/sekolah, dan
bepergian.
d. Rumah yang ditempati keluarga
mempunyai atap, lantai, dinding yang baik.
e. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
f. Bila pasangan usia subur ingin ber
KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi.
g. Semua anak usia 7-15 tahun dalam
keluarga bersekolah. 3. Keluarga Sejahtera Tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang
disamping telah memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial pyikologis sebagai berikut :
a. Anggota keluarga melakukan ibadah
secara teratur.
b. Paling kurang sekali seminggu
seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur.
c. Seluruh anggota keluarga
memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun. d. Luas lantai rumah paling kurang 8
m2 untuk setiap penghuni rumah. e. Tiga bulan terakhir keluarga dalam
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 83
f. Ada seorang atau lebih anggota
keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan.
g. Seluruh anggota keluarga usia 10-60 Tahun bisa baca tulisan latin.
h. Pasangan usia subur dengan dua
anak atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
Yaitu keluarga yang selain memenuhi syarat keluarga sejahtera tahap I dan II, dapat pula memenuhi syarat
pengembangan keluarga sebagai
berikut :
a. Keluarga berupaya untuk
meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian penghasilan keluarga
ditabung dalam bentuk uang atau barang.
c. Kebiasaan keluarga makan bersama
paling kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi. d. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
e. Keluarga memperoleh informasi
dari surat
kabar/majalah/radio/televisi. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif yaitu suatu penelitian yang hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk deskriptif dengan
menggunakan angka dan
statistik.Penelitian statistik ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
zakat maal terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat pada Yatim Mandiri Kediri.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan
gejala atau satuan yang ingin
diteliti.Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan masyarakat (mustahik) yang mendapatkan zakat di Yatim Mandiri Kediri yang berjumlah300orang.
Sampel merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengambil sebagian anggota populasi untuk mewakili seluruh anggota populasi. Mengenai jumlah sampel tidak mempunyai standar baku, akan tetapi untuk populasi yang jumlahnya kurang dari 100 maka data dapat digunakan semua, dan apabila jumlah populasi besar maka dapat diambil sampel antara 10-15% atau 20-25%.3Sampel yang digunakan penelitian ini sebesar 15% yaitu sebanyak45orang. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variabel bebas (independent) adalah data yang mempengaruhi dan variabel terikat (dependent) adalah data yang
dipengaruhi, variabel bebas
(independent) adalah variabel X (Zakat) dan variabel terikat (dependent) adalah variabel Y (Tingkat Kesejahteraan). Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, secara garis besar, pekerjaan analisis langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan, antara lain: mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. Apabila instrumennya
minim, perlu dicek sejauh mana atau identitas apa saja yang sangat diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrument pengumpulan data (termasuk kelengkapan lembaran instrument, barangkali ada yang terlepas atau sobek)
2. Memberi Skor atau Scoring
Memberi scor digunakan untuk
mengangkakan jawaban dari angket atau kuisioner yang disebar. Dan dalam penelitian ini pemberian skor adalah sebagai berikut :
- Untuk jawaban a, Sangat Setuju skor 5
- Untuk jawaban b, Setuju skor 4 - Untuk jawaban c, Kurang Setuju
3. Tabulasi Data atau Tabulating
Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data.Maksud tabulasi adalah memasukkan data pada tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.
Dalam penelitian ini, tabulasi digunakan untuk memudahkan menghitung, dan memasukkan data atau hasil perhitungan ke dalam rumus.
4. Processing
Processing yaitu menghitung dan mengolah atau menganalisis data dengan statistik. Pada tahap ini yang digunakan adalah analisis statistik sebagai berikut :
a. Uji Validitas
minim, perlu dicek sejauh mana atau identitas apa saja yang sangat diperlukan pengolahan data lebih lanjut. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrument pengumpulan data (termasuk kelengkapan lembaran instrument, barangkali ada yang terlepas
Scoring
Memberi scor digunakan untuk
an jawaban dari angket atau kuisioner yang disebar. Dan dalam penelitian ini pemberian skor adalah
Untuk jawaban a, Sangat Setuju
Untuk jawaban b, Setuju skor 4 Untuk jawaban c, Kurang Setuju
Untuk jawaban d, Tidak Setuju
Untuk Jawaban e, Sangat Tidak
Tabulating
Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data.Maksud tabulasi adalah masukkan data pada tabel-tabel angka serta
ian ini, tabulasi digunakan untuk memudahkan menghitung, dan memasukkan data atau hasil perhitungan
Processing yaitu menghitung dan mengolah atau menganalisis data dengan statistik. Pada tahap ini yang digunakan
tatistik sebagai berikut :
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi product moment dengan bantuan aplikasi SPPS for windows 17.
b. Uji Realibilitas
Realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Pengujian Realibilitas
menggunakan aplikasi SPSS 17. c. Uji Normalitas
Digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang pertam adalah membuat grafik distribusi normal dengan bantuan program SPSS. Cara yang kedua adalah melakukan pengujian secara statistik dengan jalan menghitung nilai kurtosis dan skwenessnya.
d. Analisis Korelasi (r) Analisis ini menggunakan correlation untuk mengetahui
lemahnya pengaruh zakat terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakatdi
Yatim Mandiri.
r=
Keterangan:
r = Koefisien Korelasi
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi product gan bantuan aplikasi SPPS
Realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Pengujian Realibilitas
menggunakan aplikasi SPSS 17.
untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang pertama adalah membuat grafik distribusi normal dengan bantuan program SPSS. Cara yang kedua adalah melakukan pengujian secara statistik dengan jalan menghitung nilai kurtosis dan skwenessnya.
Analisis Korelasi (r)
Analisis ini menggunakan pearson
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 85
X = Zakat
Y = Tingkat Kesejahteraan n = Jumlah data yang diobservasi Jika,
r= 1, hunungan antara X dan y, sempurna positif r= -1, hubungan antara X dan Y, sempurna negatif r mendekati 1, hubungan antara X dan Y kuat
positif
r mendekati -1, hubungan antara X dan Y kuat negatif
r mendekati 0, hubungan antara X dan Y lemah positif (bergerak dari 1 ke 0) dan lemah negatif (bergerak dari -1 ke 0)
Pengujian korelasi menggunakan aplikasi SPSS 17. e. Analisis Regresi Linier
Sederhana
Yaitu untuk mengetahui besarnya
pengaruh secara kuantitatif dari
perubahan x terhadap perubahan y.Hubungan x dan y dapat dinyatakan sebagai fungsi linier sebagai berikut: Y= a + bx
Dimana:
Y= Tingkat kesejahteraan a = Konstanta
b= Koefisien regresi dari variabel de penden x= Zakat
Asumsi agar analisis regresi dapat digunakan adalah:
1. Variabel yang dicari hubungannya harus berdistribusi normal.
2. Variabel x tidak acak dan variabel y harus acak.
3. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula. 4. Variabel yang dihubungkan mempunyai data
interval atau rasio.
f. Melakukan Uji t
Yaitu melakukan pengujian koefisien regresi secara parsial atau sendiri-sendiri. Uji t digunakan untuk menguji signifikasi nilai parameter hasil regresi. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai kritisnya (t tabel).Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka hipotesis alternatifnya diterima dan apabila t hitung lebih kecil dari t tabel maka hipotesis alternatifnya ditolak. Nilai t tabel dapat dilihat dari tabel pengujian nilai t.
Uji Validitas dan Realibilitas Instrument Penelitian
1. Uji Validitas Variabel Zakat Maal (X) dan Variabel Tingkat Kesejahteraan (Y)
a. Uji Validitas Variabel zakat maal (X)
Kriteria pengambilan keputusan: Jika rhitung> rtabel maka valid Jika rhitung< rtabel maka tidak valid
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Variabel Zakat Maal
Variabel perbandingan rhitung dengan rtabel Keterangan
Soal 1 0,547> 0,246 Valid
Soal 2 0,625>0,246 Valid
Soal 3 0,677>0,246 Valid
Soal 4 0,708>0,246 Valid
Soal 5 0,823>0,246 Valid
Soal 6 0,843>0,246 Valid
Soal 7 0,844>0,246 Valid
Soal 8 0,806>0,246 Valid
86 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97
Soal 10 0,663>0,246 Valid
Sumber : Hasil Analisis SPSS 16 Tabel di atas mengungkapkan
bahwa dari semua nilai soal yaitu pada variabel zakat maal memperoleh nilai rhitungyang lebih besar dari nilai rtabel yang nilainya sebesar 0,294. Artinya semua soal pada variabel zakat maal valid.
b. Uji Validitas Variabel Tingkat
Kesejahteraan (Y)
Kriteria pengambilan keputusan: Jika rhitung> rtabel maka valid Jika rhitung< rtabel maka tidak valid
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Kesejahteraan
Variabel perbandingan rhitung dengan rtabel Keterangan
Soal 1 0,630>0,246 Valid
Soal 2 0,621>0,246 Valid
Soal 3 0,630>0,246 Valid
Soal 4 0,684>0,246 Valid
Soal 5 0,789>0,246 Valid
Soal 6 0,854>0,246 Valid
Soal 7 0,871>0,246 Valid
Soal 8 0,862>0,246 Valid
Soal 9 0,810>0,246 Valid
Soal 10 0,659>0,246 Valid
Sumber : Hasil Analisis SPSS 16 Tabel di atas mengungkapkan
bahwa dari semua nilai soal yaitu pada variabel tingkat kesejahteraan memperoleh nilai rhitungyang lebih besar dari nilai rtabel yang nilainya sebesar 0,246. Artinya semua soal pada variabel tingkat kesejahteraan valid.
2. Uji Realibilitas Variabel Zakat Maal dan Variabel Tingkat Kesejahteraan
Kriteria pengambilan keputusan : Jika nilai Alpha > 0,60 maka Reliabel.
Jika nilai Alpha < 0,60 maka tidak Reliabel.
a. Uji Realibilitas Variabel Zakat Maal
Tabel 3 Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.906 10
Sumber : Hasil Analisis SPSS 16
Tabel diatas mengungkapkan bahwa nilai Alpha variabel zakat maal adalah 0,906 yang berarti > 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel.
b. Uji Realibilitas Variabel
Tingkat Kesejahteraan Tabel 4
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
.902 10
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 87 kesejahteraan adalah 0,902 yang berarti >
0,60 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel.
Deskripsi Data
Berdasarkan deskripsi data dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu variabel bebas (zakat maal) dan variabel terikat (tingkat kesejahteraan). Untuk mengetahui bagaimana variabel zakat
maal (X) dan variabel tingkat
kesejateraan (Y) pada LembagaYatim
Mandiri Kediri, maka terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada para mustahiq Lembaga Yatim
Mandiri dalam angket yang terdiri dari 10 item soal. Masing-masing soal memiliki lima pilihan jawaban dengan kriteria sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban a diberi skor 5 b. Alternatif jawaban b diberi skor 4 c. Alternatif jawaban c diberi skor3
d. Alternatif jawaban d diberi skor2 e. Alternatif jawaban e diberi skor 1
Data hasil perhitungan dari angket yang telah disebarkan kepada para mustahiq Lembaga Yatim Mandiri tentang variabel zakat maal dalam implementasi zakat maal dan t dapat dilihat dalam lampiran 1.
Setelah mengetahui hasil
perhitungan angket antara variabel zakat maal (X) dan variabel tingkat kesejahteraan (Y) selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan software SPSS versi 16.
Variabel zakat maal (X) dan variabel tingkat kesejahteraan (Y) dengan menggunakan softwer SPSS 16 untuk mencari mean, standar deviation dan sebagainya.
Tabel 5 Statistics
zakatmaal tingkatkesejahteraan
N Valid 45 45
Missing 0 0
Mean 46.73 48.02
Median 47.00 50.00
Mode 50 50
Std. Deviation 3.165 2.776
Variance 10.018 7.704
Skewness -.644 -1.466
Std. Error of Skewness .354 .354
Kurtosis -.609 1.671
Std. Error of Kurtosis .695 .695
Range 10 11
Minimum 40 39
Maximum 50 50
Percentiles 25 44.00 46.50
50 47.00 50.00
75 50.00 50.00
88 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97 Dari tabel di atas dapat
diketahui nilai mean variabel zakat maal (X)= 46,73, artinya nilai rata-rata variabel zakat maal sebesar 46,73. Std.deviation= 3,16, artinya nilai simpangan baku dari data zakat maal sebesar 3,16. Minimun = 40, artinya nilai skor paling rendah pada variabel zakat maal adalah 40. Dan maximum = 50, artinya nilai skor paling tinggi pada variabel zakat maal adalah 50.
Sedangkan nilai mean variabel tingkat kesejahteraan (Y)= 48,02, artinya nilai rata-rata variabel tingkat kesejahteraan sebesar 48,02. Std.deviation= 2,77, artinya nilai simpangan baku tingkat kesejahteraan sebesar 2,77. Minimum = 39, artinya nilai skor paling rendah pada variabel
tingkat kesejahteraan adalah 39. Dan maximum = 50, artinya nilai skor paling tinggi pada variabel tingkat kesejahteraan adalah 50. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Untuk dapat mengetahui apakah data yang diteliti telah memenuhi uji normalitas maka salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui masalah normalitas dalam regresi adalah dengan bantuan program SPSS Statistics 16 for windows melalui pendekatan grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regression standard.
Jika penyebaran data (titik) disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.Jika
sebaliknya maka tidak memenuhi asumsi normalitas data.Grafik tersebut disajikan dalam gambar I.
Gambar 2
Grafik Pengujian Normalitas Data
Sumber : Hasil Analisis SPSS 16 Pada gambar 1 diatas terlihat
bahwa data variabel zakat maal dan
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 89 data (titik) di sekitar sumbu diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. b. Analisis Korelasi
Analisis ini menggunakan pearson correlation untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel x (zakat maal)
dan y (tingkat kesejahteraan).
Tabel 6 Hasil Analisis korelasi
Sumber: SPPS diolah
Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel. Kriteria angkanya adalah sebagai berikut :
0 – 0,25 : korelasi lemah
(dianggap tidak ada)
>0,25 – 0,5 : korelasi cukup
>0,5- 0,75 : korelasi
kuat
>0,75-1 : korelasi sangat
kuat
Jika di lihat dari hasil perhitungan, maka “Zakat Maal” dengan “Tingkat Kesejahteraan” menunjukkan angka sebesar 0,787. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat dan searah. Ini mengungkapkan bahwa jika
zakat maal diberikan secara rutin, maka tingkat kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat.
c. Analisis Regresi Linier Sederhana Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier sederhana dengan tingkat kesejahteraan sebagai variabel dependen dan zakat maal sebagai variabel indepeden. Melalui model tersebut, maka dapat diketahui sampai seberapa besar pengaruh variabel zakat maal terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat.
Hasil perhitungan regresi linier sederhana tersebut disajikan dalam tabel 8 berikut ini :
Tabel 7
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Variabel Koefisien Regresi Std. Error thitung Sig
(Konstanta) 15,764 3.863 4,080 0,000
Zakat Maal .690 .082 8,369 0,000
Correlations
zakatmaal tingkatkesejahteraan
Zakatmaal Pearson Correlation 1 .787**
Sig. (2-tailed) .000
N 45 45
Tingkatkesejahteraan Pearson Correlation .787** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 45 45
90 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97 R Squared (R²) : 0,620
Fhitung : 70.032 Durbin-Watson : 2.083 Sumber : Hasil Analisis SPSS 16(diolah) Adapun persamaan regresinya adalah
sebagai berikut: Y = a + bx
Y = 15,764+ 0,690x
Berdasarkan hasil analisis dan
persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Konstanta (a)
Besarnya nilai konstanta (a) adalah 15,764 memberikan arti bahwa jika lembaga tidak memberikan zakat maal, maka tingkat kesejahteraan masyarakat hanya sebesar 15,764.
b) Zakat Maal
Besarnya nilai b adalah sebesar 0,690 angka tersebut mempunyai arti bahwa jika variabelzakat maal naik sebesar satu satuan
maka tingkat kesejahteraan akan naik sebesar b yaitu 0,690.
d. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah zakat maal mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap variabel dependen (tingkat kesejahteraan masyarakat).Uji t dapat dilakukan dengan pendekatan analisa SPSS dan dengan pendekatan statistik, yaitu dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Tingkat kesalahan 5% (df = 45) sehingga didapat ttabel sebesar 2,014
Hasil analisa menggunakan SPSS 16tampak
pada tabel berikut.
Tabel 8 Hasil Pengujian t
Variabel thitung ttabel Sig Keputusan
Zakat Maal 8.369 2,014 0,000 Signifikan
Sumber : Hasil Analisis SPSS 16 (diolah)
Zakat Maal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
thitung (8.369) yang lebih besar dari nilai ttabel (2,014) dan nilai signifikan dari zakat maal sebesar 0,000 lebih kecil dari α (0,05).
Gambar 3 Kurva Normal Uji t
Sumber : Buku Paduan SPSS
Daerah Penerimaan Ho
-2,014 0 2,014 8.369
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 91 Teknis Penyaluran Zakat Maal di
Lembaga Yatim Mandiri
Yatim Mandiri sebagai lembaga yang menerima zakat dari para muzakki. Dalam pendistribusian bantuan ke
mustahiq, diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang sesuai dengan kriteria
kesejahteraan. Adapun kriteria tersebut berdasarkan aspek tahapan keluarga sejahtera Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kota Kediri yang terdiri dari :
a. Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari lima kebutuhan dasarnya (basic needs). Sebagai keluarga sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama,
pangan, papan, sandang, dan
kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu :
1. Melaksanakan ibadah menurut
agama oleh masing-masing anggota keluarga.
2. Pada umumnya seluruh anggota
keluarga makan 2 (dua) kali dalam sehari atau lebih.
3. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah, dan bepergian.
4. Rumah yang ditempati keluarga
mempunyai atap, lantai, dinding yang baik.
5. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.
6. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi.
7. Semua anak usia 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psikologis sebagai berikut :
1. Anggota keluarga melakukan ibadah
secara teratur.
2. Paling kurang sekali seminggu
seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur.
3. Seluruh anggota keluarga
memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun. 4. Luas lantai rumah paling kurang 8
m2 untuk setiap penghuni rumah. 5. Tiga bulan terakhir keluarga dalam
keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
6. Ada seorang atau lebih anggota
keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan.
92 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97
8. Pasangan usia subur dengan dua
anak atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Yaitu keluarga yang selain memenuhi syarat keluarga sejahtera tahap I dan II, dapat pula memenuhi
syarat pengembangan keluarga
sebagai berikut :
1. Keluarga berupaya untuk
meningkatkan pengetahuan agama.
2. Sebagian penghasilan keluarga
ditabung dalam bentuk uang atau barang.
3. Kebiasaan keluarga makan bersama
paling kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi. 4. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
5. Keluarga memperoleh informasi
dari surat
kabar/majalah/radio/televisi. Dalam pendistribusian bantuan zakat maal, Yatim Mandiri melihat kriteria mana yang tidak terpenuhi
dengan mengasumsikan semakin
seseorang tidak termasuk ke dalam kriteria kesejahteraan yang dicantumkan BKKBN Kota Kediri, maka seseorang tersebut semakin tidak sejahtera. Sebaliknya, semakin seseorang banyak memiliki kriteria yang diberikan, maka seseorang tersebut semakin dekat dengan yang dikategorikan sejahtera.
Pendistribusian zakat maal dari
para muzakki ke mustahiq dengan
kriteria kesejahteraan berdasarkan aspek tahapan keluarga sejahtera Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini akan memberikan kepercayaan yang lebih
bagi muzakki untuk memberikan
zakatnya secara sukarela kepada lembaga zakat ini, dimana selain
mengedepankan unsur kehidupan
duniawi juga menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang merupakan bekal akhirat kelak.
Seorang fundrising harus pandai
berkomunikasi dengan para muzakki
karena dengan melakukan komunikasi yang baik maka informasi-informasi tentang zakat yang wajib dikeluarkan dapat tersampaikan kepada para muzakki. Oleh karena itu, dalam memberikan informasi mengenai zakat
hendaknya memberikan informasi
tentang kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi yang mengakibatkan banyak masyarakat yang memerlukan
bantuan.Karena seorang muzakki
mengambil keputusan untuk
memberikan zakatnya dari informasi yang diperoleh. Maka dari itu informasi yang disampaikan oleh fundrising sangat
mempengaruhi muzakki untuk
memberikan zakatnya secara rutin kepada lembaga tersebut.
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Lembaga Yatim Mandiri
Untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat kota Kediri, peneliti mengambil indikator dan kriteria
kesejahteraan berdasarkan aspek
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 93 (BKKBN) Kota Kediri, dengan melihat
kriteria mana yang tidak terpenuhi maka dapat diasumsikan bahwa semakin seseorang tidak termasuk ke dalam kriteria kesejahteraan yang dicantumkan BKKBN Kota Kediri, maka seseorang tersebut semakin tidak sejahtera. Sebaliknya, semakin seseorang banyak memiliki kriteria yang diberikan, maka seseorang tersebut semakin dekat dengan yang dikategorikan sejahtera.
Indikator dan kriteria keluarga sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung di dalam UU No. 10 Tahun 1992 disertai asumsi
bahwa kesejahteraan merupakan
variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan intervensi. Maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat dipahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.
Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah berdasarkan aspek tahapan keluarga sejahtera yang terdiri dari variabel :
1. Agama
9. Interaksi dalam keluarga 10. Interaksi dalam lingkungan 11. Informasi
12. Peranan dalam masyarakat.
Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, keluarga dikelompokkan menjadi lima tahapan yaitu Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, dan Keluarga Sejahtera IIIdengan penjelasan indikator masing-masing tahapan sebagai berikut
Berikut peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang
menerima bantuan zakat maal dari Yatim Mandiri dengan menggunakan aspek tahapan keluarga sejahtera BKKBN Kota Kediri :
1. Keluarga Sejahtera Tahap I dengan kriteria :
a. Semua anak usia 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah. Hal ini sesuai dengan salah satu program penyaluran zakat maal untuk
program pendidikan Bestari
(Beasiswa Yatim Mandiri). Yang
mana dalam program ini
memberikan bantuan biaya sekolah untuk mendukung pendidikan anak-anak yatim dhuafa setingkat SD, SMP, SMA. Sehingga anak-anak yatim dapat bersekolah tanpa harus memikirkan biaya sekolah lagi. b. Bila ada anggota keluarga yang sakit
94 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97 juga sesuai dengan salah satu
program penyaluran zakat maal untuk program kesehatan YES (Yatim Energik dan Sehat ). Program ini untuk memberikan kesehatan kepada anak-anak yatim secara rutin, berupa : Mobil Sehat Yatim,
Layanan Kesehatan Yatim,
Penyuluhan Kesehatan dan Bantuan
Peningkatan Gizi. Sehingga
mempermudah anak-anak yatim untuk memperoleh saran kesehatan secara rutin.
c. Pada umumnya seluruh anggota
keluarga makan 2 (dua) kali dalam sehari atau lebih. Dalam hal ini
Lembaga Yatim Mandiri
menggunakan zakat maal yang sudah terkumpul untuk dialihkan ke
program kemanusiaan ByPas
Bencana (Bantu Yatim Pasca Bencana). Yang mana dalam program ini memberikan kebutuhan yang diperlukan korban bencana alam. Salah satunya memberikan makanan kepada para korban. Sehingga kebutuhan akan makanan yang biasanya terbatas saat terjadi bencana dapat sedikit membantu.
2. Keluarga Sejahtera Tahap II dengan
kriteria :
a. Ada seseorang atau lebih anggota
keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan. Hal ini sesuai dengan salah satu program penyaluran zakat maal untuk program pendidikan MEC (Mandiri Entrepreuneur Centre). Sebuah program pendidikan untuk anak-anak
yatim purna asuh, setelah menempuh pendidikan setingkat SMA, yang berupaya memberi bekal ketrampilan berwirausaha. Sehingga anak-anak
yatim mampu memperoleh
penghasilan sendiri dari bekal ketrampilan yang diberikan.
b. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing. Hal ini juga sesuai dengan salah satu program penyaluran zakat maal untuk program kesehatan YES (Yatim Energik dan Sehat ). Program ini untuk memberikan kesehatan kepada anak-anak yatim secara rutin, berupa : Mobil Sehat Yatim, Layanan
Kesehatan Yatim, Penyuluhan
Kesehatan dan Bantuan Peningkatan Gizi. Sehingga mempermudah anak-anak yatim untuk memperoleh saran kesehatan secara rutin.
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun. Hal ini juga sesuai dengan salah satu program penyaluran zakat maal untuk program kemanusiaan ByPas Bencana (Bantu Yatim Pasca Bencana). Yang mana zakat maal dialihkan untuk membeli pakaian layak pakai untuk diserahkan ke para korban bencana. Sehingga para korban bencana yang kehilangan pakaian saat terjadi bencana dapat memiliki pakaian baru tanpa harus membelinya lagi.
4. Keluarga Sejahtera Tahap III dengan
kriteria :
a. Sebagian penghasilan keluarga
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 95 barang. Hal ini juga sesuai dengan
salah satu program penyaluran zakat maal untuk program pemberdayaan bunda yatim BISA (Bunda Yatim Sejahtera). Program pemberdayaan janda dhuafa melalui optimasi pengelolaan dana zakat dengan tujuan memperkuat ekonomi bunda yatim dengan membentuk kelompok usaha bersama atau usaha mandiri. Program inimemungkinkan bunda yatim mendapatkan:
Yatim Sehingga janda dhuafa mampu menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung.
b. Kebiasaan keluarga makan bersama
paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk
berkomunikasi.Hal ini juga sesuai dengan program penyaluran zakat maal untuk program pemberdayaan bunda yatim BISA (Bunda Yatim Sejahtera). Sehingga janda dhuafa lebih memiliki banyak waktu dirumah untuk bisa berkomunikasi dengan keluarga karena program ini tidak menyita banyak waktu dalam sehari dan dapat dikerjakan dirumah. Pengaruh Zakat Maal Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat di Lembaga Yatim Mandiri
Pada penelitian ini analisis yang digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara zakat maal terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakatdengan menggunakan uji normalitas yang diolah
dengan bantuan program SPSS 16 for
windows didapatkan hasil yang bisa dilihat pada gambar I terlihat bahwa variabel X (Zakat Maal) dan Variabel Y (Tingkat Kesejahteraan Masyarakat) telah berdistribusi normal karena penyebaran data (titik) di sekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Dilihat dari nilai mean (rata-rata) variabel X (Zakat Maal) dan variabel Y (Tingkat Kesejahteraan Masyarakat) menunjukkan nilai cukup baik, yaitu dengan perolehan nilai 46,73 untuk mean (rata-rata) variabel X (Zakat Maal) dan nilai 48,02 untuk variabel Y (Tingkat Kesejahteraan Masyarakat).
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa dengan nilai mean 46,7
menunjukkan rata-rata masyarakat
(Responden) menyatakan zakat maal merupakan faktor yang mempengaruhi
dalam tingkat kesejahteraannya.
Sedangkan nilai mean 48,02 untuk tingkat kesejahteraan menunjukkan bahwa
rata-rata masyarakat (Responden)
menyatakan tingkat kesejahteraannya di pengaruhi oleh zakat maal yang diberikan oleh lembaga.
Dari hasil perhitungan korelasi yang telah dilakukan, maka “zakat maal”
dengan “tingkat kesejahteraan”
96 Jurnal al–Hikmah vol. 6 no. 1 Maret 2018 75~97 regresi didapatkan hasil besarnya nilai
konstanta (a) adalah 15,764menunjukkan bahwa, jika lembaga tidak memberikan zakat maal maka lembaga tersebut tidak meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 15,764. Besarnya nilai b adalah sebesar 0,690 angka tersebut mempunyai arti bahwa jika variabel zakat maal naik sebesar satu satuan maka tingkat kesejahteraan akan naik sebesar b yaitu 0,690. Maka lembaga tersebut harus memberikan zakat maal secara rutin agar kesejahteraan masyarakat tidak semakin terpuruk.
Uji hipotesis yang dilakukan selanjutnya adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk
mengetahui apakahzakat maal
mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap variabel dependen (tingkat kesejahteraan masyarakat). Uji t
dapat dilakukan dengan pendekatan analisa SPSS dan dengan pendekatan statistik, yaitu dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Tingkat kesalahan 5% (df = 45) sehingga didapat ttabelsebesar 2,014. Dari analisis yang dihitung menggunakan SPSS 16 didapatkan hasil bahwa zakat maal memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung(8.369) yang lebih besar dari nilai ttabel (2,014) dan nilai signifikan dari zakat maal sebesar 0,000 lebih kecil dari α (0,05). Sehingga variabel bebas yaitu zakat maal dinyatakan signifikan dan mempunyai pengaruh secara parsial terhadap tingkat kesejahteraan.
Bibliography
Ali, M. Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta : UII Press, 1988.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.1998.
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008. Azwar, Saifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2001.
Bungin, M. Burhin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media,2005. Darajat Zakiah. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Jakarta : Ruhana, 1996.
Djuanda, Gustian, et. al. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan. Jakarta : Raja Grafindo, 2006.
Fakhrudin. Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : UIN Malang, 2008. Hafidhuddin, Didin. The Power of Zakat. Malang: Malang Press, 2008.
Hafidudhin, Didin. Panduan Praktis Tentang Zakat Infak dan Sodaqoh. Jakarta : Gema Insani, 1998.
Hajah, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada, 1996.
Hasan, M. Ali. Zakat dan Infaq. Jakarta : Fajar Pratama Offset, 2006.
Inayah, Gazi. Teori Komprehensif Tentang Zakat dan Pajak. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2003.
Siti Nur Mahmudah, Pengaruh Zakat Maal terhadap Tingkat Kesejahteraan… 97 Mughniyah, Muhammada Jawad. Fiqh Lima Mazhab, terj. Masykur, et. al. Jakarta : Lentera
Basritama, 2005.
Muhammad. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Qur’an. Yogyakarta : UII Press, 2000. Muhammad, Ridwan Mas’ud. Zakat & Kemiskinan. Yogyakarta: UII Press, 2005.
Muhammad, Dr. Drs. H. Abubakar HM, MA. Manajemen Organisasi Zakat. Malang : Madani,
2011.
Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pendataan Keluarga Kota Kediri. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Direktorat Pelaporan dan Statistik. Jakarta: 2006
Prasetyo, Bambang. Metode Penelitian KuantitatifTeori dan Aplikasi. Jakarta:Rajawali Pers,2010.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008.
Rahmaningrum Dewi. Hambatan Pemberdayaan Zakat dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat; Studi Kasus di Badan Amil Zakat Kota Blitar. Kediri: Skripsi Program Studi Ekonomi Syariah Jurusan Syariah STAIN Kediri, 2012.
Saebeni, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung : Pustaka Setia 2008.
Shihab, Muhammad Quraish Shihab, dkk. Ensiklopedia Al-Qur’ān : Kajian Kosa Kata. Tangerang, Lentera Hati, 2007.
http://www.daarululuum.com/index.php/artike/10-yatim-dalam-al-quran,
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta : Ekonosia, 2004. Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.1996. Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002. Suyitno, Heri Junaidi dkk. Anatomi Fiqih Zakat. Yogyakarta :Pustaka Pelajar,2005. Tono, Sidik . Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2002.
UMM, Tim Dosen IKS. Beberapa Pemikiran Tentang Pembanguna Kesejahteraan Sosial. Malang : UMM Press, 2007.
Usman Husaini dan Purnomo Setyadi Akbar. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. BumiAksara, 2006.
Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi aksara,1998. Qardawi, Yusuf. Fiqh Zakat. Jakarta : Litera Antar Nusa, 1999.
Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah. Jakarta : Gema Press, 2002.