BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bumi, air dan ruang angkasa demikian pula segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia dan oleh karena itu, sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi, air dan ruang angkasa beserta segala apa yang terkandung di dalamnya adalah ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Tanah merupakan salah satu bagian dari bumi, merupakan tempat manusia hidup dan berkembang, tanah menjadi sumber bagi segala kepentingan hidup manusia.
Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai bathiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia, juga berfungsi sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan meningkat, baik pada tingkat nasional maupun dalam hubungannya dengan dunia internasional.
meningkatnya kebutuhan akan tanah itu sendiri. Keadaan seperti ini perlu diantisipasi secara sungguh-sungguh dengan segala kemungkinan permasalahan yang akan timbul. Lahirnya konflik-konflik pertanahan pada dasarnya bermuara pada kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pendaftaran hak atas tanah mereka guna adanya kepastian hukum.
Oleh karena itu untuk memperoleh kepastian hak dan kepastian hukum hak atas tanah serta menjaga jangan sampai timbul masalah atau sengketa tanah, Undang-Undang Pokok Agraria telah meletakkan kewajiban kepada Pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran tanah yang ada di seluruh wilayah Indonesia yang terdapat dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Undang-Undang Pokok Agraria “Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia”. Pasal ini merupakan landasan hukum bagi pendaftaran tanah khususnya pendaftaran tanah yang dilakukan oleh Pemerintah.
peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan daftar tanah. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dilakukan dengan cara pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.
Pendaftaran Tanah Sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan atas prakasa pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan diwilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kegiatan ini meliputi ajudikasi sistematis, survei kadaster, penyediaan fasilitas dan peralatan kantor pertanahan dan penyebaran informasi tentang manfaat pendaftaran tanah melalui penyuluhan. Pendekatan ini pada dasarnya adalah program “jemput bola” yang dilaksanakan oleh Panitia Ajudikasi. Dalam operasionalnya, pendaftaran tanah sistematis dikenal dengan Proyek Administrasi Pertanahan (PAP) yang dibiayai Bank Dunia.
tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya. Masyarakat dalam melakukan pengurusan pendaftaran tanah, ada yang mengurus sendiri dan ada juga yang meminta jasa dari PPAT (Pejabat Pembuat Akte Tanah). Masyarakat yang mengurus sendiri juga harus siap dengan segala resiko. Resiko yang menjadi faktor kendala pada proses pendaftaran tanah tersebut, diantaranya tentang kronologis data yang harus dilengkapi dan diurus sendiri, dibuktikan kebenarannya serta menghadapi segala prosedur atau persyaratan pada proses pendaftaran tanah yang terkadang rumit dan berbelit-belit.
Masyarakat melakukan pendaftaran tanah secara sporadik karena masyarakat merasa pendaftaran tanah secara sistematik belum tentu ada setiap tahun. Hal ini terjadi karena pendaftaran tanah secara sistematik adalah program dari pemerintah yang pengadaannya hanya akan terjadi berdasarkan kebijakan pemerintah. Masyarakat yang berkepentingan merasa perlu untuk segera mendaftarkan tanahnya. Masyarakat yang ingin segera mendaftarkan tanahnya berharap dalam jangka waktu penyelesaian yang telah mereka prediksi ,maka pemilik tanah dapat memperoleh sertifikat sebagai surat tanda buktinya. Dengan demikian si pemilik tanah memiliki jaminan kepastian hukum atas bidang tanah tersebut.
Hal ini dapat terlihat di banyak Kantor Pertanahan termasuk Kantor Pertanahan Kota Medan seperti yang dikatakan Pelaksana Tugas Walikota Medan Drs H T Dzulmi Eldin S Msi saat menghadiri dan membuka Rapat Koordinasi dalam rangka percepatan legalisasi aset Prona tahun 2014 yang diselenggarakan Kantor Pertanahan Kota Medan di Ballrom Hotel Dyandra Santika, "menurut Eldin, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah di Kota Medan belum terlaksana dengan maksimal, untuk itu percepatan pendaftaran tanah hendaknya diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip bahwa tanah secara nyata dapat meningkatkan kesejahteraan masyakat dan saya juga meningatkan kepada lurah dan Camat agar tidak memungut biaya kepada masyarakat untuk pengurusannya karena memang tidak dikenakan biaya ungkapnya" dan juga Kantor Pertanahan Kota Medan memegang peranan yang sangat penting dalam proses tertib administrasi pertanahan termasuk dalam kegiatan pendaftaran tanah sehingga diharapkan Kantor Pertanahan Kota Medan dapat menjalankan semua tugasnya secara efektif.
Kantor Pertanahan Kota Medan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pertanahan yang dipimpin oleh seorang kepala kantor yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah yang melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pertanahan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: "Efektivitas Pelayanan dalam Kegiatan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik di Kantor Pertanahan Kota Medan".
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Efektivitas Pelayanan dalam Kegiatan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik di Kantor Pertanahan Kota Medan?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektivitas pelayanan dalam kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik di Kantor Pertanahan Kota Medan.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Universitas, dapat memberikan masukan bagi bidang studi Ilmu Administrasi Negara mengenai kajian kualitas pelayanan.
2. Bagi Instansi, untuk dapat memberikan masukan kepada Kantor Pertanahan Kota Medan dalam memberikan pelayanan yang sesuai untuk diterapkan dalam kegiatan Pendaftaran Tanah Secara Sporadik.
3. Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan dalam berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang dihadapi di lapangan.
I.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berpikir, yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih (Nawawi; 1993:40).
I.5.1 Efektivitas
I.5.1.1 Pengertian Efektivitas
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa atas kegiatan yang dijalankan. Ditinjau dari ketetapan waktu maka menurut Siagian (2002:171) efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk berbagai kegiatan.
Dari pengertian-pengertian efektivitas yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas berarti tercapainya sasaran, target, tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.
I.5.1.2 Pendekatan Efektivitas
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas organisasi. Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini menyebutkan ada tiga pendekatan utama dalam pengukuran efektivitas, yaitu:
Sementara itu, sumber-sumber yang terdapat pada linkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.
2. Pendekatan proses (proses approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi. Pendekatan proses mengukur efektivitas dengan melihat prosedur pelayanan, efisiensi pelayanan, dan responsivitas pegawai.
3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana. Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran hendak dicapai. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi official goal.
I.5.2 Pelayanan Publik
I.5.2.1 Pengertian Pelayanan
sesuatu produk akan meningkatkan daya atau nilai terhadap pelanggan. Monir (Pasolong, 2007:128) mengartikan pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.
I.5.2.2 Pengertian Pelayanan Publik
Sinambela (Pasolong, 2007:128) mendefinisikan pelayanan publik sebagai setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasaan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Pelayanan publik menurut Agung Kurniawan (Pasolong, 2007:128) adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang telah ditetapkan.
I.5.2.3 Asas dan Tujuan Pelayanan Publik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan berdasarkan Undang-Undang No. 25 tahun 2009 (pasal 4), yaitu:
1. Kepentingan umum.
2. Kepastian hukum.
Artinya, jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan
3. Kesamaan hak.
Artinya, pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.
4. Keseimbangan hak dan kewajiban.
Artinya, pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan.
5. Keprofesionalan.
Artinya, pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas.
6. Partisipatif.
Artinya, peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif.
8. Keterbukaan.
Artinya, setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.
9. Akuntabilitas.
Artinya, proses penyelengaraan pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan.
Artinya, pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan.
11. Ketepatan waktu.
Artinya, penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan.
12. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
Artinya, setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat, mudah dan terjangkau.
1. Transparansi.
Yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas.
Yaitu pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Kondisional.
Yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif.
Yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan hak.
Yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain
6. Keseimbangan hak dan kewajiban.
I.5.2.4 Kriteria Pelayanan Publik
Menurut Zethaml & Haywood Farmer (Pasolong, 2007 : 133), ada tiga karakteristik utama tentang pelayanan, yaitu:
1. Intangibility
Pelayanan pada dasarnya bersifat performance dan hasil pengalaman dan bukan objeknya. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba atau dites sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas. Berbeda dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat dites kualitasnya sebelum disampaikan pada pelanggan.
2. Heterogeinity
Pemakai jasa atau klien atau pelanggan memilk kebutuhan yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin mempunyai prioritas berbeda. Demikian pula performance sering bervariasi dari suatu prosedur ke prosedur lainnya bahkan dari waktu ke waktu.
3. Inseparability
Produksi dan konsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinya didalam industri pelayanan kualitas tidak direkayasa kedalam produksi disektor pabrik kemudian disampaikan kepada pelanggan. Kualitas terjadi selama interkasi antara klien/pelanggan dengan penyedia jasa.
Kerja atau Kantor Pelayanan Percontohan, sebagaimana tertera pada lampirannya
diatur mengenai kriteria pelayanan masyarakat yang baik, yaitu sebagai berikut
(Santosa, 2008:63):
1. Kesederhanaan.
Kriteria ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelitbelit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta
pelayanan.
2. Kejelasan dan Kepastian.
Kriteria ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai:
a. Prosedur atau tatacara pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan.
c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
dalam memberikan pelayanan.
d. Rincian biaya atau tarif pelayanan dan tatacara pembayarannya.
e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
3. Keamanan.
Kriteria ini mengandung arti bahwa proses serta hasil pelayanan dapat
memberi rasa aman, kenyamanan, dan dapat memberikan kepastian hukum
4. Keterbukaan.
Kriteria ini mengandung arti bahwa prosedur, tatacara, persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab pemberi layanan, waktu penyelesaian, rincian biaya/tarif,serta hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan pada masyarakat agar mudah diketahui.
5. Efisien.
Kriteria ini mengandung arti:
a. Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang diberikan.
b. Dicegah adanya pengulangan pemenuhan peryaratan dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintahan lain yang terkait.
6. Ekonomis.
Kriteria ini mengandung arti bahwa biaya pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan:
a. Nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi diluar kewajaran.
7. Keadilan Merata.
Kriteria ini mengandung arti bahwa cakupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
8. Ketepatan Waktu.
Kriteria ini mengandung arti bahwa pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu telah ditentukan.
I.5.2.5 Jenis-Jenis Pelayanan Publik
Bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat dibedakan dalam beberapa jenis pelayanan, yaitu:
1. Pelayanan administratif.
Pelayanan yang diberikan olah unit pelayanan berupa pencatatan, penelitian, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, rekomendasi, keterangan, dan lain-lain. Contoh pelayanan ini, antara lain : Sertifikat tanah, IMB, pelayanan administrasi kependudukan (KTP, akte kelahiran, akte kematian), dan lain sebagainya.
2. Pelayanan barang.
suatu sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk
akhir berwujud benda atau yang dianggap benda yang memberikan nilai
tambah secara langsung bagi penggunanya. Contoh pelayanan ini, antara
lain: listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon, dan lain sebagainya.
3. Pelayanan jasa.
Pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa sarana dan prasarana
serta penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem
pengoperasian tertentu dan pasti. Produk akhirnya berupa jasa yang
mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis
terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh pelayanan ini, antara lain :
Pelayanan angkutan darat/air/udara, pelayanan kesehatan, perbankan, pos,
dan lain sebagainya.
Ketiga jenis pelayanan tersebut, orientasinya adalah pelanggan atau
masyarakat (publik). Artinya, kinerja pelayanan publik instansi pemerintah harus
berorientasikan publik sehingga dapat mengubah paradigma aparatur dari
“dilayani” menjadi “melayani.
Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai
abdi masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kinerja pelayanan publik
senantiasa menyangkut tiga unsur pokok, yaitu : unsur kelembagaan
layanan. Dalam hubungan ini maka upaya peningkatan kinerja pelayanan publik
senantiasa berkenaan dengan pengembang tiga unsur tersebut (Surjadi, 2009 : 9).
I.5.3 Pendaftaran Tanah
I.5.3.1 Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan pemilik
terhadap hak atas tanah, baik dalam pemindahan hak ataupun pemberian dan
pengakuan hak baru, kegiatan pendaftaran tersebut memberikan suatu kejelasan
status terhadap tanah. Dalam pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 1997 disebutkan bahwa pendaftaran tanah adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan,
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta
dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.
Yang dimaksud rangkaian kegiatan pendaftaran tanah adalah pendaftaran
dalam bidang data fisik yakni mengenai tanahnya itu sendiri seperti lokasinya,
batas-batasnya, luas bangunan atau benda lain yang ada diatasnya. Berikutnya
adalah data yuridis mengenai haknya yakni haknya apa, siapa pemegang haknya,
pengurangan, perubahan, atau penambahan maka harus dilakukan pendaftaran
ulang, yang akan membuat sertifikat tersebut mengalami perubahan, misalnya
perubahan tipe rumah.
I.5.3.2 Pengertian Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
Pendaftaran Tanah Secara Sporadik pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Pasal 1 Ayat 11 adalah kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah
dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau
massal.
I.5.3.3 Objek Pendaftaran Tanah
Obyek pendaftaran tanah diatur dalam ketentuan Pasal 9 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Rebulik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 sebagai berikut:
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
guna bangunan dan hak pakai.
2. Tanah hak pengelolaan.
3. Tanah wakaf.
4. Hak milik atas satuan rumah susun.
5. Hak tanggungan.
I.5.3.4 Asas-Asas Pendaftaran Tanah
Asas yang dianut untuk Pendaftaran tanah diatur berdasarkan Pasal 2
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 yakni sebagai
berikut:
1. Sederhana.
Maksudnya adalah substansinya mudah dibaca atau dipahami oleh semua
lapisan warga negara Indonesia dan juga prosedurnya tidak perlu melewati
birokrasi yang berbelit-belit hanya perlu melewati seksi pendaftaran tanah
saja.
2. Aman.
Keamanan disini berarti akan memberikan rasa aman bagi pemegang
sertifikat apabila mereka telah melakukan prosedur pendaftaran tanah
dengan teliti dan cermat.
3. Terjangkau.
Berkaitan dengan kemampuan finansial seseorang untuk membayar biaya,
khususnya harus memperhatikan agar tidak memberatkan pihak-pihak yang
ekonominya lemah. Intinya agar jangan sampai pihak ekonomi lemah tidak
melakukan pendaftaran tanah hanya karena masalah tidak mampu
membayar.
4. Mutakhir.
Setiap data yang berkaitan dengan pendaftaran tanah haruslah data yang
perubahan fisik atau benda-benda diatasnya atau hal yuridis atas tanah
harus ada datanya (selalu ada pembaharuan data).
5. Terbuka.
Dokumen-dokumen atau data-data baik fisik atau yuridis bersifat terbuka
dan boleh diketahui oleh masyarakat. Asas ini bertujuan agar bila ada
hal-hal yang menyimpang atau disembunyikan dapat diketahui.
I.5.3.5 Tujuan Diselenggarakan Pendaftaran Tanah
Adapun tujuan dari Pendaftaran Tanah pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 yaitu:
1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan.
2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
I.5.3.6 Syarat Pendaftaran Tanah
Adapun yang menjadi syarat pendaftaran tanah, yaitu:
1. Surat Permohonan dan Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan.
2. Identitas diri para pemilik tanah / pemohon (dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang) dan atau kuasanya (untuk perseorangan: fotocopy KTP dan
KK yang masih berlaku atau untuk Badan Hukum: fotocopy Akte
Pendirian Perseroan dan Perubahan-perubahannya, serta dilegalisir oleh
Pejabat yang berwenang).
3. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu:
a. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan
Swapraja yang bersangkutan, atau
b. Sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 9/1959, atau
c. Surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
kewajiban yang disebut didalamnya, atau
d. Petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kikitir dan Verponding
Indonesia sebelum berlakunya PP No. 10/1961, atau
e. Akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala desa/Kelurahan yang dibuat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak
f. Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau
g. Akta ikrar wakaf / akta pengganti ikrar wakaf / surat ikrar wakaf yang
dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan PP No. 28/1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan, atau
h. Risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau i. Surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil oleh Pemerintah Daerah, atau
j. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang
dialihkan dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang), atau
k. Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, 6 dan7I Ketentuan-ketentuan
Konversi UUPA, atau
l. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum
diberlakunya UUPA (dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang), atau
4. Bukti lainnya, apabila tidak ada surat bukti kepemilikan : Surat Pernyataan Penguasaan fisik lebih dari 20 thn secara terus-menerus dan surat
5. Surat Pernyataan telah memasang tanda batas.
6. Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan.
7. Fotocopy SK Izin Lokasi dan Sket Lokasi (apabila pemohon adalah Badan
Hukum).
I.6 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan
secara abstrak kejadia, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial (Singarimbun, 1989:33). Melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat
menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa
kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya.
Adapun definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas.
Efektivitas adalah tercapainya sasaran, target, tujuan dengan menggunakan
waktu sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Untuk melihat
efektivitas pelayanan dalam kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik di
Kantor Pertanahan Kota Medan, maka penulis menggunakan pendekatan
proses (process approach). Dalam pendekatan proses, efektivitas dilihat dari
2. Pendaftaran Tanah Secara Sporadik
Pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali
mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau
bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal.
3. Pelayanan Publik.
Pelayanan publik adalah kegiatan pemberian pelayanan (melayani) keperluan
orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu
I.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan
sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa
sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini menguraikan hasil penelitian lapangan dan dokumentasi yang diperoleh
yang akan dianalisis.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisikan analisa data dari setiap data yang disajikan yang diperoleh
setelah melakukan penelitian di lapangan.
BAB VI PENUTUP