• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUNUNGAPI RINJANI, NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GUNUNGAPI RINJANI, NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

 

BERITA GUNUNGAPI MEI – AGUSTUS 2009

Kushendratno

Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Sari 

Selama periode Mei–Agustus 2009 terdapat 4 gunungapi berstatus Siaga (Level III) dan 12 gunungapi berstatus Waspada (Level II). Gunungapi yang berstatus Siaga tersebut adalah : G. Talang, G. Anak Krakatau, G. Ibu dan G. Karangetang. Adapun Gunungapi yang berstatus Waspada adalah : G. Kerinci, G. Papandayan, G. Slamet, G. Semeru, G. Bromo, G. Sangeangapi, G. Rinjani, G. Rokatenda, G. Gamalama, G. Dukono, G. Soputan dan G. Lokon.

Sepuluh gunungapi mengalami perubahan status baik penurunan maupun peningkatan status pada periode ini. Selanjutnya, rangkuman 10 gunungapi tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini, diurutkan mulai dari gunungapi yang turun ke status normal sampai ke gunungapi yang naik ke status awas.

GUNUNGAPI KELUD, JAWA TIMUR

Gunungapi Kelud secara administratif termasuk ke dalam 3 wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis terletak pada 7o56’LS dan 112o18,5'BT dengan ketinggian 1731 m dari permukaan laut. Sejarah erupsi G. Kelud mencatat setelah abad 20 terjadi 5 kali erupsi yang bersifat eksplosif, yaitu pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966 dan 1990. Setelah masa diam selama hampir 17 tahun sejak letusan yang menghancurkan pada tahun 1990, terjadi peningkatan aktivitas yang dimulai pada bulan Agustus 2007, mencapai puncaknya pada 3 November 2007. Erupsi terakhir ini bersifat efusif dengan manifestasi pertumbuhan kubah lava.

Pada Januari-Mei 2009, seismograf G.Kelud merekam 14 kali gempa Vulkanik-Dalam (VA), 50 kali gempa Vulkanik-Dangkal (VB), 157 kali gempa Hembusan, 13 kali gempa Tremor, 42 kali gempa Guguran, 273 kali gempa Low Frekwensi, 766 kali gempa Tektonik-Jauh (TJ) dan 33 kali gempa Tektonik-Lokal (TL). gempa Tremor sejak Maret 2009 sudah tidak terekam lagi dan sejak 1–9 Juni 2009 kegempaan didominasi rekaman gempa Tektonik-Jauh (TJ) sebanyak 48 kali kejadian.

Pemantauan visual dari Pos PGA tidak terlihat adanya perubahan aktivitas vulkanik G.Kelud, kadang-kadang tampak asap kawah berwarna putih tipis bertekanan lemah mencapai ketinggian 50 hingga 150 meter di atas kawah. Berdasarkan hasil pemantauan visual dan analisis data kegempaan maka terhitung mulai tanggal 9 Juni 2009 pukul 15:00 WIB, status kegiatan G. Kelud diturunkan dari Waspada (Level II) menjadi Normal (Level I). Walaupun statusnya sudah normal, namun tetap direkomendasikan agar masyarakat untuk tidak mendekati kubah lava karena ketidakstabilan batuan kubah lava, bahaya hembusan asap yang bertekanan dan temperatur tinggi, serta munculnya gas-gas beracun.

GUNUNGAPI EGON, NUSA TENGGARA TIMUR

Gunungapi Egon berada dalam wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Puncak G. Egon (1703 m) terletak pada posisi geografi 08040'00" LS dan 122027'00" BT. Kota besar terdekat dari gunung ini adalah Maumere yang merupakan ibukota Kabupaten Sikka, sekitar 55 km di sebelah barat puncak G. Egon.

(2)

1-2 kejadian/hari, gempa Vulkanik-Dangkal (VB) berkisar 1-6 kejadian/hari, gempa Hembusan berkisar 1-9 kejadian/hari, sementara itu gempa letusan tidak terekam lagi. Gempa Tremor masih terekam dengan amplitudo 0.5–4 mm. Adapun secara visual pada saat gunungapi tampak jelas teramati hembusan asap berwarna putih tipis dengan ketinggian 10m dari puncak. Pada saat statusnya diturunkan menjadi Waspada (Level II) pada 12 Mei 2008, gempa Hembusan masih terekam dengan jumlah yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 6-47 kejadian/hari. Pada 4 Maret hingga 12 Juli 2009, jumlah gempa Hembusan hanya berkisar 1-9 kejadian/hari. Berdasarkan data kegempaan dan visual, aktivitas G. Egon sudah mengalami penurunan, maka terhitung mulai 16 Juli 2009 pukul 13:00 WITA, status kegiatan G. Egon diturunkan dari Waspada (Level II) menjadi Normal (Level I).

Sehubungan dengan penurunan status dari Waspada menjadi Normal, maka direkomendasikan kepada masyarakat untuk tetap tidak mendekati areal puncak G. Egon terutama di wilayah lereng barat - barat daya karena masih berpotensi munculnya gas beracun yang berbahaya bagi kehidupan.

GUNUNGAPI KIE BESI, MALUKU UTARA

Gunungapi Kie Besi yang merupakan sebuah pulau gunungapi, terletak di P. Makian (sebelah baratdaya P. Halmahera), Provinsi Maluku Utara, pada posisi geografi 0°19'LU dan 127° 4' BT. Diantara penduduk ada yang menyebutnya G. Kie Besi, namun pada umumnya lebih dikenal dengan G. Makian. Letusan terakhir yang terjadi pada tahun 1988 menghasilkan sumbat lava di dasar kawah. Diperkirakan volume kubah lava sekitar 282.600 m³ berbentuk parabola terbalik dengan diameter lebih kurang 600 m dan ketebalan 6 m.

Gunungapi Kie Besi mengalami peningkatan aktivitas yang dimulai pada awal Mei 2009,

ditandai dengan terekamnya Gempa Tremor Vulkanik dan peningkatan gempa vulkanik lainnya serta gempa tektonik, sehingga statusnya terhitung 2 Juni 2009 pukul 15:00 WIT dinaikan dari Normal (level I) menjadi Waspada (Level II). Peningkatan aktivitas tersebut dimulai pada 1 – 28 Mei 2009 yang diawali dengan terekamnya gempa Tremor Vulkanik tidak menerus dengan amplituda maksimum 0.5 - 1 mm. 43 kali kejadian gempa Vulkanik-Dalam (VA) dengan rata-rata 2 kali kejadian perhari, 18 kali kejadian gempa Vulkanik-Dangkal (VB) dengan rata-rata 1 kali kejadian perhari, 22 kali kejadian gempa Tektonik-Lokal (TL) dengan rata-rata 1 kali kejadian perhari dan 214 kali kejadian gempa Tektonik-Jauh (TJ) dengan rata-rata 11 kali kejadian perhari. Peningkatan berlanjut dengan mulai terekamnya gempa Tremor Vulkanik menerus dengan amplituda maksimum 0.5 - 8 mm dan 3 kali kejadian gempa Tektonik Terasa skala MMI 1. Adapun secara visual belum tampak terjadinya peningkatan yang signifikan kejadian hembusan asap.

(3)

   

visual tidak tampak terjadinya peningkatan kejadian hembusan asap yang signifikan, sehingga terhitung sejak 16 Juli 2009 pukul 18:00 WIT, status G. Kie Besi diturunkan dari Status Waspada (Level II) menjadi Normal (Level I). Dalam status Normal ini, tetap direkomendasikan untuk tidak melakukan pendakian ke puncak G. Kie Besi.

GUNUNGAPI SEMERU, JAWA TIMUR Gunungapi Semeru merupakan salah satu gunungapi aktif bertipe strato di P. Jawa. Secara administratif terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dan posisi geografisnya berada pada 08°06’30” LS dan 112°55’ BT. Puncak tertingginya dinamai Mahameru (± 3676 m dpl) yang terletak di dinding kawah tua G. Semeru. Kawah yang aktif saat ini dikenal dengan nama Jonggring Saloko.

Karakteristik aktivitas G. Semeru dalam periode bulan Januari hingga pertengahan Februari 2009 dicirikan oleh kejadian gempa Letusan rata-rata berkisar antara 100 s/d 150 kali kejadian setiap hari yang dimanifesasikan secara visual oleh letusan abu setinggi 100 s/d 600 m yang disemburkan dari lubang Kawah Jonggring Seloko setiap 15 - 20 menit. Memasuki pertengahan Februari hingga 6 Maret 2009, jumlah kejadian gempa Letusannya di bawah rata-rata 60 kejadian setiap hari yang secara visual tidak teramati adanya letusan abu. Sejak 5 Mei 2009, jumlah gempa letusan rata-rata setiap harinya cenderung terus menurun. Adanya penurunan jumlah letusan tersebut kemungkinan suplai energinya sudah berkurang, hal tersebut terlihat dengan tidak terekamnya gempa tremor harmonik. Secara visual tidak teramati adanya sinar api/api diam, maka sejak 16 Juli 2009 pukul 18:00 WIB, status G. Semeru diturunkan dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II).

Gunungapi Semeru masih berpotensi terjadi letusan abu dengan ketinggian lebih dari 600 meter dengan sebaran abu vulkanik yang

bergantung pada arah angin. Sehubungan dengan hal tersebut direkomendasikan kepada masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di wilayah sejauh 3 Km di seputar lereng tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif G.Semeru sebagai alur luncuran awan panas dan tidak mendekati puncak Mahameru sedangkan pendakian ke Puncak G. Semeru dibatasi sampai wilayah Arcopodo. Masih banyak endapan material vulkanik lepas hasil letusan terdahulu di sekitar kawah, maka di musim penghujan masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan yang beraktivitas di dalam sungai Besuk Kembar, Besuk Kobokan dan Besuk Bang harap berhati - hati karena dapat terancam bahaya aliran lahar panas.

GUNUNGAPI RINJANI, NUSA TENGGARA BARAT

Gunungapi Rinjani merupakan gunungapi aktif tipe A yang dipantau secara terus menerus. Secara administratif terletak di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dan secara geografis pada 08º25' LS dan 116º28'BT. Terdapat 2 (dua) kerucut di bagian timur danau/Kaldera Rinjani (Danau Segara Anak), yaitu G. Barujari atau G. Tenga, tingginya 2376 m dan G. Mas atau G. Rombongan, tingginya 2110 m dpl.

(4)

10 mm, lama gempa 10 - 11 detik dan S-P 1.5 detik.

Pada 2 Mei 2009 pukul 09:36 WITA terekam gempa Tremor dengan amplituda maksimum 2 mm dan lama gempa 55 detik. Pukul 15:38:37 hingga 15:57:45 terekam 1 kejadian gempa Vulkanik-Dalam (VA) dengan amplituda maksimum 9 mm, lama gempa 10 detik, dan S-P 1 detik. 3 kali gempa Letusan dengan amplituda maksimum 5 – 10 mm, lama gempa 55 - 90 detik. Secara visual pada 2 Mei 2009 pukul 16.01 WITA teramati letusan asap berwarna coklat pekat mencapai ketinggian 1000 meter di atas titik letusan di G. Barujari disertai suara dentuman lemah, maka sejak 2 Mei 2009 pukul 16:30 WITA, status kegiatan G. Rinjani dinaikkan dari "Normal" (Level I) menjadi "Waspada" (Level II).

Daerah yang berpotensi terancam jatuhan abu dan material lontaran batu pijar G. Rinjani terletak di dalam kaldera. Jatuhan abu juga dapat tersebar di sekeliling G. Rinjani tergantung pada arah angin. Apabila letusannya membesar ancaman bahaya akan terjadi di bagian utara G. Rinjani, terutama di daerah aliran Sungai Kokok Putih yang berhulu di area bukaan kawah. Apabila terjadi limpahan air Danau Segara Anak akibat letusan, maka dapat menyebabkan banjir bandang di Sungai Kokok Putih. Direkomendasikan untuk tidak melakukan pendakian ke puncak/Segara Anak G. Rinjani dan juga yang perlu diwaspadai apabila terjadi letusan didalam Kaldera Rinjani adalah aliran S. Kokok Putih, karena sungai tersebut merupakan satu-satunya pelimpahan air dari Danau Segara Anak. Oleh sebab itu masyarakat yang bermukim di sekitar aliran ini perlu lebih waspada, terhadap kemungkinan banjir bandang.

GUNUNGAPI SANGEANGAPI, NUSA TENGGARA BARAT

Gunungapi Sangeangapi adalah gunungapi aktif tipe strato yang terletak di P. Sangeang. Secara administratif terletak di Kecamatan

Wera, Kabupaten Bima. Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak pada posisi 8011' LS dan 11903,5' BT. Erupsi terakhir terjadi dalam tahun 1997-1999. Sifat erupsinya adalah eksplosif dan ada juga kombinasi eksplosif dengan efusif yang dicirikan oleh pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan leleran lava, seperti erupsi tahun 1911, 1953, 1964,1985-1987 dan 1997. Saat kejadian erupsi tahun 1985, seluruh penduduk dievakuasi ke wilayah Sangeang Darat di Kecamatan Wera. Letusan tahun 1985 diikuti awan panas, letusan abu dan aliran lava.

Peningkatan aktivitas kegempaan G. Sangeangapi dimulai pada 1 - 17 Mei 2009, alat seismograf merekam 39 kali kejadian gempa hembusan dengan rata rata 3 kali kejadian perhari, kejadian gempa Tremor Vulkanik secara menerus dengan amplituda maksimum 3 mm, 35 kali kejadian gempa Vulkanik-Dalam (VA) dengan rata rata 2 kali kejadian perhari, 16 kali kejadian gempa Vulkanik-Dangkal (VB) dengan rata rata 1 kali kejadian perhari, 19 kali kejadian gempa Tektonik-Jauh (TJ) dengan rata rata 1 kali kejadian perhari, 15 kali kejadian gempa Tektonik- Lokal (TL) dengan rata-rata 1 kali kejadian perhari. Kegempaan G. Sangeang Api masih terus meningkat sampai tanggal 3 Juni 2009.

(5)

   

GUNUNGAPI TALANG, SUMATERA BARAT

Gunungapi Talang merupakan salah satu gunungapi aktif tipe A berbentuk strato yang berada pada posisi geografis 0o58’42,24” LS dan 100o40’46,19” BT dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Sejarah letusan G. Talang mencatat bahwa letusan besar telah terjadi pada tahun 1833, 1843, 1845 dan 1883, letusan tersebut bersifat magmatik. Setelah letusan magmatik 1883 kegiatan gunungapi ini hanya bersifat peningkatan kegiatan yang tidak diikuti oleh letusan besar.

Peningkatan Kegempaan G. Talang dimulai sejak 16 Agustus 2009 pukul 14.30 WIB sampai dengan 17 Agustus 2009 pukul 06.00 WIB, alat seismograf merekam 917 kali gempa Vulkanik-Dalam (VA), 30 kali gempa Vulkanik-Dangkal (VB), 150 kali gempa Jauh (TJ), 42 kali gempa Tektonik-Lokal (TL), 21 kali gempa Terasa dan gempa Tremor menerus. Pengamatan kegempaan G. Talang menunjukkan bahwa gempa Vulkanik-Dalam (VA) dan gempa Tremor meningkat secara signifikan sejak terjadinya Gempa Terasa pada 16 Agustus 2009, maka sejak 17 Agustus 2009 pukul 10:00 WIB, status kegiatan G. Talang dinaikkan dari “Waspada” (Level II) menjadi “Siaga” (Level III).

Dalam status Siaga ini direkomendasikan kepada masyarakat dan pengunjung/wisatawan untuk tidak mendaki dan mendekat dalam radius 3 (tiga) kilometer dari kawah aktif G. Talang mengingat kawah sebagai pusat letusan dan gas-gas vulkaniknya dapat membahayakan bagi kehidupan. Masyarakat hendaknya mewaspadai juga aliran lahar dari material letusan G. Talang tahun 2005 di Sungai Batang Ampuan, Sungai Anau Kadok yang berlokasi di kecamatan G. Talang serta sungai – sungai yang berhulu di puncak G. Talang.

GUNUNGAPI ANAK KRAKATAU, LAMPUNG

Gunungapi Anak Krakatau terletak di Selat Sunda pada posisi geografis 6º06'05.8" LS dan 105º25'22.3" BT. Secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pemantauan G. Anak Krakatau dilakukan dari dua Pos PGA G. Anak Krakatau dari Pasauran, Banten dan Kalianda, Lampung.

Sejak tanggal 3 Juli 2008 G. Anak Krakatau berada pada status Waspada (Level II). Pada saat ini kegiatan gunungapi mengalami peningkatan kegiatan yang cukup signifikan. Kegiatan letusan mulai terjadi tanggal 25 Maret 2009 dengan 19 kali letusan. Letusan terus berlanjut dan tercatat dari tanggal 1 - 25 April 2009 telah terjadi 4060 kali letusan. Pada 27 - 29 April 2009 alat seismograf di lapangan mengalami kerusakan dan baru beroperasi kembali pada 30 April 2009 setelah dipindah ke stasiun semi permanen. Dari 1 – 6 Mei 2009, gempa Letusan yang terekam sebanyak 1666 kali. Peningkatan juga terjadi pada gempa Hembusan, gempa Vulkanik-Dangkal, gempa Tremor dan gempa Tremor Harmonik.

Hasil pemeriksaan visual langsung ke G. Anak Krakatau dilakukan pada tanggal 24 - 25 April 2009 dan 29 April 2009. Pemeriksaan dilakukan dari P. Panjang, P. Sertung, P. Rakata serta P. G. Anak Krakatau sendiri, pada jarak aman dari letusan. Hasil pemeriksaan kawah adalah sebagai berikut :

• Pusat letusan berasal dari kawah dekat puncak G. Anak Krakatau, pada lereng barat daya.

(6)

• Abu letusan umumnya mengarah ke bagian timur - timur laut G. Anak Krakatau dan menyebabkan hujan abu hingga radius 5 km dari pusat letusan.

Berdasarkan hasil pemantauan dan analisis data pemantauan, maka terhitung mulai 6 Mei 2009 pukul 16:00 WIB, status kegiatan G. Anak Krakatau dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Sehubungan dengan status G. Anak Krakatau yang berada pada status Siaga (Level III) maka rekomendasikan kepada masyarakat untuk tidak mendekati pulau G. Anak Krakatau tersebut dalam radius 2 km dari kawah.

GUNUNGAPI IBU, MALUKU UTARA Gunungapi Ibu merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia, gunung ini secara geografis terletak pada posisi 1°29'27" LU dan 127°37'50"LS dengan tinggi puncaknya sekitar 1340 m di atas permukaan laut. sedangkan secara administratif terdapat di Kecamatan Ibu Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Pada 21 April 2008, aktivitas vulkanik G. Ibu mengalami peningkatan dan statusnya dinaikan dari Waspada (Level II) menjadi SIAGA (Level III). Sejak itu aktivitas G. Ibu terus mengalami peningkatan. Jumlah Gempa Letusan terus meningkat dan kolom asap letusan yang berwarna putih tebal kecoklatan mencapai tinggi ± 800 m di atas bibir kawah.

Hasil pemantauan 4 - 10 Juli 2009 terekam gempa Letusan sebanyak 754 kejadian (rata-rata 125 kejadian perhari), 617 kejadian gempa Hembusan (rata-rata 102 kejadian perhari), 54 kejadian gempa Tektonik-Jauh (TJ) (rata-rata 9 kejadian perhari). Pada 11 – 14 Juli 2009, gempa Letusan masih terekam dengan rata-rata perhari masih diatas 100 kejadian perhari dan gempa hembusan mengalami penurunan jumlah menjadi rata – rata 86 kejadian perhari. Keseharian pemantauan visual letusan G. Ibu terlihat asap letusan berwarna putih kelabu

dengan tinggi di atas 600 meter dari puncak dan sejak 11 Juli 2009 warna letusan putih kelabu sedang dengan tinggi maksimum 400 m, abu letusan menyebar tidak jauh dari G. Ibu dengan radius sekitar 3 km dan pertumbuhan lava masih terus berlangsung. Berdasarkan evaluasi dari data kegempaan dan visual, maka sejak 16 Juli 2009 pukul 18:00 WIT, status G. Ibu diturunkan dari Status Siaga (Level III) menjadi Status Waspada (Level II).

Sejak G. Ibu berstatus Waspada (Level II), jumlah gempa Letusan berfluktuasi antara 20 sampai 37 kejadian, tetapi memasuki minggu terakhir (27 Juli) hingga 3 Agustus 2009 jumlah gempa Letusan cenderung meningkat dan pada 4 Agustus 2009 tercatat 82 kejadian. Setiap gempa Letusan diikuti oleh lontaran material pijar dan leleran lava yang mencapai lereng bagian atas. Pada periode yang sama, jumlah gempa Hembusan pun meningkat dari 20 hingga 40 kejadian pada pertengahan Juli, menjadi 50 hingga 80 kejadian pada akhir Juli hingga 4 Agustus 2009.

(7)

   

Sehubungan dengan naiknya status G. Ibu tersebut, maka direkomendasikan kepada masyarakat di sekitar Gunungapi dan pengunjung/wisatawan untuk tidak mendaki dan mendekati G. Ibu dalam radius 2 km dari Kawah. Jika terjadi hujan abu vulkanik di sekitar G. Ibu masyarakat disarankan menggunakan masker penutup hidung dan mulut, karena abu vulkanik yang terhirup dapat mengganggu saluran pernapasan.

GUNUNGAPI KARANGETANG, SULAWESI UTARA

Gunungapi Karangetang atau dikenal juga dengan nama Gunungapi Siau, adalah merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia yang terletak di Busur Kepulauan Sangir Talaud, Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Secara Geografis terletak pada 02047’ LU dan 125029’ BT, dengan ketinggian puncak 1784 m di atas permukaan laut. Letusan yang terjadi beberapa kali mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Aktivitasnya dicirikan oleh terlihatnya sinar api di puncak pada malam hari sejak tahun 1973. Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), hampir seluruh tubuh G. Karangetang merupakan kawasan rawan bencana, kecuali di sebelah timur puncak, yaitu di daerah Lanage sampai Tonggeng Moade. Daerah ini aman karena terhalang oleh Bukit Kalai.

Gunungapi Karangetang mengalami peningkatan status kegiatan sehingga sejak 31 Mei 2009 pukul 13.00 WITA, dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV). Peningkatan kegiatan dimulai pada 31 Mei 2009 pukul 00.00 - 06.00 WITA dengan terekamnya 2 kali gempa Jauh (TJ), 1 kali gempa Tektonik-Lokal (TL), 3 kali gempa Vulkanik- Dalam (VA), 9 kali gempa Vulkanik-Dangkal (VB) dan gempa Tremor menerus mulai pukul 00.00 - 05.15 WITA dengan amplituda maksimum 0.5 - 1 mm. Selanjutnya peningkatan signifikan mulai terjadi pada pukul 06.00 - 12.00 WITA

dengan terekamnya 1 kali kejadian gempa Tektonik Terasa 1 MMI, 41 kali kejadian gempa Tektonik-Lokal (TL), 61 kali kejadian gempa Vulkanik-Dalam (VA), 56 kali gempa Vulkanik-Dangkal (VB) dan gempa Tremor-Vulkanik berlangsung menerus dengan amplituda maksimumnya menunjukan overscale (51 mm).

Pengamatan visual pada 31 Mei 2009 pukul 00.00 - 06.00 WITA, teramati Asap Kawah I putih tipis - sedang setinggi 10-25 m. Asap kawah II putih tipis setinggi 25 m. Sinar api tampak setinggi 10 m. Tetapi sejak pukul 06:30 WITA di Kawah Utama bagian utara teramati hembusan asap tebal berwarna putih kecoklatan dengan tinggi lk. 100 m dari pucak. Pukul 08:24 WITA terjadi guguran lava secara menerus meluncur ke arah selatan memasuki Kali Batuawang hingga jarak lk 2250 m dari puncak, dan memasuki Kali Kahetang dan Kali Keting hingga jarak lk 1500 dari puncak. Luncuran guguran lava juga sesekali teramati memasuki Kali Nanitu dan Batang hingga jarak lk 1000 m dari puncak. Pukul 08:28 WITA, hembusan asap tebal berwarna abu-abu kecoklatan berlangsung secara menerus dengan tinggi lk. 25 - 700 m yang diiringi oleh suara gemuruh dengan intensitas lemah - sedang. Dalam status Awas ini direkomendasikan kepada Pemerintah Daerah untuk mengambil langkah - langkah pengungsian dalam upaya melindungi masyarakat dari ancaman awan panas guguran dan lontaran lava pijar.

(8)

sejauh 700 m. Hembusan asap kawah Utama terlihat putih kelabu kecoklatan dengan ketiggian 700 m. Semburan lava pijar lk. 500 - 700 m. Tetapi sejak 4 Juni 2009 terjadi penurunan kegiatan G. Karangetang yang tampak pada menurunnya jumlah gempa Vulkanik-Dalam, gempa Vulkanik-Dangkal, gempa Guguran dan gempa Hembusan serta menurunnya amplituda gempa Tremor. Pada 8 Juni 2009 hanya terekam 5 kali kejadian gempa Tektonik-Jauh, 1 kali kejadian gempa Vulkanik-Dalam, 1 kali gempa Hembusan dan 5 kali gempa Guguran serta gempa Tremor menerus dengan amplituda 0,5 - 1 mm. Kejadian leleran lava dan guguran lava pijar juga cenderung menurun dan sejak 7 Juni 2009 hanya sesekali terjadi guguran lava pijar sehingga terhitung mulai 9 Juni 2009 pukul 15:00 WITA, status kegiatan G. Karangetang diturunkan dari Awas (Level IV) menjadi Siaga (Level III).

Sehubungan dengan penurunan status G. Karangetang menjadi Siaga, maka direkomendasikan kepada penduduk yang saat ini masih berada di tempat pengungsian agar kembali ke rumah masing-masing. Masyarakat di sekitar Gunungapi Karangetang dan pengunjung/wisatawan tetap tidak diperbolehkan mendaki dan mendekati kawah yang ada di puncak G. Karangetang.

Daftar Pustaka

A.C. Effendi, 1990, Buletin Berkala Vulkanologi, G. Talang, Direktorat Vulkanologi.

Rivai Chaniago, 1992, Buletin Berkala Vulkanologi, G.Karangetang, Direktorat Vulkanologi.

Referensi

Dokumen terkait

Persentase sampel yang berada tingkat kemampuan berpikir geometri level 2 atau pada tahap analisis adalah sebesar 55%, yaitu sebanyak 22 responden hanya

Menurut penganut matlak global ini, riwayat Kuraib tersebut seakan-akan Ibnu Abba>s yang mulai menentukan perbedaan matlak antara Madinah dan Syam sehingga umat Islam

Analisis perusahaan dilakukan terhadap rasio keuangan dalam penelitian ini digunakan aspek profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA), aspek solvabilitas

Teori Stufenbau adalah teori mengenai sistem hukum oleh Hans Kelsen yang menyatakan bahwa sistem hukum merupakan sistem anak tangga dengan kaidah berjenjang dimana norma hukum

RSIA YADIKA KEBAYORAN LAMA Tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien Laki-laki umum dewasa dan Anak diatas umut 14 tahun RS MITRA KELUARGA BEKASI DOKTER SPESIALIS

Ditinjau Dari Hukum Islam”, ( Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Syari’ah, Surabaya, 1995 ), 50.. a.) Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda: Kegiatan menarik yaitu kegiatan

Selain itu, dari penelitian ini juga akan dihasilkan database mengenai deskripsi karakter pada masing-masing padi lokal, sehingga para pemulia dapat menggunakan

Dari ketiga model Road Infrastructure for Economic Growth (RIEG) tersebut melalui hasil uji Determinasi diperoleh besarnya pengaruh infrastruktur jalan terhadap Produk Domestik